bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan tentang tni 1
TRANSCRIPT
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang TNI
1. Pengertian Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004
definisi Tentara Nasional Indonesia adalah kekuatan angkatan perang dari
suatu negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Definisi tersebut
memang belum lengkap tetapi terdapat pengertian tentang tujuan pokok
kehadiran tentara dalam suatu negara yaitu seperti yang diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004. Tentara
Nasional Indonesia (TNI) adalah menegakkakn kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah negara kesatuan Indoneisa yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara. Dari konsep pemikiran seperti diatas
kemudian timbul pendirian bahwa fungsi utama Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dalam negara adalah melakukan tugas dibidang
pertahanan. Untuk melaksanakan konsep pertahanan negara trsebut yang
memiliki peranandan menjadi komponen utama adalah Tentara Nasional
Indonesia (TNI).13
13
Andirizal, “Analisis Yuridis Tentang Kedudukan Tentara Nasional Indonesia (TNI)
setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004”, (online),
(https://www.neliti.com/id/publications/43279/analisis-yuridis-tentang-kedudukan-tentara-
nasional-indonesia-tni-setelah-berlak, diakses pada tanggal 25 januari 2020), 2014
16
Tentara Nasional Indonesia atau TNI merupakan profesi sekaligus
sebagai alat negara dibidang pertahanan. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal
1 dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010
tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia, yaitu “Tentara
Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat TNI adalah komponen
utama yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan
negara”. Hal tersebut senada dengan bunyi Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia yang
menyatakan bahwa Tentara Nasional Indonesai sebagai alat pertahanan
Negara Kesatuan Rpublik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan
pertahanan negara untuk menekgakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa,
menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain
perang, serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian
regional dan internasional.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun
1945 BAB XII Pertahanan dan Keamanan Negara Pasal 30 ayat (2)
dijelaskan bahwa :
“Usaha Pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dana
rakyat, sebagai pendukung.”
Prajurit adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan diangkat oleh
17
pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan
yakni dalam Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Prajurit TNI terdiri atas
prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, prajurit Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Laut, dan prajurit Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Udara yang melaksanakan tugasnya secara matra atau
gabungan di bawah pimpinan Panglima.
2. Sejarah Terbentuknya Tentara Nasional Indonesia
Dalam sejarah kehidupan manusia sejak dahulu, dimana sekelompok
rakyat yang bertempur tinggal di suatu daerah tertentu akan bangkit
serentak memanggul senjata dan mengadakan perlawanan apabila mereka
dan daerahnya mengalami ancaman atau serangan dari pihak lain.
Disinilah timbul pengertian bahwa pembelaan negara itu adalah hak dan
kewajiban seluruh rakyat. Segala sesuatu didalam Negara ikut dikerahkan
untuk melakukan peprangan dan tak dapat dipisahkan lagi antara angkatan
bersenjata dengan rakyat biasa didalam peperangan. Kaerna adanya
persamaan nasib cita-cita dan tanggung jawab yang kemudian
menimbulkan adanya kegiatan sehaluan antara militer dan masyarakat
dalam usaha mencapai cita-cita bangsa dan memikul tanggung jawab
bersama.
Salah satu organ yang harus dimiliki oleh pemerintah suatu negara
ialah militer yang merupakan suatu kelompok orang-orang yang
diorganisir dengan disiplin untuk melakukan pertempuran, yang dibedakan
18
dengan orang-orang sipil. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia
belum mempunyai organisasi militer yang teratur, yang berjuang
mempertahankan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 adalah rakyat yang
bergabung didalam laskar laskar serentak memanggul senjata untuk
mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai. Berintikan berkas-
berkas PETA, Heiho, KNIL yang insaf, Seinedan Keibodan, Gyugun,
Suisyitai yang terlatih baik, bersama dengan rakyat yang militan dari
segala lapisan masyarakat secara spontan dan serentak bengkit
mengangkat senjata.
Rakyat yang berjuang mempertahankan kemerdekaan 17 Agustus 1945
bergabung didalam laskar-laskar perjuangan dengan bermacam-macam
nama. Rakyat bersenjata ini dengan berintikan bekas-bekas PETA, Heiho,
Seinenda, Keribodan, Suisyintai dan KNIL yang sudah terlatih baik
dibidang kemiliteran, merupakan modal lahirnya Badan Keamanan Rakyat
(BKR) yang diumumkan pembentukannya oleh Pemerintah Republik
Indonesia pada tanggal 22 Agustus 1945. Badan Keamanan Rakyat inilah
sebagai wadah dari seluruh laskar yang mempertahankan kemerdekaan.
