bab ii tinjauan pustaka a. instrumen...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahan 1. Regeling Perbuatan pemerintah yang dilakukan dalam bentuk mengeluarkan peraturan atau regling, dimaksudkan dengan tugas hukum yang diemban pemerintah dengan menerbitkan peraturan-peraturan yang sifatnya umum. Maksud perkataan umum dalam pengertian regling atau peraturan, berarti bahwa pemerintah atau pejabat tata usaha negara sedang dalam upaya mengatur semua warga masyarakat tanpa terkecuali, atau dengan perkataan lain peraturan ini ditujukan kepada semua warga masyarakat tanpa terkecuali, dan bukan bersifat khusus. Peraturan adalah merupakan hukum yang in abstracto atau generale norm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (generale). 5 Secara teoritik, istilah “perundang-undangan” mempunyai dua pengertian, yaitu; pertama, perundang-undangan merupakan proses pembentukan/ proses membentuk peraturan-peraturan negara, baik ditingkat Pusat maupun ditingkat Daerah; kedua, perundang-undangan 5 SF. Marbun & M. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta, 2000, hlm.94 14

Upload: lymien

Post on 21-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Instrumen Pemerintahan

1. Regeling

Perbuatan pemerintah yang dilakukan dalam bentuk mengeluarkan

peraturan atau regling, dimaksudkan dengan tugas hukum yang diemban

pemerintah dengan menerbitkan peraturan-peraturan yang sifatnya

umum. Maksud perkataan umum dalam pengertian regling atau

peraturan, berarti bahwa pemerintah atau pejabat tata usaha negara

sedang dalam upaya mengatur semua warga masyarakat tanpa

terkecuali, atau dengan perkataan lain peraturan ini ditujukan kepada

semua warga masyarakat tanpa terkecuali, dan bukan bersifat khusus.

Peraturan adalah merupakan hukum yang in abstracto atau

generale norm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan

tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (generale).5

Secara teoritik, istilah “perundang-undangan” mempunyai dua

pengertian, yaitu; pertama, perundang-undangan merupakan proses

pembentukan/ proses membentuk peraturan-peraturan negara, baik

ditingkat Pusat maupun ditingkat Daerah; kedua, perundang-undangan

5SF. Marbun & M. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta, 2000, hlm.94

14

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

adalah segala peraturan negara, yang merupakan hasil pembentukan

peraturan-peraturan, baik ditingkat Pusat maupun ditingkat Daerah.6

Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

wilayah. Peraturan itu berlaku umum. Peraturan dibuat untuk

menyelesaikan beberapa hal yang (dalam garis besarnya) mengandung

kesamaan dan yang akan dan mungkin terjadi.7

Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Bersifat umum dan komprehensif, yang dengan demikian

merupakan kebalikan dari sifat-sifat yang khusus dan terbatas.

2) Bersifat universal. Ia diciptakan untuk menghadapi peristiwa-

peristiwa yang akan datang yang belum jelas betuk konkretnya.

Oleh karena itu ia tidak dapat dirumuskan untuk mengatasi

peristiwa-peristiwa tertentu saja.

3) Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya

sendiri. Adalah lazim bagi suatu peraturan untuk mencantumkan

klausul yang memuat kemungkinan dilakukannya peninjauan

kembali.

Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No.5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara, peraturan perundang-undangan

adalah semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang

dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah baik

6Ridwan, HR. Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, hlm. 98 7E, Utrecht. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Ichtiar Baru, Jakarta, 1990, hlm.42

15

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, serta semua Keputusan

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di tingkat pusat maupun

di tingkat daerah, yang juga mengikat umum.

Peraturan dibuat untuk menyelesaikan hal-hal yang belum dapat

diketahui terlebih dahulu dan mungkin akan terjadi (hal umum).

Peraturan ditujukan kepada hal-hal yang abstrak.8

Berkenaan dengan perundang-undangan, Ridwan, HR. mengutip

yang disampaikan oleh A. Hamid S. Attamimi:

“Istilah perundang-undangan (wettelijkeregels) secara harafiah dapat

diartikan peraturan yang berkaitan dengan undang-undang, baik

peraturan itu berupa undang-undang sendiri maupun peraturan lebih

rendah yang merupakan atribusian ataupun delegasian undang-undang.

