bab ii tinjauan pustaka - repositori

37
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Teori 1. Audit a. Pengertian Audit Menurut (Sukrisno Agoes 2017, 4) mengatakan bahwa: “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, berserta catatan - catatan pembukuan dan bukti bukti pendukungnya dengan tujuan agar dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” Menurut (Mulyadi 2014, 9) mengatakan bahwa: “Audit adalah Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.Menurut (Arens dkk 2015, 2) mengatakan bahwa: “Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuain antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.” Menurut (Messier, Glover dan Prawitt 2014, 12) mengatakan bahwa: “Auditing adalah proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk menetukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak- pihak yang berkepentingan.”

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Teori

1. Audit

a. Pengertian Audit

Menurut (Sukrisno Agoes 2017, 4) mengatakan bahwa:

“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis

dan sistematis oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan

yang telah disusun oleh manajemen, berserta catatan - catatan

pembukuan dan bukti – bukti pendukungnya dengan tujuan agar

dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut.”

Menurut (Mulyadi 2014, 9) mengatakan bahwa:

“Audit adalah Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-

pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan

untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan

tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian

hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

Menurut (Arens dkk 2015, 2) mengatakan bahwa:

“Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi

untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuain antara

informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.”

Menurut (Messier, Glover dan Prawitt 2014, 12) mengatakan bahwa:

“Auditing adalah proses yang sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang

kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk menetukan tingkat

kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang

ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-

pihak yang berkepentingan.”

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

13

Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa audit adalah

proses pengevaluasian suatu entitas atau organisasi untuk memperoleh

bukti dan informasi dalam suatu proses sistematis tentang asersi-asersi

manajemen untuk melaporkan derajat kesesuaian antara kondisi dan

kriteria.

b. Jenis-jenis Audit

Menurut (Mulyadi 2014, 30-32) auditing umumnya digolongkan

menjadi tiga jenis yaitu:

1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit), audit laporan

keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen

terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk

menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai

kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip

akuntansi berterima umum.

2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit), audit kepatuhan adalah audit

yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan

kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya

dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit

kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3) Audit Operasional (Operational Audit), audit operasional merupakan

review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

14

dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Pihak yang memerlukan

audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit

operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya

audit tersebut.

Menurut (Mayangsari, S. & Wandanarum, P. 2013, 10) jenis-jenis

auditing pada dasarnya dapat dikelompokan sesuai pelaksananya dan

objek yang diaudit, yaitu:

1) Ditinjau dari Pelaksananya

Internal Audit (Pemeriksaan Intern)

Pemeriksa intern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh

karyawan perusahaan yang bersangkutan yang disebut auditing

intern, yang biasanya tidak terlibat dalam kegiatan pencatatan

akuntansi dan kegiatan operasi perusahaan.

Eksternal Audit (Audit Ekstern)

Pemeriksaan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh

pihak luar yang bukan merupakan karyawan perusahaan yang

berkedudukan bebas tidak memihak baik terhadap kliennya

maupun terhadap pihakpihak yang berkepentingan dengan

kliennya (pemakaian laporan keuangan).

Governmental Audit (Pemeriksaan Pemerintah)

Pemeriksaan pemerintah adalah audit yang dilakukan oleh auditor

pemerintah (governmental auditor). Pada departemen keuangan

terdapat instansi yang bertugas antara lain sebagai auditor

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

15

pengelolaan keuangan instansi pemerintah dan perusahaan-

perusahaan negara, yaitu Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP). Jika ditinjau secara luas BPKP bertindak

sebagai auditor intern pemerintah, sedang sebagai auditor ekstern

pemerintah adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2) Ditinjau dari Objek yang Diaudit

Pemeriksaan Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Pemeriksaan laporan keuangan adalah pemeriksaan yang

dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan

yang disajikan oleh kliennya untuk menytakan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.

Pemeriksaan Kinerja (Management Audit atau Operasional Audit)

Pemeriksaan kinerja merupakan penelaahan (review) secara

sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam

hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan pemeriksaan kinerja

adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan

untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan

atau tindakan lebih lanjut.

Pemeriksaan Kepatuhan atau Kesesuaian (Compliance Audit)

Pemeriksaan kepatuhan adalah pemeriksaan yang tujuannya untuk

menentukan apakah yang diaudit (perusahaan klien atau satuan

kerja pemerintah) sesuai dengan kondisi atau mengikuti prosedur-

prosedur khusus atau peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

16

pihak yang berwenang. Hasil pemeriksaan kepatuhan umumnya

dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.

Pemeriksaan kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahaan.

Auditing Investigasi (Investigation Audit/Forensic Audit/Fraud

Audit)

Pemeriksaan investigasi (fraud examination) adalah suatu metode

untuk menyelesaikan dengan jelas permasalahan yang berkaitan

dengan adanya indikasi tindak kecurangan dari awal sampai akhir.

Dengan kata lain, pemeriksaan investigasi bertujuan untuk

mencari kebenaran dengan tingkat kebenaran yang tinggi (high

level assurance) mengenai suatu permasalahan yang berlandaskan

pada hukum dan rasa keadilan. Pemeriksaan investigatif meliputi

upaya untuk mendapatkan pernyataan-pernyataan, bukti-bukti,

memberikan kesaksian, penulisan laporan, dan membantu dalam

pendektesian serta pencegahan tindak kecurangan. Dengan

demikian, pemeriksaan investigasi, yaitu mencari bukti yang

mungkin tersembunyi atau tidak secara intensif.

c. Tujuan Audit

Perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan perlu

melakukan suatu pengendalian internal dalam perusahaan. Pengawasan

dalam pelaksanaan kegiatan dan mengerahkan serta menggunakan sebaik

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

17

mungkin sumber ekonomi yang dimiliki dapat menjamin tercapainya

tujuan tersebut.

