bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Alat Pemeras Santan
Penggunaan minyak kelapa selain digunakan sebagai pengolahan bahan
makanan sehari-hari juga di gunakan sebagai bahan baku industri non
pangan, sehingga dalam mengolah hasil perkebunan agar dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan kehidupan masyarakat masih melakukan dengan cara-
cara yang tradisional atau konvensional dan kurang efisien. (sularso, 1999)
Proses pemerasan tersebut dirasakan kurang efisien oleh karena itu
perlu perbaikan pemerasan secara mekanis, agar kapasitas santan kental
persatuan waktu dapat ditinggkatkan bahan baku (buah kelapa) yang ada
menjadi optimal sehingga diharapkan dapat mendorong perkembangan dalam
bidang industri misalnya kita dapat berfikir bagaimana cara memeras santan
dari parutan kelapa lebih cepat dan lebih efisien agar industri bisa memproses
pembuatan santan dengan cepat dan mendapat hasil yang sangat memuaskan.
kegiatan ini juga ditujukan untuk mengubah budaya industri dari memeras
parutan kelapa secara manual menjadi mekanis atau dengan mesin. (sularso,
1999)
Mekanisasi pemerasan tersebut perlu dilakukan untuk memperbaiki
proses pemerasan agar lebih efisien, yang dapat meningkatkan kapasitas dan
memenuhi standar kesehatan, Maka dilakukan terobosan baru yang dapat
mempersingkat waktu pemerasan santan. Dengan cara membuat mesin
pemeras santan dengan system ulir (screw) tenaga penggerak berupa motor
listrik. (sukrisno, 1994)
2.2. Mesin Pemeras Santan Kelapa
Mesin pemeras santan kelapa ini berfungsi sebagai alat pemeras parutan
kelapa tua menjadi santan.Buah kelapa yang diproses pada mesin ini adalah
5
buah kelapa yang berumur tua, biasanya mempunyai ciri-ciri berwarna coklat
tua dan kulit luar sudah mengering.
Mesin pemeras parutan kelapa hasil modifikasi ini menggunakan motor
listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Mesin ini mempunyai system
transmisi tunggal yang berupa sepasang pulley dengan perantara v-belt. Saat
motor listrik dinyalakan, maka putaran motor listrik akan langsung
ditransmisikan ke pulley 1 yang dipasang seporos dengan motor listrik. Dari
pulley 1, putaran akan ditransmisikan ke pulley 2 melalui perantara v-belt,
kemudian pulley 2 berputar, maka poros yang berhubungan dengan pulley
akan berputar sekaligus memutar poros ulir (screw). Hal tersebut dikarenakan
poros ulir dipasang seporos dengan pulley 2.
Mesin pemeras parutan kelapa ini terdapat beberapa bagian utama seperti;
motor penggerak, poros ulir (screw), cassing, dan sistem transmisi.
2.3. Komponen Dalam Pembuatan Mesin Pemeras Santan
Komponen yang harus ada dalam Mesin ini harus memenuhi beberapa
elemen yang mana dalam Pemilihan elemen-elemen untuk perancangan dan
pembuatan mesin pemeras kelapa ini juga harus memperhatikan kekuatan
bahan, dan ketahanan dari berbagai komponen tersebut. Elemen mesin yang di
butuhkan di antaranya adalah motor listrik, gearbox, poros, pully, v-belt,
bantalan pillow block, mur dan baut.
2.4. Ulir Screw
Ulir screw daya (power screw) adalah peralatan yang berfungsi
untuk mengubah gerak putar menjadi gerak lurus dan biasanya
mentransmisikan daya. Ulir daya digunakan antara lain untuk mengangkat
atau menurunkan beban seperti pada dongkrak mobil mengubah gerak putar
menjadi lurus misalnya pada ragum dan memberikan gaya tekan/tarik yang
besar seperti pada mesin pres. Alat pres tipe ulir daya adalah alat yang
sangat populer digunakan untuk mengesktraksi minyak, karena proses
sangat sederhana, kontinu, mudah disesuaian, dan aman (Beerens, 2007).
6
Beberapa konfigurasi dasar ulir daya telah diaplikasikan pada alat pres
konvensional, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut.
