bab ii tinjauan pustaka ii kajian... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui...

31
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia (Lanjut Usia) 2.1.1 Definisi Lansia Lansia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang perkembangannya dari anak-anak, dewasa yang akhirnya menjadi tua. Batasan lansia menurut World Health Organization (WHO) meliputi: (1) usia 60-74 tahun adalah lanjut usia (elderly), (2) usia 75-90 tahun adalah lanjut usia tua (old), (3) usia >90 tahun adalah sangat tua (very old) (WHO, 2012). 2.1.2 Karakteristik Lansia Menurut Keliat (1999) dalam Mariyam dkk (2008), lanjut usia memiliki beberapa karakteristik diantaranya adalah; Pertama, orang berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan); Kedua, kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif; ketiga, lingkungan dan tempat tinggal yang bervariasi. Adapun ciri-ciri pada lansia sehingga akan berdampak terhadap respon yang dihadapi,seperti:

Upload: hoangthu

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia (Lanjut Usia)

2.1.1 Definisi Lansia

Lansia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini

dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya

perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Lansia

merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang perkembangannya dari

anak-anak, dewasa yang akhirnya menjadi tua. Batasan lansia menurut World

Health Organization (WHO) meliputi: (1) usia 60-74 tahun adalah lanjut usia

(elderly), (2) usia 75-90 tahun adalah lanjut usia tua (old), (3) usia >90 tahun

adalah sangat tua (very old) (WHO, 2012).

2.1.2 Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Mariyam dkk (2008), lanjut usia memiliki

beberapa karakteristik diantaranya adalah; Pertama, orang berusia lebih dari 60

tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan); Kedua,

kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif; ketiga, lingkungan dan tempat tinggal yang bervariasi.

Adapun ciri-ciri pada lansia sehingga akan berdampak terhadap respon yang

dihadapi,seperti:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

9

1. Usia dan Jenis Pekerjaan

Semakin bertambahnya usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima

cobaan. Hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa

hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat

individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua (Cox, 1984 dalam

Tamher & Noorkasiani, 2011). Usia adalah lamanya kehidupan yang dihitung

berdasarkan tahun kelahiran sampai dengan ulang tahun terakhir. Oleh sebab

itu, tidak dibutuhkan suatu kompensasi terhadap kehilangan, seperti pensiun

dari peran sosial karena menua. Keterkaitannya dengan jenis pekerjaan juga

membawa dampak yang berarti (Darmojo dkk, 1999 dalam Tamher &

Noorkasiani, 2011).

2. Jenis Kelamin

Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang

digunakan, menyatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa

ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih

baik dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tanda-tanda depresi pria

(pria 43% dan wanita 42%), menunjukkan kelakuan/tabiat buruk (pria 7,3%

dan wanita 3,7%), serta cepat marah irritable (pria 17,2% dan wanita 7,1%).

Jadi dapat diasumsikan bahwa wanita lebih siap dalam menghadapi masalah

dibandingkan laki-laki, karena wanita lebih mampu menghadapi masalah

daripada laki-laki yang cenderung lebih emosional (Darmojo dkk, 1999 dalam

Tamher & Noorkasiani, 2011).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

10

3. Gangguan Psikologis

Pada lansia akan mengalami berbagai masalah psikologis yang dapat

mempengaruhi keseimbangan dinamis yang akan menyebabkan risiko jatuh

tinggi. Gangguan-gangguan psikologis seperti gangguan persepsi (halusinasi

dan ilusi), gangguan sensorik dan kognitif, gangguan kesadaran, gangguan

orientasi (kecemasan dan kepribadian), gangguan daya ingat, dan gangguan

fungsi intelektual (konsentrasi, informasi, dan kecerdasan) (Ary, 2012).

2.1.3 Proses Penuaan

Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak

mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak

semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun

proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorang pun

mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua

pada usia yang berbeda-beda. Teori penuaan sampai saat ini juga belum ada yang

menerangkan secara keseluruhan tentang fenomena ini (Pudjiastuti & Utomo,

2003).

Adapun faktor yang mempengaruhi penuaan adalah dimana penuaan dapat

terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati dalam mengidentifikasi

penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological aging),

diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat (healthy aging). Penuaan itu sesuai

dengan kronologis usia (penuaan primer), dipengaruhi oleh faktor endogen,

perubahan dimulai dari sel-jaringan-organ-sistem pada tubuh (Pudjiastuti &

Utomo, 2003).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

11

Bila penuaan banyak dipengaruhi oleh faktor eksogen, yaitu lingkungan,

sosial budaya, dan gaya hidup disebut penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuai

dengan kronologis usia dan patologis. Faktor eksogen juga dapat mempengaruhi

faktor endogen sehingga dikenal dengan faktor risiko. Faktor risiko tersebut yang

menyebabkan terjadinya penuaan patologis (pathological aging) (Pudjiastuti &

Utomo, 2003).

Penuaan sekunder yaitu ketidakmampuan yang disebabkan oleh trauma atau

sakit kronis, mungkin pula terjadi perubahan degeneratif yang timbul karena stres

yang dialami oleh individu. Stres itu dapat mempercepat penuaan dalam waktu

tertentu. Degenerasi akan bertambah apabila terjadi penyakit fisik yang

berinteraksi dengan lansia (Pudjiastuti & Utomo, 2003).

