bab ii tinjauan pustaka ii.1. aktivitas...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIK II.1.1. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global ( WHO, 2010; Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Web site, 2008). II.1.2. Manfaat Aktivitas Fisik terhadap Kesehatan Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu : Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain Berat badan terkendali Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional Lebih percaya diri Lebih bertenaga dan bugar Universitas Sumatera Utara

Upload: vuongthien

Post on 02-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. AKTIVITAS FISIK

II.1.1. Definisi

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada

(kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit

kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara

global ( WHO, 2010; Physical Activity. In Guide to Community Preventive

Services Web site, 2008).

II.1.2. Manfaat Aktivitas Fisik terhadap Kesehatan

Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap

kesehatan yaitu :

Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan

darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain

Berat badan terkendali

Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat

Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional

Lebih percaya diri

Lebih bertenaga dan bugar

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik (Pusat

Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2006 )

II.1.3. Tipe-tipe Aktivitas Fisik

Ada 3 tipe/macam/sifat aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk

mempertahankan kesehatan tubuh yaitu:

1. Ketahanan (endurance)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-

paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih

bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan

selama 30 menit (4-7 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:

Berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju tempat kerja

kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti

di halte yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah

Lari ringan

Berenang, senam

Bermain tenis

Berkebun dan kerja di taman.

2. Kelenturan (flexibility)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih

mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi

dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang

dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau

sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari

tangan dan kaki

Senam taichi, yoga

Mencuci pakaian, mobil

Mengepel lantai.

3. Kekuatan (strength)

Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh

dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan

mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan

terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan kelenturan maka

aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih eperti:

Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari

kecelakaan

Naik turun tangga

Angkat berat/beban

Membawa belanjaan

Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness)

Aktivitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi

(pembakaran kalori), misalnya:

Berjalan kaki (5,6-7 kkal/menit)

Berkebun (5,6 kkal/menit)

Menyetrika (4,2 kkal/menit)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

Menyapu rumah (3,9 kkal/menit)

Membersihkan jendela (3,7 kkal/menit)

Mencuci baju (3,56 kkal/menit)

Mengemudi mobil (2,8 kkal/menit)

Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain:

Menyapu

Mengepel

Mencuci baju

Menimba air

Berkebun/bercocok tanam

Membersihkan kamar mandi

Mengangkat kayu atau memikul beban

Mencangkul

Dan kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari.

Aktivitas fisik berupa olahraga yang dapat dilakukan antara lain:

Jalan sehat dan jogging

Bermain tenis

Bermain bulu tangkis

Sepakbola

Senam aerobik

Senam pernapasan

Berenang

Bermain bola basket

Bermain voli

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

Bersepeda

Latihan beban: dumble dan modifikasi lain

Mendaki gunung, dll (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan

RI 2006).

II.2. FUNGSI KOGNITIF

II.2.1. Definisi

Kognitif berasal dari bahasa Latin, yaitu cognitio yang artinya adalah

berpikir. Hal ini merujuk kepada kemampuan seseorang dan mengerti

dunianya, yang dicapai dari sejumlah fungsi yang kompleks termasuk orientasi

terhadap waktu, tempat dan individu; kemampuan aritmatika; pikiran abstrak;

kemampuan fokus untuk berpikir logis (Pincus dkk, 203).

Fungsi kognitif terdiri dari :

1. Atensi

Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu

stimulus tertentu (spesifik) dengan mampu mengabaikan stimulus lain baik

internal maupun eksternal yang tidak perlu atau tidak dibutuhkan.

Setelah menentukan kesadaran, pemeriksaan atensi harus dilakukan

saat awal pemeriksaan neurobehavior karena pemeriksaan modalitas kognitif

lainnya sangat dipengaruhi oleh atensi yang cukup terjaga.

Atensi dan konsentrasi sangat penting dalam mempertahankan fungsi

kognitif, terutama dalam proses belajar. Gangguan atensi dan konsentrasi akan

mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

Gangguan atensi dapat berupa dua kondisi klinik berbeda. Pertama

ketidakmampuan mempertahankan atensi maupun atensi yang terpecah atau

tidak atensi sama sekali, dan kedua inatensi spesifik unilateral terhadap

stimulus pada sisi tubuh kontralateral lesi otak.