Menurut (Tuanakotta 2014, 84) mengatakan bahwa:

“Tujuan audit adalah mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai

laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan keuangan itu.

Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai

apakah laporan keuangan disusun dalam segala hal yang material

sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.”

Menurut (Arens dkk 2015, 168) mengatakan bahwa:

“Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan

suatu pendapat yang diberikan oleh auditor tentang apakah laporan

keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material,

sesuai dengan kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku.

Pendapat auditor ini menambah tingkat keyakinan pengguna yang

bersangkutan terhadap laporan keuangan.”

Menurut Hery (2013, 40) mengatakan bahwa:

“Tujuan audit adalah berguna sebagai kerangka kerja yang akan

membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang cukup

kompeten dan tepat sesuai dengan jenis transaksi yang diaudit.”

Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan diatas, dapat

diketahui bahwa tujuan audit adalah untuk mengangkat tingkat

kepercayaan dari pemakai laporan keuangan apakah laporan yang

disajikan secara wajar dalam semua hal yang material telah sesuai dengan

kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

18

2. Audit Delay

a. Pengertian Audit Delay

Audit delay atau dalam beberapa penelitian lainnya disebut sebegai

audit reporting lag yang merupakan selisih waktu antara berakhirnya

tahun fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.

Menurut (Robbitasari 2013, 657) audit delay didefinisikan dengan

jumlah hari dari tanggal tutup buku tahun perusahaan hingga tanggal

ditandatanganinya laporan keuangan yang telah diaudit. Auditor akan

melakukan proses audit dengan waktu yang telah disepakati antara pihak

klien dengan auditor.

Menurut Imam Subekti dan Novi Wulandari (dalam Esynasali,

2014, 11-12) audit delay adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan

keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang

menunjukkan mengenai lamanya waktu penyelesaian audit yang

dilakukan oleh auditor.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa audit

delay adalah selisih waktu antara tanggal penutupan buku akuntansi

sampai dengan tanggal dikeluarkannya laporan keuangan yang telah

diaudit oleh auditor independen. Kualitas suatu perusahaan dapat dilihat

dari waktu penyelesaian audit dimana hal tersebut sangat penting bagi

investor yang akan menanamkan modalnya.

Laporan keuangan yang dipublikasikan harus diaudit terlebih dahulu

oleh akuntan independen yang menyebabkan terjadinya audit delay. Di

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

19

Indonesia, hal ini diatur untuk perusahaan yang go public, melalui

peraturan BAPEPAM No. X.K.6 tentang Kewajiban Penyampaian

Laporan Keuangan Berkala, dimana disebutkan :

“Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam

dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada

akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.”

Jika perusahaan go public atau emiten terlambat dalam

menyerahkan laporan keuangan sesuai dengan surat Keputusan Ketua

BAPEPAM Nomor:Kep-36/PM/2003, maka terdapat sanksi yang

ditetapkan oleh Bursa Efek Jakarta.

Menurut keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor Kep

307/bej/07-2004 tentang Peraturan Nomor II.1 – II.6, terdapat tahapan

sanksi yang diberikan atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan,

yaitu:

1) Peringatan tertulis pertama akan diberikan kepada emiten jika

terlambat menyampaikan laporan keuangan hingga 30 hari kalender.

2) Peringatan tertulis kedua ditambah dengan denda sebesar Rp.

50.000.000 diberikan jika hingga hari ke-31 sampai hari ke-60 sejak

batas waktu penyerahan emiten belum juga memberikan laporannya.

3) Peringatan tertulis ketiga ditambah dengan denda sebesar Rp.

150.000.000 diberikan jika hingga hari ke-61 sampai hari ke-90 sejak

batas waktu penyerahan emiten belum juga memberikan laporannya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

20

Emiten akan dihentikan perdagangannya sementara (suspensi) oleh

BEJ jika mulai hari ke-91 sejak lampaunya batas waktu penyampaian

laporan keuangan, emiten tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian

laporan keuangan dan atau emiten telah menyampaikan laporan keuangan

namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda pada

peringatan sebelumnya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

Banyak peneliti dari berbagai negara yang telah menguji mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Menurut Ashton et al

(dalam Malinda Dwi Apriliane 2015, 18) faktor-faktor yang

mempengaruhi keterlambatan audit bisa disebabkan dari faktor internal

perusahaan dan faktor eksternal perusahaan. Faktor-faktor yang berasal

dari internal perusahaan yang mempengaruhi keterlambatan audit yaitu :

total pendapatan, tipe industri, kompleksitas laporan keuangan,

kompleksitas data elektronik, laba dilihat dari total aset, umur perusahaan,

pos-pos luar biasa, laba, kompleksitas operasi perusahaan dan ukuran

perusahaan. Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal perusahaan

yang mempengaruhi keterlambatan audit yaitu opini audit, reputasi

auditor, dan kualitas auditor.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

21

3. Ukuran Perusahaan

Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan

besar/kecilnya suatu objek. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

ukuran diartikan sebagai berikut:

(1) “Hasil mengukur

(2) Panjang, lebar, luas, besar sesuatu

(3) Bilangan yang menunjukkan besar satuan ukuran suatu benda

(4) Alat untuk mengukur, misalnya penggaris, meteran, jengkal

(5) norma

(6) Panjang-pendek, besar-kecil, berat-ringan, dan luas-sempit sesuatu.”