Ulir daya poros lurus Ulir daya poros tirus
Ulir daya dengan pitch bervariasi Ulir daya dengan pitch bervariasi
2.5. Profil dan Geometri Ulir Daya
Disamping konfigurasi dasar, ulir juga memiliki sangat banyak
variasi bentuk profil. Umumnya ulir daya menggunakan profil tipe square
(segi-empat), tipe Acme, dan tipe buttress.
Gambar 2.2 Profil ulir daya
Ulir daya dengan konfigurasi poros lurus merupakan mekanisme
yang paling umum dipakai untuk alat press, karena proses pembuatannya
mudah. Jarak pitch dan diameter dasar ulir konstan sepanjang poros ulir.
7
Gambar 2.3 Geometri ulir daya poros lurus
Menghitung diameter ulir tekan D2 (m) Untuk menghitung D2 menggunakan rumus :
P = F . S . 𝑛
2.6. Motor listrik dan Cara Kerjanya
Motor Listrik adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai tenaga
penggerak. Penggunaan motor elektrik disesuaikan dengan kebutuhan daya
mesin. Motor Listrik pada umumnya berbentuk silinder dan dibagian bawah
terdapat dudukan yang berfungsi sebagai lubang baut supaya motor listrik
dapat dirangkai dengan rangkamesin atau konstruksi mesin yang lain. Poros
penggerak terdapat di salah satu ujung motor listrik dan tepat di tengah-
tengahnya.
Gambar 2.4 Motor Listrik
8
Jika n1 (rpm) adalah putaran dari poros motor listrik dan T (kg.mm) adalah
torai pada poros motor listrik, maka besarnya daya P (kW) yang diperlukan
untuk menggerakkan system adalah (Sularso 2004) :
P = (
𝑇
1000)(
2𝜋𝑛1
60)
120
P = 𝑇
9,74 𝑥 105𝑛1
Dengan :
P = Daya Motor Listrik (kW)
T = Torsi (kg.mm)
( Sumber : Moch affai, mekanika Teknik )
Motor Listrik juga mempunya beberapa kelemahan atau kerugian
diantaranya :
2.6.1. Kerugian panas internal motor listrik
Pada dasarnya setiap motor listrik yang beroperasi cenderung
mengeluarkan panas.
Panas ini timbul oleh karena adanya kerugian-kerugian daya yang
dihasilkan motor listrik. Kerugian ini antara lain:
Rugi-rugi inti, yaitu energi yang diperlukan untuk memagnetisasikan
beban inti (histerisis) dan kerugian-kerugian karena timbulnya arus
listrik yang kecil yang mengalir pada inti (arus eddy).
Rugi-rugi tembaga, yaitu rugi-rugi panas (I²R) pada lilitan stator
karena arus
listrik (I) mengalir melalui penghantar kumparan dengan tahanan (R).
Kerugian fluks bocor, yaitu akibat dari fluks bocor yang diinduksikan
oleh arus beban bervariasi sebagai kuadrat arus beban
Kerugian angin dan gesekan, kerugian ini diakibatkan oleh gesekan
angin dan bantalan terhadap putaran motor.
2.6.2. Panas Eksternal Motor Listrik
Dalam melakukan tugas operasinya, motor listrik sebagai sumber
tenaga mekanik untuk penggerak haruslah dilindungi terhadap gangguan-
9
gangguan eksternal, yang dapat menimbulkan panas pada motor listrik saat
beroperasi. Gangguan-gangguan eksternal itu antara lain:
Gangguan mekanik, meliputi :
a. Bantalan (bearing) yang sudah aus
b. Salah satu tegangan fasa terbuka akibat kontaktor yang rusak.
c. Kumparan stator yang terhubung singkat
Gangguan fisik sekeliling, meliputi:
a. Terjadi kerusakan akibat terbentur sesuatu sehingga terjadi
perubahan fisik pada motor listrik.
b. Suhu kamar dimana motor listrik tersebut dioperasikan.
c. Pendinginan (kipas) motor yang tidak baik
Gangguan dalam operasi dari sistem keseluruhan
a. Akibat pembebanan lebih
b. Dan Akibat pengasutan motor listrik
2.7. GearBox
Gear box terdiri dari gabungan beberapa roda gigi (gear) dalam
suatu tempat khusus (box) dengan perbandingan roda gigi tertentu,
sehingga mampu menjadi sistem mekanik yang dapat dengan baik untuk
mempercepat atau memperlambat putaran. Transmisi juga berfungsi untuk
mengatur kecepatan gerak dan torsi serta berbalik putaran, sehingga dapat
bergerak maju dan mundur.
