bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/43422/3/bab ii.pdf ·...

28
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini peneliti juga mengambil sumber-sumber dari penelitian terdahulu sebagai referensi dan pembanding hasil penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian terdahulu yang kami jadikan referensi, antara lain: 1. Eska Nugrahini (2007) dengan penelitian berupa skripsi yang berjudul ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Kreasi oleh UKM di PT. Pegadaian”. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil analisis yang menunjukkan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jangka waktu pengembalian kredit dan biaya kredit mempunyai pengaruh terhadap permintaan kredit pada taraf signifikansi 5%. 2. Juli Widiyanti (2011) dengan penelitian berupa skripsi yang berjudul “Studi Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit Pegadaian” sebuah studi kasus yang dilakukan di PT. Pegadaian cabang Jatinom Kabupaten Klaten tahun 2003. Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara terhadap 12 responden yang ditentukan dengan random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh dari faktor penghasilan, pelayanan lembaga, dan suku bunga terhadap pengambilan kredit, sedangkan untuk faktor pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan kredit.

Upload: others

Post on 20-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini peneliti juga mengambil sumber-sumber dari

penelitian terdahulu sebagai referensi dan pembanding hasil penelitian

yang akan dilakukan. Adapun penelitian terdahulu yang kami jadikan

referensi, antara lain:

1. Eska Nugrahini (2007) dengan penelitian berupa skripsi yang berjudul

”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Kreasi oleh

UKM di PT. Pegadaian”. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil

analisis yang menunjukkan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,

jangka waktu pengembalian kredit dan biaya kredit mempunyai

pengaruh terhadap permintaan kredit pada taraf signifikansi 5%.

2. Juli Widiyanti (2011) dengan penelitian berupa skripsi yang berjudul “Studi

Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit

Pegadaian” sebuah studi kasus yang dilakukan di PT. Pegadaian cabang

Jatinom Kabupaten Klaten tahun 2003. Pada penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan teknik wawancara terhadap 12 responden yang

ditentukan dengan random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

adanya pengaruh dari faktor penghasilan, pelayanan lembaga, dan suku

bunga terhadap pengambilan kredit, sedangkan untuk faktor pendidikan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan kredit.

10

3. Aryaningsih (2008) dengan penelitiannya berupa skripsi dengan judul

“Pengaruh Suku Bunga, Inflasi Dan Jumlah Penghasilan Terhadap

Permintaan Kredit Di PT BPD Cabang Pembantu Kediri”. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga, inflasi tidak

berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit, sedangkan

jumlah dari penghasilan berpengaruh signifikan. Kemudian untuk

pengaruh dari aspek kontribusi suku bunga, inflasi dan jumlah

penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit sebesar 37,8%,

sedangkan variabel yang lain mempunyai kontribusi sebesar 62,2%.

4. Penelitian oleh Risnawati (2013) yang berupa skripsi dengan judul

“Analisis Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, dan

Tingkat Suku Bunga terhadap Penyaluran Kredit Cepat Aman (KCA)

di PT Pegadaian tahun 2005- 2010. Tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Pendapatan,

Jumlah Nasabah, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Penyaluran kredit

Cepat Aman (KCA) PT Pegadaian. Penelitian ini menggunakan jenis

data sekunder yang berupa data time series tentang pendapatan, jumlah

nasabah yang diperoleh melalui kantor PT Pegadaian dan tingkat Suku

Bunga periode 2005-2010 dari situs BI. Dalam penelitian ini

menunjukkan hasil bahwa Pendapatan PT Pegadaian, Jumlah nasabah,

dan Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap penyaluran Kredit Cepat Aman pada PT Pegadaian.

11

Adapun relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah sama-sama membahas mengenai permintaan kredit oleh

masyarakat di PT. Pegadaian, kemudian juga membahas dan menganalisa

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit. Namun,

perbedaannya adalah dari beberapa variabel yang diteliti. Pada penelitian

diatas, terdapat beberapa faktor yang diteliti contohnya mengenai suku

bunga, pelayanan lembaga, jumlah nasabah, dan pendapatan nasabah.

Sedangkan variabel yang diteliti oleh peneliti berffokus kepada tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga yang

mempunyai pengaruh terhadap permintaan Kredit Cepat Aman (KCA).

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pegadaian

PT Pegadaian merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam

keuangan non perbankan yang memberikan jasa kredit kepada

masyarakat yang mempunyai orientasi pada jaminan yang diberikan

oleh peminjam. PT Pegadaian juga mempunyai tujuan khusus yaitu

penyaluran uang pinjaman berdasarkan atas hukum gadai. Tentunya

dengan tujuan khusus tersebut memberikan dampak yang berarti untuk

mencegah praktik ijon, sistem pegadaian gelap, serta mekanisme

layanan pinjaman tidak wajar lainnya. Oleh karena itu PT Pegadaian

disini merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat khususnya

masyarakat ekonomi kelas menengah kebawah untuk mendapatkan

12

kredit dengan pelayanan secara mudah, cepat, dan aman baik skala

kecil maupun skala besar (Aziz, 2013).

