bab ii tinjauan pustaka a. post...

23
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali seperti sebelum hamil, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti kembali sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, R. 1998). Post partum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan kekuatan ibu tanpa anjuran ataupun obat (Prawiroharjo, 2001). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2001). Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Lebih-lebih bila partus berlangsung agak lama. Karenanya, harus cukup istirahat, delapan jam post partum wanita harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum. Setelah delapan jam boleh miring ke kiri atau ke kanan, untuk mencegah adanya trombosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar bersama disebut rooming in, atau pada kamar yang berpisah. Pada hari kedua bila perlu telah dapat dilakukan latihan-latihan senam. Umumnya pada hari ketiga sudah bisa duduk, pada hari keempat berjalan, dan pada hri kelima dapat dipulangkan. Ibu postpartum primipara adalah seorang wanita yang pernah hamil satu kali, dimana wanita tersebut melahirkan satu atau dua anak yang hidup. Ibu

Upload: others

Post on 23-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Post Partum

Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali seperti sebelum

hamil, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti kembali sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar,

R. 1998). Post partum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan dengan kekuatan ibu tanpa anjuran ataupun obat

(Prawiroharjo, 2001). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2001).

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Lebih-lebih bila partus

berlangsung agak lama. Karenanya, harus cukup istirahat, delapan jam post

partum wanita harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya perdarahan

post partum. Setelah delapan jam boleh miring ke kiri atau ke kanan, untuk

mencegah adanya trombosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu

kamar bersama disebut rooming in, atau pada kamar yang berpisah. Pada hari

kedua bila perlu telah dapat dilakukan latihan-latihan senam. Umumnya pada

hari ketiga sudah bisa duduk, pada hari keempat berjalan, dan pada hri kelima

dapat dipulangkan.

Ibu postpartum primipara adalah seorang wanita yang pernah hamil satu

kali, dimana wanita tersebut melahirkan satu atau dua anak yang hidup. Ibu

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

8

postpartum multipara adalah seorang wanita yang telah hamil dua kali atau

lebih yang menghasilkan janin hidup, tanpa memandang anak itu hidup saat

lahir (Ramali, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman postpartum (Barbara. S,

2004) :

1. Sifat persalinan dan kelahiran, serta tujuan kelahiran.

2. Persiapan persalinan, kelahiran, dan peran menjadi orang tua.

3. Transisi menjadi orangtua yang mendadak.

4. Pengalaman keluarga secara individual atau bersama terhadap

kelahiran anak dan membesarkan anak.

5. Harapan peran anggota keluarga.

6. Kepekaan dan efektivitas asuhan keperawatan dan perawatan

profesional lainnya.

7. faktor-faktor resiko pada komplikasi pascapartum, faktor-faktor

resiko tersebut meliputi :

a. Preeklampsia atau eklampsia

b. Diabetes

c. Masalah jantung

Adapun tujuan perawatan pada postpartum antara lain (Barbara. S, 2004) :

1. Meningkatkan involusi uterus normal dan kembali ke keadaan sebelum

hamil.

2. Mencegah atau meminimalkan komplikasi postpartum.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

9

3. Meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pelvik, jaringan

perianal dan perineal.

4. Membantu pemulihan fungsi tubuh normal.

5. Meningkatkan pemahaman terhadap perubahan-perubahan fisiologis

dan psikologis.

6. Memfasilitasi perawatan bayi baru lahir dan perawatan mandiri oleh

ibu baru.

7. Meningkatkan keberhasilan integrasi bayi baru lahir ke dalam unit

keluarga.

8. Menyokong keterampilan peran orangtua dan pelekatan orangtua-bayi.

B. Adaptasi Fisiologis ibu setelah persalinan

Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal,

dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Perubahan fisiologi

yang terjadi antara lain :

1. Sistem reproduksi

a. Uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta

keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Subinvolusi ialah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak

hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering ialah tertahannya

fragmen plasenta dan infeksi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

10

Pada primipara tonus uterus meningkat sehingga fundus pada

umumnya kencang, relaksasi dan kontraksi yang periodik sering

dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan

sepanjang masa awal puerperium.

b. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah melahirkan. Delapan belas (18)

jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih

padat dan kembali kebentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah

uterus tetap endematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah

ibu melahirkan.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada serviks ialah segera

postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Warna

serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

c. Vagina

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam pemisahan

mukosa dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya

sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum

hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.

