bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. pembelajaran ...repository.ump.ac.id/5379/3/suci nur...

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal Lie (2010:58) menyatakan bahwa berkirim salam dan soal adalah sebuah tipe model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa kesempatan untuk membuat soal atau pertanyaan sendiri. Metode ini dapat melatih pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa. Siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan atau soal yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Lie (2010:58) mengemukakan langkah-langkah metode pembelajaran berkirim salam dan soal yaitu: 1) Guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat orang siswa. Tiap-tiap kelompok menuliskan beberapa pertanyaan atau soal untuk dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok. 2) Masing-masing kelompok melalui satu orang perwakilan menyampaikan salam dan soal kepada kelompok lain. Salam yang diberikan bisa berupa yel-yel. 3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain. 4) Setelah selesai mengerjakan soal, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang mengirim soal. 6 Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal

Lie (2010:58) menyatakan bahwa berkirim salam dan soal adalah

sebuah tipe model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa

kesempatan untuk membuat soal atau pertanyaan sendiri. Metode ini

dapat melatih pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa. Siswa

akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan atau

soal yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya.

Lie (2010:58) mengemukakan langkah-langkah metode

pembelajaran berkirim salam dan soal yaitu:

1) Guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat

orang siswa. Tiap-tiap kelompok menuliskan beberapa pertanyaan

atau soal untuk dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi

dan membantu memilih soal-soal yang cocok.

2) Masing-masing kelompok melalui satu orang perwakilan

menyampaikan salam dan soal kepada kelompok lain. Salam yang

diberikan bisa berupa yel-yel.

3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.

4) Setelah selesai mengerjakan soal, jawaban masing-masing

kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang mengirim

soal.

6

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

8

Metode pembelajaran berkirim salam dan soal juga memiliki

keunggulan. Menurut Lie (2010:58) metode ini bisa digunakan pada

semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. Kegiatan

belajar dengan metode berkirim salam dan soal cocok untuk persiapan

menjelang tes dan ujian.

2. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat

teacher center (Trianto, 2009:41). Arends (2008:295) menyatakan bahwa

model pengajaran langsung adalah sebuah model yang berpusat pada

guru, yang memiliki lima langkah yaitu: establishing set, penjelasan

dan/atau demonstrasi, guided practice, umpan balik, dan extended

practice. Model pembelajaran langsung juga ditujukan pula untuk

membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh

informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Lingkungan

belajar untuk pengajaran langsung menurut Arends (2008:295) terutama

difokuskan pada tugas-tugas akademis dan dimaksudkan untuk

mempertahankan keterlibatan siswa secara aktif.

Ciri-ciri model pengajaran langsung menurut Kardi & Nur (dalam

Trianto, 2009:41-42) adalah sebagai berikut:

1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian belajar

2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

9

3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

Pelaksanaan pengajaran langsung harus memenuhi persyaratan yaitu ada

alat yang akan didemonstrasikan dan harus mengikuti tingkah laku

mengajar (sintaks).

Pengajaran langsung menurut Kardi (dalam Trianto, 2009:43) dapat

berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik. Pengajaran

langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang

ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Pada model

pengajaran langsung terdapat lima fase/tahap yang sangat penting yang

dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Tabel Tahapan Model Pembelajaran Langsung

Fase Peran Guru

Fase 1

Mengklarifikasikan tujuan

dan establishing set

Guru menyiapkan siswa untuk belajar

dengan menjelaskan tujuan-tujuan

pelajaran, memberikan informasi latar

belakang, dan menjelaskan mengapa

pelajaran itu penting

Fase 2

Mendemonstrasikan

pengetahuan dan

keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan

dengan benar atau mempresentasikan

informasi langkah demi langkah

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

10

Fase 3

Memberikan praktik

dengan bimbingan

Guru menstrukturisasi praktik awal

Fase 4

Memeriksa pemahaman

siswa dan memberikan

umpan-balik

Guru memeriksa untuk melihat apakah

siswa dapat melakukan keterampilan

yang diajarkan dengan benar dan

memberikan umpan balik kepada siswa

Fase 5

Memberikan praktik dan

transfer yang diperluas

Guru menetapkan syarat-syarat untuk

extended practice dengan memerhatikan

transfer keterampilan ke situasi-situasi

yang lebih kompleks

Sumber: Arends (2008:304)

Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam

pegajaran langsung harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama

melalui memerhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang

terencana. Walaupun terpusat pada guru, namun pembelajaran langsung

merupakan salah satu strategi mengajar yang paling efektif dalam

menghasilkan prestasi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Hattie

(dalam jurnal ECF 2011) yaitu “direct instruction was found to be one of

the most effective teaching strategies”.

