bab ii tinjauan pustaka - repositori
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Teori
1. Audit
a. Pengertian Audit
Menurut (Sukrisno Agoes 2017, 4) mengatakan bahwa:
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis
dan sistematis oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen, berserta catatan - catatan
pembukuan dan bukti – bukti pendukungnya dengan tujuan agar
dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut.”
Menurut (Mulyadi 2014, 9) mengatakan bahwa:
“Audit adalah Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”
Menurut (Arens dkk 2015, 2) mengatakan bahwa:
“Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuain antara
informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.”
Menurut (Messier, Glover dan Prawitt 2014, 12) mengatakan bahwa:
“Auditing adalah proses yang sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang
kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk menetukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.”
13
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa audit adalah
proses pengevaluasian suatu entitas atau organisasi untuk memperoleh
bukti dan informasi dalam suatu proses sistematis tentang asersi-asersi
manajemen untuk melaporkan derajat kesesuaian antara kondisi dan
kriteria.
b. Jenis-jenis Audit
Menurut (Mulyadi 2014, 30-32) auditing umumnya digolongkan
menjadi tiga jenis yaitu:
1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit), audit laporan
keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen
terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai
kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip
akuntansi berterima umum.
2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit), audit kepatuhan adalah audit
yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan
kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya
dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit
kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3) Audit Operasional (Operational Audit), audit operasional merupakan
review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya,
14
dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Pihak yang memerlukan
audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit
operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya
audit tersebut.
Menurut (Mayangsari, S. & Wandanarum, P. 2013, 10) jenis-jenis
auditing pada dasarnya dapat dikelompokan sesuai pelaksananya dan
objek yang diaudit, yaitu:
1) Ditinjau dari Pelaksananya
Internal Audit (Pemeriksaan Intern)
Pemeriksa intern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
karyawan perusahaan yang bersangkutan yang disebut auditing
intern, yang biasanya tidak terlibat dalam kegiatan pencatatan
akuntansi dan kegiatan operasi perusahaan.
Eksternal Audit (Audit Ekstern)
Pemeriksaan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
pihak luar yang bukan merupakan karyawan perusahaan yang
berkedudukan bebas tidak memihak baik terhadap kliennya
maupun terhadap pihakpihak yang berkepentingan dengan
kliennya (pemakaian laporan keuangan).
Governmental Audit (Pemeriksaan Pemerintah)
Pemeriksaan pemerintah adalah audit yang dilakukan oleh auditor
pemerintah (governmental auditor). Pada departemen keuangan
terdapat instansi yang bertugas antara lain sebagai auditor
15
pengelolaan keuangan instansi pemerintah dan perusahaan-
perusahaan negara, yaitu Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Jika ditinjau secara luas BPKP bertindak
sebagai auditor intern pemerintah, sedang sebagai auditor ekstern
pemerintah adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
2) Ditinjau dari Objek yang Diaudit
Pemeriksaan Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Pemeriksaan laporan keuangan adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan
yang disajikan oleh kliennya untuk menytakan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
Pemeriksaan Kinerja (Management Audit atau Operasional Audit)
Pemeriksaan kinerja merupakan penelaahan (review) secara
sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan pemeriksaan kinerja
adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan
untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan
atau tindakan lebih lanjut.
Pemeriksaan Kepatuhan atau Kesesuaian (Compliance Audit)
Pemeriksaan kepatuhan adalah pemeriksaan yang tujuannya untuk
menentukan apakah yang diaudit (perusahaan klien atau satuan
kerja pemerintah) sesuai dengan kondisi atau mengikuti prosedur-
prosedur khusus atau peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
16
pihak yang berwenang. Hasil pemeriksaan kepatuhan umumnya
dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.
Pemeriksaan kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahaan.
Auditing Investigasi (Investigation Audit/Forensic Audit/Fraud
Audit)
Pemeriksaan investigasi (fraud examination) adalah suatu metode
untuk menyelesaikan dengan jelas permasalahan yang berkaitan
dengan adanya indikasi tindak kecurangan dari awal sampai akhir.
Dengan kata lain, pemeriksaan investigasi bertujuan untuk
mencari kebenaran dengan tingkat kebenaran yang tinggi (high
level assurance) mengenai suatu permasalahan yang berlandaskan
pada hukum dan rasa keadilan. Pemeriksaan investigatif meliputi
upaya untuk mendapatkan pernyataan-pernyataan, bukti-bukti,
memberikan kesaksian, penulisan laporan, dan membantu dalam
pendektesian serta pencegahan tindak kecurangan. Dengan
demikian, pemeriksaan investigasi, yaitu mencari bukti yang
mungkin tersembunyi atau tidak secara intensif.
c. Tujuan Audit
Perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan perlu
melakukan suatu pengendalian internal dalam perusahaan. Pengawasan
dalam pelaksanaan kegiatan dan mengerahkan serta menggunakan sebaik
17
mungkin sumber ekonomi yang dimiliki dapat menjamin tercapainya
tujuan tersebut.
Menurut (Tuanakotta 2014, 84) mengatakan bahwa:
“Tujuan audit adalah mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai
laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan keuangan itu.
Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai
apakah laporan keuangan disusun dalam segala hal yang material
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.”
