bab ii tinjauan pustaka-erli (10091001050)

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat Analgesik 2.1.1. Pengertian Analgesik Analgesik merupakan zat-zat yang pada dosis terapeutik menghilangkan atau menekan rasa nyeri. Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk obat antiradang non-steroid (NSAID) seperti salisilat, obat narkotika seperti morfin dan obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol. Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama parasetamol dan kodein dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep). Gabungan obat ini juga turut dijumpai bersama obat pemvasocerut seperti pseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat antihistamin untuk alergi. 2.1.2. Klasifikasi Obat Analgesik Berdasarkan pada kekuatan efek, mekanisme kerja dan efek samping, obat-obat yang mempunyai efek analgetik dibagi dalam 3 golongan : a. Analgesik mirip opioid dengan efek kuat dan terutama bekerja sentral analgesik narkotik (hipnoanalgesik). Semua opiat atau derivat b. Alagesik yang berefek lemah hingga sedang yang terutama bekerja perifer. Golongan ini juga mempunyai efek antipiretik dan sebagian antiflogistik atau antirematik. 1. Senyawa asam, yang bekerja analgetik, antipiretik dan antiflogistik. Contoh : derivat asam salisilat (Asam Assetilsalisilat), derivat asam arilasetat (Diklofenak, Indomesatin), derivat asam arilpropionat (Ibuprofen).

Upload: early-yuni-manalu

Post on 26-Nov-2015

192 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obat Analgesik 2.1.1. Pengertian AnalgesikAnalgesik merupakan zat-zat yang pada dosis terapeutik menghilangkan atau menekan rasa nyeri. Analgesikialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk obat antiradang non-steroid (NSAID) sepertisalisilat, obatnarkotikasepertimorfindan obat sintesis bersifat narkotik sepertitramadol.Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersamaparasetamoldankodeindijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep). Gabungan obat ini juga turut dijumpai bersama obat pemvasocerut sepertipseudoefedrinuntuk obat sinus, atau obat antihistamin untuk alergi.

2.1.2. Klasifikasi Obat AnalgesikBerdasarkan pada kekuatan efek, mekanisme kerja dan efek samping, obat-obat yang mempunyai efek analgetik dibagi dalam 3 golongan :a. Analgesik mirip opioid dengan efek kuat dan terutama bekerja sentral analgesik narkotik (hipnoanalgesik). Semua opiat atau derivatb. Alagesik yang berefek lemah hingga sedang yang terutama bekerja perifer. Golongan ini juga mempunyai efek antipiretik dan sebagian antiflogistik atau antirematik.1. Senyawa asam, yang bekerja analgetik, antipiretik dan antiflogistik. Contoh : derivat asam salisilat (Asam Assetilsalisilat), derivat asam arilasetat (Diklofenak, Indomesatin), derivat asam arilpropionat (Ibuprofen).2. Senyawa bukan asam, yang hanya bekerja analgetik dan antipiretik. Contoh : Anilida (Paracetamol), pirazolon yang tidak asm (Metamizol).c. Analgesik nonopioid tanpa efek antipiretik dan antiflogistik1. Flupirtin (Katadolon)2. Nefopan (Ajan)

