bab ii tinjauan pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/bab ii.pdf · australia,...

22
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Piper betle L. 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Tanaman sirih ini merupakan tanaman merambat dan hidup di iklim tropis hingga tingginya dapat mencapai 15 meter. Tanaman ini lebih dikenal dengan sebutan daun sirih karena bagian yang paling dimanfaatkan adalah daunnya. Daun sirih telah dimanfaatkan sejak berabad-abad silam sebagai sarana pengobatan, bahkan sejak jaman neolitikum (purba) Asia. Sirih yang merupakan tanaman antibakteri ini banyak dijumpai di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman ini banyak tumbuh di daerah Jawa, Madura, Bali, Aceh, Sumatera, Timor, Sulawesi, Ternate dan lampung. Klasifikasi dari tanaman Piper betle Linn menurut (Dwievedi & Tripathi., 2014) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Division : Magnoliphyta Class : Magnolipsida Order : Piperales Family : Piperaceae Genus : Piper Species : Piper betle L. Gambar 2.1 Daun dan bunga Piper betle L. (Rekha et al., 2014)

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Piper betle L.

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Tanaman sirih ini merupakan tanaman merambat dan hidup di iklim tropis

hingga tingginya dapat mencapai 15 meter. Tanaman ini lebih dikenal dengan

sebutan daun sirih karena bagian yang paling dimanfaatkan adalah daunnya. Daun

sirih telah dimanfaatkan sejak berabad-abad silam sebagai sarana pengobatan,

bahkan sejak jaman neolitikum (purba) Asia. Sirih yang merupakan tanaman

antibakteri ini banyak dijumpai di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman ini

banyak tumbuh di daerah Jawa, Madura, Bali, Aceh, Sumatera, Timor, Sulawesi,

Ternate dan lampung.

Klasifikasi dari tanaman Piper betle Linn menurut (Dwievedi & Tripathi.,

2014) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliphyta

Class : Magnolipsida

Order : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper betle L.

Gambar 2.1 Daun dan bunga Piper betle L. (Rekha et al., 2014)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

7

2.1.2 Nama Lain Piper betle L.

Negara kita memiliki beragam suku dengan bahasa yang berbeda-beda pada

masing-masing daerah. Adanya beragam bahasa ini menyebabkan perbedaan

dalam penyebutan suatu tanaman salah satunya adalah sebutan tanaman daun sirih

hijau (Piper betle L.) terdapat berbagai macam sebutan nama diantaranya : Ranub

(aceh), sereh (Gayo), Belo Batak (karo), Burangir (Mandailing),Cabai

(Mentawai), Sirih (Palembang, Minangkabau), Seureuh (Sunda), Sere (Madura),

Uwit (Dayak), Nahi (Bima), Malu (Solor), Mokeh (Alor), Mota(Flores), Bido

(Bacan). (Budiman et al., 2018)

2.1.3 Morfologi Tanaman

Tumbuhan dengan famili piperaceae secara morfologi merupakan tumbuhan

kormus. Dimana makna dari kormus itu sendiri adalah tumbuhan yang sudah

dapat dibedakan organ utamanya seperti akar, batang, dan daun. Famili Piperaceae

adalah jenis tanaman yang sering dijumpai dilingkungan kita dan banyak jenisnya

digolongkan kedalam tanaman dikotil. Tanaman ini juga sering dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai tanaman obat tradisional. (Sarjani et al., 2017)

Daun sirih hijau ini memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, mulai dari

akar, batang dan terutama daun (bagian yang paling banyak dimanfaatkan). Daun

sirih hijau merupakan tanaman merambat yang mencapai ketinggian hingga 15 m

bahkan tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Daunnya

berbentuk seperti jantung dengan tangkai daun panjang, tepi daun rata, ujung daun

meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun tipis.

Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna

hijau kecoklatan dan permukaan kulit batang kasar serta berkerut-kerut yang

beruas-ruas sebagai tempat keluarnya akar. Daun sirih yang tumbuh subur

ukurannya dapat mencapai lebar dengan kisaran antara 8 cm -12 cm dan

panjangnya 10 cm-15 cm. Tulang daun bagian bawah licin, tebal, berwarna putih.

Panjang tulang daun sekitar 5 cm – 18 cm, lebar 2,5 cm – 10,5 cm. Bunga

berbentuk bulir, berdiri sendiri diujung cabang dan berhadapan dengan daun.

Daun pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur terbalik atau lonjong, panjang

kirakira 1 mm. Bulir jantan memiliki panjang tangkai 2,5 cm – 3 cm, benang sari

sangat pendek. Bulir betina memiliki panjang tangkai sekitar 2,5 cm – 6 cm.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

8

Kepala putik berjumlah 3-5 buah. Buah buni, bulat, dengan ujung gundul. Bulir

masak berambut kelabu, rapat, mempunyai tebal 1 cm – 1,5 cm. Biji membentuk

lingkaran. (Ningtias & Asyiah., 2014)

2.1.4 Penyebaran Piper betle L.

Daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.

Pada ketinggian 10-300 mdpl merupakan angka pertumbuhan yang optimal untuk

tanaman sirih. Disamping itu beberapa jenis sirih juga mampu tumbuh sampai

ketinggian lebih dari 1.000 mdpl. Tanaman sirih tidak tahan terhadap genangan

dan intensitas cahaya. Salah satu faktor yang menentukan untuk pertumbuhan

sirih adalah curah hujan yang tinggi. (Widiyastuti et al., 2013). Daerah persebaran

Piper betle L. dapat dikatan cukup luas, khususnya di kawasan tropis dan

subtropis. Indonesia merupakan satu dari delapan pusat keanekaragaman genetik,

delapan negara tersebut adalah sebagai berikut ; Brazil, Indonesia, Kolombia,

Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan

bahwa Indonesia sebagai salah satu negara asal tumbuhan sirih-sirihan ini. Habitat

alami yang baik untuk Piperaceae adalah di tempat yang lembab dan kaya akan

humus. (Munawaroh., 2017). Daerah yang spesifik untuk tanaman sirih hijau

(Piper betle L.) tumbuh subur adalah disepanjang Asia tropis hingga Afrika

Timur. Menyebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri

Lanka, India hingga Madagaskar. Di Indonesia, tanaman ini dapat ditemukan di

pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. (Carolia &

Noventi, 2016)

2.1.5 Kandungan Fitokimia Piper betle L.

Daun sirih banyak dimanfaatkan sebagai antisariawan, antibatuk dan

antiseptik. Senyawa aktif yang berkhasiat sebagai antibakteri yang terkandung

dalam Piper betle L. adalah saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri.