Menurut (Arens dkk 2015, 168) mengatakan bahwa:
“Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan
suatu pendapat yang diberikan oleh auditor tentang apakah laporan
keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku.
Pendapat auditor ini menambah tingkat keyakinan pengguna yang
bersangkutan terhadap laporan keuangan.”
Menurut Hery (2013, 40) mengatakan bahwa:
“Tujuan audit adalah berguna sebagai kerangka kerja yang akan
membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang cukup
kompeten dan tepat sesuai dengan jenis transaksi yang diaudit.”
Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan diatas, dapat
diketahui bahwa tujuan audit adalah untuk mengangkat tingkat
kepercayaan dari pemakai laporan keuangan apakah laporan yang
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material telah sesuai dengan
kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia.
18
2. Audit Delay
a. Pengertian Audit Delay
Audit delay atau dalam beberapa penelitian lainnya disebut sebegai
audit reporting lag yang merupakan selisih waktu antara berakhirnya
tahun fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.
Menurut (Robbitasari 2013, 657) audit delay didefinisikan dengan
jumlah hari dari tanggal tutup buku tahun perusahaan hingga tanggal
ditandatanganinya laporan keuangan yang telah diaudit. Auditor akan
melakukan proses audit dengan waktu yang telah disepakati antara pihak
klien dengan auditor.
Menurut Imam Subekti dan Novi Wulandari (dalam Esynasali,
2014, 11-12) audit delay adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan
keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang
menunjukkan mengenai lamanya waktu penyelesaian audit yang
dilakukan oleh auditor.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa audit
delay adalah selisih waktu antara tanggal penutupan buku akuntansi
sampai dengan tanggal dikeluarkannya laporan keuangan yang telah
diaudit oleh auditor independen. Kualitas suatu perusahaan dapat dilihat
dari waktu penyelesaian audit dimana hal tersebut sangat penting bagi
investor yang akan menanamkan modalnya.
Laporan keuangan yang dipublikasikan harus diaudit terlebih dahulu
oleh akuntan independen yang menyebabkan terjadinya audit delay. Di
19
Indonesia, hal ini diatur untuk perusahaan yang go public, melalui
peraturan BAPEPAM No. X.K.6 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala, dimana disebutkan :
“Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam
dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada
akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.”
Jika perusahaan go public atau emiten terlambat dalam
menyerahkan laporan keuangan sesuai dengan surat Keputusan Ketua
BAPEPAM Nomor:Kep-36/PM/2003, maka terdapat sanksi yang
ditetapkan oleh Bursa Efek Jakarta.
Menurut keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor Kep
307/bej/07-2004 tentang Peraturan Nomor II.1 – II.6, terdapat tahapan
sanksi yang diberikan atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan,
yaitu:
1) Peringatan tertulis pertama akan diberikan kepada emiten jika
terlambat menyampaikan laporan keuangan hingga 30 hari kalender.
2) Peringatan tertulis kedua ditambah dengan denda sebesar Rp.
50.000.000 diberikan jika hingga hari ke-31 sampai hari ke-60 sejak
batas waktu penyerahan emiten belum juga memberikan laporannya.
3) Peringatan tertulis ketiga ditambah dengan denda sebesar Rp.
150.000.000 diberikan jika hingga hari ke-61 sampai hari ke-90 sejak
batas waktu penyerahan emiten belum juga memberikan laporannya.
20
Emiten akan dihentikan perdagangannya sementara (suspensi) oleh
BEJ jika mulai hari ke-91 sejak lampaunya batas waktu penyampaian
laporan keuangan, emiten tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian
laporan keuangan dan atau emiten telah menyampaikan laporan keuangan
namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda pada
peringatan sebelumnya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Banyak peneliti dari berbagai negara yang telah menguji mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Menurut Ashton et al
(dalam Malinda Dwi Apriliane 2015, 18) faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlambatan audit bisa disebabkan dari faktor internal
perusahaan dan faktor eksternal perusahaan. Faktor-faktor yang berasal
dari internal perusahaan yang mempengaruhi keterlambatan audit yaitu :
total pendapatan, tipe industri, kompleksitas laporan keuangan,
kompleksitas data elektronik, laba dilihat dari total aset, umur perusahaan,
pos-pos luar biasa, laba, kompleksitas operasi perusahaan dan ukuran
perusahaan. Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal perusahaan
yang mempengaruhi keterlambatan audit yaitu opini audit, reputasi
auditor, dan kualitas auditor.
21
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan
besar/kecilnya suatu objek. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
ukuran diartikan sebagai berikut:
(1) “Hasil mengukur
(2) Panjang, lebar, luas, besar sesuatu
(3) Bilangan yang menunjukkan besar satuan ukuran suatu benda
(4) Alat untuk mengukur, misalnya penggaris, meteran, jengkal
(5) norma
(6) Panjang-pendek, besar-kecil, berat-ringan, dan luas-sempit sesuatu.”
Menurut Consoladi et al (dalam Heni Oktaviani 2014, 32)
mengatakan bahwa kinerja sosial perusahaan dapat dipengaruhi oleh
ukuran perusahaan karena perusahaan yang besar mempunyai pandangan
yang lebih jauh, sehingga lebih berpartisipasi dalam menumbuhkan
kinerja sosial perusahaan.
Menurut (Brigham & Houston 2010, 4) mengatakan bahwa:
“Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya sebuah
perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total asset, total
penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain.”
Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan adalah besar atau kecilnya perusahaan yang dapat ditunjukan
oleh total asset, jumlah laba, total penjualan, dan dapat mempegaruhi
kinerja sosial perusahaan.
22
Ukuran perusahaan untuk setiap skala usaha berbeda, dari
perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar. Perbedaan tersebut
tergantung pada investasi yang ditanamkan. Besar atau kecilnya suatu
perusahaan tetap memiliki tujuan yang sama yaitu suatu perusahaan
didirikan adalah untuk menghasilkan laba bagi pemiliknya.
Kategori ukuran perusahaan menurut Badan Standarisasi Nasional
(BSN) terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
lebih besar dari Rp. 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan.
Memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 Milyar/tahun.
2) Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih Rp. 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil
penjualan lebih besar dari Rp.1 Milyar dan kurang dari Rp. 50 Milyar.
3) Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp. 200 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan
memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 Milyar/tahun.
Klasifikasi ukuran perusahaan menurut Small Bussiness
Administration (SBA), yaitu:
23
Tabel II.1
Klasifikasi Ukuran Perusahaan
Sedangkan di Indonesia perusahaan diklasifikasikan sebagai
perusahaan besar atau kecil diatur dalam Pasal 1 Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-11/PM/1997, mengatakan bahwa:
“a. Perusahaan Menengah atau Kecil adalah badan hukum yang didirikan
di Indonesia yang :
1) Memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari
Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).”
4. Reputasi Kantor Akuntan Publik
a. Pengertian Auditor
Menurut (Arens et al 2013, 5) mengatakan bahwa:
“Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas
kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil
usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia.”
Menurut (Mulyadi 2013, 1) mengatakan bahwa:
“Auditor adalah akuntan publik yang memberikan jasa kepada
auditan untuk memeriksa laporan keuangan agar bebas dari salah
saji.”
Ukuran Perusahaan
Jumlah
Tenaga
Kerja
Total Aset Total Penjualan
Perusahaan Keluarga 1-4 < $100.000 $100.000 - $500.000
Kecil 5-19 $100.000 - $500.000 $500.000 - $1.000.000
Sedang 20-99 $500.000 - $5.000.000 $1.000.000 - $10.000.000
Besar 100-499 $5.000.000 - $25.000.000 $10.000.000 - $50.000.000
Sumber : Small Bussiness Administration (Restuwulan, 2013)
24
Menurut (IBK Bhayangkara 2015, 2) mengatakan bahwa:
“Auditor merupakan pihak pertama yang melakukan audit terhadap
pertanggungjawaban pihak kedua kepada pihak ketiga dan
memberikan pengesahan hasil auditnya untuk kepentingan pihak
ketiga.”
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
auditor adalah akuntan publik yang memberikan jasa kepada auditan
untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan suatu
perusahaan apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum
di Indonesia.
b. Jenis-jenis Auditor
Jenis-jenis auditor menurut (Arens et al 2013, 19), yaitu:
1) Kantor Akuntan Publik. Mengaudit laporan keuangan historis yang
dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan
perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta
organisasi non-komersial yang lebih kecil merupakan tanggung jawab
dari kantor akuntan publik. Oleh karena luasnya penggunaan laporan
keuangan yang telah diaudit dalam perekonomian Indonesia, serta
keakraban para pelaku bisnis dan pemakai lainnya, sudah lazim
digunakan istilah auditor dan kantor akuntan publik dengan pengertian
yang sama, meskipun ada beberapa jenis auditor. Sebutan kantor
akuntan publik mencerminkan bahwa auditor yang menyatakan
pendapat audit atas laporan keuangan harus memiliki lisensi sebagai
akuntan publik. Auditor independen atau auditor eksternal adalah
25
sebutan bagi kantor akuntan publik untuk membedakannya dengan
auditor internal.
2) Auditor Internal Pemerintah. Auditor internal pemerintah yaitu
auditor dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
yang bekerja untuk melayani kebutuhan pemerintah. Porsi utama
upaya audit BPKP adalah dikerahkan untuk mengevaluasi efisiensi
dan efektivitas operasional berbagai program pemerintah. BPKP
mempekerjakan lebih dari 4.000 orang auditor diseluruh Indonesia.
Auditor BPKP juga sangat dihargai dalam profesi audit.
3) Auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Auditor Badan Pemeriksa
Keuangan adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Republik Indonesia, badan yang didirikan
berdasarkan konstitusi Indonesia. Dipimpin oleh seorang kepala. BPK
melapor dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada DPR.
Melaksanakan fungsi audit DPR adalah tanggung jawab utama BPK.
Selain itu juga mempunyai tanggung jawab lainnya seperti KAP.
Informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai macam badan
pemerintah baik pusat maupun daerah sebelum diserahkan kepada
DPR harus diaudit terlebih dahulu oleh BPK. Oleh karena kuasa
pengeluaran dan penerimaan badan-badan pemerintah ditentukan oleh
undang-undang, maka audit yang dilaksanakan difokuskan pada audit
ketaatan. Peningkatan porsi upaya audit BPK dikerahkan untuk
mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasional berbagai program
26
pemerintah. Hasil dari tanggung jawab BPK yang besar untuk
mengaudit pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan kesempatan
mereka untuk melaksanakan audit operasional, auditor BPK sangat
dihargai dalam profesi audit.
4) Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak bertanggung jawab untuk
memberlakukan peraturan pajak. Audit SPT wajib pajak untuk
menentukan apakah SPT itu sudah mematuhi peraturan pajak yang
berlaku adalah tanggung jawab utama Ditjen Pajak. Audit ini murni
bersifat ketaatan. Auditor yang melakukan pemeriksaan ini disebut
auditor pajak.
5) Auditor Internal. Auditor internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk
melakukan audit bagi manajemen, sama seperti BPK megaudit DPR.
Tanggung jawab auditor internal tergantung pada yang
memperkerjakan mereka dan tanggung jawab tersebut sangat
beragam. Ada staf audit internal yang hanya terdiri atas satu atau dua
karyawan yang melakukan audit ketaatan secara rutin. Staf audit
internal lainnya mungkin terdiri atas lebih dari 100 karyawan yang
memikul taggung jawab berlainan, termasuk di banyak bidang di luar
akuntansi. Banyak juga auditor internal yang terlibat dalam audit
operasional atau memiliki keahlian dalam mengevaluasi sistem
komputer.
27
c. Pengertian Reputasi Kantor Akuntan Publik
Reputasi Kantor Akuntan Publik adalah citra perusahaan yang
dibangun oleh perusahaan dari waktu ke waktu akibat dari kualitas audit
yang dirasakan oleh kliennya dan tidak ada litigasi setelah audit selesai
dilaksanakan dan fee yang dikenakan sudah sesuai dengan jasa yang
dilakukannya (Aronmwan 2013, 68).
Menurut Andra (dalam Firyana 2014, 24) ukuran atau reputasi KAP
merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya
suatu Kantor Akuntan Publik. Ukuran Kantor Akuntan Publik dapat
dikatakan besar jika KAP tersebut mempunyai cabang dan kliennya
perusahaan-perusahaan besar, mempunyai tenaga professional di atas 25
orang, dan berafiliasi dengan Big Four. Sedangkan Ukuran Kantor
Akuntan Publik dikatakan kecil jika tidak mempunyai kantor cabang dan
kliennya perusahaan kecil, jumlah tenaga profesionalnya kurang dari 25
orang, dan tidak berafiliasi dengan Big Four. Begitupun menurut (Ginting
dan Fransisca 2014, 5) ukuran KAP merupakan besar kecilnya KAP yang
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big
Four dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big Four.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah citra perusahaan yang
dibangun oleh perusahaan dari waktu ke waktu, ukuran kantor akuntan
publik mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan, dan kantor akuntan
publik dikatakan besar apabila berafilasi dengan KAP Big Four.
28
d. Kategori Reputasi Kantor Akuntan Publik
Menurut Arens et al (dalam Karina Harjanto 2017, 38) ada empat
kategori ukuran kantor akuntan publik, yaitu:
1) Kantor Akuntan Publik Internasional The Big Four
Ada empat kantor akuntan publik terbesar yang disebut sebagai
kantor akuntan publik international dan mempunyai julukan the Big
Four. Masing-masing memiliki kantor di setiap kota besar di
Amerika Serikat dan di banyak kota besar di seluruh dunia termasuk
di Indonesia. Berikut beberapa KAP di Indonesia yang berafiliasi
dengan The Big Four yaitu:
KAP Purwantono, Suherman, & Surja berafiliasi dengan Ernst &
Young.
KAP Osman Bing Satrio berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu.
KAP Siddharta, Siddharta, Widjaja berafiliasi dengan Klynveld
Peat Marwick Goerdeler (KPMG).
KAP Tanudiredja, Wibisana, dan Rekan berafiliasi dengan Price
Waterhouse Cooper.
2) Kantor Akuntan Publik Nasional dan Regional
KAP ini memberikan persaingan langsung dengan KAP Big Four
dalam hal menarik klien karena memberikan pelayanan yang sama
dengan mereka. Selain itu mereka memiliki potensi international
karena memiliki hubungan dengan KAP luar negeri. KAP nasional
29
dan regional tergolong besar, namun masih lebih kecil dari KAP Big
Four. Pada masa belakangan ini makin banyak kantor akuntan publik
jenis ini yang juga diwakili di Indonesia.
3) Kantor Akuntan Publik Lokal
Sebagian kantor akuntan publik di Indonesia merupakan kantor
akuntan publik lokal. Beberapa diantaranya hanya melayani klien di
dalam jangkauan areanya sedangkan untuk membuka cabang
dilakukan di daerah lain. Kantor akuntan publik lokal juga bersaing
dengan kantor akuntan publik lain dalam hal menarik klien baik
dengan kantor akuntan publik internasional maupun nasional.
Sebagian besar KAP lokal mempunyai kurang dari 25 tenaga kerja
profesional dalam satu kantor akuntan publik. KAP lokal
memberikan jasanya bagi badan organisasi kecil, organisasi nirlaba,
dan ada juga di antaranya melayani perusahaan go public.
5. Opini Audit
Menurut (Abdul Halim 2013, 73) mengatakan bahwa:
“Opini audit merupakan kesimpulan kewajaran atas informasi yang
telah diaudit. Dikatakan wajar dibidang auditing apabila bebas dari
keragu-raguan dan ketidakjujuran (free from bias and dishonesty),
dan lengkap informasinya (full disclosure). Hal ini tentu saja masih
dibatasi oleh konsep materialitas.”