Menurut Consoladi et al (dalam Heni Oktaviani 2014, 32)

mengatakan bahwa kinerja sosial perusahaan dapat dipengaruhi oleh

ukuran perusahaan karena perusahaan yang besar mempunyai pandangan

yang lebih jauh, sehingga lebih berpartisipasi dalam menumbuhkan

kinerja sosial perusahaan.

Menurut (Brigham & Houston 2010, 4) mengatakan bahwa:

“Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya sebuah

perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total asset, total

penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain.”

Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ukuran

perusahaan adalah besar atau kecilnya perusahaan yang dapat ditunjukan

oleh total asset, jumlah laba, total penjualan, dan dapat mempegaruhi

kinerja sosial perusahaan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

22

Ukuran perusahaan untuk setiap skala usaha berbeda, dari

perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar. Perbedaan tersebut

tergantung pada investasi yang ditanamkan. Besar atau kecilnya suatu

perusahaan tetap memiliki tujuan yang sama yaitu suatu perusahaan

didirikan adalah untuk menghasilkan laba bagi pemiliknya.

Kategori ukuran perusahaan menurut Badan Standarisasi Nasional

(BSN) terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

1) Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih

lebih besar dari Rp. 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan.

Memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 Milyar/tahun.

2) Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan

bersih Rp. 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil

penjualan lebih besar dari Rp.1 Milyar dan kurang dari Rp. 50 Milyar.

3) Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp. 200 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan

memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 Milyar/tahun.

Klasifikasi ukuran perusahaan menurut Small Bussiness

Administration (SBA), yaitu:

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

23

Tabel II.1

Klasifikasi Ukuran Perusahaan

Sedangkan di Indonesia perusahaan diklasifikasikan sebagai

perusahaan besar atau kecil diatur dalam Pasal 1 Keputusan Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-11/PM/1997, mengatakan bahwa:

“a. Perusahaan Menengah atau Kecil adalah badan hukum yang didirikan

di Indonesia yang :

1) Memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari

Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).”

4. Reputasi Kantor Akuntan Publik

a. Pengertian Auditor

Menurut (Arens et al 2013, 5) mengatakan bahwa:

“Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas

kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil

usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku

umum di Indonesia.”

Menurut (Mulyadi 2013, 1) mengatakan bahwa:

“Auditor adalah akuntan publik yang memberikan jasa kepada

auditan untuk memeriksa laporan keuangan agar bebas dari salah

saji.”

Ukuran Perusahaan

Jumlah

Tenaga

Kerja

Total Aset Total Penjualan

Perusahaan Keluarga 1-4 < $100.000 $100.000 - $500.000

Kecil 5-19 $100.000 - $500.000 $500.000 - $1.000.000

Sedang 20-99 $500.000 - $5.000.000 $1.000.000 - $10.000.000

Besar 100-499 $5.000.000 - $25.000.000 $10.000.000 - $50.000.000

Sumber : Small Bussiness Administration (Restuwulan, 2013)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

24

Menurut (IBK Bhayangkara 2015, 2) mengatakan bahwa:

“Auditor merupakan pihak pertama yang melakukan audit terhadap

pertanggungjawaban pihak kedua kepada pihak ketiga dan

memberikan pengesahan hasil auditnya untuk kepentingan pihak

ketiga.”

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

auditor adalah akuntan publik yang memberikan jasa kepada auditan

untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan suatu

perusahaan apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum

di Indonesia.

b. Jenis-jenis Auditor

Jenis-jenis auditor menurut (Arens et al 2013, 19), yaitu:

1) Kantor Akuntan Publik. Mengaudit laporan keuangan historis yang

dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan

perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta

organisasi non-komersial yang lebih kecil merupakan tanggung jawab

dari kantor akuntan publik. Oleh karena luasnya penggunaan laporan

keuangan yang telah diaudit dalam perekonomian Indonesia, serta

keakraban para pelaku bisnis dan pemakai lainnya, sudah lazim

digunakan istilah auditor dan kantor akuntan publik dengan pengertian

yang sama, meskipun ada beberapa jenis auditor. Sebutan kantor

akuntan publik mencerminkan bahwa auditor yang menyatakan

pendapat audit atas laporan keuangan harus memiliki lisensi sebagai

akuntan publik. Auditor independen atau auditor eksternal adalah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

25

sebutan bagi kantor akuntan publik untuk membedakannya dengan

auditor internal.

2) Auditor Internal Pemerintah. Auditor internal pemerintah yaitu

auditor dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

yang bekerja untuk melayani kebutuhan pemerintah. Porsi utama

upaya audit BPKP adalah dikerahkan untuk mengevaluasi efisiensi

dan efektivitas operasional berbagai program pemerintah. BPKP

mempekerjakan lebih dari 4.000 orang auditor diseluruh Indonesia.

Auditor BPKP juga sangat dihargai dalam profesi audit.

3) Auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Auditor Badan Pemeriksa

Keuangan adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) Republik Indonesia, badan yang didirikan

berdasarkan konstitusi Indonesia. Dipimpin oleh seorang kepala. BPK

melapor dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada DPR.

Melaksanakan fungsi audit DPR adalah tanggung jawab utama BPK.

Selain itu juga mempunyai tanggung jawab lainnya seperti KAP.

Informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai macam badan

pemerintah baik pusat maupun daerah sebelum diserahkan kepada

DPR harus diaudit terlebih dahulu oleh BPK. Oleh karena kuasa

pengeluaran dan penerimaan badan-badan pemerintah ditentukan oleh

undang-undang, maka audit yang dilaksanakan difokuskan pada audit

ketaatan. Peningkatan porsi upaya audit BPK dikerahkan untuk

mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasional berbagai program

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

26

pemerintah. Hasil dari tanggung jawab BPK yang besar untuk

mengaudit pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan kesempatan

mereka untuk melaksanakan audit operasional, auditor BPK sangat

dihargai dalam profesi audit.

4) Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak bertanggung jawab untuk

memberlakukan peraturan pajak. Audit SPT wajib pajak untuk

menentukan apakah SPT itu sudah mematuhi peraturan pajak yang

berlaku adalah tanggung jawab utama Ditjen Pajak. Audit ini murni

bersifat ketaatan. Auditor yang melakukan pemeriksaan ini disebut

auditor pajak.

5) Auditor Internal. Auditor internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk

melakukan audit bagi manajemen, sama seperti BPK megaudit DPR.

Tanggung jawab auditor internal tergantung pada yang

memperkerjakan mereka dan tanggung jawab tersebut sangat

beragam. Ada staf audit internal yang hanya terdiri atas satu atau dua

karyawan yang melakukan audit ketaatan secara rutin. Staf audit

internal lainnya mungkin terdiri atas lebih dari 100 karyawan yang

memikul taggung jawab berlainan, termasuk di banyak bidang di luar

akuntansi. Banyak juga auditor internal yang terlibat dalam audit

operasional atau memiliki keahlian dalam mengevaluasi sistem

komputer.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

27

c. Pengertian Reputasi Kantor Akuntan Publik

Reputasi Kantor Akuntan Publik adalah citra perusahaan yang

dibangun oleh perusahaan dari waktu ke waktu akibat dari kualitas audit

yang dirasakan oleh kliennya dan tidak ada litigasi setelah audit selesai

dilaksanakan dan fee yang dikenakan sudah sesuai dengan jasa yang

dilakukannya (Aronmwan 2013, 68).

Menurut Andra (dalam Firyana 2014, 24) ukuran atau reputasi KAP

merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya

suatu Kantor Akuntan Publik. Ukuran Kantor Akuntan Publik dapat

dikatakan besar jika KAP tersebut mempunyai cabang dan kliennya

perusahaan-perusahaan besar, mempunyai tenaga professional di atas 25

orang, dan berafiliasi dengan Big Four. Sedangkan Ukuran Kantor

Akuntan Publik dikatakan kecil jika tidak mempunyai kantor cabang dan

kliennya perusahaan kecil, jumlah tenaga profesionalnya kurang dari 25

orang, dan tidak berafiliasi dengan Big Four. Begitupun menurut (Ginting

dan Fransisca 2014, 5) ukuran KAP merupakan besar kecilnya KAP yang

dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big

Four dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big Four.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa

reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah citra perusahaan yang

dibangun oleh perusahaan dari waktu ke waktu, ukuran kantor akuntan

publik mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan, dan kantor akuntan

publik dikatakan besar apabila berafilasi dengan KAP Big Four.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

28

d. Kategori Reputasi Kantor Akuntan Publik

Menurut Arens et al (dalam Karina Harjanto 2017, 38) ada empat

kategori ukuran kantor akuntan publik, yaitu:

1) Kantor Akuntan Publik Internasional The Big Four

Ada empat kantor akuntan publik terbesar yang disebut sebagai

kantor akuntan publik international dan mempunyai julukan the Big

Four. Masing-masing memiliki kantor di setiap kota besar di

Amerika Serikat dan di banyak kota besar di seluruh dunia termasuk

di Indonesia. Berikut beberapa KAP di Indonesia yang berafiliasi

dengan The Big Four yaitu:

KAP Purwantono, Suherman, & Surja berafiliasi dengan Ernst &

Young.

KAP Osman Bing Satrio berafiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu.

KAP Siddharta, Siddharta, Widjaja berafiliasi dengan Klynveld

Peat Marwick Goerdeler (KPMG).

KAP Tanudiredja, Wibisana, dan Rekan berafiliasi dengan Price

Waterhouse Cooper.

2) Kantor Akuntan Publik Nasional dan Regional

KAP ini memberikan persaingan langsung dengan KAP Big Four

dalam hal menarik klien karena memberikan pelayanan yang sama

dengan mereka. Selain itu mereka memiliki potensi international

karena memiliki hubungan dengan KAP luar negeri. KAP nasional

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

29

dan regional tergolong besar, namun masih lebih kecil dari KAP Big

Four. Pada masa belakangan ini makin banyak kantor akuntan publik

jenis ini yang juga diwakili di Indonesia.

3) Kantor Akuntan Publik Lokal

Sebagian kantor akuntan publik di Indonesia merupakan kantor

akuntan publik lokal. Beberapa diantaranya hanya melayani klien di

dalam jangkauan areanya sedangkan untuk membuka cabang

dilakukan di daerah lain. Kantor akuntan publik lokal juga bersaing

dengan kantor akuntan publik lain dalam hal menarik klien baik

dengan kantor akuntan publik internasional maupun nasional.

Sebagian besar KAP lokal mempunyai kurang dari 25 tenaga kerja

profesional dalam satu kantor akuntan publik. KAP lokal

memberikan jasanya bagi badan organisasi kecil, organisasi nirlaba,

dan ada juga di antaranya melayani perusahaan go public.

5. Opini Audit

Menurut (Abdul Halim 2013, 73) mengatakan bahwa:

“Opini audit merupakan kesimpulan kewajaran atas informasi yang

telah diaudit. Dikatakan wajar dibidang auditing apabila bebas dari

keragu-raguan dan ketidakjujuran (free from bias and dishonesty),

dan lengkap informasinya (full disclosure). Hal ini tentu saja masih

dibatasi oleh konsep materialitas.”

