bab ii tinjauan pustaka - perpustakaan digital itb ... · pdf fileplanimetrik yaitu pengukuran...

14
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan hasil tinjauan pustaka tentang definisi, konsep, dan teori-teori yang terkait dengan penelitian ini. Adapun pustaka yang dipakai adalah konsep perambatan kesalahan, konsep pengukuran, dan konsep penentuan posisi, analisis visual kartografi, dan konsep hitung perataan. Secara diagram dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2. 1. Sistematika penulisan bab II 2.1 Konsep Pengukuran Melakukan pengukuran artinya adalah menentukan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik-titik atau bangunan-bangunan yang ada di daerah itu dalam jumlah yang cukup, sehingga dari daerah itu dengan seisinya dapat dibuat bayangan atau gambar yang cukup jelas dengan suatu skala yang telah ditentukan terlebih dahulu [Wongsotjitro, 1980]. Sebelum melakukan pengukuran dibutuhkan informasi peta. Maksud dari informasi peta ini adalah masalah informasi yang harus atau seharusnya tersaji dalam pemetaan suatu daerah, mengingat peta dijadikan sumber data bagi

Upload: hoangliem

Post on 14-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan hasil tinjauan pustaka tentang definisi, konsep, dan teori-teori

yang terkait dengan penelitian ini. Adapun pustaka yang dipakai adalah konsep

perambatan kesalahan, konsep pengukuran, dan konsep penentuan posisi, analisis

visual kartografi, dan konsep hitung perataan. Secara diagram dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

Gambar 2. 1. Sistematika penulisan bab II

2.1 Konsep Pengukuran

Melakukan pengukuran artinya adalah menentukan unsur-unsur (jarak dan

sudut) titik-titik atau bangunan-bangunan yang ada di daerah itu dalam jumlah

yang cukup, sehingga dari daerah itu dengan seisinya dapat dibuat bayangan

atau gambar yang cukup jelas dengan suatu skala yang telah ditentukan terlebih

dahulu [Wongsotjitro, 1980].

Sebelum melakukan pengukuran dibutuhkan informasi peta. Maksud dari

informasi peta ini adalah masalah informasi yang harus atau seharusnya tersaji

dalam pemetaan suatu daerah, mengingat peta dijadikan sumber data bagi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

11

kegiatan lainnya. Penentuan informasi yang akan disajikan dalam peta perlu

ditinjau beberapa aspek. Aspek tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

β€’ Tujuan penggunaan peta

berkaitan dengan informasi yang diperlukan user.

β€’ Skala peta yang dihasilkan

berkenaan dengan muatan informasi yang disajikan

β€’ Keragaman informasi daerah yang dipetakan.

Secara garis besar, aspek tersebut di atas, akan sangat berpengaruh

terhadap pengukuran (pengambilan data), pengolahan data, dan

penyajian data.

Sebelum melakukan pengambilan data ukuran, diperlukan ketentuan khusus

yang disebut dengan spesifikasi teknis. Spesifikasi teknis ini dibuat untuk

mempermudah pelaksanaan pengambilan data ukuran/pelaksanaan survey

pemetaan dan untuk memenuhi tujuan dari pembuatan peta.

Dalam tugas akhir ini yang dibahas hanya yang terkait dengan pengukuran

planimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut mendatar dan jarak

mendatar.

2.1.1 Pengukuran Sudut Mendatar

Ilustrasi untuk mengukur satu sudut mendatar, dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2. 2. Pengukuran sudut mendatar

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

12

Sudut mendatar antara dua jurusan (jurusan AB dan jurusan AC) diukur

dengan cara reiterasi berseri. Cara ini dipilih karena dapat menghilangkan

pengaruh salah sistematik alat.

Cara pengukuran reiterasi berseri dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1. Pengukuran sudut cara reiterasi berseri

Tempat

Alat

Kedudukan

Teropong

Bidikan

ke

Skala

lingkar

mendatar

Sudut

mendatar Sudut rata-rata

P Biasa A x y-x

(𝑦𝑦 βˆ’ π‘₯π‘₯) + (𝑦𝑦′ βˆ’ π‘₯π‘₯β€² )2

B y

Luar Biasa B y’ y’-x’

A x’

2.1.2 Pengukuran Jarak Mendatar

Pengukuran jarak antara dua titik di lapangan dapat diukur secara langsung

atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur jarak yang digunakan.