2. Sistem endokrin

a. Hormon plasenta

Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar.

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-

hormon yang diproduksi organ tersebut.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

11

b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan

tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada

wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena

kadar follicle-stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita

menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespons

terhadap stimulasi FSH ketika prolaktin meningkat (Bowes, 1991).

3. Sistem urinarius

a. Komponen urine

Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang.

Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal.

BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama masa

pascapartum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.

b. Diuresis pascapartum

Diuresis pascapartum yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen,

hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan

hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan

mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.

c. Uretra dan Kandung kemih

Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama

melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung

kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali disertai

daerah-daerah kecil hemoragi. Kombinasi trauma akibat kelahiran,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

12

peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek

konduksi anastesi menyababkan keinginan untuk berkemih menurun.

4. Sistem cerna

a. Nafsu makan, motilitas, dan defekasi

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh

mengkonsumsi makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek

analgesia, anestesia, dan keletihan ibu merasa sangat lapar.

Secara khas penurunan tonus dan motalitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan

anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motalitas ke

keadaan normal.

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga

hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus

otot usus menurun selama proses persalinan dan pada masa awal pasca

partum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang

makan, dan dehidrasi.

b. Payudara

Ibu tidak menyusui

Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak

menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan

cepat. Sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari

pertama setelah wanita melahirkan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

13

Ibu yang menyusui

Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu masa (benjolan), tetapi kantong

susu yang terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi

dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni

kolostrum, dikeluarkan dari payudara.

5. Sistem kardiovaskuler

a. Volume darah

Penyesuaian pembuluh darah maternal stelah melahirkan berlangsung

dramatis dan cepat. Respon wanita dalam menghadapi kehilangan

darah selama masa pascapartum dini berbeda dari respon wanita tidak

hamil. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita

1. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran

pembuluh darah maternal 10% sampai 50%.

2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus

vasodilatasi.

3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama

wanita hamil.

b. Curah jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat

sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini

akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena

darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali

ke sirkulasi umum.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

14

6. Sistem neurologi

Perubahan neurologi selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi

neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang

dialam wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis

yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.

7. Sistem muskuloskeletal

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil

berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini

mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan

perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.

8. Sistem integumen

Klaosma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat

kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di aerola dan linea nigra tidak

menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita,

pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang meregang pada

payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak

hilang seluruhnya.

C. Adaptasi Psikososial ibu setelah persalinan

1. Adaptasi psikologis

Adaptasi adalah suatu proses yang konstan dan berkelanjutan yang

membutuhkan perubahan dalam hal struktur, fungsi dan perilaku sehingga

seseorang lebih sesuai dengan suatu lingkungan tertentu. Proses ini

melibatkan interaksi individu dan lingkungan. Hasil akhirnya tergantung

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

15

pada tingkat kesesuaian antara keterampilan dan kapasitas seseorang dan

sumber dukungan sosialnya di satu sisi dan jenis tantangan atau stresor

yang dihadapi disisi lain. Maka, adaptasi adalah suatu proses individual

dimana masing-masing individu mempunyai kemampuan untuk mengatasi

masalah atau berespon dengan tingkat yang berbeda-beda (Smeltzer S. C,

2001).

Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologi yang terjadi :

a. Trimester I : sering terjadi fluktuasi lebar emosional sehingga periode

ini mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa

tidak nyaman.

b. Trimester II : Fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian

wanita hamil lebih terfokus pada berbagai perubahan tubuh yang

terjadi selama kehamilan, kehidupan seksual keluarga dan hubungan

batiniah dengan bayi yang dikandungnya.

c. Trimester III : Berkaitan dengan bayangan risiko kehamilan dan proses

persalinan sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya

mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan

dihadapi.

Model konsep adaptasi pertama kali dikembangkan oleh sister

Calista Roy (1991) konsepnya dikembangkan dari konsep individu dan

proses adaptasi seperti di uraikan dibawah ini, asumsi dasar model

adapatasi roy adalah :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

16

a. Input

(Roy, 1991) mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,

merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari

lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga

tingkatan yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual dan stimulus

residual. Kondisi kesehatan pada usia dewasa merupakan contoh dari

stimulus fokal, kontekstual maupun residual.

