bab ii tinjauan pustaka a. maksilo fasial
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Maksilo Fasial
1. Pengertian Maksilo Fasial
Maksilo Fasial adalah seni dan ilmu fungsional, rekontruksi kosmetik
dengan cara penggantian rahang atau bagian wajah yang hilang atau cacat karena
trauma, pasca bedah operasi dan kelainan bawaan (Nallaswamy; 2003:684).
Menurut definisi `ADA`(American Dental Association), Maksilo Fasial
adalah ilmu dan seni pembuatan protesa yang padan atau sesuai agar fungsi,
penampilan, rasa nyaman dan kesehatan yang terganggu dapat dipulihkan
(Gunadi, 1991:12).
Protesa Maksilo Fasial adalah suatu perangkat prostetik yang digunakan
untuk menggantikan struktur yang hilang karena penyakit, cedera atau kelainan
kongenital yang meliputi struktur intraoral dan ekstraoral (Nallaswamy;
2003:684).
Maksilo Fasial merupakan suatu penggantian bagian tubuh yang hilang atau
sejak lahir tidak ada seperti mata, gigi, dan sebagainya (Gunadi, 1991:11).
2. Macam-Macam Protesa Maksilo Fasial
Protesa Maksilo Fasial dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Protesa Maksilo Fasial Ekstraoral
Protesa ini terdiri dari mata, hidung, telinga dan kombinasi.
1) Protesa Mata
Tujuan pembuatan protesa mata adalah untuk mempercepat penyembuhan
fisik dan psikis serta memperbaiki estetik. (Waskitho; dkk, 2013:178).
5
Gambar 2.1
Protesa Mata
(sumber: http:// -protesa-mata.html)
2) Protesa Hidung
Cacat pada bagian hidung menyebabkan masalah estetik yang lebih berat,
karena hidung adalah bagian yang paling menonjol pada wajah manusia. Selain
menghirup udara, hidung juga memiliki fungsi melembabkan udara yang masuk
ke paru-paru. Protesa Maksilo Fasial hidung dibuat dari bahan silikon karena
mempunyai tekstur yang hampir sama dengan kulit (Wijanarko; dkk, 2012:154).
Gambar 2.2 Protesa Hidung
(sumber: Error! Hyperlink reference not valid.)
3) Protesa Telinga
Defek telinga dapat disebabkan oleh trauma, kelainan pertumbuhan, atau
pengangkatan kanker. Kondisi ini akan mempengaruhi psikologis pasien karena
merupakan organ vital yang membentuk estetik wajah. Salah satu perawatan
rehabilitasi pada defek telinga adalah dengan pembuatan protesa telinga
(Fathurrahman; dkk, 2014:78).
6
Gambar 2.3
Protesa Telinga
(sumber: http://www.theanaplastologist.com/)
b. Protesa Maksilo Fasial Intraoral
Protesa ini terdiri dari obturator, feeding plate, cleft lip atau palate untuk
bayi.
1) Protesa Obturator
Obturator merupakan protesa Maksilo Fasial untuk merehabilitasi pasien
pasca operasi sehingga dapat mengembalikan fungsi pengunyahan, berbicara dan
membantu penyembuhan trauma psikologis penderita. (Hidayat; 2017:141).
Gambar 2.4
Protesa Obturator
(sumber:http://www. obturators-and-surgical-prostheses)
2) Protesa Feeding Plate
Feeding Plate adalah alat untuk mengatasi celah mulut atau palatum pada
bayi sehingga memudahkan proses menyusu untuk memenuhi asupan nutrisi
(Damayanti; 2012:161).
7
Gambar 2.5
Protesa Feeding Plate
(sumber: https://www. feeding+plate)
3) Protesa Cleft lip atau Palate
Cleft lip atau Palate adalah alat untuk menutup lubang atau celah pada bibir
dan langit-langit mulut atau palatum serta struktur tulang alveolar (Herdiana Andi;
dkk, 2007:117).
Gambar 2.6
Protesa Cleft Lip
(sumber: http://www.childrendentistsangli.com/ )
B. Retinoblastoma
1. Definisi retinoblastoma
Retinoblastoma adalah tumor ganas mata yang paling sering terjadi pada
bayi dan anak-anak (Togo; dkk, 2019:40). Retinoblastoma merupakan tumor
intraokular primer atau tumor tekanan pada bola mata yang melibatkan satu atau
kedua mata dan dapat bersifat keturunan (Kodrat; dkk, 2013:19).