Dalam tugas akhir ini, pengukuran jarak yang digunakan adalah pengukuran

jarak secara tidak langsung menggunakan pengukuran jarak elektronis.

Ilustrasi pengukuran jarak tak langsung dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3. Pengukuran jarak tak langsung

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

13

Menghitung jarak mendatar dari pengukuran jarak tak langsung dapat dilihat

pada Rumus 2.1.

dd = dm cos m (2.1)

Keterangan:

dd : jarak mendatar

dm

2.1.3 Kesalahan Pengukuran

: jarak miring

m : sudut miring

a. Kesalahan sistematik alat

Kesalahan sistematik alat berupa kesalahan kolimasi horisontal dan

vertikal. Kesalahan kolimasi horisontal terjadi jika garis bidik tidak

berhimpit dengan sumbu datar teropong pada arah horizontal. Idealnya

adalah selisih antara bacaan sudut horisontal biasa dan bacaan luar biasa

yang tidak sama dengan 1800. Sedangkan salah kolimasi vertikal terjadi

jika garis bidik tidak berhimpit dengan sumbu datar teropong pada arah

vertikal. Idealnya adalah jumlah bacaan sudut vertikal biasa dan luar biasa

adalah 3600

b. Kesalahan akibat keadaan alam

.

Kesalahan yang idsebabkan oleh alam adalah sebagai berikut:

β€’ karena lengkungnya permukaan bumi

β€’ karena melengkungnya sinar cahaya (refraksi)

β€’ karena getaran udara

β€’ karena perubahan arah garis nivo

c. Kesalahan akibat si pengukur sendiri

Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pengukur adalah sebagai

berikut:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

14

β€’ kesalahan pada mata

β€’ kesalahan pada pembacaan

β€’ kesalahan yang kasar

Oleh karena itu, untuk menghitung ketelitian pengukuran sudut horisontal di

lapangan, dapat digunakan Rumus 2.1 sedangkan untuk menghitung ketelitian

pengukuran jarak horisontal dapat dilihat pada Rumus 2.2.

πœŽπœŽπ›Όπ›Ό = οΏ½πœŽπœŽπ›Όπ›Όπ‘π‘π‘π‘ 2 + 𝜎𝜎"𝛼𝛼𝑑𝑑2 + 𝜎𝜎"𝛼𝛼𝑖𝑖

2 (2.2)

Keterangan:

σα

Οƒ

: ketelitian pengukuran sudut horisontal (satuan detik)

Ξ±pr : ketelitian pembacaan dan pembidikan alat = πœŽπœŽπ›Όπ›Όπ‘π‘π‘π‘ = 2πœŽπœŽπ·π·π·π·π·π·βˆšπ‘›π‘›

(satuan detik)

σαpr : ketelitian pembidikan dan pembacaan alat (satuan detik)

ΟƒDIN

𝜎𝜎"𝛼𝛼𝑑𝑑 : ketelitian centering target = 𝜎𝜎"𝛼𝛼𝑑𝑑 =�𝐷𝐷1

2+𝐷𝐷22

𝐷𝐷1𝐷𝐷2πœŽπœŽπ‘‘π‘‘ 𝜌𝜌 (satuan detik)

σ”

: ketelitian alat pada total station (satuan detik)

Ξ±t : ketelitian centering target (satuan detik)

D1 dan D2 : jarak dari tempat alat yang berbeda ke target yang sama (satuan

panjang)

Οƒt

𝜎𝜎"𝛼𝛼𝑖𝑖 : ketelitian centering alat = 𝜎𝜎"𝛼𝛼𝑖𝑖 = 𝐷𝐷3𝐷𝐷1𝐷𝐷2√2

πœŽπœŽπ‘–π‘– 𝜌𝜌 (satuan detik)

σ”

: ketelitian mata saat centering target (satuan panjang)