1). Stimulus fokal adalah stimulus yang langsung berhadapan dengan

seseorang, efeknya segera. Sebagai contoh seseorang bisa berpaling

dengan cepat ketika suatu suara gaduh yang sangat nyaring.

2). Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain yang dialami

seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi

dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan.

Rangsangan ini muncul bersamaan dimana dapat menimbulkan respon

negatif pada stimulus fokal. Sebagai contoh adanya faktor negatif dan

positif pada stimuli yang timbul.

3). Stimulus residual adalah ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan

dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi, yang meliputi

kepercayaan, sikap, sifat individu berkembang sesuai dengan

penglaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi.

Sebagai contoh seseorang yang ditakutkan pada suatu masalah yang

telah melupakan sesuatu yang hilang dimana itu adalah sebagai anak.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

17

b. Mekanisme koping

Mekanisme koping seseorang untuk beradaptasi atau berespon

terhadap stimulus di gunakan sebagai mekanisme kontrol ini dibagi

atas regulator dan kognator yang merupakan subsistensi.

1). Subsistensi regulator

Subsistensi regulator mempunyai komponen-komponen : input-

proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.

Transimeter regulator sistem adalah kimia, neural atau endrokrin.

Refleks otonom adalah respon neural dan brain system dan spinal cord

yang diteruskan sebagai perilaku output dari regolator sistem. Proses

fisiologis dapat dinilai sebagai perilaku regolator subsistem.

2). Subsistem kognitor

Stimulus untuk subsistem kognitor dapat eksternal maupun

internal.perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi

stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol

proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,

penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan

dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat,

reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).

Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses

internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisis. Emosi

adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunkan

penilaian dan kasih sayang (Roy, 1991).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

18

c. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur

atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun

dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem.

Roy (1991) mengkategorikan output sistem sebagai respon adaptif atau

respon yang tidak efektif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan

integritas seseorang. Roy (1991) telah menggunakan bentuk

mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol seseorang

sebagai adaptif sistem. Contih adaptasi perilaku pada model Roy

adalah sebagai berikut :

1) Self-concept mode

Adalah salah satu dari mode psikososial dan memusat secara rinci

pada aspek rohani dan psikologis yang ada pada diri. Kebutuhan

dasar mendasari self-concept mode telah dikenali seperti integritas

mempunyai kekuatan batin adalah kebutuhan untuk mengetahui

siapa yang menjadi satu bahwa seseorang dapat ada dengan suatu

kesatuan perasaan. Integritas mempunyai kekuatan batin adalah

dasar permasalahan adaptasi dan kesehatan dalam area ini boleh

bertentangan dengan kemampuan orang untuk menyembuhkan atau

yang di kerjakan apa yang penting untuk memelihara lain aspek

kesehatan. Adalah penting bagi perawat untuk mempunyai

pengetahuan tentang self-concept mode untuk mampu menilai

perilaku dan stimuli mempengaruhi self-concept orang.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

19

2) Model peran fungsi

Adalah salah satu dari dua mode sosial dan fokus pada peran

seseorang dalam masyarakat. Suatu peran sebagai unit masyarakat

yang berfungsi adalah sebagai satuan harapan tentang bagaimana

seseorang menduduki satu posisi bertindak ke arah seseorang

menduduki posisi yang lain. Model fungsi peran telah dikenali

seperti intergritas sosial yang harus mengetahui seseorang dalam

hubungan dengan orang yang lain sedemikian sehingga seseorang

dapat bertindak.

Suatu penggolongan peran sebagai primer, sekunder, dan tersier

telah sesuai menggunakan dalam Model Adaptasi Roy,

Berhubungan dengan peran masing-masing adalah perilaku sebagai

penolong dan perilaku ekspresif, penilaian di mana menyediakan

suatu indikasi adaptasi sosial sehubungan dengan peran berfungsi.

Masing-Masing jenis perilaku dapat digambarkan dengan peran

ibu. Mengawasi kebutuhan fisik bayi melibatkan perilaku sebagai

penolong, memegang dan memeluk bayi adalah perilaku ekspresif.

Cara di mana orang memenuhi pengharapan peranan ini adalah

suatu indikasi peran berfungsi.