2. Bahasa

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar

yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Oleh karena itu pemeriksaan

bahasa harus dilakukan pada awal pemeriksaan neurobehavior. Jika terdapat

gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif

akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin dilakukan.

Gangguan bahasa (afasia) sering terlihat pada lesi otak fokal maupun

difus, sehingga merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Penting bagi

klinikus untuk mengenal gangguan bahasa karena hubungan yang spesifik

anatara sindroma afasia dengan lesi neuroanatomi. Kemampuan

berkomunikasi menggunakan bahasa penting, sehingga setiap gangguan

berbahasa akan menyebabkan hendaya fungsional. Setiap kerusakan otak

yang disebabkan oleh stroke, tumor, trauma, demensia dan infeksi dapat

menyebabkan gangguan berbahasa.

3. Memori

Memori adalah proses bertingkat dimana informasi pertama kali harus

dicatat dalam area korteks sensorik kemudian diproses melalui system limbik

untuk terjadinya pembelajaran baru.

Secara klinik memori dibagi menjadi tiga tipe dasar : immediate, recent,

dan remote memory berdasarkan rentang waktu antara stimulus dan recall.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

a. Immediate memory merupakan kemampuan untuk merecall stimulus dalam

interval waktu beberapa detik.

b. Recent memory merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian sehari-

hari (misalnya tanggal, nama dokter, apa yang dimakan saat sarapan, atau

kejadian-kejadian baru) dan mempelajari materi baru serta mencari materi

tersebut dalam rentang waktu menit, jam, hari, bulan, tahun.

c. Remote memory merupakan rekoleksi kejadian yang terjadi bertahun tahun

yang lalu (misalnya tanggal lahir, sejarah, nama teman).

Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan

pasien. Amnesia secara umum mmerupakan efek fungsi memori. Ketidak

mampuan untuk mempelajari materi baru setelah brain insult disebut amnesia

anterograd. Amnesia anterograd merujuk pada amnesia kejadian yang terjadi

sebelum brain insult. Hampir semua pasien demensia menunjukkan masalah

memori pada awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua gangguan memori

merupakan gangguan organik. Pasien depresi dan ansietas sering mengalami

kesulitan memori. Amnesia psikogenik jika amnesia hanya pada satu periode

tertentu, dan pada pemeriksaan tidak dijumpai defek pada recent memory.

4. Visuospasial

Kemampuan visuospasial dapat dievaluasi melalui kemampuan

kontruksional seperti menggambar atau meniiru berbagai macam gambar

(misal : lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan

dalam kemampuan konstruksi ini tetapi lobus parietal terutama hemisfer kanan

mempunyai peran yang paling dominan. Menggambar jam sering digunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

untuk skrining kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan

dengan gangguan di lobus frontal dan parietal.

Pasien diminta untuk menggambar jam berbentuk lingkaran kemudian

dengan angkanya yang lengkap, jika gambar jam digambar terlalu kecil

sehingga angka-angkanya tidak muat, hal ini mencermikan gangguan pada

perencanaan. Jika terdapat neglek unilateral pasien menempatkan angka

hanya pada satu sisi. Selanjutnya pasien diminta untuk menggambar jarum

pada pukul 11:10. Pasien dengan gangguan fungsi eksekutif akan menunjuk

jarum pada angka 10 dan 11.

5.Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif adalah keampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir

dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan eksekusi diperankan oleh

lobus frontal, tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa semua sirkuit yang

terkait dengan lobus frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal.

Diperlukan atensi, bahasa, memori dan visuospasial sebagai dasar untuk

menyusun kemampuan kognitif (Modul Neurobehavior, 2008).

Istilah penurunan kognitif sebenarnya menggambarkan perubahan

kognitif yang berkelanjutan; beberapa dianggap masih dalam spektrum

penuaan normal, sementara yang lainnya dimasukkan dalam ketegori

gangguan ringan. Untuk menentukan gangguan fungsi kognitif, biasanya

dilakukan penilaian terhadap satu domain atau lebih seperti memori, orientasi,

bahasa, fungsi eksekutif dan praksis. Temuan dari berbagai peneltian klinis dan

epidemiologis menunjukkan bahwa faktor biologis, perilaku, sosial dan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

lingkungan dapat berkontribusi terhadap esiko penurunan fungsi kognitif

(Plassman dkk, 2010).

