bab ii tinjauan pustaka -...

60
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998). Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan ,kelahiran , dan adopsi yang bertujuan menciptakan ,mempertahankan budaya , mempertahankan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan , 1986 , dalam Setyowati 2008). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya ( Bailon dan Maglaya 1978 dalam Setyowati 2008 ).

Upload: dotuong

Post on 07-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di

dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998).

Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan ,kelahiran , dan

adopsi yang bertujuan menciptakan ,mempertahankan budaya ,

mempertahankan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial

dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan , 1986 , dalam Setyowati

2008).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu

rumah tangga karena adanya hubungan darah,perkawinan, atau adopsi.

Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainya, mempunyai peran

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (

Bailon dan Maglaya 1978 dalam Setyowati 2008 ).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

7

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau

lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang

terdiri dari bapak,ibu,adik, kakak, kakek,nenek ( Reisner 1980 dalam

Setyowati 2008 ).

Keluarga adalah satu lebih individu yang tinggal bersama,

sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam

interelasi sosial, peran dan tugas ( Sepredley dan Allender 1996 dalam

Setyowati 2008 )

Dari kelima definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga

adalah:

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat dengan

hubungan perkawinan atau adopsi.

b. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-

masing mempunyai peran siosial suami, istri, anak, kakak,

adik.

c. Mempunyai tujuan :

a) Menciptakan dan mempertahankan budaya

b) Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan

sosial anggota.

2. Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut Friedman(1998) :

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

8

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang

hidup dalam rumah tangga yang sama

a) Keluarga yang melakukan perkawinan yang pertama

b) Keluarga-keluarga dengan orang tua campuran atau orang

tua tiri

2) Pasangan inti

Terdiri dari suami istri tanpa anak atau tidak ada anak yang

tinggal bersama mereka

a) Karier tunggal

b) Keduanya berkarier dibedakan menjadi karier istri terus

berlangsung dan karier istri terganggu

3) Keluarga dengan orang tua tunggal

Adalah satu yang mengepalai sebagai konsekuensi dari

perceraian, ditinggal atau pisah

a) Bekerja atau berkarier

b) Tidak bekerja

4) Bujangan dewasa yang tinggal sendirian

5) Keluarga besar 3 generasi

6) Pasangan usia pertengahan atau lansia

suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal diruamah (anak

sudah kuliah, bekerja, atau kawin).

7) Jaringan keluarga besar

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

9

Dua keluarga inti atau lebih dari kerabat primer atau anggota

keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah

geografis dan dalam sistem presiprokal atau tukar menukar

barang dan jasa.

b. Tipe keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah (biasanya

terdiri dari ibu dan anak saja)

2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah

3) Pasangan kumpul kebo

4) Keluarga Gay atau lesbian adalah pasangan yang berjenis

kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah

5) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih

dari satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara

bersama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki

pengalaman yang sama

3. Fungsi Keluarga

Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar sebagai berikut :

a. Fungsi afektif

Fungsiafektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,

yang merupakan basisi kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososia. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

10

kegembiraan seluruh keluarga. Tiap anggota keluarga saling

mempertahankan iklim yang positif.

Menurut ( Murwani 2007 )komponen yang perlu dipenuhi oleh

keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :

1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih

sayang dan dukungan dari anggota keluarga lain. Maka,

kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,

yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling

mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan

modal besar dalam memberikan hubungan dengan orang lain

diluar keluarga / masyarakat.

2) Saling menghargai : bila anggota saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan setiap hak anggota keluarga serta

selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif

akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi keluarga dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan

melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai

aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua hars

mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-

anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari orang tuanya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

11

Fungsi afektif merpakan “sumber energi” yang menentukan

kebahagian keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak,

atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam

keluarga tidak dapat terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan

yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial.

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan

tempat individu untuk belajar bersosialisasi, seperti anak yang baru

lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang

disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai bersosialisasi

dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap

brrperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan

individu dan keluarga dicapai dalam interaksi atau hubungan antar

anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota

keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan

perilaku melalui hubugan dan interaksi keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan suatu ikatan

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis

pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

12

meneruskan keturunan. Dlam halini keluarga juga berfungsi untuk

memelihara dan membesarkan anak.

d. Fungsi ekonomi

Funsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk

memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang

tidak seimbang antara sumi dan istri hal ini menjadikan

permasalahan yang berujung pada perceraian.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatn , yaitu untuk mencegah terjadinya

gangguan kesehatan dan atau merwat anggota keluarga yang sakit.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melakukan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluraga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut ( Friedmen

1998 ) :

1) Mengenal masalah kesehatan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

13

Ketidak sanggupan keluarga dalam mengenal masalah

pada diabetes mellitus salah satu faktor penyebabnya adalah

karena kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus, apabila

keluarga tidak mampu mengenal masalah diabetes mellitus.

Penyakit tersebut akan mengakibatkan komplikasi.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Ketidaksanggupan keluarga dalam menganbil keputusan

yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak

memahami tentang sifat,berat,dan luasnya masalah yang

dihadapi dan masalah tidak begitu menonjol. Penyakit diabetes

mellitus yang tanpa penangganan akan mengakibatkan

komplikasi.

3) Memberikan perawatan pada anggota yang sakit

Ketidakmampuan dalam merawat anggota keluarga

disebabkan karena tidak mengetahui keadaan penyakit.

Misalnya keluarga tidak mengetahui tentang pengertian, tanda

dan gejala, penyebabnya, dan pengelolaan pada diabetes

mellitus.

4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

Ketidaksanggupan keluarga dalam memelihara

lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan.

Ketidakmampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam

keluarga tidak mencukupi, diantaranya adalah biaya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

14

5) Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas

kesehatan masyarakat.

Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang

mempunyai masalah diabetes mellitus, agar penderita dapat

memeriksakan kesehatanya secara rutin

4. Dimensi Dasar Struktur Keluarga

Menurut ( Friedman 1998 ) struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, selalu

menyelesaikan konflik keluarga berfikiran positif, dan tidak

mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.

Karateristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

1) Karateristik pengirim :

a) Yakni dalam mengemukakan suatu atau pendapat

b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas

c) Selalu meminta dan menerima umpan balik

2) Krateristik penerima :

a) Siap mendengarkan masukan dan pendapat dari anggota

keluarga

b) Memberikan umpan balik dari setiap pendapat yang

dikemukakan anggota keluarga

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

15

c) Melakukan validasi

b. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi

atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya

sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi terkadang peran

ini tidak dapat di jalankan oleh masing-masing individu dengan

baik. Ada beberapa anak yang terpaksa memenuhi kebutuhan

anggota keluarga yang lain sedang orang tua mereka entah kemana

atau berdiam diri dirumah.

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan ( potensial lain ke arah

positif.dan aktual ) dari individu untuk mengendalikan atau

mempengaruhi untuk mengubah perilaku orang.

Ada beberapa macam tipe kekuatan struktur kekuatan :

1) Legitimate power/kekuasaan/hak untuk mengontrol

Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan

bersama bahwa dalam suatu keluarga satu orang mempuanyai

hak untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga lain.

2) Referent power/seseorang yang ditiru

Kekuasaan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap

orang lain karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

16

identifikasi positif seorang anak dengan orang tua ( role mode

).

3) Reward power/kekuasaan penghargaan

Pengaruh kekuasri orang yang mempunyai penghargaan

karen aadanya harapan yang akan diterima oleh seseorang dari

orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang.

Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.

4) Cercive power/kekuasaan paksaan/dominasi

Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk

menghukum dengan paksaan, ancaman, atau kekerasan bila

mereka tidak mau taat.

5) Affective power/kekuasaan afektif

Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan

memberikan atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan,

cinta kasih misalnyahubungan seksual pasangan suami istri.

d. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu system sikap dan kepercayaan yang

secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam

satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu perkembangan

norma dan peraturan.

Norma adalah perilaku yang baik. Menurut masyarakat

berdasarkan system dalam keluarga.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

17

Budaya adalah kumpulandari pola perilaku yang dapat

dipelajari dan di bagi, dan ditularkandengan tujuan untuk

menyelesaikan masalah.

5. Peran perawat keluarga

Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang

ditujukan keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga

yang sehat. Fungsi perawat adalah membantu keluarga untuk

menyelesaikan masalah keluarga dengan cara meningkatkan

kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan

kesehatan keluarga.

Ada banyak peran perawat dalam menyelesaikan masalah

ataupun melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya

sebagau berikut :

a. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga dengan tujuan : 1) keluarga dapat melakukan program

asuhan kesehatan keluarga secara mandiri.

2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

b. Koordinator

Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar

pelayanan yang komperhensif dapat tercapai. Koordinasi juga

diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari

berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi pengulangan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

18

c. Pelaksana

Perawat yang berkeja dengan klien dan keluarga baik

dirumah, klinik, maupun di rumah sakit bertanggunngjawab dalam

memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepta

keluarga yang sakit. Pada keluarga melalui anggota keluarga yang

sakit. Perawat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan

keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga dapat

memberikan asuhan keperawtan langsung kepada anggota keluarga

yang sakit.

d. Pengawasan Kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan

home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan

pengakajian dan diharapkan ada tindakan lanjut dalam home visit

tersebut.

e. Konsultan

Perawat sebagai penasehat dan nara sumber bagi keluarga

dalam mengatasi maslah kesehatan dan keluarga. Maka dengan

demikian harus ada Bina Hubungan Saling Percaya , antar perawat

dan keluarga.

f. Konsultan

Sebagai perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan

pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan

keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

19

perawat di rumah sakit tetapi di keluarga dan komunitas pun juga

dapat dilaksanakan.

g. Fasilitator

Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga

dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan

yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga keraguan

didalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan

sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan

baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan

kesehatan. Misalnya sistem rujukan dan dana sehat.

h. Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah

mengidentifikasi kesehatan secara dini ( case finding ) , sehingga

tak terjadi ledakan atau kejadian luar biasa ( KLB ).

i. Modifikasi Lingkungn

Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi

lingkungan, baik lingkungan rumah, masyarakat, dan lingkungan

sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

6. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap dan Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998).

a. Tahap I (Keluarga pemula)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

20

Tahap ini dimulai ketika terjadi sebuah pernikahan antara 2 orang

insan yaitu laki-laki dan perempuan.

Tugas perkembangan keluarga :

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai

orang tua)

b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak)

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi

berusia 30 bulan.

Tugas perkembangan keluarga :

1) Membentuk keluarga mudasebagai sebuahunit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga)

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran peran orang tua dan kakek nenek

c. Tahap III (Keluarga dengan anak usia prasekolah)

Tahap ketiga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan

berakhir ketika anak berusia 5 tahun.

Tugas perkembangan keluarga:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

21

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan

2) Mensosialisasikan anak

3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

(Hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dad anak) dan

di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas)

d. Tahap IV (Keluarga dengan anak usia sekolah)

Tahap ke empat dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun mulai

masuk sekolah dasar dan dan berakhir pada usia 13 tahun,

merupakan awal dari masa remaja.

Tugas perkembangan keluarga :

1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap V ( Keluarga dengan anak remaja)

Dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun. Tahap ini

berlangsung 6-7 tahun, meskipun tahap ini lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih

tinggal dirumah hingga umur 19 atau 20 tahun.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

22

Tugas Perkembangan Keluarga :

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

f. Tahap VI (Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama meninggalkan rumah dan

berakhir hingga anak terakhir meninggalkan rumah (rumah

kosong).

