bab ii tinjauan pustaka asam lemak

Upload: achmad-hariyanto

Post on 30-Oct-2015

152 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

asam lemak

TRANSCRIPT

  • 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tambelo

    Tambelo atau shipworm adalah hewan jenis moluska yang hidup di dalam

    pohon bakau yang telah membusuk. Keberadaan dan sifat tambelo sangat

    dipengaruhi oleh tipe habitat. Kepadatan tambelo tertinggi pada bulan Januari

    sampai April dan kepadatannya rendah pada bulan Juli (Filho et al. 2008).

    Tambelo dapat bertahan hidup antara satu hingga beberapa tahun, tergantung pada

    jenisnya. Tambelo berkembang normal di air dengan salinitas antara 10-30 ppm

    dan lebih banyak dijumpai di daerah tropis (Muslich et al. 1988).

    Ciri-ciri fisik tambelo adalah tubuhnya lunak, memanjang seperti cacing,

    kepalanya berbentuk bulan sabit yang dilengkapi dengan parut dan kikir yang

    berguna untuk membuat lubang. Lubang pada kayu biasanya dibuat tegak lurus

    terhadap serat kayu, kemudian membelok sejajar dengan arah serat kayu. Dinding

    lubang pada kayu tersebut dilapisi dengan suatu subtansi yang mengandung kapur.

    Terbentuknya lapisan yang mengandung kapur dihasilkan dari mantel shipworm

    (Ginuk 1987). Tambelo mampu menggali lubang sepanjang 18 cm hingga

    2 m (Waterbury et al. 1983). Panjang tubuh tambelo berkisar antara 30 hingga 100

    cm dengan diameter antara 1 sampai 1,5 cm. Apabila populasinya terlalu tinggi,

    perkembangan tubuhnya akan terbatas, sehingga panjangnya akan beberapa

    sentimeter saja dan diameternya kurang lebih dari 0,5 cm (Muslich et al. 1988).

    Bentuk morfologi tambelo disajikan pada Gambar 2. Klasifikasi tambelo (Turner

    1971) adalah sebagai berikut :

    Filum : Mollusca

    kelas : Bivalvia

    Ordo : Myoida

    Family : Teredinidae

    Genus : Bactronophorus

    Spesies : Bactronophorus thoracites

  • 6

    Gambar 2 Tambelo (Bactronophorus thoracites)

    Hewan ini memanfaatkan serbuk kayu makanan. Perut tambelo terdiri

    dari dua bagian usus. Bagian pertama adalah usus besar yang berfungsi untuk

    menampung serbuk kayu. Bagian kedua adalah kelenjar pencernaan yang

    difungsikan untuk mencerna partikel-partikel kayu (Waterbury et al. 1983).

    Identifikasi tambelo didasarkan kepada bentuk cangkangnya yang berwarna putih

    (panjang 1 cm) digunakan untuk menutup mulut terowongan. Pallet yang

    terletak pada bagian tubuh depan yang digunakan untuk memarut kayu.

    Menurut Mayabubun (2003), ada 4 spesies mangrove yang digunakan

    sebagai habitat dari tambelo yaitu 2 spesies dari genus Rhizophora, 1 spesies

    genus Sonneratia dan 1 spesies termasuk dalam genus Bruguiera. Tambelo yang

    tumbuh di mangrove Sonneratia sp dan Bruguiera sp. tidak dikonsumsi oleh

    masyarakat suku Kamoro, sebab rasanya pahit dan tidak enak untuk dimakan.

    2.2 Potensi Tambelo Bagi Masyarakat

    Tambelo yang dimakan mentah dipercaya oleh masyarakat Papua lebih

    berkhasiat daripada direbus atau digoreng. Cara masyarakat Papua

    mengkonsumsikan tambelo yaitu setelah tambelo diambil dari pohon bakau yang

    sudah membusuk, cangkang dan giginya dilepas dan langsung dimakan

    tanpa dibersihkan isi pencernaannya terlebih dahulu, seperti disajikan pada

    Gambar 3. Masyarakat Papua percaya bahwa sisa pencernaan dalam perut

    tambelo sangat berkhasiat untuk mengobati beberapa penyakit di antaranya sakit

    pinggang, batuk, rematik flu, malaria, meningkatkan air susu ibu, nafsu makan,

    dan kejantanan bagi kaum lelaki. Pada masyarakat Kamoro, tambelo dijadikan

    sebagai makanan utama di berbagai acara pesta adat seperti pesta budaya Karapao

    Suku Kamoro.

