bab ii tinjauan pustaka a. gangguan jiwa 1. pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/iwan maulana bab...

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertian Gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan dengan keadaan secara fisik maupun secara mental.Namun, ketidaknormalan tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian anggota badan tertentu meskipun terkadang gejalanya dapat terlihat dengan keadan fisik Menurut Ardani (2013). Sedangkan menurut Yosep (2011) gangguan jiwa adalah sekumpulan gejala patologik dominan yang berasal dari unsur jiwa.Meskipun begitu hal tersebut bukan berarty bahwa unsur yang lainj tidak mengalami gangguan sebab sesungguhnya yang sakit dan menderita ialah manusia secara utuh bukan hanya badan jiwa dan lingkungannya. Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu : gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk. Gangguan Jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Upload: others

Post on 24-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Jiwa

1. Pengertian

Gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak

normal baik yang berhubungan dengan keadaan secara fisik maupun secara

mental.Namun, ketidaknormalan tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau

rusaknya bagian anggota badan tertentu meskipun terkadang gejalanya dapat

terlihat dengan keadan fisik Menurut Ardani (2013). Sedangkan menurut

Yosep (2011) gangguan jiwa adalah sekumpulan gejala patologik dominan

yang berasal dari unsur jiwa.Meskipun begitu hal tersebut bukan berarty

bahwa unsur yang lainj tidak mengalami gangguan sebab sesungguhnya

yang sakit dan menderita ialah manusia secara utuh bukan hanya badan jiwa

dan lingkungannya.

Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang

tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.

Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu : gangguan jiwa

(Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai

macam gejala yang terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa

putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang

terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan,

takut, pikiran-pikiran buruk. Gangguan Jiwa menyebabkan penderitanya

tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau

merusak/menyakiti dirinya sendiri (Yosep, 2013). Gangguan Jiwa

sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya, hanya saja

gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa

cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau lebih kita

kenal sebagai gila (Budiman, 2010).

2. Faktor Penyebab Timbulnya Gangguan Jiwa

Menurut Videback (2008), Proses mengenai timbulnya gangguan jiwa

dipengaruhi oleh banyak faktor. Gangguan jiwa dapat terjadi karena tiga

faktor di antaranya:

a) Faktor individual

1. Faktor Biologik

Pada faktor biologis, setiap faktor yang mengganggu

perkembangan fisik dapat menyebabkan gangguan mental,faktor-

faktor ini mungkin dari keturunan atau dari lingkungan (kelainan

kromosom, kelainan-kelainan neurotransmitter biokimia, anatomi

otak, cacat kongenital dan gangguan otak).

2. Ansietas dan Ketakutan

Kekhawatiran pada suatu hal yang tidak jelas akan sesuatu hal

yang menyebabkan individu merasa terancam dan ketakutan.

b) Faktor Psikologik

Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan

mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan kondisi

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan

tetangga selama periode stress.Struktur sosial, perubahan sosial dan

tingkat sosial yang dicapai sangat bermakna dalam pengalaman hidup

seseorang. Kepribadian merupakan bentuk ke tahanan relatif dari situasi

interpersonal yang berulang-ulang yang khas untuk kehidupan manusia.

Perilaku yang sekarang bukan merupakan ulangan impulsif dari

riwayat waktu kecil, tetapi merupakan retensi pengumpulan dan

pengambilan kembali.Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa

fungsional memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau

beberapa fase perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal

dengan keluarga, lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya.

