bab ii tinjauan pustaka - digilib.esaunggul.ac.id · mengunakan indera pendengaran, pengecap dan...

25
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distraksi Imajinasi Terbimbing 2.1.1 Pengertian Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing Distraksi imajinasi terbimbing adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan khayalan tersebut memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi (Kaplan & Sondack, 2010) imajinasi terbimbing mengunakan imajinasi seseorang dalam suatu yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010). Imajinasi bersifat individu dimana individu menciptakan gambaran mental dirinya sendiri atau bersifat terbimbing. Banyak teknik imajinasi melibatkan visual tapi teknik ini juga mengunakan indera pendengaran, pengecap dan penciuman (Potter & Perry, 2010). Imajinasi terbimbing mempunyai elemen yang secara umum sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien kearah relaksasi, imajinasi terbimbing menekankan bahwa klien membayangkan hal-hal yang nyman dan menenang. Pengunaan imajinasi terbimbing tidak dapat memfokuskan perhatian pada banyak hal dalam satu waktu oleh karna itu klien harus membayangkan satu

Upload: lamngoc

Post on 25-May-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distraksi Imajinasi Terbimbing

2.1.1 Pengertian Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing

Distraksi imajinasi terbimbing adalah metode relaksasi untuk

mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa

relaksasi yang menyenangkan khayalan tersebut memungkinkan klien

memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi (Kaplan & Sondack,

2010) imajinasi terbimbing mengunakan imajinasi seseorang dalam

suatu yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif

tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010). Imajinasi bersifat

individu dimana individu menciptakan gambaran mental dirinya

sendiri atau bersifat terbimbing.

Banyak teknik imajinasi melibatkan visual tapi teknik ini juga

mengunakan indera pendengaran, pengecap dan penciuman (Potter &

Perry, 2010). Imajinasi terbimbing mempunyai elemen yang secara

umum sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien kearah

relaksasi, imajinasi terbimbing menekankan bahwa klien

membayangkan hal-hal yang nyman dan menenang. Pengunaan

imajinasi terbimbing tidak dapat memfokuskan perhatian pada banyak

hal dalam satu waktu oleh karna itu klien harus membayangkan satu

9

imajinasi yang sangat kuat dan menyenangkan (Brannon & Fiest,

2006).

2.1.2 Tujuan Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing

Tujuan teknik imajinasi terbimbing yaitu menimbulkan respon

psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi imun serta

menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis yang berpengaruh terhadap

nyeri (Potter & Perry, 2009). Menurut Smeltzer & Bare (2010)

manfaat dari imajinasi terbimbing yaitu sebagai intervensi prilaku

untuk mengatasi kecemasan, stress dan nyeri. Imajinasi terbimbing

dapat mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap proses fisiologis

seperti menurunkan tekanan darah, nadi dan respirasi. Hal ini karena

teknik imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi sistem saraf

parasimpatis.

Menurut Snyder (2006), distraksi imajinasi terbimbing telah menjadi

terapi standar untuk mengurangi kecemasan dan memberikan relaksasi

pada orang dewasa atau anak-anak, dapat juga untuk mengurangi nyeri

kronis, tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur,

mencegah reaksi alergi dan menurunkan tekanan darah.

Distraksi imajinasi terbimbing dapat membangkitkan perubahan

neurohormonal dalam tubuh yang menyerupai perubahan yang terjadi

ketika sebuah peristiwa yang sebenarnya terjadi (Hart, 2008). Hal ini

bertujuan untuk membangkitkan keadaan relaksasi psikologis dan

10

fisiologis untuk meningkatkan perubahan yang menyebutkan ke

seluruh tubuh. Distraksi imajinasi terbimbing dapat berfungsi sebagai

pengalih perhatian dari stimulus yang menyakitkan dengan demikian

dapat mengurangi respon nyeri (Jacobson, 2006).