Saponin dapat bekerja sebagai antimikroba dengan cara merusak membran

sitoplasma dan membunuh sel. Senyawa flavonoid juga dikatakan sebagai

antimikroba karena diduga dapat mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak

membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Flavonoid bekerja dengan menghambat

fase penting dalam biosintesis prostaglandin, yaitu pada lintasan siklooksigenase.

Kandungan fenol dalam daun sirih hijau diyakini memiliki jumlah yang lebih

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

9

banyak dibanding fenol pada umumnya. Fenol merupakan salah stau senyawa

yang dapat menghambat aktivitas bakteri. Fenol alam yang terkandung dalam

minyak atsiri pada daun sirih memiliki daya antiseptik lima kali lebih kuat

dibandingkan fenol biasa. Mekanisme kerja fenol sebagai antibakteri berperan

sebagai toksin dalam protoplasma, merusak dan menembus dinding serta

mengendapkan protein sel bakteri. (Carolia & Noventi, 2016)

Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri

1-4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C,

yodium, gula dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri

terdapat fenol alam yang mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat

dibandingkan dengan fenol biasa (bakterisid dan fungisid) tetapi tidak sporasid.

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa derivatnya.

Minyak atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol,

metileugenol, karbakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tannin, Kavikol

merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang memberi bau khas

pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat menyebabkan perubahan

warna.

Salah satu penelitian mengenai mekanisme antibakteri pada proses

penghambatan pertumbuhan bakteri dari ekstrak daun sirih hijau yang dilakukan

oleh Suliantari di tahun 2008 mendapatkan hasil bahwa ekstrak daun sirih hijau

yang diperoleh dengan pelarut etanol mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

beberapa bakteri Gram positif dan Gram negatif yang salah satunya adalah

Escherichia coli, yang hasilnya pelarut etanol dapat menghambat pertumbuhan

sebesar 14 mm dan untuk konsenterasi minimum penghambatan (Minimum

Inhibitory Concentracion) didapatkan sebesar 1%. Pengaruh ekstrak daun sirih

hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan Escherichia coli dengan metode

difusi disk didapatkan pada konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% dengan daya hambat

sebesar 10,00; 9,420; dan 10,57 mm.

2.1.6 Manfaat Piper betle L. Sebagai Herbal Medicine

Ekstrak dari daun sirih hijau memiliki aktivitas antibakteri dimana ekstrak

ini memiliki banyak manfaat, salah satunya dapat digunakan untuk penyembuhan

beberapa masalah kesehatan. Daun sirih hijau digunakan sebagai obat batuk, obat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

10

cacing, antiseptik luka, obat sakit gigi, penyegar dan lain sebgainya. Kandungan

kimia yang terdapat pada daun sirih hijau (Piper betle L.) antara lain minyak

atsiri, terpenoid, tanin, polifenol serta steroid. Di samping senyawa-senyawa yang

bersifat polar, terdapat juga kandungan senyawa non polar ataupun semi polar dan

bersifat lipofil, sebagaimana yang terkandung pada tanaman tingkat tinggi pada

umumnya. Hasil penelitian oleh Suliantari (2008) menunjukkan hasil ekstrak

etanol daun sirih hijau dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus dengan

kategori sedang, penelitian lain oleh Anang Hermawan (2007), bahwa ekstrak

daun sirih hijau dengan pelarut DMSO (Dimethyl Sulfoxide) dapat menghambat

aktivitas bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori kuat. Selain itu juga

memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Propionibacterium acnes dan

Staphylococcus aureus (Kursia et al., 2016)

2.2 Bakteri Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif dan bersifat

anaerob dimana bakteri ini merupakan flora normal pada kelenjar pilosebasea

akan tetapi dapat bersifat invasiv. Propionibacterium acnes menghasilkan lipase

yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit yang akan menyebabkan

terjadinya inflamasi jaringan sehingga mendukung terbentuknya acne. Peranan

Propionibacterium acnes pada patogenesis acne vulgaris adalah memecah

trigliserida, salah satu komponen sebum yang kemudian menjadi asam lemak

bebas sehingga terjadi kolonisasi yang memicu inflamasi. Selain itu, antibodi

terhadap antigen dinding sel Propionibacterium acnes meningkatkan respons

inflamasi melalui aktivasi komplemen. (Kursia et al., 2016)

2.2.1 Klasifikasi Bakteri

Propionibacterium acnes merupakan salah satu flora normal pada kulit yang

termasuk golongan bakteri gram positif, pleomorfik, dan bersifat anaerob

aerotoleran (Jawetz et al., 2013). Propionibacterium acnes memiliki lebar 0,5 -

0,8 µm dan panjang 3 - 4 µm, bakteri ini berbentuk batang dengan ujung

meruncing atau kokoid (bulat) (Damayanti, 2014). Adapun klasifikasi ilmiah

bakteri Propionibacterium acnes adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

11

Class : Actinomycetales

Ordo : Proionibacterineae

Famili : Propionibacteriaceae

Genus : Propionibacterium

Spesies : Propionibacterium acnes

Gambar 2.2 Propionibacterium acnes (Yuan et al., 2017)

2.2.2 Morfologi Bakteri

Propionibacterium acnes adalah bakteri yang berbentuk basil dan bersifat

gram positif yang berada di dalam folikel pilosebaseus dan juga dapat ditemukan

di konjungtiva (area mata), rongga mulut, saluran usus, dan saluran telinga luar.

Genom dari Propionibacterium acnes dapat mengkode semua komponen proses

fosforilasi oksidatif seperti NADH dehydrogenase, sitokrom c-reduktase,

sitokrom c-oksidase, dan tipe ATP sintase. Selain itu, ia juga memiliki gen

sitokrom d-oksidase, yang memastikan bahwa bakteri tersebut dapat tumbuh

dalam kondisi yang berbeda. Oleh karena itu, Propionibacterium acnes dapat

mentolerir paparan oksigen selama beberapa jam dan mampu secara in vitro

bertahan dalam kondisi anaerob hingga 8 bulan. Pengamatan terakhir

menunjukkan bahwa Propionibacterium acnes juga dapat bertahan untuk waktu

yang lama dalam jaringan manusia dengan potensi oksidasi yang rendah. (Portillo

et al., 2013)

2.2.3 Sifat Biakan dan Pertumbuhan

Suhu optimal untuk pertumbuhan Propionibacterium acnes adalah 370C.