3) Interdependen Mode

Adalah suatu adaptasi yang berfokus pada inetraksi yang

berhubungan dengan memberi atau menerima rasa hormat dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

20

nilai. Kebutuhan dasar dalam interdependen mode sangat

terkecukupan dalam rasa aman untuk pemeliharaan hubungan.

2. Fase perubahan adaptasi psikososial

Menurut Rubin (cit. Bryar, 1995) terdapat tiga fase perubahan

adaptasi psikososial ibu postpartum yaitu :

a. Fase Taking In : periode tingkah laku bergantung. Fase taking in

adalah waktu refleksi bagi ibu, yang terjadi pada hari pertama sampai

hari kedua gejalanya :

1). Ibu berfokus pada dirinya sendiri dan tergantung pada orang lain.

Ketergantungan ini sebagian karena ketidaknyamanan fisik

(kemungkinan karena jahitan di perineum, after pains, hemorhoid),

karena ketidakpastiannya merawat bayi, dan karena kelelahan yang

sangat setelah persalinan. Ibu biasanya menginginkan untuk

membicarakan tentang kehamilannya, khususnya tentang

persalinan dan kelahiran secara emosional, ia berusaha untuk

mengintegrasikan proses persalinan dan kelahiran kedalam

pengalaman hidupnya.

2). Seorang ibu akan mengenang kejadian kelahiran secara berulang

mencari detailnya dan membandingkan penampilannya dengan hal

yang diharapkannya, pengalaman kelahiran sebelumnya, atau dari

orang lain.

3). Energi yang ada pada ibu postpartum ini lebih dipusatkan pada

kesehatan dan kesejahteraannya sendiri, bukan kepada bayinya.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

21

4). Tingkah laku ibu dapat bersifat pasif dan tergantung. Kebutuhan

untuk istirahat, makan dan membuat keputusan mungkin

diverbalisasikan dan bantuan dari pemberi perawatan kesehatan

akan dengan senang hati dihargai.

5). Ibu akan siap menerima bantuan untuk memenuhi kebutuhan fisik

dan emosinya.

6). Ibu membutuhkan waktu untuk beristirahat dan memperoleh

kembali kekuatan fisik dan untuk menyenangkan, menahan

pikiran-pikiran yang beragam. Ibu dapat menunjukkan sedikit

ketertarikan untuk merawat bayinya.

Pada gambaran awal yang disampaikan Rubin, fase ini

berlangsung selama 1-2 hari. Sekarang tingkah laku ini dapat

diobservasi pada jam-jam pertama kehamilan.

b. Taking Hold adalah pergerakkan dari tergantung menuju tingkah laku

mandiri.

1). Fase ini terjadi pada hari ke 2-4 postpartum.

2). Secara bertahap, tingkat energi ibu bertambah dan akan merasa

lebih nyaman serta mampu lebih berfokus pada bayinya

dibandingkan pada dirinya sendiri.

3). Seorang ibu mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan

(melakukan mobilisasi), melakukan aktivitas perawatan diri dan

sering mengungkapkan perhatian-perhatian tentang fungsi tubuh.

Biasanya ibu mengungkapkan bahwa ia ingin kondisi atau

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

22

keadaanya segera pulih seperti keadaan sebelum melahirkan.

Meskipun demikian ibumasih sering merasa kelelahan karena

pengaruh perubahan hormonal, proses penyembuhan dari uterus

dan perineum.

4). Ibu memperoleh kontrol terhadap tubuhnya, dia menjadi lebih

mampu untuk bertanggung jawab untuk merawat bayi yang baru

dilahirkannya. Ibu yang melahirkan tanpa bantuan anastesi

mungkin mencapai fase kedua ini dalam waktu beberapa jam

setelah persalinan. Meskipun tindakan ibu menunjukkan

kemandirian yang kuat dalam waktu ini, seorang ibu postpartum

masih sering merasa tidak aman tentang kemampuannya merawat

bayinya.