Tugas Perkembangan Keluarga :

1) Memperluas siklus kelearga dengan memasukan anggota

keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak

2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan

3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami

maupun isteri

g. Tahap VII (Orang tua usia pertengahan)

Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir

saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.

Tugas Perkembangan Keluarga :

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang saling memuaskan

dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

23

3) Memperkokoh hubungan perkawinan

h. Tahap VIII (Keluarga dalam masa pensiun dan lansia)

Dimulai ketika salah satu atau kedua pasangan pensiun terus

berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir

ketika pasangan lain meninggal.

Tugas Perkembangan Keluarga :

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

6) Meneruskan untuk memahamieksistensi mereka ( Penelaahan

dan integrasi hidup)

B. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja

1. Pengertian

Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja adalah

dimana ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima

dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama

6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini bisa menjadi lebih singkat jika

anak meningalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih

tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. Anak-anak lain

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

24

dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan keluarga

yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga

memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih besar bagi

remaja dalam persiapan menjadi dewasa muda.

2. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja

a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab

ketikaremaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

3. Masalahkesehatan yang muncul pada tahap perkembangan keluarga

anak remaja

a. Penyalah gunaan obat-obatan terlarang ( narkoba, ganja, dll)

b. Resiko kecelakaan lalu lintas ( terjadinya patah tulang)

c. Pergaulan bebas yang salah (aborsi, AIDS)

d. Resiko penyakit pada usia 35 tahun keatas seperti jantung koroner,

hipertensi, dan diabetes mellitus.

4. Masalah yang muncul pada tahap perkembangan keluarga anak remaja

a. Terdapat perselisihan antara orang tua dan anak

b. Pergaulan remaja yang salah

C. Konsep Penyakit Diabetes Mellitus

1. Pengertian

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

25

yang menimbulkan berbagai komplikasi kronok pada

mata,ginjal,saraf,dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran

basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (

Mansjoer,2001).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah

atau hiperglikemia (Brunner & Suddarth. 2002)

Sedangkan Tapan (2006) menjelaskan bahwa DM adalah

penyakit kronis yang disebabkan oleh keturunan atau dapat.

Konsentrasi glukosa yang berlebihan pada darah dapat

menyebabkan kerusakan sel tubuh.

Dari berbagai definisi diatas tentang DM diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit

yang disebabkan oleh gangguan hormonal ( hormon insulin yang

dihasilkan oleh pancreas) dan melibatkan kelainan metabolisme

karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi insulin

yang cukup dan insulin tidak dapat diproduksi dengan baik, karena

prosses autoimune, dipengaruhi secara genetik dan gejala yang

pada akhirnya menuju tahap kerusakan immunologi sel yang

memproduksi insulin.

2. Klasifikasi

a. Tipe I diabetes mellitus tergantung insulin ( insulin dependent

diabetes mellitus ) IDDM

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

26

kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami diabetes

tipe I, yaitu diabetes yang tergantung pada insulin. Pada

diabetes tipe ini, sel-sel beta pankreasyang dalam keadaan

normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu

proes autoimune. Sebagai akibatnya penyuntikan insulin

diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah.

b. Tipe II insulin yang tidak tergantung dengan insulin ( non

insulin dependent diabetes mellitus ) NIDDM

Kurang lebih 90% hingga 95% penderita mengalami diabetes

tipe II, yaitu diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Tipe

ini terjadi akibat penurunan sensivitas terhadap insulin yang

disebut restitensi insulin atau penurunan jumlah produksi

insulin.

c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau

syndrome lainya.

d. Diabetes mellitus gestasional ( gestasional diabetes mellitus )

GDM

Gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui

pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita

perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester

pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini

merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

27

janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis

ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

Klasifikasi yang Intoleransi glukosa

3. Anatomi dan Fisiologi

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya

kira-kira 15cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa

dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata

lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.

Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang

tedapat didalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan

(kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk

oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan

yang merupakan bagian utama dari organ ini melentang kearah

limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

28

Dari segi perkembangan embriologi kelenjar pankreas terbentuk

dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu : (1). Asini

sekresi getah pencemaran kedalaman duodenum. (2). Pulau

langerhans yang tidak mengeluarkan skretnya keluar, tapi

menyekresi insulin dan glukagon ke darah.

Pulau-pulau langerhans yang menjadi system

endokrinologis dari pankreas terbesar dari pankreas terbesar dari

seluruh pangkreas dengan berat hanya 1-3% dari berat total

pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-

masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah

50μ , sedangkan yang terbesar 300μ , terbanyak adalah yang

besarnya 100-225μ ,jumlah semua pulau langerhans di pankreas

diperkirakan antara 1-2juta.

Pulau langerhans manusia, mengandung 3 jenis sel utama yaitu :

1.) Sel-sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20-40 %, memproduksi

glikagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormone

yang mempunyai “anti insulin like activity”.

2.) Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80%, membuat insulin.

3.) Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15%, membuat

samatostatin.

Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan

struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

29

langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak

mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel

betha sering ada tetapi berbeda ddengan sel beta yang normal

dimana sel beta tidak menunjukan reaksi pewarnaan untuk

insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808

untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai

polipeptida yang tidak sama, yaitu A dan B kedua rantai ini

dihubungkan oleh dua jembatan , yang terdiri dari disulfida.

Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30

asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4-7 dengan titik

isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus

berikatan dengan protein reseptor yang besar didalam membran

sel.

Insulin disintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di

simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks

golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik

kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa normal

atau rendah, produksi insulin akan menurun.

Selain kadar glukosa darah, faktor lain selain asam amino,

asam lemak, dan hormon gastrointestinal merangsang sekresi

insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama

insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

30

melalui membran sel ke jaringan terutama sel-sel otot,

fiubroblas dan sel lemak.