Atas dasar atribusi dan delegasi kewenangan perundang-undangan

maka yang tergolong peraturan perundang-undangan di Negara kita

ialah undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang lebih

rendah dari padanya seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden

yang berisi peraturan, Keputusan Menteri yang berisi peraturan,

Keputusan Kepala Lembaga Pemerintahan Non-Departemen yang

berisi peraturan, Keputusan Direktur Jenderal Departemen yang

dibentuk dengan Undang-undang yang berisi peraturan, Peraturan

Daerah Tingkat I, Keputusan Gubernur Kepala Daerah berisi peraturan

yang melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Tingkat I, Peraturan

8ibid, hlm.71

16

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

Daerah Tingkat II, dan Keputusan Bupati/Walikotamadya Kepala

Daerah berisi peraturan yang melaksanakan ketentuan Peraturan

Daerah Tingkat II.

2. Beschikking

Perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh

badan administrasi Negara diberi nama “KETETAPAN” kalau bahasa

asingnya “beschikking” dan perbuatan membuat ketetapan ini disebut

“penetapan”.9

Berbeda dengan regeling atau tugas pemerintah membuat

peraturan, tugas pemerintah di bidang penerbitan keputusan atau

beschikking, bersifat lebih spesifik atau khusus. Dalam tugasnya

mengeluarkan keputusan, maka dalam hal ini pemerintah sedang

melakukan pengaturan untuk orang-orang dengan identitas tertentu,

alamat tertentu.

Istilah beschikking sudah sangat tua dan dari segi kebahasaan

digunakan dalam berbagai arti. Meskipun demikian, dalam

pembahasan ini istilah beschikking hanya dibatasi dalam arti yurudis.

Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, ketetapan merupakan

keputusan pemerintah untuk hal yang bersifat konkeret dan individual

(tidak ditunjuk untuk umum) dan sejak dulu telah terjadi instrumen

yuridis pemerintahan yg utama. Menurut P. De Haan dan kawan-

9 Bachsan Mustafa, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hlm 83

17

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

kawan, “De administratieve beschikking is de meest voorkomende en

ook meest bestudeerde bestuurshandeling”, (ketetapan administrasi

merupakan (bagian) dari tindakan pemerintahan yang paling banyak

muncul dan paling banyak dipelajari). Oleh karena itu tidak berlebihan

jika F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek menganggapnya sebagi konsep

inti dalam hukum administrasi (een kernbegrip in het administratief

recht).10

Ada beberapa unsur yang terdapat dalam beschikking,yaitu:

a) pernyataan kehendak sepihak

b) dikeluarkan oleh organ pemerintahan.

c) didasarkan pada kewenangan hukum publik.

d) ditujukan untuk hal khusus atau peristiwa konkret dan idividual.

e) dengan maksud untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang

administrasi.

3. Perbedaan Regeling dan Beschikking

Perbedaan antara peraturan (Regeling) dan ketetapan

(Beschikking) ialah pada umumnya yang dapat dikatakan bahwa

ketetapan itu dibuat untuk menyelesaikan suatu hal konkrit yang telah

diketahui terlebih dahulu oleh administrasi Negara. Sedangkan

peraturan dibuat untuk menyelesaikan hal-hal yang belum dapat

10 Ridwan,op. cit, hlm.107

18

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

diketahui terlebih dahulu dan mungkin akan terjadi (hal umum).

Peraturan ditujukan kepada hal-hal yang masih abstrak.11

Peraturan adalah merupakan Hukum yang in abstracto atau

General Norms yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan

tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general).untuk

menuangkan hal-hal yang bersifat umum tersebut kedalam peristiwa-

peristiwa konkret/nyata, maka dikeluarkan ketetapan-ketetapan yang

akan membawa peristiwa umum itu sehingga dapat dilaksanakan.