Transmisi manual atau lebih dikenal dengan sebutan gearbox,
mempunyai beberapa fungsi antara lain :
1. Merubah momen puntir yang akan diteruskan ke spindel mesin.
2. Menyediakan rasio gigi yang sesuai dengan beban mesin.
3. Menghasilkan putaran mesin tanpa selip
Gear box Berfungsi untuk memperlampat putaran yang diberikan
motor listrik, menggunakan perbandingan 1:60. Putaran yang dialirkan ke
screw. Dengan demikian pemilihan perbandingan gear box harus benar-
benar diperhatikan putaran yang telah direncanakan.
10
Gambar 2.5 Gearbox
2.8. Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya
berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi
(gear), pulley, flywheel, sengkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya.
Poros bias menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban
puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan yang
lainnya. (Josep Edwar Shiley, 1983).
2.8.1. Macam-macam poros
Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebanannya
sebagai :
1. Poros transmisi
Poros transmisi atau poros perpindahan mendapat beban punter
murni atau puntir yang lentur. Dalam hal ini mendukung elemen
mesin hanya suatu cara, bukan tujuan. Jadi, poros in berfungsi
untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu elemen mesin ke
elemen mesin yang lain. Dalam hal ini elemen mesin menjadi
terpuntir (berputar) dan dibengkokkan. Daya ditransmisikan
kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, sabuk puli atau
sprocket rantai dan lain-lain.
11
2. Spindel
Poros transmisi yang relative pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut
spindel.Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya
harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
3. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang,
dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak
boleh berputar, disebut dengan gandar.
2.8.2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu poros
Untuk merencanakan sebuah poros, yang perlu diperhatikan antara
lain :
1. Kekuatan Poros
Pada poros transmisi misalnya dapat mengalami beban puntir atau
lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang
mendapatkan beban Tarik atau tekan, seperti poros baling-baling
kapal dan turbin. Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi
tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) apabila
poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Jadi, sebuah poros
harus direncanakan cukup kuat untuk menahan beban-beban yang
terjadi.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi
jika lenturan atau defleksi puntirannya terlalu besar akan
mengakibatkan ketidak telitian atau getaran dan suara. Karena itu
disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan
dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros
tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran
12
inilah yang disebut dengan putaran kritis.Hal ini dapat terjadi pada
turbin, motor torak, motor listrik, dan lain-lain. Putaran kritis ini
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian
lainnya.
4. Korosi
Bahan-bahan yang tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller
dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
Demikian pula untuk poros-poros yang terancam kapasitas dan
poros mesinyang sering berhenti lama.
5. Bahan poros
Bahan untuk poros mesin umum biasanya terbuat dari baja karbon
kontruksi mesin, sedangkan untuk pembuatan poros yang dipakai
untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat
dari baja paduan dengan pengerasan kuulit yang sangat tahan
terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel,
baja khrom, dan baja khrom molybdenum.
2.8.3. Poros dengan beban puntir dan lentur
1. Jenis-jenis pembebanan
Dilihat dari arah pembebanan, beban dapat dibedakan 3 macam
antara lain :
a. Beban aksial atau Normal.
Yaitu beban yang berimpit pada sumbu.
b. Beban Tangensial atau Geser.
Yaitu beban yang arahnya tegak lurus dari sumbu.
c. Beban kombinasi.
Yaitu beban campuran antara beban tangensial dan aksial
atau beban aksial yang tidak terletak pada sumbu.
13
2. Jenis tegangan
a. Tegangan geser (ℸg)
Tegangan geser adalah apabila suatu benda mendapatkan
beban geser. Besarnya regangan geser (ơg) adalah sebagai
berikut :
ℸg = G. Y
Keterangan :
ℸg = Tegangan geser (kg / mm2).
G = Modulus geser (kg / mm2).
Y = regangan geser (mm).
