bab ii tinjauan pustaka a. konsep kebutuhan dasar manusia 1. definisi kebutuhan dasar...

30
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Wahit, Lilis, & Joko 2015 mengatakan bahwa manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh kembang dalam rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori yaitu: a. Terlambat dalam melakukan aktifitas, b. Belum mampu melakukan aktifitas, dan c. Tidak dapat melakukan aktifitas Virginia Henderson dalam Potter dan Perry (1997) dalam buku “Ilmu Keperawatan Dasar” 2015, membagi kebutuhan dasar manusia membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen sebagai berikut. a. Bernafas secara normal. b. Makan dan minum yang cukup c. Eliminasi (buang air besar dan kecil). d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan. e. Tidur dan istirahat. f. Memilih pakaian yang tepat. g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan. h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan. i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain.

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

1. Definisi Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Wahit, Lilis, & Joko 2015 mengatakan bahwa manusia

mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh kembang dalam

rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu

memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri

melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi

oleh pola asuh, lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Dalam

melakukan aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokan ke dalam tiga

kategori yaitu:

a. Terlambat dalam melakukan aktifitas,

b. Belum mampu melakukan aktifitas, dan

c. Tidak dapat melakukan aktifitas

Virginia Henderson dalam Potter dan Perry (1997) dalam buku “Ilmu

Keperawatan Dasar” 2015, membagi kebutuhan dasar manusia membagi

kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen sebagai berikut.

a. Bernafas secara normal.

b. Makan dan minum yang cukup

c. Eliminasi (buang air besar dan kecil).

d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan.

e. Tidur dan istirahat.

f. Memilih pakaian yang tepat.

g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan

menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan.

h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan.

i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan

orang lain.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

7

j. berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,

kebutuhan, kekhwatiran, dan opini.

k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan.

l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup.

m. Bermain atau berpartisipasindalam berbagai bentuk rekreasi.

n. Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada

perkembangan yang normal,kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan

yang tersedia.

2. Kebutuhan Oksigenasi

a. Pengertian Oksigenasi

Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen

sangat diperlukan dalam proses metabolism tubuh. Masalah kebutuhan

oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar

manusia. Hal ini telah terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigem

akan mengalami hipoksia dan bisa mengalami kematian (Andin & Yuni,

2017).

Proses pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilaakukan dengan cara

pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, memulihkan dan memperbaiki

organ pernafasan agar berfungsi secara normal serta membebaskan saluran

pernafasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen.

Adina mengatakan bahwa Oksigenasi merupakan proses penambah O2

ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan

tidak berbau, yang mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Akibat

oksigenisasi terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Walaupun begitu,

penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh, akan memberikan

dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.

b. Fisiologi Sistem Pernafasan

Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan

oksigen untuk kelangsungan metanolisme sel – sel tubuh dan pertukaran gas.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

8

Melalui peran sistem respirasi oksigen di ambil dari atmosfir, ditransfor

masuk ke paru – paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon

dioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusikan untuk masuk ke

kapiler darah untuk di manfaatkan oleh sel sel dalam proses metabolisme.

Proses oksigenasi dibumai dari pengambilan oksigen dari atmosfir,

kemudian oksigen masuk melalui organ pernafasan bagian atas seperti,

hidung atau mulit, faring laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan

bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus

tersier (segmental), terminal bronkiolus, dan selanjutnya masuk ke alveoli.

Pernafasan (respiratori) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara

yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi ke luar tubuh (ekspirasi).

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu

ventilasi, difusi gas, dan transfortasi oksigen.

1) Ventilasi

Ventilasi adalah proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar

paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru thoraks yang elastic

dan persyarafan yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama adalah diafragma.

Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik, yang keluar dari medulla spinalis

pada vertebra servikal keempat.

2) Difusi gas

Difusi gas adalah bergeraknya gas O2 dan CO2atau partikel lain dari

area yang bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di dalam

alveoli ,O2 melintasi membrane alveoli-kapiler dari alveoli ke darah karena

adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di alveoli dan tekanan pada

kapiler yang lebih rendah.

3) Transfortasi oksigen

Transfortasi oksigen adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan

dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah. Transportasi oksigen

di pengaruhi oleh beberapa factor , yaitu curah jantung (kardiak output),

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

9

kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan

darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, dalam waktu tertentu

membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak karena suatu sebab. Faktor –

faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen dalam tubuh antara lain

lingkungan, latihan fisik, emosi, gaya hidup, dan status kesehatan.

1) Lingkungan

Saat berada dilingkungan yang panas, tubuh akan merespon dan

mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, akibatnya

darah banyak mengalir ke kulit.keadaan tersebut mengakibatkan panas

banyak dikeluarkan melalui pori – pori kulit. Respon tersebut mengakibatkan

curah jantung meningat dan kebutuhan oksigen juga menningkat. Sebaliknya

pada lingkungan dingin, pembuluh darag mengalami kontraksi dan terjadi

penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan

oksigen juga menurun.

Selain itu, tempat yang tinggi juga mempengaruhi kebutuhan

oksigen. Semakin tinggi tempat, maka semakin sedikit kandunngan

oksigennya. Sehingga, jika seseorang berada pada tempat yang tinggi,

misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan

alveoli berkurang. Hal tersebut mengindikasikan kandungan oksigen dalam

paru – paru sedikit, sehingga rawan kekurangan oksigen.