Sejarah pertumbuhan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia agak
berbeda dengan negara-negara lain, karena Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia tumbuh secara spontan dari kesadaran rakyat yang berjuang
mewujudkan cita-cita sebagai suatu bangsa, rakyat yang memulai revolusi
itu membangun tentaranya, mempersenjatai dirinya sendiri.
Tentara kebangsaan Republik Indonesia, bukanlah warisan kolonial
akan tetapi lahir dari rakyat. Tentara yang lahir dari kebangunan
19
perjuangan kemerdekaan, yang menjadi dewasa akibat panasnya api
revolusi kemerdekan. Badan Keamanan Rakyat sebagai embrio dari TNI
yang lahir atas inisiatif dan spontanitas rakyat kemudian menjadi motor,
menjadi pelopor serta dinamisator jalannya revolusi, yang pada waktu itu
dimana-mana seluruh Nusantara merebut kekuasaan dan senjata dari bala
tentara Jepang, yang berusaha mempertahankan kedudukannya serta
berniat akan menyerahkan Indoneisa kepada sekutu. Maksud bala tentara
Dei Nippon tersebut digagalkan oleh BKR, oleh karena itu terjadilah
perebutan kekuasaan baik sipil maupun militer oleh para pejuang, yang
sudah mempunyai tekad bulat “Merdeka atau Mati”. Kelahiran yang
spontan dari rakyat, yang beraneka ragam suku dan masyarakat,
menjadikan BKR sangat heterogen anggotanya, proses pertumbuhan
begitu lahir terus-menerus bertempur menyebabkan BKR metang
menghadapi segala rintangan.
Sebagai wadah organisasi perjuangan BKR tumbuh semakin mantap,
sehingga pada tanggal 5 Oktober 1945 Pemerintah RI mendekritkan
pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai peningkatan
organisasi BKR yang tadinya sebagai wadah laskar-laskar perjuangan.
Sejak pembentukan TKR ini, maka para pejuang yang tergabung di dalam
TKR mulai didata, yaitu sebagai peralihan dari organisasi yang belum
teratur, menjadi organisasi yang teratur. Sebagai Kepala Staf yang ditunjuk
Oerip Soemorhardjo, seorang pejuang yang dianggap mempunyai
pengetahuan militer cukup memadai, untuk menyusun organisasi militer
yang resmi dan teratur. Sejak saat itu Republik Indonesia mempunyai
20
tentara yang teratur, disertai kesatuan-kesatuan mulai dari tingkat Peleton
sampai Divisi, dengan kepangkatan mulai dari prajurit sampai dengan
Jendral, semuanya disusun sesuai organisasi Militer Internasional. Pada
tanggal 12 November 1945 diadakan Konferensi itu Pak Soedirman
dipilih sebagai Panglima Besar.
Dibawah pimpinan Panglima Besar Soedirman, Tentara Keamanan
Rakyat disempurnakan organisasinya yang kemudian pada tanggal 7
Januari 1946 namanya berubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.
Tidak lama kemudian pada tanggal 25 Januari 1946 berdasarkan
Penetapan Pemerintah No. 4/S. D. Nama Tentara Keselamatan Rakyat
diganti menjadi Tentara Republik Indonesia. Walaupun nama
organisasinya berganti akan tetapi semangat juang para anggotanya tidak
berubah, bahkan semakin berkobar-kobar, hal ini terlihat bagaimana
heroik dan patriotik para pejuang dalam menghadapi dan melucuti tentara
Jepang, menghadapi tentara sekutu yang mendarat di Jakarta, Surabaya,
Semarang, Bandung, Ujungpandang, Palembang, Bali dan banyak tempat
lagi di Nusantara ini. Musuh yang persenjataannya begitu lengkap,
dihadapi oleh para pejuang dengan senjata seadanya.
Perlawanan rakyat ini menunjukkan pada dunia bahwa bangsa
Indonesia sudah mampu untuk berdiri sendiri, bukan sebagai mana
anggapan bangsa Belanda yang menganggap bangsa Indonesia itu adalah
bangsa yang bodoh dan belum mampu untuk mengurus dirinya sendiri.