(sumber :Titherington Rimer, Lea Praset),o, 1999
Mekanika Terapan. Hal 55).
b. Tegangan Ijin (ơ ijin)
Tegangan ijin yaitu suatu tegangan maksimum yang tidak
diperbolehkan untuk dilampainya.
Besarnya tegangan ijin = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛
c. Tegangan bengkok (ơb)
Menurut hukum hooke, besarnya tegangan tarik sama
dengan regangan dikalikan modulus elastisitas. Karena
tegangan yang terjadi, tegangan bengkok maksimum.
𝜎𝑏 = 𝜖. E
Keterangan :
𝜎𝑏 = Tegangan bengkok (kg / 𝑚𝑚2)
E = Modulus elastisitas (kg / mm2)
∈ = Regangan
(Sumber : Mekanika Teknik, Hal 30).
Regangan batang terjadi apabila batang mendapatkan suatu
gaya atau beban maka pada batang akan mengalami momen
bengkok dan akibatnya batang akan melengkung dan terjadi
perubahan serat.
Regangannya ( y ) :
14
y = 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
Untuk Y = 0 , pada sumbu netral maka Ơb = 0
Y = Jarak kulit terluar. Maka Ơb = b
Maka :
Mb = Ơb . Wb
Keterangan :
Mb = momen bengkok maksimum (N.mm).
Wb = momen tahanan bengkok minimum (𝑚𝑚3)
(sumber : Mekanika Teknik, Hal 31).
Dimana momen tahanan bengkok untuk penampang
lingkaran.
Wb = 𝜋
32 x 𝑑3
(sumber : Mekanika Teknik, Hal 32).
d. Tegangan Puntir
Poros berfungsi untuk memindahkan tenaga dan pada poros
akan terjadi puntiran. Poros pada posisi 1, dan pada posisi
lain diberikan suatu torsi, maka pada poros akan menerima
tegangan puntir (tegangan geser akibat puntiran).
Menurut hukum hooke :
Tegangan geser = modulus geser x regangan geser.
Maka dapat dirumuskan
ℸg = Gxy
e. Momen puntir (Mp).
Momen puntir adalah gaya x jarak
Mp=𝜃
𝑙 x G x y
Keterangan :
I = Panjang poros (mm)
Ip = Momen inersia polar (𝑚𝑚4)
G = Modulus geser (Mpa)
(sumber : Mekanika Teknik, Hal 41).
f. Momen tahanan puntir (Wp).
15
Wp = 𝜋
16 x 𝑑3
(sumber : Mekanika Teknik, Hal 40).
g. Tegangan puntir (𝜏𝑝)
𝜏𝑝 = 𝑀𝑝
𝑊𝑝
(sumber : Mekanika Teknik, Hal 40).
3. Lendutan batang atau defleksi
Dalam konstruksi kantilever maupun batang tumpuan yang
menerima beban terpusat dan beban merata, untuk menentukan
dimensinya tidak cukup diperiksa terhadap kekuatan saja,
melainkan diperiksa lendutan maksimum yang diijinkan.
Untuk batang poros yang berputar diberikan juga putaran kritis,
besar lendutan dipengaruhi oleh beban penampang konstruksi
dan jenis beban.
2.9. Pasak
Pasak adalah suatu dari mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, pulli, kopling.dll pada poros.
Momen diteruskan dari poros ke naf atau dari naf keporos.
2.9.1. Macam-macam pasak
Dalam pembahasan ini hanya akan diuraikan tentang pasak
saja. Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa
macam sebagai berikut.
Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak
pelana, pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung.Yang
umumnya berpenampang segi empat.Dalam arah memanjang dapat
berbentuk prismatis atau berbentuk tirus.Pasak benam prismatis
ada khusus dipakai sebagai pasak luncur.Disamping macam diatas
ada pula pasak temberang dan pasak jarum.
16
Yang paling umum dipakai adalah pasak benam, yang dapat
meneruskan momen yang besar.Untuk momen dengan tumbukan,
dapat dipakai pasak singgung.
Gambar 2.6 Macam-macam pasak
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 24).
2.9.2. Hal-hal penting dalam perencanaan pasak
Sebagai contoh ambilah suatu poros yang dibebani dengan
puntiran murni atau gabungan antara puntiran dan lenturan, dimana
diameter poros dan pasak alurnya akan ditentukan.