8
Gambar 2.7
Retinoblastoma
(sumber: https://eyecancer.com/ retinoblastoma)
2. Etiologi
Retinoblastoma dapat disebabkan oleh perubahan gen. Tumor ini dapat
diturunkan atau jarang dan didapat unilateral (70-75% kasus), maupun bilateral
(25-30% kasus) (Rahman ardizal; 2014:102).
3. Patofisiologis
Teori mengenai retinoblastoma yang paling banyak dipakai berasal dari
perubahan kromosom dan gen (Rahman ardizal; 2014:102). Tumor retinoblastoma
yang tidak segera diobati dapat menyebar secara luas terutama ke saraf optik dan
sclera (Togo; dkk, 2019: 39-40).
4. Epidemiologi
Retinoblastoma adalah tumor mata ganas yang paling umum terjadi pada
bayi dan anak-anak dengan jumlah sekitar 3% dari seluruh tumor pada anak.
Mayoritas tumor ini didiagnosis sebelum usia 2 tahun dan 95% sebelum 5 tahun.
Frekuensi retinoblastoma adalah 1:15.000 sampai 1: 20.000 kelahiran hidup.
Tumor retinoblastoma paling banyak terjadi pada mata kanan (85,7 %)
dibandingkan mata kiri (14,3 %) (Togo; dkk, 2019: 39-42). Rata-rata usia
penderita dimulai pada umur 18 bulan dan 90% didiagnosis sebelum usia 5 tahun
(Rahman ardizal; 2014:102).
9
C. Mata
1. Anatomi mata
Mata adalah organ penglihatan manusia yang terletak dalam tulang orbita.
Mata dilindungi oleh sejumlah struktur seperti kelopak mata, alis, konjunktiva
atau lapisan tipis sclera dan alat-alat lakrimal atau kelenjar air mata (Pearch; dkk,
2008:315). Dalam kelopak mata terdapat bola mata, saraf penglihatan dan alat-
alat tambahan mata. Bola mata berbentuk bulat dan pada selaput bening mata
lebih menonjol kedepan. Ini terjadi karena bagian ini lebih melengkung dari pada
bagian lain bola mata (Farmasyanti; dkk, 2013:11).
Mata normal mempunyai diameter sekitar 25 mm dan tersusun atas tiga
lapisan utama yaitu : outer fibrous layer atau tunica fibrosa (lapisan pembuluh
darah luar), middle vascular layer (lapisan pembuluh darah tengah), dan inner
layer (lapisan pembuluh darah dalam). Outer fibrous layer dibagi menjadi dua
bagian yakni sclera dan cornea. Sclera (bagian putih dari mata) menutupi
sebagian besar permukaan mata dan terdiri dari jaringan ikat kolagen atau sel
yang ditembus oleh pembuluh darah dan saraf. Cornea merupakan bagian
transparan dari sclera sehingga dapat ditembus cahaya (Michelle; 2011: 19).
Gambar 2.8
Anatomi Mata
(Sumber:buku anatomi dan fisiologis untuk paramedis)
Mata memiliki anatomi fisiologis penting yang saling berkaitan dan
terhubung di dalamnya. Berdasarkan anatomi dan fisiologis, mata memiliki arti
sebagai berikut :
10
a. Sclera
Sclera adalah lapisan luar mata yang berwarna putih, berserat, tidak tembus
cahaya.
b. Khroid
Khroid adalah lapisan pembuluh darah pada mata yang terletak di antara
retina dan sclera.
c. Retina
Retina adalah selapis tipis sel yang terletak di bagian belakang bola mata
yang mengubah cahaya menjadi sinyal saraf.
d. Cornea
Cornea adalah bagian depan yang transparant dan bersambung dengan sclera
putih dan tidak tembus cahaya.
e. Bilik Anterior
Bilik anterior atau kamera okuli anterior merupakan bagian yang terletak
antara kornea dan iris mata
f. Iris
Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
khoroid yang melindungi retina dan mengendalikan jumlah cahaya yang masuk ke
mata.
