bab ii tinjauan pustaka a. chronic kidney disease (ckd) …repository.ump.ac.id/9456/3/clara meining...

23
10 Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chronic kidney disease (CKD) 1. Definisi Chronic kidney disease atau CKD adalah kondisi saat fungsi ginjal mulai menurun secara bertahap. Indonesia Renal Registry mendefinisikan CKD sebagai kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan jaringan, komposisi darah dan urine atau tes pencintraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga bulan ( Indonesia Kidney Care Club, 2017). Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kerusakan ginjal atau penurunan ginjal kurang dari 60% ginjal normal bersifat progresif dan irrevesibel, menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang toksin dan produk sisa dari darah serta tidak dapat berfungsi secara maksimal, dimana kerusakan ginjal tersebut ditandai dengan albuminuria (>30 mg albumin urine per gram dari creatin urine). Glomerular Filtration Rate (GFR) ,60ml/menit/1,73 m² dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan (KPIG XIV Cikini, 2008 dalam Smeltzer & Bare, 2011). 2. Etiologi Menurut (Suwitra, 2009) Etiologi Chronic Kidney Disease sangat bervariasi antara satu negara lainnya dan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab CKD yang menjalani hemodialisa di Indonesia sebagai berikut : Glomerulonefritis (46,39%), Diabetes mellitus (18,65%), Obstruksi dan Infeksi (12,85%), Hipertensi

Upload: others

Post on 25-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Chronic kidney disease (CKD)

1. Definisi

Chronic kidney disease atau CKD adalah kondisi saat fungsi ginjal

mulai menurun secara bertahap. Indonesia Renal Registry mendefinisikan

CKD sebagai kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan jaringan, komposisi

darah dan urine atau tes pencintraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga

bulan ( Indonesia Kidney Care Club, 2017).

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kerusakan ginjal atau

penurunan ginjal kurang dari 60% ginjal normal bersifat progresif dan

irrevesibel, menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang toksin

dan produk sisa dari darah serta tidak dapat berfungsi secara maksimal,

dimana kerusakan ginjal tersebut ditandai dengan albuminuria (>30 mg

albumin urine per gram dari creatin urine). Glomerular Filtration Rate

(GFR) ,60ml/menit/1,73 m² dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan (KPIG

XIV Cikini, 2008 dalam Smeltzer & Bare, 2011).

2. Etiologi

Menurut (Suwitra, 2009) Etiologi Chronic Kidney Disease sangat

bervariasi antara satu negara lainnya dan Perhimpunan Nefrologi

Indonesia (Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab CKD yang menjalani

hemodialisa di Indonesia sebagai berikut : Glomerulonefritis (46,39%),

Diabetes mellitus (18,65%), Obstruksi dan Infeksi (12,85%), Hipertensi

11

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

(8,46%), Sebab lain (13,65%). Sebab lain ini di kelompokkan antara lain :

nefritis lupus, nefropati urat, intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan,

tumor ginjal, dan penyebab yang tidak diketahui.

3. Klasifikasi

Klasifikasi chronic kidney disease didefinisikan berdasarkan derajat

penurunan Laju Filtrasi Glomerulusnya (LFG) dimana stadium yang lebih

tinggi memiliki nilai LFG yang lebih rendah. Penyakit CKD dibagi

menjadi 6 stadium seperti pada table di bawah ini (KDIGO, 2013).

Produksi sel darah merah sumsum tulang menyebabkan produk

hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen

oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan

mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga.