Pertumbuhan Propionibacterium acnes dapat dilakukan pada media kultur agar

aerob dan anaerob selama 14 hari dan diinokulasi ke dalam larutan tioglikolat

dimana harus dilakukan pengecekan dan disubkultur secara rutin. Meskipun

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

12

karakteristiknya toleran oksigen, Propionibacterium acnes tidak terdeteksi oleh

kultur aerobik karena pertumbuhannya yang lambat. Oleh karena itu, keberadaan

pertumbuhan Propionibacterium acnes harus ditafsirkan dengan hati-hati.

(Portillo et al., 2013)

2.2.4 Fisiologi Bakteri

Bakteri ini tergolong ke dalam kelompok bakteri anaerob hingga

aerotolerant dengan pertumbuhan optimum pada suhu 30-37°C. Mikroorganisme

anaerob sensitif terhadap oksigen, karena dapat menghambat pertumbuhan dan

menyebabkan kematian. Pada media agar koloni bakteri ini berwarna kuning

hingga merah muda dengan bentuk yang khas. Metode yang digunakan untuk

mengisolasi bakteri ini adalah metode Hungate yang menggunakan anaerobic jar.

Peralatan ini kedap udara dan rendah oksigen karena ditambahkan paladium yang

sangat efektif untuk mereduksi oksigen, namun harganya mahal (Kurnia et al.,

2015). Sebagai alternatif, teknik stoples lilin dapat diterapkan untuk pengurangan

cepat sebagian besar oksigen dan kemudian sisa oksigen 12% dapat dikurangi

secara perlahan dengan menerapkan pelat yang mengandung bahan kimia

pereduksi (Maiti, 2013)

Bakteri ini berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan

enzim lipolitik pengubah fraksi sebum menjadi massa padat, yang menyebabkan

terjadinya penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea. Penyebab adanya zat

nutrisi bagi bakteri yang diproduksi dari sekresi kelenjar sebasea yakni air, asam

amino, urea, garam dan asam lemak. Jerawat yang disebabkan oleh beberapa

bakteri seperti Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis menimbulkan efek yang berbeda-beda. (Kursia et al.,

2016)

2.3 Acne Vulgaris (Jerawat)

2.3.1 Definisi

Acne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada unit pilosebaseus

yang terjadi pada remaja dan dewasa, dengan gambaran klinis biasanya

polimorfik yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa: komedo, papul, pustul,

nodul, dan jaringan parut. Acne vulgaris merupakan penyakit yang banyak

diderita masyarakat terutama remaja. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

13

yaitu Propionibacterium acnes dan bakteri Staphylococcus epidermidis.

Propionibacterium acnes menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas

dari lipid kulit yang akan menyebabkan terjadinya inflamasi jaringan sehingga

mendukung terbentuknya acne. (Morales & Cano, 2004)

2.3.2 Epidemiologi

Acne vulgaris merupakan gangguan kulit paling umum yang terjadi di

Amerika Serikat. Gangguan kulit ini mempengaruhi sekitar 80% dari populasi

antara usia 11 sampai 30 tahun, tanpa jenis kelamin, ras, atau prevalensi etnis.

Usia timbulnya jerawat bervariasi, akan tetapi biasanya dimulai pada masa

pubertas. Jerawat dewasa dapat pertama kali terjadi setelah pertengahan 20-an,

lebih banyak terjadi pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki, dan dengan

lesi umumnya terdistribusi di daerah wajah bawah sekitar mulut, dagu, dan garis

rahang (Morales & Cano, 2004)

2.3.3 Etiologi

Terdapat berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis acne vulgaris

seperti: perubahan pola keratinisasi, produksi sebum yang meningkat, peningkatan

hormon androgen, terjadinya stress psikis, faktor lain yaitu usia, ras, familial,

makanan, cuaca. Pemakaian bahan kosmetika tertentu dalam jangka waktu yang

lama akan dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Empat faktor utama yang

diidentifikasikan penyebab terjadinya pembentukan lesi jerawat yakni

peningkatan produksi sebum, mengelupas mengelupasnya keratinosit,

pertumbuhan bakteri, dan peradangan. (Morales & Cano, 2004)

2.3.4 Patogenesis

Acne vulgaris adalah penyakit pada unit pilosebaceous (yaitu kelenjar

sebaceous dan folikel rambut yang berdekatan). Kelenjar sebaceous, dominan

pada wajah, dada, dan punggung atas, berespons terhadap androgen stimulasi.

Kelenjar ini memberikan sebum ke kanal folikel dan akhirnya ke permukaan kulit

melalui pembukaan folikel. Isi saluran folikel termasuk keratinosit,

Propionibacterium acnes, dan asam lemak bebas. Peradangan atau trauma pada

folikel dapat menyebabkan pembentukan lesi yang muncul sebagai “blackhead”

komedo terbuka atau “whitehead” komedo tertutup. warna coklat atau hitam

bukan merupakan hasil dari akumulasi kotoran, melainkan dari melanin (pigmen).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

14

Komedo tertutup ini merupakan masalah penting secara klinis karena dapat

menjadi lebih besar akibat adanya aktivitas lokal dari bakteri Propionibacterium

acnes.