1.1. 2. a. Analgesik yang bekerja mirip opioidAnalgesik Narkotik : hipnoanalgesik = analgesik yang bekerja sentral = opiat = antagonis reseptor opioidAnalgesik yang bekerja mirip opioid adalah persenyawaan yang bersifat basa dengan nila pKa antara 8-10. Sifat-sifat farmakokinetik dan efek terapeutik pada hakikatnya juga ditentukan oleh sifat-sifat fisikokimianya (lipofili, ikatan protein, koefisien distribusi).a. Penggunaan TerapiNyeri yang kuat hingga yang paling kuat ; nyeri yang disertai ketakutan eksktensial.b. FarmakodinamikMekanisme Kerja : Titik tangkap analgesik opioid yang terutama bekerja sentral atau peptida opioid adalah sistem saraf pusat, yaitu sistem penghambat nyeri endogen, yang terutama terlokalisir di batang otak dan sumsum tulang belakang. Ditempat tersebut terdapat reseptor opiat atau reseptor enkefalinergik, tempat peptida endogen penghambat nyeri (enkefalin, endorfin, dinorfin) akan berikatan.Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan afinitas opioid yang dikenal untuk terjadinya ikatan dengan preparat reseptor, maka dianggap ada tiga tipe reseptor : u- , k-, dan rho-reseptor, yang diperkirakan berefek menghambat aktivitas neuron.u-Reseptor : Analgesia supraspinal, depresi pernapasan, euforia, ketergantungan (B-endorfin, metenkefalin)k-Reseptor : analgesik spinal, miosis sedasi (dinorfin)Rho-Reseptor : disfori, halusinasi, stimulasi, pusat fasomotor (B-endorfin, metenkefalin).Tergantung apakah opioid itu bersifat agonis (parsial) atau antagonis terhadap reseptor U, K atau Rho, maka ada perbedaan dalam intensitas efek, efek samping dan potensial untuk mengakibatkan ketergantungan.Efek (samping) sentral1. Efek merangsang :a. Medula oblongata : analgesia dan penekanan refleks dilepaskan dengan jalan mengaktifkan hambatan desenden.b. Pusat muntah : emetik (efek dini, perangsangan reseptor, dopamin secara langsung)c. Pusat okulomotor : miosis (Petidin tidak)2. Efek meredakan :a. Proyeksi talamokortikal ke area asosiasi dari korteks serebri: analgesiab. Pusat vegetatif dan medula oblongata1. Pusat muntah : antiemetik (efek lambat, tidak dapat dibatalkan)2. Pust pernafasan : depresi pernafasan3. Pusat batuk : antitusif4. Pusat simpatik : hambatan pada kemampun pengaktifan reflektorikc. Sum-sum tulang belakang : analgesia dan hambatan terhadap refleks untuk dilepaskan3. Efek (samping) perifer a. Kenaikan tonus otot-otot polos1. Lambung (konstriksi pilorus)2. Usus (kontriksi segmental)3. Ureter (konstriksi)4. Kandung keming (kontraksi otot-otot kandung kemih dan muskulus sfingter vesika)5. Kandung empedu (kontraksi otot-otot kandung empedu dan dari sfingter oddi) gangguan umum terhdapa ekskresi (obstipasi, urin tertahan, kolik)b. Pengurangan tonus otot-otot pembuluh darah: bahaya kolaps ortostatikc. Pembebasan histamin dari jaringan oleh morfin : reaksi-reaksi kulit, bronkospasmus pada penderita asma.4. Kontraindikasia. Absolut : udem otak, trauma tulang tengkorak otak, delirium tremens, insufisiensi pernafasan, asma bronkial, pankreatitis akut, anak-anak berusia dibawah 1 tahun.b. Relatif : 1. Kolik saluran empedu, sindrom pascakolesistektomi, kolitis ulserosa2. Hipovolemia, terapi antihipertensi, kor pulmonalari3. Sirosis hati, miksudem, penyakit addison, feokromositoma, hipotiroidisme4. Penderita kejang5. Kehamilan (hanya pada praeklamsia, udem paru), kelahiran, masa menyusui.5. Interaksi :a. Obat obat yang meredakan secara sentral seperti barbiturat, fenotiazin, penghambat MAO, antidepresi trisiklik dsb. Memperkuat efek sedatif dan depresi pernafasan.b. Fenotiazin menguatkan efek penurunan tekanan darahc. Amfetamin menaikkan analgesia dari Morfin dan mengurangi efek sedasi dan depresi pernafasan.1. Keracunan Akut dengan Morfin :a. Gejala : Koma (tidur dalam tanpa kemungkinan dibangunkan), miosis, pengurangan ekstern dari pernafasan (hingga 2-4 tarikan napasi/ menit), sianosis, kulit dingin, suhu tubuh rendah , kehilangan tonus pada otot-otot rangka, arefleksi, mungkin, mungkin tanda-tanda piramidal.b. Tindakan :1. Pembebasan jalan pernafasan dan pemberian oksigen2. Memberikan suatu antagonis Morfin untuk meniadakan kelumpuhan pernafasan (Nalokson sebagai antagonis kompetitif).3. Syok ditanggulangi, mungkin perlu pemberian antibiotik (bahaya pnemonia)Morfin :Morfin : (MST Mundipharma ; Btm), Hidromorfin (Dilaudid ; Btm), Kodein (Codipront), Dihidrokodein (Remedacen), Hidrokodon (Dicodid ; Btm).a. Penggunaan terapi :1. Nyeri yang paling kuat, misalnya nyeri pascabedah, nyeri tumor, nyeri akibat kecelakaan.2. Morfin pada infark jantung akut : meredakan nyeri, berefek trankulamsia, pelebaran pembuluh darah perifer, pooling dari vena peringatan pada ancaman udem paru, peringatan rasa sesak nafas.3. Udem paru4. Kodein, dihidrokodein, Hidrokodon hanya sebagai antitusif!b. Farmakodinamik Mekanisme Kerja : Agonis penuh pada sistem penghambat nyeri endogen (u-agonis, k-agonis).c. Efek samping khusus : d. Morfin : 1. Kejang Nalokson Reversibel, pada dosis tinggi rigiditas otot.2. Membebaskan histamin dari jaringan vasodilatasi, bronkospasme pada penderita asma, rangsang gatal, pengeluaran keringat.2. Petidin (Dolantin; Btm), Levometadon (L-Polamidon ; Btm), Piritramid (Dipidolor ; Btm), Dekstroproksifen (Develin ; retard ; Rp).a. Penggunaan terapi1. Petidin : infark miokard akut, serangan glaukoma akut, pramedikasi, nyeri pascabedah, kejang (kejang his, saluran lambung usus, sistem urogenital, pembuluh darah).2. Levometadon : nyeri paling kuat, persiapan bedah, putus obat heroin)3. Piritramid : nyeri paling kuat (i.v, i.m), hanya parenteral untuk neuroleptanalgesia (tanpa mual, tanpa muntah)4. Dekstropropoksifen : nyeri sedang, juga jenis nyeri kronisb. Farmakodinamik :Mekanisme kerja : agonis penuh pada sistem penghambat nyeri endogen (u-agonis, k-agonis)c. Efek Samping Khusus :1. Petidin : efek spasmogen yang rendah ; pada dosis tinggi tidak dapat menyebabkan kejang nalokson yang reversibel.a. Seperti morfin membebaskan histamin dari jaringan b. Efek samping lebih ringan daripada Morfin2. Levometadon, dekstropropoksifen : dapat menyebabkan kejang nalokson yang reversibel.3. Tramadol (Tramal). Tilidin (Valoron)a. Penggunaan Terapi Nyeri sedang sampai kuat oleh berbagai penyebab akut dan kronisb. FarmakodinamikEfek-efek :a. Efek agonis pada sistem penghambat nyeri endogenb. Tilidin merupakan prodrug dan baru bekerja sebagai Nortilidinc. FarmakokinetikLama KerjaIntensi-tas(Morfin=1)Absorbsi OralBiovalibilitasIkatan Protein Plasma Proteint1/2Metabolisme Eliminasi

Trama-dol6 jam1/5-1/1090%70% (kapsul)20%6 jamHepatikGinjal

Tili-din3-6 Jam1/5100%-40-50%Metabolisme sampai 90% di ginjal dan 10% bersama feses

d. Efek Samping Khusus 1. Tramadol : lebih ringan daripada morfin, sirkulasi netral, sedikit hingga sama sekali tidak asa depresi pernafasan.2. Tilidin : tidak mempunyai efek antitusif, depresi pernafasan seperti Petidin, ketergantungan dan ada gejala toleransi komnbinasi dengan Nalokson untuk menghindari penyalahgunaan.