Berbiara tentang pegadaian tentunya tidak terlepas dari kredit.

Dikarenakan dalam mekanismenya pegadaian juga mempunyai sistem

kredit dengan ketentuan yang berlaku sesuai hukum dasar gadai.

Sebenarnya hubungan kredit ini ada dikarenakan manusia tidak dapat

memenuhi kebutuhan dan tidak dapat secara langsung menukar barang

atau jasa yang dibutuhkannya dengan barang, jasa atau alat penukar

yang dimilikinya (Manurung, 2004).

Selain itu dengan majunya perekonomian di masyarakat Indonesia,

berdampak pada semakit pesatnya kegiatan yang dilaksanakan secara

tunai. Kegitan perkreditan ini tidak hanya berlangsung antara individu

dengan kelompok atau instansi saja melainkan antar invindu, individu

dengan badan usaha atau antar badan usaha dan instansi dengan

instansi yang lain. Menanggapi hal tersebut kemudian muncul dan

berkembang sebuah badan usaha yang bersifat formal dan secara

khusus bergerak di bidang perkreditan dan pembiayaan, yaitu bank dan

lembaga keuangan lainya, seperti PT Pegadaian (Susilo, 2000).

Menguatkan istilah pegadaian menurut Sigit Triandaru & Totok

(2006), pegadaian merupakan satu-satunya badan usaha di Indonesia

yang secara formal dan memiliki izin untuk melaksanakan kegiatan

lembaga keuangan seperti pembiayaan dengan bentuk penyaluran dana

ke masyarakat berdasarkan atas hukum gadai. Dalam mekanismenya

PT Pegadaian juga menentukan barang-barang yang dijadikan jaminan.

13

Barang-barang tersebut anatara laian seperti barang elektronik rumah

tangga, emas, perhiasan, kamera, alat musik dan lain sebagainya sesuai

dengan yang disepakati oleh Pegadaian setempat.

2. Pengertian Usaha Gadai

Kasmir (2011) menyatakan bahwasannya uang yang merupakan

barang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan sering

dibutuhkan sebagai alat tukar barang maupun jasa untuk pemenuhan

kebutuhan. Namun terkadang kebutuhan yang diinginkan tidak dapat

dicukupi dengan uang yang dimiliki. Sehingga dengan terpaksa harus

mengurangi pembelian yang bersifat tersier untuk pemenuhan

kebutuhan yang bersifat sekunder bahkan primer. Jika dengan cara

tersebut masih belum dapat memenuhi kebutuhan pada akhirnya

diperlukan solusi lain seperti dengan cara seperti meminjam dari

berbagai sumber dana yang ada dalam hal ini contohnya pegadaian.

Melalui cara tersebut bagi mereka yang memiliki barang berharga dapat

memenuhi kebutuhannya secara langsung dengan menjual barang berharga

ataupun barang tersebut sangat langka di masyarakat karena jumlah

permintaan lebih besar. Tentunya hal ini mempunyai resiko diantaranya

barang yang telah dijual akan hilang dan sulit untuk kembali. Resiko-resiko

tersebut pada saat ini bisa dikurangi dengan adanya berbagai lembaga

penjaminan barang yang dapat digantikan dengan pinjaman keuangan

secara langsung, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir tentang

kehilangan ataupun tidak kembalinya barang. Barang tersebut pada

akhirnya dapat ditebus kembali setelah masyarakat melunasi pinjamannya.

14

Dapat disimpulkan secara umum usaha gadai adalah keseluruhan

kegiatan untuk menjaminkan barang berharga kepada pihak tertentu,

untuk memeroleh sejumlah uang, dengan ketentuan barang yang

dijaminkan akan ditebus kembali dan pihak pegadaian secara otomatis

mengembalikan barang jaminan tersebut sesuai dengan perjanjian

antara nasabah dengan lembaga gadai berdasarkan hukum gadai yang

berlaku (Kasmir, 2011).

3. Teori Permintaan

Permintaan uang adalah jumlah uang yang diinginkan setiap

orang untuk melakukan transaksi, spekulasi dan berjaga-jaga.

Permintaan uang dapat dituliskan dalam bentuk kurva permintaan

uang, kurva tersebut berfungsi untuk menunjukkan jumlah uang yang

diminta dengan suku bunga yang berlaku pada saat tersebut.

a. Permintaan uang berdasarkan motif transaksi

Pendapatan seseorang dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah

permintaan uang untuk transaksi. Dengan demikian apabila

seseorang memiliki pendapatan yang tinggi maka jumlah uang

yang diperlukan untuk transaksi juga tingg, begitu juga sebaliknya.