2) Latihan Fisik

Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut

jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakain

tinggi.

3) Emosi

Emosi merupakan gejolak dalam jiwa yang biasanya diluapkan

melalui bentuk perbuatan yang tidak terkendali. Saat seseorang mengalami

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

10

emosi, misalnya timbul rasa takut, cemas dan marah, akan mempercepat

denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.

4) Gaya Hidup

Gaya hidup mempengaruhi status oksigenasi, misalnya pada

seseorang perokok daoat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh

darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan

vasokontraksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner.

Akibatnya, suplai darah kejaringan menurun.

5) Status Kesehatan

Pada orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit

pernafasan, dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen

manunisa. Sebaliknya, pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem

pernafasan berfungsi dengan baik dengingga dapat memenuhi kebutuhan

oksigen tubuh secara adekuat.

d. Tipe Kekurangan Oksigen dalam Tubuh

Menurut Bararah & Jauhar (2013), terdapat beberapa komplikasi dari

pola napas tidak efektif antara lain :

1) Hipoksemia

Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen

dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) di bawah normal

(normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Neonatus, PaO2 < 50 mmHg atau

SaO2 < 88%, sedangkan dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2

< 90%. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau

(shunt), atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Keadaan hipoksemia,

tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,

meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan

nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di antaranya sesak napas, frekuensi napas

cepat, nadi cepat dan dangkal serta sianosis.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

11

2) Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak

adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen

yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler.

Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab

lain hipoksia antara lain :

a) Menuruunya hemoglobin

b) Berkurangnya konsentrasi oksigen.

c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen

d) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti pada

pneumonia

e) Menurunya perfusi jaringan seperti pada syok

f) Kerusakan atau gangguan ventilasi

Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya

kemampuan konsentrasi. nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,

sianosis, sesak napas, serta jari tabuh (clubbing fugur).

3) Gagal napas

Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi

kebutuhan karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat

sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen. Gagal

napas ditandai oleh adanya peningkatan karbondioksida dan penurunan

oksigen dalam darah secara signifikan. Gagal napas disebabkan oleh

gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol pernapasan, kelemahan

neuromuskular, keracunan obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot

pernapasan, dan obstruksi jalan napas.

e. Perubahan Fungsi Nafas

1) Hiperventilasi, merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih,

yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di

vena, yang diproduksi melalui metabolism seluler. Hiperventilasi

dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi obat-obatan,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

12

ketidakseimbangan asam-basa, dan hipoksia yang dikaitkan dengan

embolus paru atau syok.

2) Hipoventilasi, terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk

memenuhi kebutuhan oksigen tubuh mengeliminasi karbondioksida

secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2

akan meningkat dan mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.

3. Konsep Pola Nafas Tidak Efektif

a. Pengertian pola nafas tidak efektif

Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi

dan atau ekspirasi tidak adekuat (Santoso, 2006).

Pola napas tidak efektif suatu keadaan dimana inspirasi dan atau

ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (PPNI, 2016).

b. Etiologi pola nafas tidak efektif

Menurut buku Standar Diagnosos Keperawatan Indonesia (SDKIP)

tahun 2017, penyebab pola nafas tidak efektif antara lain sebagai berikut :

1) Depresi pusat pernafasan

2) Hambatan upaya nafas (misalnya, nyeri saat bernafas,

kellemahan otot pernafasan)

3) Deformitas dinding dada

4) Deformitas dinding dada

5) Gangguan neuromuskular

6) Gangguan neurologis (misalnya, elektroensefalogram (EEG)

positif, cedera kepala, gangguan kejang)

7) Imaturitas neurologis

8) Penurunan energi

9) Obesitas

10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

11) Sindrom hipoventilasi

12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

13

13) Cedera pada medulla spinalis

14) Efek agen farmakologis

15) Kecemasan

c. Manifestasi klinis pola nafas tidak efektif

Menurut PPNI (2016), data minor untuk masalah pola napas tidak

efektif yaitu : pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, diameter

thoraks anterior–posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas

vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun dan

ekskursi dada berubah. Sedangkan , data mayor untuk masalah pola nafas

tidak efektif antara lain ;

1) Penggunaan otot bantu pernapasan

2) Fase ekspirasi yang memanjang

3) Pola napas abnormal

Menurut Tarwoto dan Wartonah 2010, Manifestasi klinis pola nafas

tidak efektif antara lain :

1) Dispnea, yaitu kesulitan bernafasan, misalnya pada pasien

dengan asma,

2) Apnea, yaitu tidak bernafas, berhenti bernafas.

3) Takipnea. Yaitu pernafasan lebih depat dari normal dengan

frekuensi lebih dari 24 x/menit.

4) Bradipnea, yaitu pernafasan lebih lambat (kurang) dari normal

dengan frekuensi kurang dari 16 x/menit.

5) Kussmaul, yaitu pernafasan dengan panjang ekspirasi dan

inspirasi sama, sehingga pernafasan menjadi lambat dan dalam,

misalnya pada penyakit diabetes militus dan uremia.