  • 7

    Gambar 3 Masyarakat Kamoro mengkonsumsi tambelo mentah (Sumber: Muller 2004)

    2.3 Komposisi Kimia

    Zat gizi dibagi menjadi 5 kelas utama, yaitu protein, lemak, karbohidrat,

    mineral, dan air (Harper et al. 1988). Protein berfungsi sebagai zat pembangun

    dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-

    unsur C,H,O, dan N. Fungsi protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan

    baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada, berperan sebagai enzim, alat

    pengangkut dan alat penyimpanan, pengatur pergerakan, penunjang mekanis,

    pertahanan tubuh atau imunisasi, media perambatan impuls syaraf, dan

    pengendalian pertumbuhan (Winarno 1992). Protein memiliki peranan penting

    dalam pembentukkan biomolekul daripada sebagai sumber energi. Protein akan

    dipakai sebagai sumber energi, bila organisme sedang kekurangan energi.

    Kandungan energi protein rata-rata 4 kkal/g atau setara dengan kandungan energi

    karbohidrat (Sudarmadji et al. 1989).

    Kekurangan protein pada anak saat lahir (kwashiorkor), defisiensi energi

    protein (marasmus), atau gabungan keduanya dapat mengakibatkan kegagalan

    pertumbuhan ringan sampai sindrom klinis berat yang spesifik. Keadaan

    tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh asupan makanan, tetapi juga oleh keadaan

    lingkungan, seperti pemukiman, sanitasi dan higiene, serta infeksi berulang yang

    pernah dialami tubuh (Effendi 2002).

  • 8

    Pembatasan konsumsi protein pada penderita hati dilakukan apabila pasien

    mengalami intoleransi protein. Kondisi ini biasanya ditemukan pada pasien

    koma hepatik. Konsumsi sumber protein selain daging, seperti sayuran

    dan produk susu, sangat dianjurkan. Sayuran dan produk susu mengandung

    metionin, dan asam amino aromatik (AAA) yang lebih rendah serta asam amino

    rantai cabang (BCAA) yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging

    (Nelson et al. 1994).

    Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh

    penduduk dunia, khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang.

    Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan

    makanan, misalnya rasa, warna, tekstur. Dalam tubuh, karbohidrat berguna

    untuk mencegah timbulnya ketosisi, pemecahan protein tubuh yang berlebihan,

    kehilangan mineral, dan beguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein

    (Winarno 2008).

    Karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah, selain itu beberapa

    golongan karbohidrat menghasilkan serat (dietary fiber) yang berguna bagi

    pencernaan. Serat pangan atau dietary fiber adalah karbohidrat yang tidak dapat

    dihidrolisis (dicerna) oleh enzim pencernaan manusia, dan akan sampai di usus

    besar (kolon) dalam keadaan utuh sehigga akan menjadi subtrat untuk fermentasi

    bakteri yang hidup di kolon.

    Serat pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur molekul dan

    kelarutannya. Kebanyakan jenis karbohidrat yang sampai ke kolon tanpa

    terhidrolisis, meliputi polisakarida yang bukan pati (non-starch

    polysacharides/NSP), pati yang resisten (resisten starch/RS), dan karbohidrat

    rantai pendek (short chain carbohydrates/SC). Serat pangan yang larut sangat

    mudah difermentasikan dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat serta lipida,

    sedangkan serat pangan yang tidak larut akan memperbesar volume feses dan

    akan mengurangi waktu transitnya (bersifat laksatif lemah). Monomer dari serat

    pangan adalah gula netral dan gula asam. Gula yang membentuk serat pangan

    adalah glukosa, galaktosa, xylosa, mannose, arabinosa, rhamnosa, dan gula asam

    seperti mannurinat, galakturonat, glukoronat, serta 4-o-metil-glukoronat

    (Muir 1999).

  • 9

    Minyak atau lemak berfungsi sebagai sumber energi dan pelarut vitamin

    A,D,E, dan K serta merupakan sumber asam-asam lemak tak jenuh yang esensial,

    yaitu linoleat dan linolenat (Sudarmadji et al. 1989). Perubahan-perubahan

    kimia atau penguraian lemak dan minyak dapat mempengaruhi bau dan rasa

    suatu bahan makanan, baik yang menguntungkan maupun tidak. Pada umumnya

    penguraian lemak dan minyak menghasilkan zat-zat yang tidak dapat dimakan.

    Kerusakan lemak dan minyak menurunkan nilai gizi serta menyebabkan

    penyimpanan rasa dan bau yang bersangkutan.