Dengan demikian, ketetapan itu tugasnya melaksanakan peraturan

kedalam peristiwa konkret tertentu, sehingga sifatnya menjadi

mengikat subyek hukum tertentu itu. Sekalipun peraturan itu ditujukan

pada hal-hal yang abstrak, sedang keputusan ditujukan untuk hal-hal

yang konkret, tetapi kadang-kadang perbedaan ini tidak begitu nyata

seperti dengan adanya SLAPENDE REGELING, yaitu suatu peraturan

yang pada waktu setelah pengundangannya belum berlaku dibeberapa

daerah tertentu (berlakunya ditunda). Penetapan berlakunya diserahkan

pada administrasi Negara, dengan membuat suatu keputusan yang

bersifat ketetapan. Akibatnya keputusan yang berakibat ketetapan itu

tidak berakibat seperti ketetapan, tetapi sama dengan akibat peraturan.

Jadi keputusan ini dapat merupakan peraturan.12

11Utrecht, op. cit, hlm.71 12Marbun, loc. cit

19

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

B. Kompetensi PTUN

1. Kekuasaan Absolut (Kompetensi Absolut) Peradilan Tata

Usaha Negara

Kekuasaan Absolut dari pengadilan di lingkungan Peradilan Tata

Usaha Negara terdapat dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomer 5 Tahun

1986 yang menentukan bahwa Pengadilan bertugas dan berwenang

memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha

Negara.13

Pasal 1 angka 4 UU No.5 Tahun 1986 merumuskan sengketa yang

timbul dalam bidang tata usaha Negara, baik dipusat maupun didaerah,

sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha Negara, termasuk

sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.Dengan demikian, keputusan tata usaha Negara merupakan

dasar lahirnya sengketa tata usaha Negara. 14

Tindakan hukum tata usaha Negara tidaklah sama maknanya

dengan tindakan pejabat atau tindakan badan tata usaha Negara. Tidak

setiap tindakan pejabat adalah tindakan hukum tata usaha Negara.

2. Sengketa Tata Usaha Negara

Yang dimaksud dengan sengketa Tata Usaha Negara adalah

sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau

13R. Wiyono,Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 6 14 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, UGM Press, Yogyakarta, 2002, hlm. 318

20

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,

baik dipusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya

Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.15

Oleh karena itu, R.WIYONO lalu memberi penjelasan “sengketa

Tata Usaha Negara” terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut:

1. Sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara

2. Sengketa tersebut antara orang atau badan hukum perdata dengan

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

3. Sengketa yang dimaksud sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan

Tata Usaha Negara

Sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus sengketa antara orang

atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara.

Dengan demikian tidak mungkin sampai terjadi sengketa Tata

Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang-

Undang Nomer 5 Tahun 1986:

1. Orang atau badan hukum perdata dengan orang atau badan hukum

perdata, atau

2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara.

15H. Rochmat Soemitro, Peradilan Tata Usaha Negara, Refika Aditama, Bandung, 1998, hlm. 6

21

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

3. Keputusan Tata Usaha Negara

a. Pengertian

Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis

yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang

berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret,

individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi

seseorang atau badan hukum perdata.16

Jika di urai, apa yang dimaksud dengan Keputusan Tata

Usaha Negara tersebut, akan ditemukan unsur-unsurnya sebagai

berikut:

1. Penetapan tertulis

Unsur ini menentukan bahwa Keputusan Tata Usaha

Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 harus

merupakan penetapan tertulis.

Penjelasan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomer 5

Tahun 1986 menyebutkan bahwa “Istilah penetapan tertulis

terutama menunjuk kepada isi dan bukan keputusan yang

dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.

Keputusan Tata Usaha Negara itu memang diharuskan tertulis,

namun yang disyaratkan tertulis bukanlah bentuk formalnya

seperti surat keputusan pengankatan dan sebagainya”.

16R. Soegijatno Tjakranegara,Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 88

22

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

Unsur ini menentukan bahwa “penetapan tertulis” tersebut

harus dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.

Menurut Pasal 1 angka 2 dimaksud dengan Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang

melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Atau dengan kata lain, Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara adalah Badan atau Pejabat yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku mempunyai wewenang untuk

melaksanakan urusan pemerintahan.

Dengan demikian, ukuran atau criteria agar suatu Badan

atau Pejabat dapat disebut sebagai Badan atau Pejabat Tata

Usaha Negara adalahberdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, Badan atau Pejabat tersebut mempunyai

wewenang untuk melaksanankan urusan pemerintahan.