b. Permintaan uang berdasarkan motif spekulasi

Berdasarkan motif spekulasi, suku bunga mempunyai pengaruh

dalam besar kecilnya arus permintaan uang yang kemudian dapat

digunakan untuk menentukan spekulasi. Secara umum dapat

dijabarkan ketika tingkat suku bunga rendah maka jumlah

15

permintaan uang untuk berspekulasi tinggi karena masyarakat

mempunyai minat tinggi dan sebaliknya. Oleh karena itu dapat

disimpulkan dalam kurva permintaan keuangan hubungan antara

tingkat bunga dengan jumlah permintaan uang berbanding terbalik.

c. Permintaan uang berdasarkan motif berjaga-jaga

Mengacu pada tingkatan pendapatan seseorang selain

berpengaruh terhadap tingkat transaksi yang dilakukan seseorang

juga berpengaruh terhadap tingkat permintaan keuangan untuk

berjaga-jaga untuk kebutuhab selanjutnya. Oleh karena itu dapat

diketahui jika seseorang memiliki tingkat pendapatan diatas rata-

rata masyarakat maka tingkat peminatan keuangannya juga

semakin besar dalam hal berjaga-jaga.

Sisi permintaan kredit (uang) juga dapat dipengaruhi oleh

defisit anggaran pemerintah, tingkat suku bunga, kepercayaan

konsumen, tingkat keuntungan bersih sebuah perusahaan, variabel

demografi (kependudukan), kekayaan dan tingkat pertumbuhan

pendapatan masyarakat, nilai tukar uang ke dalam ataupun ke luar

negeri, dan lain sebagainya.

Sudah tentu pasar kredit menjadi penghubung bagi

efektivitas kebijakan moneter pemerintah dan pertumbuhan

ekonomi. Mendukung pernyataan tersebut terdapat dua teori dasar

yang saling bertentangan yaitu antara Keynesian dan pandangan

teori klasik. Keynes menyatakan bahwasannya permintaan uang

16

(finance motive) bagi sebuah investasi perusahaan tentunya

membutuhkan waktu untuk mewujudkan proses investasi itu

sendiri. Disisi lain, pada saat finance motive itu tidak ada, maka

terjadi hubungan antara bank dan perusahaan, dimana perusahaan

dapat mendapatkan dana untuk melalui lembaga perbankan. Teori

kredit ini terkait pada fungsi permintaan kredit (keuangan) juga

faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga kredit.

Terdapat perbedaan antara teori kredit Wicksell (Neo-

Classical) dengan Keynesian dalam masalah konsep tentang

tingkat suku bunga alamiah. Wicksell mengatakan bahwasannya

tingkat suku bunga alamiah sangat berpengaruh dan relevan

dengan perekonomian dimana terdapatnya peran dari uang bank.

Pernyataan tersebut memiliki maksud bahwasannya pada saat

tingkat suku bunga alamiah digunakan, maka ekspetasinya akan

tercapai kondisi output yang full employment. Kemudian pada saat

tingkat suku bunga moneter memiliki perbedaan yang mendasar

dengan tingkat suku bunga alamiah maka akan terjadi

ketidakseimbangan diantara permintaan agregat.

Pendapat lain tentang pasar uang kredit yang berbeda

dengan dengan Wicksell adalah Friedman dan kaum monetaris.

Friedman dan kaum moneteris berpendapat bahwasannya

perubahan pada kuantitas kredit tidak berpengaruh terhadap

permintaan agregat dan tingkat harga. Dalam hal ini Friedman

17

memfokuskan letak perbedaan antara pasar uang dan kredit

terdapat pada tingkat harga bukan pada suku bunga alamiah seperti

Wicksell. Dikarenakan harga uang berhubungan dengan harga

uang itu sendiri, sedangkan untuk harga kredit berhubungan

dengan tingkat bunga dan tidak terkait dengan harga uang. Oleh

karena itu sesuai dengan pendapat Friedman dalam mekanisme

pasar kredit tingkat harga akan tetap namun untuk tingkat suku

bunga dapat berubah. Sehingga pada saat terjadi

ketidakseimbangan dalam mekanisme pasar kredit maka tidak

berpengaruh terhadap permintaan agregat.

4. Tinjauan Umum Kredit

Menurut Kasmir (2011), pengertian kredit berasal dari bahasa

Yunani “Credere” yang berarti “kepercayaan” atau dalam bahasa Latin

”Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Maksud dari

percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima

kredit bahwa kredit yang disalurkannya akan dikembalikan beserta

bunganya sesuai perjanjian.

Kepercayaan antara pihak yang melakukan transaksi

(perseorangan/kelompok dengan lembaga keuangan) menjadi dasar

pemberian persetujuan kredit. Kemudian menguatkan pendapat

sebelumnya, kredit menurut Juli, dkk (2009) merupakan penyedia uang

atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan dengan

kepercayann untuk saling pinjam-meminjami antara bank atau

18

lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang mewajibkan

peminjam untuk pelunasan utangnya dengan ketentuan yang telah

sepakati, termasuk didalamnya jangka waktu pelunasan disertai

dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Dalam masyarakat kredit sudah menjadi kebiasaan dan tidak hanya