Penuaan Primer Faktor Endogen

Sel Jaringan Organ Sistem

Penuaan Sehat

Lingkungan Gaya hidup

Penuaan Sekunder Faktor Eksogen

Gambar 2.1

Proses Penuaan Sehat dengan Faktor yang Mempengaruhi

Sumber: Pudjiastuti & Utomo, 2003

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

12

2.1 Keseimbangan

2.2.1 Definisi Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan

tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Dellito, 2003). Menurut Ann

Thomson, keseimbangan adalah mampu mempertahankan tubuh dalam posisi

statis atau dinamis, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal.

Keseimbangan juga bisa diartikan kemampuan dalam menjaga center of mass

(COM) tubuh agar tetap berada di batas base of support (BOS), dimana

keseimbangan sangat penting bagi seseorang dalam menjalankan aktivitas

fungsional seperti fungsi mobilitas (Sibley dkk, 2011).

Sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu akan mendukung berbagai gerakan

di setiap segmen tubuh untuk terciptanya keseimbangan. Adanya kemampuan

menyeimbangkan antara massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat

manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. Keseimbangan

terbagi atas 2 kelompok, yaitu keseimbangan statis: kemampuan tubuh untuk

menjaga kesetimbangan pada posisi tetap, sedangkan keseimbangan dinamis

adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak

(Abrahamova & Hlavacka, 2008).

2.2.2 Fisiologi Keseimbangan

Bagian paling penting dari berbagai komponen fisiologis pada tubuh manusia

dalam melakukan reaksi keseimbangan adalah proprioseptif. Kemampuan untuk

merasakan posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown dkk, 2006).

Peningkatan keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa jenis reseptor sensorik

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

13

pada kulit, otot, kapsul sendi, dan ligamen yang memberikan tubuh kemampuan

untuk mengenali perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal pada

setiap sendi (Riemann dkk, 2002a).

Proprioseptif dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular, dan

sistem sensorimotor, yang masing-masing memiliki peran penting dalam menjaga

stabilitas postural. Paling diperhatikan dalam meningkatkan proprioseptif adalah

fungsi dari sistem sensorimotor meliputi integrasi sensorik, motorik, dan

komponen pengolahan yang terlibat dalam pertahanan homeostasis selama tubuh

bergerak. Sistem sensorimotor mencakup informasi yang diterima melalui

reseptor saraf yang terletak di ligamen, kapsul sendi, tulang rawan, dan geometri

tulang yang terlibat dalam struktur setiap sendi (Riemann dkk, 2002a).

Mechanoreceptors sensorik bertanggung jawab secara kuantitatif terhadap

peristiwa hantaran mekanis yang terjadi dalam jaringan menjadi impuls saraf

(Riemann dkk, 2002b). Mereka yang bertanggung jawab untuk proprioception

yang terletak pada sendi, tendon, ligamen, dan kapsul sendi sementara tekanan

reseptor sensitif terletak di fasia dan kulit (Riemann dkk, 2002a). 4 jenis utama

dari mechanoreceptors yang membantu dalam proprioception yaitu reseptor

ruffini, reseptor pacinian, Golgi-tendonorgan (GTO), dan muscle spindle. Ruffini

dan pacinian reseptor berhubungan dengan sensasi sentuhan dan tekanan pada

umumnya terletak di kulit (Shier dkk, 2004). Reseptor ruffini dianggap sebagai

reseptor statis dan dinamis. Melalui perubahan impuls maka terjadi perubahan

gerak statis dan dinamis pada kulit dan sangat sensitif terhadap peregangan

(Rieman dkk, 2002a). Sementara itu reseptor pacinian mendeteksi tekanan berat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

14

untuk mengenali perubahan percepatan dan perlambatan gerak (Shier dkk, 2004).

GTOs berada di persimpangan musculotendinous dan bertanggung jawab untuk

memantau kekuatan kontraksi otot untuk mencegah otot dari kelebihan beban

(Brown dkk, 2006). Terhubung ke satu serat otot dan diinervasi oleh neuron

sensorik, GTOs memiliki ambang batas yang tinggi dan dirangsang oleh

ketegangan otot yang meningkat. Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh sistem

indera yang terdapat di tubuh manusia bekerja secara bersamaan, jika salah satu

sistem mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada

tubuh (inbalance), sistem indera yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti

visual, vestibular, dan somatosensory (tactile dan proprioceptive) (Shier dkk,

2004).

2.2.3 Komponen Pengontrol Keseimbangan

1. Sistem Informasi Sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Keseimbangan

akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus

pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai

monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Sistem visual

memberikan informasi mengenai (1) posisi kepala; (2) penyesuaian kepala

untuk mempertahankan penglihatan dan; (3) mengatur arah dan kecepatan

pergerakan kepala karena ketika kepala bergerak, objek sekitar berpindah

dengan arah yang berlawanan (Kisner & Colby, 2007).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

15

Penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan

mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan

muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari objek sesuai jarak

pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan ketika

terjadi perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan

kerja otot yang sinergis dalam mempertahankan keseimbangan tubuh

(Kisner & Colby, 2007).

b. Sistem Vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi

penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata.

Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga yang meliputi canalis

semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Canalis semisirkularis berfungsi

terhadap keseimbangan dinamis (keseimbangan saat bergerak) seperti

ketika berjalan atau dalam keadaan tidak seimbang (tergelincir dan

tersandung), sedangkan fungsi dari utrikulus dan sakulus terletak pada

keseimbangan statis, yaitu berperan terhadap kontrol postur dan monitoring

kepala. Jika terdapat gangguan maka respon otoliths (utrikulus dan sakulus)

begitu lamban pada pergerakan kepala dan kontrol postur (Kisner & Colby,

2007).

Reseptor dari sistem sensoris disebut dengan sistem labyrinth. Sistem

labyrinth mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan

sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata,

terutama ketika melihat objek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

16

melalui saraf kranialis VIII ke nucleus vestibular yang berlokasi di batang

otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke

cerebelum, formatio reticularis, thalamus dan corteks cerebri (Kisner &

Colby, 2007).

Nucleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,

retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular

kemudian menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke

motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada

leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular

bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan

tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Watson dkk, 2008).

c. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri atas taktil atau proprioseptif dan persepsi-

kognitif. Informasi proprioseptif disalurkan ke otak melalui kolumna

dorsalis medulla spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif

menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui

lemniskus medialis dan thalamus (Willis, 2007).

Input-input somatosensori terdiri atas aktivitas serabut otot,

proprioseptif, dan reseptor cutaneus pada ekstremitas bagian bawah,

ditambah sensasi vibrasi. (Guccione dkk, 2012; Kisner & Colby 2007).

Input proprioseptif dan kutaneus merupakan informasi sensori yang utama

untuk memelihara keseimbangan (Guccione dkk, 2012).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

17

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

bergantung pada impuls yang datang dari alat indera dalam dan sekitar

sendi. Alat indera tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi

lambat di sinovial dan ligamentum. Impuls dari alat indera ini dari reseptor

raba di kulit dan jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi

kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang (Guccione dkk, 2012).

2. Respon Otot-Otot Postural yang Sinergis

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari

aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan

dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun

bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur

keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam

berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural

bekerja secara sinergis sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya

gravitasi, dan aligment tubuh (Kisner & Colby, 2007).

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan

dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi

gerak tertentu (Kisner & Colby, 2007).

3. Kekuatan Otot

Pada saat melakukan aktivitas, kekuatan otot sangat diperlukan. Semua

gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya suatu peningkatan tegangan

otot sebagai respon motorik (Kisner & Colby, 2007).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

18

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban

baik berupa beban internal (internal force) maupun beban eksternal (external

force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskular yaitu

seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktivasi otot untuk melakukan

kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktivasi, maka semakin

besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut (Kisner & Colby, 2007).

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot

tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya

gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara berkelanjutan mempengaruhi

posisi tubuh (Kisner & Colby, 2007).

4. Sistem Saraf Pusat (Central Processing)

Pada sistem saraf pusat terdapat central processing. Central processing

berfungsi untuk menentukan titik tumpu tubuh dan alligment gravitasi pada tubuh,

membentuk kontrol postur yang baik, dan mengorganisasikan respon

sensorimotor yang dibutuhkan oleh tubuh (Kisner & Colby, 2007).

Respon motorik yang juga dihasilkan oleh sistem saraf pusat sesuai untuk

menjaga postur tubuh agar tetap seimbang (Kauffman dkk, 2007). Sistem saraf

pusat menerima input sensorik, menginterpretasikan, dan mengintegrasikan

kemudian menghubungkan pada sistem neuromuskular untuk memberikan output

motorik yang korektif yaitu mampu menciptakan keseimbangan yang baik ketika

dalam keadaan bergerak (dinamis) ataupun keadaan diam (statis). Beberapa

komponen dalam sistem saraf pusat yang terlibat dalam proses kontrol postural

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

19

yaitu corteks, thalamus, basal ganglia, vestibular nucleus, dan cerebellum

(Guccione dkk, 2012).

5. Range of Motion (ROM)

Luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh sendi. ROM juga

merupakan ruang gerak suatu kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah

otot tersebut memendek atau memanjang secara penuh atau tidak sehingga

berpengaruh terhadap keseimbangan (Kisner & Colby, 2007).

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan

1. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua objek maupun benda, pusat gravitasi

terletak pada titik tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada

tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh

selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Gangguan

keseimbangan dapat terjadi oleh karena adanya perubahan postur sebagai

akibat dari perubahan titik pusat gravitasi. Pada manusia, pusat gravitasi

berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia

ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang

vertebra sacrum kedua (Bishop & Hay, 2009).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

20

Gambar 2.2

Pusat Gravitasi

Sumber: Dhaenkpedro, 2009

Pusat gravitasi pada tubuh sangat penting diperhatikan untuk meningkatkan

keseimbangan. Keseimbangan ini pun dapat diperkuat dengan adanya otot-otot

dari leher serta stabilitator utama (core stability) dan juga otot tungkai yang

merupakan otot yang sangat penting untuk mempertahankan tubuh agar tetap

seimbang. Otot ini sangat penting dilatih dan diperkuat untuk dapat

mempertahankan keseimbangan tubuh (Bishop & Hay, 2009).

2. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat

gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi

dengan bidang tumpu akan menentukan derajat stabilitas tubuh (Bishop & Hay,

2009).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

21

Gambar 2.3

Garis Gravitasi

Sumber: Dhaenkpedro, 2009

3. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan

permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh

dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area

bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.

Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan

satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas

tubuh makin tinggi (Yi, 2009).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

22

Gambar 2.4

Bidang Tumpu (Base of Support-BOS)

Sumber: Dhaenkpedro, 2009

2.3 Proses Penurunan Keseimbangan pada Lansia

Penurunan keseimbangan pada lansia disebabkan oleh berbagai macam faktor

diantaranya adalah adanya gangguan pada sistem sensorik, gangguan pada sistem

saraf pusat (SSP) maupun adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal

(Nugroho, 2008). Gangguan pada sistem sensorik meliputi sistem visual,

vestibular dan somatosensoris. Sistem visual merupakan penyumbang utama

untuk menyeimbangkan, memberikan informasi tentang lingkungan, lokasi

seseorang, arah serta kecepatan gerakan seseorang dalam lingkungan. Ketajaman

visual dan kepekaan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Akibatnya,

lansia cenderung memiliki kemampuan yang kurang untuk menggunakan isyarat

visual untuk mengontrol keseimbangan (Rogers, 2012).

Sistem vestibular salah satu komponennya yaitu mendeteksi gerakan kepala

dalam kaitannya dengan gravitasi, seperti derajat dan arah kemiringan kepala,

komponen lainnya adalah canalis semisirkularis yaitu kanal berisi cairan yang

terdiri dari 3 lingkaran yang diposisikan dalam 3 bidang yang berbeda. Cairan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

23

dalam kanal ini memicu reseptor untuk mengirimkan informasi ke otak. Sekitar

usia 40 tahun, neuron vestibular mulai menurun baik dalam jumlah dan ukuran,

sehingga berbagai gangguan muncul termasuk pusing yang akan menyebabkan

gangguan keseimbangan (Rogers, 2012).

Sistem somatosensori memberikan informasi tentang posisi tubuh dan kontak

dari kulit melalui tekanan, getaran, taktil sensori, serta proprioseptor sendi dan

otot. Sensasi kulit melalui sentuhan, getaran dan tekanan sensor penting dalam

semua aktivitas hidup sehari-hari, terutama yang melibatkan gerakan. Sensitivitas

kulit berkurang dengan bertambahnya usia. Kurangnya masukan dari taktil,

tekanan dan getaran reseptor membuatnya sulit untuk berdiri atau berjalan dan

mendeteksi perubahan dalam pergeseran, yang penting dalam menjaga

keseimbangan (Rogers, 2012).

Gangguan pada sistem muskuloskeletal berperan besar terhadap peningkatan

risiko jatuh pada usia lanjut (faktor murni milik lanjut usia). Atrofi otot yang

terjadi pada lansia menyebabkan penurunan kekuatan otot. Kelemahan otot-otot

utamanya otot-otot ekstremitas bawah dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan sehingga dapat mengakibatkan kelemahan bergerak, langkah

pendek-pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan

cenderung tampak goyah, susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi

gangguan seperti terpeleset dan tersandung. Beberapa indikator ini dapat

meningkatkan risiko jatuh pada lansia (Rogers, 2012).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

24

2.4 Pelatihan Core Stability Exercise

2.4.1 Definisi

Core Stability adalah kemampuan mengontrol posisi dan gerak dari trunk

sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal. Aktivitas

core stability akan memelihara postur yang baik dalam melakukan gerak serta

menjadi dasar untuk semua gerakan pada lengan dan tungkai. Menurut Kibler,

2006, peningkatan pola aktivasi core stability juga menghasilkan peningkatan

level aktivasi pada ekstremitas sehingga mengembangkan kapabilitas untuk

menggerakkan ekstremitas. Core stability merupakan komponen penting dalam

memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas

secara efisien (Ahmadi dkk, 2012).

2.4.2 Aktivasi Otot-Otot Core

Otot core yang terlibat diantaranya adalah otot quadratus lumborum fungsi

utamanya sebagai stabilisator saat aktivasi dari bidang frontal. Aktivasi otot

quadratus lumborum terjadi pada gabungan gerakan fleksi, ekstensi dan lateral

fleksi saat menopang spine pada bidang gerak. Otot-otot pelvic floor dan

abdominal diperlukan untuk meningkatkan tekanan intra abdominal dan

memberikan rigiditas cylinder untuk menopang trunk, menurunkan beban pada

otot-otot spine dan meningkatkan stabilitas trunk. Kontribusi diafragma pada

tekanan intra abdominal penting dalam menginervasi gerakan-gerakan dari

ekstremitas, sehingga trunk menjadi stabil (Hopkins, 2009).

Otot abdominal terdiri dari otot tranversus abdominalis, internal obliques,

external obliques dan rectus abdominalis. Kontraksi tranversus abdominalis

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

25

meningkatkan tekanan intra abdominal dan tekanan fascia thorakolumbal.

Kontraksi otot abdominal menghasilkan sebuah rigid cylinder yang meningkatkan

kekakuan (stiffness) dari lumbar spine. Otot oblique abdominal dan rectus

abdominalis mengaktivasi pola yang spesifik dengan berperan penting terhadap

gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan postural support sebelum

anggota gerak bawah bergerak. Oleh karena itu, kontraksi yang meningkatkan

tekanan intra abdominal terjadi sebelum inisiasi gerakan segmen yang besar pada

anggota gerak atas (Hopkins, 2009).