Gejala yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan perwujudan dari

pengalaman yang lampau yaitu pengalaman masa bayi sampai dewasa.

c) Faktor Sosio-budaya

Faktor sosiologis pun tidak kecil peranannya dalam perkembangan

yang salah, misalnya adat istiadat dan kebudayaan yang kaku atau pun

perubahan-perubahan yang cepat dalam dunia modern ini, sehingga

menimbulkan stress yang besar pada individu. Suatu masyarakat pun,

seperti seorang individu, dapat jua berkembang kearah yang tidak baik

yang dipengaruhi oleh lingkungan atau keadaan sosial masyarkat itu

sendiri. Adanya perbedaan satu budaya dengan budaya yang lainnya,

merupakan salah satu faktor terjadinya perbedaan distribusi dan tipe

gangguan jiwa. Ketiga faktor ini terus menerus saling mempengaruhi dan

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

karena manusia bereaksi seutuhnya, maka perlu untuk membuat

diagnosis multi-axial yang berusaha mencakup ketiga faktor ini, hanya

biasanya dititikberatkan pada unsur bio-psiko-sosial.

d) Faktor presipitasi

Sebagai factor stimulus dimana setiap individu mempersiapkan

dirinya melawan tantangan, ancaman ataupun tuntutan untuk melakukan

koping.

3. Klasifikasi Gangguan Jiwa

Klasifikasi gangguan jiwa menurut PPDGJ-III (Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) adalah

sebagai berikut :

1. Gangguan mental organik dan simtomatik. Ciri khas : etiologi

organik/fisik jelas, primer/sekunder.

2. Skizofrenia, gangguan Skizotipal, dan gangguan Waham. Ciri khas :

gejala psikotik, etiologi organik tidak jelas.

3. Gangguan suasana perasaan (Mood/Afektif) Ciri khas : gejala

gangguan afek (psikotik dan non-psikotik).

4. Gangguan Neurotik, gangguan Somatoform, dan gangguan stres. Ciri

khas : gejala non-psikotik, etiologi non organik.

5. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan

faktor fisik. Ciri khas : gejala disfungsi fisiologis, etiologi non organik.

6. Gangguan Kepribadian dan perilaku masa dewasa Ciri khas : gejala

perilaku, etiologi non-organik.

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

7. Retardasi mental Ciri khas : gejala perkembangan IQ, onset masa

kanak.

8. Gangguan perkembangan psikologis Ciri khas : gejala perkembangan

khusus, onset masa kanak.

9. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan

remaja. Ciri khas : gejala perilaku/emosional, onset masa kanak.

10. Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis. Ciri khas: tidak

tergolong gangguan jiwa.

4. Penggolongan Gangguan Jiwa

PPDGJ-III menganut pendekatan ateoretik, yaitu tidak mengacu pada

teori tertentu berkenaan dengan etiologik atau atau proses patofisiologik,

kecuali untuk gangguan-gangguan yang sudah jelas dan disepakati

penyebabnya, misalnya pada Gangguan Mental Organik, dimana faktor

organik merupakan faktor yang penting. Pendekatan ateoretik itu

dilaksanakan dengan cara mendeskripsikan (menguraikan dan

menggambarkan) secara menyeluruh apa manifestasi gangguan jiwa

(deskripsi gambaran klinis) dan jarang menjelasan bagaimana timbulnya

gangguan itu. Pengelompokan gangguan jiwa berdasarkan persamaan dalam

gambaran klinisnya. Suatu anggapan yang salah bahwa penggolongan

gangguan jiwa menggolongkan orang-orang. Yang digolongkan adalah

gangguan-gangguan yang diderita oleh seseorang.Sehingga harus

dihindarkan pemakaian istilah seperti, “seorang skizofrenik”, “seorang

neurotik”, atau “seorang pecandu”. Hendaklah dipakai istilah : seorang

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

dengan skizofrenia, seorang dengan gangguan neurotik, atau seseorang

dengan ketergantungan zat. Anggapan salah lainnya bahwa semua orang

yang menderita gangguan jiwa yang sama adalah juga serupa dalam

berbagai hal yang penting. Yang benar adalah walaupun seseorang

menderita gangguan jiwa yang sama, persamaannya hanyalah terletak pada

ciri-ciri gangguan jiwa itu, tetapi mereka dapat pula menunjukan perbedaan

dalam banyak hal yang penting yang dapat mempengaruhi terapi dan hasil

terapi.