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran

yang terkesan dirahasiakan, padahal jika diketahui model pembelajaran

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

11

langsung tidak kalah kesuksesannya dengan model-model pembelajaran

inovatif lainnya. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan Lindsay

(2012:2) yaitu “Direct Instruction should be no secret at all, for it has

been proven in the largest educational study ever (discussed below) and

continues to bring remarkable success at low cost when it is implemented”.

Model pembelajaran langsung akan menghasilkan kesuksesan luar biasa

dengan biaya rendah ketika diimplementasikan.

Melihat pernyataan di atas, dapat ditekankan bahwa pembelajaran

langsung adalah model pembelajaran yang efektif. Keefektifan model

pembelajaran langsung juga pada dasarnya ditentukan oleh kemampuan

siswa itu sendiri. Seperti halnya dikemukakan oleh Peterson (1979:47)

bahwa “the effectiveness of direct instruction also seems to depend on

students’ ability”. Walaupun pada hakikatnya model pembelajaran

langsung adalah model berbasis teacher-centred, namun kemampuan

siswa juga ikut menentukan keefektifan model pembelajaran langsung.

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada

dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Kardi dan Nur

(dalam Trianto, 2009:47-52) mengemukakan langkah-langkah pengajaran

langsung adalah sebagai berikut:

1) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa

Tujuan dari langkah awal ini adalah untuk menarik dan

memusatkan perhatian siswa. Siswa apabila tertarik dan telah

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

12

memusatkan perhatiannya pada apa yang dibawakan oleh guru, maka

mereka akan termotivasi untuk berperan serta dalam pelajaran itu.

2) Menyampaikan tujuan

Siswa perlu mengetahui untuk apa mereka berpartisipasi dalam

suatu pelajaran tertentu. Siswa juga perlu mengetahui apa yang harus

mampu mereka lakukan setelah ikut berperan serta dalam pelajaran itu.

Guru dalam menyampaikan tujuan kepada siswa dapat melalui

rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan

tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin.

Rangkuman rencana pembelajaran itu berisi tahap-tahap dan isinya,

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.

3) Menyiapkan siswa

Guru perlu menyiapkan siswa untuk menarik perhatian mereka,

memusatkan perhatian mereka pada pokok pembicaraan, dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya. Hal-

hal yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari

tentunya.

4) Presentasi dan demonstrasi

Fase kedua pengajaran langsung adalah melakukan presentasi

atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Guru harus

mempresentasikan informasi sejelas mungkin karena pada dasarnya

demonstrasi erat kaitannya dengan penjelasan verbal. Pernyataan

tersebut sesuai dengan pernyataan Jarolimeck (1981:124) yaitu:

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

13

“many demonstrations are extensions of exposition; the only difference

being that demonstrations stresses seeing in addition to hearing. Where

there is the expectations of a failure to understand a verbal

explanation, where there are frequent errors in learning, where the

possibility of misunderstanding is high, the demonstrations mode can

help overcome these difficulties”

Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa kebanyakan demonstrasi

merupakan kelanjutan dari eksposisi, yang terdapat dugaan kegagalan

dalam memahami penjelasan secara lisan atau ketidakpahaman, terdapat

banyak frekuensi kesalahan dalam pembelajaran, dan kemungkinan

terjadi kesalahpahaman adalah tinggi sehingga cara demonstrasi dapat

mengatasi kesulitan-kesulitan ini.

5) Mencapai kejelasan

Kemampuan guru memberikan informasi dengan jelas dan

spesifik kepada siswa mempunyai dampak yang positif terhadap proses

belajar siswa. Informasi yang kurang jelas dan membingungkan bagi

siswa biasanya terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya isi

pokok bahasan yang disampaikannya, dan tidak menguasai teknik

berkomunikasi dengan baik.

6) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa

sebagian besar hasil belajar adalah berasal dari mengamati orang lain.

Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu,

menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.” Guru perlu

menguasai dengan baik konsep atau keterampilan yang akan

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

14

didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya agar dapat berhasil dalam

mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan.

7) Mencapai pemahaman dan penguasaan

Guru harus memperhatikan bahwa sesuatu yang akan

didemonstrasikan adalah benar dan harus memperhatikan aktivitas

siswa dalam setiap tahap demonstrasi. Hal ini disebabkan karena jika

guru menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu yang

benar, guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan

juga benar. Banyak contoh yang menunjukkan, bahwa anak/siswa

bertingkah laku yang tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang

lain yang tidak benar.

8) Berlatih

Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar

diperlukan latihan yang intensif, dan memerhatikan aspek-aspek

penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

9) Memberikan latihan terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara

guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.”

Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan

retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan

memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi

yang baru.