Ξ±i

D

: ketelitian centering alat (satuan detik)

3

Οƒ

: �𝐷𝐷12 + 𝐷𝐷2

2 βˆ’ 2𝐷𝐷1𝐷𝐷2𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝛽𝛽12 (satuan detik)

i : ketelitian mata saat centering alat (satuan panjang)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

15

ρ : 206264,8”

πœŽπœŽπ‘‘π‘‘ = οΏ½πœŽπœŽπ‘–π‘–2 + πœŽπœŽπ‘‘π‘‘2 + π‘Žπ‘Ž + (𝐷𝐷 Γ— 𝑏𝑏 π‘π‘π‘π‘π‘šπ‘š)2 (2.3)

Keterangan :

Οƒd : ketelitian pengukuran jarak (satuan panjang)

Οƒi : ketelitian bidikan pada saat centering alat (satuan panjang)

Οƒt

: ketelitian bidikan pada saat centering target (satuan panjang)

a dan b = spesifikasi parameter ketelitian alat (satuan panjang)

Sedangkan untuk menghitung ketelitian bidikan sudut pada saat pengukuran,

digunakan Rumus 2.4. Penjelasannya dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2. 4. Penjelasan Rumus 2.4

πœŽπœŽπ‘π‘ = π΄π΄π‘π‘π‘π‘π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› πœŽπœŽπ΄π΄π‘‘π‘‘

(2.4)

Keterangan :

Οƒb : toleransi bidikan sudut (satuan sudut)

ΟƒA : toleransi titik A (satuan panjang)

d : jarak antar titik (satuan panjang)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

16

2.3 Konsep Penentuan Posisi

2.3.1 Dasar Penentuan Posisi

Data pengukuran yang dihasilkan dari metode polar adalah sudut horisontal,

jarak mendatar dan beda tinggi. Untuk mendapatkan posisi pada dari data

pengukuran yang telah ada, maka digunakanlah rumus penentuan posisi

horisontal dan vertikal pada bidang datar. Rumus penentuan posisi dapat dilihat

pada Rumus 2.5. Penjelasan Rumus 2.5 dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 5. Penjelasan rumus penentuan posisi

𝑋𝑋𝐡𝐡 = 𝑋𝑋𝐴𝐴 + βˆ†π‘‹π‘‹ (2.5)

π‘Œπ‘Œπ΅π΅ = π‘Œπ‘Œπ΄π΄ + βˆ†π‘Œπ‘Œ

Keterangan :

βˆ†π‘‹π‘‹ = 𝑑𝑑𝐴𝐴𝐡𝐡 sin 𝛼𝛼𝐴𝐴𝐡𝐡 (satuan panjang)

βˆ†π‘Œπ‘Œ = 𝑑𝑑𝐴𝐴𝐡𝐡 cos𝛼𝛼𝐴𝐴𝐡𝐡 (satuan panjang)

XA, YA : koordinat titik A (satuan panjang)

XB, YB : koordinat titik B (satuan panjang)

dAB : jarak dari titik A ke titik B (satuan panjang)

Ξ±AB : sudut jurusan dari titik A ke titik B (satuan sudut)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

17

2.3.2 Hubungan sudut dan sudut jurusan

Karena data pengukuran yang didapatkan adalah sudut horisontal, maka

perhitungan sudut horsiontal digunakan untuk menghitung dihitung

menggunakan rumus sudut jurusan. Perhitungan untuk sudut jurusan ini dapat

dilihat pada Rumus 2.6 dan penjelasannya dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2. 6. Penjelasan Rumus 2.6

𝛽𝛽 = 𝛼𝛼𝐴𝐴2 βˆ’ 𝛼𝛼𝐴𝐴1 (2.6)

Keterangan :

Ξ² : sudut horisontal (satuan sudut)

Ξ±A1 : sudut jurusan dari titik A ke titik 1 (satuan sudut)

Ξ±A2

2.3.3 Sistem Proyeksi Peta

: sudut jurusan dari titik A ke titik 2 (satuan sudut)

Seperti yang telah dijelaskan pada Undang-Undang Informasi Geospasial (UU-

IG) bahwa koordinat suatu titik dinyatakan pada sistem referensi koordinat

tertentu. Sehingga sistem referensi koordinat tersebut mengacu pada datum

WGS’84 sebagai datum nasional. Sedangkan untuk sistem proyeksinya

mengikuti aturan Bakosurtanal yaitu Universal Transverse Mercator (UTM).