Jika momen rencana dari poros adalah T (kg mm), dan
diameter poros 𝑑𝑠 (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada
permukaan poros adalah.
F = 𝑇
(𝑑𝑠
2)
Keterangan :
F = Gaya tangensial (kg).
T = Momen rencana (kg.mm).
ds = Diameter poros (mm)
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 25).
17
Menurut lambing pasak yang diperhatikan dalam gambar, gaya
geser bekerja pada penampang mendatar b x 1 (𝑚𝑚2) oleh gaya F
(kg). Dengan demikian tegangan geser 𝜏𝑘 (kg/𝑚𝑚2) yang
ditimbulkan adalah:
𝜏k = Tegangan gesar (kg/𝑚𝑚2).
F = Gaya tangensial (kg).
b1 = Gaya geser bekerja pada penampang mendatar ( 𝑚𝑚2).
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 25).
Gaya keliling F (kg) yang sama seperti tersebut diatas dikenakan
pada luas permukaan samping pasak. kedalaman alur pasak pada
poros dinyatakan dengan 𝑡1, dan kedalaman alur pasak pada naf
dengan 𝑡3. Abaikan pengurangan luas permukaan oleh pembulatan
sudut pasak. Dalam hal ini tekanan permukaan p(kg/𝑚𝑚2) adalah :
p = 𝐹
𝑙𝑥 (𝑡1 𝑎𝑡𝑎𝑢.𝑡2)
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 27).
Dari harga tekanan permukaan yang diijinkan Pa (kg), panjang
pasak yang diperlukan dapat dihitung dari :
Pa ≥ 𝐹
𝑙𝑥 (𝑡1 𝑎𝑡𝑎𝑢.𝑡2)
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 28).
Harga Pa adalah sebesar 8 (kg/mm2) untuk diameter kecil, 10
(kg/mm2) untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari
harga-harga diatas poros perputaran tinggi.
18
2.10. Bantalan
2.10.1. Pengertian Bantalan
Bantalan adalah elemen yang menumpu poros
berbeban.Sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat
berlangusung secara halus, aman dan panjang umur.Bantalan harus
kokoh untuk memungkinkan poros serta elemin mesin lainya bekerja
dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh system akan menurun.
2.10.2. Klasifikasi Bantalan
Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Atas dasar gerakanbantalan terhadap poros.
a. Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi gesekan
gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam
melalui elemin seperti bola (peluru, rol atau rol jarum, dan rol
bulat ).
b. Bantalan luncur, pada bantalan ini terjadi gesekan luncur
antara poros dengan bantalan karena permukaan poros
ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan
pelumas.
2. Atas dasar arah beban terhadap poros.
a. Bantalan radial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah
tegak lurus sumbu poros.
b. Bantalan aksial, arah beban bantalan ini sejajar dengan
sumbu poros.
2.10.3. Batas-Batas penggunaan
1. Bantalan gelinding
Bantalan gelinding pada umumnya cocok untuk beban kecil
dan tergantung pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada
19
bantalan ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada
elemin gelinding tersebut.
2. Bantalan Luncur
Bantalan ini sederhana kontruksinya dan dapat dibuat dan
dipasang dengan mudah.Bantalan luncur mampu menumpu
poros berputar tinggi dengan beban besar.Karena gesekannya
yang besar waktu mulai jalan, bantalan memerlukan momen
awal yang besar panas yang ditimbulkan karena gesekan
terutama pada beban yang besar sangat tinggi untuk diperlukan
pendingin yang khusus, sehingga pelumasan bantalan ini tidak
sederhana.
2.10.4. Perhitngan Umur Nominal Bantalan
Umur nominal bantalan dapat ditentukan sebagai berikut :
jikan (rpm) adalah putaran poros, C (kg) menyatakan beban nominal
dinamisspesifik dan P (kg) beban akivalen dinamis.
Maka factor kecepatan (fn) untuk bantalan bola adalah
Fn = (33,3
𝑛) 1/3
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin. Hal 136).