Mekanisme pembentukan acne vulgaris sebagai berikut: pertama, stimulasi

produksi kelenjar sebaseus yang menyebabkan hiperseborrea biasanya dimulai

pada pubertas; kedua, pembentukkan komedo yang berhubungan dengan anomali

proliferasi keratinosit, adhesi dan diferensiasi pada infrainfudibulum folikel

pilosebaseus, ketiga, pembentukkan lesi inflamasi dimana yang berperan adalah

bakteri anaerob yaitu Propionibacterium acnes. (Morales & Cano, 2004)

2.3.5 Manifestasi Klinis Acne Vulgaris

Acne vulgaris memiliki gambaran klinis yang beragam, mulai dari komedo,

papul, pustul, hingga nodus dan jaringan parut, sehingga disebut dermatosispoli

morfik dan memiliki peranan poligenetik. (Morales & Cano, 2004)

2.3.6 Pengobatan

Penatalaksanaan untuk menangani acne vulgaris terbagi menjadi 2 yaitu

penatalaksanaan secara umum dan secara medikamentosa. Secara umum yaitu

dengan menhindari pemencetan lesi dengan cara yang non higienis, memilih

kosmetik yang non komedogenik, dan lakukan perawatan kulit wajah. Sedangkan

secara medikamentosa dibagi menurut derajat keparahan dari acne vulgaris itu

sendiri. Secara teori manajemen acne vulgaris yang efektif adalah menurunkan

atau mengeliminasi lesi primer secara klinik yaitu mikrokomedo yang merupakan

prekursor untuk semua lesi acne vulgaris. Sebagian besar acne ringan sampai

sedang membutuhkan terapi topikal. Acne sedang sampai berat menggunakan

kombinasi terapi topikal dan oral. Terapi acne dimulai dari pembersihan wajah

menggunakan sabun. Beberapa sabun sudah mengandung antibakteri, misalnya

triclosan yang menghambat bakteri kokus yang bersifat gram positif. Selain itu

juga banyak sabun mengandung benzoil peroksida atau asam salisilat. Bahan

topical untuk pengobatan acnesangat beragam. Sulfur, sodium sulfasetamid,

resorsinol, dan asam salisilat, sering ditemukan sebagai obat bebas. Asam azaleat

dengan konsentrasi krim 20 persen atau gel 15%, memiliki efek antimikroba dan

komedolitik, selain mengurangi pigmentasi dengan berfungsi sebagai inhibitor

kompetitif tirosinase. Benzoil peroksida merupakan antimikroba kuat, tetapi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

15

bukan antibiotik, sehingga tidak menimbulkan resistensi. Retinoid topikal secara

umum bersifat komedolitik dan menghambat pembentukkan mikrokomedo yang

merupakan awal dari acne vulgaris. Target kerja retinoid yaitu pada proliferasi

abnormal dan diferensiasi keratinosit serta mempunyai efek antiinflamasi

Retinoid merupakan turunan vitamin A yang mencegah pembentukan

komedo dengan menormalkan deskuamasi epitel folikular. Retinoid topikal yang

utama adalah tretinoin, tazaroten, dan adapalene. Tretinoin paling banyak

digunakan, bersifat komedolitik dan antiinflamasi poten. Secara umum, semua

retinoid dapat menimbulkan dermatitis kontak iritan. Pasien dapat disarankan

menggunakan tretinoin dua malam sekalipada beberapa minggu pertama untuk

mengurangi efek iritasi. Tretinoin bersifat photolabile sehingga disarankan

aplikasipada malam hari. Antibiotik spektrum luas banyak digunakan dalam

pengobatan akne vulgaris inflamatori. Pada Akne vulgaris inflamatori dapat

ditemukan papul eritem, pustul, nodul dan kista sedangkan akne vulgaris non

inflamatori hanya terdiri dari komedo. Antibiotik sistemik diberikan pada akne

derajat sedang sampai dengan berat, pada pasien akne vulgaris yang gagal atau

tidak respon terhadap pemberian antibiotik topikal, dan pada pasien dengan akne

vulgaris luas yang mengenai permukaan tubuh selain wajah. Antibiotik sistemik

pada akne vulgaris bekerja sebagai antibakteri, antiinflamasi, dan

imunomodulator. Antibiotik ini terbukti dapat menghambat lipase bakteri dan

menurunkan produksi asam lemak bebas. Terapi antibiotik yang efektif dapat

mengurangi populasi Propionibacterium acnes sebesar isotretinoin yang

dianjurkan adalah 0,5-1 mg/kg/hari dengan dosis kumulatif 120-150 mg/kg berat

badan. Obat ini langsung menekan aktivitas kelenjar sebasea, menormalkan

keratinisasi folikel kelenjar sebasea, menghambat inflamasi dan mengurangi

pertumbuhan Propionibacterium acnes secara tidak langsung. Isotretinoin paling

efektif untuk acne nodulokistik rekalsitran dan mencegah jaringan parut.

Meskipun demikian, isotretinoin tidak bersifat kuratif untuk acne. Penghentian

obat ini tanpa disertai terapi pemeliharaan yang memadai, akan menimbulkan

kekambuhan acne. Selain itu, penggunaan obat ini harus berhati-hati pada

perempuan usia reproduksi karena bersifat teratogenik. Penggunaan isotretinoin

dan tetrasiklin bersamaan sebaiknya dihindari karena meningkatkan risiko pseudo

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

16

tumor serebri. Suntikan glukokortiokoid intralesi dapatdiberikan untuk lesi acne

nodular dan cepat mengurangi inflamasinya. Risiko tindakan ini adalah

hipopigmentasi dan atrofi. Modalitaslain yang dapat digunakan untuk

mengatasiacne adalah radiasi ultraviolet yang memiliki efek antiinflamasi

terhadap acne. Radiasi UVB atau kombinasi UVB dan UVA dapat bermanfaat

untuk acne inflamasi, tetapi perlu diwaspadai potensi karsinogeniknya. (Morales

& Cano, 2004)

2.4 Tinjauan Tentang Antibiotik

Antibiotik merupakan sediaan farmasi berbahan kimiawi yang dihasilkan

oleh organisme seperti bakteri atau jamur. Bahan tersebut memiliki kemampuan

dapat mengganggu mikroorganisme lain. Fungsi dari bahan ini dapat membunuh

bakteri atau biasa disebut dengan istilah bakterisidal dan menghambat

pertumbuhan bakteri atau biasa disebut bakteriostatik. Antibiotik dibedakan

menjadi beberapa kategori salah satunya dibedakan berdasarkan antibiotik

berspektrum luas dan berspektrum sempit. Antibiotik yang bersifat aktif terhadap

beberapa spesies bakteri disebut antibiotic berspektrum luas sedangkan antibiotik

lain yang bersifat lebih spesifik terhadap spesies bakteri tertentu disebut antibiotik

berspektrum sempit. (Sari et al., 2017.)