2.1.3 Prosedur Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing

Menurut Hart (2008), jika seseorang membayangkan suatu hal negatif

atau menakutkan dapat meningkatkan rasa sakit atau kecemasan maka

hal tersebut dapat dinetralkan dengan pikiran positif atau

menenangkan. Fikiran dapat dilatih untuk berfokus pada imajinasi

penyembuhan. Jika imajinasi menakutkan atau negatif memiliki

kemampuan untuk meningkatkan rasa sakit dan gejala lain yang tidak

diinginkan. Maka imajinasi positif atau menenangkan dapat

mengurangi gejala sakit (Hart, 2008).

Menurut Snyder (2006) teknik distraksi imajinasi terbimbing secara

umum adalah :

a. Membuat individu dalam keadaan santai yaitu dengan cara :

1) Mengatur posisi yang nyaman (duduk atau berbaring).

2) Silangkan kaki, tutup mata atau fokus pada suatu titik atau

suatu benda didalam ruangan.

3) Fokus pada pernafasan otot perut, menarik nafas dalam dan

pelan, nafas berikutnya biarkan sedikit lebih dalam dan lama

11

dan tetap fokus pada pernafasan dan tetapkan pikiran bahwa

tubuh semakin santai dan lebih santai.

4) Rasakan tubuh menjadi lebih berat dan hangat dari ujung

kepala sampai ujung kaki.

5) Jika pikiran tidak fokus, ulangi kembali pernafasan dalam dan

pelan.

b. Sugesti khusus untuk imajinasi yaitu:

1) Pikirkan bahwa seolah-olah pergi ke suatu tempat yang

menyenangkan dan merasa senang ditempat tersebut.

2) Sebutkan apa yang bisa dilihat, dengar, cium dan apa yang

dirasakan.

3) Ambil nafas panjang beberapa kali dan nikmati berada di

tempat tersebut.

4) Sekarang, bayangkan diri anda seperti yang anda inginkan

(uraikan sesuai tujuan yang akan dicapai/ diinginkan).

c. Berikan kesimpulan dan perkuat hasil praktek yaitu:

1) Mengigat bahwa anda dapat kembali ketempat ini, perasaan ini,

cara ini kapan saja anda inginkan

2) Anda bisa seperti ini lagi dengan berfokus pada pernafasan

anda, santai dan membayangkan diri anda berada pada tempat

yang anda senangi.

d. Kembali ke keadaan semula yaitu:

1) Ketika anda telah siap kembali ke ruang dimana anda berada

2) Anda merasa segar dan siap untuk melanjutkan kegiatan anda

12

3) Anda dapat membuka mata anda dan ceritakan pengalaman

anda ketika anda telah siap (Snyder, 2006).

Asmadi (2008) juga menjelaskan tentang teknik dalam melakukan

teknik distraksi imajinasi terbimbing yaitu mengatur posisi yang

nyaman pada klien, minta klien untuk tetap berfokus pada

bayangan yang menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.

Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan distraksi imajinasi

terbimbing pada orang dewasa dan remaja biasanya 10 - 30 menit.

2.1.4 Pelaksanaan Distraksi Imajinasi Terbimbing

a. Atur posisi yang nyaman, kendurkan pakaian yang terlalu ketat dan

lemaskan otot-otot.

b. Bayangkan hal-hal yang menyenangkan, taman yang indah

terpelihara, bayangkan bahwa dirimu sedang ada di tengah taman

tersebut sambil duduk dengan rileks dan nyaman.

c. Lihat disekelilingmu dan bayangkan keindahan taman, bunga-

bunga yang mekar, daun-daun yang berjatuhan dari rating pohon

dan keindahan bunga bougenvile dengan berwarna-warni.

d. Rasakan kehangatan angin yang berhembus dan dedaunan yang

berguguran.

e. Bayangkan sekarang anda sedang turun dari kursi dan berjalan

menuju pohon mawar merah yang sedang merekah, lihat perlahan-

lahan, bunga tersebut dan hirup lebih dalam wangi bunga tersebut

dan nikmati kesegaran dan wangi bunga tersebut.