4. Buprenorfin (Temgesic ;Btm), Pentazosin (Fortral :Btm)a. Penggunaan Terapi : 1. Buprenorfin : nyeri kuat dan yang paling kuat, pascabedah, tumor, infact jantung2. Pentazosin : efek analgesik baik, tanpa menimbulkan mual, muntah dan obstipasib. FarmakodinamikAgonis dengan sifat antagonisc. Mekanisme Kerja1. Buprenorfin : agonis parsial dengn afinitas besar pada u-reseptor, berdisosiasi hanya sangat lambat2. Pentazosin : agonis parsial pada u-reseptor, agonis lebih kuat pada k-reseptord. FarmakokinetikLama KerjaInten-sitas(Morfin=1)Absor-bsi OralBiovalibili-tasIkatan Protein Plasma Proteint1/2Metabolisme Elimi-nasi

Buprenorfin6-10 jam3060%sublingual10-20% , 50% sublingual96%3 jamsebagianTidak berubah : 71% di feses dimetobolisasi : 27% di ginjal

Pentazosin2-4 Jam1/3-1/680%50%65%2-4 JamSebagian besar, sirkulasi enteropatik (70%)Kurang lebih tidak berubah,Sisa : Ginjal

e. Efek Samping Khusus :Buprenorfin :1. Karena ikatan pada reseptor kuat dan lama, depresi pernafasan tidak dapat diantagonis pleh Nalokson (analpetik pernafasan Doksapram, Dopram), seperti halnya pada Morfin.2. Mulai dari suatu dosis tertentu, suatu peningkatan dosis mengakibatkan penurunan efek analgesiknya (komponen antagonistik).Petazonin :1. Disforis, psikomimetik2. Kenaikan kadar katekolamin plasma, kenaikan tekanan darah, frekuensi jantung, tekanan pengisian jantung pada akhir diastol, tekan arteri pulmonal.f. Kontraindikasi Pentazosin : infark jantung

5. Fentanyl (Fentanyl-Janssen, Durogesic ; Btm), Alfetanil (Rapifen;Btm), Sufentanil (Sufenta;Btm), Remifenttanil (Ulitiva ; Btm).a. Penggunaan Terapi 1. Anastesi termasuk neuroleptanalgesia sebgaia komponen analgesik pada semua tindakan yang disertai intubasi endotrakeal dan pemberian nafas buatan.2. Fentanyl : pramedikasi, anastesia regional, obat-obatan intensifb. FarmakodinamikMekanisme Kerja : agonis penuh pada sistem penghambatan nyeri endogen (u-agonis)c. Farmakokinetik Lama KerjaIntensitas efek (Morfin=1)Lama Reaksi

Fentanil30 menit80-1004-5 menit

Alfentanil< 20 menit30-401-1,5 menit

Sufentanil15 menit500-10002-3 menit

RemifentanilBeberapa menit80-1001-1,5 menit

Ikatan Plasma Proteint1/2Kelarut-an Dalam LemakVolume Distribu-siLain-lainMetabolis-meElimina-si

Fentanil 85%219Menit8164,0/kgRedistribusi Awas : Depresi pernafasan susulanHepatik Ginjal

Alfentanil92%94 menit1290,5-1kg---

sufentanil93%164Menit17272,9L/kg-Hepatik dan enteral di usus halus-

Remifentanil 70%3-10 menit180,2-0,4/kg-Metabolis inaktifGinjal

*Hidrolisis di daerah dan jaringan oleh estarase nonspesifik d. Efek Samping KhususRegiditas toraks : jarang rangsang gatal,nyeri pada tempat suntikan; singultus.* Awas : pada pemberian fentanil dalam dosis tinggi, ada kemungkinan terjadi depresi pernafasan susulan yang disebabkan oleh redistribusi lakukan nafas buatan pasca bedah sampai timbul nafas spontan.e. Kontraindikasi khusus :Kehamilan, masa menyusui, bayi,keadaan penyakit,yang harus dihindari peredeman pada pusat pernafasan : porpiria hepatik akut; remifentanil; penggunaan epidural dan intratekal.f. Interaksi khusus 1. Alfentanil; pemberian eritromisin selama beberapa hari sebelumnya menyebabkan kerbersihan berkurang depresi pernafasan yang lebih lama.2. Sufentanil; pemberian bersama dengan gas gelak kemungkinan penurunan tekanan darah, frekuensi jantung dan volume detak jantung.