Pemakaian antibiotik pada saat ini sangat tinggi dikarenakan banyaknya

penyakit infeksi yang masih mendominasi. Antibiotik telah terbukti bermanfaat

bagi kehidupan manusia sejak mulai awal ditemukannya sampai sekarang.

Penggunaan antibiotik akan menguntungkan dan memberikan efek bila diresepkan

dan dikonsumsi sesuai dengan aturan. Namun, sekarang ini antibiotik telah

digunakan secara bebas dan luas oleh masyarakat tanpa mengetahui dampak dari

pemakaian tanpa aturan. Di berbagai bagian rumah sakit ditemukan sekitar 30-

80% penggunaan antibiotik tidak berdasarkan indikasi. Penggunaannya yang terus

menerus meningkat inilah yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah

terpenting adalah timbulnya galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis

antibiotik yang dapat menyebabkan pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik

tidak lagi efisien atau bahkan menjadi lebih mahal. (Yarza et al, 2015)

2.4.1 Penggunaan Antibiotik

a) Terapi empiris

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

17

Terapi empiris merupakan terapi awal yang diberikan pada pasien, karena

belum diketahui bakteri dari infeksi tersebut maka antibiotik yang digunakan

adalah antibiotik spektrum luas, setelah diketahui bakteri dari infeksi maka terapi

empiris akan diganti dengan terapi definitif.

b) Terapi definitif

Terapi definitif adalah terapi dengan antibiotik yang dipilih sesuai dengan

etiologi penyebab infeksi, antibiotik yang digunakan adalah antibiotik spektrum

sempit yang spesifik terhadap bakteri penyebab.

c) Profilaksis

Antibiotik profilaksis diberikan dengan indikasi untuk mengurangi insidensi

post operative surgical site infection yang diakibatkan oleh flora normal kulit

maupun infeksi iatrogenik dari prosedur pembedahan yang tidak sesuai, waktu

pemberian yang ideal adalah satu jam sebelum insisi awal pada surgical site.

(Pratiwi, 2018)

2.4.2 Penggolongan Antibiotik

Dalam pembagian atau klasifikasinya antibiotika dibedakan berdasar cara

kerja maupun spektrum kerjanya. Akan tetapi klasifikasi tersebut secara klinis

masih kurang sepsifik. Secara klinis klasifikasi yang paling sering dipakai adalah

berdasarkan susunan senyawa kimia dari masing-masing antibiotik. Klasifikasi ini

sering dipakai karena sifatnya yang praktis, nama obat yang dipakai langsung

terkait dengan golongan senyawa kimia masing-masing. Antibiotika yang dibagi

berdasar senyawa kimianya antara lain golongan penicillin, cephalosporin,

amfenikol, aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida, linkosamid, polipeptida, dan

antimikobakterium. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan klasifikasi atau

penggolongan antibiotika dikelompokan lebih spesifik lagi. Pada saati ini juga

mulai diperkenalkan jenis-jenis baru dari golongan beta laktam misalnya

kelompok monosiklik beta laktam yakni aztreonam, yang terutama aktif terhadap

kuman Gram negatif, termasuk pseudomonas. Salain itu ada juga antibiotika

karbapenem (misalnya imipenem) yang dikatakan tahan terhadap penisilinase dan

aktif terhadap kumankuman Gram positif dan Gram negatif. (Utami, 2012)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

18

2.4.3 Klindamisin

Klindamisin merupakan antibiotika linkosamid semisintetik yang

diturunkan dari linkomisin. Termasuk ke dalam antibiotika bakteriostatik,

klindamisin memiliki aktifitas kerja dengan menghambat sintesa protein bakteri.

Klindamisin mempunyai aktifitas penetrasi yang baik ke jaringan lunak dan keras.

Mekanisme kerja antibiotika ini serupa dengan eritromisin yang dapat mengikat

ribosom 50S dan menekan sintesis protein bakteri. Klindamisin efektif terhadap

bakteri stric anaerob yang memproduksi enzim β-laktamase, antara lain

pigmented dan non-pigmented prevotella. Klindamisin digunakan secara topikal

dalam sediaan gel, solusio, dan suspensi (lotio) 1% serta terutama untuk

pengobatan akne.

Klindamisin memiliki efek lipofilik yang lebih besar karena unsur klorin

yang dimilikinya. Hal ini membuat penetrasi klindamisin ke dalam sel bakteri

lebih baik daripada lincomycin. Klindamisin berpotensi meningkatkan daya tahan

tubuh serta menghambat transmisi neuromuskuler, sehingga dapat membantu

mengurangi rasa sakit. Klindamisin merupakan salah satu antibiotika topical yang

memegang peranan penting pada penanganan kasus di bidang kulit terutama

pengobatan topikal untuk akne. (Suhariyanto, 2007)

Antibiotik ini sangat efektif terhadap bakteri anaerob gram positif. Bakteri

gram positif yang rentan terhadap klindamisin adalah Actinomyces, Eubacterium,

Lactobacillus, Peptostreptococcus, Propionibacterium, dan spesies

Staphylococcus, termasuk strains yang resisten terhadap penisilin. Salah satunya

pada Propionibacterium acnes yang merupakan bakteri penyebab acne vulgaris.

Secara spesifik efek antiinflamasi yang dimiliki klindamisin yaitu untuk

menghambat pertumbuhan, sintesa protein, produksi lipase, produksi folikular

asam lemak bebas, dan molekul kemotaksis leukosit pada Propionibacterium

acnes. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) untuk Propionibacterium acnes

adalah 0,02 ug/ml (Rima, 2013).

2.4.4 Resistensi Bakteri

Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri

dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang

seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Sedangkan multiple drugs resistance

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

19

didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi

obat. Sedangkan cross resistance adalah resistensi suatu obat yang diikuti dengan

obat lain yang belum pernah dipaparkan (Tripathi, 2003). Resistensi terjadi ketika

bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya

efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk

mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan

berkembang biak, menimbulkan lebih banyak bahaya. Kepekaan bakteri terhadap

kuman ditentukan oleh kadar hambat minimal yang dapat menghentikan

perkembangan bakteri. (Utami, 2012)

2.5 Tinjauan Tentang Fraksinasi

Fraksinasi didefinisakan sebagai proses penarikan senyawa pada suatu

ekstrak dimana pengelompokkan senyawa tersebut berdasarkan tingkat kepolaran.