13

f. Ingat akan bunga yang indah itu dan rasakan wangi bunga tersebut

dengan menarik napas lebih dalam dengan wangi bunga yang

menyenangkan tersebut.

g. Bayangkan keindahan bunga mawar tersebut berada dilingkungan

taman anda saat ini.

h. Rasakan kedamaian di tempat tersebut. Dan rasakan ketenangan

fikiran serta kesegaran badan.

i. Katakan salam perpisahan pada alam hayal ini dan siapkan diri

anda untuk kembali kealam nyata sebenarnya, dan fokuskan pada

keadaan sekarang ini.

2.1.5 Langkah melakukan teknik distraksi imajinasi terbimbing

a. Membina hubungan saling percaya

b. Menjelaskan prosedur : tujuan, posisi, wktu dan peran perawat

sebagai pembimbing

c. Menganjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut klien.

d. Duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu

e. Melakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien

f. Memiinta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan

atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indera

dengan suara yang lebut.

g. Ketika klien rileks, berfokus pada bayangannya dan saat itu

perawat tidak perlu bicara lagi.

14

h. Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak

nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi

ketika klien siap.

i. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh, setelah 15 menit,

perhatikan tubuh klien, lalu catat daerah yang tegang dan daerah ini

akan digantikan dengan relaksai. Biasanya klien rileks setelah

menurup mata atau mendengarkan musik yang lembut sebagai

background yang membantu.

j. Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk

digunakan informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak

membuat perubahan peryataan klien

2.1.6 Evaluasi Efektifitas Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing

Distraksi imajinasi terbimbing yang mencakup memfokuskan

perhatian seseorang pada suatu selain nyeri, dapat menjadi strategi

yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang

bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi

imajinasi terbimbing sangat baik dilakukan sebelum timbul nyeri atau

segera timbul nyeri. Distraksi imajinasi terbimbing tidak dapat dipakai

terus menerus untuk periode lama karena dapat menyebabkan

peningkatan fatigue dan nyeri secara bersamaan.

15

Distraksi imajinasi terbimbing dapat menurunkan persepsi nyeri

dengan menstimulus sistem control desenden, yang mengakibatkan

lebih sedikit stimulus nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan

distraksi imajinasi terbimbing tergantung pada kemampuan pasien

untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.

Peredaan nyeri secara umum dapat meningkatkan dalam hubungan

langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas

sensori yang dipakai dan minat individu dalam stimulus, karenanya

stimulus penglihatan, pendengaran dan sentuhan akan lebih efektif

dalam menurunkan nyeri disbanding stimulus satu indera saja.

(Asmadi, 2008).

Pengunaan teknik distraksi imajinasi terbimbing apabila disertai

dengan kunjungan dari keluarga dan teman-teman akan sangat efektif

dalam meredakan nyeri. Efektifitas distraksi imajinasi terbimbing pada

masing-masing orang akan berbeda-beda. Bagi beberapa orang,

melihat film layar lebar dengan “surround sound” atau melalui head-

phone dapat efektif (berikan yang dapat diterima oleh pasien). Orang

lain mungkin akan mendapat perbedaan melalui permainan atau

aktivitas (misalnya catur) yang membutuhkan kosentrasi. Tidak semua

pasien mencapai perbedaan melalui imajinasi terbimbing, terutama

mereka yang mengalami nyeri hebat. Dengan nyeri yang hebat, pasien

mungkin tidak dapat berkonsentrasi cukup baik untuk ikut serta dalam

aktivitas mental atau fisik yang kompleks. Distraksi dengan musik pop

16

biasanya tidak menciptakan tingkat perbedaan nyeri yang dalam

karena musik pop biasanya singkat dan diiringi irama dan kata-kata

yang tepat.

2.2 Nyeri Pada Dewasa

2.2.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah persepsi dalam kondisi sadar yang di hasilkan oleh stress

lingkungan nosiseptor, sering kali disebut sebagai reseptor nyeri,

merupakan ujung syaraf bebas yang diaktivasi oleh stimulus yang

dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Tranmisi neuronal dari

nosiseptor berlebihan dan diatur hanya sebagian kecil yang tersaring

sebelum mencapai korteks somatosensory (Carroll, 2014).