Memang di dunia pendidikan bangsa Indonesia atau bangsa yang terjajah
akan selalu bodoh, karena tidak diberi kesempatan untuk mengecap dunia
21
pendidikan formal sejajar dengan bangsa yang menjajahnya, terutama
bangsa Belanda yang hanya memberi kesempatan untuk mengenyam
pendidikan kepada segelintir warga yaitu hanya anak priyayi-priyayi
tertentu saja, hal ini perlu karena priyayi itulah yang mengisi jabatan-
jabatan pekerjaan untuk membantu kelancaran pemerintahan penjajahan di
Indonesia. Sebagai bukti tingginya kebudayaan dan ilmu pengetahuan
bangsa Indonesia dapat kita lihat kebesaran kerajaan-kerajaan di
Indonesia, peninggalan-peninggalan sejarah seperti Candi Borobudur,
Candi Prambanan, dan berbagai peninggalan sejarah lainnya.
Oleh karena itu, para pejuang tak gentar dalam menghadapi tentara
kolonial Belanda yang bersenjata lengkap dan modern, dengan senjata
seadanya. Kemudian nama TRI disempurnakan lagi, karena belum
dianggap tepat, maka pada tanggal 7 Juni 1947 dirubah lagi menjadi
Tentara Nasional Indonesia, sebagai wadah perjuangan para pejuang yang
baru, yang tadinya masih berkotak-kotak didalam laskar perjuangan
dengan berbagai nama. Tentara Nasional Indonesia ini terdiri dari Tentara
Darat, Tentara Laut, Tentara Udara. Polisi sebagaimana tradisi
internasional tidak dimasukkan ke dalam organisasi tentara, karena fungsi
polisi adalah menjaga ketertiban masyarakat diwaktu damai. Akan tetapi
Polisi Indonesia pembentukannya tidak dapat disamakan dari negara lain,
karena didalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah
Belanda seluruh lapisan masyarakat bahu-membahu termasuk kesatuan-
kesatuan polisi. Oleh karenanya, Polisi RI dimasukkan di dalam jajaran
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dengan masuknya Polisi ke
22
dalam angkatan bersenjata, mempunyai konsekuensi yaitu apabila terjadi
peperangan dengan negara lain, maka polisi diperlakukan sebagai militer,
bukan aparat keamanan yang memelihara ketertiban.
3. Jati Diri TNI
TNI adalah bagian yang tak terpisahkan dari rakyat yang mesti
diberdayakan pemikirannya dalam setiap langkah yang di tempuh bangsa
dan negara ini mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Jati diri TNI
terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia yakni :
a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga
Negara Indonesia
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara
Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya,
c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas
demi kepentingan negara dan di atas kepentingan daerah, suku, ras,
dan golongan agama
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, dilengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang
menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia,
ketentuan hukum nasioanl, dan hukum internasional yang telah
diratifikasi.
23
4. Peran, Fungsi, dan Tugas TNI
Tugas Tentara Nasional Indonesia secara signifikan tertera didalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia pada Pasal 7 sebagai tugas pokok Tentara
Nasional Indonesia, yang berbunyi :
a. Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesai Tahun 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bengsa dan negara.
b. Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
1) Operasi militer untuk perang
2) Operasi militer selain perang, yaitu untuk :
a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata
b) Mengatasi pemberontakan bersenjata
c) Mengatasi aksi terorisme
d) Mengamankan wilayah perbatasan
e) Mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis
f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri
g) Mengamankan presiden dan wakil presiden beserta
keluarganya
24
h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan
semesta
i) Membantu tugas pemerintah di daerah
j) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam Undang-Undang
k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala
negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada
di Indonesia
l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian
dan pemberian bantuan kemanusiaan
m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan
(search and resque), serta
n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompak dan
penyelundupan.
Tugas pokok TNI yang terdapat dalam Pasal 7 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional
Indonesia adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD
NRI) Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
25
darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.
Adapun fungsi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terdapat pada
Pasal 6 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 yaitu:
a. TNI sebagai alat pertahanan negara berfungsi sebagai :
1) Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman
bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
2) Penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dan
3) Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat
kekacauan keamanan.
b. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
TNI merupakan komponen utama.