Keterangan :
n = Putaran poros (rpm)
1. Factor umur ( fh )
fh = fn𝑐
𝑝
keterangan :
fn = faktor kecepatan
C = Beban nominal dinamis spesifik (kg)
20
P = Beban ekivalen dinamis (kg)
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 136).
2. Umur nominal (Lh) untuk bantalan bola :
Lh = 500 ∫3
ℎ
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 136).
2.11. Sabuk-V Dan Puli
2.11.1 Definisi Sabuk – V
Sabuk-V terbuat dari karet yang mempunyai penampang
trapezium.Tenonan tetoron atau semacam dipergunakan sebagai inti
sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan pada
sekeliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang
membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian
dalamnya akan bertambah karena pengaruh bentuk biji, yang akan
menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relative
rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk-V dibanding
dengan sabuk rata.
2.11.2. Macam – Macam Sabuk – V
Sabuk pengerak dibedakan menjadi dua macam yaitu sabuk
penggerak datar dan sabuk penggerak-V.
a. Sabuk penggerak datar
b. Sabuk penggerak konvensional
Sabuk penggerak konvensioal yaitu sabuk pengerak datar tanpa
gigi-gigi celah dan variasi lain.
c. Sabuk penggerak berurat
Sabuk penggerak ini pada dasarnya merupakan sabuk penggerak
datar yang dibentuk atau dibuat berurat-urat pada sisi bawahnya
untuk menambah keuntungan. Bagian san=buk penggerak yang
datar membantu memindahkan daya dan urat-uratnya melengkapi
21
tarikan tersebut didalam alur. Kemampuan sabuk penggerak ini
tergantung dari tebal sabuknya dan tergantung gesekan antara
alur dan uratnya.
d. Sabuk penggerak positif
Variasi yang lain sabuk penggerak datar adalah sabuk penggerak
positif, biasanya disebut dengan “Timing Belt”. Pada dasarnya
sabuk penggerak datar yang pada bagian bawahnya dibuat
berurat-urat melintang dan berfungsi seperti pada roda gigi
ataupun rantai-rantai penggerak.
e. Sabuk Penggerak-V (sabuk-V)
Sabuk penggerak-V dapat ditentukan dalam bermacam-macam
ukuran standard dan tipe untuk memindahkan gaya dari
bermacam-macam HP. Biasanya sabuk penggerak ini paling baik
pada kecepatan putaran antara 1500 sampai 1600 rpm.
Untuk sabuk penggerak yang paling edial 4500 rpm.
Keuntungan menggunakan sabuk penggerak-V yaiu :
1. Rasio kecepatannya besar.
2. Pemakaian lebih tahan lama.
3. Mudah memasang dan melepasnya.
4. Tidak berisik.
5. Dilengkapi dengan penyerap hentakan antara poros
penggerak dengan poros yang digerakkan.
Gambar 2.7 Type sabuk menurut RMA
(Sumber : Sularso, Ir. Saga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 164)
22
Gambar 2.8 Diagram pemilihan sabuk-V.
(Sumber sularso,Ir. Saga, 1991, Dasar Perancangan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 164)
2.11.3. Perancangan Sabuk-V
Untuk merencanakan puli dan sabuk-V dengan hasil yang
lebuh baik maka terlebih dahulu kita harus mengetahui : Daya yang
akan diteruskan melalui sabuk-V dan puli yang akan digunakan
tersebut P (KW), putaran poros awal n1 (rpm), diameter poros yang
akan (mm), putaran bagian yang akan dikehendaki (rpm), dan
penggunaan mesin perhari (jam).
Gambar 2.9 Panjang Keliling Sabuk
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991. Dasar Perancangan dan
Pemeliharaan Elemin Mesin. Hal 168).
1. Sekarang kita lihat gambar diatas, dimana putaran puli
penggerak yang akan digerakkan berturut-turut n1 (rpm) dan n2
23
(rpm), dan diameter nominal masing-masing adalah dp (mm)
dan Dp (mm), serta perbandingan putaran u dinyatakan dengan
n2 / n1 atau dp / Dp. Karena biasanya sabuk-V digunakan untuk
menurunkan putaran, maka perbandingan putaran yang bias
dipakai ialah perbandigan reduksi.
i ( i ≥ 1 ), dimana
𝑛1
𝑛2 = i = 𝐷𝑝
𝑑𝑝= 1
𝑢 ; u = 1
𝑖
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 166).