Table 2.1 Kategori LFG pada pasien penyakit CKD

Kategori LFG LFG (ml/min/1.73 m²) Batasan

G1 ≥ 90 Normal atau Tinggi

G2 60-89 Penurunan ringan

G3a 45-59 Penurunan ringan sampai sedang

G3b 30-44 Penurunan sedang sampai berat

G4 15-29 Penurunan berat

G5 < 15 CKD

Sumber : KDIGO, 1013 Keterangan : LFG= Laju Filtrasi Glomerulus.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit CKD meliputi (Suwitra, 2009) :

a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

Waktu yang paling tepat untuk penyakit dasarnya adalah sebelum

terjadinya penurunan LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak

terjadi. Apabila LFG sudah menurun sampai 20-30 % dari normal,

12

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

tetapi terhadap penyakit dasarnya sudah tidak banyak bermanfaat,

menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang

(Nurlasam, 2007).

b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi kormobid

Sangat penting untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan

LFG pada pasien CKD dimana hal ini untuk mengetahui kondisi

kormobid antara lain : gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang

tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius,

obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras atau peningkatan aktivitas

penyakit dasarnya.

c. Menghambat pemburukan fungsi ginjal

Faktor utama terjadinya pemburukan fungsi ginjal adalah terjadinya

hiperfiltrasi glomerulus dan ini dapat dikurangi melalui du acara yaitu :

1) Pembatasan asupan protein yang mulai dilakukan pada LFG ≤ 60 %

ml/mnt, sedangkan jika diatas nilai tersebut pembatasan asupan

protein tidak selalu dianjurkan.

2) Terapi farmakologis untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus.

Selain itu, sasaran terapi farmakologis berkaitan dengan derajat

proteinuria.

d. Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular dan komplikasi

Hal-hal dibawah ini adalah termasuk pencegahan dan terapi

penyakit kardiovaskuler yaitu : pengendalian diabetes, pengendalian

hipertensi pengendalian displipidemia, pengendalian anemia,

13

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

pengendalian hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan

gangguan keseimbangan elektrolit.

e. Terapi Pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal meliputi beberapa metode yaitu : dialisis

(hemodialysis dan peritoneal dialisis) dan transplantasi ginjal. Namun

yang paling banyak dilakukan saat ini adalah hemodialisa dimana

jumlahnya dari tahun ke tahun terus bertambah.

B. HEMODIALISA

1. Definisi

Hemodialisa adalah salah satu terapi pengganti ginjal selain dialisa

peritoneal dan transplantasi ginjal. Indikasi hemodialisa pada pasien

penyakit CKD ialah apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 15

ml/menit/1,73 m² atau memenuhi salah satu dari kriteria berupa keadaan

umum buruk dengan gejala klinis uremia yang nyata, kalium serum < 6

mEq/L, ureum darah > 200 mg/dL, pH darah < 7,1, anuria berkepanjangan

(> 5 hari), dan kelebihan cairan (Raharjo, 2009).

Hemodialisa adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan

biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal,

dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisa

merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (Renal Replacement

Therapy/ RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi

ginjal. Hemodialisa dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada

pasien dengan CKD yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut

14

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

prosedur yang dilakukan, hemodialisa dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

hemodialisa darurat (emergency), hemodialisa persiapan (preparative), dan

hemodialisa kronik (regular) (Daurgirdas et.,al, 2007).

Table 2.2 Penyebab CKD yang menjalani hemodialisa

di Indonesia Th 2007

Penyebab Insiden

Glomerulonephritis 46,39 %

Diabetes Mellitus 18,65 %

Obstruksi dan infeksi 12,85 %

Hipertensi 8,46 %

Sebab lain 13,65 %

Sumber : Mansjoer, Triyaanti, Savitri, Wardhani & Setyowulan, Kepita

Selekta Kedokteran (2007).

2. Tujuan Tindakan Hemodialisa

Tindakan hemodialisa bertujuan untuk membersihkan nitrogen

sebagai sampah hasil dari metabolisme, untuk membuang kelebihan

cairan, mengoreksi elektrolit dan memperbaiki gangguan keseimbangan

basa pada penderita CKD (Pranoto, 2010). Tujuan utama tindakan

hemodialisa adalah mengembalikan keseimbangan cairan intraseluler dan

ekstraseluler yang terganggu akibat fungsi ginjal yang rusak (Himmefarb

& Ikizer, 2010).