    Mineral digolongkan sebagai zat gizi anorganik atau disebut sebagai abu

    dalam pangan karena ternyata jika bahan pangan dibakar, unsur organik akan

    menghilang dan bahan anorganik (abu) yang tersisa terdiri dari unsur-unsur

    mineral (Harper et al. 1988). Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran

    suatu bahan organik. Kandungan abu dan komponennya tergantung pada macam

    bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral

    suatu bahan. Komponen mineral dalam suatu bahan sangat bervariasi baik

    macam dan jumlahnya (Sudarmadji et al. 1989).

    2.3.1 Asam amino

    Protein merupakan molekul yang sangat besar, terbentuk dari asam amino

    yang terikat bersama. Susunan kimia asam amino bervariasi, tetapi terdapat dua

    hal yang sama, yaitu setiap asam mempunyai sedikitnya satu kelompok amino dan

    satu kelompok karboksil (Sudarmadji et al. 1989).

    Protein yang masuk dalam tubuh akan diubah menjadi asam amino. Asam

    amino tersebut akan diabsorpsi melalui dinding usus, kemudian dilanjutkan

    sampai ke dalam pembuluh darah. Proses absorpsi asam diamino lebih lambat

    dari pada asam amino netral (Poedjadi dan Supriyanti 2006). Tingkat penyerapan

    relatif masing-masing asam amino adalah asam amino rantai cabang (valin, leusin,

    isoleusin) dan metionin lebih mudah diserap dari asam amino esensial lainnya.

    Asam amino esensial lebih mudah diserap dari asam amino non esensial. Asam

    amino glutamat dan aspartat paling lambat terserap (Linder 2006).

    Asam amino merupakan komponen utama penyusunan protein, dan dibagi

    dalam dua kelompok, yaitu asam amino esensial dan nonesensial. Asam amino

    esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan

  • 10

    dalam bentuk makanan, sedangkan asam amino nonesensial dapat diproduksi

    dalam tubuh. Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam

    air, namun tidak larut dalam pelarut organik nonpolar (Sitompul 2004). Asam

    amino esensial merupakan pembangun protein tubuh yang harus berasal dari

    makanan atau tidak dapat dibentuk di dalam tubuh. Kelengkapan komposisi asam

    amino esensial merupakan parameter penting penciri kualitas protein

    (Astawan 2007).

    Asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh manusia ialah histidin,

    isoleusin, leusin, lisin, metionin, arginin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin.

    Kebutuhan asam amino esensial bagi anak-anak relatif besar daripada orang

    dewasa (Poedjiadi dan Supriyanti 2006). Kebutuhan metionin dapat disubtitusi

    dengan tirosin atau gabungan sistin dan fenilalanin (Linder 2006). Beberapa

    fungsi asam amino dalam tubuh disajikan pada Tabel 1.

    Asam amino merupakan unit pembangun protein, di dalam tubuh, asam

    amino atau protein berfungsi sebagai zat pembangun, yaitu menyediakan bahan-

    bahan yang sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan

    tubuh. Protein bekerja sebagai pengatur semua proses yang berlangsung di dalam

    tubuh dan sebagai sumber energi jika karbohidrat dan lemak tidak dapat

    mencukupi keperluan tubuh. Selain fungsi tersebut hampir semua asam amino

    memiliki fungsi khusus, contohnya tirosin merupakan prekursor yang membentuk

    pigmen kulit dan rambut. Arginin terlibat dalam sintesis ureum dalam hati.

    Glutamin dan asparagin merupakan simpanan asam amino dalam tubuh. Metionin

    dan serin merupakan prekursor sintesis dan histidin yang diperlukan untuk sintesis

    histamin

  • 11

    Tabel 1 Beberapa fungsi asam amino dalam tubuh

    Jenis asam amino Peranan

    Triptofan Sebagai pemula vitamin niasin, dan serotonin-

    metionin donor gugus metil untuk sintesis beberapa

    senyawa seperti kolin dan kreatin

    Fenilalanin Sebagai pemula tirosin dan keduanya membentuk

    tiroksin dan epinefrin, arginin, ornitin, sitrulin yang

    ikut berperan dalam sinstesis urea dalam hati serta

    berfungsi sebagai prekursor tirosin katekolamin,

    melanin dan tiroksin

    Glisin Berperan pada sintesis profirin dari hemoglobin dan

    juga merupakan konstituen asam glikolat

    Histidin Bagi manusia, histidin merupakan asam amino

    esesnsial bagi anak-anak.