II.2.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Fungsi Kognitif

Tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan penurunan fungsi

kognitif yang dapat terjadi lebih cepat dibandingkan dengan tingkat pendidikan

yang tinggi. Diduga ada beberapa mekanisme yang mendasari proses ini yaitu :

a. Hipotesis brain reverse, teori ini mengatakan bahwasannya tingkat

pendidikan dan penurunan fungsi kognitif karena usia saling berhubungan

karena keduanya didasarkan pada potensi kognitif yang didapat sejak

lahir.

b. Teori “use it or lose it”, teori mengatakan stimulus mental selama dewasa

merupakan proteksi dalam melawan penurunan fungsi kognitif yang

prematur. Pendidikan pada awal kehidupan mempunyai pengaruh pada

kehidupan selanjutnya jika seseorang tersebut terus melanjutkan

pendidikan untuk menstimulasi mental yang diduga bermanfaat untuk

neurokimia dan pengaruh struktur otak(Bosma Lee dkk 2003, Seeman

dkk,2005)

Satu teori menjelaskan tentang synaptic reserve hypothesis, dimana

orang yang berpendidikan tinggi mempunyai lebih banyak synaps di otak

dibanding orang yang berpendidikan rendah. Ketika synap tersebut rusak

karena ada proses penyakit Alzheimer maka synap yang lain akan

menggantikan tempat yang rusak tadi. Teori ini berhubungan dengan cognitive

reserve hypothesis dimana orang yang beredukasi memiliki lebih banyak sinaps

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

pada otak dan mampu melakukan mengkompensasi dengan baik terhadap

hilangnya suatu kemampuan dengan menggunakan strategi alternative pada

tes yang didapati selama pelatihan selama pendidikan, dengan demikian dapat

diasumsikan orang yang berpendidikan tinggi menurun fleksibilitas ini dalam

test-taking strategy (Dash dkk, 2005).

Suatu studi yang dilakukan oleh Bennett dkk (2003) untuk mengetahui

hubungan antara tingkat edukasi formal dan patologi AD. Ternyata dijumpai

adanya bukti yang kuat antara senile plaque dan level fungsi kognitif yang

berbeda berdasarkan tingkat edukasi formal.

Studi yang dilakukan oleh Seeman dkk (2005) menyimpulkan

bahwasannya semakin tinggi pendidikan penderita Alzheimer maka semakin

cepat penurunan fungsi kognitif. Hipotesis cognitive reserve (CR) dapat

menjelaskan hal ini. Hipotesis ini menjelaskan bahwa ada perbedaan individu

dalam kemampuan mengatasi patologis penyakit Alzheimer. Substrat neural

dari CR dapat mengambil bentuk dari jumlah yang besar dari sinaps atau

neuron yang sehat saat yang lainnya dipengaruhi proses patologis Alzheimer.

Sehingga penyakit Alzheimer pada tingkat pendidikan tinggi baru

bermanifestasi secara klinis setelah kelainan patologi otak cukup parah

(patologis di otak yang berpendidikan tinggi lebih berat dari yang berpendidikan

rendah saat penyakit Alzheimer terdeteksi). Dan pada saat patologis otak

sudah berat dan meluas, substrat neural yang mengkompensasi tersebut tidak

lagi tersedia dan penurunan fungsi kognitif yang cepat terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

II.2.3. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Fungsi Kognitif

Beberapa hipotesis yang menjelaskan tentang mekanisme yang

mendasari hubungan antara aktivitas fisik dan fungsi kognitif masih belum

dapat dipahami. Aktivitas fisik memperlihatkan dapat mempertahankan aliran

darah otak dan mungkin juga meningkatkan persediaan nutrisi otak. Selain itu

kegiatan aktivitas fisik juga diyakini untuk memfasilitasi metabolisme

neurotransmiter, dapat juga memicu perubahan aktivitas molekuler dan seluler

yang mendukung dan menjaga plastisitas otak. Bukti dari suatu studi hewan

telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan seluler, molekul

dan perubahan neurokimia. Pengaruh yang diamati berhubungan dengan

peningkatan vaskularisasi di otak, peningkatan level dopamin, dan perubahan

molekuler pada faktor neutropik yang bermanfaat sebagai fungsi

neuroprotective (Singh-Manoux dkk.2005; Hernandez dkk, 2010). Selain itu

aktivitas fisik juga diduga menstimulasi faktor tropik dan neuronal growth yang

kemungkinan faktor-faktor ini yang menghambat penurunan fungsi kognitif dan

demensia (Yaffe dkk,2001).