3. Indikasi Hemodialisa

Indikasi hemodialisa dibedakan menjadi hemodialisa emergency

atau hemodialisa segera dan hemodialisa krinik. Hemodialisa segera

adalah hemodialisa yang harus segera dilakukan. Indikasi hemodialisa

segera antara lain (Daurgirdas et.,al, 2007):

a. Kegawatan ginjal

1) Klinis : keadaan uremik berat, overhidrasi

15

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

2) Oliguria (produksi urine < 200ml/12 jam)

3) Anuria (produksi urine < 50 ml/12 jam)

4) Hiperkalemia (jika terjadi perubahan ECG, kalium > 6,5mmol/l)

5) Asidosis berat (Ph < 7,1 atau bikarbonat < 12 meq/l)

6) Uremia (BUN > 150 mg/dL)

7) Ensefalopati uremikum

8) Neuropati atau miopati uremikum

9) Pericarditis uremikum

10) Disnatremia berat (Natrium > 160 atau < 115 mmol/L)

11) Hipertermia

b. Keracunan akut (alcohol, obat-obatan) yang bisa melewati membrane

dialis.

Hemodialisa kronik adalah hemodialisa yang dikerjakan

berkelanjutan seumur hidup penderita dengan mesin hemodialisis.

Menurut (NKF-KDOQI, 2015) dialisa dimulai jika LFG < 15 ml/mnt.

Keadaan pasien yang mempunyai LFG < 15 ml/menit tidak selalu sama,

sehingga dialisa dianggap perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari

hal tersebut di bawah ini (Daurgirdas et.,al, 2007) :

1) LFG < 15 ml/menit, tergantung gejala klinis.

2) Gejala uremia meliputi, lethargis, anoreksia, nausea, mual dan

muntah.

3) Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.

4) Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.

5) Komplikasi metabolik yang refraktor.

16

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

4. Prinsip Hemodialisa

Secara sederhana proses dialisa lainnya memompa darah dan dia

lihat melalui membran dialyzer. Dialyzate adalah lautan air murni yang

mengandung klorida, natrium kalium, magnesium, kalsium, dextrone,

bikarbonat atau asetat.

a. Didalam dialyzer darah dan dialysate dipisahkan oleh membrane

semipermeabel. Darah mengandung sisa produk metabolisme berupa

ureum, kreatin, dan lainnya. Sedangkan dialysate tidak mengandung

produk sisa metabolisme. Karena perbedaan konsentrasi ini akan terjadi

proses difusi dalam dialyzer.

b. Proses difusi akan maksimal bila arah aliran darah dan dialyzate

berlawanan (counter current flow). Kecepatan aliran darah dan dialisat

dalam dialyzer juga berpengaruh pada peningkatan proses filtrasi.

c. Proses konveksi dalam dialyzer dapat ditingkatkan dengan

meningkatkan tekanan dalam membrane dialyzer (trans membrane

pressure). Pada proses Hemodialisa konvensional, molekul dengan

ukuran kecil tidak semua terlepas dengan proses konvensi saja. Tetapi

hampir semua molekul dengan ukuran kecil terlepas dalam proses

difusi, sebaliknya molekul dengan ukuran besar (B2- mikroglobulin dan

B12) dikeluarkan efektif dengan proses konveksi. Hal ini telah

menyebabkan peningkatan penggunaan 20 metode UF di Hemodialisa

untuk meningkatkan penghapusan molekul MW lebih besar.

17

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

5. Proses Hemodialisa

Ginjal buatan (dialyzer), mempunyai 2 kompetemen yaitu

kompetemen darah dan kompetemen dialyzate. Kedua kompetemen

tersebut selain dibatasi oleh membran semipermeabel, juga mempunyai

perbedaan tekanan yang disebut sebagai transmembrane preassure (TMP)

(Pranoto, 2010).