Ekstrak dipisahkan dengan menggunakan pelarut seperti n-heksan, kloroform, etil

asetat, dan etanol. Pemilihan pelarut pada ekstraksi tergantung pada sifat analitnya

dimana pelarut dan analit harus memiliki sifat yang sama, contohnya analit yang

sifat lipofilitasnya tinggi akan terekstraksi pada pelarut yang relatif nonpolar

seperti n-heksan sedangkan analit yang semipolar terlarut pada pelarut yang

semipolar (Venn, 2008). Dari proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa

yang akan dipisahkan. Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa yang

bersifat non polar akan larut dalam pelarut yang non polar sedangkan senyawa-

senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar juga

(Mutiasari, 2012).

Metode yang sering digunakan untuk pemisahan senyawa pada ekstrak

adalah metode kromatografi. Metode kromatografi dibagi menjadi dua yaitu

kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis

digunakan untuk tujuan kualitatif sedangkan kromatografi kolom untuk tujuan

kuantitatif. Menurut (Haznawati, 2012) terdapat salah satu peralatan laboratorium

yang biasanya digunakan untuk memisahkan komponen - komponen dalam

campuran antara dua fase pelarut yang memiliki massa jenis berbeda yang tidak

tercampur yaitu corong pisah.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

20

2.6 Tinjauan Tentang Pelarut

Pelarut merupakan zat yang digunakan untuk melarutkan zat lain atau suatu

obat dalam sediaan larutan (Ansel, 2005). Hal utama yang harus diperhatikan

dalam pemilihan pelarut pada proses ekstraksi dan fraksinasi adalah mengetahui

sifat dari metabolit sekunder yang akan diisolasi dari suatu tanaman karena dalam

proses ekstraksi untuk memperoleh senyawa yang diinginkan harus menggunakan

pelarut yang sesuai. Suatu senyawa polar akan lebih mudah larut pada pelarut

polar sedangkan suatu senyawa non polar lebih mudah larut pada senyawa non

polar (Romadanu et al., 2014)

Hal yang sangat berpengaruh terhadap daya larut adalah polaritas pelarut.

Indikator kelarutan pelarut dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik dan

nilai polaritas pelarut. Besarnya nilai polaritas pelarut proporsional dengan

konstanta dielektriknya. Konstanta dielektrikum dinyatakan sebagai gaya tolak

menolak antara dua pertikel yang bermuatan listrik dalam suatu molekul. Pelarut

organik dapat dibedakan menjadi dua menurut konstanta dielektrikumnya antara

lain pelarut polar dan pelarut non- polar. Semakin tinggi konstanta

dielektrikumnya maka pelarut bersifat semakin polar (Febryanto, 2017)

Pada penelitian ini pelarut yang digunakan adalah etanol dimana etanol itu

sendiri merupakan pelarut yang serbaguna. Etanol dapat menyatu dengan air dan

dengan sebagian besar bahan organik yang bersifat cair termasuk zat cair,

termasuk zat cair nonpolar seperti hidrokarbon alifatik. Etanol juga digunakan

sebagai pelarut dalam melarutkan bahan obat-obatan. Etanol (etil alkohol)

mempunyai rumus kimia C2H5OH, memiliki sifat mudah terbakar, titik cair -

114,30C dan titik didih 78,40C.

Ekstraksi menggunakan pelarut etanol atau metanol biasa digunakan untuk

mengekstraksi kandungan kimia tanaman yang berupa komponen aromatik atau

komponen organik jenuh. Umumnya pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi

komponen yang aktiv sebagai antimikroba digunakan pelarut metanol, etanol dan

air. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi simplisia pada industri obat

tradisional menggunakan etanol, air atau campuran etanol-air. (Zainab, 2013)

Pemerian dari etanol adalah larutan yang jernih, tidak memiliki warna,

mempunyai volatil dan bau yang khas. Etanol bersifat polar, universal, mudah

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

21

didapat, selektif, tidak memberikan efek toksik dan ekonomis. Alasan mengapa

digunakan pelarut etanol pada proses penyarian adalah karena cara kerjanya yang

dapat menembus dinding sel dan juga masuk pada rongga sel yang memiliki

kandungan zat aktif kemudian akan larut pada cairan penyari. Terdapat perbedaan

konsentrasi yang dimiliki oleh zat aktif di dalam sel dengan yang terdapat diluar

sel kemudian dapat mengakibatkan larutan yang pekat akan dipaksa keluar.

Peristiwa tersebut dapat diulang sampai memiliki keseimbangan antara larutan

didalam maupun diluar sel. (Rachmania, 2017)

2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis adalah salah satu metode pemisahan kromatografi

yang fleksibel dan banyak digunakan. Metode analisis kromatografi lapis tipis

(KLT) telah menjadi bagian dari teknik analisis rutin pada laboratorium analisis

dan pengembangan produk karena memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan

utama metode analisis kromatografi lapis tipis dibandingkan metode analisis

kromatografi cair kinerja tinggi adalah analisis beberapa sampel dapat dilakukan

secara simultan dengan menggunakan fase gerak dalam jumlah kecil sehingga

lebih hemat waktu dan biaya analisis serta lebih ramah lingkungan. Teknik

pemisahannya sederhana dengan peralatan yang minimal. Kromatografi lapis tipis

(KLT) dan kromatografi kertas tergolong "kromatografi planar”. KLT adalah yang

metode kromatografi paling sederhana yang banyak digunakan. Peralatan dan

bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel

dengan metode KLT cukup sederhana yaitu sebuah bejana tertutup (chamber)

yang berisi pelarut dan lempeng KLT. Dengan optimasi metode dan menggunakan

instrumen komersial yang tersedia, pemisahan yang efisien dan kuantifikasi yang

akurat dapat dicapai. Kromatografi planar juga dapat digunakan untuk pemisahan

skala preparatif yaitu dengan menggunakan lempeng, peralatan,.dan teknik

khusus. (Lestyo W, 2011)

2.7.1 Fase Diam

Fase diam pada kromatografi lapis tipis biasa disebut dengan zat penjerap.

Zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng

kaca, plastik atau logam secara merata. Lempeng yang berfungsi sebagai kolom

kromatografi yang terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

22

adsorpsi, partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung jenis penyangga, cara

pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan. Fase diam yang digunakan dalam

KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30

µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran

ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan

resolusinya. (Depkes RI, 1995). Fase diam yang paling sering digunakan adalah

silika gel dan serbuk selulosa, sementara mekanisme penjerapan yang utama pada

KLT adalah adsorpsi dan partisi. (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.7.2 Fase Gerak

Selain fase diam, terdapat fase gerak yang merupakan salah satu bagian penting

dalam analisis pemisahan senyawa menggunakan KLT karena polaritas dari fase

gerak dapat menentukan pemisahan (Sudjadi, 2007). Sistem yang paling

sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua

pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi

secara optimal. Beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak

antara lain adalah fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi

karena KLT merupakan teknik yang sensitive, daya elusi fase gerak harus diatur

sedemikian rupa sehingga nilai Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan

pemisahan, penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke

dalam pelarut non polar seperti metil benzena akan meningkatkan harga Rf secara

signifikan. (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.8 Uji Kepekaan Terhadap Antibakteri

Uji kepekaan terhadap antibakteri adalah penentuan terhadap bakteri

penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap suatu

antibakteri atau kemampuan suatu antibakteri untuk menghambat pertumbuhan

bakteri yang tumbuh in vitro, sehingga dapat dipilih sebagai antibakteri yang

berpotensi untuk pengobatan. Uji kepekaan antibakteri (antimicrobial

susceptibility testing) dilakukan pada isolat mikroba yang didapatkan dari

spesimen pasien untuk mendapatkan agen antimikroba yang tepat untuk

mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba tersebut.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

23

2.8.1 Metode Dilusi

Metode dilusi digunakan untuk menentukan Diameter zona hambat

minimum atau konsentrasi terendah dari agen antimikroba yang dibutuhkan untuk

menghambat pertumbuhan mikroba. Keuntungan utama dari metode dilusi dapat

memperkirakan konsentrasi senyawa uji dalam medium agar atau suspensi broth,

biasanya digunakan untuk menentukan nilai KHM. Pada metode dilusi agar,

medium diinokulasi dengan organisme uji dan sampel yang di uji dicampur

dengan inokulum. Material yang diinokulasi dan pertumbuhan mikroorganisme

dapat terlihat dan dibandingkan dengan kultur kontrol yang tidak mengandung

sampel uji. Dalam tabung uji, berbagai konsentrasi senyawa uji dicampur dengan

suspensi bakteri pada beberapa tabung, konsentrasi terendah menyebabkan

penghambatan pertumbuhan mikroorganisme sesuai dengan nilai KHM. Pada uji

mikrodilusi cair, mikroorganisme yang tumbuh di sumur plat, dimana berbagai

konsentrasi senyawa uji ditambahkan. Pertumbuhan mikroorganisme ditunjukkan

oleh adanya kekeruhan dalam sumur (Pangestu P, 2017)

2.8.2 Metode Difusi Cakram

Metode difusi berprinsip bahwa kemampuan suatu agen antibakteri dapat

terdifusi ke dalam media agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji.

Metode ini dapat digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Pada

cara ini digunakan suatu cakram kertas saring (paper disk) yang berfungsi sebagai

tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakkan

pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada

waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji.

Cawan petri yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar dan hasil

area yang jernih mengindakasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar. (Pratiwi,

2008)

2.8.3 Bioautografi

Metode bioautografi dibagi menjadi tiga yaitu, bioautografi kontak,

bioautgrafi imersi, dan bioautografi langsung. Prinsip bioautografi kontak, plat

kromatografi diletakkan pada permukaan agar yang telah diinokulasi mikroba uji

selama beberap menit atau jam sehingga proses difusi dapat terjadi. Plat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

24

kromatogram diambil dan media agar diinkubasi. Daerah hambatan ditunjukan

dengan adanya spot antimikroba yang menepel pada permukaan media agar. Pada

bioautografi imersi, plat kromatogram dicelup pada medium agar, setelah agar

memadat ditambahakan mikroorganisme uji lalu diinkubasi. Pada metode ini

senyawa antimikroba ditransfer dari kromatogram ke media agar, seperti dalam

metode kontak, tetapi lapisan agar tetap pada permukaan kromatogram selama

inkubasi dan visualisasi seperti pada bioautografi langsung. Bioautografi langsung

dilakukan dengan cara plat KLT dicelupkan pada suspensi mikroorganisme

kemudian diinkubasi. Visualisasi dari zona ini biasanya dilakukan dengan

menggunakan reagen dehydrogenase untuk deteksi aktivitas, yang paling umum

adalah garam tetrazolium. Dehydrogenase mikroorganisme mengkonversi garam

tetrazolium menjadi berwarna, sehingga terlihat spot krem-putih dengan latar

belakang ungu pada permukaan plat KLT menunjukan keberadaan agen

antibakteri (Pangestu P, 2017)

2.9 Tinjauan Skrining Fitokimia

2.9.1 Uji Alkaloid

Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang paling banyak

ditemukan di alam. Senyawa alkaloid memiliki ciri khas dimana semua alkaloid

mengandung paling sedikit satu atom N yang berisfat basa dan pada umumnya

merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Uji skrining fitokimia senyawa

golongan alkaloid dilakukan dengan menggunakan metode Culvenor dan

Fitzgerald yang menggunakan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Tabung

reaksi yang pertama ditambahkan dua tetes pereaksi Mayer. Tabung reaksi kedua

ditambahkan dua tetes pereaksi Dragendorf dan ke dalam tabung reaksi yang

ketiga dimasukkan dua tetes pereaksi Wagener. Adanya senyawa alkaloid ditandai

dengan terbentuknya endapan putih pada tabung reaksi yang pertama dan

timbulnya endapan berwarna coklat kemerahan pada tabung reaksi kedua dan

ketiga. (Endarini, 2016)

2.9.2 Uji Flavonoid

Flavonoid merupakan suatu kelompok senyawa fenol yang paling banyak

ditemukan di alam. Banyaknya senyawa flavonoid ini bukan disebabkan karena

banyaknya variasi struktur, akan tetapi lebih disebabkan oleh berbagai tingkat

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

25

hidroksilasi, alkoksilasi atau glikoksilasi pada struktur senyawa tersebut.