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

15

10) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Tahap ini kadang-kadang juga disebut tahap resitasi yaitu guru

memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa

kemudian guru memberikan respons terhadap jawaban siswa. Kegiatan

ini merupakan aspek penting dalam pengajaran langsung, karena tanpa

mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa.

Umpan balik yang diberikan guru dapat berupa umpan balik secara

lisan, tes, dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tak

mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat mencapai

tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.

11) Memberikan kesempatan latihan mandiri

Pada tahap ini, guru memberikan tugas kepada siswa untuk

menerapkan keterampilan yang baru dia peroleh. Kegiatan ini dilakukan

secara pribadi yang dilakukan di rumah atau di luar jam pelajaran.

Berkaitan dengan tugas yang diberikan guru kepada siswa, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Kardi dan Nur (dalam

Trianto, 2009:52), yaitu:

- Tugas rumah yang diberikan adalah merupakan kelanjutan pelatihan

untuk pembelajaran berikutnya bukan merupakan kelanjutan dari

proses pembelajaran;

- Guru hendaknya menginformasikan kepada orang tua siswa agar

mereka terlibat dalam membimbing siswa di rumah.

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

16

- Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang

diberikan kepada siswa di rumah.

3. Belajar

a. Pengertian belajar

Pengertian belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan

tingkah laku (Hamdani, 2011:138). Brunner (dalam Trianto, 2009:15)

mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif siswa

membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada

pengalaman/ pengetahuan yang sudah dimilikinya.

Slameto (2010:2) mengemukakan pengertian belajar sebagai

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Perubahan

tingkah laku tersebut sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Menurut pengertian dari beberapa pakar di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi pada

individu sebagai dampak dari sebuah proses yang dialami oleh

individu tersebut. Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar banyak

sekali sifat dan jenisnya sehingga tidak semua bentuk perubahan dapat

dikatakan sebagai hasil belajar.

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

17

b. Prestasi belajar

Menurut Hamdani (2011:137) prestasi adalah hasil dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun

kelompok. Selama seseorang tidak pernah melakukan kegiatan, maka

prestasi tidak akan pernah dihasilkan.

Sedangkan Harahap (dalam Hamdani, 2011:138) memberikan

batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang

perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan

bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang

terdapat dalam kurikulum.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan atau proses belajar yang

telah dikerjakan secara individual maupun kelompok yang berupa nilai

pengetahuan. Hasil atau prestasi tersebut sebagai indikator keberhasilan

dari proses belajar yang telah dilalui oleh siswa. Untuk mengukur tinggi

rendahnya prestasi dilakukan dengan teknik tes. Tes prestasi menurut

Azwar (2011:8) mengacu pada tes prestasi belajar kawasan ukur kognitif

dalam bentuk tertulis. Dalam kegiatan formal di kelas, tes prestasi yang

diberikan dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes

sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Untuk mengukur prestasi siswa, tes prestasi memiliki beberapa

prinsip dasar penggunaan menurut Gronlund dalam Azwar (2011:18-21).

Prinsip-prinsip dasar tersebut yaitu:

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

18

1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara

jelas sesuai dengan tujuan instruksional

2) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil

belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau

pengajaran.

3) Tes prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yang paling cocok

guna mengukur hasil belajar yang diinginkan

4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan penggunaan hasilnya

5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil

ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati

6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para

anak didik

4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Sapriya, Nurdin dan Susilawati (2007:2) IPS merupakan

singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial, salah satu mata pelajaran yang

diberikan di tingkat pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi.

“Social studies” adalah istilah dari IPS yang diajarkan di jenjang

perguruan tinggi. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS,

peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

19

b. Tujuan IPS

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menerangkan tujuan

mata pelajaran IPS yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut:

- Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya

- Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial

- Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

- Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut Solihatin dan Raharjo (2009:15) pendidikan IPS pada

dasarnya bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar

kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,

kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan

pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tentunya dibutuhkan suatu pola

pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut.

Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan

berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus

ditingkatkan agar pembelajaran IPS benar-benar mampu mengondisikan

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

20

upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk

menjadi manusia dan warga Negara yang baik (Kosasih dalam Solihatin,

2009:15). Menurut Aziz Wahab dalam Solihatin (2009:15) hal ini

dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi

tercapainya tujuan pendidikan.

Lingkungan belajar IPS mempunyai dua karakteristik yaitu tampak

dan tidak tampak. secara lengkap Jarolimeck (1977:25) menyatakan:

“There are visible and invisible characteristics of a social studies

learning environment. The visible qualities have to do with the physical

arrangement of the room: how the pupil stations are arranged, how

learning centers are organized and placed in the room, what books and

other learning resources are available, what displays and exhibits are

present, and so on. The invisible characteristics reflect the emotional and

social tone of the environment: the presence or absence of hostility,

stress, and aggression. The invisible dimensions of a classroom

environment are often referred to as the classroom climate or classroom

atmosphere.”