1.2. 2..b. Analgesik yang terutama bekerja antiflogistik dan antipiretika. Penggunaan terapi1. Nyeri ringan hingga sedang (nyeri kepala,gigi,haid,dll)2. Migrain3. Demam4. Inflamasi nonbakterial, terutama macam-macam bentuk rematik, pada aritrosis, pirai.b. Farmakodinamik1. Mekanisme kerja Sintesis prostaglandin dihalangi oleh penghambatan pada siklo oksigonase , suatu enzim kunci pada reaksi berantai asam arakidonat. Siklooksigenase ada dalam dua bentuk iso (COX-1 dan COX-2) , yang berbeda dalam distribusinya di jaringan dan regulasinya. COX-1 pada dasarnya terdapat dalam hampir semua tipe sel dan mengambilnya bagian pada mekanisme fisiologis. COX-2 adalah enzim yang dapat diinduksi, yang diproduksi misalnya pada proses-proses yang dapat menimbulkan inflasi. Prinsip kerjanya sama untuk semua senyawa dalam golongan ini. Perbedaannya terletak pada afinitas enzim dan tipe inhibitor untuk masing-masing obat:1. Irreversibel ( misalnya asam asetilsalisilat)2. Cepat, reversibel dan kompetetif (misalnya diklofenak,fenilbutazon)3. Cepat, reversible dan tidak kompetitif (misalnya parasetamol)Klasifikasi :1. Senyawa-senyawa asam = antirematik nonsteroid (NSAR)a. Salisilatb. Derivat asam (hetero) arilasetatc. Derivat asam ( hetero) aripropionat (profene)d. Asam keto-enol : Pirazolon asam Oksikam1. Senyawa-senyawa bukan asam (sebagian juga inhibisi sentral pada sintesis prostaglandin)a. Derivat p-aminofenolb. Pirazolon bukan asam2. Inhibitor selektif dari siklooksigenase 2 (penghambat COX-2)a. Rofekosibb. Selekoksibc. Parekoksibc. Efek Samping Sebagai akibat dari mekanisme kerja ,terutama pada pemakaian jangka panjang :1. Lesi pada selaput lendir lambung (sampai tukak)2. Diare3. Retensi natriom dan air,gagal ginjal akut4. Pada neonatus hipertensi pulmonal primer (penutupan duktus botalii sebelum waktunya pada pemakaian selama trismester terakhir)5. Reduksi kemampuan kontraksi uterus6. Keadaan bronkospastik7. Nyari kepala8. Gangguan hematopoesis ( leukopenia, trombopenia)9. Gejala saraf pusat ( rasa lelah, vertigo,sensitif, emosional)d. Kontraindikasi 1. Tukak lambung dan usus2. Diatesis hemoragik3. Kehamilan (semester ke 3)4. Alergi5. Kerusakan berat pada hati dan ginjal

AWAS : Pada gangguan hati dan ginjal serta pada pasien lansia perlu penyesuaian dosis !e. Interaksi1. Glukortikoid : keluhan GI bertambah berat2. Probeneseid, sulfinpirazon : pengurangan efek urikosurik,perlambatan eksresi NSAR3. Saluretika : pengurangan efek diuretik4. Antidiabetik oral : peningkatan efek penurunan gula darah5. Metotreksat : Peningkatan toksisitas6. Litium : Perlambatan eliminasi ion-ion7. Derivat kumarin : penguatan efek penghambatan pembekuan

Obat-obat1. Analgesik Asama. Salisilat : asam asetisalisisat, salisilamid, salsalatb. Derivat asam (hetero) arilasetat : Diklofenak, Felbinak, Indometasin, Asemetasin,Lonazolakc. Derivat Asam (hetero) arilpropionat : ibuprofen, ketoprofen, asam tiaprofenat, flurbiprofen, naproksend. Oksisam: piroksikam, Meloksikame. Derivat pirazolon asam : azapropazolon, Oksifenbutazon, Fenilbutazonf. Derivat asam antranilat : Etofenamat, Asam Mefenamat, Asam Niflumat2. Analgesik Bukan Asama. Derivat p-Aminofenol : parasetamolb. Pirazolon bukan asam : Metamizol, Fenazon, Profifenazonc. Menghambat COX-2 : Rofekoksib, Selekoksib, Parekoksib

2.1.2.b. 1. Senyawa-senyawa Asam1. Asam Asetilsalisilat (ASS : misalnya Aspirin)a. Penggunaan terapi :1. Nyeri ringan hingga sedang2. Demam3. Peradangan4. Penghambatan agregasi trombosit (sudah pada dosis rendah) sebagai profilaksis sekunder pada gangguan sirkulasi serebral, angina pektoris, infark jantung.b. Farmakodinamik1. Mekanisme kerja : hambatan siklooksigenase irreversibel dengan jalan asetilasi pada pusat aktif.c. FarmakokinetikDosis TunggalDosis SehariAb-sobsioralBio-vailabilitasIkatan protein plasmat1/2Eliminasi

ASS0,5-1 g0,1-0,3 g (TAH)5 g100%68%50-80% ; makin tinggi dosis, makin rendah ikatan protein plasma15 menit (ASS) > 4 jam (salisilat) 5-10 hari (TAH)Ginjal (bergantung pada pH)

*TAH : Penghambat agregasi trombositd. Efek samping khusus1. Retensi asam urat pada pasien pirai makin kuat2. Pada overdosis : Tinitus, vertigo, mual, muntah, perdarahan GI3. Alergi murni (terutama disebabkan oleh pengotoran bahan)4. Sindrom Reye : Hepatoenselopati pada anak-anak sebagai kelanjutan sakit virus flu, infeksi saluran pernafasan atas, infeksi varicellae. Kontraindikasi lainFlu dengan penyebab virus dan infeksi Varicella pada anak kecil serta anak kecil serta anak muda berusia di bawah 19 tahunf. Interaksi lain1. Furosemid : toksisitas salisilat meningkat2. Paraben : alergi silang3. Asetildigoksin : penurunan kadar Digoksin di dalam plasma (absorpsi berkurang)4. Imipramin : kasus kematian pada takar lajak ASS pada waktu yang sama

2. Diklofenak (Voltaren)a. Penggunaan terapi1. Penyakit sindi yang meradang, juga degeneratif2. Penyakit Bechterew3. Serangan pirai akut4. Peradangan jaringan lunak5. Dismenore baratb. Farmakodinamik Mekanisme kerja :1. Inhibisi reversibel dari siklooksigenase2. Penghambatan pembebasan asam arakidonat dan penggabungan kembali asam arakidonat yang lebih kuat di trigliserida.c. Farmakokinetik Dosis tunggal Ab-sorpsi oral/ginjalBioavailabi-litas Ikatan protein plasmat1/2Meta-bolis-me Eliminasi