Opini audit tersebut kemudian dituangkan auditor dalam bentuk
laporan audit. Menurut SPAP (PSA 29 SA Seksi 508) terdapat 5 macam
opini audit, yaitu:
30
1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor berdasarkan
keyakinan bahwa bukti-bukti audit yang dikumpulkan telah
membuktikan bahwa laporan keuangan perusahaan terbebas dari
salah saji material dan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia.
2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelesan
(Unqualified Opinion With Explanatory Language)
Merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor apabila dalam
keadaan tertentu mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf
penjelasan ke dalam laporan auditnya, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan perusahan. Keadaan yang menyebabkan ditambahkannya
paragraf penjelasan dalam laporan audit adalah sebagai berikut:
Pendapat auditor sebagian besar didasarkan atas laporan auditor
independen lain.
Mencegah laporan keuangan dari hal yang menyesatkan karena
keadaan tertentu yang tidak biasa, atau laporan keuangan yang
disajikan menyimpang dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Apabila terdapat kondisi atau peristiwa yang menyebabkan
auditor yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, namun setelah mempertimbangkan rencana
31
manajemen, auditor menyimpulkan bahwa rencana manajemen
dapat secara efektif dilaksanakan serta pengungkapan atas hal
tersebut telah memadai dalam laporan keuangan perusahaan.
Apabila diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan
dalam penerapan suatu metode atau penggunaan prinsip
akutansi.
Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas
laporan keuangan komparatif.
Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal namun tidak disajikan.
Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia, yang penyajiannya menyimpang dari pedoman yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, dan
auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah
informasi tambahan sesuai dengan pedoman Dewan Standar
Akuntansi Keuangan.
Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan
keuangan perusahaan secara material tidak konsisten dengan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
3) Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor yang menyatakan
bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar, kecuali untuk
kekeliruan hal-hal tertentu yang dikecualikan, namun kekeliruan
32
tersebut tidak mempengaruhi kewajaran dalam laporan keuangan
perusahaan. Pendapat ini dikeluarkan apabila terdapat masalah
sebagai berikut:
Ketiadaan bukti kompeten yang cukup, atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit, yang mengakibatkan auditor tidak dapat
menyatakan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) dan juga tidak menyatakan tidak memberikan pendapat
(disclaimer opinion).
Auditor yakin bahwa terdapat suatu penyimpangan dari prinsip
akuntansi berlaku umum dalam laporan keuangan perusahaan,
yang akan berdampak maerial, sehingga ia berkesimpulan untuk
tidak menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion).
4) Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Merupakan opini yang diberikan oleh auditor dengan keyakinan
bahwa berdasarkan bukti-bukti audit yang telah dikumpulkan,
menunjukan bahwa laporan keuangan perusahaan memiliki banyak
kekeliruan yang material dan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum di Indonesia.
5) Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)
Merupakan pernyataan dimana auditor tidak memberikan pendapat
atas laporan keuangan perusahaan. Pernyataan untuk tidak
memberikan pendapat ini dikeluarkan oleh auditor apabilta terdapat
pembatasan yang besar atas lingkup auditnya, sehingga auditor tidak
33
dapat melaksanakan audit yang memadai yang memungkinkan
auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
perusahaan.
6. Profitabilitas
Menurut (Munawir 2014, 33) profitabilitas adalah menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Penggunaan aktiva secara produktif merupakan ukuran rentabilitas
perusahaan yang menunjukkan kesuksesan dan kemampuannya dalam
menggunakan aktiva tersebut, dengan demikian rentabilitas suatu
perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah aktiva
atau jumlah modal perusahaan dengan laba yang dihasilkan perusahaan
tersebut selama suatu periode.
Menurut (Niresh dan Velnampy 2014, 57) mengatakan bahwa:
“Profitability is the amount of money a firm can engender with
whatever resources the firm has. The eventual goal for any
organization is maximizing its profitability. Consequently, firms can
reap out the benefits associated with the increased profitability.”
Menurut Brigham (dalam Afifah Nur Octaviani 2015, 10)
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan. Untuk dapat menjaga kelangsungan hidupnya, suatu
perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan (profitable).
Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang sebesar-
besarnya. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari rasio
profitabilitas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh
34
keuntungan dari operasionalnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu dengan melakukan penjualan, penggunaan aktiva
dan modal saham tertentu yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan
hidup perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
a. Pengertian Rasio Profitabilitas
Secara umum pengertian rasio profitabilitas (profitability ratio)
adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba dari pendapatan terkait penjualan, total aktiva,
dan ekuitas yang didasarkan pada pengukuran tertentu.
Menurut (Kasmir 2015, 114) mengatakan bahwa:
“Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu
periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba
yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.”
Menurut (Irham Fahmi 2015, 135) mengatakan bahwa:
“Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas secara
keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan
yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun
investasi.”
Menurut Harahap (dalam Indra Priyanata 2017, 19) mengatakan bahwa:
“rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.”