    Aspartat Berfungsi untuk biosintesis urea, prekursor

    glikogenik dan pirimidin

    Glutamat Sebagai produk antara dalam reaksi interkonversi

    asam amino, prekusor prolin, ornitin, arginin,

    poliamin, neurotransmiter -aminobutirat (GABA), sumber NH3

    Glisin Sebagai prekusor biosintesis purin dan

    neurotransmiteri

    Lisin Berfungsi untuk crosslinking protein (seperti dalam

    kolagen dan elastin) biosintesis karnitin

    Metionin merupakan donor grup metil untuk banyak proses

    sintetik

    Triptofan Sebagai prekusor serotonin dan nikotinamid (vitamin

    B)

    Tirosin Sebagai prekusor tirosin katekolamin, melanin dan

    tiroksin. Sumber: Poedjiadi dan Supriyanti (2006).

    2.3.2 Asam lemak

    Asam lemak merupakan komponen unit pembangunan yang sifatnya khas

    untuk setiap lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang

    mempunyai 4-24atom. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ujung

    hidrokarbon nonpolar yang panjang, sehingga hampir semua lipid bersifat tidak

    larut di dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Asam lemak tidak

    terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau jaringan, tetapi

    terdapat dalam bentuk terikat secara kovalen pada berbagai kelas lipid berbeda,

    yang dapat dibebaskan dari ikatan tersebut melalui hidrolisis kimia atau

    enzimatik.

  • 12

    Asam lemak dibedakan menurut jumlah karbon yang dikandungnya, yaitu

    asam lemak rantai pendek (6 atom karbon atau kurang), rantai sedang (8 hingga

    12 karbon), rantai panjang (14-18 karbon), dan rantai sangat panjang (20 atom

    karbon atau lebih). Semua lemak bahan makanan hewani dan sebagian besar

    minyak nabati mengandung asam lemak rantai panjang, asam lemak rantai sangat

    panjang terdapat dalam minyak ikan. Titik cair asam lemak meningkat dengan

    bertambah panjangnya rantai karbon.

    Asam lemak yang terdiri dari rantai karbon yang mengikat semua hidrogen

    yang dapat diikatnya dinamakan asam lemak jenuh. Asam lemak yang

    mengandung satu atau lebih ikatan rangkap di mana sebetulnya dapat diikat

    tambahan atom hidrogen dinamakan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak

    jenuh tunggal mengandung satu ikatan rangkap pada rantai karbonnya

    (monounsaturates fatty acid=MUFA), sedangkan asam lemak tidak jenuh ganda

    mengandung dua atau lebih ikatan rangkap (polyunsaturated fatty acid=PUFA).

    Lemak yang tersusun oleh asam lemak tidak jenuh akan bersifat cair pada suhu

    kamar, sedangkan yang tersusun oleh lemak jenuh berbentuk padat

    (Almatsier 2009).

    Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) tergolong dalam asam lemak rantai

    panjang, yang kebanyakan ditemukan dalam minyak zaitun, minyak kedelai,

    minyak kacang tanah, minyak biji kapas, dan canola. Secara umum, lemak tak

    jenuh tunggal memiliki efek yang mengutungkan terhadap kolesterol dalam darah,

    terutama bila digunakan sebagai pengganti asam lemak jenuh. Dalam hal

    penurunan kadar kolesterol darah, asam lemak tak jenuh (MUFA) lebih efektif

    bila dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) sehingga

    pemanfaatan asam oleat untuk formulasi makanan olahan menjadi populer.

    Salah satu jenis MUFA adalah omega-9 (oleat) yang memilki sifat lebih

    stabil dan lebih perannya dibandingkan PUFA. Polysaturated fatty acid (PUFA)

    dapat menurunkan low density lipoprotein (LDL) dan juga menurunkan high

    density lipoprotein (HDL). Sementara itu, MUFA mampu menurunkan LDL dan

    meningkatkan HDL. Penelitian yang dilakukan Mensink (1987) menyatakan

    bahwa MUFA dapat menurunkan LDL,dan meningkatkan K-HDL yang lebih

    besar dibandingkan dengan omega-3 dan omega-6.

  • 13

    Polyunsaturated fatty acid (PUFA) adalah asam lemak yang mengandung

    dua atau lebih ikatan rangkap, bersifat cair pada suhu kamar, bahkan tetap cair

    pada suhu dingin karena titik lelehnya lebih rendah dibandingkan dengan MUFA.

    Asam lemak ini banyak ditemukan pada ikan dan bahan nabati, seperti bunga

    matahari, jagung, dan biji matahari. Sumber alami PUFA yang penting bagi

    kesehatan adalah kacang-kacangan dan biji-bijian. Contoh PUFA adalah asam

    linoleat (omega-6), dan omega-3, tergolong dalam asam lemak rantai panjang

    (LCFA) yang banyak ditemukan pada minyak nabati atau sayur dan minyak ikan.