International Association for the Study of pain (IASP) memberikan

definisi medis nyeri yang sudah diterima sebagai “pengalaman sensori

dan emosional yang menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan, aktual ataupun potensial, atau digambarkan sebagai

kerusakan yang sama”.

Margo McCaffery (2014), salah seorang penggagas dalam

keperawatan nyeri, mendefinisikan nyeri sebagai “segala sesuatu yang

dikatakan oleh individu yang merasakan nyeri ada nada ketika individu

tersebut mengatakan ada”. Oleh karena nyeri merupakan hal yang

subyektif, satu-satunya individu yang dapat dengan akurat

17

mendefinisikan nyeri mereka adalah mereka yang mengalami nyeri

tersebut, nyeri adalah nyata walaupun penyebabnya belum bisa

dipastikan.

2.2.2 Teori Nyeri

Teori nyeri yang diterima pada saat ini salah satunya adalah teori Gate

Control. Menurut teori ini, sensasi nyeri dihantarkan sepanjang syaraf

sensori menuju ke otak dan hanya sejumlah sensasi atau pesan tertentu

dapat dihantar melalui jalur saraf ini pada saat bersamaan (Mander,

2006). Teori Gade Control menyatakan bahwa sinaps pada akar dorsal

yang dikenal sebagai substansi galatinosa berperan sebagai gerbang

yang dapat meningkatkan atau menurunkan rangsangan nyeri pada

saraf perifer ke otak. Gerbang ini terbuka atau tertutup tergantung

input dari serabut saraf besar dan kecil. Peningkatan serabut syaraf

kecil akan membuka gerbang dan menyebabkan sensasi nyeri sampai

ke otak. Sedangkan peningkatan aktifitas serabut saraf besar akan

menutup pintu gerbang sehingga sensasi nyeri tidak sampai ke otak

(Guyton, 2008).

Serabut serat A-Beta berdiameter terbesar dan berespon secara

maksimal pada sentuhan ringan dan atau rangsangan pergerakan,

merupakan serat saraf spinalis bermielin dengan ambang tinggi dan

berkecepatan antara 30 - 90 meter perdetik dalam menghantarkan

impuls sedangkan serabut serat A-Delta merupakan serat saraf spinalis

18

bermielin dan berdiameter kecil yang menghantarkan impuls pada

kecepatan rendah yaitu antar 6-30 meter perdetik sedangkan serabut

saraf C yang tidak bermielin memiliki kecepatan konduksi 0,5 - 20

meter perdetik (Guyton, 2008).

Serabut saraf A-Delta dan C berespons secara maksimal terhadap

nyeri. Pada mekanisme tiori ini, serabut saraf A-Beta yang

menyampaikan sensasi sentuhan akan melewati mekanisme gerbang.

Ketika diaktifkan, serabut saraf ini akan berlomba dengan serabut saraf

A-Delta sehingga meblok impuls nyeri, bila gerbang tertutup impuls

nyeri terhambat, bila gerbang terbuka sebagian, beberapa impuls nyeri

dapat masuk bila gerbang terbuka maka nyeri akan dirasakan (Kozier,

2008).

2.2.3 Klasifikasi Nyeri

a. Berdasarkan Sumber Nyeri

Sumber nyeri biasanya berasal dari mana saja yaitu kulit, ligament,

otot dan lain-lain. Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan

atas :

1) Cutaneus/superfisial

Cutaneus/superfisial adalah nyeri yang mengenai kulit/jaringan

subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakat). Contoh :

terkena ujung pisau atau gunting.

2) Deep Somatic/nyeri dalam

19

Deep Somatic/nyeri dalam adalah nyeri yang muncul dari

ligament pembuluh darah, tendon dan saraf. Nyeri menyebar

dan lebih lama dari pada cutaneus. Contoh: sprain sendi.