sebatas istilah yang baru di kalangan masyarakat. Hal itu dikarenakan

manusia adalah Homo Economicus dan setiap manusia selalu berusaha

pemenuhan kebutuhan hidup (dengan cara apapun, termasuk

didalamnya mengadakan sebuah kredit). Keaneragaman kebutuhan

manusia dengan harkatnya selalu meningkat, sedangkan terkadang

kemampuan untuk mencapai kebutuhan sangat terbatas. Ketimpangan

inilah yang membuat manusia mencari solusi untuk pemenuhan

kebutuhan tersebut. Berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk

meningkatkan daya guna suatu barang, dan juga memerlukan bantuan

dalam bentuk permodalan untuk memulai sebuah usaha. Bantuan

pinjaman dari bank ataupun lembaga keuangan non-bank seperti

pegadaian dalam bentuk tambahan modal untuk usaha atau kegiatan

lain inilah yang sering disebut kredit (Suyanto, 2003).

a. Unsur-unsur kredit Secara Umum

Kasmir (2011) mengatakakan terdapatnya unsur-unsur yang

harus ada dalam pemberian suatu kredit oleh lembaga keuangan

adalah sebagai berikut:

19

1) Kepercayaan, merupakan suatu keyakinan pemberi kredit bahwa

kredit yang diberikan baik berupa uang atau jasa akan benar-benar

diterima kembali di masa tertentu di masa mendatang.

2) Kesepakatan, yang mana dituangkan dalam suatu perjanjian

dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan

kewajibannya.

3) Jangka waktu, yang mana setiap kredit diberikan jangka waktu

tertentu sesuai kesepakatan. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk

jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

4) Resiko, terdapatnya faktor resiko dapat dikarenakan oleh

adanya kerugian yang diakibatkan unsur ketidaksengajaan

nasabah untuk tidak dapat membayar kreditnya sesuai dengan

waktu yang ditentukan, misalnya terjadinya bencana alam yang

mengakibatkan kebutuhan lain meningkat dan akhirnya tidak

dapat membayar kredit secara berkala.

5) Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit

atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.

b. Tujuan dan Fungsi Kredit

Menurut Kasmir (2011, tujuan dan fungsi utama dari

pemberian kredit sebagai berikut:

1) Mencari keuntungan, bertujuan memperoleh bunga sebagai

balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan

kepada nasabah.

20

2) Membantu usaha nasabah, bertujuan membantu usaha nasabah

yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana

untuk modal kerja.

3) Membantu pemerintah, bertujuan untuk peningkatan

pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah

dengan penyebaran pemberian kredit seperti penerimaan pajak,

membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan

jasa, dll.

c. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2011), prinsip pemberian kredit sebagai

berikut:

1) Character (watak/kepribadian) merupakan sifat atau watak

seseorang. Seseorang yang akan diberikan kredit benar-benar

harus dipercaya. Maka calon debitur dapat dilihat dari latar

belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan

maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya

hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial.

2) Capacity (kemampuan) adalah analisis untuk mengetahui

kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini

dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan

pengalamannya dalam mengelola usahanya.

3) Capital (modal) yang terkait banyaknya dan sesuatu yang

berhubungan struktur modal yang dimiliki oleh peminjam. Hal

21

itu dapat dilihat dari tingkat keefektifaan dan kefisienan dari

penggunaan modal yang bersumber dari laporan keuangan

(neraca dan laporan rugi laba).

4) Condition (kondisi/keadaan ekonomi) yang membuat sebuah

penilaian kredit dengan acuan kondisi ekonomi, sosial, dan

politik pada saat tersebut dan pada masa yang akan datang.

Ditentukan dari sektornya dan juga prospek usaha dari sektor

yang dijalankan oleh peminjam. Hendakanya untuk seorang

peminjam memiliki prospek baik dalam bidang usaha yang

dilakukan, sehingga kemungkinan terjadi permasalahan dalam

kredit dikemudian hari relatif kecil.

5) Collateral (jaminan) merupakan jaminan yang diserahkan calon

nasabah baik berbentuk fisik maupun yang nonfisik kepada

lembaga keuangan. Jumlah darnilai jual jaminan hendaknya

melebihi jumlah kredit yang diberikan, hal ini bertujuan untuk

mengantisipasi masalah-masalah yang terjadi dikemudian hari.

Secara fisik, jaminan dalam hal ini harus melalui verifikasi

untuk menguji keabsahannya dan juga kepemilikannya, sehingg

ketika terjadi suatu masalah dapat diputuskan dengan cepat cara

penyelesaiannya.

5. Kredit Pegadaian

Pegadaian dalam hal ini diharapkan lebih mampu untuk

menyalurkan pinjaman berdasarkan gadai yang berlaku dengan pangsa

22

pasar masyarakat golongan ekonomi lemah dengan pelayanan mudah,

aman, cepat, dan hemat, sesuai dengan motto dari pegadaian

“Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Pada umumnya produk jasa dari

Pegadaian yang diketahui masyarakat hanya seputar gadai dan

jaminannya. Padahal produk dari Pegadaian cukup banyak,

diantaranya seperti jasa taksiran, koin emas, jasa titipan, unit produksi

perhiasan emas, usaha persewaan gudang, dan balai lelang (Kasmir,

2011).