Karakteristik untuk sistem proyeksi Universal Transverse Mercator adalah

sebagai berikut:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

18

β€’ Proyeksi peta menggunakan silinder transversal.

β€’ Lebar zona proyeksi adalah sebesar 60

β€’ Faktor perbesaran pada meridian sentral adalah sebesar 0,9996

.

β€’ Faktor perbesaran pada meridian zona (tepi) adalah sebesar 1,0004

Sedangkan untuk menyatakan koordinat titik acuan yang biasanya dinyatakan

dalam sistem koordinat geodetik, diperlukan konversi dari sistem koordinat

geodetik ke sistem koordinat proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM).

Oleh karena itu, data ukuran berupa jarak mendatar harus direduksi ke bidang

proyeksi yaitu Universal Transverse Mercator (UTM) dengan mereduksi ke

bidang ellipsoid referensi yang digunakan terlebih dahulu. Sehingga diperlukan

penentuan faktor perbesaran skala terlebih dahulu untuk menghitung jarak

pengukuran yang didapatkan.

Selain itu, perhitungan azimuth yang didapatkan dari perhitungan sudut

horisontal pengukuran dan azimuth pada titik acuan, perlu direduksi

menggunakan koreksi konvergensi meridian dan koreksi kelengkungan bumi

untuk mendapatkan sudut jurusan pada bidang proyeksi Universal Transverse

Mercator (UTM).

2.4 Konsep Perambatan Kesalahan

2.4.1 Konsep Dasar

Konsep hitungan perambatan kesalahan tidak lepas dari pengolahan data

ukuran. Semua pengukuran memiliki kesalahan. Contohnya pengukuran sudut,

sumber kesalahan utamanya adalah penempatan alat dan leveling, penempatan

target, pembacaan skala lingkaran, dan pembidikan target. Untuk menganalisis

kesalahan pengukuran sudut horisontal dan jarak, serta beda tinggi diperlukan

perambatan kesalahan.

Jika terdapat suatu fungsi Z, dengan beberapa parameter yang melibatkan n

yang tidak berkaitan dengan jumlah, x1, x2, x3, … xn, Rumus perambatan

kesalahannya dapat dilihat pada Rumus 2.7.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

19

πœŽπœŽπ‘π‘ = οΏ½οΏ½ πœ•πœ•π‘π‘πœ•πœ•π‘₯π‘₯1οΏ½

2𝜎𝜎π‘₯π‘₯1

2 + οΏ½ πœ•πœ•π‘π‘πœ•πœ•π‘₯π‘₯2

οΏ½2𝜎𝜎π‘₯π‘₯2

2 + β‹―+ οΏ½ πœ•πœ•π‘π‘πœ•πœ•π‘₯π‘₯𝑛𝑛

οΏ½2𝜎𝜎π‘₯π‘₯𝑛𝑛

2 (2.7)

Keterangan :

Οƒz : simpangan baku fungsi Z

Οƒx1, Οƒx2, …, Οƒxn : simpangan baku parameter x1, x2, …, x

2.4.2 Contoh Penerapan Pada Posisi

n

Contoh penerapan perambatan kesalahan pada posisi adalah dengan

mendapatkan ketelitian posisi. Contoh ini merupakan penerapan konsep

perambatan kesalahan menggunakan fungsi pada Rumus 2.4. Sehingga rumus

perambatan kesalahannya adalah terdapat pada Rumus 2.8.