Adapun asa-asas yang dipergunakan Tentara Nasional Indonesia dalam
rangka melaksanakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) adalah
sebagai berikut :
a. Asas Tujuan, setiap penyelenggaraan operasi harus memiliki rumusan
tujuan/sasaran yang jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan
dalam pencapaian tugas pokok
b. Asas kesatuan komando dan pengendalian seluruh kegiatan operasi
yang dilaksanakan dalam rangka OMSP berada di bawah satu
komando/penanggung jawab dari institusi negara yang ditunjuk sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
26
c. Asas Proposionalitas, diartikan bahwa kekuatan, persenjataan dan
peralatan TNI yang dikerahkan dalam pelaksanaan operasi dilakukan
secara sepadan, tidak berlebihan, memiliki prosedur standar operasi
yang jelas, terhindar dari tindakan diluar batas kewajaran.
d. Asas Keamanan, tindakan yang tepat untuk menjamin keamanan,
kerahasiaan, keleluasaan bergerak, melindungi satuan sendiri dan
menghindari jatuhnya informasi ke tangan lawan. Asas keamanan
diterapkan mulai proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
pengakhiran operasi dengan tujuan untuk menghindari kegagalan
dalam pelaksanaan OMSP.
e. Asas Legitimasi, diartikan bahwa pelaksanaan OMSP yang
dilaksanakan oleh TNI sudah berdasar kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan keputusan politik negara.
f. Asas Keterpaduan, mengingat OMSP merupakan operasi yang
melibatkan institusi di luar TNI, maka diperlukan adanya persamaan
persepsi, koordinasi yang tepat dan keterpaduan dalam kesatuan dan
dukungan.
g. Asas Ekonomis, dalam OMSP harus dipertimbangkan penggunaan
kekuatan secara ekonomis. Segala faktor harus diperhitungkan dengan
cermat, sehingga pada pelaksaannya dapat dikerahkan kekuatannya
secara efektif dan efisien.
Tentara Nasional Indonesia dalam menggalang sistem pertahanan
negara memiliki susunan dan kedudukannya yang diatur oleh aturan agar
tidak terjadi perbuatan yang sewenang-wenang dari alat pertahanan negara
27
ini. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia tertuang dalam
regulasi yang jelas, yakni pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara
Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Republik Indonesia, pada Pasal 3
yang berbunyi :
a. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara yang organisasinya disusun berdasarkan
kebutuhan yang diatur dalam undang-undang.
b. Tentara Nasional Indonesia berada di bawah Presiden.
c. Tentara Nasional Indonesia dipimpin oleh seorang Panglima yang
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
d. Prajurit Tentara Nasional Indonesia tunduk kepada kekuasaan
peradilan militer dalam hal pelanggaran hukum militer dan tunduk
kepada kekuasaan peradilan umum dalam hal pelanggaran hukum
pidana umum. Apabila kekuasaan peradilan umum tidak berfungsi
maka prajurit Tentara Nasional Indonesia tunduk di bawah kekuasaan
peradilan yang diatur dengan undang-undang.
Telah jelas dari susunan Tentara Nasional Indonesia memiliki daerah
atau matra (wilayah) yang vital yang harus di jaga dan dilindungi yakni
wilayah darat, wilayah laut, dan wilayah udara yang dari wilayah-wilayah
tersebut di komando dengan angkatan yang memiliki tugas masing-
masing.
28
Ketiga wilayah tersebut Tentara Nasional Indonesia memiliki pusat
komando yang dipimpin oleh Panglima TNI yang saat ini di jabat oleh
Jendral TNI Moeldoko dan Panglima TNI bertanggung jawab terhadap
presiden karena presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi TNI
sesuai dengan asas Proposionalitas.
Tentara Nasional Indonesia dalam menjalankan tugas dan fungsinya
melalui Panglima TNI harus bertanggung jawab kepada Presiden karena
alat pertahanan negara ini di bawah tanggung jawab seorang presiden
sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan serta panglima
tertinggi.
5. Kewajiban dan Larangan TNI
Prajurit berkewajiban menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan
oleh bangsa dan negara untuk melakukan usaha pembelaan negara
sebagaimana termuat dalam Sumpah Prajurit. Untuk keamanan negara,
setiap prajurit yang telah berakhir menjalani dinas keprajuritan atau
prajurit siswa yang karena suatu hal tidak dilantik menjadi prajurit wajib
memegang teguh rahasia tentara walaupun yang bersangkutan
diberhentkan dengan hormat atau dengan tidak hormat.