Opini audit tersebut kemudian dituangkan auditor dalam bentuk

laporan audit. Menurut SPAP (PSA 29 SA Seksi 508) terdapat 5 macam

opini audit, yaitu:

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

30

1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor berdasarkan

keyakinan bahwa bukti-bukti audit yang dikumpulkan telah

membuktikan bahwa laporan keuangan perusahaan terbebas dari

salah saji material dan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku

umum di Indonesia.

2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelesan

(Unqualified Opinion With Explanatory Language)

Merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor apabila dalam

keadaan tertentu mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf

penjelasan ke dalam laporan auditnya, meskipun tidak

mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan

keuangan perusahan. Keadaan yang menyebabkan ditambahkannya

paragraf penjelasan dalam laporan audit adalah sebagai berikut:

Pendapat auditor sebagian besar didasarkan atas laporan auditor

independen lain.

Mencegah laporan keuangan dari hal yang menyesatkan karena

keadaan tertentu yang tidak biasa, atau laporan keuangan yang

disajikan menyimpang dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan

oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Apabila terdapat kondisi atau peristiwa yang menyebabkan

auditor yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup

perusahaan, namun setelah mempertimbangkan rencana

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

31

manajemen, auditor menyimpulkan bahwa rencana manajemen

dapat secara efektif dilaksanakan serta pengungkapan atas hal

tersebut telah memadai dalam laporan keuangan perusahaan.

Apabila diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan

dalam penerapan suatu metode atau penggunaan prinsip

akutansi.

Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas

laporan keuangan komparatif.

Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan

Pengawas Pasar Modal namun tidak disajikan.

Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia, yang penyajiannya menyimpang dari pedoman yang

dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, dan

auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah

informasi tambahan sesuai dengan pedoman Dewan Standar

Akuntansi Keuangan.

Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan

keuangan perusahaan secara material tidak konsisten dengan

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

3) Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor yang menyatakan

bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar, kecuali untuk

kekeliruan hal-hal tertentu yang dikecualikan, namun kekeliruan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

32

tersebut tidak mempengaruhi kewajaran dalam laporan keuangan

perusahaan. Pendapat ini dikeluarkan apabila terdapat masalah

sebagai berikut:

Ketiadaan bukti kompeten yang cukup, atau adanya pembatasan

terhadap lingkup audit, yang mengakibatkan auditor tidak dapat

menyatakan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified

opinion) dan juga tidak menyatakan tidak memberikan pendapat

(disclaimer opinion).

Auditor yakin bahwa terdapat suatu penyimpangan dari prinsip

akuntansi berlaku umum dalam laporan keuangan perusahaan,

yang akan berdampak maerial, sehingga ia berkesimpulan untuk

tidak menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion).

4) Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Merupakan opini yang diberikan oleh auditor dengan keyakinan

bahwa berdasarkan bukti-bukti audit yang telah dikumpulkan,

menunjukan bahwa laporan keuangan perusahaan memiliki banyak

kekeliruan yang material dan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi

berlaku umum di Indonesia.

5) Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)

Merupakan pernyataan dimana auditor tidak memberikan pendapat

atas laporan keuangan perusahaan. Pernyataan untuk tidak

memberikan pendapat ini dikeluarkan oleh auditor apabilta terdapat

pembatasan yang besar atas lingkup auditnya, sehingga auditor tidak

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

33

dapat melaksanakan audit yang memadai yang memungkinkan

auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan

perusahaan.

6. Profitabilitas

Menurut (Munawir 2014, 33) profitabilitas adalah menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Penggunaan aktiva secara produktif merupakan ukuran rentabilitas

perusahaan yang menunjukkan kesuksesan dan kemampuannya dalam

menggunakan aktiva tersebut, dengan demikian rentabilitas suatu

perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah aktiva

atau jumlah modal perusahaan dengan laba yang dihasilkan perusahaan

tersebut selama suatu periode.

Menurut (Niresh dan Velnampy 2014, 57) mengatakan bahwa:

“Profitability is the amount of money a firm can engender with

whatever resources the firm has. The eventual goal for any

organization is maximizing its profitability. Consequently, firms can

reap out the benefits associated with the increased profitability.”

Menurut Brigham (dalam Afifah Nur Octaviani 2015, 10)

Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan

keputusan. Untuk dapat menjaga kelangsungan hidupnya, suatu

perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan (profitable).

Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang sebesar-

besarnya. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari rasio

profitabilitas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

34

keuntungan dari operasionalnya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

selama periode tertentu dengan melakukan penjualan, penggunaan aktiva

dan modal saham tertentu yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan

hidup perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

a. Pengertian Rasio Profitabilitas

Secara umum pengertian rasio profitabilitas (profitability ratio)

adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam mendapatkan laba dari pendapatan terkait penjualan, total aktiva,

dan ekuitas yang didasarkan pada pengukuran tertentu.

Menurut (Kasmir 2015, 114) mengatakan bahwa:

“Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu

periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat

efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba

yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.”

Menurut (Irham Fahmi 2015, 135) mengatakan bahwa:

“Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas secara

keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan

yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun

investasi.”

Menurut Harahap (dalam Indra Priyanata 2017, 19) mengatakan bahwa:

“rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah

karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.”