Spine (core of the body) terjadi stabilisasi sebelum adanya gerakan-gerakan

pada anggota gerak yang terjadi untuk membuat angggota gerak menjadi lebih

stabil dalam melakukan gerakan dan aktivitas otot. Pada sebagian kecil, short

muscle seperti otot multifidus memberikan stabilisasi otot-otot pada single joint

maupun multiple joint yang berfungsi untuk bekerja lebih efisien dalam

mengontrol gerakan spine. Secara klinis dapat dilihat bahwa dengan hanya sebuah

peningkatan kecil dalam mengaktifkan otot multifidus dan abdominal membuat

segmen spinal menjadi stiffness. Pola aktivasi sinergis yang meliputi otot-otot

abdominalis, diaphragma dan pelvic floor memberikan base of support pada

seluruh trunk dan otot spinalis. Dalam membentuk base of support yang baik juga

dipengaruhi gabungan struktur hip dan pelvic dari keduanya (Fredericson dkk,

2005).

Hip dan pelvic terdapat gabungan otot-otot besar pada daerah crosssectional.

Seperti halnya otot gluteus merupakan stabilisator dari trunk sampai ke dasar kaki

dan menyediakan power untuk gerakan melangkah ke depan. Area hip atau trunk

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

26

juga mengkontribusi sekitar 50% energi kinetik dan force sepenuhnya untuk

gerakan mengayun (Fredericson dkk, 2005).

2.4.3 Mekanisme Core Stability Exercise

Fascia thorakolumbar adalah struktur penting yang mempengaruhi core

stability. Fascia thorakolumbar menghubungan ekstremitas bawah (melalui m.

gluteus maximus) ke ekstremitas atas (melalui m. latisimus dorsi). Core dalam

hubungan ini termasuk dalam intergritas rangkaian kinetik seperti melangkah

(Suadnyana, 2014).

Core Stability merupakan co-activation dari otot-otot bagian dalam dari

lower trunk untuk mengontrol perpindahan berat badan dan melangkah selama

proses berjalan. Inisiasi awalan dalam persiapan bergerak selalu didasari dari

adanya tonus postural, seperti ko-aktivasi dari abdominal dan multifidus untuk

stabilisasi trunk dan kepala selama inisiasi tubuh atau fasilitasi anggota gerak saat

beraktivitas (Suadnyana, 2014).

Aktivasi core stability dipengaruhi fungsi ventromedial system yaitu sistem

untuk menangani daerah-daerah proksimal sebagai stabilisasi dimana banyak otot

anti gravitasi yang tidak bekerja. Retikulospinalis dan vestibulo sistem

berkontribusi dalam stabilisasi midline, kontrol postur dan tonus. Sehingga

membuat stabilisasi pada core untuk integrasi dari bagian proksimal dan distal.

Mekanisme otot-otot besar dalam core pusat (centre of core) membuat sebuah

rigid cylinder dan sebuah gerakan besar dalam gangguan inersia tubuh yang

berlawanan ketika masih dalam keadaan yang stabil dalam mobilisasi distal. Core

pusat juga merupakan tempat motor terbanyak dari perkembangan tekanan dalam

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

27

core tengah (central core), terdapat sedikit perubahan dalam rotasi mengitari

pusat core (pusat tubuh/central core) untuk memberikan perubahan besar dalam

rotasi di bagian-bagian distal. Perpindahan saat melangkah merupakan bagian dari

aktivasi otot-otot core yang saling bersinergis (Suadnyana, 2014).

Aktivasi otot-otot core digunakan untuk menghasilkan rotasi spine. Core

stability dan kekuatan adalah komponen yang penting untuk memaksimalkan

efisiensi keseimbangan dan fungsi pada gerakan upper dan lower ekstremitas.

Core stability adalah gambaran latihan untuk otot-otot abdominal dan pelvic

region. Latihan core stability berfungsi meningkatkan keseimbangan dengan

peningkatan kekuatan otot-otot khususnya otot area lumbal spine (Kahle, 2009).

Sehingga core stability yang baik akan menstabilkan segmen vertebra kemudian

gerak ekstremitas secara dynamic akan lebih efisien. Dinamik kontrol postural

berperan dalam tugas fungsional yang berguna untuk gerakan fungsional.

Aktivitas dinamik menyebabkan COG berpindah sebagai respon terhadap

aktivitas muskular. Kontrol dinamik penting dalam banyak fungsi juga

membutuhkan integrasi proprioceptif, ROM dan kekuatan karena keseimbangan

dinamis penting dalam kehidupan sehari-hari (Suadnyana, 2014).

Dalam melakukan gerakan core stability exercise terdapat beberapa macam

latihan diantaranya adalah :

a) Seated Abdominal Contraction

Posisi tubuh duduk pada kursi, usahakan punggung tidak menempel pada

sandaran belakang kursi kemudian kaki menempel pada lantai. Posisi kepala

lurus ke depan dan letakkan tangan di bawah pusar. Tarik nafas panjang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

28

rasakan jalannya nafas dari perut hingga masuk ke tulang belakang, tahan 5

hingga 10 detik kemudian hembuskan serta ulangi 10 kali. Latihan ini

merupakan latihan awal core stability untuk lansia yang berguna untuk

penguatan otot-otot abdominal dan tulang belakang (Suadnyana, 2014).

b) Seated Oblique Twist

Posisi duduk pada kursi, punggung menempel pada sandaran belakang

kursi kemudian posisi kaki menempel pada lantai. Posisi jari-jari tangan

berada di belakang kepala lalu putar tubuh ke arah kanan dan kiri. Posisi

punggung dan kepala tetap tegak. Gerakan yang dilakukan harus konstan.