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, prajurit berpedoman
pada Kode Etik Prajurit dan Kode Etik Perwira. Selain itu berpedoman
pada hukum disiplin prajurit yang merupakan serangkaian peraturan dan
norma untuk mengatur, menegakkan, dan membina disiplin atau tata
29
kehidupan prajurit agar setiap tugas dan kewajibannya dapat berjalan
dengan sempurna.
B. Tinjauan Tentang Pertahanan dan Keamanan
1. Pengertian Pertahanan
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pertahanan berasal dari kata
tahan yang berarti tetap dalam keadaan, atau tetap dalam kedudukan.
Maka dengan demikian pertahanan berarti mengupayakan supaya tetap
tidak berubah dari keadaan semula, menjaga dan melindungi supaya
selamat.
Sementara yang dimaksud dengan pertahanan negara adalah segala
usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.14
Sedangkan pengertian pertahanan negara dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional
Indonesia Pasal 1 ayat (5) adalah segala usaha untuk menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan melindungi segenap bangsa dari ancaman
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, disusun dengan
memperhatikan kondisi grafis Indonesia sebagai negara kepulauan.
14
Conni Rahakundini Bakrie, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2007), halaman. 49.
30
2. Tujuan dan Fungsi Pertahanan
a) Tujuan
1) Menjaga dan melindungi kedaulatan negara
2) Mejaga dan melindungi keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)
3) Mejaga dan melindungi segenap komponen bangsa dari segala
bentuk ancaman.
b) Fungsi
Mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sebagai satu kesatuan pertahanan.
3. Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan TNI Untuk menjaga
Pertahanan
Penggunaan kekuatan TNI dilaksanakan melalui operasi militer untuk
perang dan operasi militer selain perang dengan memperhatikan prinsip-
prinsip penggunaan kekuatan sesuai dengan aturan yang di landasi oleh
legitimasi politik dan hukum. Prinsip kewenangan dan tanggung jawab
pengerahan kekuatan TNI berada pada Presiden setelah mendapat
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI),
selanjutnya tanggung jawab penggunaan kekuatan TNI berada pada
panglima TNI. Sesuai dengan Pasal 19 dan Pasal 20 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, tanggung jawab
penggunaan kekuatan TNI berada pada Panglima TNI yang terdiri dari:
31
a. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi militer
untuk perang, dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan
pertahanan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi militer
selain perang, dilakukan untuk kepentingan pertahanan Negara atau
dalam rangka mendukung kepentingan nasional sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka tugas perdamaian dunia
dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia dan
ketentuan hukum nasional.
4. Pengertian tentang Keamanan
Secara etimologis konsep keamanan (security) berasal dari bahasa latin
“securus: (se+cura)” yang bermaksa terbebas dari bahaya, terbebas dari
ketakutan (free from danger, freedom fear). Keamanan (security) secara
umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan mempertahankan diri
(survival) dalam menghadapi ancaman nyata (existensial threat).15
Kata ini
juga bisa bermakna dari gabungan se (yang berarti tanpa/without) dan
curus (yang berarti uneasiness). Sehingga bila digabungkan kata ini
bermakna “liberation from uneassiness, or a peaceful situstion without
any risk or threats”.
Kemudian yang dimaksusd dengan gangguan keamanan adalah
gangguan dan ancaman yang muncul akibat dari kondisi yang pada
15
Muhamad Yamin dan Sebastian Matengkar, Intelijen Indonesia Towards Profesional
Inteligence (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), halaman 6.