Kecepatan linier sabuk-V (m/s) adalah :
V = 𝑑𝑝𝑛1
60 𝑥 1000
Keterangan :
v = Kecepatan linier sabuk (m/s)
dp = Diameter nominal (mm)
n1= Putaran puli (rpm)
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 136).
2. Faktor Koreksi
Tabel 2.1 Faktor koreksi K&0
Mesin yang
digerakkan Penggerak
Momen punter puncak
200%
Momen puntie puncak >200%
Motor arus bolak-balik
(momen normal, sangkar
bajing, singkron), motor
searah (lilitan shunt).
Motor arus bolak-balik
(momen tinggi, fase tunggal,
lilitan sari), motor arus searah
(lilitan kompon, lilitan seri),
mesin torak, kopling tak tetap.
24
Jumlah jam kerja tiap
hari Jumlah jam kerja tiap hari
3-5
jam
8-10
jam
16-24
jam
3-5
jam
8-10
jam
16-24 jam
Var
iasi
beb
an sa
ngat
kec
il Pengduk zat
cair, kipas
angin, blowr
(sampai 7,5
kw) pompa
sentrifugal,
konveyor
tugas ringan
1,0 1,1 1,2 1,2 1,3 1,4 V
aria
si b
eban
kec
il
Konveyor
sabuk (pasir,
batu bara).
Pengaduk
kipas angin
(lebih dari
7,5 kw)
mesin, torak
peluncur,
mesin
perkakas,
mesin
pencetakan
1,2 1,3 1,4 1,4 1,5 1,6
25
Var
iasi
beb
an se
dang
Konveyor
(ember,
sekrup),
pompa, torak,
kompresor
gilingan, palu
pengocok,
roots-blower,
mesin tekstil,
mesin kayu
1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8
Var
iasi
beb
an b
esar
Penghancur
gilingan bola
atau batang,
pengangkat,
mesin pabrik
karet (rol,
kalender)
1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin. Hal 165)
3. Pilihan penampang sabuk
Dalam pemilihan sabuk ini kita akan dimudahkan dengan
melihat table berikut :
Table 2.2 Daerah beban untuk tegangan sabuk yang sesuai.
Penampang A B C D E
Beban
Manimum
0,68 1,58 2,93 5,77 9,60
Beban
Maksimum
1,02 2,38 4,75 8,61 14,30
26
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 169).
4. Diameter minimum puli dmin (mm)
Tabel 2.3 Diameter minimum puli yang diizinkan (mm)
Penampang A B C D E
Diameter
min. yang
diizinkan
65 115 175 300 450
Diameter
min. yang
dianjurkan
95 145 225 350 550
Tipe sabuk sempit 3V 5V 8V
Diameter minimum
yang diizinkan
67 185 315
Diameter minimum
yang sianjurkan
100 224 360
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin. Hal 169).
5. Kecepatan sabuk-V (m/s)
V = 𝜋𝑥𝑑𝑝𝑥𝑛𝑝𝑥𝑛11
60 𝑥 1000
Keterangan :
v = kecepatan (m/s)
dp= diameter lingkaran jarak bagi (mm)
n1 = potaran motor penggerak (rpm)
27
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 178).
6. Kecepatan maksimum yang diizinkan
Dalam perancangan puli ini, kecepatan maksimum yang diizinkan
untuk penampang sabuk-V type B yang lebih kecil dari (,) 30
(m/s), dan untuk penampang sabuk-V 3V kecepatan maksimum
yang diizinkan adalah lebih kecil dari (<) 35 (35 (m/s).
7. Pemilihan sabuk-v dengan menentukan kapasitas daya yang
ditransmisikan dari satu sabuk P0 (KW).
Untuk menyederhanakan perhitungan, maka kita dapat melihat
table yang menunjukkan daftar kapasitas dari daya yang
ditransmisikan untuk sabuk bila menggunakan puli dengan
diameter minimum Yang diizinkan. (Sumber : Sularso, Ir. Suga,
1991. Dasar Perancangan dan Pemeliharaan Elemin Mesin. Hal
172).