Pada exercise beberapa sistem molekul yang dapat berperan dalam hal

yang bermanfaat pada otak. Faktor-faktor neurotrofik kebanyakan yang

berperan dalam efek yang bermanfaat tersebut. Faktor neurotrofik itu terutama

BDNF, karena dapat meningkatkan ketahanan dan pertumbuhan beberapa tipe

dari neuron, meliputi neuron glutamanergik. BDNF berperan sebagai mediator

utama dari efikasi sinaptik, penghubungan sel saraf dan plastisitas sel saraf

(Cotman dkk, 2002) (Gambar 1).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

Diduga bahwa response neurotorphin yang diperantarai exercise

mungkin terbatas pada sistem motorik, sensorik, dari otak, seperti serebellum,

area korteks primer antara lain basal ganglia. Hasil yang dijumpai pada suatu

penelitian beberapa hari setelah voluntany tral-runing dilakukan, mengingatkan

kadar dari BDNF mRNA di hipokampus, struktur higly plastic yang secara

normal berkaitan dengan fungsi kognitif dibandingkan aktifitas motorik.

Perubahan kadar mRNA dijumpai di neuron, terutama di girus dentatus, hilus,

dan regio CA3. Peningkatan terjadi dalam beberapa hari pada tikus jantan dan

betina, menetap sampai beberapa minggu selama latihan dan bersamaan

dengan peningkatan jumlah protein BDNF(Cotman dkk, 2002) .

Meskipun faktor-faktor neurotrofik lain seperti NGF & FGF-2 juga

diindukasi di hipokampus sebagai respon pada latihan, peningkatannya hanya

sesaat dan kurang jelas/nyata dibanding BDNF, ini menunjukkan bahwa BDNF

merupakan kandidat yang lebih baik dalam memediasi manfaat jangka panjang

dari exercise pada otak (Cotman dkk, 2002) .

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

Gambar 1. Peranan BDNF dalam memediasi Exercise

Dikutip dari : Cotman C. W, Berchtold N. C. 2002. Exercise: A Behavior Intervention To

Enhance Brain Health and Plasticity. TRENDS in Neurosciences. 25(6):295-300

Aktivitas fisik kemungkinan menpertahankan kesehatan vaskular otak

dengan menurunkan tekanan darah, meningkatkan profil lipoprotein,

mendukung produksi endotel nitrat oksidasi dan memastikan perfusi otak

cukup.Demikian pula, muncul bukti hubungan antara insulin dan amiloid

menunjukkan bahwa manfaat aktivitas aerobik pada resistensi insulin dan

glukosa intolerance, mungkin ini merupakan mekanisme yang lain dimana

aktivitas fisik dapat mencegah atau menunda penurunan fungsi kognitif (Weuve

dkk, 2004).

Power, 2006 menjelaskan bahwa ada 3 mekanisme yang dapat

menjelaskan manfaat pendidikan, exercise dan lingkungan yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

angiogenesesis pada otak, perubahan synaptic reverse dan menghilangkan

penumpukan amiloid.

Suatu studi menjelaskan bahwasannya ada beberapa faktor yang

mempengaruhi exercise terhadap fungsi kognitif : exercise menyebabkan

hipertrofi hipokampus yang nantinya akan memiliki fungsi preventif terhadap

degenerasi neuronal; exercise juga dapat menyebabkan produksi faktor

pertumbuhan seperti BDNF yang telah diketahui untuk memperbesar

neurogenesis dan efek positif terhadap kognitif; exercise juga dapat

menyebabkan respon terhadap BDNF, neurogenesis dan fungsi kognitif melalui

IGF-1; exercise tersebut juga berhubungan dengan inflamasi dimana kontraksi

otak memproduksi IL6, IL8, IL15, TNF α yang selanjutnya mempengaruhi fungsi

kognitif. Klotho protein/gen dapat dipengaruhi aktivitas fisik melalui faktor

pertumbuhan seperti IGF-1 dimana efek klotho pada otak tampak seperti

neuroprotektif dan mencegah kehilangan neuron dopaminergik dalam

substansia nigra. Dan yang terakhir exercise yang diperantarai oleh produksi

IGF-1 meregulasi kadar β amiloid melalui peningkatan clearance plexus

choroideus (Foster dkk, 2011) (Gambar 2).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