32
umumnya selalu panik atau tidak teratur-tidak disiplin atau paranoid,
demokrasi yang tidak terkendali, pertentangan ideology (clash of
civilization), dominasi kekuatan politik tertentu, peredaran senjata gelap,
globalisasi, instabilitas politik dan pemberontakan terhadap dominasi
negara-negara lain, diantaranya adalah terorisme, sparatisme, konflik
horizontal dan pemberontakan senjata.16
Hakikat keamanan negara mencakup keselamatan individu dalam
ketertiban umum harus disusun berdasarkan kondisi obyektif domestik
dengan memperhatikan konteks strategis regional dan global. Di dalam
negeri, keselamatan warga dan ketertiban publik akan dihadapkan pada
kejahatan konvensional berupa tindakan kriminalitas seperti pencurian,
perampokan, tawuran, pemerkosaan, dll. Selain itu aparat keamanan juga
akan dihadapkan pada masalah ancaman dalam negeri seperti huru-hara
(akibat tidak puasnya masyarakat terhadap pemerintah), pengamanan
obyek vital (akibat maraknya berbagai aksi reclaiming masyarakat, konflik
komunal, terorisme serta tribalisme).17
Keamanan negara diselenggarakan oleh pemerintah melalui usaha
sistem keamanan negara yang diselenggarakan oleh beragam institusi
keamanan yang masing-masing memiliki tugas, wewenang, dan tanggung
jawab yang spesifik. Pengelolaan keamanan negara perlu membedakan
antara institusi-institusi penanggung jawab politik adalah pemerintah dan
16
Liota P.H., Boomerang Effect: The Convergen of National and Human Security, dalam
security dialogue, Vol 33 No. 4, hal. 473-488 dalam Tim Propatria Institute, Mencari Format
Komprehensif Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara (Jakarta: Tim Propatria Institute, 2006),
halaman 27. 17
Ibid., halaman 473-488.
33
parlemen yang memiliki kewenangan dalam merumuskan kebijakan
keamanan dan/atau dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan.18
Singkatnya, keamanan negara adalah bentuk pendekatan keamanan
(security approach) yang diberlakukan penguasa negara terhadap
masyarakat secara umum.19
Disisi lain, menurut Kelak Walden Bello
menyatakan, keamanan negara adalah pemberhentian terakhir dari tujuan
negara yang terus bergelut dalam menghadapi kekuatan di luar dirinya.20
Kekuatan di luar dirinya bisa berarti kekuatan luar negeri tapi juga
kekuatan yang merongrong di dalam negeri.
5. Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan TNI Untuk Keamanan
Penggunaan kekuatan TNI dilaksanakan melalui operasi militer untuk
perang dan operasi militer selain perang dengan memperhatikan prinsip-
prinsip penggunaan kekuatan sesuai dengan aturan yang di landasi oleh
legitimasi politik dan hukum. Prinsip kewenangan dan tanggung jawab
pengerahan kekuatan TNI berada pada Presiden setelah mendapat
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI),
selanjutnya tanggung jawab penggunaan kekuatan TNI berada pada
panglima TNI. Sesuai dengan Pasal 19 dan Pasal 20 UU Nomor 34 Tahun
2004 tentang TNI, tanggung jawab penggunaan kekuatan TNI berada pada
Panglima TNI yang terdiri dari:
18
Anak Agung Bayu Perwita, Mencari Format Komperhensif Pertahanan dan
Keamanan Negara (Jakarta: Propartia Institute, 2006), halaman 7. 19
M. Busyro Muqoddas, Hegemoni Rezim Intelijen (Yogyakarta: PUSHAM UII, cetakan
pertama, 2011), halaman 9. 20
Ibid., halaman 9.
34
a. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi militer
untuk perang, dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan
pertahanan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi militer
selain perang, dilakukan untuk kepentingan pertahanan Negara atau
dalam rangka mendukung kepentingan nasional sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka tugas perdamaian dunia
dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia dan
ketentuan hukum nasional.
C. Tinjauan Umum Tentang Bintara Pembina Desa (Babinsa)
1. Pengertian Babinsa
Babinsa adalah pelaksanaan Danramil dalam melaksanakan fungsi
pembinaan teritorial di pedesaan yang bertugas pokok melatih rakyat dan
memberikan penyuluhan dibidang pertahanan negara serta pengawasan
fasilitas atau prasarana untuk pertahanan negara di pedesaan. Konsep
Babinsa merupakan kepanjangan dari Bintara Pembina Desa yang berada
di bawah Koramil. Babinsa adalah pelaksana pembinaan teritorial yang
berhadapan langsung dengan masyarakat desa serta dengan segala
permasalahan yang penuh dengan kemajemukan. Oleh karena itu sesuai
dengan tekat TNI dalam rangka ikut berperan aktif dalam pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertumpu pada pembangunan masyarakat
desa. Maka Babinsa harus mempunyai kemampuan yang memadai agar
35
dapat memacu masyarakat desanya aktif dalam pembangunan. Babinsa
dituntut memiliki kondisi mental, motivasi yang tangguh, tingkat
profesionalisme yang memadai dan kemampuan yang dapat diandalkan.