3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan

peraturan perundang-undangan

Dalam penjelasan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomer

5 Tahun 1986 disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan

“tindakan hukum Tata Usaha Negara” adalah perbuatan hukum

23

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersumber pada

ketentuan hukum Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan

hak atau kewajiban pada orang lain.

Atau dengan perkataan lain, tindakan hukum Tata Usaha

Negara adalah tindakan dari Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara yang dilakukan atas dasar peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang menimbulkan akibat hukum

mengenai urusan pemerintah terhadap seseorang atau badan

hukum perdata.

Karena tindakan hukum dari Badan atau Pejabat Tata

Usaha Negara tersebut atas dasar peraturan perundang-undangan

menimbulkan akibat hukum mengenai urusan pemerintah, maka

dapat dikatakan tindakan hukum dari Badan atau Pejabat Tata

Usaha Negara itu selalu merupakan tindakan hukum sepihak.

Perlu untuk diperhatikan bahwa tidak selalu tindakan

hukum dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara merupakan

tindakan hukum Tata Usaha Negara, tetapi hanya tindakan

hukum dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang

menimbulkan akibat hukum mengenai urusan pemerintahan saja

yang merupakan tindakan hukum Tata Usaha Negara.

4. Bersifat konkret, individual dan final

Apa yang dimaksud dengan bersifat konkret, individual,

dan final adalah sebagai berikut:

24

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

a. Bersifat konkret, artinya obyek yang diputuskan dalam

Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak abstrak, tetapi

berwujud, tertentu atau dapat ditentukan.

b.Bersifat individual, artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu

tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu, baik alamat

maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju itu lebih dari

seorang, maka tiap-tiap nama orang yang terkena keputusan itu

disebutkan.

Akan tetapi, dari hasil diskusi pada Pelatihan Teknis Yusrtisial

Hakim Peradilan Tata Usaha Negara antara lain dapat

diketahui bahwa Keputusan Tata Usaha yang bersifat umum

sepanjang masih dapat diindividualisasikan, maka dapat

dianggap sebagai Keputusan Tata Usaha Negara.

c. Bersifat final, artinya definitif dan karenanya dapat

menimbulkan akibat hukum.

Keputusan yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan

atau intansi lain belum bersifat final, karenanya belum dapat

menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak yang

bersangkutan.

5. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum

perdata

Yang dimaksud dengan “menimbulkan akibat hukum”

adalah menimbulkan akibat hukum Tata Usaha Negara, karena

25

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

penetapan tertulis uang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat

Tata Usaha yang menimbulkan akibat hukum tersebut adalah

berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara.17

b. Pengecualian

Setelah diadakan perubahan dengan Undang-Undang Nomer 9

Tahun 2004, Pasal 2 menentukan bahwa tidak termasuk dalam

pengertian Keputusan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut.

1. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan

hukum perdata.

Penjelasan Pasal 2 huruf a menyebutkan bahwa Keputusan Tata

Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata,

misalnya, keputusan yang menyangkut masalah jual beli yang

dilakukan antara instansi pemerintah dan perorangan yang

didasarkan pada ketentuan hukum perdata.

Untuk dapat mengerti atau memahami ketentuan yang terdapat

dalam Pasal 2 huruf a, hendaknya diingat bahwa Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara itu, disamping dapat melakukan

perbuatab hukum publik atas dasar jabatannya, juga dapat

melakukan perbuatan hukum perdata, karena mewakili Negara,

Provinsi, Departemen dan seterusnya sebagai badan hukum

perdata.

17Wiyono, op. cit, hlm. 17

26

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

2. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang

bersifat umum.