3) Visceral (pada organ dalam)

Visceral (pada organ dalam) adalah stimulasi reseptor nyeri

dalam rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi

karena spasme otot, iskemia dan regangan jaringan (Tamsuri,

2007).

b. Berdasarkan penyebab nyeri

Nyeri yang dialami oleh pasien dapat disebabkan hal-hal tertentu,

oleh karena itu berdasarkan penyebabnya, nyeri dapat dibedakan

atas 2 kategori, yaitu :

1) Fisik

Penyebab nyeri secara fisik adalah merupakan nyeri yang

berasal dari bagian tubuh seseorang dan ini terjadi karena

stimulus fisik serta nyeri ini dapat dilihat secara langsung dari

morfologi tubuh yang berubah. Contoh : fraktur femur.

2) Psycogemik

Nyeri psycogemik terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah

diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak

didasari. Contoh : orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa

nyeri pada dadanya. Biasanya nyeri terjadi karena pemaduan 2

sebab tersebut (Tamsuri, 2007).

20

c. Berdasarkan lama/ durasi/ Nyeri

Lama/durasi nyeri yang dialami oleh pasien sangat beraneka

ragam, hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas dari penderita

nyeri tersebu. Untuk itulah maka perlu diambil tindakan secepat

mungkin untuk mengurangi dan menghilangkan nyeri. Sedangkan

berdasarkan lamanya nyeri tersebut dapat dibedakan atas :

1) Nyeri akut

Nyeri akut disebabkan oleh aktivasi nosiseptor, biasanya

berlangsung dalam waktu yang singkat (kurang dari 6 bulan)

dan memiliki onset yang tiba-tiba, seperti nyeri insisi setelah

operasi. Nyeri akut mungkin disertai respon fisik yang dapat di

observasi seperti :

a) Peningkatan atau penurunan tekanan darah.

b) Takikardi

c) Diaforosis

d) Takipnea

e) Fokus pada nyeri

f) Melindungi bagian tubuh yang nyeri

Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi

medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila

nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif

untuk menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius

mengancam proses penyembuhan pasien, untuk itu harus

21

menjadi prioritas perawatan (Purwandari, 2008). Adapun

batasan karakterisriknya :

a) Subjektif

Komunikasi (verbal ataupun penggunaan kode) tentang

nyeri dideskrifsikan, perubahan tonus otot, perubahan

tekanan darah, perubahan nadi, perubahan respirasi,

diaphoresis, perilaku distraksi, perilaku berlebihan, muka

topeng, fokus menyempit, melaporkan adanya nyeri,

perilaku melindungi, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri,

serta gangguan tidur (Purwandi, 2008).

b) Objektif

Perilaku sangat berhati-hati, memusatkan diri, fokus

perhatian rendah (perubahan persepsi waktu, menarik diri

dan hubungan sosial, gangguan proses pikir), perilaku

distraksi (mengerang, menangis, dan lain-lain), raut wajah

kesakitan (wajah kutu, meringis), perubahan tonus otot,

respon autonomi seperti diaporosis, perubahan tekanan

darah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan

frekuensi pernafasan (Purwandari, 2008).

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang sesuatu periode tertentu, berlangsung lama,

intensitas bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari enam

22

bulan (atau 1 bulan lebih dari normal di masa-masa akhir

kondisi yang menyebabkan nyeri) dan tidak diketahui kapan

akan berakhir kecuali jika terjadi penyembuhan lambat, seperti

pada luka bakar. Nyeri kronis dapat dimulai sebagai nyeri akut

atau penyebabnya dapat sangat tersembunyi sehingga individu

tidak mengetahui kapan nyeri tersebut pertama kali muncul.

Lamanya nyeri kronis dihitung didasarkan dalam hitungan

bulan atau tahun, bukan menit atau jam.

Klien yang mengalami nyeri kronis mungkin mengalami nyeri

yang lokal atau menyebar serta terasa ketika disentuh, beberapa

terasa nyeri di titik yang dapat diprediksi, namun hanya disertai

sedikit temuan fisik. Mereka biasanya mengeluh perasaan

kelemahan, gangguan tidur dan keterbatasan fungsi (Sikosrski

& Baker, 2014).