Latihan ini tidak mengutamakan kecepatan, tetap pelan dan konstan ulangi 10

kali. Latihan ini merupakan penguatan pada otot-otot punggung (m.erector

spine, latissimus dorsi, dan seratus posterior), m.intercostalis, dan m.quadratus

lumborum (Suadnyana, 2014).

c) Leg Lifts

Posisi berbaring terlentang dengan posisi kaki lurus santai kemudian tekuk

kaki sebelah kiri sedangkan kaki kanan diangkat sekitar 5 inchi dari lantai,

tahan hingga 3 hitungan dan ulangi pada sisi kaki yang berlawanan. Ulangi

lima kali di setiap sisi. Target latihan ini adalah otot perut bagian bawah dan

panggul (Suadnyana, 2014).

d) Bridge exercise

Gerakan pada bridge exercise dilakukan dengan posisi tidur terlentang dan

tumit menumpu menahan berat badan lalu tangan diletakan di samping atau di

atas tubuh lalu mulai mengangkat pantat pertahankan 15-60 detik.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

29

Latihan ini ditujukan untuk penguatan m. gluteus maximus, m. hamstring,

m.erector spine dan m.multifidus. Latihan ini untuk meningkatkan core dan

stabilisasi tulang belakang. Pertahankan posisi selama 15-60 detik dengan

tetap mempertahankan posisi (Suadnyana, 2014).

e) Lying Spinal Rotation

Posisi berbaring dengan punggung menempel pada lantai dan kedua

tungkai diluruskan ke arah luar sejajar bahu. Buang nafas dan angkat lutut kiri

ke arah dada dan silangkan lutut kiri ke arah atas tubuh sisi sebelah kanan.

Tengokkan kepala ke sisi kiri, atau sisi yang berlawanan, saat rileks dalam

posisi stretch lalu tahan posisi stretch selama 30 detik, rileks, dan lakukan

gerakan pada sisi yang lain. Latihan ini bertujuan untuk penguluran otot psoas

mayor (Suadnyana, 2014).

2.4.4 Teknik Aplikasi

a) Memberikan penjelasan tentang teknik melakukan latihan core stability.

b) Sampel diinstruksikan untuk melakukan latihan-latihan core stability yang

sebelumnya diperagakan oleh peneliti, lalu tahan sampai waktu yang

ditentukan oleh peneliti.

c) Stopwatch digunakan oleh terapis untuk mengukur lamanya sampel

mampu mempertahankan gerakan tersebut. Jika sampel jatuh atau berhenti

maka stopwatch juga diberhentikan dan latihan diulang kembali sampai

terciptanya suatu tahanan yang bagus. Terapis mencatat setiap perubahan

yang ada saat latihan yang digunakan sebagai evaluasi untuk setiap kali

latihan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

30

d) Latihan ini dilakukan sebanyak 2 set dan setiap set dilakukan latihan

selama 10 menit dengan 5 jenis gerakan, dan setiap gerakan dilakukan

selama 2 menit serta diselingi istirahat selama 1 menit dengan intensitas

mudah, dan dilakukan tiga kali seminggu.

e) Dosis

Frekuensi : 3x seminggu

Intensitas : 2 set latihan

Time : 10 menit latihan (intermitten)

Latihan : 1 menit/gerakan

Rest : 1 menit

(Suadnyana, 2014)

2.5 Pelatihan Balance Strategy Exercise

2.5.1 Definisi

Pelatihan Balance Strategy Exercise adalah serangkaian gerakan yang

dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keseimbangan dinamis melalui

stretching maupun strengthening (Kloos & Heiss, 2007). Menurut Jowir, 2009

balance exercise adalah latihan khusus untuk membantu meningkatkan kekuatan

otot pada anggota gerak bawah dan sistem vertibular atau keseimbangan tubuh.

Ada beberapa gerakan yang digunakan dalam balance exercise, diantaranya

plantar flexion, hip flexion, knee flexion, and side leg raise. Gerakan-gerakan ini

berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot pada anggota tubuh bagian bawah

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

31

(lower exercise) yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keseimbangan

dinamis pada lansia (Kusnanto dkk, 2007).

Dalam gerakan balance exercise dimana terdapat gerakan pada ekstremitas

bawah tubuh. Gerakan plantar fleksi didapatkan gerakan yang mengkontraksikan

otot gastrocnemius dan soleus, pada gerakan knee fleksi ada penguluran pada grup

otot hamstring, sedangkan hip fleksi lebih pada latihan kontraksi secara aktif

untuk otot-otot gluteus maximus, sedangkan side leg rise untuk mengkontraksikan

otot tensor facia latae (Masitoh, 2013).