Babinsa dijabat oleh seseorang Ba/Ta Angkatan Darat berpangkat
Kopral Satu sampai dengan Pembantu Letnan Satu, merupakan pelaksana
Koramil (Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 19/IV/2008
Tanggal 8 April 2008).
2. Tugas dan Peran Babinsa
Babinsa bertugas pokok melatih rakyat dan memberikan penyuluhan
dibidang pertahanan negara serta pengawasan fasilitas atau prasarana
untuk pertahanan negara di pedesaan.
Dalam buku Petunjuk Tuntunan Tugas Babinsa, tugas Babinsa
tercantum di Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 19/IV/2008
Tanggal 8 April 2008, yaitu antara lain :
a. Melaksanakan Pembinaan Teritorial sesuai petunjuk Danramil
dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Anjangsana ke seluruh rumah-rumah yang ada di desa binaan agar
Babinsa dikenal masyarakat
2) Ikut semua kegiatan yang ada di masyarakat
3) Membantuk masyarakat yang terkena musibah
4) Ikut gotong royong pada Jumat bersih
5) Membantu masyarakat yang melaksanakan hajatan
36
6) Mengajari masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan
dengan membawa tim penyuluh serta melaksanakan
pendampingan kepada masyarakat
7) Olahraga bersama dengan masyarakat
8) Ikut kegiatan agama dan kesenian daerah
9) Ikut aktif kegiatan Siskampling dengan masyarakat
10) Mengajar PBB terhadap pelajar, warga dan karang taruna desa
11) Mengajari masyarakat untuk mengungsi apabila ada bencana dan
menentukan tempat pengungsian.
12) Ikut melaksanakan setiap permasalahan antara masyarakat yang
berselisih dengan bijaksana
13) Menghormati orang tua
14) Menyayangi anak kecil
b. Melaksanakan pengumpulan dan pemeliharaan data geografi,
demografi, kondisi sosial dan Potensi Nasional meliputi SDM,
SDA/SDB serta sarana dan prasarana di wilayahnya.
1) Ketahui batas Utara, Barat, Selatan dan Timur desa binaan
2) Ketahui daerah rawan bencana
3) Ketahui daerah yang dapat menjadi sumber logistik wilayah
seperti pertanian, perikanan perkebunan dan peternakan yang ada
di wilayahnya.
4) Ketahui jumlah penduduk, jenis kelamin, usia dan status
37
5) Mengenal orang/kelompok ekstrem kiri, ekstrem kanan, tokoh
unjuk rasa, tokoh radikal, mantan residivis dan orang yang tidak
puas kebijakan pemerintah.
6) Ketahui jenis pekerjaan masyarakat yang ada di wilayahnya
c. Memberikan informasi tentang situasi dan kondisi wilayah bagi
pasukan yang bertugas di daerahnya.
1) Karakteristik daerah seperti kondisi jalan, sungai, jembatan,
hutan/gunung di wilayah yang bisa dilalui pasukan
2) Daerah logistik wilayah
3) Karakteristik tentang adat istiadat, budaya
4) Kondisi cuaca
d. Melaporkan perkembangan situasi kepada Danramil pada kesempatan
pertama (laksanakan Tamu Cepat dan Lapor Cepat dengan
berpedoman kepada SIABIDIBAME)
1) Si = Siapa yang menjadi pelakunya
2) A = Apa yang terjadi
3) Bi = Kapan terjadinya
4) Di = Dimana lokasi kejadiannya
5) Ba = Bagaimana kejadiannya
6) Me = Mengapa bisa terjadi
e. Babinsa dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab
kepada Danramil.
38
f. Babinsa harus punya jadwal kegiatan rutin setiap harinya yang
mengandung unsur “KS2A” maksudnya adalah :
1) „K‟ adalah Kemana tujuan saya hari ini
2) „S‟ adalah Siapa yang akan saya temui
3) „A‟ adalah Apa kegiatan yang akan di kerjakan
4) „A‟ adalah Apa hasil yang harus didapatkan
g. Semua kegiatan harus bermanfaat terhadap masyarakat dan dilaporkan
kepada Danramil
Dapatlah dipahami bahwa peran Babinsa adalah mengaplikasikan
kemampuan teritorial, sebagai berikut :
1) Kemampuan temu lapor cepat
2) Kemampuan manajemen teritorial
3) Kemampuan penguasaan wilayah
4) Kemampuan meningkatkan pembinaan perlawanan rakyat
5) Kemampuan komunikasi sosial