Di-klofenak 25-50 mg, rektal 50-100 mg, dosis sehari sampai 150 mg100%50-60% (efek lintas pertama yang kuat)>99%1,5 jam (plasma), (kumulasiLeng-kap 65% di ginjal, 35% empedu

d. Efek samping khusus 1. Terkadang kerusakan hati dan ginjal yang sebagian reversibel2. Gejala saraf pusat (vertigo, dll)

3. Indometasin (Amuno)a. Penggunaan terapi1. Rematik2. Piraib. FarmakodinamikMekanisme kerja : inhibisi reversibel siklooksigenase.c. FarmakokinetikAbsorp-si BioAvaila-bilitas Ikatan protein plasmat1/2

Metabolis-me Eliminasi

Indome-tasin98% oral80% rektal100%90%2 jam glukuro-nidasiSebagian 15% tidak berubah di ginjal sisanya setelah dimetabolisme sebagai glukoronida, sirkulasi enteropatik yang jelas

d. Efek samping khususNyeri kepala bagian dahi, vertigo, gejala psikiis, psikosis, parkinsomismus, epilepsi, retinopati, agranulositisDerivat asam arilasetat yang lain a. Asemetasin (Rantudil) : produgb. Felbinak (Target) ; hanya untuk pemakaian luarc. Ketorolaktrometamol (tetes mata Acular)d. Lonajolak (Argun)e. Proglumetasin (Protaxon)

4. Ibuprofen (tabalon, Aktren)a. Penggunaan Terapi1. Nyeri akibat berbagai penyebab (nyeri kepala, gigi, haid)2. Peradangan3. Rematik4. Nyeri pada metastatis tulang (3x800 mg)b. Farmakodinamik Mekanisme kerja : inhibisi reversibel siklooksigenase

Dosis tunggal Dosis harianAbsorp-si oral/GinjalBioavaila-bilitas Ikatan protein plasmat1/2Metabolisme Eliminasi

Diklo-fenak 200-800 mg, juga bentuk suppositoria1200-1600 mg 100%90%99%2 jamYa Ginjal (metabolit)

c. Farmakokinetika. Efek sampingSeperti NSAR yang lain, tetapi dalam perbandingan sedemikian ringan, sehingga untuk tablet 400 mg tidak diharuskan memakai resep.

5. Keetoprofen (Orudis), Naproksen (Proxen)a. Penggunaan terapi1. Rematik2. Penyakit radang3. Dismenorea primerb. Farmakodinamik Mekanisme kerja : inhibisi reversibel sikloogsigenasec. FarmakokinetikDosis tunggal Dosis harianAbsorp-si oral/ginjalBioavaila-bilitas Ikatan protein plasmat1/2Meta-bolisme Eliminasi

Ketoprofen 25-75 mg150-300 mg 100%90%99%3 jamYa Ginjal

Naproksen 250-500 mg-99%13 jam

Derivat asam arilpropionat yang lain1. Fenbuten (Lederfenn)2. Flurbiprofen (Froben), juga sebagai tetes mata (Ocuflur)3. Nabumeton (Arthaxan), produg keton, metabolitnya memiliki keterkaitan dengan Naproken4. Asam Tiaprofenat (Surgam)

6. Piroksikam (Felden), Meloksikan (Mobec)a. Penggunaan terapi 1. Gejala nyeri, radang dan degenaratif anggota gerak2. Rematik pada jaringan lunak3. Nyeri iskias4. Pirai akut5. Reumatoid artritis6. Ankilosans spondilitisb. FarmakodinamikMekanisme kerja : 1. Inhibisi reversibel siklooksigenase2. Juga inhibisi pada aktifitas granulosit neurofilc. FarmakokinetikDosisAbsorb-si oralBioavaila-bilitasIkatan protein plasmat1/2

Metabo-lisme Eliminasi

Piroksi-kan20 mg 100%100%100%40 jamSebagian 90%25%1-3 jam pada overdosis yang lebih panjangSeba-gian2-5% tidak berubah, sisa : ginjal

d. Efek samping1. Jarang sekali ; reaksi alergi pada kulit, alergi silang dengan salisilat, leukoporia, neutropenia, panzitopenia, methemoglobinemia, netropati nalagesik.2. Pada dosis tinggi (>5-10 g), kerusakan hati yang berat dan mungkin letal, disebabkan oleh pembentukan metabolit yang reaktif dan toksik (lihat intoksikasi).e. KontraindikasiKekurangan glukosa-6-fosfatdehidrogenase, kerusakan hati dan ginjalf. Interaksi1. Alkoholisme kronis : hepatotoksisitas meningkat2. Salisilamid : waktu paruh eliminasi meningkat,peningkatan pembentukan metabolit hepatotoksik3. Metoklopramid : kecepatan absorpsi naik4. Propantelin : kecepatan absorpsi diperlambat5. Kloramfenikol : Parasetamol memperpanjang waktu paruh eliminasi hingga 5 kali

2.. Metamizol (Novalgin :Rp), Propifenazon (Aramigran)a. Penggunaan terapi Metamizol : nyeri kuat dan akut, kolik saluran empedu dan saluran pembuangan urine, nyeri ringan hingga sedang, demam.b. FarmakodinamikMekanisme kerja : inhibisi reversibel siklooksigenase, pengeluaran panas sentral dan perifer naik.c. FarmakokinetikDosisAbsorb-si oralIkatan protein plasmat1/2

Metabo-lisme Eliminasi

Meta-mizolAnak-anak : 7-15 mg/kg BB sampai 4x seharuDewasa : 500-1000 mg, maks 4000 mg/hari100%58%3 jamSeba-gianGinjal (metabolit)

Profife-nazol100-300 mg, maks 900 mg/hari10%2 jam

d. Efek samping1. Keluhan gastrointestinal, intoleransi analgesik (hipersensitivitas silang dengan salisilat)2. Metamizol : syok anaflaksis, syok toksik (pada penyuntikan i.v yang terlalu cepat), agranulositosis dengan mortalitas tinggi.e. Kontraindikasi 1. Hipersensitifitas terhadap pirazolon2. Porfiri hepatik3. Granulostopenia4. Gangguan fungsi ginjal5. Kekurangan glukosa-6-fosfatdehidrogenase6. Pengobatan menggunakan Klorpromazin (bahaya hipotermia yang berat)7. Kehamilan dan masa menyusuif. Interaksi Kadar Siklosporin dalam darah mungkin turun.