Karakteristik nyeri kronis terbagi dalam dua golongan yakni

mayor (harus terdapat) diberikan dengan individu bahwa nyeri

telah ada dari 6 bulan dan minor (mungkin terdapat) dicirikan

dengan ketidak nyamanan, marah, frustasi, depresi karna

situasi, raut wajah kesasikan, anoreksia, penurunan berat badan,

insomnia, gerakan yang sangat berhati-hati, spasme otot,

kemerahan, bengkak, panas, perubahan warna pada area

terganggu, ubnormalitas refleksi. Perubahan nyeri akut dengan

23

nyeri kronis dapat dilihat pada tabel 2.1 perbedaan nyeri akut

dan nyeri kronis :

Tabel 2.1

Perubahan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Nyeri akut Nyeri kronis

- Lamanya dalam hitungan

menit

- Ditandai peningkatan BP,

nadi, dan respirasi

- Respon pasien : fokus pada

nyeri, menyatakan nyeri,

menangis, dan mengerang

- Tingkah laku menggosok

bagian yang nyeri.

- Lamanya sampai hitungan

bulan atau > 6 bulan

- Fungsi fisiologis bersifat

normal

- Tidak ada keluhan nyeri

- Tidak ada aktifitas fisik

sebagai respon terhadap

nyeri

(Purwandari, 2008. Tabel Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis).

d. Berdasarkan lokasi / letak

Berdasarkan lokasi/letak terjadinya, nyeri dapat dikategorikan atas:

1) Radiating pain merupakan nyeri yang diakibatkan oleh efek

radioaktif pada bagian tubuh yang terkena paparannya.

2) Cardiac pain yakni nyeri menyebar dari sumber nyeri

kejaringan didekatnya.

24

3) Reffered pain yakni nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu

yang diperkirakan berasal dari jaringan penyebab.

4) Interactable pain yakni nyeri yang sangat susah dihilangkan

(contoh : nyeri kanker maligna).

5) Phantom pain yakni sensasi nyeri yang dirasakan pada bagian

tubuh yang hilang (contoh : bagian tubuh diamputasi) atau

bagian tubuh karena injury medula spinalis.

2.2.4 Sumber Nyeri

Terdapat beberapa metode untuk mengkalisifikasi nyeri, salah satunya

adalah mengkasifikasikan berdasarkan etiologi, baik nyeri nosiseptif

ataupun neuropati. Nyeri nosiseptif disebabkan aktivitas reseptor nyeri

yang berlangsung di salah satu bagian permukaan atau di dalam

jaringan pada tubuh. Terdapat tiga sumber untuk nyeri jenis ini.

Pengalaman nyeri seseorang bergantung pada sumber stimulasi

menyakitkan. Oleh karna itu, pengetahuan mengenai hal ini akan

membantu memahami karakteristik tipikal dari masing-masing sumber

nyeri. Nyeri neuropati disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel saraf

atau perubahan dalam proses informasi nyeri melalui medulla spinalis:

a. Nyeri kutaneus (superfisial)

Nyeri kutaneus dapat dikarakteristik kan sebagai onset yang tiba-

tiba dengan kualitas yang tajam atau menyengat atau onset yang

berlangsung perlahan dengan kualitas seperti sensasi terbakar.