4. Etiologi dan Predisposisi

IDDM (insulin dependent diabetes mellitus)atau diabetes

melitus tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau

langerhans akibat proses auto imunne. Sedangkan NIDDM (non

insulin dependent diabetes melitus)atau diabetes melitus tidak

tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B resistensi

insulin. Resistensi insulin adalah turunya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk

menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu

mengimbangi resisteni insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi

defesiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari

berkurang sekresi insulin pada ransangan glukosa bersama bahan

perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel B pankreas mengalami

distensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer,2001).

Faktor-faktor penyebab Diabetes Mellitus :

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes itu sendiri ,

melainkan mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan

genetik kearah terjadinya diabetes

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

31

b. Faktor immunologi

Pada diabetes terbukti terdapat adanya suatu respon

autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana

antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara

berinteraksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya

seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan

faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.

Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa

virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun

yang menimbulkan destruksi sel beta.

d. Usia

Resistensi insulin cnderung meningkat pada usia diatas 65

tahun.

e. Obesitas

f. Riwayat keluarga

Adanya riwayat dalam keluarga yang menderita diabtes

mellitus.

5. Patofisiologi

Insulin dan glukagon diproduksi dalam pankreas yang

merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin yang lebih dari sejuta

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

32

kumpulan pulau – pulau sel terletak dalam sel teletak menyebar

dalam organ ini. Terdapat 3 jenis sel-sel endokrin yaitu, sel alpha

yang memproduksi glukosa, sel beta yang mengsekresi insulin, sel

delta yang mengsekresi gastrin dan somatostatin pankreas.

Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan

anabolitik. Dalam keadaan normal jika terdapat glukosa, asupan

glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai

glikogen dalam sel-sel dan otot yang disebut glikogenesis. Proses

ini mencegah terjadinya hiperglikemi, jika terjadi kekurangan

insulin maka akan mengakibatkan perubahan metabolisme yang

menyebabkan hiperglikemi, antara lain :

a. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang

b. Glukogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa

dalam darah

c. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen

berkurang dan glukosa hati akan dicurahkan secara terus-

menerus

d. Glukogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah

meningkat dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.

Ketosis mengakibatkan asidosis dan terjadi koma.

Hiperglikemia meningkatkan osmolaritas darah. Jika kosentrasi

glukosa dalam darah meningkat dan melebihi ambang ginjal,

maka pada penyaringan di glomerulus dan reabsorpsi glukosa

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

33

pada tubulus pun berkurang maka terjadilah glukosuria. Karena

glukosa dalam larutan, maka pengeluaran glukosa pun banyak

sebanding dengan pengeluaran glukosa. Hal ini dinamakan

poliuri. Banyak mineral dalam tubuh pun ikut keluar bersama

urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar garam dan

terjadi penarikan cairan intraseluler dan ekstraseluler dan

merangsang rasa haus berkepanjangan ( polidipsi), starvasi

seluler dan kehilangan kalor akan merangsang rasa lapar yang

berkepanjangan (polifagi) ( Price, 2006 ).

6. Manifestasi Klinik

1. Gejala klasik pada DM adalah :

a. Poliuri ( sering BAK ) ,frekuensi buang air kecil

meningkat terutama pada malam hari

b. Polidipsi , rasa haus terus-merus

c. Polifagi, rasa lapar meningkat

2. Gejala lain yang dirasakan penderita

a. Kelemahan rasa lemah sepanjang hari

b. Keletihan

c. Pengelihatan atau pandangan kabur

d. Pada keadaan ketoadosis akan menyebabkan rasa

mual,muntah,dan penurunan kesadaran.

3. Tanda yang bisa diamati pada penderita DM

a. Kehilangan berat badan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

34

b. Jika luka lama sembuh

c. Kaki kesemutan mati rasa

d. Infeksi kulit

7. Penatalaksanaan

a. Farmakologis

1) Obat-obatan peroral

a) Golongan sulfonilurea/sulfoni/urea

Obat ini paling banyak banyak digunakan dan

dikombinasikan dengan obat golongan lain, binguanid,

inhibitor alfa glukosidase atau insulin.

Obat golongan ini mempunyai efek utama yaitu

meningkatkan produksi insulin oleh sel-sel pankreas,

karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM

tipe II dengan berat badan yang berlebihan.

Obat-obat yng beredar dalam golongan ini adalah:

Glibenklamida, glibenklamida micronized, glikasida,

glikuidon

b) Golongan binguinaid/ metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa

dalam hati, memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan

(glukosa perifer) dianjurkan obat tunggal pada pasien

dengan kelebihan BB

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

35

c) Golongan inhibitor alfa glukosidase

Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula

disaluran pencernaan, sehingga dapat menurunkan

kadar gula setelah makan. Bermanfaat bagi pasien

dengan kadar gula darah puasa yang masih normal.

2) Insulin

a) Indikasi insulin

Pada DM tipe 1 yang tergantung pada insulin

biasanya digunakan human monocommonent insulin (

40 UI dan 100 UI/ml injeksi), merk yang beredar

actrapid.

Injeksi insulin juga diberikan kepeda penderita DM tipe

II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang

tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM

dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi

dengan obat-obatan tersebut, bila ketoadosis,

hiperosmolar, dana sidosis laktat, stres berat karena

infeksi sistemik, pasien operasi berat,wanita hamil

dengan gejala DM gestational yang tidak dapat

dikontrol dengan pengendalian diet.

b) Jenis insulin

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

36

Insulin kerja cepat jenis-jenisnya adalah reguler insulin,

critalin zink, dan semilente, Insulin kerja sedang

jenis-jenisnya adalah NPH (Netral Protamin Hagerdon),

Insulin kerja lambat jenis-jenisnya adalah PZI

(Protamin Zink Insulin)

b. Non Farmakologis

1) Diet

Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah

perencanaan makan. Walaupun telah mendapat tentang

penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50%

pasien tidak melaksanakaanya .

Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu

seimbang diet, dengan komposisi sekitar 68%

karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein. Diet

disesuaikan dengan keadaan penderita. Prinsip umum

diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar

dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi

pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai

tujuan :

Memberikan semua unsur makanan esensial,

mencapai dan mempertahankan berat, memenuhi

kebutuhan energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa

darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

37

glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang

aman dan praktis, menurunkan asupan makan pada

penderita DM.

(1) Karbohidrat

Tujuan diet ini adalah meningkatkan

konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya

yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh,

nasi beras tumbuk, sereal dan pasta/ mie yang

berasal dari gandum yang masihmengandung

bekatul.

Karbohidrat sederhana tetap harus

dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan

dan lebih baik jika dicampur kedalam sayuran

atau makanan lain daripada dikonsumsi secara

terpisah.

(2) Lemak

Pembatasan asupan total kolestrol dari

makanan hingga < = 300 mg/hari untuk

membantu mengurangi faktor resiko, seperti

kenaikan kadar kolesterol serum yang

berhubungan dengan proses terjadinya penyakit

koroner yang menyebabkan kematian pada

penderita diabetes.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

38

(3) Protein

Makanan sumber protein nabati (kacang-

kacangan,dan biji-bijian yang utuh) dapat

membantu menggurangi asupan kolesterol serta

lemak jenuh. (Brunner & suddarth, 2002).

2) Olahraga

Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah

karena membuat insulin bekerja lebih efektif juga dapat

membantu menurunkan berat badan, memperkuat

jantung, dan menggurangi stress. Bagi pasien DM

melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik.

Tetapi jangan melakukan olahraga yang berat-berat.

Olahraga yang dipilih sebaikanya olahraga yang

disenangi dan yang mungkin dilakukan untuk dilakukan

untuk penderita diabetes. Penderita diabetes sebaiknya

berolahraga dengan berjalan,jogging, berenang,dan

bersepeda. Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur

2-5 kali perminggu dan dengan waktu sekitar 30-60

menit.

8. Komplikasi

Komplikasi diabetes melitus terbagi menjadi 2 yaitu

komplikasi akut dan komplikasi kronik ( Carpenito,2001 ).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

39

a. Komplikasi akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes melitus

yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar

glukosa dalam darah jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut

adalah (Smeltzer,2002)

1) Diabetes ketoadosis (DKA)

Ketoadosis diabetic merupakan defesiensi insulin berat dan

akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus.

Diabetic ketoadosis disebabkan oleh tidak adanya insulin

atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata

(Smeltzer,2002)

2) Koma hiperosmolar nonketotik ( KHHN).

Koma hiperosmolar nonketotik merupakan keadaan yang

didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemi dan

disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan

utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya

ketosis dam asidosis pada KHHN (smeltzer,2002).

3) Hypoglikemia

Hypoglikemia (kadar gula darah abnormalyang rendah)

terjadi jika kadar glukosa dalam darah turun dibawah 50

hingga 60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian

preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan,

konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer,2002)

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

40

b. Komplikasi lebih lanjut diabetes mellitus dapat menyerang

semua sistem organ tubuh. Kategori komplikasi kronis yang

lazim digunakan adalah penyakit mikrovaskuler, penyakit

mikrovaskuler, neuropati.

1) Mikrovaskuler

Penyakit mikrovaskuler diabetik ditandai oleh penebalan

membran basalis pembuluh kapiler. Membran basalis

menggelilingi sel endotelkapiler. Para periset

mengemukakan hipotesis bahwa peningkatan kadar

glukosa darah menimbulkan suatu respon melalui

serangkaian reaksi biokimia yang membuat membran

basalis beberapa kali lebih tebal dari pada keadaan

normalnya.

Ada dua tempat dimana gangguan fungsi kapiler dapat

berakibat serius yaitu mikrosirkulasi retina mata dan ginjal.

2) Neuropati

Neuropati dalam diabetes mengacu kepada sekelompok

penyakit yang menyerang semua tipe saraf, termasuk tipe

saraf termasuk saraf perifer (sensorimotor) dan otonom.

Dua tipe neuropati diabetik yang paling sering dijumpai

adalah polineurosensorik dan neuropati otonom.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

41

3) Makrovaskuler

a) Penyakit arteri koroner

Perubahan arterosklerotik dalam pembuluh arteri

koroner menyebabkan peningkatan insiden infark

miokard pada penderita diabetes mellitus

b) Penyakit serebrovaskuler

Perubahan arterosklerotik dalam pembuluh darah

serebral atau pembentukan emboli di daerah lain

dalam sistem pembuluh darah yang kemudian terbawa

aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah

serebral dapat menimbulkan serangan iskemia sepintas

(TIA = transiet ischemic attack) dan stroke.

c) Penyakit vaskuler perifer

Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar

pada ekstermitas bawah merupakan penyebab

meningkatnya insidens dua atau tiga kali lebih tinggi

dibandingkan pada pasien nondiabetes.

D. Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Friedman (1998)

1. Pengkajian

Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan

informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

42

pengkajian keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman,

1998).

a. Identifikasi Data

Mengidentifikasi data secara khusus fokusnya pada upaya

mengenal keluarga dan seluruh anggota keluarga, serta upaya untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan yang penting. Data

yang diperlukan meliputi :

1) Nama-nama anggota keluarga

2) Alamat dan nomor telpon

3) Komposisi keluarga

Komposisi keluarga menyatakan anggoata keluarga yang

diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Friedman

dalam bukunya mengatakan bahwa komposisi tidak hanya

terdiri dari penghuni rumah, tetapi juga keluarga besar lainnya

atau keluarga fiktif yang menjadi bagian dari keluarga tersebut

tetapi tidak tinggal dalam ruamah tnagga yang sama.