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

35

Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio

profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba dari pendapatan yang terkait dengan

penjualan, asset, dan ekuitas maupun investasi dalam suatu periode

tertentu.

b. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Secara umum ada empat jenis analisis utama yang digunakan untuk

menilai rasio profitabilitas (Irham Fahmi 2015, 136):

1) Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin (GPM) merupakan perbandingan antara laba

kotor dengan penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat

maka GPM akan meningkat dan begitu pula sebaliknya, apabila harga

pokok penjualan menurun maka GPM akan menurun. GPM dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

Gross Profit Margin = Sales – Cost of Good Sold

X 100 %

Sales

2) Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM), merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan menggambarkan

penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan.

Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

36

bersih setelah pajak dengan penjualan bersih, net profit margin dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Net Profit Margin = Earning After Tax (EAT)

X 100%

Sales

3) Return on Investment (ROI)

Return on Investmen (ROI) atau pengambilan investasi, bahwa

direferensi lain rasio ini juga ditulis dengan return on total aset

(ROA). Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan

mampu memberikan pengambilan keuntungan sesuai dengan yang

diharapkan. Adapun Return On Investment (ROI) dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Return on Investment = Earning After Tax (EAT)

X 100%

Total Assets

4) Return on Equity (ROE)

Return on equity (ROE) disebut juga laba atas equity. Dalam beberapa

referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau

perputaran total asset. Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan

mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu

memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus return on equity (ROE)

adalah:

Return on Equity = Earning After Tax (EAT)

X 100%

Shareholders Equity

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

37

c. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Menurut (Harahap 2015, 304) mengatakan bahwa:

“Kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk menunjukan

berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap

penjualan”.

Adapun menurut (Kasmir 2014, 197) mengatakan penggunaan rasio

profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan

mempunyai tujuan dan manfaat, yaitu:

1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu.

2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal sendiri.

Komponen yang ada pada laporan keuangan dapat digunakan untuk

mengukur rasio profitabilitas, terutama laporan keuangan laba rugi dan

laporan neraca. Pengukuran profitabilitas dapat digunakan untuk

membandingkan antara periode yang satu dengan yang lainnya.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

38

Tujuannya adalah untuk melihat perkembangan perusahaan dalam suatu

periode dengan periode sebelumnya atau periode berikutnya, baik

penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab atas perubahan

tersebut. Pengunaan jenis profitabilitas tergantung dari keperluan

manajemen. Semakin lengkap jenis rasio yang digunakan maka semakin

jelas hasil yang ingin diketahui artinya posisi dan kondisi tingkat

profitabilitas perusahaan dapat diukur secara menyeluruh.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Ukuran perusahaan, reputasi kantor akuntan publik, opini audit, dan

profitabilitas merupakan masalah yang tidak akan pernah habis untuk selalu di

bahas dari waktu ke waktu. Sebelum penelitian ini dilakukan, sudah banyak

penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti tentang keempat variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu

yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini, antara lain:

Tabel II.2

Penelitan Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian

1 Fauziyah Althaf

Amani

(2016)

Pengaruh Ukuran

Perusahaan,

Profitabilitas, Opini

Audit, dan Umur

Perusahaan

terhadap Audit

Delay (Studi

Empiris pada

Perusahaan

Property dan Real

Estate yang

Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit

delay pada perusahaan property

dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014,

Profitabilitas berpengaruh secara

signifikan terhadap audit delay

pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI

tahun 2012-2014, Opini audit

berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay pada

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

39

Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada

Tahun 2012-2014)

perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI

tahun 2012-2014, dan Ukuran

perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay

pada perusahaan property dan

real estate yang terdaftar di BEI

tahun 2012-2014. Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas, Opini Audit, dan

Umur Perusahaan secara simultan terhadap Audit Delay

pada perusahaan property dan

real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2012-2014.

2 Ni Putu Yulianda

Damayanti

Suparsada, IGAM

Asri Dwija Putri

(2017)

Pengaruh

Profitabilitas,

Reputasi Auditor,

Ukuran Perusahaan,

dan Kepemilikan

Institusional

terhadap Audit

Delay pada

Perusahaan

Manufaktur Yang

Terdaftar di BEI

pada Tahun 2012-

2014

Profitabilitas berpengaruh

negatif terhadap audit delay,

Reputasi auditor tidak

berpengaruh positif terhadap

audit delay, Ukuran

perusahaan berpengaruh

negatif terhadap audit delay,

Kepemilikan institusional

berpengaruh negatif terhadap

audit delay.

3 Nolita Puspitasari

(2015)

Analisis Pengaruh

Profitabilitas,

Solvabilitas dan

Reputasi KAP

terhadap Audit

Delay pada

Perusahaan yang

Terdaftar di Indeks

Saham Syariah

Indonesia pada

Tahun 2009-2013

Profitabilitas mempunyai

pengaruh dan signifikan

terhadap audit delay.

Solvabilitas dan Reputasi

KAP tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap audit

delay.

4 Jumratul Haryani, I

Dewa Nyoman

Wiratmaja

(2014)

Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Komite

Audit, Penerapan

International Financial Reporting

Standards dan

Kepemilikan Publik

Komite audit dan kepemilikan

publik berpengaruh terhadap

audit delay pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di

BEI tahun 2018-2011. Namun

untuk variabel ukuran

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

40

terhadap Audit Delay pada Perusahaan

Manufaktur Yang

Terdaftar di BEI pada Tahun 2008-2011

perusahaan dan penerapan

IFRS tidak berpengaruh

terhadap audit delay pada

perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2018-

2011.