πœŽπœŽπ‘‹π‘‹π΅π΅ 2 = πœŽπœŽπ‘‹π‘‹π΄π΄2 + οΏ½ πœ•πœ•π‘‹π‘‹π΅π΅πœ•πœ•π›Όπ›Όπ΄π΄π΅π΅

οΏ½2πœŽπœŽπ›Όπ›Όπ΄π΄π΅π΅ 2 + οΏ½ πœ•πœ•π‘‹π‘‹π΅π΅

πœ•πœ•π‘‘π‘‘π΄π΄π΅π΅οΏ½

2πœŽπœŽπ‘‘π‘‘π΄π΄π΅π΅ 2

(2.8)

πœŽπœŽπ‘Œπ‘Œπ΅π΅2 = πœŽπœŽπ‘Œπ‘Œπ΄π΄2 + οΏ½ πœ•πœ•π‘Œπ‘Œπ΅π΅πœ•πœ•π›Όπ›Όπ΄π΄π΅π΅

οΏ½2πœŽπœŽπ›Όπ›Όπ΄π΄π΅π΅ 2 + οΏ½ πœ•πœ•π‘Œπ‘Œπ΅π΅

πœ•πœ•π‘‘π‘‘π΄π΄π΅π΅οΏ½

2πœŽπœŽπ‘‘π‘‘π΄π΄π΅π΅ 2

Keterangan :

ΟƒXB : ketelitian XB

ΟƒYB : ketelitian YB

ΟƒXA : ketelitian XA

ΟƒYA : ketelitian YA

σαAB : ketelitian sudut jurusan AB

ΟƒdAB

2.4.3 Contoh Penerapan Pada Pengukuran

: ketelitian jarak mendatar dari A ke B

Contoh penerapan perambatan kesalahan pada pengukuran adalah dengan

mendapatkan ketelitian pengukuran sudut horisontal. Contoh ini merupakan

penerapan konsep perambatan kesalahan menggunakan fungsi pada Rumus 2.9.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

20

Sehingga rumus perambatan kesalahannya adalah terdapat pada Rumus 2.10.

Penjelasan Rumus 2.9 ada pada Gambar 2.7.

Gambar 2. 7. Penjelasan Rumus 2.9.

𝛽𝛽 = π‘π‘π‘˜π‘˜π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› βˆ’ π‘π‘π‘˜π‘˜π‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘– (2.9)

Keterangan :

Ξ² : sudut horisontal

bkanan : bacaan sudut bidikan kanan

bkiri

πœŽπœŽπ›½π›½2 = οΏ½ πœ•πœ•π›½π›½πœ•πœ•π‘π‘π‘˜π‘˜π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

οΏ½2πœŽπœŽπ‘π‘π‘˜π‘˜π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

2 + οΏ½ πœ•πœ•π›½π›½πœ•πœ•π‘π‘π‘˜π‘˜π‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘–

οΏ½2πœŽπœŽπ‘π‘π‘˜π‘˜π‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘–

2 (2.10)

Keterangan:

Οƒ

: bacaan sudut bidikan kiri

Ξ² : ketelitian sudut horisontal

Οƒbkanan : ketelitian sudut bidikan kanan

Οƒbkiri : ketelitian sudut bidikan kiri

Selain itu, untuk menghitung ketelitian pengukuran jarak mendatar, diperlukan

perhitungan dengan menggunakan rumus perambatan kesalahan dengan

menggunakan fungsi pada Rumus 2.11. Sehingga hasil perambatan

kesalahannya dapat dilihat pada Rumus 2.12.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

21

π‘‘π‘‘π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘›π‘›π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘π‘ = π‘‘π‘‘π‘šπ‘šπ‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘–π‘›π‘›π‘šπ‘š cos <π‘šπ‘šπ‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘–π‘›π‘›π‘šπ‘š (2.11)

Keterangan :

dmendatar : jarak mendatar

dmiring : jarak miring

<miring

πœŽπœŽπ‘‘π‘‘π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘›π‘›π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘π‘ 2 = οΏ½πœ•πœ•π‘‘π‘‘π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘›π‘›π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘π‘πœ•πœ•π‘‘π‘‘π‘šπ‘šπ‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘–π‘›π‘›π‘šπ‘š

οΏ½2πœŽπœŽπ‘‘π‘‘π‘šπ‘šπ‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘–π‘›π‘›π‘šπ‘š