    Manfaat PUFA (asam lemak arakhidonat, linoleat, dan linolenat) antara

    lain berperan dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun,

    mempertahankan fungsi dan integritas membran sel. Asam lemak omega-3 dapat

    membersihkan plasma dari lipoprotein kilomikron serta menurunkan produksi

    trigliserida dan poliprotein (beta) di dalam hati. Selain peranannya dalam

    pencegahan penyakit jantung koroner dan artritis, asam lemak omega-3 penting

    untuk berfungsinya otak dan retina dengan baik.

    Asam lemak esensial adalah asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh

    untuk pertumbuhan dan fungsi normal semua jaringan, sedangkan tubuh tidak

    dapat mensintesisnya. Kelompok asam lemak yang termasuk dalam jenis ini

    adalah asam alfa linoleat (omega-6) dan asam alfa linolenat (omega-3). Turunan

    asam lemak arakidonat dari asam linoleat, eikosapentaenoat (EPA), dan

    dokosaheksaenoat (DHA) dari asam linolenat. Asam lemak esensial merupakan

    prekursor sekelompok senyawa eikosanoid yang mirip hormon, yaitu

    prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, dan leukotien. Senyawa-senyawa ini

    mengatur tekanan darah, denyut jantung, fungsi kekebalan, rangsangan sistem

    saraf, kontraksi otot serta penyembuhan luka (Achadi 2010).

    2.3.3 Mineral

    Mineral termasuk ke dalam golongan nutrisi mikro dalam tubuh yang

    diperlukan dalam jumlah kecil, tetapi ketersediaan mineral harus tercukupi setiap

    harinya. Berdasarkan jumlahnya dalam tubuh manusia dibedakan menjadi dua,

    yaitu makromineral dan mikromineral. Mineral yang terdapat dalam tubuh dalam

    jumlah yang cukup banyak, sedikitnya 0,05% dari bobot tubuh dikenal sebagai

    makromineral. Makromineral terdiri dari kalsium, klorin, magnesium, fosfor,

  • 14

    kalium, natrium, dan belerang. Mineral yang diketahui dibutuhkan oleh tubuh dan

    terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit dari 0,05% dari bobot tubuh disebut

    sebagai mikromineral, yang terdiri dari kobalt, tembaga, flourin, besi, iodin,

    mangan, dan seng (Harper et al. 1988; Winarno 1992).

    Secara umum fungsi mineral bagi tubuh adalah sebagai berikut:

    1) mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, 2) sebagai katalis

    untuk reaksi biologis, 3) komponen senyawa tubuh yang esensial adalah hormon,

    enzim, hemoglobin, asam lambung, 4) memelihara keseimbangan air dalam tubuh,

    5) transmisi impuls saraf, 6) mengatur kontraktilitas otot, dan 7). pertumbuhan

    jaringan tubuh.

    a) Kalsium (Ca)

    Kalsium diperlukan untuk pembentukan dan perkembangan tulang dan

    gigi. Kalsium merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam pembekuan

    darah. Kalsium diperlukan untuk memelihara otot dan syaraf dalam tubuh agar

    berfungsi normal dan membantu penyerapan vitamin B12 (Harper et al. 1988;

    Gaman dan Sherrington 1992).

    Kalsium berfungsi untuk mengatur transpor ion-ion menembus membran

    seluler dan diperlukan untuk aktivitas aktomiosin dan miosin ATP-ase,

    lipase, kolinesterase, dan suksinildehidrogenase. Kalsium juga berperan dalam

    pembentukan tulang dan gigi, serta mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi

    hormon termasuk insulin oleh pankreas. Kalsium bersama dengan natrium,

    kalium, dan magnesium berperan dalam transmisi impuls-impuls serta kontraksi

    dan relaksasi otot (Muchtadi 1989).

    b) Kalium (K)

    Hampir seluruh kegiatan di dalam tubuh dipengaruhi oleh perubahan

    kosentrasi kalium di dalam plasma. Kalium adalah basa utama yang terdapat di

    dalam jaringan dan sel-sel darah yang memegang peranan penting dalam

    pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Kalium juga berperan dalam

    penyampaian impuls-impuls saraf ke serat-serat otot dan juga dalam kemampuan

    otot untuk berkontraksi (Fregly 1988). Sebanyak 98% kalium dalam tubuh

    berada di dalam intraseluler. Sekitar 270 mg kalium berada di dalam sel yang

  • 15

    merupakan cairan kation yang mendominasi di dalam intrseluler

    (Groff dan Gropper 1990).

    c) Fosfor (P)

    Fosfor dan kalsium secara bersama-sama adalah penyusun tulang dan

    gigi yang sangat penting. Fosfor juga terdapat dalam semua sel hidup dan

    diperlukan untuk pelepasan energi. Fosfor terdapat dalam kebanyakan makanan

    dan defisiensi fosfor dalam susunan makanan belum pernah terjadi

    (Gaman dan Sherrington 1992).