5. Gejala Gangguan Jiwa

Tanda (sign) adalah temuan objektif yang diobservasi

dokter/perawat (misal, afek yang terbatas dan retardasi psikomotorik);

Gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh

pasien (misal, mood yang tertekan dan lemas dan lelah).Gejala-gejala

gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik,

psikologis dan sosial budaya. Gejala-gejala ini sebenarnya menandakan

dekompensasi proses adaptasi dan terdapat terutama pada pemikiran,

perasaan dan perilaku (Kaplan & Sadock, 2010).

a) Gangguan Kesadaran: tingkat kesadaran meliputi apersepsi (persepsi

yang dimodifikasi oleh emosi dan pikiran seseorang), sensorium

(keadaan fungsi kognitif tentang perasaan khusus), disorientasi

(gangguan orientasi waktu, tempat, atau orang), stupor (hilangnya reaksi

dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling), delirium

(kebingungan, gelisah, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

rasa takut dan halusinasi), koma (derajat ketidaksadaran yang paling

berat), koma vigil (koma dimana pasien tampak tertidur tetapi segera

dapat dibangunkan), somnolensi (mengantuk yang abnormal yang

paling sering ditemukan pada proses organik).

b) Gangguan Atensi (perhatian): distraktibilitas (ketidakmampuan

memusatkan perhatian), inatensi selektif (hambatan hanya pada hal-hal

yang menimbulkan kecemasan), hipervigilensi (perhatian dan

pemusatan yang berlebihan pada semua stimulus internal dan eksternal),

dan trance (atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah, biasanya

terlihat pada hypnosis, gangguan disosiatif).

c) Gangguan Emosi: appropriate affect (afek yang sesuai kondisi harmonis

antara pemikiran, gagasan, pembicaraan), inappropriate affect (afek

yang tidak sesuai, ketidakharmonisan antara pemikiran, gagasan, dan

pembicaraan), blunted affect (afek yang tumpul, penurunan berat pada

intesitas irama perasaan), restricted or constricted affect (afek yang

terbatas, penurunan intesitas tidak terlalu berat), flat affect (afek yang

datar, adanya atau hampir tidak adanya ekspresi afek), dan labile affect

(afek yang labil, perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba

yang tidak berhubungan dengan stimulus).

d) Gangguan Mood: mood disforik (mood yang tidak menyenangkan),

mood eutmik (mood dalam rentang normal), expansive mood (mood

yang meluap-luap ekspresi perasaan seseorang yang tanpa pembatasan),

irritable mood (perasaan yang mudah diganggu atau dibuat marah),

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

elevated mood (mood yang meninggi, suasana keyakini dan kesangan,

suatu mood yang lebih ceria), euphoria (elasi yang kuat dengan perasaan

kebesaran), depresi (perasaan kesedihan yang psiko-patologis),

anhedonia (hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas rutin),

dan aleksitimia (ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan

atau menyadari emosi).

e) Gangguan Perilaku Motorik (Konasi): ekopraksia (peniruan pergerakan

yang patologis seseorang), katatonia (kelainan motorik dalam gangguan

nonorganic), negativism (tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha

untuk menggerakan), katalepsi (hilangnya tonus otot dan kelemahan

secara sementara yang dicetuskan oleh keadaan emosional), stereotipik

(pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang),

mannerism (pergerakan tidak disadari dan menjadi kebiasaan),

otomatisme (tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili suatu

aktivitas simbolik), overaktivitas, kompulsi (impuls yang tidak

terkontrol untuk melakukan suatu tindakan secara berulang), ataksia

(kegagalan koordinasi otot; iregularitas gerakan otot), mimikri (aktivitas

motorik tiruan dan sederhana pada anak-anak), agresi (tindakan yang

kuat dan diarahkan pada verbal atau fisik), agresi (tindakan yang kuat

dan diarahkan pada verbal atau fisik), abulia ( penularan impuls untuk

bertindak dan berpikir).