6) Cheyne-stoke, merupakan pernafasan cepat dan dalamkemudian

berangsur-angsur dangkal dan diikuti priode apnea yang

berlubang secara teratur. Misalnya pada keracunan obat bius,

penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

14

7) Biot, adalah pernafasan dalam dan dangkal disertai masa apnea

dengan priode yang tidak teratur, misalnya pada penyakit

meningitis.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Data

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan.

Kegiatan yang dilakukan saat pengkajian adalah mengumpulkan data,

memvalidasi data, pengorganisasian data dan mencatat data yang diperoleh.

Langkah ini merupakan dasar untuk perumusan Diagnosis keperawatan dan

mengembangkan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien serta melakukan

implementasi keperawatan (Dinarti, dkk. 2009)

Informasi yang didapat dari pasien di rumah sakit dikategorikan menjadi

data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan

melalui wawancara dimana wawancara itu sendiri bisa melalui 2 cara, pertama

autoanamnesa, yaitu wawancara dengan pasien langsung. Kedua, alloanamnese

yaitu wawancara dengan keluarga/orang terdekat. Data yang didapatkan berupa:

identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, keluhan pasien, pola koping, aktivitas

sehari-hari pasien, serta masalah psikososial pasien.

Data objektif merupakan data yang diperoleh melalui hasil observasi atau

pemeriksaan.Dapat dilihat, dirasa, didengar atau dicium.Disebut juga sebagai

tanda atau gejala (Deswani, 2009).

Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan gangguan pola nafas tidak

efektif meliputi:

a. Identitas pasien

Mulai dari nama klien, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status

kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, no MR dan Diagnosis medis.

Pada pasien kanker paru dengan gangguan pola nafas tidak efektif biasanya

terjadi pada pasien yang berjenis kelamin laki-laki dengan usia lebih dari 40

tahun atau bisa dikategorikan dewasa.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

15

b. Keluhan utama

Keluhan utama akan membantu dalam mengkaji keluhan pasien tentang

kondisi saat ini untuk menentukan prioritas masalah dan intervensi

keperawatan. Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien kanker paru

dengan gangguan pola nafas tidak efektif adalah sesak napas dan nyeri dada.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian riwayat penyakit sekarang di mulai dengan perawat

menanyakan tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga pasien

meminta pertolongan dan dilakukannya pengkajian saat itu. Misalnya, sejak

kapan keluhan di rasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut

terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan

timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan terjadi, keadaan apa yang

memperberat dan memperingan keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan ini

sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut dan

sebagainya.

Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada pasien sedetail-detailnya,

dan semuanya diterangkan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umumnya,

beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala adalah lama

timbulnya (durasi), lokasi penjalarannya, sifat keluhan, berat ringannya,

mulai timbulnya, serta faktor-faktor yang memperingan atau memperberat,

dan gejala yang menyertainya.

d. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu pada pasien kanker paru dengan gangguan pola

nafas tidak efektif adalah pasien memiliki riwayat penyakit Tuberkulosis.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada masalah pola nafas meliputi empat teknik , yaitu

inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

1) Inspeksi

a) Kondisi kulit dan membran mukosa

b) Bagian dada (misalnya kontur rongga interkosta, diameter

antero posterior, struktur toraks, dan pergerakan dinding dada)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

16

c) Pola napas, meliputi:

(1) Tipe jalan napas, meliputi napas spontan melalui hidung/

mulut atau menggunakan selang

(2) Frekuensi dan kedalaman pernapasan, pernapasan cuping

hidung

(3) Sifat pernapasan, yaitu pernapasan torakal, abdominal,

atau kombinasi keduanya

(4) Irama pernapasan, meliputi durasi inspirasi dan ekspirasi

(5) Ekspansi dada secara umum

(6) Adanya sianosis, deformitas, atau jaringan parut pada dada

2) Palpasi

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus

menurun.selain itu, palpasi dilakukan untuk mengetahui suhu kulit,

pengembangan dada, abnormalitas massa dan kelenjar, sirkulasi

perifer, denyut nadi serta pengisian kapiler.

3) Perkusi

Perkusi bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ

dalam serta untuk mengkaji keberadaan abnormalitas cairan atau

udara di dalam paru-paru. Suara perkusi normal adalah suara perkusi

sonor dengan bunyi seperti “dug-dug”.

Suara perkusi yang redup terdapat pada penderita infiltrate,

konsolidasi, dan efusi pleura. Suara perkusi yang pekak atau kempis

(suara seperti ketika kita memperkusi paha) terdengar apabila

perkusi dilakuan di atas daerah yang mengalami atelectasis, atau

dapat juga terdengar pada rongga pleura yang terisi oleh nanah,

tumor pada permukaan paru, atau fibrosis paru dengan penebalan

pleura. Hipersonan atau bunyi drum dapat ditemukan pada penyakit

tertentu, misalnya pneumonia dan emfisema.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan

di dalam tubuh. Bagian yang diperhatikan adalah nada, intensitas,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

17

durasi, dan kualitas bunyi. Auskultasi dilakukan untuk mengetahui

apakah terdapat suara napas yang tidak normal.

Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru

yang sehat. Suara napas ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu bunyi

napas vesikular, bronkial, dan bronkovesikular. Bunyi napas

vesikular bernada rendah, terdengar di sebagian besar area paru,

serta suara pada saat inspirasi lebih keras dan lebih panjang daripada

saat ekspirasi. Bunyi napas bronkial hanya terdengar di daerah

trakea, bernada tinggi, serta keras dan panjang pada saat ekspirasi.

Bunyi napas bronkovesikular terdengar pada area utama bronkus dan

area paru bagian kanan atas posterior, bernada sedang, serta bunyi

pada saat ekspirasi dan inspirasi seimbang.

Suara napas tambahan adalah suara yang terdengar pada dinding

toraks yang disebabkan oleh kelainan dalam paru, termasuk bronkus,

alveoli dan pleura. Contoh suara napas tambahan adalah rales dan

ronkhi. Bunyi rales bernada pendek, kasar, dan terputus-putus

karena jeratan udara secret selama fase inhalasi, ekhalasi, atau batuk.

Suara ronkhi adalah suara yang berasal dari brokhi yang disebabkan

oleh penyempitan lumen bronkus. Suara mengi (wheezing)

merupakan ronkhi kering yang tinggi, dengan nada yang terputus-

putus.

f. Pemeriksaan Diagnostik

Macam macam pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien

yang mengalami masalah oksigenasi, yaitu:

1) Penilaian ventilasi dan oksigenasi, contohnya uji fungsi paru,

pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah

lengkap.

2) Tes struktur sistem pernapasan, contohnya rontgen dada,

bronkoskopi, dan scan paru. Rontgen dada dilakukan untuk melihat

lesi paru pada penyakit tuberculosis, mendeteksi keberadaan tumor

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

18

atau benda asing, pembengkakan paru, penyakit jantung, dan untuk

melihat struktur yang tidak normal.

2. Diagnosa Keperawatan

Di dalam buku “Diagnosis Keperawatan” 2015 menjelaskan bahwa,

diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien

terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk

mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi

yang berkaitan dengan kesehatan.

Perumusan diagnose keperawatan biasanya terdiri dari respon manusia

(masalah/problem) atau disingkat “P”, faktor yang berhubungan (etiologi) atau

disingkat “E”, dan tanda dan gejala (symptom) atau yang disingkat “S” (Setiadi,

2012).

Menurut Amin & Hardhi 2016, diagnosa yang muncul pada pasien

Kanker Paru antara lain :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

b. Gangguan pola nafas tidak efektif

c. Nyeri akut

3. Perencanaan Keperawatan

Menurut buku “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)” 2018,

Intervensi pada pasien Kanker Paru sebagai berikut :.

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

1) Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau

obstruksi dari saluraan pernafasan untuk mempertahankan kebersihan

jalan nafas.

2) Penyebab

a) Fisiologis

(1) Spasme jalan nafas

(2) Hipersekresi jalan nafas

(3) Disfungsi neuromuskuler

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

19

(4) Benda asing dalam jalan nafas

(5) Adanya jalan nafas buatan

(6) Sekresi yang tertahan

(7) Hiperplasia dinding jalan nafas

(8) Proses infeksi

(9) Respon alergi

(10) Efek agen farmakologi (misalnya anastesi)

b) Situasional

(1) Merokok aktif

(2) Merokok pasif

(3) Terpajan polutan

3) Gejala dan tanda mayor

a) Subjektif

Tidak tersedia

b) Objektif

(1) Batuk tidak efektif

(2) Tidak mampu batuk

(3) Sputum berlebih

(4) Mengi, wheezing dan/atau ronchi kering

(5) Mekonium dijalan nafas (pada neonatus)

4) Gejala dan tanda minor

a) Subjektif

(1) Dispnea

(2) Sulit bicara

(3) Ortopnea

b) Objektif

(1) Gelisah

(2) Sianosis

(3) Bunyi nafas menurun

(4) Frekuensi nafas berubah

(5) Pola nafas berubah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

20

Table 2.1 intervensi masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif

Diagnosa Keperawatan Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Bersihan jalan nafas tidak

efektif

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan diharapkan jalan

nafas pasien bersih dengan

kriteria hasil :

1. Tanda – tanda vital

pasien dalam rentang

normal

2. Pasien mampu

melakukan nafas dalam

3. Pasien mampu

mengeluarkan dahak

4. Menunjukan jalan nafas

yang paten (pasien tidak

merasa tercekik, irama

nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal, tidak

ada suara tambahan)

Latihan batuk efektif

1. Observasi

- Identifikasi

kemampuan batuk

- Monitor adanya retensi

sputum

- Monitor tanda dan

gejala infeksi sputum

- Monitor input dan

output cairan (misalnya

jumlah dan

karakteristik sputum)

2. Terapeutik

- Atur posisi semi fowler

atau fowler

- Pasang perlak dan

bengkok dipangkuan

pasien

- Buang sekret pada

tempat sputum

3. Edukasi

- Elaskan tujuan dan

prosedur batuk efektif

- Anjurkan pasien napas

dalam melalui hidung

selama 4 detik, ditahan

selama 2 detik,

kemudian keluarkan

dari mulut dengan bibir

mencucu (dibulatkan)

selama 8 detik

- Anjurkan mengulangi

tarik napas dalam

hingga 3 kali

- Anjurkan batuk dengan

kuat langsung setelah

tarik napas dalam yang

ke-3

4. Kolaborasi

- Kalaborasi pemberian

mukolitik atau

ekspektoran, jika perlu

Manajemen jalan napas

1. Observasi

- Monitor pola napas

(frekuensi, kedalaman,

usaha napas)

- Monitor bunyi napas

tambahan (mis.