    d) Besi (Fe)

    Sebagian besar besi terdapat dalam hemoglobin (pigmen darah merah yang

    terdapat dalam sel darah merah). Bila sel-sel darah merah melepaskan besi, besi

    tidak hilang dari tubuh, tetapi digunakan lagi untuk membuat sel-sel darah merah

    yang baru, di dalam sumsum tulang. Beberapa besi juga disimpan di dalam

    tubuh seperti dalam sumsum tulang, hati, dan limpa sebagai senyawa

    kompleks dengan protein yang dikenal sebagai feritin (Harper et al. 1988;

    Gaman dan Sherrington 1992).

    e) Seng (Zn)

    Seng memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh, sebagai

    bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari dua ratus enzim.

    Enzim superoksida dismutase di dalam sitosol semua sel, terutama eritrosit diduga

    berperan dalam memusnahkan anion superoksida yang merusak. Seng juga

    berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukkan

    sperma serta berperan dalam fungsi kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan dalam

    pembentukan antibodi oleh sel B (Almatsier 2009).

    f) Tembaga (Cu)

    Fungsi tembaga dalam tubuh antara lain mencegah terjadinya anemia,

    dengan cara membantu penyerapan Fe, menstimulir sintesis fraksi heme atau

    globin, serta melepaskan Fe simpanan dari ferritin dan hati. Diperlukan untuk

    sintesis fosfolipida untuk pembentukan myelin yang menyelimuti serat syaraf.

    Sebagai bagian dari enzim-enzim pernafasan misalnya sitokrom oksidase, dan

    untuk proses pelepasan energi. Bersama vitamin C dapat mempertahankan

    aktivitas enzim-enzim yang tersangkut dalam sintesis elastin (protein dinding

  • 16

    aorta) dan kolagen, sebagai bagian dari enzim tirosinase yang mengkatalisis

    konversi tirosin menjadi melanin.

    Tembaga bersifat toksik bila terdapat sebagai ion bebas. Konsumsi garam

    Cu dalam jumlah sepuluh kali lebih besar daripada yang terdapat dalam bahan

    pangan secara normal, dapat menyebabkan pusing dan muntah (Muchtadi 2009).

    g) Selenium (Se)

    Selenium adalah mineral penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

    sebagai antioksidan untuk meredam aktivitas radikal bebas. Selenium tidak

    diproduksi oleh tubuh, tetapi diperoleh dari konsumsi makanan sehari-hari.

    Orang dewasa dianjurkan untuk mengkonsumsi sebanyak 55 g per berat

    badan selenium setiap hari, namun perempuan dewasa yang sedang hamil

    dianjurkan meningkatkan asupan selenium menjadi 60 g per berat badan setiap

    hari. Kebutuhan tersebut akan meningkat saat seorang ibu harus menyusui, yaitu

    70 g per berat badan setiap hari.

    Tubuh setiap orang memiliki kemampuan untuk melawan radikal bebas

    yang bisa menghancurkan sel dan menimbulkan berbagai penyakit kronis, seperti

    kanker, penyakit jantung, dan penuaan dini. Di dalam tubuh, selenium bekerja

    sama dengan vitamin E sebagai zat antioksidan untuk memperlambat oksidasi

    asam lemak tak jenuh. Selenium diketahui memperbaiki sistem imunitas

    (kekebalan tubuh) dan fungsi kelenjar tiroid. Hasil penelitian belakangan ini yang

    memastikan bahwa selenium dapat mencegah kanker (termasuk kanker kulit

    akibat paparan matahari), menambah pamornya sebagai mineral yang bermanfaat

    besar untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh manusia. Bersama vitamin E,

    selenium berfungsi mempertahankan elastisitas jaringan dan bila kadar selenium

    berkurang maka tubuh akan mengalami penuaan dini, yaitu kondisi sel yang rusak

    sebelum waktunya. Sumber utama selenium adalah tumbuh-tumbuhan

    dan makanan laut (Conectique 2011).

    2.4 Komponen Bioaktif dari Moluska

    Invertebrata laut merupakan produsen senyawa bioaktif terbesar di antara

    biota lainnya. Beberapa metabolit sekunder yang diproduksi oleh invertebrata laut

    dan mikroorganisme simbion, mempunyai prospek sebagai zat aktif dalam obat

  • 17

    untuk pengobatan penyakit, seperti infeksi, neurologi (parkinson, alzheimers),

    penyakit jantung, immunologi, anti-inflammatory, antivirus, dan antikanker.