f) Gangguan Berpikir: ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan

dari fantasi, berpikir tidak logis (berpikir mengandung kesimpulan yang

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

salah atau kontraindikasi), dereisme (aktivitas mental yang tidak sesuai

dengan logika atau pengalaman), berpikir autistic (preokupasi dengan

dunia dalam dan pribadi), word salad (kata yang bercampur aduk),

tangensialitas (ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi yang

diarahkan oleh tujuan), inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis,

pemikiran yang tidak dapat dimengerti), perseverasi (respon terhadap

stimulus sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru diberikan),

vebigrasi (pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak

mempunyai arti), jawaban yang tidak relevan, blocking (penghambatan;

terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba), dan glosolia (ekapresi

pesan-pesan yang relevan melalui katakata yang tidak dipahami).

g) Gangguan Bicara: logorrhea (bicara yang banyak sekali, bertalian,

logis), poverty of speech (pembatasan jumlah bicara yang digunakan),

bicara yang tidak spontan, peningkatan jumlah dan kesulitan untuk

memutuskan pembicaraan, bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi

sedikit memberikan informasi, disporsodi (hilangnya irama bicara yang

normal), disatria (kesulitan dalam artikulasi), bicara yang lemah atau

keras yang berlebihan, gagap dan kekacauan.

h) Gangguan Persepsi: halusinasi (persepsi sensori yang palsu yang tidak

disertai dengan stimulus eksternal yang nyata), ilusi (mispersepsi atau

misinterprestasi terhadap stimulus eksternal yang nyata), anogsonia

(ketidaktahuan untuk mengenali defek neurologis yang terjadi pada

dirinya), somatopagnosia (ketidakmampuan untuk mengenali suatu

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

bagian tubuhnya sendiri), agnosia visual (ketidakmampuan untuk

mengenali benda-benda atau orang), astereognosia (ketidakmampuan

mengenali benda melalui sentuhan), prosopagnosia (ketidakmampuan

mengenali wajah), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tugas

tertentu), simultagnosia (ketidakmampuan untuk mengerti dari satu

elemen pandangan visual), adidokokinesia (ketidakmampuan untuk

melakukan pergerakan yang berubah dengan cepat), makropsia

(menyatakan benda-benda tampak lebih besar dari biasanya), derealisasi

(suatu perasaan subjektif bahwa lingkungan aneh dan tidak nyata), fuga

(mengambil identitas baru pada amnesia melupakan identitas lama),

multiple personality (kepribadian ganda).

6. Terapi dan Rehabilitasi

Dalam penangan penderita gangguan jiwa dilakukan pendekatan

yang holistik atau menyeluruh, yaitu terapi antipsikotik (psikofarma),

terapi psikomotor, terapi psikososial/terapi perilaku, terapi psikoreligius,

terapi kelompok, terapi rekreasi, terapi seni, dan rehabilitasi (Hawari,

2012). Farmakoterapi adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan

gangguan jiwa berupa obat-obatan neuoleptika yang mempunyai efek

anti psikosa dan anti skizofrenia serta anti cemas, anti depresi dan anti

agitasi.Obat-obatan anti psikosa adalah Chlorpromazine, Haloperidol,

Risperidane, Perfenazine, Flufenazin, Levomepromazine (Videbeck,

2010). ECT (Electro Convulsive Therapy) adalah tepai kejut listrik

untuk memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

dengan klien.Terapi ini merupakan tindakan terakhir dari pengobatan

jika dengan terapi obat tidak berhasil terjadi pada skizofrenia. Akan

tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang.

Biasanya pada saat pemberian terapi ini pasien mengalami

ketidaksadaran/disorientasi. Komplikasi yang sering terjadi adalah

kebingungan pasca ECT, klien juga bisa mengalami agresif dan sangat

gelisah (Kaplan & Sadock, 2010).