5). Menginterprestasikan kompetensi perawat sebagai refleksi dari

ketidakmampuannya dan memandang bahwa dirinya gagal, dalam

hal ini butuh pujian tentang segala sesuatu yang sudah di

lakukannya dengan baik untuk memberikan rasa percaya diri,

misalnya dukungan pada bayi, mulai menyusui, dan

menyendawakan bayi yang benar. Pujian yang positif ini dimulai

ketika ibu masih berada di tempat perawatan dan berlanjut setelah

pulang kerumah, maupun ketika kontrol kembali. Oleh karena itu

fase ini ideal untuk mengajarkan tentang perawatan bayi dan

perawatan diri, termasuk pendidikan kesehatan dengan metode

demonstrasi.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

23

Setelah fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu

muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik,

sehingga ia dapat istirahat dengan baik. Mekanisme pertahanan diri pasien

merupakan sumber penting dalam fase ini, karena postpartum blues bisa

terjadi. Layanan kunjungan rumah (home visite) sangat dianjurkan

terutama pada ibu muda.

c. Fase Letting Go. Pada fase ketiga disebut letting go (mendefinisikan

sebagai peran barunya), oleh Rubin fase ini dimulai pada akhir minggu

pertama postpartum yang saat ini ibu akan menuju fase letting go

dengan peran barunya.

1). Menghilangkan fantasi tentang bayinya dan menerima keadaan

bayinya yang nyata.

2). Penyesuaian diri kembali menyangkut hubungan dengan pasangan,

yang mirip dengan apa yang terjadi selama masa kehamilan. Hal

ini meluas dan terus berlangsung selama masa pertumbuhan anak.

3). Timbul masa depresi ringan pada periode postpartum awal oleh

karena adanya proses berduka dan bereorganisasi keluarga.

4). Mengakui bahwa mereka merasa tertinggal (abandonment) dan

kurang penting setelah kelahiran anaknya.

5). Bingung dengan perasaan yang sangat dekat dengan kecemburuan

oleh karena setiap orang hanya menanyakan tentang keadaan bayi

hari ini dan bukan tentang diri ibu. Setiap orang menanyakan

kesehatan dan kesejahteraan dirinya sesaat setelah kelahiran bayi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

24

yang menjadi perhatian utama, seperti setiap orang menanyakan

bayinya, kado-kado semua untuk bayi. Bagaimana bisa seorang ibu

yang baik dapat cemburu dengan bayinya sendiri?. Dalam hal ini

perawat dapat membantu ibu untuk mengungkapkan tentang

”banyak hal yang berubah”. Betapa aneh dan bahkan tidak nyaman,

yang harus ibu rasakan, ini adalah kata-kata untuk mengetahui

sensasi yang dialami oleh ibu, sementara ibu merasa tetap nyaman

merupakan hal yang normal.

6). Kekecewaan terhadap bayi. Selama kehamilan, ibu mungkin

membayangkan bayi yang gemuk, rambut keriting atau yang suka

tersenyum. Ibu mengabaikan anak yang kurus, tanpa rambut dan

selalu menangis.

Merupakan hal yang sulit bagi orang tua untuk merasa positif terhadap

bayinya, yang tidak memenuhi harapan mereka. Jika jenis kelamin anak

tidak sesuai yang diinginkan, ibu dapat merasa gagal meskipun ibu

memahami bahwa hal ini adalah sesuatu yang berada diluar kontrolnya.

Kegagalan dalam adaptasi psikososial postpartum dapat

mengakibatkan gangguan psikologi berupa postpartum blues. Pospartum

blues merupakan bentuk depresi pospartm yang paling ringan. Gangguan

psikologis yang lebih berat lagi berupa depresi postpartum dan psikosis

postpartum (Reeder et all, 1997).

Steele dan pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orangtua

merupakan suatu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

25

pertama, bersifat praktis atau mekanis, melibatkan keterampilan kognitif

dan motorik; komponen kedua, bersifat emosional, melibatkan

keterampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen ini penting untuk

perkembangan dan keberadaan bayi.

1. Keterampilan Kognitif-Motorik

Komponen pertama dalam proses menjadi orangtua melibatkan

aktivitas perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong,

mengenakan pakaian, dan membersihkan bayi, menjaga dari bahaya,

dan memungkinkannya untuk bisa bergerak. Kemampuan orangtua

dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya.

Banyak orangtua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan proses

belajar ini mungkin sukar bagi mereka. Akan tetapi, hampir semua

orangtua yang memiliki keinginan untuk belajar dan dibantu dukungan

orang lain menjadi terbiasa dengan aktivitas merawat anak.