35
Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio
profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba dari pendapatan yang terkait dengan
penjualan, asset, dan ekuitas maupun investasi dalam suatu periode
tertentu.
b. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Secara umum ada empat jenis analisis utama yang digunakan untuk
menilai rasio profitabilitas (Irham Fahmi 2015, 136):
1) Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin (GPM) merupakan perbandingan antara laba
kotor dengan penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat
maka GPM akan meningkat dan begitu pula sebaliknya, apabila harga
pokok penjualan menurun maka GPM akan menurun. GPM dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Gross Profit Margin = Sales – Cost of Good Sold
X 100 %
Sales
2) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan menggambarkan
penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan.
Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba
36
bersih setelah pajak dengan penjualan bersih, net profit margin dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Net Profit Margin = Earning After Tax (EAT)
X 100%
Sales
3) Return on Investment (ROI)
Return on Investmen (ROI) atau pengambilan investasi, bahwa
direferensi lain rasio ini juga ditulis dengan return on total aset
(ROA). Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan
mampu memberikan pengambilan keuntungan sesuai dengan yang
diharapkan. Adapun Return On Investment (ROI) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Return on Investment = Earning After Tax (EAT)
X 100%
Total Assets
4) Return on Equity (ROE)
Return on equity (ROE) disebut juga laba atas equity. Dalam beberapa
referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau
perputaran total asset. Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus return on equity (ROE)
adalah:
Return on Equity = Earning After Tax (EAT)
X 100%
Shareholders Equity
37
c. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Menurut (Harahap 2015, 304) mengatakan bahwa:
“Kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk menunjukan
berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan”.
Adapun menurut (Kasmir 2014, 197) mengatakan penggunaan rasio
profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan
mempunyai tujuan dan manfaat, yaitu:
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu.
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri.
Komponen yang ada pada laporan keuangan dapat digunakan untuk
mengukur rasio profitabilitas, terutama laporan keuangan laba rugi dan
laporan neraca. Pengukuran profitabilitas dapat digunakan untuk
membandingkan antara periode yang satu dengan yang lainnya.
38
Tujuannya adalah untuk melihat perkembangan perusahaan dalam suatu
periode dengan periode sebelumnya atau periode berikutnya, baik
penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab atas perubahan
tersebut. Pengunaan jenis profitabilitas tergantung dari keperluan
manajemen. Semakin lengkap jenis rasio yang digunakan maka semakin
jelas hasil yang ingin diketahui artinya posisi dan kondisi tingkat
profitabilitas perusahaan dapat diukur secara menyeluruh.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Ukuran perusahaan, reputasi kantor akuntan publik, opini audit, dan
profitabilitas merupakan masalah yang tidak akan pernah habis untuk selalu di
bahas dari waktu ke waktu. Sebelum penelitian ini dilakukan, sudah banyak
penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti tentang keempat variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu
yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini, antara lain:
Tabel II.2
Penelitan Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian
1 Fauziyah Althaf
Amani
(2016)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas, Opini
Audit, dan Umur
Perusahaan
terhadap Audit
Delay (Studi
Empiris pada
Perusahaan
Property dan Real
Estate yang
Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit
delay pada perusahaan property
dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014,
Profitabilitas berpengaruh secara
signifikan terhadap audit delay
pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI
tahun 2012-2014, Opini audit
berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay pada
39
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada
Tahun 2012-2014)
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI
tahun 2012-2014, dan Ukuran
perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay
pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di BEI
tahun 2012-2014. Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Opini Audit, dan
Umur Perusahaan secara simultan terhadap Audit Delay
pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2012-2014.
2 Ni Putu Yulianda
Damayanti
Suparsada, IGAM
Asri Dwija Putri
(2017)
Pengaruh
Profitabilitas,
Reputasi Auditor,
Ukuran Perusahaan,
dan Kepemilikan
Institusional
terhadap Audit
Delay pada
Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar di BEI
pada Tahun 2012-
2014
Profitabilitas berpengaruh
negatif terhadap audit delay,
Reputasi auditor tidak
berpengaruh positif terhadap
audit delay, Ukuran
perusahaan berpengaruh
negatif terhadap audit delay,
Kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap
audit delay.
3 Nolita Puspitasari
(2015)
Analisis Pengaruh
Profitabilitas,
Solvabilitas dan
Reputasi KAP
terhadap Audit
Delay pada
Perusahaan yang
Terdaftar di Indeks
Saham Syariah
Indonesia pada
Tahun 2009-2013
Profitabilitas mempunyai
pengaruh dan signifikan
terhadap audit delay.
Solvabilitas dan Reputasi
KAP tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap audit
delay.
4 Jumratul Haryani, I
Dewa Nyoman
Wiratmaja
(2014)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Komite
Audit, Penerapan
International Financial Reporting
Standards dan
Kepemilikan Publik
Komite audit dan kepemilikan
publik berpengaruh terhadap
audit delay pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2018-2011. Namun
untuk variabel ukuran
40
terhadap Audit Delay pada Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar di BEI pada Tahun 2008-2011
perusahaan dan penerapan
IFRS tidak berpengaruh
terhadap audit delay pada
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2018-
2011.