Pada komposisi keluarga, pencataatan dimulai dari anggota

keluarga yang sudah dewasa kemidian diikuti anak sesuai

dengan urutan usia dari yang tertua, bila terdapat orang lain

yang menjadi bagian dari keluarga tersebut dimasukkan dalam

bagian akhir dari komposisi keluarga.

Strategi lain untuk mengetahui keluarga adalah genogram

keluarga atau pohon keluarga. Genogram merupakan sebuah

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

43

diagram yang menggambarkan pohon keluarga dan merupakan

pengkajian informatif untuk mengetahui keluarga dan serta

sumber-sumber keluarga. Diagram ini menggambarkan

hubungan vertikal ( lintas generasi ) dan horisontal (dalam

generasi yang sama) dan dapat membantu kita berpikir secara

sistematis tentang suatu peristiwa dalam keluarga diliat dari

hubungan keluarga dengan pola penyakit, sehingga dapat

menciptakan hipotesis mengenai apa yang sedang terjadi dalam

keluarga. Genogram keluarga memuat informasi tentang tiga

generasi (keluarga inti dan keluarga masing-masing/ orang tua

keluarga inti). Genogram juga dapat menentukan tipe dari

keluarga.

4) Tipe bentuk keluarga

Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada

dalam satu rumah. Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi

dan genogram dalam keluarga.

5) Latar belakang budaya keluarga

Pengkajian terhadap kultur/ kebudayaan keluarga meliputi :

a) Identitas suku bangsa

b) Jaringan sosial keluarga

c) Tempat tinggal keluarga

d) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial,budaya, rekreasi dan

pendidikan.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

44

e) Bahasa yang digunakan sehari-hari

f) Kebiasaan diit dan berpakaian

g) Dekorasi rumah tangga (tanda-tanda pengaruh budaya)

h) Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga

i) Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan

praktisi

j) Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu

wilayah

6) Identifikasi keluarga

Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga,

seberapa aktif keluarga dalam melakukan ibadah keagamaan,

kepercayaan dan nilai-nilai agama yang menjadi fokus dalam

kehidupan keluarga.

7) Status kelas sosial

Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari

gaya hidup keluarga. Perbedaan kelas sosial dipengaruhi oleh

gaya hidup keluarga, karakteristik struktural dan fungsional,

asosiasi dengan lingkungan eksternal rumah. Dengan

mengidentifikasi kelas sosial keluarga, perawat dapat

mengantisipasi sumber-sumber dalam keluarga dan sejumlah

stresornya secara baik. Status sosial keluarga dapat ditentukan

berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, pekerjaan dan

pendidikan keluarga.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

45

8) Aktivitas rekreasi keluarga

Kegiatan rekreasi keluaraga yang dilakukan pada waktu

luang. Menggali perasaan anggota keluarga tentang aktivitas

rekreasi pada waktu luang. Bentuk rekreasi tidak harus

mengunjungi tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga

memanfaatkan waktu luang untuk melakukan kegiatan bersama.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Friedman (1998), Riwayat keluarga mulai lahir hingga

saat ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta

pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan

yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi

berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat

mengakibatkan kecemasan.

Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang

belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas

tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini yang meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, pencegahan terhadap penyakit , sumber

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

46

pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat

perkembangan dan kejadian atau pengalaman-pengalaman

penting yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian,

kematian, kehilangan)

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua (riwayat

kesehatan seperti apa keluarga asalnya, hubungan masa silam

dengan kedua orang tua).

c. Lingkungan Keluarga

Menurut (Friedman,1998) derajad kesehatan dipengaruhi oleh

lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat

kesehatan.

1. Karakteristik rumah

Diidentifikasi dengan :

a) Tipe tempat tinggal

(rumah sendiri, apartemen, sewa kamar)

b) Gambaran kondisi rumah

Interior rumah : jumlah ruangan, tipe kamar, jumlah

jendela, keadaan ventilasi, dan penerangan (sinar

matahari), macam perabot rumah tangga dan penataannya,

jenis lantai, konstruksi bangunan, keamanan lingkungan,

kebersihan dan sanitasi rumah,jenis septic tank, jarak

sumber air minum dengan septic tank, keadaan dapur,

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

47

sumber air minum yang digunakan. Perlu dikaji pula

perasaan subjektif keluarga mengenai keadaan rumah,

identifikasi teritorial dan pengaturan privacy dalam

keluarga.

c) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

yang lebih luas

1. Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi tipe

lingkungan komunitas, tipe tempat tinggal, budaya

yang mempengaruhi kesehatan, lingkungan umum

2. Karakteristik demografi

Meliputi kelas sosial rata-rata komunitas, perubahan

demografis yang sedang berlangsung.

3. Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan

serta fasilitas umum lainya seperti pasar, apotek dll

4. Bagaimana fasilitas mudah diakses

5. Tersedianya transportasi umum untuk digunakan

keluarga dalam mengakses fasilitas yang ada

6. Insiden kejahatan yang ada disekitar lingkungan

d) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas keluarga ditentukan oleh kebiasaan keluarga

berpindah tempat tinggal, berapa lama berada di tempat

tinggal tersebut, transportasi yng digunakan jika keluarga

ingin bepergian.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

48

e) Perkumpulan keluarga dan dan interaksi dengan

masyarakat

Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga

untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada

dan sejauh mana keluarga interaksi dengan masyarakat

f) Sistem pendukung keluarga

Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga

membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktifitas-

aktifitas keluarga. Yang termasuk pada sistem pendukung

keluarga adalah Informal ( jumlah anggota keluarga yang

sehat, hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana

keluarga memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan ) dan formal yaitu

hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang

berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga

lain yang terkait (ada tidaknya fasilitas pendukung pada

masyarakat terutama yang berhubungan dengan

kesehatan)

d. Struktur Keluarga

Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah :

1. Pola dan komunikasi keluarga

Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan

pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

49

teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak

pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.

Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun

non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga,

sistem komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya (

keberhasilan ) komunikasi dalam keluarga.

2. Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi

orang lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem

kekuatan yang digunakan dalam mengambil keputusan, yang

berperan mengambil keputusan, bagaimana pentingnya

keluarga terhadap putusan tersebut.

3. Struktur Peran

Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan

konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan

membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam

peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak

sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan

dalam keluarga.

Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :

a) Struktur peran formal

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

50

1) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan

gambaran keluarga dalam melaksanakan peran tersebut.

2) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten

dengan harapan keluarga, apakah terjadi konflik peran

dalam keluarga.

3) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara

kompeten

4) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan

b) Struktur peran informal

1) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas

yang ada dalam keluarga, serta siapa yang memainkan

peran tersebut dan berapa kali peran tersebut sering

dilakukan secara konsisten

2) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada

tidaknya peran disfungsional serta bagaimana

dampaknya terhap anggota keluarga

c) Analisa Model Peran

a) Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi

anggota keluarga dalam kehidupan awalnya,

memberikan perasaan dan nilai-nilai tentang

perkembangan, peran-peran dan teknik komunikasi.

b) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model

peran bagi pasangan dan sebagai orang tua

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

51

d) Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran

1) Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar

belakang kelas sosial mempengaruhi struktur peran

formal dan informal dalam keluarga.

2) Pengaruh budaya terhadap struktur peran

3) Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap

struktur peran.

4) Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur

peran.

e) Nilai-Nilai Keluarga

Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga

menurut Friedman adalah :

1) Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga

2) Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat

sekitarnya

3) Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem

keluarga

4) Identifikasi sejauhman keluarga menganggap penting

nilai-nilai keluarga serta kesadaran dalam menganut

sistem nilai.

5) Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam

keluarga

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

52

6) Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap

perkembangan keluarga terhadap nilai keluarga

7) Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status

kesehatan keluarga.

e. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman meliputi :

1) Fungsi Afektif

Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi

a) Pola kebutuhan keluarga

(1) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan

anggota keluarganya, serta bagaimana orang tua

mampu menggambarkan kebutuhan dari anggota

keluarganya.

(2) Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau

keinginan masing-masing anggota keluarga

b) Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga

(1) Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada

anggota keluarga satu sama lain serta bagaimana

mereka saling mendukung

(2) Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab dan

intim satu sama lain, serta bentuk kasih sayang yang

ditunjukkan keluarga.

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

53

c) Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga

Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang

perpisahan dan keterikatakan serta sejauhmana keluarga

memelihara keutuhan rumah tangga sehingga terbina

keterikatan dalam keluarga

2) Fungsi sosialisasi

Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :

a) Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol

perilaku sesuai dengan usia, memberi dan menerima cinta

serta otonomi dan ketergantungan dalam keluarga

b) Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak

c) Bagaimana anak dihargai dalam keluarga

d) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan

anak

e) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak

f) Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat

masalah dalam membesarkan anak

g) Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan

perkembangan anak.

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi :

a) Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada

keluarganya.

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

54

a. Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan

kesehatan

b. Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.

c. Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau

perubahan penting yang berhubungan ddengan masalah

kesehatan yang dihadapi.

d. Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat

e. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan.

f. Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap

anggota keluarga yang sakit.

g. Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara

lingkungan

h. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

f. Koping Keluarga

Pengkajian koping keluarga meliputi :

a) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang

dialami oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang

dialami oleh keluarga.

b) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang

dihadapi.

c) Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi

koping apa yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

55

masalah, serta strategi koping internal dan eksternal yang

digunakan oleh keluarga.

d) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.

Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif :

kekerasan, perlakukan kejam terhadap anak,

mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos

keluarga yang merusak, pseudomutualitas, triangling dan

otoritarisme.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan seluruh anggota keluarga.

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosis keperawatan keluarga merupakan respons keluarga

terhadap masalah kesehatan yang dialami, baik actual, risiko maupun

potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara

mandiri maupun kolektif yang terdiri dari masalah, etiologi, serta

tanda dan gejala (PES).

Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu

diagnosis keperwatan actual, risiko atau risiko tinggi, dan potensial

atau wellness.

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

56

1) Diagnosis actual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah

terjadi pada saat pengkajian di keluarga.

2) Risiko atau risiko tinggi. Merupakan maslah yang belum terjadi

pada pengkajian. Namun dapat menjadi masalah actual bila tidak

dilakukan pencegahan dengan cepat.

3) Potensial atau Wellness. Merupakan proses pencapaian tingkat

fungsi yang lebih tinggi. Potensial juga merupakan suatu keadaan

sejahtera dari keluarga yang sudah mampu memenuhi kebutuhan

kesehatan dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang

memungkinkan dapat ditingkatkan. Diagnosis Potensial dapat

dirumuskan tanpa disertai etiologi.

b. Penetapan Prioritas Masalah

Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari

satu diagnosis keperawatan keluarga. Oleh karena itu perawat perlu

menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang

ada dengan menggunakan skala prioritas asuhan keperawatan

keluarga ( Bailon dan Maglaya, 1978) Proritas masalah adalah

penentuan prioritas urutan masalah dalam merencanakan

penyelesaian maslah keperawatan melalui perhitungan skor. Skala ini

memiliki empat kriteria, masing – masing kriteria memiliki skor dan

bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran atau alasan

penentuan skala tersebut.