Tidak semua keputusan yang memenuhi syarat/ciri-ciri seperti

tertuang di dalam pasal 1 angka 3 bisa dijadikan obyek sengketa

di depan Peradilan Tata Usaha Negara, sebab ada beberapa jenis

keputusan Tata Usaha yang memenuhi syarat-ciri tersebut tetapi

tidak termasuk keputusan Tata Usaha Negara menurut pasal 1

angka 3, sehingga tidak bias dijadikan obyek sengketa Tata

Usaha Negara. Tepatnya ada pengecualian-pengecualian atau

pembatasan-pembatasan yang diberikan oleh UU No.5 tahun

1986 yaitu pembatasan-pembatasan yang dimuat di dalam pasal

2, pasal 48, pasal 49, Penjelasan Umum dan pasal 142.18

Sebagaimana ternyata, tidak semua peraturan perundang-

undangan dibuat badan kekuasaan legeslatif, pemerintah pusat,

dan badan-badan pembuat peraturan pada pemerintah daerah di

tingkat I dan II. Penjelasan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang

Nomer 5 Tahun 1986 merumuskan bahwa peraturan perundang-

undangan adalah “semua peraturan yang bersifat mengikat

secara umum yang dikeluarkan oleh badan perwakilan rakyat

bersama pemerintah baik di tingkat pusat maupun ditingkat

daerah, serta semua keputusan badan atau pejabat tata usaha

Negara, baik di tingkat pusat maupun ditingkat daerah, yang

18Marbun, op. cit, hlm. 188

27

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

juga mengikat secara umum’. Dari rumusan penjelasan Pasal 1

angka 2 Undang-Undang Nomer 5 Tahun 1986 dimaksud, dapat

disimpulkan bahwa keputusan dari badan atau pejabat tata usaha

Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum (besluit

van algemene strekking) termasuk peraturan perundang-

undangan (algemeen verbindende voorschriften). Bentuk

keputusan tata usaha Negara (besluiten van algemene strekking)

demikian, tidak merupakan bagian dari perbuatan keputusan

(dalam arti beschikkingsdaad van de administratie), tetapi

termasuk perbuatan tata usaha Negara dibidang pembuatan

peraturan (regelend daad van de administratie). Pasal 2 huruf b

dari Undang-Undang Nomer 5 Tahun 1986 secara tegas

menentukan bahwa keputusan tata usaha Negara yang

merupakan pengaturan bersifat umum (besluit van algemene

strekking) tidak termasuk keputusan tata usaha Negara dalam

arti beschikking, yang berarti bahwa terhadap perbuatan badan

atau pejabat tata usaha Negara yang mengeluarkan keputusan

yang merupakan pengaturan bersifat umum tidak dapat digugat

dihadapan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara. Pada

umumnya, badan-badan tata usaha Negara, seperti halnya

departemen, lembaga pemerintahan non-departemen, pemerintah

daerah tingkat I dan tingkat II menetapkan bentuk tertentu yang

membedakan keputusan tata usaha Negara yang merupakan

28

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

pengaturan bersifat umum dengan keputusan tata usaha Negara

dalam arti beschikking, misalnya keputusan tata usaha Negara

yang merupakan pengaturan bersifat umum disebut dengan judul

keputusan, seperti halnya keputusan menteri, keputusan direktur

jenderal, keputusan gubernur, sementara keputusan tata usaha

Negara dalam arti beschikking disebut dengan judul surat

keputusan, seperti halnya surat keputusan menteri, surat

keputusan gubernur/KDH, dst. Keputusan yang dikeluarkan oleh

badan atau pejabat tata usaha Negara (dalam arti beschikking)

harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

mendasari keputusan yang bersangkutan.19

Penjelasan Pasal 2 angka 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2004 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “pengertian

yang bersifat umum” adalah pengaturan yang memuat norma-

norma hukum yang dituangkan dalam bentuk peraturan yang

kekuatan berlakunya mengikat umum atau semua orang.

Melihat pada nama keputusan Tata Usaha Negara dan penjelasan

tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa keputusan angka 2

tersebut akan berupa suatu keputusan Tata Usaha Negara,

artinya dikeluarkan oleh suatu Badan atau Jabatan Tata Usaha

Negara sendiri atas dasar wewenang pemerintah yang

19Hadjon, op. cit, hlm.151

29

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

dimilikinya. Jadi bukan produk yang dihasilkan karena suatu

wewenang legeslatif baik yang original maupun yang delegeted.

Tidak ada salahnya kalau produk legeslatif itu kita namakan

peraturan perundangan dan produk tersebut angka 2 ini kita

namakan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat umum.