Gambar 2. Mekanisme Exercise mempengaruhi growth factor, klotho,

myokines dan pengaruhnya pada otak

Dikuti dari : Foster P. P, Rosenblatt K. P, Kuljiš R. O. 2011 . Exercise Induced Cognitive

Plasticity, Implications For Mild Cognitive Impairment And Alzheimer’s Disease. Frontiers In

Neurology Dementia:2:(28):1-10

II.3. LANJUT USIA

II.3.1. Definisi

Lanjut usia adalah dimana individu yang berusia di atas 60 tahun yang pada

umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,

psikologis, sosial, ekonomi. Sedangkan menurut United National (UN)

menyetujui bahwa usia 60 merupakan cuttof untuk usia tua pada populasi tua

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

(WHO,2010;Definition of an older or elderly person: Assosiasi Alzheimer

Indonesia).

Undang-undang Depkes RI , No. 4 tahun 1965 menjelaskan bahwa

seseorang dikatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai

umur 55 tahun ke atas, tidak mampu mencari nafkah sendiri dan memenuhi

kebutuhan hidup sendiri dan juga menerima nafkah. Sedangkan WHO dalam

depkes RI mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut: middle / young

elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antara 60-74 tahun, old usia antara

75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun (Aging process

2010).

II.4. INSTRUMENT

II.4.1. Mini Mental State Examination (MMSE)

Pemeriksaan status mental mini Folstein (Mini Mental State Examination:

MMSE) adalah test yang paling sering dipakai saat ini, penilaian dengan nilai

maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan

data dasar dan memantau penurunan kognisi. Nilai di bawah 27 dianggap

abnormal dan mengindikasikan gangguan kognisi yang signifikan pada

penderita berpendidikan tinggi. Penyandang d engan pendidikan yang rendah

dengan nilai MMSE paling rendah 24 masih dianggap normal, namun nilai yang

rendah ini mengidentifikasikan resiko untuk demensia (Asosiasi Alzheimer

Indonesia 2003).

Pada penelitian Crum R.M (1993) diperoleh median skor MMSE 29 pada

kelompok usia 18-24 tahun, median skor 25 pada kelompok usia > 80 tahun,

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

serta diperoleh data median skor 29 untuk kelompok dengan lama masa

pendidikan >9 tahun, median skor 26 untuk kelompok dengan lama masa

pendidikan 5-8 tahun dan median 22 untuk kelompok dengan lama masa

pendidikan 0-4 tahun.

II.4.2. Addenbrookes’s Cognitive Examination (ACE)

Addenbrookes’s Cognitive Examination adalah suatu instrument yang

digunakan untuk mendeteksi demensia yang sensitif dan spesifik, dimana

menggabungkan antara MMSE ,memperluas memori, bahasa, dan komponen

visuospatial dan menambahkan tes kefasihan lisan (Bayer dkk, 2004).

ACE ini mampu membedakan demensia termasuk penyakit Alzheimer

dan frontotemporal demensia (FTD). ACER membutuhkan waktu antara 12

dan 20 menit (rata-rata 16 menit) untuk mengelola dan skor dalam setting klinis.

ACER ini berisi 5 sub-skor, masing-masing mewakili satu kognitif/domain yaitu

perhatian /orientasi (18 poin), memori (26 poin), kelancaran (14 poin), bahasa

(26 poin)dan visuospatial (poin 16). ACER skor maksimum adalah 100. Untuk

penilaian ACER mempunyai cut-off 88 dan 82 diidentifikasi berdasarkan

perhitungan sensitivitas,spesifisitas dan nilai prediksi positif (PPV) ditingkat

prevalensi yang berbeda. Jika nilai verbal+language/orientasi+memori (VLOM

ratio) < 2,2 menunjukan frontotemporal demensia (FTD) dan VLOM ratio > 3,2

menunjukan suatu demensia Alzheimer (Mioshi dkk, 2006; Bier dkk, 2004).