Sedangkan darah dari dalam tubuh dialirkan ke dalam kompartemen

darah, serta cairan pembersih (dialyzate), dialirkan ke dalam kompartemen

dialyzate. Pada proses hemodalisa terjadi 2 mekanisme yaitu mekanisme

difusi dan mekanisme ultrafiltrasi. Mekanisme difusi bertujuan untuk

membuang zat-zat terlarut dalam darah (blood purification), maka dari itu,

mekanisme ultrafiltrasi bertujuan untuk mengurangi kelebihan cairan

dalam tubuh (volume control) (Roesli, 2006). Kedua mekanisme dapat

digabungkan atau dipisahkan sesuai dengan tujuan awal Hemodialisanya.

Mekanisme difusi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi

antara kompartemen darah dan kompartemen dialyzate. Proses difusi ini

akan terus berlangsung hingga konsentrasi pada kedua kompartemen telah

sama. Kemudian, untuk menghasilkan mekanisme difusi yang baik,

pakaian daerah dan aliran dialyzate dibuang saling berlawanan.

Kemudian pada mekanisme ultrafiltrasi terjadi pembuangan cairan

karena adanya perbedaan tekanan antara kompartemen darah dan

kompartemen dialyzate. Tekanan hidrostatik akan mendorong cairan untuk

keluar, sementara tekanan onkotik akan menahannya. Bila tekanan

18

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

diantara kedua kompartemen sudah seimbang maka mekanisme

ultrafiltrasi akan berhenti (Suwitra et.,al, 2006).

6. Komplikasi Hemodialisa

Komplikasi akut hemodialisa meliputi : hipotensi, kram otot, mual

dan muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan

menggigil. Komplikasi yang jarang terjadi misalnya sindrom

disekuilibrium, reaksi dialyzer, aritmia, tamponade jantung, perdarahan

intrakranial, kejang, hemilisis, emboli udara dan hipoksia. Kualitas hidup

yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai

sekarang 14 tahun, namun terdapat kendala yaitu biaya yang mahal

(Rahardjo et.al, 2006). (Wilson, 2006) menyebutkan bahwa komplikasi

dialisis adalah hipotensi, sindrom ketidakseimbangan, dialisis dimensi,

hepatitis, infeksi, kehilangan darah, gangguan elektrolit asam basa.

7. Masalah fisik dan psikologis

CKD dapat mengakibatkan masalah fisik dan masalah psikologis. Berikut

ini adalah beberapa masalah fisik dan psikologis :

Table 2.3 Masalah Fisik dan Psikologis Pada Pasien Hemodialisa

Masalah fisik Masalah psikologis

Demam Frustasi

Reaksi anaflaksis Rasa bersalah

Tekanan darah rendah Depresi

Gangguan Irama jantung Cemas

Emboli paru Gangguan gambaran diri

Perdarahan usus, otak, mata, perut Ketidakberdayaan

Takut akan mati

Keputusasaan

Perubahan peran

Sumber : Luckman dalam Maryanti (2005).

19

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

8. Dampak Hemodialisa

Setelah dilakukan hemodialisa pasien merasa lelah, sakit kepala,

keringat dingin, dan susah BAK. Hal ini terjadi karena tekanan saraf

menurun dan sel darah merah pecah. Pengaruh lain bersifat kejiwaan di

mana pasien menjadi tidak bisa mandiri dan bergantung pada mesin

hemodialisis, perawatan keluarga.

Diperkirakan bahwa dialisis yang dapat menyebabkan sindrom,

dimanifestasikan oleh sekelompok gejala dari mual ringan, muntah, sakit

kepala, hipertensi, sampai agitasi, kekuatan dan kekacauan mental.

Sehingga penurunan kecepatan aliran darah dan pemberian sedative dapat

mencegah gejala hemodialisa yang lebih berat. Dampak lain dari

hemodialisa yaitu terjadinya perdarahan. Perdarahan selama dialisis

mungkin karena kondisi matik yang mendasari seperti ulkus atau gastritis,

atau mungkin akibat antikogulasi berlebihan.