Menurut Hawari (2012) dalam penanganan penderita gangguan

jiwa dilakukan dengan pendekatan yang holistik atau menyeluruh, yaitu

dengan terapi antipsikotik (psikofarmaka), terapi psikososial/terapi

perilaku, terapi psikomotor, terapi psikoreligius, terapi kelompok, terapi

rekreasi, Art terapi, dan rehabilitasi. Persepsi di masyarakat bahwa

gangguan jiwa terjadi karena “gunaguna” (personalistik), sehingga

tindakan awal pencarian pengobatan secara tradisional dengan

menggunakan dukun.Pengobatan dengan berbagai dukun ternyata tidak

memberikan kesembuhan, kemudian masyarakat menggunakan sistem

medis modern, yaitu berobat ke sarana kesehatan.

Pengobatan dengan medis modern memberikan kesembuhan,

tetapi setelah penderita gangguan jiwa kembali ke lingkungan keluarga

dan masyarakat kembali mengalami kekambuhan.sehingga pada

akhirnya penanganan terakhir yang dilakukan oleh keluarga adalah

dengan merantai, mengurung di kamar dan memasung (Idwar, 2009).

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

Hingga sekarang penanganan penderita gangguan jiwa belum

memuaskan,disebabkan ketidaktahuan (ignorancy) keluarga maupun

masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa. Diantaranya adalah masih

terdapatnya pandangan yang negatif (stigma) dan bahwa gangguan jiwa

bukanlah suatu penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan. Sikap

keluarga dan masyarakat yang menganggap bahwa bila salah seorang

anggota keluarganya menderita gangguan jiwa, hal ini merupakan aib

bagi keluarga.

Oleh karena itu, seringkali penderita gangguan jiwa

disembunyikan bahkan dikucilkan karena rasa malu (Hawari, 2012).

Banyak sekali orang yang percaya bahwa gangguan jiwa tidak mungkin

bisa disembuhkan dan orang yang menderitanya tidak mungkin bias

berfungsi secara normal di masyarakat. Persepsi yang muncul kemudian

dalam taraf yang lebih jauh akan menyebabkan orang tidak mau untuk

mengetahui permasalahan kesehatan jiwa baik dalam dirinya sendiri

maupun orang lain. Di Indonesia, pengetahuan seseorang tentang

gangguan jiwa dipengaruhi erat oleh kultur budaya. Seseorang dengan

gangguan jiwa sering dianggap terkena guna-guna, menderita suatu dosa

ataupun terkena pengaruh setan atau makhluk halus lainnya (Hawari,

2012).

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

7. Dampak Gangguan Jiwa

a. Dampak gangguan jiwa bagi masyarakat

Menurut Admin (2010), dampak gangguan jiwa cukup besar, baik

bagi pasien, bagi masyarakat dan lingkungan. Dampak tersebut antara

lain:

1) Sebagai penyebab paling utama dari disabilitas kelompok usia

produktif

2) Penderita gangguan jiwa menjadi tidak produktif dan menganggur

3) Penderita mengalami penolakan, pengucilan, dan diskriminasi

4) Biaya perawatan yang tinggi

b. Dampak gangguan jiwa bagi keluarga

Dampak dari anggota yang mengalami gangguan jiwa bagi

keluarga diantaranya keluarga belum terbiasa dengan:

1) Penolakan

Sering terjadi ketika keluarga yang menderita gangguan jiwa

pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan

meyakini penyakit yang berkelanjutan. Selama episode akut

anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi pada

mereka yang dicintai.

2) Stigma

Keluarga menganggap penderita gangguan jiwa tidak dapat

berkomunikasi layaknya orang normal lainnya.Hal ini

menyebabkan beberapa anggota keluarga merasa tidak nyaman

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

untuk mengundang penderita gangguan jiwa dalam kegiatan

tertentu.