5 Fitria Ingga
Saemargani
(2015)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur
Perusahaan,
Profitabilitas
Perusahaan,
Solvabilitas
Perusahaan, Ukuran
KAP, dan Opini
Auditor Terhadap
Audit Delay (Studi
Kasus pada
Perusahaan LQ 45
yang Terdaftar di
BEI Tahun 2011-
2013
Ukuran perusahaan tidak
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap audit
delay, Umur perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap audit delay,
Profitabilitas perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap audit delay,
Solvabilitas perusahaan tidak
mempunyai pengaruh
signifikan terhadap audit
delay, Ukuran KAP tidak
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap audit
delay, Opini auditor tidak
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap audit
delay. Ukuran perusahaan,
umur perusahaan,
profitabilitas perusahaan,
solvabilitas perusahaan,
Ukuran KAP, dan opini
auditor secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap audit delay.
6 Afina Survita
Prameswari,
Rahmawati Hanny
Yustrianthe
(2015)
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Audit Delay (Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI)
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit
delay. Solvabilitas tidak
berpengaruh terhadap audit
delay. Opini auditor tidak
berpengaruh terhadap audit
delay. Profitabilitas
berpengaruh terhadap audit
delay. Reputasi kantor akuntan
publik berpengaruh terhadap
audit delay. Ukuran
perusahaan, solvabilitas,
profitabilitas, reputasi kantor
akuntan publik dan opini
41
auditor berpengaruh terhadap
audit delay pada perusahaan
manufaktur periode 2010-
2012.
7 Anthusian Indra
Kurniawan, Herry
Laksitoo
(2015)
Analisi Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Audit Delay (Studi
Empiris pada
Perusahaan LQ 45
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Periode Tahun
2010-2013)
Ukuran perusahaan, jenis
industri, opini auditor, dan
reputasi Kantor Akuntan
Publik (KAP) berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap Audit Delay.
Sedangkan variabel
profitabilitas dan solvabilitas
tidak signifikan dalam
mempengaruhi audit delay.
8 Arry Eksandy
(2017)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Solvabilitas,
Profitabilitas, dan
Komite Audit
Terhadap Audit
Delay (Pada
Perusahaan Properti
dan Real Estate
yang Terdaftar di
BEI Pada Tahun
2012-2015)
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit
delay. Solvabilitas tidak
berpengaruh terhadap audit
delay. Profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap
audit delay. Komite Audit
berpengaruh negatif terhadap
audit delay. Secara simultan
(bersama-sama) menunjukan
bahwa terdapat pengaruh
antara ukuran perusahaan,
solvabilitas, profitabilitas,
komite audit terhadap audit
delay.
9 Anak Agung Gede
Wiryakriyana, Ni
Luh Sari Widhiyani
(2017)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Leverage, Auditor
Switching, dan
Sistem
Pengendalian
Internal pada Audit
Delay
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh pada audit delay.
Leverage berpengaruh positif
signifikan pada audit delay.
Auditor switching
berpengaruh negatif signifikan
pada audit delay. Sistem
pengendalian internal tidak
berpengaruh pada audit delay.
10 Candra Sri Lestari,
Ali Rasyidi, Widya
Susanti
(2017)
Pengaruh Reputasi
KAP, Opini Audit,
dan Komite Audit
Terhadap Audit
Delay Pada
Perusahaan
Perbankan yang
Reputasi KAP tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap audit delay. Opini
auditor berengaruh secara
signifikan terhadap audit
delay. Komite audit
42
Terdaftar di BEI
Tahun 2013-2015
berpengaruh secara signifikan
terhadap audit delay.
Sumber : Jurnal, data diolah 2019.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini memiliki 5
variabel, terdiri dari 4 variabel independen yaitu ukuran perusahaan (X1),
reputasi KAP (X2), opini audit (X3), profitabilitas (X4) dan 1 variabel
dependen yaitu audit delay (Y). Berikut kerangka pemikiran yang disajikan
dalam bentuk gambar:
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
Sumber : Jurnal, data diolah 2019.
43
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan pada teori yang ada serta hasil-hasil penelitian sebelumnya,
maka hipotesis yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Ukuran perusahaan merupakan suatu indikator yang dapat
menunjukkan suatu kondisi atau karakteristik suatu organisasi atau
perusahaan dimana terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk menentukan ukuran (besar/kecilnya) suatu perusahaan, seperti
banyaknya jumlah karyawan yang digunakan dalam perusahaan untuk
melakukan aktivitas operasional perusahaan, jumlah aktiva yang dimiliki
perusahaan, total penjualan yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu
periode, serta jumlah saham yang beredar.
Menurut NPYD Suparsada, IGAM Asri Dwija Putri (2015)
menyatakan bahwa perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Semakin tinggi ukuran perusahaan maka audit
delay menjadi semakin rendah. Ukuran perusahaan menggambarkan total
aset yang dimiliki perusahaan tinggi. Manajemen berusaha untuk
mempercepat proses audit agar memberikan sentimen positif kepada
masyarakat umum bahwa perusahaan memiliki aset yang cukup tinggi
untuk beroperasi dan memiliki prospek. Dengan demikian, ukuran
perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Perusahaan yang lebih besar memiliki pengendalian internal
44
yang lebih baik sehingga akan mempermudah auditor dalam mengerjakan
laporan auditnya (Arifatun, 2013).
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit
delay.
2. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik terhadap Audit Delay
Reputasi KAP adalah cerminan besar kecilnya Kantor Akuntan
Publik, semakin besar Kantor Akuntan Publik maka semakin tinggi
kualitas audit yang dihasilkan, jadi perusahaan akan mengganti KAP kecil
ke KAP besar untuk meningkatkan reputasi dan kualitas laporan
keuangannya (Arsih, 2015).
Kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan
dipengaruhi oleh reputasi kantor akuntan publik yang disewa oleh
perusahaan dalam mengaudit laporan keuangan tersebut. Hal ini
dikarenakan KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar,
dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel
sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan
memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih
cepat guna menjaga reputasinya (Prameswri dan Yustrianthre, 2015).
Indah Permata Sari (2014) menyimpulkan bahwa reputasi KAP
memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Hal ini disebabkan,
karena reputasi KAP suatu perusahaan memberikan dampak terhadap
cepatnya waktu penyampaian laporan keuangan. KAP dengan reputasi
45
yang baik, biasanya memiliki kinerja yang baik dalam melakukan audit
sehingga dapat menyelesaikan laporan audit dengan cepat dan tepat waktu.
H2 : Reputasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh positif
secara signifikan terhadap Audit Delay.
3. Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Delay
Menurut (Abdul Halim 2013, 73) opini audit adalah kesimpulan
kewajaran atas informasi yang telah diaudit. Dikatakan wajar apabila
terbebas dari keraguan-keraguan dan ketidakjujuran (free from bias and
dishonesty), dan lengkap informasinya (full disclosure). Hal ini tentu saja
masih dibatasi oleh konsep materialitas. Sedangkan menurut (Mulyadi
2014, 19) opini audit merupakan opini yang diberikan auditor tentang
kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor
melakukan audit.
Perusahaan yang menerima jenis pendapat qualified opinion akan
mengalami audit delay yang lebih panjang dibandingkan dengan
perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion (Fauziyah,
2016). Hasil penelitian Afina dan Rahmawati (2015) menyimpulkan bahwa
opini audit tidak mempunyai pengaruh terdapat audit delay. Hal ini terjadi
karena tidak semua perusahaan yang mendapat opini selain unqualified
opinion mengalami proses audit yang lebih panjang daripada perusahaan
yang memperoleh unqualified opinion. Hal ini disebabkan auditor sudah
mendapatkan cukup bukti untuk memperkuat opininya bahwa laporan
keuangan perusahaan tersebut tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan
46
unqualified opinion, sehingga perusahaan yang memperoleh opini selain
unqualified opinion tetap dapat melaporkan hasil auditnya tepat waktu.
H3 : Opini Audit berpengaruh positif terhadap Audit Delay.
4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan
seluruh sumber daya yang ada di dalam perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan di masa mendatang. Perusahaan dengan profitabilitas rendah
menyebabkan auditor akan melakukan tugas auditnya dengan lebih hati-
hati karena adanya resiko bisnis yang lebih tinggi sehingga akan
memperlambat proses audit dan menyebabkan penerbitan laporan auditan
yang lebih panjang. Profitabilitas adalah cerminan keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian dapat
dikatakan tingginya profit perusahaan merupakan berita baik bagi
perusahaan. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang
berisi berita baik. Kabar baik atau good news tersebut diharapkan dapat
menaikkan nilai perusahaan di mata pihak-pihak berkepentingan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka audit delay
semakin pendek.
Penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah Althaf Amani (2016)
menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap
audit delay. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih
tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih
47
cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya
kepada publik.
H4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Audit Delay.
5. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Kantor Akuntan Publik,
Opini Audit, dan Profitabilitas secara simultan terhadap Audit Delay
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara (total aktiva, log size, nilai
pasar saham, dan lain-lain). Perusahaan besar dengan citra perusahaan
yang baik akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding
perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan
dengan ukuran besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar.
Perusahaan dengan ukuran besar cenderung akan memilih Kantor
Akuntan Publik yang memiliki reputasi baik dalam melakukan proses
auditing terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Kualitas audit
dari KAP besar (big four) berpengaruh terhadap keyakinan pengguna
laporan keuangan. KAP yang termasuk dalam kategori besar biasanya
memiliki jumlah auditor independen dalam jumlah besar, memiliki jadwal
yang lebih fleksibel, dan melakukan pekerjaannya dengan efektif dan
efisien sehingga memungkinkan penyelesaian audit dengan tepat waktu.
Namun jika hasil laporan audit termasuk unqualified opinion,
biasanya audit delay akan terjadi lebih panjang dibanding qualified
opinion. Hal ini biasanya akan menambah waktu auditor untuk mencari
48
bukti atas ketidakberesan yang terjadi di perusahaan klien jika perusahaan
menerima unqualified opinion.
Laba perusahaan merupakan ukuran keberhasilan suatu perusahaan
dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Ukuran keberhasilan tersebut
dapat di lihat dari tingkat profitabilitas perusahaan pada suatu periode.
Apabila tingkat profitabilitas perusahaan rendah biasanya auditor akan
melakukan tugas auditnya lebih hati-hati, karena adanya resiko bisnis yang
lebih tinggi. Hal tersebut akan membuat waktu penerbitan laporan
keuangan menjadi lebih panjang. Oleh sebab itu ukuran perusahaan,
reputasi KAP, opini audit, dan profitabilitas diduga akan mempengaruhi
audit delay. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H5 : Ukuran Perusahaan, Reputasi Kantor Akuntan Publik,
Opini Audit, dan Profitabilitas berpengaruh positif secara
simultan terhadap Audit Delay.