    Moluska merupakan salah satu dari invertebrata laut yang diketahui

    menghasilkan metabolit sekunder dan sekaligus mempunyai peranan penting

    dalam ekologinya sehingga menjadi target bagi sumber senyawa bioaktif yang

    bermanfaat dalam dunia farmasi bahari. Penelitian mengenai metabolit sekunder

    dari moluska telah banyak dilakukan. Hamman et al. (1996) melaporkan telah

    mengisolasi kahalaide F dari kerang jenis Elysia rubefescens yang memiliki

    aktivitas sebagai antikanker usus dan prostat. Hasil penelitian Salamah et al.

    (2008) diketahui bahwa ekstrak metanol kijing Taiwan yang berpotensi sebagai

    antioksidan, yaitu nilai IC50 sebesar 201,52 ppm. Senyawa aktif yang terkandung

    dalam ekstrak kijing Taiwan adalah kelompok alkaloid dan flavonoid.

    2.5 Antioksidan dan Metode Pengukurannya

    Senyawa antioksidan secara umum didefinisikan oleh Schuler (1990)

    sebagai suatu senyawa kimia yang dapat menunda, memperlambat atau mencegah

    terjadinya proses oksidasi. Proses oksidasi tersebut biasanya terjadi dalam produk

    terutama yang berlemak dengan kandungan asam lemak tidak jenuh sehingga

    dapat menyebabkan kerusakan produk atau ketengikan.

    Mekanisme oksidasi asam lemak tidak jenuh menurut Hamilton (1983) dan

    Gordon (1990) terdiri dari 3 tahap, yaitu : a) inisiasi, b) propagasi dan c)

    terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal bebas (R) akibat

    reaksi antara asam lemak (RH) dengan beberapa katalisator, misalnya oksigen,

    panas, ion logam, dan cahaya. Tahap propagasi terjadi akibat reaksi antara radikal

    bebas (R) yang terbentuk pada tahap inisiasi dengan oksigen menghasilkan

    radikal peroksida (ROO). Radikal peroksida yang terbentuk akan mengikat ion

    hidrogen dari molekul lemak yang lain membentuk hidroperoksida (ROOH) dan

    radikal lemak lain (R1), selanjutnya tahap terakhir adalah tahap terminasi ditandai

    dengan terbentuknya produk-produk non radikal seperti aldehida, keton, alkohol

    dan asam-asam dengan karakteristik dan cita rasa tengik (Winarno 1984).

    Ranney (1979) mengklasifikasikan antioksidan atas tiga golongan

    berdasarkan prinsip kerjanya dalam mencegah terjadinya proses oksidasi.

    Pertama adalah antioksidan yang mempunyai gugus fenol dan amina aromatik

    achmadHighlight

  • 18

    seperti butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), metilen

    bisfenol dan difenilamin. Antioksidan-antioksidan tersebut bekerja dengan cara

    berinteraksi dengan radikal bebas yang terdapat di dalam sistem dan membentuk

    produk subtrat non radikal dan suatu radikal antioksidan. Jika radikal antioksidan

    yang dihasilkan cukup stabil mencegah reaksi berikutnya, maka radikal

    antioksidan tersebut tidak akan berperan sebagai inisiator dari berikutnya. Kedua

    produk yang dihasilkan pada kenyataannya mungkin bereaksi dengan radikal

    bebas kedua dalam sistem

    Mekanisme reaksi oksidasi lemak dapat dilihat sebagai berikut :

    Tahap inisiasi : ROOH ROO + H

    ROOH RO + OH

    2ROOH RO

    + OH

    Tahap propagasi : R + O2 ROO

    ROO + R

    1 H R

    1 + ROOH

    Tahap terminasi : ROO + R

    1 OO

    ROOH

    1 + O2

    R + RO

    ROR

    1

    Gambar 4 Mekanisme reaksi oksidasi lemak (Gordon 1990).

    Kedua adalah antioksidan yang berfungsi dengan cara menghilangkan

    molekul-molekul hidroperoksida dari sistem, tetapi tanpa melibatkan radikal

    bebas. Contoh antioksidan ini adalah dilauril tiodipropionat (DLTP). Molekul ini

    mengandung atom sulfur teroksidasi yang mampu bereaksi dengan molekul

    hidroperoksida berikutnya. Ketiga adalah antioksidan yang dapat menginaktivasi

    logam yang bisa mempercepat terjadinya oksidasi. Penggolongan ketiga ini sama

    dengan antioksidan sekunder menurut Winarno (1984) dan Gordon (1990).