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

57

1) Kritera pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3), risiko

(skor 2), dan wellness (skore 1) dengan bobot 1, pembenaran

sesuai dengan masalah yang sudah terjadi, akan terjadi atau

kearah pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi.

2) Kriteria kedua : Kemungkinan masalah dapat di ubah dengan

skala mudah (skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0)

dengan bobot 2. Pembenaran di tunjang dengan data pengetahuan

(pengetahuan klien atau keluarga, teknologi, dan tindakan untuk

(menangani masalah yang ada), sumberdaya keluarga (dalam

bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber daya perawat

(pengetahuan, ketrampilan, dan waktu), dan sumber daya

masyarakat (dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyrakat

dan sokongan masyarakat).

3) Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk dicegah dengan skala

skor tinggi (skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor 1) dengan

bobot 1. Pembenaran di tunjang dengan data kepelikan dari

masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

Lamanya masalah (waktu masalah itu ada), tindakan yang sedang

dijalankan(tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah), dan

adanya kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk

mencegah masalah.

4) Kriteria keempat : Menonjolnya masalah dengan skala segera

(skor 2), tidak perlu segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor 0)

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

58

dengan bobot 1. Pembenaran ditunjang dengan data persepsi

keluarga dalam melihat masalah yang ada, Untuk lebih jelasnya

skala dalam menentukan prioritas dapat dilihat dalam tabel

c. Diagnosa yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes

mellitus antara lain ( Doengoes,2000:51) :

a. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh

peningkatan pengeluaran urine, kelemahan, mudah haus,

penurunan BB, kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit

jelek, hipotensi, takhikardia, pelambatan pengisian kapiler.

Berhubungan dengan :

1) Ketidkmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

mengenai kekurangan volume cairan.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan.

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

yang ada.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan

dibutuhkan oleh masukan makanan yang tidak adekuat, kurang

minat pada makanan, penurunan berat badan 10-20 % atau lebih

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

59

dari yang diharapkan, kelemahan, diare. Yang berhubungan

dengan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan

yang tepat.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

yang menunjang kesehatan

5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal maslah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

3) Ketidakmampuan merawat keluarga yang sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunujang kesehatan

5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas keluarga yang ada.

d. Resiko tinggi terhadap presepsi perubahan presepsi sensori, dapat

diterapkan adanya tanda dan gejala untuk membuat diagnosa

aktual berhubungan dengan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

60

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

yang menunjang kesehatan

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

yang ada

e. Kelelahan,kelemahan

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

yang menunjang kesehatan

5) ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatn

yang ada

f. Resiko injuri

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

yang menunjang kesehatan

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

61

5) ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatn

yang ada

4. Fokus Intervensi

1) Kekurangan volume cairan

a) Kognitif / pengetahuan

Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang

manifestasi klinik kekurangan cairan sebagai tanda

memberatnya penyakit diabetes mellitus.

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

tentang cara mengatasi kekurangan volume cairan.

b) Afektif / sikap

Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitoring keluaran

urine.

Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke

pelayanan kesehatan terdekat.

Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif dalam regimen

pengobatan.

c) Psikomotorik / ketrampilan.

Rujuk klien ke pelayanan kesehatan terdekat untuk

mengetahui keadaanya lebih lanjut.

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

62

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a) Kognitif / pengetahuan

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

klien tentang pentingnya gizi bagi penderita DM.

Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

diit yang benar bagi penderita DM.

b) Afektif / sikap

Motivasi keluarga untuk memberikan diit yang benar bagi

penderita diabetes mellitus.

c) Psikomotorik / ketrampilan

Demonstrasikan cara diit yang benar bagi penderita

diabetes mellitus.

Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara

diit yang benar pagi penderita DM .

3) Resiko infeksi

a) Kognitif / pengetahuan

Berikan pendidikan kesehatan pada klien dengan keluarga

tentang adanya resiko tinggi infeksi pada luka penderita

DM .

Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka

penderita DM.

b) Afektif / sikap

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

63

Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan

kesehatan agar mendapatkan perawatan luka yang

benar.Rujuk ke pelayanan kesehatan.

c) Psikomotorik / ketrampilan

Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan

keluarga agar terhindar dari infeksi.

Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstraikan cara

perawatan luka yang benar.

4) Resiko gangguan presepsi sensori

a) Kognitif/ pengetahuan

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

tentang gangguan presepsi sensori visual ( pandangan kabur

) sebagai manifestasi penyakit diabetes mellitus.

b) Afektif / sikap

Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan

kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut, penggunaan

kacamata, dan penggunaan obat.

Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.

Anjurkan pasien untuk memeriksakan kesehatan matanya

ke pelayanan kesehatan terdekat

c) Psikomotor / ketrampilan

Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang

adanya penurunan ketajaman penglihatan sebagai

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

64

manifestasi dari terjadinya komplikasi DM yang lebih

lanjut.

Rujuk klien ke pelayanan kesehatan terdekat.

5) Kelelahan, kelemahan

a) Kognitif / pengetahuan

Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien

tentang pengertian pentingnya gizi bagi penderita DM.

Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

diit yang benar bagi penderita DM.

b) Afektif / sikap

Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi

penderita DM.

c) Psikomotorik / ketrampilan

Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan

keluarga.

Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara

diit yang bemar bagi penderita DM.

Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi

penderita DM.

6) Resiko injuri

a) Kognitif / pengetahuan

Jelaskan pada keluarga tentang pengertian, penyebab dan

akibat dari cedera.

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-dyahanggra... · orang tua) b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) Tahap

65

Diskusikan dengan anggota keluarga tentang cara

mencegah cedera pada anggota keluarga.

b) Afektif / sikap

Motivasi pada keluarga untuk mengambil keputusan

mengatasi masalah cedera pada anggota keluarganya.

Anjurkan klien untuk selalu memakai alas kaki

c) Psikomotorik / ketrampilan

Ajarkan cara memelihara lingkungan untuk menghindari

cidera