Gurgling, mengi,

whezzing, ronki kering)

1. Dukung kepatuhan

program pengobatan

2. Edukasi fisioterapi dada

3. Edukasi pengukuran

respirasi

4. Fisioterapi dada

5. Konsultasi via telepon

6. Manajemen asma

7. Manajemen alergi

8. Manajemen anafilakasi

9. Manajemen isolasi

10. Manajemen ventilasi

mekanik

11. Manajemen jalan napas

buatan

12. Pemberian obat inhalasi

13. Pemberian obat

intrapleura

14. Pemberian obat

intraadermal

15. Pemberian obat nasal

16. Pengaturan posisi

17. Penghisapan jalan napas

18. Penyapihan ventilasi

mekanik

19. Perawatan trakheostomi

20. Skrining tuberkulosis

21. Stabilisasi jalan napas

22. Terapi oksigen

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

21

- Monitor sputup (jumlah,

warna, aroma)

2. Terapeutik

- Pertahankan kepatenan

jalan napas dengan

head-tilt, dan chin-lift

(jaw-thrust jika curiga

trauma servikal)

- Posisikan semi-Fowler

atau Fowler

- Berikan minum hangat

- Lakukan fisioterapi

dada, jika perlu

- Berikan oksigen jika

perlu

3. Edukasi

- Anjarkan teknik batuk

efektif

4. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

ekspektoran, jika perlu

Pemantauan respirasi

1. Observasi

- Monitor frekuensi,

irama, kedalaman dan

upaya napas

- Monitor pola napas

(seperti bradipnea,

takipnea, hiperventilasi,

Kussmaul, Cheyne-

Stokes, Boit, atasksik)

- Monitor kemampuan

batuk efektif

- Monitor adanya

sumbatan jalan napas

- Palpasi kesimetrisan

ekspansi paru

- Auskultasi bunyi napas

- Monitor saturasi oksigen

- Monitor nilai AGD

- Monitor hasil x-ray

toraks

2. Teraupetik :

- Atur interval

pemantauan respirasi

sesuai kondisi pasien

- Dokumentasikan hasil

pemantauan

3. Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

- Informasikan hasil

pemantuan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

22

b. Gangguan pola nafas tidak efektif

1) Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan

ventilasi yang adekuat

2) Penyebab

a) Depresi pusat pernapasan

b) Hambatan upaya napas

c) Deformitas dinding dada

d) Deformitas tulang dada

e) Gangguan neuromuskuler

f) Gangguan neurologis

g) Imaturitas neurologis

h) Penurunan energi

i) Obesitas

j) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

k) Sindrom hipoventilasi

l) Kerusakan inervasi diafragma

m) Cedera pada medulla spinalis

n) Efek agen farmakologis

o) Kecemasan

3) Gejala dan tanda mayor

a) Subjektif

Dispnea

b) Objektif

(1) Penggunaan otot bantu pernapasan

(2) Fase ekspirasi memanjang

(3) Pola napas abnormal

4) Gejala dan tanda minor

a) Sebjektif

Ortopnea

b) Objektif

(1) Pernapasan pursed-lip

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

23

(2) Pernapasan cuping hidung

(3) Diameter toraks anterior-posterior meningkat

(4) Ventilasi semenit menurun

(5) Tekanan ekspirasi menurun

(6) Tekanan inspirasi menurun

(7) Ekskursi dada berubah

Table 2.2 Intervensi Gangguan Pola Nafas Tidak Efektif

Diagnosa Keperawatan Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Gangguan pola nafas tidak

efektif

Tujuan :

Setelah dilakukan Asuhan

Keperawatan diharapkan

pola nafas efektif kembali

dengan kriteria hasil :

1. Status pernafasan :

kepatenan jalan nafas

2. Ventilasi

3. Tanda – tanda vital

Manajemen Jalan Napas

1. Observasi

- Monitor pola napas

(frekuensi, kedalaman,

usaha napas)

- Monitor bunyi napas

tambahan (mis.

Gurgling, mengi,

whezzing, ronki kering)

- Monitor sputup (jumlah,

warna, aroma)

2. Terapeutik

- Pertahankan kepatenan

jalan napas dengan

head-tilt, dan chin-lift

(jaw-thrust jika curiga

trauma servikal)

- Posisikan semi-Fowler

atau Fowler

- Berikan minum hangat

- Lakukan fisioterapi

dada, jika perlu

- Berikan oksigen jika

perlu

3. Edukasi

- Anjarkan teknik batuk

efektif

4. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

ekspektoran, jika perlu

Pemantauan Respirasi

1. Observasi

- Monitor frekuensi,

irama, kedalaman dan

upaya napas

- Monitor pola napas

(seperti bradipnea,

takipnea, hiperventilasi,

Kussmaul, Cheyne-

Stokes, Boit, atasksik)