25

b. Nyeri somatik

Nyeri somatik berawal dari ligament, tendon, tulang, pembuluh

darah, dan saraf. Nyeri ini dideteksi oleh nosiseptor somatik,

namun reseptor ini bersifat langka sehingga nyeri terasa tumpul

dan sulit dilokasikan.

c. Nyeri viseral

Viseral berasal dari visera tubuh atau organ. Nosiseptor visera

terletak didalam organ tubuh dan celah bagian dalam. Nyeri yang

biasanya lebih menyakitkan dan berlangsung lebih lama dari nyeri

somatik.

d. Nyeri menjalar

Sensasi nyeri menjalar ini terasa intens dan bisa terdapat sedikit

atau bahkan tidak ada sama sekali nyeri pada titik tempat stimulus

berbahaya ini. Contoh, iskemia miokardium biasanya tidak

dirasakan sebagai nyeri pada jantung, namun sering di rasa sebagai

nyeri di bagian lengan kiri, bahu atau bahkan rahang.

e. Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik disebakan oleh kerusakan atau cedera pada serat

saraf di perifer atau kerusakan di SSP. Oleh karena itu nyeri terasa

kebas, terbakar atau tertusuk (seperti terkena jarum) dan sengatan

listrik.

f. Breakthorough pain

Breakthorough pain didefinisikan sebagai peningkatan nyeri

sementara dengan intensitas sedang hingga berat yang terjadi pada

26

kondisi individu yang mengalami nyeri persisten dengan intensitas

ringan ke sedang yang sudah berhasil di kontrol.

g. Nyeri psikogenik

Nyeri psikogenik tidak di sebabkan oleh nosisepsi, namun oleh

faktor psikologis. Beberapa masalah mental, ataupun emosional

dapat menyebabkan, memperburuk atau memperlama nyeri.

2.2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

a. Persepsi nyeri

Faktor-faktor ini dalam mempengaruhi persepsi nyeri: kecemasan,

pengalaman, perhatian, harapan dan arti di balik situasi pada saat

terjadi cedera.

b. Faktor sosial budaya

Ras, budaya, dan etnik merupakan faktor penting dalam respons

individu terhadap nyeri faktor-faktor ini mempengaruhi seluruh

respons sensori, termasuk respon terhadap nyeri.

c. Usia

Usia dapat mengubah persepsi dan pengalaman nyeri. Terdapat

beberapa variasi dalam batas nyeri yang di kaitkan dengan

kronologis usia, namun tidak ada bukti terkini yang berkembang

secara jelas. Individu dewasa mungkin tidak melaporkan adanya

nyeri karna takut bahwa hal tersebut mengindikasikan diagnosis

yang buruk. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,

karena mereka mengagap nyeri adalah hal yang harus di jalani dan

27

mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika

nyeri di periksa.

d. Jenis kelamin

Mengumpamakan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara

signifikan dalam merespon nyeri.

e. Arti nyeri

Arti nyeri bagi seseorang mempengaruhi respons meraka terhadap

nyeri. Jika penyebab nyeri diketahui, individu mungkin dapat

menginteprestasikan arti nyeri dan bereaksi lebih baik terkait

dengan pengalaman tersebut.

f. Ansietas

Tingkat kecemasan yang dialami klien juga mungkin

mempengaruhi respons terhadap nyeri. Ansietas meningkatkan

persepsi nyeri. Cemas sering kali di kaitkan dengan pengertian atas

nyeri.

g. Pengalaman sebelumnya mengenai nyeri

Seorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau dan

saat ini nyeri yang sama timbul, maka akan lebih mudah mengatasi

nyerinya, mudah tidaknya mengatasi nyeri tergantung pengalaman

di masa lalu.

h. Pola koping

Pola koping adaftif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri

dan sebaliknya pola maladaptif akan menyulitkan seseorang

mengatasi nyeri.

28

i. Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,

bantuan dan perlindungan. Dengan cara pemberian pemahaman

tentang apa yang akan dialami dan kesembuhan yang akan di

peroleh setelah menjalani pengobatan.

2.2.6 Pengukuran Intesitas Nyeri

Menurut Perry & Potter (2005) nyeri tidak dapat di ukur secara

objektif misalnya dengan X-ray atau tes darah. Namun tipe nyeri dapat

diramalkan pada tanda dan gejalanya. Kadang-kadang perawat hanya

bisa mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan perilaku

pasien. Pasien di minta untuk mengambarkan nyeri yang dialaminya

tersebut sebagai nyeri ringan, sedang atau berat. Bagaimana dari

makna nyeri tersebut berbeda antara pasien dan perawat. Misalnya,

pengukuran nyeri pada saat belum dilakukan terapi dan setelah

dilakukan terapi.