g. Pupil
Pupil adalah bintik tengah berwarna hitam yang berada didalam iris.
h. Bilik Posterior
Bilik posterior atau kamera okuli posterior merupakan bagian yang terletak
di antara iris dan lensa. Pada bilik anterior dan posterior diisi dengan aqueus
humor.
i. Aqueus Humor
Aqueus Humor merupakan cairan berlendir yang transparan menyerupai
plasma, yang mendukung lensa.
j. Lensa
Lensa adalah organ fokus utama yang membiaskan berkas-berkas cahaya
yang terpantul dari benda-benda yang dilihat menjadi bayangan yang jelas pada
retina.
11
k. Vitreus Humor
Vitreus Humor merupakan pembuluh darah yang berada belakang biji mata
mulai dari lensa hingga retina (Pearch; dkk, 2008:315-318).
2. Bagian-Bagian Mata
Gambar 2.9
Bagian Mata
(Sumber:buku anatomi dan fisiologis untuk paramedis)
Mata memiliki bagian penting yang saling berkaitan dan terhubung di
dalamnya. Bagian mata memiliki arti sebagai berikut :
a. Alis
Alis adalah dua potongan kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis
dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya yang melindungi mata dari sinar
matahari.
b. Kelopak Mata
Kelopak Mata adalah lipatan kulit yang menutupi dan melindungi mata.
Bulu mata dikaitkan pada pinggiran kelopak mata untuk melindungi mata dari
debu dan cahaya.
c. Konjunktiva
Konjunktiva adalah selaput lendir yang melapisi sisi dalam kelopak mata
yang menutupi bagian depan sclera.
d. Peralatan Lakrimal
Peralatan lakrimal merupakan kelenjar-kelenjar air mata yang terdiri dari
seluruh kelenjar, yang terletak pada sudut luar sebelah atas rongga orbita (Pearch;
dkk, 2008:320-321).
12
3. Anophthalmic Soket
Anophthalmic Soket adalah suatu kantung yang terjadi akibat pengangkatan
dari bola mata atau isi bola mata. Soket mata dapat berubah dengan berjalannya
waktu dan akan terjadi perubahan anatomi dan fisiologi dari rongga mata atau
rongga orbita. Secara klinis terdapat tiga jenis kelainan Anophthalmic soket yaitu:
(Sutjipto; dkk ,2008:70-71).
a. Kelainan Soket Mengerut
Kelainan ini terjadi akibat pengerutan konjunktiva atau selaput lendir akibat
terbentuknya jaringan parut atau kulit yang luka setelah cedera.
b. Kelainan Soket Mengendur
Kelainan ini terjadi karena hilangnya daya renggang dari semua unsur
struktural dan fungsional akibat perjalanan waktu dan pengaruh gravitasi.
c. Kelainan Soket Karena Implant
Kelainan ini terjadi karena penggunaan protesa mata atau implant orbita
yang tidak sesuai sehingga protesanya mengalami perubahan dengan atau tanpa
infeksi.
4. Klasifikasi Soket Mata
Mengklasifikasikan soket mata sangat penting dilakukan untuk menentukan
bentuk soket pada protesa mata. Klasifikasi soket mata disesuaikan menurut
derajat keparahannya (Shintiya; dkk,2011:188).
a. Derajat 0
Merupakan soket mata dengan keadaan selaput lendir yang sehat
(konjuktiva) dan lekukan permukaan soket mata (fornik) terbentuk dengan baik.
Gambar 2.10
Soket Mata Derajat 0
(Sumber: https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb)
13
b. Derajat 1
Suatu keadaan dimana lekukan permukaan soket mata dalam kondisi rendah
atau dangkal (karakteristik fornik inferior).
Gambar 2.11
Soket Mata Derajat 1
(Sumber: https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb)
c. Derajat 2
Suatu keadaan dimana hilangnya lekukan permukaan soket mata yang
rendah dan menonjol( fornik superior dan inferior).
Gambar 2.12
Soket Mata Derajat 2
(Sumber: https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/ )
d. Derajat 3
Suatu keadaan dimana hilangnya seluruh lekukan permukaan soket mata
(seluruh fornik).