II.4.3. The General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

The General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ) adalah

suatu instrument screening yang telah divalidasi yang dapat digunakan untuk

menilai pencegahan primer. Instrument ini digunakan pada orang dewasa untuk

melihat level aktivitas fisik, yang terdiri dari pertanyaan yang simpel yang berisi

tentang 4 level Physical Activity Index (PAI) dengan kategori Active, Moderately

Active, Moderately Inactive, dan Inactive. Instrument ini juga memberikan

informasi kepada dokter ketika ada peningkatan aktivitas fisik yang tidak sesuai.

Jika semua pasien mempunyai score dibawah active maka perlu diberi

dukungan untuk merubah kebiasaan agar lebih meningkatkan aktivitas fisik

(The General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ), 2009).

Level Physical Activity Index (PAI) yang terdiri dari :

1. In Active : Pekerjaan yang harus duduk terus, tanpa gerak badan atau

bersepeda

2. Moderately Active : Pekerjaan yang harus duduk terus, tetapi kurang dari

1 jam; badan dan/atau bersepeda per minggu ATAU pekerjaan yang

harus berdiri terus tanpa gerak badan atau bersepeda

3. Moderately Inactive : Pekerjaan yang harus duduk terus dan 1 sampai

2,9 jam gerak badan dan/atau bersepeda per minggu ATAU Pekerjaan

yang harus berdiri terus tetapi kurang dari 1 jam gerak badan dan/atau

bersepeda per minggu ATAU Pekerjaan yang membutuhkan fisik tanpa

gerak badan atau bersepeda

4. Active : Pekerjaan yang harus duduk terus dan lebih dari 3 jam gerak

badan dan/atau bersepeda per minggu ATAU Pekerjaan yang harus

berdiri terus dan 1 sampai 2,9 jam gerak badan dan/atau bersepeda per

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

minggu ATAU Pekerjaan yang membutuhkan fisik, sedikit tetapi lebih

dari 1 jam gerak badan dan/atau bersepeda per minggu ATAU Pekerjaan

yang memerlukan tenaga berat.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

2.5. KERANGKA TEORI

Aktivitas Fisik

Wueve dkk, 2004: hubungan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif diduga melaui pemeliharaan vaskularisasi otak melalui penurunan tekanan darah, memperbaiki lipoprotein, menghasilkan endothelial nitric oxide dan perfusi serebral yang adekuat  

synaptic reserve hypothesis

Bennett dkk, 2003: dijumpai adanya bukti yang kuat antara senile plaque dan level fungssi kognitif yang berbeda berdasarkan tingkat edukasi formal

Mental stimulation 

Dash dkk, 2005: orang yang beredukasi memiliki lebih banyak sinaps pada otak dan mampu untuk mengkompensasi dengan baik terhadap hilanganya suatu kemampuan dengan strategi alternative pada test-taking srategy 

Powers, R.E., 2006: Aktivitas fisik diduga meningkatkan produksi neural, proliferasi glial, produksi faktot tropik dan meningkatkan neurotransmitter serta dapat menurunkan atau menghilangkan penumpukan amiloid pada otak

synaptic reserve  

Vaskularisasi

FUNGSI KOGNITIF

Yaffe dkk, 2001: aktivitas fisik menstimulasi faktor tropik dan neuronal growth yang diduga dapat mencegah penurunan kognitif dan demensia

Penumpukan amiloid otak  

Lambourne, K., 2006: exercise memiliki hubungan dengan kapasitas working memory pada dewasa muda

Lee dkk, 2003: pendidikan sejak dini memiliki efek langsung pada struktur otak melalui peningkatan jumlah sinaps atau vaskularisasi dan membentuk cognitive reserve, serta efek stimulasi mental pada usia tua dimana dapat mempengaruhi neurokemikal

Angiogenesis 

Pendidikan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. AKTIVITAS FISIKrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27419/4/Chapter II.pdf · Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu ... pemeriksaan

2.6. KERANGKA KONSEPSIONAL

AKTIVITAS FISIK

TINGKAT PENDIDIKAN

FUNGSI KOGNITIF

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Universitas Sumatera Utara