3) Frustasi, tidak berdaya dan cemas

Sulit bagi siapa saja untuk menangani pemikiran aneh dan

tingkah laku aneh yang tak terduga dari penderita gangguan

jiwa.Keluarga dapat menjadi marah, cemas dan frustasi karena

berusaha untuk mendapatkan rutinitas yang sebelumnya penderita

lakukan.

4) Kelelahan dan bourn out

Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan

orang yang memiliki penyakit mental.Mereka mungkin merasa

tidak mampu dan lelah mengatasi orang yang sakit terus-menerus.

5) Duka

Keluarga berduka ketika orang yang dicintai sulit disembuhkan

c. Dampak gangguan jiwa bagi penderita

Persepsi masyarakat dan keluarga yang salah dapat

menyebabkan penderita siksaan yang bisa dapatkan oleh penderita

gangguan jiwa seperti pemasungan yang dilakukan oleh masyarakat

dan keluarga. Kesembuhan pada pendrita gangguan jiwa menjadi

sangat kecil karena kurangnya dukungan dari masyarakat dan

keluarga.Setelah penderita gangguan jiwa sembuh ada kemungkinan

terjadi kekambuhan pada penderita gangguan jiwa, hal ini terjadi

karena sikap keluarga dan masyarakat yang memberikan label

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

mantan gangguan jiwa mereka tetap mempersepsikan negatif

sehingga penderita gangguan jiwa merasa menjadi beban bagi

keluarga dan masyarakat (Arum, 2015).

2. Sikap

1. Pengertian

Sikap Menurut Azwar (2011), sikap adalah perasaan

mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek

psikologis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap

merupakan perasaan yang muncul karena stimulus, kecenderungan

untuk berespon positif atau negatif terhadap objek, organisme atau

situasi tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi adalah merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Menurut

Notoatmodjo (2012),

Sedangkan (Notoatmodjo, 2012) menjabarkan sikap

merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutatan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak

baik dan sebagainya).Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu

suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau

objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian,

dan gejala kejiwaan yang lain.

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

New comb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan

bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam

kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka)

atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku

(tindakan), atau reaksi tertutup (Notoatnodjo, 2012).

2. Faktor Yang Mempngaruhi Sikap

Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

adalah:

1. Pengalaman pribadi

Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi

penghayatan dalam stimulus sosial, tanggapan akan menjadi

salah satu dasar dalam pembentukan sikap, untuk dapat

memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki

pengamatan yang berkaitan dengan objek psikologis. Sikap

yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan

pengaruh langsung terhadap prilaku berikutnya Pengaruh

langsung tersebut dapat berupa predisposisi perilaku yang akan

direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi

memungkinkan.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosil yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseornag

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

yang kita anggap penting, akan banyak mempengaruh

pembentukan sikap kita terhadao sesuatu.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.Tanpa kita

sadari, kebudayaan tekah menanamkan garis pengaruh sikap

kita terhadap berbagai masalah.

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan irang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa

informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar

efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah

sikap tertentu.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu

sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan

konsep moral diri individu, pemahaman akan baik dan buruk,

garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh

dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari puast keagamaan

serta ajaran-ajarannya.

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseornag.Kadang-kadang

suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari oleh

emosi yang berfungs sebagai semacam penyaluran frustasu atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

3. Tingkatan sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai

tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya menurut Notoatmodjo

(2012), yakni:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima

stimulus yang diberikan (objek).Misalnya sikap seseorang

terhadap periksa hamil (ante natal care), dapat diketahui atau

diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyluhan tentang

ante natal care di lingkungannya.

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ante natal

caretersebut ditanya atau diminta menanggapioleh penyuluh,

kemudian ia menjawab atau menanggapinya.

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan

nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung

jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah

mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus

berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan

atau adanya risiko lain.

1. faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

Menurut Azwar (2011), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap manusia yaitu :

a) Pengalaman pribadi

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

c) Pengaruh kebudayaan

d) Media massa

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

f) Pengaruh faktor emosional

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

2. Sifat Sikap

Sifat sikap ada 2 jenis (Wawan dan Dewi, 2010):

a. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap negatif, kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu

4. Pengukuran Sikap

Sikap dalam penerapannya dapat diukur dalam beberapa cara.

Secara garis besar pengukuran sikap dibedakan menjadi 2 cara,

yaitu:

a. Pengukuran secara langsung

Pengukuran secara langsung dilakukan dengan cara subjek

langsung diamati tentang bagaimana sikapnya terhadap sesuatu

masalah atau hal yang dihadapkan padanya. Jenis-jenis

pengukuran sikap secara langsung meliputi:

1). Cara pengukuran langsung berstruktur

Cara pengukuran langsung berstruktur dilakukan dengan

mengukur sikap melalui pertanyaan yang telah disusun

sedemikian rupa dalam suatu instrumen yang telah

ditentukan, dan langsung diberikan kepada subjek yang

diteliti. Instrumen pengukuran sikap dapat dilakukan dengan

menggunakan skala Bogardus, Thurston, dan Likert. Disini

peneliti melakukan pengukuransikap menggunakan skala

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

Likert dikenal dengan teknik “Summated ratings”.

Responden diberikan pernyataan dengan kategori jawaban

yang telah dituliskan dan umumnya terdiri dari 1 hingga 4

kategori jawaban. Jawaban yang disediakan adalah sangat

setuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), tidak setuju (1). Nilai

4 adalah hal yang favorable (menyenangkan) dan nilai 1

adalah unfavorable (tidak menyenangkan). Hasil pengukuran

dapat diketahui dengan mengetahui interval (jarak) dan

interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode

mencari interval (I) skor persen dengan menggunakan rumus:

I = 100𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

maka I= 1004

= 25

Maka kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:

a. Nilai 0%-25% = Sangat setuju

b. Nilai 26%-50% = Setuju

c. Nilai 51%-75% = Kurang setuju

d. Nilai 76%-100% = Tidak setuju

Untuk hasil pengukuran skor dikoversikan dalam persentase

maka dapat dijabarkan untuk skor ≥50% maka hasil pengukuran

positif.

2). Cara pengukuran langsung tidak berstruktur

Cara pengukuran langsung tidak berstruktur merupakan

pengukuran sikap yang sederhana dan tidak memerlukan

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

persiapan yang cukup mendalam, seperti mengukur sikap

dengan wawancara bebas atau free interview dan pengamatan

langsung atau survey.

b. Pengukuran secara tidak langsung

Pengukuran secara tidak langsung adalah pengukuran sikap

dengan menggunakan tes. Cara pengukuran sikap yang banyak

digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh Charles E.

Osgood.

Menurut Arikunto (2010), tingkat pengetahuan dapat

dikategorikan berdasarkan nilai sebagai berikut:

a) Pengetahuan baik : mempunyai nilai pengetahuan > 76 -100%

b) Pengetahuan cukup : mempunyai nilai pengetahuan >56-75%

c) Pengetahuan kurang : mempunyai nilai pengetahuan <56%

5. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra

manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo dalam

Wawan, 2011). Notoatmodjo (2012) menjelaskan, bahwa

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).

Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan tentang sakit

dan penyakit meliputi : penyebab penyakit, gejala atau tanda-

tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari

pengobatan, bagaimana cara penularannya, bagaimana cara

pencegahannya. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor

pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan

pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang

tinggi makaorang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi perlu di tekankan, bukan berarti

seorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan

rendah pula. Menurut teori WHO (World Health Organization)

yang dikutip oleh Natoadmodjo (2010), salah satu bentuk obyek

kesehatan dapat di jabarkan oleh pengetahuan yang di peroleh

dari pengalaman sendiri. Wawan (2011) mengutip dari

Notoatmodjo (2003), Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang cukup didalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat pengetahuan, yaitu

a) Tahu (Know)

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dimana

tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk pula mengingat kembali

sesuatu materi yang bersifat spesifik dari materi yang telah

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

diantaranya menyebutkan tanda dan gejala gangguan jiwa, dan

menyatakan bahwa gangguan jiwa bukanlah penyakit yang

menular.

b) Memahami (Comprehention)

Seorang individu dapat dikatakan memahi akan sesuatu hal

apabila individu tersebut memiliki kemampuan untuk

menjelaskan suatu objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi dari objek tersebut secara benar.

Individu ini mampu untuk menjelaskan danmemberi contoh

ciri-ciri dari pasien yang menderita gangguan jiwa, serta dapat

menyimpulkan pasien dengan gangguan jiwa.

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

c) Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan individu untuk

mengguanakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan

kondisi yang sebenarnya.

d) Analisis (Analysis)

Analisa merupakan suatu untuk menjabarkan obyek atau

materi dalam komponen-komponen dan masih berkaitan antara

komponen yang satu dengan yang lain.

e) Sintesis (Syntesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakan

atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang

bersifat keseluruhan sehingga bisa membuat formulasi baru

dari formulasi yang ada sebelumnya.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitkan dengan kemampuan individu untuk

melakukan penelitian terhadap suatu materi atau obyek diman

penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau yang sudah ada.

6. Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan (2011), yaitu :

a) Faktor Internal

1) Pendidikan

2) Pekerjaan

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

3) Umur

4) Informasi

5) Pengalaman

6) Sosial ekonomi

b) Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

2) Kultur (Sosial, Budaya, Agama)

Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa gangguan jiwa

disebabkan karena adanya gangguan oleh apa yang disebut ”roh

jahat” yang telah merasuki jiwa, sehingga seseorang yang

mengalami gangguan jiwa harus diasingkan atau dikucilkan dan

dipasung karena dianggap sebagai aib bagi keluarga. Kenyataan

tersebut tidak dapat dipungkiri, karena fenomena yang terjadi

memang merupakan gambaran nyata bagi sebagian besar

masyarakat, hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat

Indonesia taraf pendidikannya masih rendah (Salahuddin,2009)

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 kerangka konsep

Videbeck ( 2008), Wawan (2011), Admin (2010), (Kaplan &

Sadock, 2010).

Gangguan jiwa :

1. Faktor biologik

2. Faktor psikologik

3. Faktor sosio

budaya

Tanda dan gejala :

a. Gangguan jiwa

b. Gangguan natensi

(perhatian)

c. Gangguan emosi

d. Gangguan mood

e. Gangguan perilaku

motorik

f. Gangguan berpikir

g. Gangguan bicara

h. Gangguan persepsi

Dampak :

1. Dampak gangguan jiwa bagi

masyarakat

2. Dampak gangguan jiwa bagi

penderita

3. Dampak gangguan jiwa bagi

keluarga

Pengetahuan :

a. Faktor internal

1.pendidikan

2.pekerjaan

3.umur

4.informasi

5.pengalaman

6.sosial ekonomi

b. faktor eksternal

1.lingkungan

2.sosial ekonomi Sikap masyarakat

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/9435/3/Iwan Maulana BAB II.pdf · situasi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga

C. Kerangka konsep

Variabel Bebas Variabel

Terikat

Gambar 2.2 kerangka teori

D. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang gangguan jiwa

dengan sikap masyarakat pada penderita gangguan jiwa.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan

sikap masyarakat pada penderita gangguan jiwa.

Pengetahuan tentang gangguan jiwa

Sikap masyarakat kepada penderita gangguan jiwa.

Hubungan Pengetahuan Tentang..., Iwan Maulana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019