Sebuah perusahaan pasti berorientasi pada profit atau laba untuk

melanjutkan perkembangan usahanya. Begitu pula dengan pegadaian

sebagai sebuah lembaga keuangan dengan prinsip membantu

masyarakat juga mempunyai tujuan lain yaitu memeroleh laba. Laba

usaha Pegadaian diperoleh dari selisih antara total pendapatan dengan

total biaya operasional. Sebagian besar laba dari pegadaian diperoleh

dari hasil bunga atas pinjaman kredit uang dan beberapa produk lain

dari pegadaian. Kemudian untuk pengeluarannya, beban biaya yang

dikeluarkan meliputi biaya operasional dan beban gaji pegawai.

Sebagian besar biaya operasional digunakan untuk biaya pendanaan

yang berupa bunga pinjaman dan obligasi (surat berharga). Selanjutnya

sebagain dari laba bersih Pegadaian disalurkan kepada pemerintah

untuk dana pembangunan, pengembangan usaha lain, termasuk

peningkatan sumber daya manusia (Aziz, 2013).

23

6. Proses Pinjaman Atas Dasar Hukum Gadai

a. Pengertian Kredit Gadai

Dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1150,

gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai

piutang atas suatu barang yang dijaminkan. Barang tersebut

diserahkan kepada orang atau lembaga yang mempunyai piutang

pada seseorang atau lembaga yang mempunyai utang. Dalam hal

ini terdapatnya kekuasaan kepada orang yang memiliki piutang

untuk menggunakan barang yang telah diserahkan untuk melunasi

utang jiak pihak yang mempunyai utang tidak dapat memenuhi

kewajibannya pada saat jatuh tempo atau sesuai ketentuan yang

telah disepakati.

Produk Pegadaian yang berupa Kredit Gadai Cepat Aman

(KCA) adalah kredit jangka pendek dalam jumlah skala kecil

dengan jaminan harta gerak (perhiasan emas, sepeda, sepeda

motor, mobil, barang elektronik, dan lain-lain) atas dasar hukum

gadai. Dapat diketahui orang yang berhutang wajib menyerahkan

harta geraknya sebagai jaminan sekaligus memberi kuasa penuh

kepada kreditur atau pihak pegadaian untuk menjual (melelang) jika

setelah jatuh tempo yang telah ditentukan orang yang mempunyai

utang atau debitur tidak mampu melunasi (Juli dkk, 2009).

b. Pemberian Pinjaman

Pegadaian menggolongkan uang pinjaman kepada nasabah tentang

perubahan tarif sewa modal. Sesuai ketentuan, nasabah mempunyai

24

kewajiban membayar pinjaman disertai bunga yang besarnya

bervariasi. Penentuan besar atau kecilnya suku disesuaikan dengan

golongan nilai jual dari barang gadai dan besarnya pinjaman yang

diberikan dengan batas pengembalian pembayaran dengan

ketentuan jangka waktu selama 120 hari atau 4 bulan.

c. Jenis Pembiayan Pegadaian

1) Gadai Konvensional

Kredit Cepat Aman (KCA) adalah kredit dengan sistem gadai

yang diberikan kepada semua golongan nasabah, baik untuk

kebutuhan konsumtif maupun kebutuhan produktif

2) Krasida

Krasida adalah kredit angsuran bulanan yang diberikan kepada

usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk

pengembangan usaha dengan sistem gadai

3) Kreasi

Kreasi adalah kredit angsuran bulanan yang diberikan kepada

usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk pengembangan usaha

dengan sistem Fidusia. Sistem Fidusia berarti agunan untuk

pinjaman cukup dengan BPKP sehingga kendaraan masih dapat

digunakan untuk usaha.

4) Kredit Multi Guna

Kredit ini diperuntukkan bagi pegawai atau karyawan suatu

instansi yang telah memiliki penghasilan tetap dengan sistem

Fidusia.

25

d. Jasa-jasa dan pelayanan Pegadaian

1) Pemberian Pinjaman Atas Dasar Hukum Gadai

Pemberian pinjaman berdasarkan hukum gadai mempunyai

syarat pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang

bergerak oleh penerima pinjaman. Dapat dikatakan besar

kecilnya pemberian pinjaman dipengaruhi oleh nilai jual

barang bergerak yang akan digadaikan.

2) Penaksiran Nilai Barang

Barang-barang yang akan dijaminkan mempunyai taksiran

kriteria tertentu meliputi semua barang semua barang bergerak

yang bisa digadaikan, terutama emas, berlian, dan intan.

Melalui hal tersebut Pegadaian memeroleh penerimaan dari

pemilik barang berupa biaya penaksiran barang.

3) Penitipan Barang

Terkadang masyarakat juga ingin barangnya aman, sehingga

disini Pegadaian membuat jasa penitipan bagi mereka yang

menginginkan keamanan penyimpanan. Banyak ditemui

masyarakat yang menitipkan barang adalah mereka yang akan

meninggalkan rumahnya untuk jangka waktu yang lama.