Gambar 2.13
Soket Mata Derajat 3
(Sumber: https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb)
14
e. Derajat 4
Suatu keadaan dimana berkurangnya seluruh lekukan permukaan soket
mata dan kelopak mata (apertura palpera) baik horizontal maupun vertikal.
Gambar 2.14
Soket Mata Derajat 4
(Sumber: https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/ 1)
f. Derajat 5
Suatu keadaan perubahan lekukan permukaan soket mata setelah di
lakukan tindakan medis atau operasi berulang.
Gambar 2.15
Soket Mata Derajat 5
(Sumber: https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/ )
D. Protesa Mata
1. Sejarah Protesa Mata
Protesa mata pertama kali ada sekitar abad ke-16 yang dipelopori oleh
Ambroise Pare (1510-1590) (Vouthisouk; 2011:11). Pada saat itu bahan
pilihannya adalah kaca yang kemudian dikenal dengan mata kaca. Saat ini di
Amerika Serikat protesa dibuat dari bahan polymethylmethacrylate/ PMMA
(acrylic), tetapi kaca masih dipakai secara luas di Eropa.
Mata kaca memiliki beberapa kerugian yaitu bentuk yang dekat antara soket
dan protesa hampir tidak mungkin karena bentuk dari kaca tersebut. Bentuk yang
15
cekung pada permukaan posterior dan menebal pada bagian tepi akan menyisakan
ruangan antara permukaan anterior dan posterior soket. Ruangan ini akan menjadi
tempat dimana air mata dan mukus atau cairan lengket mata berkumpul dan
mengakibatkan bertumbuhnya bakteri.
Mata kaca juga mempunyai masalah lain seperti mudah pecah bila terjatuh
dan terkena suhu yang ekstrim. Tingkat alkalinitas atau kapasita air mata juga
menyebabkan iritasi pada permukaan soket dan konjunktiva atau selaput lendir
yang sering terjadi dalam masa 2 tahun.
Selama masa perang dunia II Amerika Serikat dan Inggris menarik
peredaran mata kaca yang dibuat di benua Eropa. Hal ini dilakukan sampai ada
riset lebih lanjut dari penggunaan PMMA untuk protesa mata. Pada tahun 1944,
Murphy dan Nirronen serta dental corps Angkatan Laut Amerika Serikat
mengadopsi konsep impression dan fitting gigi untuk protesa mata. Lebih dari
setengah abad metode ini telah berkembang lebih jauh, sehingga impression
sekarang dilakukan secara rutin. Bentuk disesuaikan dengan kebutuhan penderita
kenyamanan gerakan, bentuk kelopak mata, bentuk protesa, dan penonjolannya.
Protesa kemudian dicat yang akan menghasilkan kepuasan kosmetik yang tinggi.
Protesa mata plastik mempunyai keuntungan yang lebih dari protesa kaca.
Plastik dapat dibuat dengan berbagai desain atau bentuk yang ukurannya menjadi
tepat pada jaringan soket. Plastik tidak mudah pecah dan rusak, dapat dihaluskan
jika tergores, dan daya tahan protesa plastik yang mencapai 5-7 tahun lamanya
(Sutjipto; ddk. 2008:70).
2. Macam-Macam Protesa Mata
Protesa mata memiliki banyak ragam serta macamnya, berikut ini adalah
macam-macam dari protesa mata :
a. Protesa mata dibagi menjadi dua dilihat dari kehilangan bola mata yaitu :
1) Protesa mata yang dibuat hanya menggantikan bola mata.
16
Gambar 2.16
Protesa Mata Tanpa Kelopak Mata
(Sumber :hhtps://.pinterest.com/ prosthetic-eyes/)
2) Protesa yang dibuat meliputi bola mata serta kelopak mata.
Gambar 2.17
Protesa Mata Dengan Kelopak Mata
(Sumber :hhtps://prosthesis.com/)
b. Protesa mata dibagi menjadi dua dilihat dari sudut pembuatannya.
1) Fabricated atau (Ready Made)
Protesa mata Fabricated atau (Ready Made) adalah protesa mata buatan
pabrik (stock eye) dan banyak dijual dipasaran dengan berbagai ukuran (Rosalina;
dkk, 2010:35). Protesa ini memiliki kelebihan yaitu waktu pembuatan yang cepat,
terdapat banyak ukuran dan warna dan protesa dapat langsung dipakai.