2 + οΏ½πœ•πœ•<π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘›π‘›π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘π‘πœ•πœ•<π‘šπ‘šπ‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘–π‘›π‘›π‘šπ‘š

οΏ½2𝜎𝜎<π‘šπ‘šπ‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘–π‘›π‘›π‘šπ‘š

2 (2.12)

Keterangan:

Οƒ

: sudut miring

dmendatar : ketelitian pengukuran jarak mendatar

Οƒdmiring : ketelitian pengukuran jarak mirinh

Οƒ<miring

2.5 Analisis Visual Kartografi

: ketelitian pengukuran sudut miring

Analisis visual kartografi merupakan salah satu metode untuk menentukan

toleransi titik detail di lapangan. Metode ini menggunakan skala peta,

penggaris, dan syarat kartografi. Syarat kartografi yang dimaksud yaitu untuk

menentukan jarak di lapangan dari jarak yang ada di peta dengan skala tertentu.

Jarak di lapangan dapat ditentukan menggunakan Rumus 2.13.

π½π½π‘Žπ‘Žπ‘π‘π‘Žπ‘Žπ‘˜π‘˜ 𝑑𝑑𝑖𝑖 π‘™π‘™π‘Žπ‘Žπ‘π‘π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘šπ‘šπ‘Žπ‘Žπ‘›π‘› = π‘—π‘—π‘Žπ‘Žπ‘π‘π‘Žπ‘Žπ‘˜π‘˜ 𝑑𝑑𝑖𝑖 π‘π‘π‘šπ‘šπ‘‘π‘‘π‘Žπ‘Ž Γ— π‘π‘π‘˜π‘˜π‘Žπ‘Žπ‘™π‘™π‘Žπ‘Ž π‘π‘π‘šπ‘šπ‘‘π‘‘π‘Žπ‘Ž (2.13)

Penggaris sebagai alat pengukuran jarak pada peta memiliki satuan terkecil

sebesar 1 mm. Sehingga, penggaris memiliki ketelitian pengukuran sebesar 0,5

mm (setengah dari satuan terkecil pada alat ukur). Dengan menggunakan

ketelitian pengukuran tersebut kita dapat menentukan jarak terpendek di

lapangan yang dapat terlihat pada peta. Jarak terpendek di lapangan ditentukan

dari ketelitian pengukuran jarak di peta yaitu 0,5 mm. Jarak terpendek di

lapangan tersebut ditentukan dengan menggunakan Rumus 2.13.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

22

Jarak terpendek di lapangan tersebut merupakan toleransi antar titik detail di

lapangan.

2.6 Konsep Hitung Perataan

Hitung perataan digunakan untuk mendapatkan koordinat pendekatan dan

koordinat sebenarnya dari data pengukuran. Perhitungannya menggunakan

Rumus 2.14.

AX – L = 0 (2.14)

Keterangan:

A : matriks desain

X : matriks parameter hitungan (X = (ATPA)-1 AT

𝑣𝑣 = 𝐴𝐴𝑋𝑋 βˆ’ 𝐿𝐿 (2.15)

Keterangan :

v : matriks residu

A : matriks desain

X : parameter hitungan (X = (A

PL)

P : matriks bobot

L : matriks konstanta

Setelah mendapatkan koordinat pendekatan dan koordinat sebenarnya, untuk

mendapatkan residu tiap titiknya, digunakanlah Rumus 2.15.

TPA)-1 AT

Pada hitung perataan, untuk menentukan data pengukuran masuk ke selang

kepercayaan tertentu, digunakanlah berbagai macam perhitungan distribusi.

PL)

P : matriks bobot

L : matriks konstanta

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITB ... · PDF fileplanimetrik yaitu pengukuran untuk mendapatkan sudut ... atau secara tidak langsung tergantung dari alat pengukur

23

Salah satunya adalah dengan menggunakan distribusi chi square yaitu dapat

dilihat pada Rumus 2.16.

𝑋𝑋2 = 𝑉𝑉2

𝜎𝜎2 (2.16)

Keterangan :

x2 : bilangan chi square

v : residu

Οƒ : standar deviasi