Flavonoid di alam juga sering dijumpai dalam bentuk glikosidanya. Beberapa

flavonoid sengaja dihasilkan oleh jaringan tumbuhan sebagai respon terhadap

infeksi atau luka yang kemudian berfungsi untuk menghambat fungsi

menyerangnya. Telah banyak flavonoid yang diketahui memberikan efek

fisiologis tertentu. Oleh karena itu, tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak

dipakai dalam pengobatan tradisional.

Uji skrining fitokimia senyawa ini dilakukan dengan menggunakan pereaksi

Wilstater / Sianidin. Bahan sampel tanaman sebanyak 5 gram diekstraksi dengan

pelarut n-heksana atau petroleum eter sebanyak 15 ml kemudian disaring. Ekstrak

yang diperoleh selanjutnya diekstraksi lebih lanjut menggunakan metanol atau

etanol sebanyak 30 ml. Selanjutnya, 2 ml ekstrak metanol atau etanol yang

diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah dengan 0,5

ml asam klorida pekat (HCl pekat) dan 3-4 pita logam Mg. Adanya flavonoid

ditandai dengan warna merah, oranye dan hijau tergantung struktur flavonoid

yang terkandung dalam sampel tersebut. (Endarini, 2016)

2.9.3 Uji Steroid atau Triterpenoid

Steroid merupakan kelompok senyawa bahan alam yang dominan

strukturnya terdiri atas 17 atom C (karbon) dengan membentuk struktur 1,2-

siklopentenoperhidrofenantren. Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa

yang pengelompokannya didasarkan pada efek fisiologis yang dapat ditimbulkan.

Ditinjau dari segi struktur, perbedaan antara berbagai kelompok ini ditentukan

oleh jenis substituent R1, R2, dan R3 yang terikat pada kerangka dasar sedangkan

perbedaan antara senyawa yang satu dengan senyawa yang lain dari satu

kelompok ditentukan oleh panjangnya rantai karbon substituent, gugus fungsi

yang terdapat pada substituent, jumlah dan posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan

rangkap pada kerangka dasar serta konfigurasi pusat asimetris pada kerangka

dasar. Secara biogenetik, steroid yang terdapat di alam berasal dari triterpen.

Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan, berasal dari lanosterol, sedangkan

yang terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari sikloartenol, setelah kedua

triterpen ini mengalami serangkaian perubahan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

26

Uji skrining senyawa golongan terpenoid dan steroid tak jenuh dilakukan

dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Bahan sampel tanaman

sebanyak 5 gram diekstraksi dengan pelarut n-heksana atau petroleum eter

sebanyak 10 ml kemudian disaring. Ekstrak yang diperoleh diambil sedikit dan

dikeringkan di atas papan spot test, ditambahkan tiga tetes anhidrida asetat dan

kemudian satu tetes asam sulfat pekat. Adanya senyawa golongan terpenoid akan

ditandai dengan timbulnya warna merah sedangkan adanya senyawa golongan

steroid ditandai dengan munculnya warna biru. (Endarini, 2016)

2.9.4 Uji Antrakinon

Di alam kira-kira telah ditemukan 40 turunan antrakuinon yang berbeda-

beda, 30 macam diantaranya termasuk dalam famili Rubiaceae. Pada tanaman

monokotil, antrakuinon hanya ditemukan dalam famili Liliaceae dan dalam

bentuk yang tidak lazim, yaitu C-glikosida barbaloin. Sementara pada tanaman

dikotil, antrakuinon ditemukan dalam famili Rubiaceae, leguminoseae,

Rhamnaceae, Ericaceae, Euphorbiaceae, Lythraceae, Saxifragraceae,

Scrophulariaceae dan Verbenaceae. Turunan antrakuinon seringkali berwarna

merah oranye dan sering dapat dilihat secara visual, misalnya di dalam jari-jari

teras akar kelembak (Rheum officinale). Turunan antrakuinon larut dalam air

panas atau etanol encer.

Identifikasi senyawa antrakuionon umumnya menggunakan pereaksi

Borntrager. Modifikasi uji Borntrager dapat digunakan untuk menguji adanya

senyawa golongan antrakuinon. Bahan tanaman sebanyak 5 gram diuapkan di atas

penangas air sampai kering. Bahan kering yang sudah dingin tersebut kemudian

dimasukkan ke dalam campuran larutan 10 ml KOH 5N dan 1 ml H2O2 3% dan

dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit, kemudian disaring. Ke dalam

filtrat yang diperoleh setelah penyaringan ditambahkan asam asetat glasial sampai

larutan bersifat asam, kemudian diekstraksi dengan benzena. Ekstrak benzena

yang diperoleh kemudian diambil 5 ml dan ditambah dengan 5 ml amonia, lalu

dikocok. Jika terbentuk warna merah pada lapisan amonia, maka bahan tanaman

tersebut mengandung senyawa golongan antrakuinon. (Endarini, 2016)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/63763/2/BAB II.pdf · Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina. Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai

27

2.9.5 Uji Tanin

Tanin merupakan senyawa bahan alam yang terdapat luas dalam tumbuhan

berpembuluh dan di dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Di

dalam tanaman, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Menurut

batasannya, tanin dapat bereaksi dengan proteina membentuk kopolimer kuat

yang tak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar

merata dalam dunia tumbuhan. Tanin-terkondensasi hampir terdapat semesta di

dalam paku-pakuan dan gymnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae,

terutama pada jenis tanaman berkayu. Sebaliknya, tanin yang terhidrolisiskan

penyebarannya terbatas pada tanaman berkeping dua.

Uji skrining fitokimia senyawa tanin dapat dilakukan dengan dua metode

yaitu uji gelatin dan pereaksi FeCl3. Pada uji FeCl3, maka sebanyak 2 ml ekstrak

air dari suatu bagian tanaman ditambahkan ke dalam 2 ml air suling. Selanjutnya,

larutan ekstrak tersebut ditetesi dengan satu atau dua tetes larutan FeCl31%.

Adanya kandungan tanin ditandai dengan timbulnya warna hijau gelap atau hijau

kebiruan. Suatu esktrak bagian tanaman mengandung tanin jika terbentuk endapan

putih, setelah diberi larutan gelatin 1% yang mengandung NaCl 10%. (Endarini,

2016).