Kerugian protesa ini yaitu dapat menimbulkan ketidak nyamanan dan
infeksi karena tekanan berlebihan serta perbedaan ukuran antara bola mata dan
soket nya, ketidak sesuaian warna iris dengan mata aslinya, harga yang mahal,
serta kurang dalam retensi dan stabilisasi.
17
Gambar 2.18
Protesa Mata Ready Made
(Sumber : hhtps://-first-3d-printed-eye-prosthesis.html)
2) Non fabricated atau (Custom Made)
Protesa mata Non fabricated atau (Custom Made) adalah protesa mata yang
dibuat sendiri sesuai dengan ukuran rongga mata yang ada. Protesa mata ini dibuat
dengan terlebih dahulu dilakukan pencetakan pada rongga mata penderita
(Waskitho; dkk, 2013:179-180).
Protesa ini memiliki kelebihan yaitu warna protesa dapat disesuaikan
dengan mata yang masih ada, harga protesa murah, dapat menyesuaikan dengan
bentuk soket mata, serta memiliki retensi, stabilisasi dan estetik yang lebih baik.
Kerugian protesa ini yaitu waktu pembuatan yang lebih lama.
Gambar 2.19 Protesa Mata Custom Made
(Sumber : hhtps://-artificial-eyes-in-delhi-for-all-people/)
3. Retensi dan Stabilisasi Protesa Mata
Retensi adalah kemampuan protesa untuk bertahan pada tempatnya sewaktu
protesa mendapat tekanan atau karena pengaruh fungsional (Azhindra, dkk,
2013:234). Retensi protesa mata didapat dari ukuran defek mata, jaringan lunak
18
dari soket mata, keadaan fornik atau lekukan dari permukaan protesa mata, daerah
undercut yang menguntungkan dari protesa (Chalian, dkk, 1971:121).
Stabilisasi adalah kemampuan protesa untuk menahan gaya-gaya yang
cenderung mengubah hubungan antara protesa dengan jaringan lunak nya
(Azhindra, dkk, 2013:234). Stabilisasi protesa mata didapat dari cekatnya protesa
pada model kerja dan bentuk lekukan (fornik) dari protesa mata.
E. Menentukan Ukuran Protesa Mata
Prosedur menentukan ukuran protesa mata adalah sebagai berikut:
1. Ukuran.
Ukuran dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara langsung dapat
diukur dengan penggaris atau kaliper. Cara lain adalah dengan perbandingan
ukuran sengan struktur jaringan bola mata. Kornea mata harus mewakiki 40%
sampai 50% dari panjang kelopak mata secara horizontal. Cara alternatif kelopak
mata dengan defek dibandingkan dengan kelopak yang normal (Wahjudi; dkk,
2007:205).
Gambar 2.20
Perkiraan Ukuran Protesa Mata
(Sumber : file:///C:/Users/HP/Pictures/JOI.pdf/)
2. Pupillary Distance (PD)
Adalah jarak antara pupil mata kanan dengan pupil mata kiri yang biasa
disebut jarak tituk fokus. Jika jarak titik fokus tidak benar, maka akan
menyebabkan ketidaknyamanan.
19
Gambar 2.21
Ukuran Pupillary Distance
(Sumber : file:///C:/Users/HP/Pictures/JOI.pdf/)
3. Alat Ukur
Mengukur pupillary distance menggunakan alat ukur penggaris jangka.
Untuk menyesuaikan ukuran mata dengan bentuk wajah.
Gambar 2.22
Alat Ukuran Penggaris Jangka
(Sumber : file:///C:/Users/HP/Pictures/JOI.pdf/)
F. Prosedur Pembuatan Protesa Mata
Prosedur laboratorium pembuatan protesa mata Non Fabricated atau
(Custom Made) adalah sebagai berikut :
1. Pengisian Hasil Cetakan
Cetakan alginate di boxing atau dipagar dengan lipatan baseplate wax
sesuai cetakan mata, kemudian alginate hasil boxing rongga mata tadi diisi
dengan gips. Tuangkan gips atau dental stone hingga separuh tinggi kontur soket
mata, biarkan sampai mengeras. Beri tanda beberapa lubang pada model kerja
yang berguna sebagai kunci atau retensi model serta rapikan model dengan
menggunakan trimmer (Rahmayani liana; 2011:86).