Nama yang dapat mencakup kedua macam peraturan tersebut

lalu kita sebut peraturan perundang-undangan, seperti yang

sering digunakan dalam hampir setiap pasal dalam undang-

undang ini.

Selanjutnya karena keputusan Tata Usaha Negara angka 2

tersebut merupakan pengaturan yang bersifat umum, maka ia

bukan merupakan Penetapan Tertulis. Dan keputusan Tata

Usaha Negara yang bukan Penetapan Tertulis itu dapat saja

berupa suatu: Norma Kongkret, suatu rencana, suatu perundang-

undangan semu atau suatu keputusan bersama. Ketiga macam

keputusan Tata Usaha Negara tersebut memiliki jangkauan yang

bersifat umum. Karena ketiga keputusan Tata Usaha Negara

dapat dikelompokkan dalam sebutan “keputusan Tata Usaha

Negara yang bersifat umum”.

Kata “pengaturan yang bersifat umum” dalam hal ini

mempunyai arti mengandung penetapan norma-norma hukum

yang berlaku bagi setiap orang yang terkena oleh keputusan Tata

Usaha Negara tersebut.

30

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

Undang-undang mengartikan dalam hal ini “berlaku bagi setiap

orang”. Jadi, pengertian bersifat umum itu tidak harus diartikan

secara kumulatif, artinya menurut waktu, tempat, setiap orang

dan dapat diterapkan beberapa kali terhadap orang atau hal yang

masuk dalam rumusan yang bersangkutan. Sebab undang-

undang pun dapat juga berlaku hanya untuk masa waktu tertentu

atau untuk satu daerah tertentu atau golongan orang-orang

tertentu.

Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang

biasanya mengandung pengaturan yang bersifat umum, yaitu

Peraturan Kebijaksanaan, Rencana-rencan, Norma Konkret dan

Keputusan Bersama.

Peraturan kebijaksanaan atau perundang-undangan semu, yang

dalam bahasa asing disebut beleidsregels, spiegelsrecht,

pseudowetgeving (Belanda) atau policy rules (Inggris) yang

bentuknya dapat berupa Surat Keputusan atau Keputusan, Surat

Edaran, Instruksi, Pengumuman atau Petunjuk Pelaksanaan

(JURLAK), dan lain-lain.20

Ada kalanya keputusan ini masih abstrak sifatnya, artinya masih

bersifat umum, jadi masih perlu dilaksanakan oleh ketetapan ke

20Wiyono, op. cit, hlm. 42

31

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

dalam suatu peristiwa konkrit tertentu. Dalam hal demikian,

maka keputusan ini sama dengan peraturan.21

3. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan

persetujuan.

Terhadap ketentuan yang terdapat dalam Pasal 2 huruf c

tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian

sebagai berikut.

- Oleh karena Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 antara lain harus

merupakan keputusan yang bersifat final, maka sudah

dengan sendirinya jika Keputusan Tata Usaha Negara yang

masih memerlukan persetujuan sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 2 huruf c tidak termasuk Keputusan Tata Usaha

Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3.

- Penjelasan Pasal 2 huruf c menyebutkan bahwa yang

dimaksud dengan “Keputusan Tata Usaha Negara yang

masih memerlukan persetujuan adalah keputusan yang untuk

dapat berlaku masih memerlukan persetujuan atasan atau

instansi lain.

4. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikelurkan berdasarkan

ketentuan KUHP dan KUHAP atau peraturan perundang-

undangan lain yang bersifat hukum pidana.

21Y.W. Sunindhia,Administrasi Negara Dan Peradilan Administrasi, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hlm.87

32

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

Dari ketentuan yang dapat dalam Pasal 2 huruf d dengan

penjelasannya, dapat diberikan penjelasan lebih lanjut sebagai

berikut:

- Yang dimaksud dengan “Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana” adalah Wetboek van Strafrecht sebagaimana

dimaksud dalam Pasal VI Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1946 dengan semua perubahan dan tambahannya.

- Yang dimaksud dengan “Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana” adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana, yang sudah termasuk pula

peraturan-peraturan pelaksanaannya.