Melalui hal tersebut Pegadaian memeroleh ongkos penitipan

yang disesuaikan dari nilai jual barang yang dititipkan.

4) Jasa lain

Tidak hanya yang disebutkan sebelumnya, jasa dari PT

Pegadaian dapat juga menawarkan jasa-jasa lain seperti kredit

26

pada pegawainya sendiri, jual beli barang berharga termasuk

didalamnya emas, dan lain sebagainya.

5) Pelelangan

Selain jasa, pegadaian juga memiliki cara tersendiri untuk

menutupi kekosongan kas, yaitu pelelangan barang. Pelelangan

ini dilakukan apabila terjadi tidak terlunasinya pembayaran

oleh nasabah. Dapat dijabarkan sebagai berikut, pertama, masa

pinjaman sudah jatuh tempo, dan nasabah tidak bisa menebus

barang yang digadaikan dan membayar kewajiban lainnya

karena berbagai alasan yang dapat diterima. Kedua, masa

pinjaman jatuh tempo, nasabah tidak bisa memperpanjang batas

waktu pinjamannya karena berbagai alasan. Melalui hasil dari

pelelangan ini akan digunakan untuk melunasi seluruh

kewajiban nasabah kepada perum pegadaian meliputi pokok

pinjaman nasabah, sewa modal atau bunga dan biaya lelang.

7. Pendapatan Nasabah

Pendapatan dalam ilmu ekonomi sering disebut juga dengan

gaji. Gaji adalah hasil yang diterima baik berupa uang maupun jasa

atas penggunaan kekayaan (jasa manusia) sebagai pekerjaan yang telah

di kerjakan berdasarkan profesinya. Besarnya pendapatan seseorang

bergantung pada jenis pekerjaannya (Raharjo, 2011). Tujuan

pemberian pendapatan atau gaji yaitu:

27

a) Kepuasan kerja

b) Motivasi

c) Stabilitas karyawan

d) Pengaruh serikat buruh

e) Pengaruh asosiasi usaha

f) Pengaruh pemerintah

Secara ekonomi makro, pendapatan yang diperoleh oleh

seseorang akan digunakan sebagian untuk konsumsi. Teori konsumsi

pada mulanya dikeumukakan oleh J.M Keynes dalam bukunya “The

General Theory of employment, interest and money” pada tahun 1936

dan mengalami perkembangan sehingga melalui teori konsumsi oleh

John Maynard Keynes ini mengungkapkan bahwa besar kecilnya

konsumsi pada suatu waktu ditentukan oleh nilai absolute dari

pendapatan masyarakat yang siap untuk dibelanjakan (disposable

income) pada waktu berlangsung. Pola tingkah laku konsumsi

masyarakat meningkat sejalan dengan pertambahan nilai pendapatan

dan sebaliknya (Syahrir dkk, 2016).

Merujuk pengertian Disposable income adalah pendapatan yang

siap untuk digunakan untuk membeli barang, jasa konsumsi, dan jika

terdapat kelebihan akan menjadi tabungan yang kemudian dapat

disalurkan menjadi investasi. Tabungan (saving) tersebut disimpan di

lembaga keuangan resmi akan dapat menambah pendapatan nasional

negara, dikarenakan dari saving ini selanjutnya akan digunakan untuk

28

investasi. Oleh karena itu dengan saving pendapatan nasional juga

dapat meningkat. Perolehan Disposable income bersumber pada

personal income (PI) dengan dikurangi dengan pajak langsung. Pajak

langsung (direct tax) disini merupakan pajak yang beban pajakanya

tidak dapat diahlikan kepada pihak lain, atau harus ditanggung oleh

wajib pajak (Putri, 2014).

Pendapatan keluarga berpengaruh ditinjau dari periode waktu

penerimaan dan jumlahnya digolongkan menjadi dua kelompok yaitu

sebagai berikut:

1. Pendapatan tetap Pendapatan tetap adalah pendapatan yang bisa diukur

dari periode penerimaanya (rutin) dan jumlah yang diterimanya

termasuk gaji anda dan pasangan anda, honor tetap, tunjangan tetap,

dan lain sebagainya. Yang tergolong kedalam pemasukan tetap periode

penerimaan bisa bersifat mingguan, bulanan maupun dalam bentuk

tunjangan (THR), pensiun dan lain-lain (Surono, 2005).

2. Pendapatan tidak tetap Pendapatan tidak tetap adalah arus kas masuk

tetapi tidak tetap dalam setiap periodenya (tidak rutin) maupun

jumlahnya seperti komisi, bonus dan lain sebagainya (Surono, 2005).

8. Pengaruh Pendapatan Nasabah Terhadap Permintaan Kredit

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan

permintaan berbagai barang. Perubahan pendapatan menimbulkan

perubahan terhadap permintaan jenis barang. Pendapatan pribadi diartikan

sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh

29

tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk

suatu negara (Sukirno, 2008).