Gambaran sekala nyeri merupakan maknayang diukur. Gambaran

skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi

juga dalam mengevaluasi perubahan kondisi pada pasien (Potter &

Perry, 2005). Ada 3 cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa

digunakan, atara lain :

29

a. Visual analog scale (VAS)

Digunakan garis 10 cm batas antara daerah yang tidak sakit ke

sebelah kiri dan daerah batas yang paling sakit (Barker, 2014).

Tidak nyeri nyeri paling

hebat yang

penah

dirasakan

b. Verbal numerical rating scale (VNRS)

Sama dengan VAS hanya diberi scor 0 - 10 daerah yang

paling sakit dan kemudian diberikan skala (Barker, 2014).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

c. Kategori sakit

Pada pengukuran nyeri dengan kategori sakit, nyeri terbagi

atas tidak sakit, ringan, moderat, sangat sakit, sakit sekali, dan sakit

yang tidak dapat di bayangkan.

(No worst pain) (mild possible) ( moderate pain servere pain) (very pain)

(wors pain imaginable)

30

2.2.7 Penatalaksanaan Nyeri Non-farmakologi

Banyak pasien dan anggota tim cenderung untuk memandang obat

sebagai salah satu metode untuk menghilangkan nyeri, namun begitu

banyak aktifitas keperawatan non-farmakologi yang membantu dalam

menghilangkan nyeri. Bentuk-bentuk pelaksanaan non-farmakologi

menurut (Smeltzer & Bare, 2002).

a. Stimulasi dan Massage

Massage adalah stimulasi tubuh secara umum, sering di pusatkan

pada pinggang dan bahu.massage menstimulasi reseptor tidak

nyeri. Massage juga membantu pasien lebih nyaman karna

membuat relaksasi otot.

b. Terapi Es dan Panas

Terapi es dapat menurunkan prostagladin yang memperkuat

sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan diarea

sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran

darah yang dapat mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri.

c. Stimulasi Syaraf Elektris Trankutan

TENS merupakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan

elektrode yang di pasang pada kulit untuk menghilangkan sensasi

kesemutan atau menggetar pada area nyeri. Mekanisme ini sesuai

dengan teori Gate Control di mana mekanisme ini akan menutup

transmisi ini akan menutup transmisi sinyal nyeri ke otak pada

daras asenden sistem syaraf pusat untuk menurunkan intensitas

nyeri.

31

d. Teknik Rileksasi

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari

ketergantungan dan stress yang mempu memberikan individu

kontrol ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri fisik dan emosi

pada pasien.

e. Imajinasi Terbimbing

Dilakukan dengan menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu

cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif

tertentu. Individu di instrusikan untuk membayangkan bahwa

dengan setiap nafas yang di hasilkan (dihembuskan) secara lambat

akan menurunkan ketegangan otot dan ketidaknyamanan

dikeluarkan.

f. Hipnosi

Efektif menurunkan nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin

membantu pereda nyeri terutama pada periode sulit.

32

C. Kerangka Teori

Pasien IGD yang datang

ke istalasi gawat darurat

dengan skala nyeri

1-3 nyeri ringan

4-6 nyeri sedang

7-10 nyeri berat

Teknik distraksi

imajinasi terbimbing

1. Perawat

membimbing

klien berimajinasi

2. Klien

memejamkan

mata

3. Klien

berimajinasi

terhadap hal-hal

yang di sukai

4. Klien

mencurahkan

perasaanya saat

distraksi

5. Perawat

menanyakan

kembali apa yang

klien

Distraksi imajinasi

terbimbing dapat

menurunkan

persepsi nyeri

dengan

menstimulus

sistem control

desenden, yang

mengakibatkan

lebih sedikit

stimulus nyeri yang

di transmisikan ke

otak

Notoatmojo (2012), Snyder (2006) Asmadi (2008)