Karakteristik lingkungan yang tampak berkaitan dengan pengaturan

ruang kelas, bagaimana pengaturan posisi siswa dalam kelas diatur,

bagaimana pusat pembelajaran disusun dan ditempatkan dalam kelas,

bagaimana buku dan sumber belajar lainnya tersedia, dan bagaimana

penyampaiannya dilakukan. Karakteristik pembelajaran tak nampak

dicerminkan dengan emosi dan sosial sebuah keadaan seperti kehadiran

dan ketidakhadiran, permusuhan, tekanan dan ketidakpatuhan. Dimensi

pembelajaran tak nampak, tercermin dari sebuah keadaan kelas yang

biasanya disebut iklim kelas atau suasana kelas.

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

21

c. Materi pelajaran IPS

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi perjuangan para

pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Materi tersebut

diajarkan di kelas V pada awal semester 2. Standar kompetensinya

menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan

dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasarnya

mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang.

Materi perjuangan para pejuang pada masa penjajahan Belanda dan

Jepang diantaranya berisi tentang sejarah masuknya bangsa asing yaitu

Belanda dan Jepang ke Indonesia. Kedatangan Belanda dan Jepang ke

Indonesia bertujuan untuk menjajah Bangsa Indonesia. Materi tersebut

menjelaskan bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan

Belanda dan Jepang oleh masing-masing daerah di Indonesia yang masih

berbentuk kerajaan.

B. Penelitian yang relevan

Penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Shupe (2003:2) dalam thesisnya yang

berjudul “Cooperative Learning versus Direct Instruction: Which Type of

Instruction Produces Greater Understanding of Fractions with Fourth

Graders?”. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan bahwa nilai rata-rata

materi pecahan pada siswa yang menggunakan model pembelajaran

langsung (direct instruction) mencapai 47,17 dan nilai rata-rata siswa yang

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

22

menggunakan model kooperatif (cooperative learning) mencapai 42,75,

sehingga nilai rata-rata siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran langsung lebih tinggi daripada siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian ini adalah

penelitian studi komparasi yang dilaksanakan oleh Fatikha, mahasiswa

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah

Purwokerto. Fatikha (2007) melakukan penelitian perbandingan prestasi

belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sumbang antara model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

dengan model pembelajaran klasikal (ceramah). Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang

diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) dengan model pembelajaran klasikal (ceramah)

dengan nilai rata-rata postes kelas eksperimen (model pembelajaran

STAD) = 75,48 dan nilai rata-rata postes kelas kontrol (model

pembelajaran klasikal) = 65,60. Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari siswa yang

diajar dengan model pembelajaran klasikal.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang dapat dirumuskan berdasar landasan teori

yang telah dijabarkan adalah:

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

23

1) Prestasi belajar IPS siswa menggunakan metode berkirim salam dan

soal

Prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan atau proses belajar

yang telah dikerjakan secara individual maupun kelompok yang berupa

nilai pengetahuan yang dapat diukur menggunakan tes. Prestasi belajar

sebagai indikator keberhasilan dari model atau metode pembelajaran

yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan

penerapan metode pembelajaran berkirim salam dan soal maka dapat

diketahui prestasi belajar yang dihasilkan melalui metode pembelajaran

tersebut.

2) Prestasi belajar IPS siswa menggunakan model pembelajaran langsung

Salah satu model pembelajaran yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran langsung. Model

pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berbasis

teacher-centred dan keefektifannya ditentukan juga oleh kemampuan

pribadi siswa. Melalui model pembelajaran langsung yang diterapkan

oleh guru, maka dapat dilihat prestasi belajar IPS siswa yang

dihasilkan.

3) Studi komparatif atau perbandingan prestasi belajar IPS siswa

menggunakan metode berkirim salam dan soal dengan model

pembelajaran langsung

Penerapan kedua model pembelajaran yang berbeda yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal dengan model

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013

24

pembelajaran langsung tentunya akan menghasilkan prestasi belajar IPS

siswa yang berbeda pula. Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan

model pembelajaran yang berbeda tersebut kemudian dibandingkan

untuk diketahui model pembelajaran mana yang lebih efektif dalam

menghasilkan prestasi belajar IPS siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan landasan teori, hasil penelitian yang

relevan, kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian yang dapat

diambil yaitu terdapat perbedaan antara prestasi belajar IPS siswa yang

diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim

salam dan soal dan model pembelajaran langsung (direct instruction).

Studi Komparatif Prestasi..., Suci Nur Latifah, FKIP UMP, 2013