Mekanisme dari pendapatan diperoleh bersumber pada gaji/upah,

pendapatan dari usaha, maupun pendapatan dari yang lainnya.

Pendapatan masyarakat yang digunakan untuk melunasi tanggungan

kredit harus jelas asal dari pendapatan tersebut, termasuk didalamnya

jenis usaha dan lain sebagainya. Oleh karenan itu masyarakat disini

dapat mengembalikna atau melunasi tanggungan dengan pendapatan

dari usaha mereka, atau dari sumber lain yang jelas asal-usulnya

(Raharjo, 2011).

Tingkat pendapatan dapat dijadikan acuan untuk menentukan

penerimaan jumlah kredit yang diminta nasabah, dikarenakan melalui

tingkat pendapatan dapat diketahui kemampuan seseorang dalam

mengembalikan atau melunasi tanggungan kredit nantinya. Oeh karena

itu pendapatan dari masyarakat dapat dijadikan sebuah pertimbangan

oleh pihak pemberi kredit untuk menentukan besar kecilnya kredit

yang akan disesuaikan dengan tingkat pendapatan nasabah agar proses

pengembalian kredit berjalan dengan lancar (Raditya, 2009).

Dengan kemajuan teknologi maka perusahaan membutuhkan

tenaga kerja yang memiliki pendidikan tinggi dan ahli di bidang

tertentu ini bertujuan untuk membantu perusahaan agar terus

berkembang, di samping itu karyawan yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi dari karyawan lain akan memperoleh pendapatan

30

yang tinggi pula. Maka semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin besar pendapatan yang akan diperolehnya (Pranata, 2013).

Pada teori permintaan Keynes, dia memaparkan tentang fokus tujuan

transaksi adalah sebuah permintaan tergantung dari pendapatan. Semakin

tinggi tingkat pendapatan, maka semakin tinggi pula keinginan akan uang

kas (kredit). Masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi cenderung akan

melakukan transaksi yang lebih banyak dari masyarakat pada umumnya.

Dapat disimpulkan bila pendapatan sesorang meningkat, maka

pengeluarannya semakin banyak pula dan tentunya akan berpengaruh

pada peningkatan untuk bertransaksi (Dick, 2002).

9. Jumlah Tanggungan Nasabah

Dalam sebuah keluarga tentu didalamnya terdapat seorang kepala

keluarga yang bertanggung jawab secara fisik maupun batin untuk

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kepala keluarga terdapat pula

anggota keluarga lain yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan

kepala keluarga seperti isteri, anak, menantu, cucu, orang tua, mertua,

famili dan lain-lain (Grazia, 2013).

Jumlah beban tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan

yang terdiri dari anak, istri, serta famili yang tinggal dalam satu rumah

dan menjadi tanggungan kepala keluarga, tetapi jumlah anak tidak

selalu berarti sama dengan jumlah tanggungan karena sewaktu-waktu

anak dapat memisahkan diri misalnya membentuk keluarga baru.

Beberapa faktor yang menyebabkan jumlah tanggungan keluarga

31

seperti berkeluarga dalam usia muda, kelahiran anak yang dekat,

adanya anggapan bahwa banyak rejeki dan sanak saudara yang belum

bisa berusaha sendiri sehingga harus tinggal bersama keluarga yang

sudah cukup mantap (Maulana, 2013).

10. Pengaruh Jumlah Tanggungan Nasabah Terhadap Permintaan

Kredit

Di negara berkembang seperti Indonesia, banyak yang menganggap

anak adalah investasi. Meskipun peningkatan penghasilan digunakan

untuk konsumsi rumah tangga, pendapatan digunakan juga untuk

menambah kualitas anaknya melalui pendidikan. Sehingga ada

kesempatan bagi anak untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik

daripada orang tuanya di masa depan (Maulana, 2013). Gibran (2016)

menyatakan dengan banyaknya jumlah anggota dalam suatu keluarga atau

rumah tangga berbanding lurus pada jumlah tanggungan jiwa dari

keluarga tersebut. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin

besar pula beban yang akan ditanggung, termasuk dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari dari anggota keluarga, baik untuk pendidikan anak

dan terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Klasifikasi

kebutuhan anggota keluarga berhubungan dengan struktur dan tugas

masing-masing anggota keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan

keluarga dengan sendirinya akan menambah tingkat konsumsi keluarga,

dengan semakin meningkatnya konsumsi keluarga. Sehingga ketika

kebutuhan keseharian tidak terpenuhi maka keluarga tersebut memiliki

potensi untuk mengambil kredit untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

32

11. Tingkat Pendidikan Nasabah

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk

membuka kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan ataupun sebagai usaha yang dijalankan

oleh seorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbulla,

2008). Pada dasarnya terdapat tiga kelompok jenis pendidikan:

a) Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah. Biasanya yang terlibat adalah pendidikan usia

muda yang masih belum bekerja atau yang sedang meningkatkan

pengetahuan dan keahlian.

b) Pendidikan non formal

Pendidikan non formal dipandang sebagai program pendidikan

yang terorganisasi langsung yang berada diluar sekolah. Biasanya

program pendidikan non formal ini waktunya lebih pendek, di

fokuskan pada bagian program (pendidikan) yang lebih sempit dan

lebih terkait dengan pengetahuan aplikasi daripada yang terdapat

pada program pendidikan formal

c) Pendidikan informal

Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung

diluar kerangka pendidikan formal maupun diluar program

pendidikan yang terorganisasi.