2. Keterampilan Kognitif-Afektif

Komponen psikologis dalam menjadi orangtua, sifat keibuan

tampaknya berakar dari pengalaman orangtua di masa kecil saat

mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya. Dalam hal ini

orangtua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk menunjukkan

perhatian dan kelembutan serta menyalurkan kemampuan inike

generasi berikutnya dengan meniru hubungan orangtua-anak yang

pernah dialaminya. Keterampilan kognitif-afektif menjadi orangtua ini

meliputi sikap yang lembut, waspada dan memberi perhatian terhadap

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

26

kebutuhan dan keinginan anak. Komponen menjadi orangtua ini

memiliki efek yang mendasar pada cara perawatan anak yang

dilakukan dengan praktis dan pada respon emosional anak terhadap

asuhan yang diterimanya.

Cara orang tua berespon terhadap kelahiran anaknya dipengaruhi

oleh beberapa faktor :

a. Usia

Usia ibu sangat mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Ibu dan bayi

dianggap berisiko tinggi jika ibu berusia remaja ataupun berusia lebih

dari 35 tahun. Penelitian menunjukkan beberapa faktor tertentu yang

mempengaruhi respon orang tua pada kelompok berusia tua. Keletihan

dan kebutuhan untuk lebih banyak istirahat tampaknya lebih menjadi

masalah utama pada orang tua yang sudah berusia.

b. Jaringan sosial

Jaringan sosial memberikan sistem dukungan, dimana orangtua dapat

meminta bantuan. Hubungan cinta dan emosi yang positif, tampaknya

sangat penting untuk memperkaya kemampuan menjadi orangtua dan

mengasuh anak. Jaringan sosial meningkatkan potensi pertumbuhan

anak dan mencegah kekeliruan dalam memperlakukan anak.

c. Budaya

Kepercayaan dan praktik budaya menjadi determinan penting dalam

perilaku orangtua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

27

orangtua dengan bayi, demikian juga dengan orangtua atau keluarga

yang mengasuh bayi.

d. Sosioekonomi

Kondisi sosioekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapatkan

bantuan. Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan

dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban

keuangan. Keluarga yang menemukan kelahiran seorang bayi suatu

beban finansial dapat mengalami peningkatan stress.

e. Aspirasi personal

Bagi beberapa wanita, menjadi orangtua mengganggu kebebasan

pribadi atau kemajuan karir mereka. Kekecewaan yang timbul akibat

tidak mencapai kenaikan jabatan, misalnya mungkin tidak

terselesaikan pada masa prenatal. Apabila rasa kecewa ini tidak

terselesaikan, hal ini akan berdampak pada cara mereka merawat dan

mengasuh bayinya dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya.

Atau sebaliknya, hal tersebut bisa membuat mereka menunjukkan rasa

khawatir yang berlebihan atau menetapkan standar yang sangat tinggi

terhadap diri mereka dalam memberi perawatan dan juga pada

kemampuan perkembangan bayi mereka.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

28

D. Kerangka Teori

Sumber : Bobak, 2004 & Barbara, 2004 dan Rasmun, 2004

E. Kerangka Konsep

Adaptasi Psikososial

Postpartum

Ibu Pospartum Multipara

Adaptasi Psikososial Postpartum

Ibu Postpartum Primipara

Factor yang mempengarui pengalaman postpartum :

• Sifat kelahiran • Persiapan dan peran • Transisi menjadi

orangtua • Harapan • Kepekaan • Faktor resiko

komplikasi

Adaptasi Psikososial Postpartum :

• Fase Taking in • Taking Hold • Fase Letting

go

Pengalaman postpartum

Ibu post partum Primipara

Ibu post partum Multipara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partumdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-escherichi-5174-3... · A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali

29

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, dan prediktor.

Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas

adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya/berubahnya variabel

dependent (terikat) (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian perbedaan adaptasi

psikososial postpartum pada ibu primipara dan multipara sebagai variabel

idenpendent adalah ibu postpartum primipara dan multipara.

2. Variabel Dependent

Variabel ini sering disebut sebagai variabel respon, kriteria, konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (Sugitono, 2005). Dalam penelitian perbedaan

adaptasi psikososial postpartum pada ibu primipara dan multipara sebagai

variabel dependent adalah adaptasi psikososial postpartum.

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep tersebut diatas maka dalam hipotesa penelitian

yang di tegakkan adalah ada perbedaan adaptasi psikososial postpartum pada

ibu primipara dan multipara di Puskesmas Nalumsari Jepara.