Antikoagulasi yang sering dipakai adalah heparin karena metode

pemberian sederhana, meningkatkan masa pembekuan darah dengan

adanya sirkulasi ekstrakorporeal selama hemodialis, dan dengan

pemakaian antikoagulan regional citrate.

C. CAREGIVER

1. Definisi Caregiver

Caregiver adalah seorang individu yang memberikan bantuan kepada

orang lain yang mengalami disabilitas/ketidakmampuan dan memerlukan

bantuan dikarenakan penyakit dan keterbatasannya (Widiastuti, 2009).

20

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Adapun yang menjadi fungsi caregiver yaitu menyediakan makanan,

merawat dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang, dan

perhatian serta membawa ke dokter.

Menurut (bates, 2007) “ Seorang pengasuh didefinisikan sebagai

orang yang peduli terhadap orang dewasa lainnya, pasangan, orangtua,

atau anak yang didiagnosa menderita kanker, dimensia, penyakit mental,

atau kondisi kronis seperti penyakit paru obstruktif kronik atau sclerosis

multiple dan CKD itu sendiri. Pengasuh adalah pasangan, anak dewasa,

menantu perempuan/kerabat terdekat seperti cucu, saudara kandung yang

memberikan bantuan kepada orang dewasa yang lebih tua yang tinggal di

komunitas”.

Menurut (National Care Planning Council, 2006) “ Pengasuh

memberi bantuan kepada orang lain karena fisik cacat, untuk orang yang

menua, penyakit kronis atau gangguan kognitif tidak dapat melakukan

aktivitas tertentu sendiri “. Selain itu melalui (Lubis, 2004) “ Seseorang

yang memberikan bantuan, umumnya di lingkungan rumah, kepada

orangtua yang menua. Seorang pengasuh dapat menjadi anggota keluarga,

teman, sukarelawan, atau professional berbayar “.

Sehingga berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

caregiver merupakan individu (meliputi : keluarga, teman, coluntir atau

tenaga professional yang dibayar) yang mempunyai tanggung jawab untuk

memberikan perawatan pada seseorang yang sakit secara mental,

ketidakmampuan secara fisik atau kesehatannya terganggu karena sakit

21

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

atau usia tua yang diderita. Karakteristik Caregiver menurut (McQuerry,

2012) caregiver yang baik adalah :

a. Empaty

Salah satu karateristik caregiver yang baik adalah memiliki

kemampuan empati kepada klien yang memerlukan pendampingan.

Ketika melakukan pendampingan baik kepada anak kecil atau

membantu orangtua, kemampuan “ Personal understanding “ dan

koneksi dengan klien adalah hal yang sangat penting. Caregiver yang

baik mengerti bagaimana membuat klien menjadi nyaman dan merasa

diperhatikan.

b. Patience

Individu yang menerima pendamping/pelayanan biasanya

tergantung pada oranglain dan self sufficient, hal tersebut dapat

membuat merekan frustasi dan memberontak. Ketika seoranganak yang

tidak bisa mengekspresikan rasa laparnya, atau yang tidak bisa

mengungkapkan rasa sakit secara verbal atau seseorang lansia yang

mengalami dimensia. Kesabaran menjadi hal yang vital untuk caregiver.

Anda harus mampu memisahkan diri dari kemarahan dan terbawa

situasi.

c. Realistic Outlook

Pelayanan/pendamping sering dilakukan dalam waktu yang

panjang untuk melengkapi kebutuhan sehari-hari dari klien. Memahami

keterbatasan dari klien, membantu caregiver untuk menurunkan tekanan

22

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

yang ada di lingkungannya, sedangkan caregiver yang baik tentu

menyadari kepabilitas dan tetap terdorong untuk semangat dalam

melayani dan memperhatikan klien.

d. Strong Constution

Tugas yang dilakukan oleh caregiver berhubungan dengan

aktivitas instrumental semperti memandikan baik bayi atau lansia,

membersihkan luka, serta caregiver yang baik tidak akan merasa malu

dengan tugas yang dilakukannya.

e. Soothing Nature

Caregiver tahu bagaimana cara untuk menenangkan klien.