- Didalam penjelasan Pasal 2 huruf d disebutkan:”Keputusan

Tata Usaha Negara berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana ualah

umpamanya pertintah Jaksa Ekonomi untuk melakukan

penyitaan barang-barang terdakwa dalam perkara tindak

pidana ekonomi”.

5. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil

pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

- Yang dimaksud dengan “hasil pemeriksaan badan peradilan”

dalam perumusan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 2

33

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

huruf e adalah hasil pemeriksaan dari penyelenggara

kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, yaitu Mahkamah

Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam

lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama,

lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata

Usaha Negara dan Mahkamah Konstitusi.

- Jika yang digunakan sebagai dasar dikeluarkannya

Keputusan Tata Usaha Negara adalah berupa putusan dari

badan peradilan, maka dasar dikeluarkannya Keputusan Tata

Usaha Negara tersebut, dapat berasal atau diambil dari

“pertimbangan hukum yang terdapat dalam putusan badan

peradilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dan

atau amar putusan dari badan peradilan yang sudah

mempunyai kekuatan hukum tetap”.

- Agar suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat merupakan

Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar

hasil pemeriksaan badan peradilan, maka Keputusan Tata

Usaha Negara tersebut harus sesuai dengan atau tidak boleh

menyimpang dari pertimbangan hukum atau amar putusan

dari putusan badan peradilan yang menjadi dasar

dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara yang

dimaksud.

34

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

Yang dimaksud dengan hasil pemeriksaan bukan sidang badan

peradilan tersebut adalah hasil pemeriksaan badan peradilan

dengan tidak mempergunakan hukum acara yang berlaku untuk

pengadilan masing-masing lingkungan Peradilan.

6. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai Tata Usaha Tentara

Nasional Indonesia.

Didalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan

Penjelasannya tidak terdapat ketentuan atau disebutkan apa yang

dimaksud dengan “Keputusan Tata Usaha Negara mengenai

Tata Usaha Tentara Nasional Indonesia”.

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004

menentukan bahwa Tentara Nasional Indonesia terdiri atas

Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Dengan demikian yang dimaksud dengan “Keputusan Tata

Usaha Negara mengenai Tata Usaha Tentara Nasioanal

Indonesia” adalah “Keputusan Tata Usaha Negara mengenai

Tata Usaha Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan

Udara”, sehingga tidak termasuk lagi Keputusan Tata Usaha

Negara mengenai urusan Tata Usaha Kepolisian Negara.

Dengan adanya ketentuan yang terdapat dalam Pasal 2 huruf f

ini, maka Keputusan Tata Usaha Negara mengenai Tata Usaha

Tentara Nasional Indonesia tidak sampai dapat menimbulkan

sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud Pasal 1

35

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

angka 4 yang menjadi kompetensi absolute dari pengadilan

dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara untuk memeriksa,

memutus dan menyelesaikannya.

Akan tetapi, Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha

Tentara Nasional Indonesia tersebut dapat menimbulkan

sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal

1 angka 35 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 yang

menjadi kompetensi absolute dari peradilan dilingkungan

Peradilan Militer untuk memeriksa, memutus dan

menyelesaikannya.

7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum, baik dipusat maupun

didaerah mengenai hasil pemilihan umum.

Yang dimaksud dengan Komisi Pemilihan Umum pada saat

sekarang adalah Komisi Pemilihan Umum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2003, yaitu lembaga yang bersifat nasional, tetap dan

madiri untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum.

Keputusan Komisi Pemilihan Umum yang tidak termasuk

Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 angka 3 hanya terbatas pada Keputusan Komisi

Pemilihan Umum mengenai hasil Pemilihan Umum, baik dipusat

maupun didaerah saja.

36

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6820/2/T1_312010708_BAB II.pdf · Sifat suatu peraturan ialah mengikat semua penduduk sesuatu

Jika hasil pemilihan umum yang diputus oleh Komisi Pemilihan

Umum tersebut sampai menimbulkan perselisihan atau sengketa,

maka sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 24 C

ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, yang

mempunyai wewenang untuk memutus adalah Mahkamah

Konstitusi.22

22Wiyono, op. cit, hlm. 54

37