2.5.2 Teknik dan Aplikasi Balance Strategy Exercise

Adapun dalam melakukan gerakan balance strategy exercise terdapat

beberapa macam latihan diantaranya yaitu:

1) Latihan strategi pergelangan kaki (ankle strategy exercise)

Ankle strategy exercise menekankan pada kontrol goyangan postural dari

ankle dan kaki. Ankle strategy exercise berfungsi untuk menjaga pusat gravitasi

tubuh, yaitu ketika membangkitkan putaran pergelangan kaki terhadap

permukaan penyangga dan menetralkan sendi lutut dan sendi panggul untuk

menstabilkan sendi proksimal. Saat latihan kepala dan panggul bergerak

dengan arah dan waktu yang sama dengan gerakan bagian tubuh lainnya di atas

kaki. Pada goyangan ke depan, respon sinergis otot normal pada latihan ini

mengaktifkan otot gastrocnemius, hamstring dan otot-otot ekstensor batang

tubuh. Pada respon goyangan ke belakang, mengaktivasi otot tibialis anterior,

otot quadricep diikuti otot abdominal. Ankle strategy umumnya digunakan

untuk mengontrol gerakan bergoyang ketika berdiri tegak atau bergoyang

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

32

melalui rentang gerakan yang sangat kecil dan digunakan pada tingkat bawah

sadar untuk mengembalikan keseimbangan setelah cidera kecil atau dorongan.

Faktor-faktor yang mampu membatasi kemampuan untuk menggunakan latihan

ini yaitu efektif memerlukan jangkauan gerak yang memadai dan kekuatan

sendi pada pergelangan kaki, permukaan alas yang luas, adanya tingkat sensasi

yang baik pada kaki dan pergelangan kaki. Gerakan ankle strategy exercise

dimulai dengan memindahkan berat tubuh ke bagian depan pergelangan kaki

dan ditahan selama 10 detik, kemudian dipindahkan ke bagian kanan

pergelangan kaki, tahan selama 10 detik, lalu pindahkan ke bagian belakang,

tahan selama 10 detik, serta ke bagian kiri pergelangan kaki, tahan selama 10

detik. Pelatihan ini digunakan pada perubahan bidang tumpu yang cukup kecil

dan bertujuan untuk mengaktivasi otot-otot ekstremitas bawah yang melewati:

otot paha, lutut, kaki, dan telapak kaki (Yuliana, 2014). Ankle strategy exercise

dijabarkan melalui Gambar 2.5.

Gambar 2.5

Ankle Strategy Exercise

Sumber: Yuliana, 2014

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

33

2) Latihan strategi pinggul (hip strategy exercise)

Hip strategy exercise menggambarkan kontrol goyangan postural dari

pelvis dan trunkus. Kepala dan pinggul dengan arah yang berlawanan. Hip

strategy exercise mengandalkan gerakan batang tubuh yang cepat untuk

membangkitkan gaya gesek/gerakan horizontal melawan landasan penyangga

untuk menggerakkan pusat gravitasi. Dalam hal ini bila permukaan landasan

penyangga digerakkan ke belakang, subjek miring ke depan pada sendi panggul

dengan mengaktifkan otot-otot abdominal dan otot quadricep, tibialis anterior.

Strategi ini diobservasi bila goyangan besar, cepat dan mendekati batas

stabilitas, atau jika berdiri pada permukaan sempit dan tidak stabil untuk

memberikan pengimbangan tekanan. Pelatihan ini dimulai dengan

mencondongkan tubuh ke bagian depan dan ditahan selama 10 detik, kemudian

berat tubuh dibawa ke belakang dan ditahan selama 10 detik. Pelatihan ini

bertujuan untuk mempertahankan pusat gravitasi tubuh terhadap bidang tumpu

ketika tubuh mendapatkan guncangan akibat bidang tumpu yang tidak stabil

(Yuliana, 2014). Hip strategy exercise dijabarkan melalui Gambar 2.6.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

34

Gambar 2.6

Hip Strategy Exercise

Sumber: Yuliana, 2014

3) Latihan strategi melangkah (stepping strategy exercise)

Stepping strategy exercise menggambarkan tahapan dengan kaki atau

menjangkau dengan lengan dan mencoba untuk memperbaiki landasan

penyangga baru dengan mengaktifkan anggota gerak bila titik berat melampaui

landasan penyangga semula. Strategi melangkah dilakukan sebagai upaya

dalam merespon gangguan yang menyebabkan subjek goyang melebihi batas

stabilitas. Dalam keadaan demikian, melangkah yang harus dilakukan untuk

mendapatkan kembali keseimbangan. Pelatihan ini dimulai dengan posisi kaki

kanan berada di depan kaki kiri berhimpitan satu sama lain dan dipertahankan

posisi selama 10 detik, kemudian lakukan latihan berjalan dengan kaki

berhimpitan satu sama lainnya. Pelatihan ini bertujuan untuk menjaga

keseimbangan dinamis saat berjalan (Yuliana, 2014). Stepping strategy

exercise dijabarkan melalui Gambar 2.7.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

35

Gambar 2.7

Stepping Strategy Exercise

Sumber: Yuliana, 2014

2.5.3 Mekanisme Balance Strategy Exercise

Dalam mempertahankan keseimbangan postural, lansia membutuhkan

informasi tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan sekitarnya yang

didapat dari reseptor sensoris perifer yang terdapat pada sistem visual, vestibular

dan proprioseptif. Dari ketiga jenis reseptor ini, vestibular memiliki kontribusi

yang paling besar dalam mempertahankan keseimbangan, disusul oleh visual dan

proprioseptif. Kondisi lingkungan di sekitar lansia dapat berada dalam keadaan

stabil maupun tidak stabil. Keadaan yang mampu menyebabkan kondisi

lingkungan sekitar menjadi tidak stabil misalnya gerakan objek yang cepat,

permukaan lantai yang bergerak (Kusnanto dkk, 2007).