2.1.2.b. 3. Inhibitor Selektif Siklooksigenase 2 (Penghambat COX-2)1. Refekoksib (Vioxx) dan Selekoksib (Celebrex)a. Penggunaan terapiPengobatan simtomatik pada perangasangan yang disebabkan oleh penyakit sendi degeneratifb. Farmakodinamik Mekanisme kerja dan efek :1. Terutama penghambatan siklooksigenase 2 (COX-2) kuosien (COX-1/COX-2-IC50 ) nilainya jauh melebihi 100.2. Rofekoksib : efek yang bergantung pada dosis, seperti tercantum di berkas perizininannya tidak dapat dibuktikanc. Farmakokinetik DosisAbsorb-si oralIkatan protein plasmat maks

t1/2Volume distribu-siMetabo-lisme Eliminasi

Rofeco-xib1x12,5 atau1x25 mg93%87%2-9 jam 17 jam85-90 lEnzim sitosolisGinjal : 72%Empedu :14%

Selekok-sib2x 100/200 mg-97% 2-4 jam 11 jam400 lCYP 2C9Ginjal :27 %Empedu : 57%

Pemberian bersma makanan dapat menaikkan kadarnya di salam plasmad. Efek sampingInfeksi saluran pernafasan bagian atas, diare, nyeri kepalae. Interaksi 1. Pemberian bersama antasid menurunkan konsentrasi plasma Rofekoksib sekitar 20%2. Pemberian bersama Rifampisin menurunkan konsentrasi plasma Rofekoksib sekitar 20%3. Flukanazol menghambat peruraian Selekoksib (pengurangan dosis)4. Asam Asetilsalisilat dapat diberikan bersama-sama

2.1.2.c. Inhibitor Selektif Siklooksigenase 2 (Penghambat COX-2) Analgesik nonopioid tanpa efek antipiretik dan antiflogistik1. Flupirtin (Katadolon; Rp)a. Penggunaan terapiUntuk jangka pendek pada nyeri sedang hingga kuat akibat berbagai penyebab.b. FarmakodinamikMekanisme kerja :1. Analgesik yang bekerja sentral dengan titik tangkap spinal dan susupinal tanpa afinitas terhadap reseptor opiat2. Mungkin modulasi pada sistem adrenergik bulbospinal3. Pada dosis sangat tinggi juga menghambat sintesis prostaglandinc. FarmakokinetikDosis tunggal Lama kerjaBioavailabilitas Ikatan protein plasmat1/2Eliminasi

Diklofenak 100-200 mg8 jam90%85%9 jamGinjal

d. Efek samping1. Rasa lelah2. Vertigo3. Mual4. Berkeringat 5. Mulut kering6. Gangguan penglihatan7. Jarang kenaikan konsentrasi transaminase8. Dosis lebih tinggi : urine berwarna hijaue. Kontraindikasi 1. Ensefalopati hepatik2. Kolestasis3. Miastenia gravis (karena efek relaksasi otot)4. Anak-anak berusia di bawah 6 tahunf. Interaksi 1. Alkohol, obat-obat sedatif2. Peningkatan efek antikoagulan3. Parasetamol (peningkatan kadar transaminase)

2. Nefopam (Ajan ; Rp)a. Penggunaan terapi Nyeri dengan intensitas sedangb. Farmakodinamik 1. Aanlgesik sentral, mungkin bertitik tangkap supraspinal2. Tidak ada afiniatas terhadap reseptor opiat3. Tidak ada penghambatan sintesis prostaglandin4. Kemiripan struktur dengan Difenhidraminc. FarmakokinetikDosis tunggalLama kerjaBio-availa-bilitasIkatan protein plasmat1/2Eliminasi

Nefo-pam 30-60 mg93%50%70%4 jamGinjal

d. Efek samping1. Komponen dengan efek antikolinergik (=Difenhidramin siklik) mual, mulut kering, vertigo, jarang berkembang, rasa tertolak, sulit tertidur.2. Setelah pemberian parenteral : peningkata frekuensi jantung, tekanan darah arterial, pemakaian O2 kardial, penurunan suhu tubuh.3. Efek noradrenalin naik karena penghambatan pada ambilan kembali di ujung saraf noradrenergik.e. Kontraindikasi1. Infark jantung2. Penyakit jantung koroner3. Takikardi 4. Glaukoma5. Hipertrofi prostat6. Epilepsi7. Pengobatan dengan penghambat MAOf. Interaksi 1. Peningkatan efek hepatoksik Parasetamol2. Antidperesi trisiklik, penghambat MAO