1. Dukungan emosional

2. Dukungan kepatuhan

program pengobatan

3. Dukungan ventilasi

4. Eduksi pengukuran

respirasi

5. Kunsultasi via telepon

6. Manajemen energi

7. Manajemen jalan napas

buatan

8. Manajemen medikasi

9. Pemberian obat inhalasi

10. Pemberian obat oral

11. Pencegahan aspirasi

12. Pengaturan posisi

13. Pemantuan neurologis

14. Pemberian analgesik

15. Pemberian obat

16. Perawatan trakheostomi

17. Reduksi ansietas

18. Stabilisasi jalan napas

19. Terapi relaksasi otot

progresif

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

24

- Monitor kemampuan

batuk efektif

- Monitor adanya

sumbatan jalan napas

- Palpasi kesimetrisan

ekspansi paru

- Auskultasi bunyi napas

- Monitor saturasi oksigen

- Monitor nilai AGD

- Monitor hasil x-ray

toraks

2. Teraupetik :

- Atur interval

pemantauan respirasi

sesuai kondisi pasien

- Dokumentasikan hasil

pemantauan

3. Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

- Informasikan hasil

pemantuan

c. Nyeri akut

1) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsun

kurang dari 3 bulan.

2) Penyebab

a) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia,

neoplasma)

b) Agen pencedera kimiawi (misalnya tebakar, bahan kimia iritan)

c) Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbaar,

terpotong, mengangkat benda berat, prosedur operasi, trauma,

latihan fisik berlebihan)

3) Gejala dan tanda mayor

a) Subjektif

Mengeluh nyeri

b) Objektif

(1) Tampak meringis

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

25

(2) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari

nyeri

(3) Gelisah

(4) Frekuensi nadi meningkat

(5) Sulit tidur

4) Gejala dan tanda minor

a) Subjektif

Tidak tersedia

b) Objektif

(1) Tekanan darah meningkat

(2) Pola nafas berubah

(3) Nafsu makan bertambah

(4) Proses berfikir terganggu

(5) Menarik diri

(6) Berfokus pada diri sendiri

(7) Diaforesis

Table 2.3 : Intervensi Masalah Nyeri Akut

Diagnosa Keperawatan Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Nyeri akut

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan diharapkan

nyeri berkurang atau bahkan

hilang dengan kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol

nyeri

2. Melaporkan bahwa

nyeri berkurang dengan

manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas,

frekuensi dan tanda

nyeri)

4. Menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri

berkurang

Manajemen nyeri

1. Observasi

- Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

- Identifikasi skala nyeri

- Identifikasi respons

nyeri non verbal

- Identifikasi faktor yang

memperberat dan

memperingan nyeri

- Identifikasi pengaruh

budaya terhadap respon

nyeri

- Identifikasi pengaruh

nyeri pada kualitas

hidup

- Monitor kebersihan

terapi komplementer

yang sudah diberikan

- Menotor efek samping

penggunaan analgetik

1. Aromaterapi

2. Dukungan hipnotis diri

3. Dukungan pengungkapan

kebutuhan

4. Edukasi efek samping

obat

5. Edukasi manajemen

nyeri

6. Edukasi proses penyakit

7. Edukasi teknik napas

8. Kompres dingin

9. Kompres panas

10. Konsultasi

11. Latihan pernapasan

12. Manajemen efek samping

obat

13. Mananjemen

kenyamanan lingkungan

14. Manajemen medikasi

15. Manajemen sedasi

16. Manajemen terappi

radiasi

17. Pemantauan nyeri

18. Pemberian obat

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

26

2. Terapetik

- Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

(misalnya TENS,

hipnotis, akupresur,

terapi musik,

biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik

imajinasi terbimbing,

kompres hangat atau

dingin, dan terapi

bermain)

- Kontrol lingkungan

yang memperberat rasa

nyeri (misalnya suhu

ruangan, pencahayaan,

dan kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan

tidur

- Perimbangkat jenis dan

sumber nyeri dalam

memilih strategi

meredakan nyeri

3. Edukasi

- Jelaskan penyebab,

preode, dan pemicu

nyeri

- Jelaskan strategi

meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor

nyeri secara tepat

- Anjurkan menggunakan

analgetik secara tepat

- Anjurkan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

analgesik, jika

diperlukan

Pemberian analgesik

1. Observasi

- Identifikasi karakteristik

nyeri (misalnya

pencetus, pereda,

kualitas, lokasi,

intensitas, frekuensi,

dan durasi)

- Identifikasi riwayat

alergi obat

- Identifikasi kesesuaian

jenis analgesik

(misalnya narkotika,

19. Pemberian obat intravena

20. Pemberian obat oral

21. Pemberian obat topikal

22. Pengaturan posisi

23. Perawatan amputasi

24. Perawatan kenyamanan

25. Teknik distraksi

26. Teknik imajinasi

terbimbing

27. Terapi akupresur

28. Terapi akupuntur

29. Terapi bantuan hewan

30. Terapi humor

31. Terapi musik

32. Terapi pemijatan

33. Terapi relaksasi

34. Terapi sentuhan

35. Transcutaneous

Electricial Nerve

Stimulation (TENS)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

27

non-narkotika, atau

NSAID) dengan tingkat

keparahan nyeri

- Monitor tanda-tanda

vital sebelum dan

sesudah pemberian

analgesik

- Monitor efektifitas

analgesik

2. Terapetik

- Diskusikan jenis

analgesik yang disukai

untuk mencapai

analgesia optimal, jika

perlu

- Pertimbangkan

penggunaan infus

kontinu, atau bolus

opioid untuk

mempertahankan kadar

dalam serum

- Tetapkan target

efektifitas analgesik

untuk mengoptimalkan

respons pasien

- Dokumentasikan

respons terhadap efek

analgesik dan efek yang

tidak diinginkan

3. Edukasi

- Jelaskan efek terapi dan

efek samping obat

4. Kolabrorasi

- Kolaborasi pemberian

dosis dan jenis

analgesik, sesuai

indikasi

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Kozier & Snyder (2010), implementasi keperawatan merupakan

sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah

dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri

atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang

digunakan untuk melaksanakan intervensi.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap implementasi dimulai dari

pengkajian lanjutan, membuat prioritas, menghitung alokasi tenaga, memulai

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

28

intervensi keperawatan, dan mendokumentasikan tindakan dan respon klien

terhadap tindakan yang telah dilakukan (Debora, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany (2013), evaluasi

asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif,

obyektif, assessment, planing). Komponen SOAP yaitu S (subyektif) dimana

perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakukan

tindakan. O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau

observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan

keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subyektif dan obyektif

(biasaya ditulis dala bentuk masalah keperawatan). P (planning ) adalah

perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau

ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

C. Konsep Penyakit Kanker Paru

1. Definisi Kanker Paru

Menurut Maya tahun 2009, Kanker paru tergolong dalam penyakit

kanker yang mematikan, baik pria atau wanita. Dibandingkan dengan jenis

kanker lainnya, seperti kanker prostat, kanker usus, dan kanker payudara,

penyakit kanker paru tahun ini cenderung lebi cepat meningkat

perkembangannya.

Kanker paru sering disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor

ganas primer sistem pernafasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan

berasal dari mukosa percabangan bronkus. Penyakit ini jarang terjadi dan paling

sering terjadi di daerah industry (Amin & Hardhi, 2016).

2. Klasifikasi Kanker Paru

Menurut Amin & Hardhi 2016, mengklasifikasikan kanker paru

berdasarkan TNM : Tumor, Nodul, dan Metastase.

T : T0 : tidak Nampak tumor primer

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

29

T1 : diameter tumor <3 cm, tanpa invasi ke bronkus

T2 : diameter >3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun

berjarak lebih 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.

T3 : tumor ukuran besar disertai dengan tanda invasi ke sekitar atau

sudah dekat karina fan atau disertai efusi pleura.

N : N0 : tidak didapatkan penjalaran kekelenjar limfe regional

N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral

N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral

N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal

M : M0 : tidak terdapat mestastase jauh

M1 : sudah terdapat mestastase jauh ke organ – organ lain.

Menurut Maya 2009, ada pengklasifikasisan kanker paru, dilihat dari

tingkat penyebarannya baik dijaringan paru itu sendiri maupun terhadap organ

tubuh lainnya. Namun pada dasarnya penyakit kanker paru terbagi dalam dua

kriteria berdasarkan level penyebarannya, yaitu kanker paru primer dan kanker

paru sekunder.

a. Kanker paru primer

Kanker paru primer memiliki dua tipe utama, yaitu Small cell lung

cancer (SCLC) dan Non-small cell lung cancer (NSCLC), SCLC adalah jenis sel

kecil – kecil (banyak) dimana memiliki daya pertumbuan yang sangat cepat

hingga membesar. Tipe ini sangat erat kaitannya dengan perokok. Penanganan

cukup berespon baik melalui tindakan kemoterapi dan terapi radiasi.

Sedangkan NSCLC adalah pertumbuhan sel tunggal, terapi seringkali

menyerang lebih dari saru daerah paru – paru. Misalnya Adenomia, Hamartoma

kondromatous dan Sarkoma.

b. Kanker paru sekunder

Kanker paru sekunder merupakan penyakit kanker paru yang timbul

sebagai dampak penyerangan kanker dari bagian organ tubuh lainnya, yang

paling sering adalah kanker payudara dan kanker usus (perut). Kanker menyebar

melalui darah, sistem limpa atau karena kedekatan organ.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

30

3. Etiologi Kanker Paru

Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan

inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor utama,

ranpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga

ataupun suku bangsa serta status imunologi seperti kekebalan tubuh. Dari

beberapa kepustakaan menyebutkan penyebab utama terjadinya kanker paru

adalah kebiasan merokok, dan penyebab lainnya seperti, polusi udara, diet

kurang mengandung vitamin A, infeksi saluran pernafasan kronik, dan keturunan

(Amin & Hardhi, 2016).

Menurut Maya 2009, penyebab terbesar dari kanker paru adalah

merokok, sedangkan penyebab lainnya adalah adanya kontaminasi udara sekitar

oleh zat asbes, polusi udara oleh asap kendaraan ataupun kebakaran termasuk

asap rokok. Ada beberapa kasus yang memicu terjadainya penyakit kanker paru

yaitu, penyakit Tubercolosis (TBC) dan Pneumonia. Kedua penyakit ini dapat

menimbulkan terjadinya pertumbuhan sel abnormal di dalam rongga paru.

Biasanya kanker paru berkembang dari kasus ini adalah jenis adenocarcinoma

(adenoma).