33

Tingkat pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan

yang akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan. Tingkat

pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk

menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku

dan gaya hidup sehari-hari (Rahardjo, 2007).

Menurut Natoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat

dibedakan berdasarkan tingkatan tertentu seperti:

1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya yang ditujukan

bagi anak sejak lahir sampai dengan usian enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2) Pendidikan Dasar Awal

Pendidikan dasar awal merupakan pendidikan yang ditempuh

selama 9 tahun meliputi SD/sederajat, SLTP/ sederajat.

3) Pendidikan Lanjut

a) Pendidikan menengah merupakan pendidikan minimal 3 tahun

meliputi SMA/sederajat.

b) Pendidikan Tinggi meliputi diploma, sarjana, magister, doktor

dan spesialis yang diselenggarakan oleh peguruan tinggi.

34

Maka melalui pendidikan masyarakat mendapatkan kesempatan

untuk membina kemampuannya secara wajar. Perluasan untuk

memperoleh pendidikan akan mengupayakan perbaikan dan kemajuan

dalam kehidupan masyarakat serta mendukung terlaksananya pemerataan

pendapatan masyarakat. Jadi tingkat pendidikan yang dicapai masyarakat

merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

kehidupan masyarakat (Maulana, 2013).

12. Pengaruh Tingkat Pendidikan Nasabah Terhadap Permintaan Kredit

Pelaku ekonomi merekomendasikan bahwa tingkat pertumbuhan

modal di negara berkembang harus ditingkatkan dikarenakan mere

memandang modal fisik sebagai faktor yang paling menentukan dan

menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu untuk

mempercepat pertumbuhan proses pertumbuhan ekonomi dan

menaikkan tingkat kehidupan penduduk diperlukan pendidikan yang

baik pula untuk masyarakat. Pendidikan disini berhubungan dengan

pengembangan pengetahuan serta keahlian dan keterampilan dari

manusia maupun tenaga kerja dalam proses pembangunan. Dalam

ekonomi, pendidikan dapat dikatakan sebagai modal (capital) sesorang

untuk memulai usaha mereka untuk memenuhi kebutuhannya.

Pendidikan pada hakekatnya adalah belajar yang tidak ada batas

waktu tertentu bagi seseorang tersebut untuk memeroleh pendidikan.

Pendidikan ataupun belajar disini dapat dilakaukan dimana saja

termasuk di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan

35

lain sebagainya. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab

bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Ihsan, 2001).

Pendidikan memiliki banyak manfaat, dengan semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka dapat diperkirakan tingkat produktivitas dari

seseorang tersebut juga tinggi. Apabila produktifitasnya tinggi, semakin

besar pula penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi tidak menutup

kemungkinan suatu saat seseorang membutuhkan dana yang mendesak dan

jumlahnya besar. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh pada individu

tersebut untuk mempertimbangkan dan menentukan sebuah ketusan dalam

menentukan besarnya kredit yang diambil. Selain itu pendidikan tentunya

manmbah wawasan seseorang dalam pengetahuan sistem dan persyaratan

yang ditentukan oleh lembaga keuangan. Sehingga dengan adanya

kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang akan memudahkan dalam

mekanisme pengambilan dan pengembalian kredit (Ihsan, 2001).

C. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah dan

identifikasi landasan teori disertai penguat dari penelitian terdahulu yang telah

diteliti maka pada penelitian ini peneliti membuat sebuah hipotesis bahwa

tingkat pendapatan nasabah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit cepat

aman pada PT Pegadaian di Kantor Cabang Pasar Turi Surabaya.

36

D. Kerangka Penelitian

Penelitian ini memiliki kerangka penelitian yang ditujukan untuk

memudahkan dan membatasi penelitian. Dalam penelitian yang akan

dilakukan peneliti, dipaparkan kerangka pemikiran penelitian yakni

’’ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN KREDIT CEPAT AMAN PADA PT PEGADAIAN DI

KANTOR CABANG PASAR TURI SURABAYA ’’

Kerangka pemikiran diatas menunjukkan adanya permintaan

Kredit Cepat Aman PT Pegadaian yang telah dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan nasabah, pendidikan, tanggungan keluarga. Hal inilah yang

menjadi salah satu acuan peneliti dalam mengetahui dan menganalisis

masalah penelitian.

PENDAPATAN NASABAH (X1)

PENDIDIKAN (X2)

TANGGUNGAN KELUARGA (X3)

PERMINTAAN KREDIT CEPAT

AMAN (Y)