2.2. Gastritis (Maag)2.2.1. Pengertian MaagKata maag berasal dari bahasa Belanda, artinya sama dengan perut atau lambung, sedang dalam bahasa Latin disebut gaster (dr.Vera Urip, 2001). Syndrom dyspepsia atau yang lazim dengan sebutan mag adalah penyakit pada alat pencernaan, seperti usus dan lambung. Kata lain dari maag adalah Gastritis yaitu gangguan atau peradangan dinding lambung atau pun iritasi pada lapisan lambung. Gastritis juga adalah satu kejengkelan, inflamasi, erosi, atau infeksi/peradangan lapisan perut. Penyakit itu bisa akut, atau kronis. Ia menjadi bagian dari suatu spektrum dari penyakit-penyakit yang termasuk erosi dan tukak berhubungan dengan lambung.Kebanyakan seringnya tanda-tanda dan simtom-simtom bersifat nyeri dan kram abdominal, bangku hitam karena pendarahan saluran cerna, memuntahkan, kurang selera makan, demam, kelelahan, abdomen yang bengkak, tajam/jelas, mengganggu penderitaan dalam dada dan/atau abdomen, rasa asam di dalam mulut, mual, diare, bersendawa dan mengeluarkan gas. Umumnya, penyakit yang sering terjadi pada orang bergolongan darah O ini berupa radang selaput lendir (mukosa) lambung (gastritis) atau luka mukosa lambung (gastric ulcer) yang dikenal dengan istilah tukak lambung (ulcus pepticum) (Andika Yudhi Haidayati, 2008).Orang yang dikatakan menderita mag ditandai dengan rasa tidak nyaman pada lambung, sakit di ulu hati, mual, dan kembung. Bahkan pada fase yang sangat parah, sakit ini terasa hingga menusuk tulang belakang. Nah, sebelum kita menjawab pertanyaan yang terkait mag dan puasa, kita perlu tahu lebih dalam tentang mag itu sendiri. Penyakit mag sangat kita kenal. Jika kambuh, penderitanya akan merasa mual, perih pada perut, nyeri, dan kembung. Juga banyak penderita yang mengeluarkan keringat dingin dan muka menjadi pucat. Sejumlah penderita bahkan bisa pingsan karena tak tahan dengan serangan mag.Mag bisa menimpa siapa saja dan dari golongan umur mana saja. Terutama mereka yang tidak memperhatikan pola makan yang teratur. Kalangan jurnalis sering dianggap paling rentan dan paling banyak menderita penyakit ini karena kebiasaan makannya tidak teratur.Berbagai referensi menyebutkan, penyakit mag cukup popular di kalangan masyarakat Amerika Serikat. Sebanyak 60 persen masyarakat di negara Paman Sam itu memeriksakan diri ke dokter karena keluhan perut melilit. Setelah didiagnosa, sebanyak 40 persen dinyatakan menderita sakit mag (Siswono, 2006).

2.2.2. Jenis-jenis MaagAda beberapa jenis mag, yaitu : radang lambung (gastritis), luka (tukak) lambung (peptic ulcer), dan yang jarang terjadi : kanker lambung dan kanker usus duabelas jari. Tukak bisa terjadi di lambung (ulcus gastricum) atau di usus dua belas jari (ulcus duodenum). Tukak dua belas jari hanya dapat ditentukan melalui foto rontgen lambung dengan teropong endoscopy (Dr. Handrawan Nadesul, 2009)Jenis maag tersebut di golongkan menjadi dua jenis, yaitu :1. Maag OrganikYaitu maag yang disebabkan olehbacteri Helicobacter pylor.Bakteri yang berbentuk spiral ini 80 % menyebabkan borok pada lambung dan usus. Bakteri ini tumbuh subur ketika lambung dan usus dimasuki makanan dan minuman yang tidak bersih. Bakteri patogen ini bertahan selama masa hidup inangnya. Penyakit ini bisa diidentifikasi dengan melakukan peneropongan saluran pencernaan atau kerap disebut pemeriksaan endoskopi. Penyakit mag jenis ini bila disepelekan dapat menyebabkan tumor lambung.. Untuk itulah, orang yang mengidap penyakit mag jenis ini tidak dianjurkan untuk berpuasa. Saat puasa tiba, maka tubuh akan beradaptasi selama 3 hingga 5 hari, namun tetap saja lambung kosong. Nah, saat itulah pengeluaran asam lambung dan gas meningkat, proses inilah yang memicu timbulnya penyakit mag. Untuk penderita sakit jenis ini dianjurkan tidak berpuasa karena kekosongan pada lambung mereka dikhawatirkan membuat mag mereka lebih parah. Tapi tak perlu khawatir jika Anda tetap ingin berpuasa meskipun menderita sakit ini, karena pasti ada solusi untuk suatu niat yang ikhlas dan tulus. Bagi penderita mag ogranik yang tetap ingin puasa dianjurkan mengkonsumsi obat antisid (anti asam) dengan resep dokter, Antisid ini mampu menetralisir asam lambung selama 12 hingga 24 jam. Sedangkan antisid bebas hanya mampu bekerja selama 6 jam saja.2. Maag Non-organik Penyakit ini disebabkan olehstress, makanan pedas, alkohol, dan rokok.Gejalanya adalah eneg, mual, dan perut terasa penuh. Ketika puasa, otomatis penderita lepas dari alkohol, merokok, dan makanan, sehingga keluhan itu tidak terjadi. Untuk mag jenis ini, malah dianjurkan untuk puasa. Sebab puasa dapat menetralisir kadar asam lambung yang mana pada hari-hari biasa cendrung tidak terkontrol. Selama puasa lambung beradaptasi selama 3-5 hari. Sehari berpuasa lambung kosong sekitar 13 jam. meskipun demikian suply energi kita masih ada. Itu diambilkan dari cadangan gula yang berupa lemak dan glikogen. Antisid yang biasa digunakan penderita mag ini bisa digantikan dengan puasa (Andika Yudhi Hidayati,2008).