Jadi dari pemaparan beberapa penulis buku dapat disimpulkan bahwa,

penyebab utama terjadinya kanker paru merokok. Selain itu, polusi udara dan

kebakaran juga dapat menimbulkan penyakit kanker paru.

4. Manifestasi Klinis Kanker Paru

Menurut Amin & Hardhi 2016, Pada fase awal kebanyakan kanker paru

tidak menunjukan gejala klinis. Bila sudah menunjukan gejala berarti pasien

dalam stadium lanjut.

a. Gejala dapat bersifat lokal (tumor tumbuh setempat)

1) Batuk baru atau batu lebih hebat pada batuk kronis

2) Hemoptisis

3) Mangi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas

4) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

5) Atelektasis

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

31

b. Invasi lokal

1) Nyeri dada

2) Dispnea karena ada efusi pleura

3) Invasi ke pericardium, terjadi tamponade atau aritmia

4) Sindrom vena cava superior

5) Sindrom Horoner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

6) Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

7) Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf

simpatis setvikalis

c. Gejala penyakit metastasis

1) Pada otak, tulang, hati, adrenal

2) Limfadenopati serikal dan supraklavikula (sering menyertai

metastasis)

d. Sindrom praneoplastik (terdapat pad 100% kanker paru), dengan gejala :

1) Sistematik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

2) Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

3) Hipertrofi osteoartopi

4) Neurologic : demential, ataksia, tremor, neuropati perifer

5) Neuromiopati

6) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalasemia)

7) Dermatologic : eritema multiform, hyperkeratosis,jari tubuh

8) Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)

e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis

1) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi

secara radiologis

2) Kelainan berupa nodul soliter

5. Penatalaksanaan Terapi

Pengobatan kanker paru sangat bergantung pada kecekatan ahli paru

untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini

akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu lebih

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

32

cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik

dalam perjalanan penyakit meskipun tidak dapat menyembuhkan penyakit

tersebut.

Pilihan terapi harus segera dilakukan, mengingat buruknya respons

kanker paru terhadap jenis pengobatan. Bahkan, dalam beberapa kasus penderita

kanker paru membutuhkan penanganan sesegera mungkin meskipun diagnosis

pasti belum apat ditegakkan.

Penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk penderita kanker paru

menurut Sofi Ariani tahun 2015, yaitu sebagai beriikut :

a. Pembedahan

Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk stadium I dan N.

indikasi dari pembedahan adalah bila ada kegawatan yang memerlukan

intervensi pembedahan, seperti kanker paru dengan sindrom vena kava

superior berat.

b. Radioterapi

Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif dan paliatif.

Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjiuvati

untuk penderita Stadium IIIA. Dalam kondisi tertentu, radioterapi saja tidak

jarang digunakkan untuk alternative terapi kuratif. Radiasi merupakan

tindakan darurat yang sering dilakukan untuk mengurangi keluhan penderita,

seperti sindrom vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor ke

dinding dada dan meabolis tumor di tulang atau otak.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian kemoterapi adalah

timbulnya efek samping (toksisitas). Efek samping yang akan muncul akibat

radioterapi antara lain batuk hingga mengeluarkan dahak, sakit pada dada,

kesulitan dalam menelan, kulit terasa perih, rontok pada bulu bagian dada,

dan sering merasa kelelahan.

c. Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru. Syarat

utamanya adalah penentuan jenis histologist tumor dan tampilan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

33

(Performance status) yang harus lebih dari 60 menurut skala Karnosfk atau 2

menurut skala WHO.

Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker

dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan

satu jenis obat antikanker dapat dilakukan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian kemoterapi adalah

timbulnya efek samping (toksisitas). Efek samping yang akan muncul akibat

kemoterapi antara lain kelelahan fisik, mual, muntah, sariawan, kerontokan

rambut, serta munculnya tukak pada perut. Kemoterapi juga bisa membuat

tubuh menjadi lebih rentan untuk terkena infeksi.

d. Terapi oksigen

Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker

atau nasal kanul sesuai dengan permintaan. Bahkan jika pasien tidak terlalu

jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang

dibutuhkan untuk memperbaiki dyspnea dan kecemasan.

6. Pencegahan Kanker Paru

Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan

yang terkandung pada asap rokok bersifat karsinogenik. Secara epidemiologik

juga terlihat kaitan yang kuat antara kebiasaan merokok dengan banyaknnya

penderita kanker. Oleh sebab itu, menghindari asap rokok adalah salah satu

kunci keberhasilan pencegahan terhadap mengurangi penderita kanker paru yang

bisa dilakukan oleh semua masyarakat.

Keterkaitan asap rokkok dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data

bahwa resiko seorang perempuan perokok pasaif akan terkena kanker lebih

tinggi daripada mereka yang tidak terpajan utama oleh asap rokok. Dengan

penelitian tersebut maka wajar jika pencegahan utama kanker paru berupa upaya

memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan seorang perokok aktif bisa

sekaligus menyelamatkan banyak dari perokok pasif dari kasus kanker paru.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

34

7. Patofisiologi dan Pathway Kanker Paru

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi

pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang

terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti

dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa

batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat

terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya

menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat

bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding

esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/387/3/6. BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · Virginia Henderson

35

Sumber, Fitri 2015