    Jenis penggolongan antioksidan yang lain berdasarkan sumber

    diperolehnya senyawa tersebut. Penggolongan ini terdiri atas dua yaitu

    antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Beberapa antioksidan sintetik yang

    sering digunakan dalam industri pangan antara lain butylated hydroxytoluene

    (BHT), butylated hydroxyanisole (BHA), Propil galat, tertiarybutyl hydroquinon

    (TBHQ) dan tokoferol (Buck 1991). Antioksidan sintetik sangat efektif dalam

    menghambat reaksi oksidasi lemak akan, tetapi penggunaan antioksidan sintetik

    banyak menimbulkan kekuatiran akan efek sampingnya karena telah banyak

  • 19

    penelitian tentang efek patologis yang ditimbulkannya. Antioksidan alami

    diperoleh dari hasil ekstrak bahan alami. Antioksidan alami dalam bahan pangan

    diperoleh dari: a) antioksidan berupa senyawa endogen yang terdiri dari satu atau

    lebih senyawa yang terdapat dalam bahan pangan, b) antioksidan yang terbentuk

    akibat reaksi selama pengolahan, c) antioksidan yang merupakan senyawa

    eksogen yaitu dengan penambahan antioksidan yang diisolasi dari sumber alami

    (Pratt 1992). Adapun antioksidan yang terdapat di dalam bahan alami meliputi

    golongan senyawa turunan fenolat, turunan senyawa hidroksinat, kumarin,

    tokoferol (Sidik 1997). Penggunaan bahan antioksidan baik alami maupun

    sintetik dalam bahan pangan, harus memenuhi persyaratan tertentu yaitu: a) tidak

    beracun dan tidak mempunyai efek fisiologis, b) tidak menimbulkan flavor yang

    tidak enak, rasa dan warna pada lemak atau bahan pangan, c) larut sempurna

    dalam lemak dan minyak, d) efektif dalam jumlah yang relatif kecil menurut

    rekomendasi Food and Drug Administration dosis yang diizinkan dalam bahan

    pangan adalah 0,01-0,1% dan e) tidak mahal serta selalu tersedia (Coppen 1983;

    Ketaren 1986).

    Ada beberapa metode pengukuran aktivitas antioksidan yang dapat

    digunakan salah satunya adalah metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH).

    Senyawa DPPH dalam metode ini digunakan sebagai model radikal bebas, yang

    memiliki rumus molekul C18H12N5O6 dan Mr=394,33 (Molyneux 2004;

    Vattem dan Shetty 2006). Jika senyawa ini masuk dalam tubuh manusia dan tidak

    terkendalikan dapat menyebabkan kerusakan fungsi sel. Pada uji ini metanol

    digunakan sebagai pelarut, dan inkubasi pada suhu kamar dimaksudkan untuk

    mengoptimumkan aktivitas DPPH. Radial bebas DPPH merupakan radikal

    sintetik yang stabil pada suhu kamar dan larut dalam pelarut seperti metanol atau

    etanol (Molyneux 2004; Suratmo 2009). Ketika sebuah antioksidan mampu

    mendonorkan hidrogen yang beraksi dengan radikal DPPH, reaksi ini akan

    memberikan peningkatan kompleks non radikal dan menurunkan radikal DPPH

    yang ditandai dengan terbentuknya warna kuning. Penurunan pada absorbsi dapat

    diukur secara spektrofotometrikal dan dibandingkan dengan sebuah kontrol etanol

    atau metanol untuk mengkakulasikan aktivitas scavenging radikal DPPH

    (Vattem dan Shetty 2006).

  • 20

    Ketika DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen, maka akan

    terbentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH

    baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen, akan menetralkan karakter

    radikal bebas dari DPPH, jika semua elektron pada radikal bebas DPPH

    berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang

    dan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm akan hilang. Reaksi pengujian

    aktivitas antioksidan dengan DPPH disajikan pada Gambar 5.

    DPPH* + AH DPPH-H + A*

    Free radical antioksidan neutral new radical

    Puplish color Yellowish color

    Gambar 5 Reaksi pengujian aktivitas antioksidan dengan DPPH (Munifah 2007).

    Parameter yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil pengujian

    dengan metode DPPH adalah EC50 (efficient concentration) atau biasa disebut

    IC50 (inhibition concentration). Inhibition concentration (IC50) dapat

    didefinisikan sebagai kosentrasi larutan sampel yang akan menyebabkan reduksi

    terhadap aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas

    antioksidannya semakin tinggi. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan

    sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/mL, kuat apabila nilai IC50

    antara 0,05-0,10 mg/mL, sedang apabila nilai IC50 berkisar antara

    0,10-0,15 mg/mL, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 0,15-0,20 mg/mL

    (Blois 1958 diacu dalam Molyneux 2004).