2.2.3. PenyebabAdapun penyebab dari penyakit ini dibedakan menjadi dua macam yaitu dikarenakan zat eksternal dan internal. Zat eksternal adalah zat dari luar tubuh yang dapat menyebabkan korosif atau iritasi lambung. Sedangkan zat internal adalah pengeluaran zat asam lambung yang berlebihan dan tidak teratur. Adapun gejala lain yang bisa terjadi adalah karena stres yang berkepanjangan yang dapat mengakibatkan produksi asam lambung berlebih.Kondisi-kondisi penyebabnya antara lain :1. Penyebab zat eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksia. Alkoholb. Obat-obatanc. Infeksi bakteri atau virusd. Bahan korosife. Keracunan2. Penyebab zat internal (adanya penyebab meningkatnya asam lambung yang berlebihan)a. Sering makan makanan asam, pedas termasuk ladab. Kebiasaan makan yang tidak teraturc. Kondisi psikologis stres mental dan frustrasiSemua penyebab-penyebab tersebut dapat menyebabkan kerusakan ketahanan selaput lambung. Apabila keadaan tersebut dibiarkan secara terus menerus tanpa adanya asupan makanan yang masuk maka, akan terjadi peningkatan asam lambung yang akan meningkatkan perangsangan kolinergik selanjutnya akan meningkatkan motilitas lambung. Peningkatan motilitas lambung dapat menyebabkan erosi pada lambung, jika dibiarkan maka dapat menyebabkan tukak lambung.2.2.2. Gejala Penyakit MaagAdapun Tanda-tandanya penyakit maag adalah berasa tidak nyaman, sakit di ulu hati, mual, muntah, kembung, cepat kenyang dan nafsu makan berkurang. Pada kasus tertentu, ciri-cirinya di bagian perut hingga terasa menusuk ke belakang, di malam hari, atau rasanya nyeri sempat datang dan pergi, misalnya setelah makan sedikit, rasa nyeri hilang, tapi sebentar kemudian kambuh lagi. Selain itu maag bisa juga menyebabkan luka di kerongkongan, diiringi panas yang terasa membakar naik, mulut pahit dan sering bersendawa. Sering muntah agak asam, suhu badan naik, muka pucat, nafsu makan kurang, kalau sedang kosong perut terasa sakit, pedih, dan sesak pada bagian atas, ulu hati sakit hingga kadang-kadang membuat kita terbangun di tengah malam, buang hajat tidak teratur, terkadang sembelit atau mencret. Ini disebabkan terlalu banyak mengonsumsi lemak dan sedikit serat. Pola makan yang kurang baik ini bisa menyebabkan adanya klep di kerongkongan dan menimbulkan rasa tidak nyaman jika asam lambung naik ke kerongkongan. Penyakit maag ini timbul disebabkan pola makan yang tidak teratur, stres dan bakteri helicobacter pylory. Stres juga bisa memacu meningkatkan asam lambung Sedangkan helicobacter pylory akan menimbulkan gangguan di lambung dan usus 12 jari. Kuman yang hanya tinggal di lambung ini berkembang akibat mengonsumsi makanan dan minuman air yang tidak bersih. Pada keadaan parah, bisa mengakibatkan pendarahan dan maag kronis. Penyaklit maag tidak segera diobati bisa jadi tukak. Tukaknya adalah pendarahan pada lambung, kalau terjadi pendarahan yang berat, dan tidak bisa teratasi penderita bisa meninggal. Ada dua jenis kelainan maag, yakni dispepsia fungsional dan organik. Dispepsia fungsionsal hanya ditandai oleh kelainan minimal, seperti kemerahan pada alat pencernaan. Sedangkan kelainan organik lebih parah yaitu berupa luka dalam usus jari 12 atau kerongkongan, juga disetai polip. Tingkat keparahan penyakit maag pada seseorang tidak bisa ditentukan hanya dengan mengamati gejalanya. karena setiap orang memiliki sensitivitas dan psikis yang berbeda. Ada orang lambungnya hanya kemerahan sedikit saja tetapi merasakan sakit yang luar biasa. Sebaliknya ada yang tetap dapat bekerja dan menjalankan aktivitas seperti biasa, padahal lambung sudah luka parah. Obat-obatan yang bisa menyebabkan penyakit maag ini adalah obat-obatan organik dan jamu-jamuan antara lain jamu pegal linu.

2.2.3. Penanganan MaagTujuan penanganan penyakit maag yaitu menghilangkan nyeri tukak, mengobati tukak,mencegah kambuh kembali dan mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih serius. Jikamelalui pemeriksaan dalam lambung pasien ditemukan adanya bakteri, maka perlu diberikansuatu antibiotik.Obat obat yang diberikan dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerjanya :a. Mengurangi produksi asam lambung : ranitidine, omeprazol,b. Menetralkan asam lambung : antasidac. Memberi perlindungan terhadap mukosa lambung : sukralfatd. Membunuh mikroorganisme H. pylori : klaritromisin, amoksisilin, metronidazo.Yang semuanya bisa tunggal atau kombinasi tergantung penyakit maag.

2.2.4. Pencegahan Penyakit MaagMemperbaiki pola makan memberi kontribusi penyembuhan penyakit maag yang sangat baik. Makanan yang mudah dicerna, nasi lembut, banyak makan makanan berserat dan tidak merangsang atau tidak terlalu pedas adalah salah satu pola yang baik dalam penyembuhan sakit maag. Hindari stres, karena stres menyebabkan asam lambung meningkat sehingga terjadilah penyakit maag.

DAFTAR PUSTAKA :1. Schmitz, Gery. 2003. Farmakologi dan Toksikologi Edisi 3. Jakarta : EGC.2. Penyakit Tidak Menular Maag. Di download dari : http://greenie09.wordpress.com/2010/01/03/penyakit-tidak-menular-maag/. Pada tanggal 20 Oktober 2013.3. Penyakit Lambung Universitas Sumatera Utara. Di download dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27475/3/Chapter%20II.pdf. Pada tanggal 15 Oktober 2013.Depkes RI. 2008. Profil PP&PL. (Online) http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/PROFIL__PP&PL_2008.pdf Diakses 20 Oktober 2013