Systematical review yang dikemukakan oleh Horak (2006) dan metaanalisis

Sibley dkk (2015) menyatakan bahwa terdapat 6 dasar penyusun sistem kontrol

postural, meliputi: (1) kendala biomekanik, terkait kekuatan otot dan limit of

stability yaitu kemampuan seseorang dalam menggerakkan pusat gravitasi tubuh

dan mengontrol keseimbangan tanpa merubah bidang tumpu, (2) strategi gerakan

berupa feedback yaitu respon postural otomatis berupa respon protektif dan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

36

korektif terkait adanya perturbance atau gangguan dan feedforward yaitu

pengaturan sistem saraf pusat dalam mengatur respon postural saat mengantisipasi

perpindahan posisi tertentu, (3) strategi sensoris meliputi: sensory integration,

yaitu kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan input sensoris yang

membawa informasi terkait perubahan posisi tubuh yang berasal dari input visual,

vestibular, dan somatosensoris, serta sensory re-weighting, yaitu kemampuan

untuk meningkatkan nilai sensorik bergantung pada seberapa penting konteks

sensori dalam menjaga stabilitas, (4) orientasi ruang, yaitu kemampuan untuk

mengarahkan bagian tubuh sehubungan dengan gravitasi, bidang tumpu, sistem

visual, dan sumber internal, (5) kontrol dinamik, dan (6) proses kognitif terkait

perhatian dan proses pembelajaran (Satria, 2015).

Bentuk latihan ini telah dirangkai untuk memungkinkan memberikan efek

pada sistem visual, vestibular, somatosensoris, maupun muskularnya. Ketika otot

sedang berkontraksi, sintesis protein kontraktil otot berlangsung jauh lebih cepat

dari penghancurannya sehingga menghasilkan filamen aktin dan miosin yang

bertambah banyak secara progresif dalam miofibril. Kemudian miofibril itu

sendiri akan memecah di dalam setiap serat otot untuk membentuk miofibril baru.

Peningkatan jumlah miofibril tambahan yang menyebabkan serat otot menjadi

hipertropi. Dalam serat otot yang mengalami hipertropi terjadi peningkatan

komponen sistem metabolisme fosfagen, termasuk ATP dan fosfokreatin. Hal ini

mengakibatkan peningkatan kemampuan sistem metabolik aerob dan anaerob

yang dapat meningkatkan energi dan kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

37

inilah yang membuat lansia semakin kuat dalam menopang tubuh dan melakukan

gerakan (Suadnyana, 2013).

2.6 Tes Pengukuran Keseimbangan Dinamis

2.6.1 Definisi

Pengukuran dinamis menggunakan timed up and go test (TUGT) untuk

menilai keseimbangan dinamis dan menggunakan jatuh sebagai strategi untuk

pencegahan kepada pasien geriatri. Tes objektif keseimbangan dan status

fungsional harus dimasukkan secara komprehensif terhadap penilaian risiko jatuh.

Berdasarkan literatur penelitian, TUGT adalah tes yang memiliki tujuan, valid,

dan dapat diandalkan (Jacobs & Fox, 2008).

TUGT ini memiliki tujuan yaitu mengukur keseimbangan dalam berbagai

posisi, mengukur mobilitas, dan pergerakan lansia. Dengan menggunakan alat

seperti lakban hitam/selotip, stopwatch, dan kursi. Tes ini dilakukan oleh pasien

yang memakai alas kaki biasa, menggunakan alat bantu, jika ada, dan berjalan di

kecepatan yang nyaman dan aman (Jacobs & Fox, 2008).

2.6.2 Pelaksanaan TUGT

Adapun langkah-langkah untuk melakukan TUGT adalah sebagai berikut:

1) Posisi awal lansia duduk bersandar pada kursi dengan lengan berada pada

penyangga lengan kursi. Lansia mengenakan alas kaki yang biasa dipakai.

2) Fisioterapis memberi aba-aba “mulai” lansia berdiri dari kursi, boleh

menggunakan tangan untuk mendorong berdiri jika lansia menghendaki.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II KAJIAN... · baik dibandingkan lansia di negara maju, ... mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua ... dengan kronologis

38

3) Lansia terus berjalan sesuai dengan kemampuannya menempuh jarak 3 meter,

kemudian berbalik dan berjalan kembali menuju kursi.

4) Sesampainya di depan kursi lansia berbalik dan duduk kembali bersandar.

5) Waktu dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga lansia duduk bersandar kembali.

6) Lansia tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu, stopwatch mulai

menghitung setelah pemberian aba-aba mulai dan berhenti menghitung saat

subjek kembali pada posisi awal atau duduk.

7) Fisioterapis mencatat waktu yang ditempuh lansia

(Podsiadlo & Richardson, 1991).

Gambar 2.8

Prosedur Pelaksanaan TUGT Sumber: Sumarno, 2014