5 Fitria Ingga

Saemargani

(2015)

Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Umur

Perusahaan,

Profitabilitas

Perusahaan,

Solvabilitas

Perusahaan, Ukuran

KAP, dan Opini

Auditor Terhadap

Audit Delay (Studi

Kasus pada

Perusahaan LQ 45

yang Terdaftar di

BEI Tahun 2011-

2013

Ukuran perusahaan tidak

mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap audit

delay, Umur perusahaan

berpengaruh signifikan

terhadap audit delay,

Profitabilitas perusahaan

berpengaruh signifikan

terhadap audit delay,

Solvabilitas perusahaan tidak

mempunyai pengaruh

signifikan terhadap audit

delay, Ukuran KAP tidak

mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap audit

delay, Opini auditor tidak

mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap audit

delay. Ukuran perusahaan,

umur perusahaan,

profitabilitas perusahaan,

solvabilitas perusahaan,

Ukuran KAP, dan opini

auditor secara simultan

berpengaruh signifikan

terhadap audit delay.

6 Afina Survita

Prameswari,

Rahmawati Hanny

Yustrianthe

(2015)

Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Audit Delay (Studi

Empiris Pada

Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar di BEI)

Ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap audit

delay. Solvabilitas tidak

berpengaruh terhadap audit

delay. Opini auditor tidak

berpengaruh terhadap audit

delay. Profitabilitas

berpengaruh terhadap audit

delay. Reputasi kantor akuntan

publik berpengaruh terhadap

audit delay. Ukuran

perusahaan, solvabilitas,

profitabilitas, reputasi kantor

akuntan publik dan opini

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

41

auditor berpengaruh terhadap

audit delay pada perusahaan

manufaktur periode 2010-

2012.

7 Anthusian Indra

Kurniawan, Herry

Laksitoo

(2015)

Analisi Faktor-

faktor yang

Mempengaruhi

Audit Delay (Studi

Empiris pada

Perusahaan LQ 45

yang terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Periode Tahun

2010-2013)

Ukuran perusahaan, jenis

industri, opini auditor, dan

reputasi Kantor Akuntan

Publik (KAP) berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap Audit Delay.

Sedangkan variabel

profitabilitas dan solvabilitas

tidak signifikan dalam

mempengaruhi audit delay.

8 Arry Eksandy

(2017)

Pengaruh Ukuran

Perusahaan,

Solvabilitas,

Profitabilitas, dan

Komite Audit

Terhadap Audit

Delay (Pada

Perusahaan Properti

dan Real Estate

yang Terdaftar di

BEI Pada Tahun

2012-2015)

Ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap audit

delay. Solvabilitas tidak

berpengaruh terhadap audit

delay. Profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap

audit delay. Komite Audit

berpengaruh negatif terhadap

audit delay. Secara simultan

(bersama-sama) menunjukan

bahwa terdapat pengaruh

antara ukuran perusahaan,

solvabilitas, profitabilitas,

komite audit terhadap audit

delay.

9 Anak Agung Gede

Wiryakriyana, Ni

Luh Sari Widhiyani

(2017)

Pengaruh Ukuran

Perusahaan,

Leverage, Auditor

Switching, dan

Sistem

Pengendalian

Internal pada Audit

Delay

Ukuran perusahaan tidak

berpengaruh pada audit delay.

Leverage berpengaruh positif

signifikan pada audit delay.

Auditor switching

berpengaruh negatif signifikan

pada audit delay. Sistem

pengendalian internal tidak

berpengaruh pada audit delay.

10 Candra Sri Lestari,

Ali Rasyidi, Widya

Susanti

(2017)

Pengaruh Reputasi

KAP, Opini Audit,

dan Komite Audit

Terhadap Audit

Delay Pada

Perusahaan

Perbankan yang

Reputasi KAP tidak

berpengaruh secara signifikan

terhadap audit delay. Opini

auditor berengaruh secara

signifikan terhadap audit

delay. Komite audit

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

42

Terdaftar di BEI

Tahun 2013-2015

berpengaruh secara signifikan

terhadap audit delay.

Sumber : Jurnal, data diolah 2019.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini memiliki 5

variabel, terdiri dari 4 variabel independen yaitu ukuran perusahaan (X1),

reputasi KAP (X2), opini audit (X3), profitabilitas (X4) dan 1 variabel

dependen yaitu audit delay (Y). Berikut kerangka pemikiran yang disajikan

dalam bentuk gambar:

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Jurnal, data diolah 2019.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

43

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan pada teori yang ada serta hasil-hasil penelitian sebelumnya,

maka hipotesis yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay

Ukuran perusahaan merupakan suatu indikator yang dapat

menunjukkan suatu kondisi atau karakteristik suatu organisasi atau

perusahaan dimana terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan

untuk menentukan ukuran (besar/kecilnya) suatu perusahaan, seperti

banyaknya jumlah karyawan yang digunakan dalam perusahaan untuk

melakukan aktivitas operasional perusahaan, jumlah aktiva yang dimiliki

perusahaan, total penjualan yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu

periode, serta jumlah saham yang beredar.

Menurut NPYD Suparsada, IGAM Asri Dwija Putri (2015)

menyatakan bahwa perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan

dengan perusahaan kecil. Semakin tinggi ukuran perusahaan maka audit

delay menjadi semakin rendah. Ukuran perusahaan menggambarkan total

aset yang dimiliki perusahaan tinggi. Manajemen berusaha untuk

mempercepat proses audit agar memberikan sentimen positif kepada

masyarakat umum bahwa perusahaan memiliki aset yang cukup tinggi

untuk beroperasi dan memiliki prospek. Dengan demikian, ukuran

perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh

perusahaan. Perusahaan yang lebih besar memiliki pengendalian internal

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

44

yang lebih baik sehingga akan mempermudah auditor dalam mengerjakan

laporan auditnya (Arifatun, 2013).

H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit

delay.

2. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik terhadap Audit Delay

Reputasi KAP adalah cerminan besar kecilnya Kantor Akuntan

Publik, semakin besar Kantor Akuntan Publik maka semakin tinggi

kualitas audit yang dihasilkan, jadi perusahaan akan mengganti KAP kecil

ke KAP besar untuk meningkatkan reputasi dan kualitas laporan

keuangannya (Arsih, 2015).

Kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan

dipengaruhi oleh reputasi kantor akuntan publik yang disewa oleh

perusahaan dalam mengaudit laporan keuangan tersebut. Hal ini

dikarenakan KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar,

dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel

sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan

memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih

cepat guna menjaga reputasinya (Prameswri dan Yustrianthre, 2015).

Indah Permata Sari (2014) menyimpulkan bahwa reputasi KAP

memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Hal ini disebabkan,

karena reputasi KAP suatu perusahaan memberikan dampak terhadap

cepatnya waktu penyampaian laporan keuangan. KAP dengan reputasi

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

45

yang baik, biasanya memiliki kinerja yang baik dalam melakukan audit

sehingga dapat menyelesaikan laporan audit dengan cepat dan tepat waktu.

H2 : Reputasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh positif

secara signifikan terhadap Audit Delay.

3. Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Delay

Menurut (Abdul Halim 2013, 73) opini audit adalah kesimpulan

kewajaran atas informasi yang telah diaudit. Dikatakan wajar apabila

terbebas dari keraguan-keraguan dan ketidakjujuran (free from bias and

dishonesty), dan lengkap informasinya (full disclosure). Hal ini tentu saja

masih dibatasi oleh konsep materialitas. Sedangkan menurut (Mulyadi

2014, 19) opini audit merupakan opini yang diberikan auditor tentang

kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor

melakukan audit.

Perusahaan yang menerima jenis pendapat qualified opinion akan

mengalami audit delay yang lebih panjang dibandingkan dengan

perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion (Fauziyah,

2016). Hasil penelitian Afina dan Rahmawati (2015) menyimpulkan bahwa

opini audit tidak mempunyai pengaruh terdapat audit delay. Hal ini terjadi

karena tidak semua perusahaan yang mendapat opini selain unqualified

opinion mengalami proses audit yang lebih panjang daripada perusahaan

yang memperoleh unqualified opinion. Hal ini disebabkan auditor sudah

mendapatkan cukup bukti untuk memperkuat opininya bahwa laporan

keuangan perusahaan tersebut tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

46

unqualified opinion, sehingga perusahaan yang memperoleh opini selain

unqualified opinion tetap dapat melaporkan hasil auditnya tepat waktu.

H3 : Opini Audit berpengaruh positif terhadap Audit Delay.

4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan

seluruh sumber daya yang ada di dalam perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan di masa mendatang. Perusahaan dengan profitabilitas rendah

menyebabkan auditor akan melakukan tugas auditnya dengan lebih hati-

hati karena adanya resiko bisnis yang lebih tinggi sehingga akan

memperlambat proses audit dan menyebabkan penerbitan laporan auditan

yang lebih panjang. Profitabilitas adalah cerminan keberhasilan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian dapat

dikatakan tingginya profit perusahaan merupakan berita baik bagi

perusahaan. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang

berisi berita baik. Kabar baik atau good news tersebut diharapkan dapat

menaikkan nilai perusahaan di mata pihak-pihak berkepentingan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka audit delay

semakin pendek.

Penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah Althaf Amani (2016)

menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap

audit delay. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih

tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

47

cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya

kepada publik.

H4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Audit Delay.

5. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Kantor Akuntan Publik,

Opini Audit, dan Profitabilitas secara simultan terhadap Audit Delay

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan

besar kecil perusahaan menurut berbagai cara (total aktiva, log size, nilai

pasar saham, dan lain-lain). Perusahaan besar dengan citra perusahaan

yang baik akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding

perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan

dengan ukuran besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar.

Perusahaan dengan ukuran besar cenderung akan memilih Kantor

Akuntan Publik yang memiliki reputasi baik dalam melakukan proses

auditing terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Kualitas audit

dari KAP besar (big four) berpengaruh terhadap keyakinan pengguna

laporan keuangan. KAP yang termasuk dalam kategori besar biasanya

memiliki jumlah auditor independen dalam jumlah besar, memiliki jadwal

yang lebih fleksibel, dan melakukan pekerjaannya dengan efektif dan

efisien sehingga memungkinkan penyelesaian audit dengan tepat waktu.

Namun jika hasil laporan audit termasuk unqualified opinion,

biasanya audit delay akan terjadi lebih panjang dibanding qualified

opinion. Hal ini biasanya akan menambah waktu auditor untuk mencari

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repositori

48

bukti atas ketidakberesan yang terjadi di perusahaan klien jika perusahaan

menerima unqualified opinion.

Laba perusahaan merupakan ukuran keberhasilan suatu perusahaan

dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Ukuran keberhasilan tersebut

dapat di lihat dari tingkat profitabilitas perusahaan pada suatu periode.

Apabila tingkat profitabilitas perusahaan rendah biasanya auditor akan

melakukan tugas auditnya lebih hati-hati, karena adanya resiko bisnis yang

lebih tinggi. Hal tersebut akan membuat waktu penerbitan laporan

keuangan menjadi lebih panjang. Oleh sebab itu ukuran perusahaan,

reputasi KAP, opini audit, dan profitabilitas diduga akan mempengaruhi

audit delay. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H5 : Ukuran Perusahaan, Reputasi Kantor Akuntan Publik,

Opini Audit, dan Profitabilitas berpengaruh positif secara

simultan terhadap Audit Delay.