Sabuk-V sempit lakan menjadi lurus pada kedua sisinya bila
dipasang pada alur puli seperti pada gambar dibawah ini. Dengan
demikian akan terjadi kontak yang merata dengan puli sehingga keausan
pada sisinya dapat dihindari.
Gambar 2.10 Persinggungan antara sisi sabuk dan alur pulley
28
Gambar 2.11 Ukuran penampang sabuk-V sempit
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991. Dasar Perancangan dan
Pemeliharaan Elemin Mesin. Hal 172).
Kapasitas transmisi daya P0 (kW) untuk satu sabuk dapat dihitung
P0 = 𝐹𝑒𝑥𝑣
102
Keterangan :
P0 = Besarnya daya yang ditransmisikan (kW)
Fe = Gaya tarik yang diizinkan (kg)
V = kecepatan 11 mer sabuk (m/s)
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin. Hal 171).
8. Perhitungan panjang keliling L (mm).
Jika sumbu poros dan panjang keliling sabuk berturut-turut adalah
C (mm) dan L (mm).
Maka untuk mencari harga L yaitu :
L = 2c +𝜋
2( dp + Dp ) +
1
4𝑐 ( Dp – dp )2
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 170).
9. Menentukan nomor nominal sabuk-V
Dalam menentukan nomor nominal sabuk kita dapat
melihat table berikut :
Tabel 2.4 Daerah penyetelan jarak sumbu poros.
29
Nomor
nominal
sabuk
Panjang
keliling
sabuk
Kesebelah dalam dari letak
standar ACt.
Ke sebelah luar dari
letak standar AC1
(umum) A B C D E
11-38 280-970 20 25 25
38-60
60-90
90-120
120-158
970-1500
1500-2200
2200-3000
3000-4000
20
20
25
25
25
35
35
35
40
40
40
40
50
40
50
65
75
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991. Dasar Perancangan dan
Pemeliharaan Elemin Mesin. Hal 174).
10. Jarak sumbu poros C (mm)
Dalam perdagangan terdapat bermacam-macam ukuran sabuk.
Namun, mendapatkan sabuk yang panjangnya sama dengan hasil
perhitungan umurnya sukar.
Jarak sumbu poros C dapat dinyatakan sebagai.
C = 𝑏+√𝑏2−8 ( 𝐷𝑝−𝑑𝑝)2
8
Keterangan :
C = Jarak sumbu poros (mm), maka
b = 2L – 3.14 (Dp – dp)
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 170)
11. Sudut kontak ϴ ( 0)dan factor koreksiK0
Persamaan untuk sudut kontak ϴ = 1800 dapat dicari menggunakan
rumus sebagai berikut:
ϴ = 180 – 57 (𝐷𝑝−𝑑𝑝)
𝑐
30
(Sumber : Sularso, Ir. Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Hal 173).
12. Daerah penyetelan jarak poros A C, (mm), A C, (n-m-i)
Untuk menetukan daerah penyetelan jarak poros dengan melihat
tabel daerah penyetelan jarak sumbu poros.
2.12. Rangka Mesin
Baja profil dapat di pakai untuk membuat kontruksi rangka dan
tabung biasanya dalam bentuk profil, U, L persegi dan bundar ( pipa )
digunakan untuk kontruksi penumpu atau dikeling atau dilas. Baja profil
termasuk klarifikasi baja karbon rendah dengan antara besi (Fe) dan
karbon (C) sebesar 0,1% - 0,3% sehingga mempunyai sifat mudah dapat
ditempa dan liat.
2.13. Chassing
Chasing merupakan bagian dari mesin yang berfungsi sebagai
pelindung komponen-komponen dari mesin itu sendiri. Selain itu chasing
biasanya digunakan sebagai sarana pe;indung bagi pengguna mesin dari
bahaya kecelakaan kerja dari bagian-bagian mesin yang berbahaya.
Chasing sering terbuat dari baja yang memiliki ketebalan yang tipis atau
sering disebut dengan plat baja. Plat baja terbagi menjadi tiga kategori,
plat tebal (>4,75mm), plat sedang (3-4,75mm) dan plat tipis (<3mm). Plat
baja dapat digunakan sebagai bahan pembuatan chasing dan lain-lain
dengan pemilihan didasarkan pada permukaan dan ketebalan plat.