20
2. Pembuatan Pola Malam Sclera
Model kerja dipersiapkan untuk membuat pola malam sclera dengan
melapisi permukaan area defek dengan vasellin. Area defek diisi dengan baseplate
wax cair, setelah mengeras permukaan lilin ditekan dengan jari untuk mengurangi
pengerutan lilin. Cetakan pola malam lilin disesuaikan bentuk nya dengan
kecembungan mata alami (Rahmayani liana; 2011:87).
3. Penanaman Pola Lilin
Pola lilin ditanam dengan teknik pulling metode yaitu permukaan pola lilin
dibiarkan terbuka dan dibebaskan dari bahan tanam didalam cuvet bawah dengan
permukaan luar anterior pola lilin menghadap kebawah. Setelah gips mengeras
permukaan luar pola lilin diberi vasellin, aduk gips dan isikan pada kuvet atasnya.
Setelah gips kuvet lawan mengeras, kuvet dibuka dan pola lilin dibuang.
Permukaan cetakkan diolesi CMS sebagai media separasi (Rahmayani liana;
2011:88).
4. Pengisian Akrilik Sclera
Pengisian akrilik sclera mengunakan teknik wet metode yaitu pencampuran
polimer dan monomer diluar mould space dan menggunakan mixing jar. Akrilik
warna yang sesuai dengan sclera dicampur dalam jumlah cukup dengan selembar
plastik selopan, kuvet atas dipasang kembali dan lakukan press dengan perlahan.
Kelebihan akrilik dibuang dan lakukan press kembali dan curing selama 1 jam.
Setelah kuvet dingin, lepaskan sclera akrilik dari kuvet, rapikan menggunakan
micromotor dengan bur mandrel-mounted, polishing wheel dan brush (Rahmayani
liana; 2011:88).
5. Menentukan Letak Iris dan Melubangi Permukaan Sclera
Sebelumnya dokter telah menentukan daerah sclera yang akan dilubangi.
Kemudian tentukan titik pusat pupil dan beri tanda dengan pensil tinta. Tentukan
diameter iris sesuai dengan iris mata sebelahnya dan pada sclera dibuat lingkaran
iris menggunakan jangka. Bagian iris sebesar lingkaran yang telah dibuat tersebut
di buang dengan mata bur sehingga didapat lubang dengan diameter yang sama
21
dengan sebelahnya. Permukaan anterior sclera dikurangi 1-2 mm (Rahmayani
liana; 2011:88).
6. Mewarnai sclera
Permukaan anterior sclera akrilik diwarnai menggunakan pensil warna
sesuai dengan warna alami. Pada daerah ini terlihat pembuluh darah yang
berkelok-kelok, melengkung atau lurus yang dibuat dari benang wol merah
(Rahmayani liana; 2011:89).
7. Pengisian Akrilik Bening
Kuvet pendaman akrilik keras kembali dipakai, permukaan cetakan diolesi
dengan (CMS). Cara kerjanya sama dengan akrilik seperti pembuatan sclera
dengan wet metode, hanya bahan yang dipakai di sini adalah akrilik bening
(Rahmayani liana; 2011:89).
8. Melukis Iris dan Pupil
Pewarnaan dilakukan menggunakan cat minyak. Sebelumnya bagian tengah
iris pupil dibuat berupa lingkaran kecil dengan diameter ± 3 mm dan kedalaman ±
0,5 mm. Pada iris dibuat goresan-goresan dengan warna hitam atau sesuai
dengan warna mata sebelahnya. (Rahmayani liana; 2011:89).
9. Penyelesaian Protesa Mata.
Setelah cat mengering, penutup belakang (sclera) disatukan dengan akrilik
bening menggunakan teknik dry metode yaitu pencampuran polimer dan monomer
langsung didalam mould space dengan bahan self curing acrylic. Selanjutnya
seluruh protesa mata dirapikan kembali dan dipoles mengunakan mesin poles
white brush dan black brush (Rahmayani liana; 2011:90).