Menjadi voice of encouragement aalah hal yang membuat kualitas dari

caregiver jadi baik.

f. Reliability

Merupakan trait yang penting bagi caregiver. Individu yang

menerima pendamping/pelayanan bergantung dan tidak bisa berpisah

dari caregiver dan sering merasa dekat dengan caregivernya. Caregiver

harus konsisten dalam memberikan pelayanan baik itu makanan dan

pemberian obat.

2. Jenis Caregiver

Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver formal.

Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman,

atau tetangga) yang memberikan perawatan tanpa di bayar, paruh waktu

atau sepanjang waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan orang

23

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

yang dirawat, sedangkan caregiver formal adalah relawan atau individu

yang dibayar untuk menyediakan pelayanan. Keduanya termasuk orang-

orang yang menyediakan bantuak yang berhubungan dengan aktivitas

sehari-hari dan tenaga professional yang menyediakan pelayanan terutama

dalam hal kesehatan mental maupun jasmani (Akupunne, 2015).

(Widiastuti, 2009) menyebutkan terdapat dua jenis caregiver yaitu : formal

dan tidak formal.

Caregiver formal adalah individu yang memberikan perawatan

dengan melakukan pembayaran yang disediakan oleh rumah sakit,

psikiater, pusat perawatan ataupun tenaga professional lainnya. Sementara

caregiver informal adalah individu yang memberikan perawatan dengan

tidak melakukan pembayaran dan tidak secara tenaga professional.

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah dan biasanya diberikan oleh

pasangan penderita, anak dari penderita atau anggota keluarga lainnya.

3. Tugas-tugas Caregiver

Menurut (Widiastuti, 2009) dalam penelitiannya menarik perhatian

terhadap fakta tugas caregiver. Tugas yang dilakukan caregiver tidak

hanya terbatas kepada pekerjaan rumah tangga, akan tetapi dibagi menjadi

4 tahapan yaitu :

a. Physical Care/Perawatan Fisik

Kegiatan memberi makan, menggantikan pakaian, memotong kuku,

membersihkan kamar, dan lain-lain.

24

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

b. Social Care/Kepedulian social

Kegiatan mengunjungi tempat hiburan, menjadi supir, bertindak sebagai

sumber informasi dari seluruh dunia di luar perawatan di rumah.

c. Emotical Care

Kegiatan menunjukan kepedulian, cinta dan kasih sayang kepada pasien

yang tidak selalu ditunjukkan ataupun dikatakan, ditunjukkan melalui

tugas-tugas lain yang dikerjakan.

d. Quality Care

Kegiatan memantau tingkat perawatan, standart pengobatan, dan

indikasi kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Arksey et.al, 2005) tentang tugas-

tugas yang dilakukan caregiver di United Kingdom, antara lain termasuk :

bantuan dalam perawatan diri yang terdiri dari dressing, bathing dan

toileting. Bantuan dalam mobilitas seperti : berjalan, naik atau turun dari

tempat tidur, melakukan tugas keperawatan seperti : memberikan obat dan

mengganti balutan luka, memberikan dukungan emosional, menjadi

pendamping, melakukan tugas-tugas rumah tangga seperti : memasak,

belanja, pekerjaan kebersihan rumah, bantuan dalam masalah keuangan

dan pekerjaan kantor.

Berdasarkan uraian diatas, caregiver adalah individu baik anggota

keluarga, teman, kerabat ataupun tetangga yang memberikan bantuan,

dukungan sosial tanpa pamrih kepada orang yang tidak mampu melakukan

25

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

kegiatan sehari-hari. Aktivitas caregiver merupakan dimensi yang saling

tergantung satu sama lain (Belands et.,al, 2005) yaitu :

a. Menghargai

Merupakan pekerjaan kognitif dari kegiatan caregiving. Hal ini

termasuk kegiatan mengawasi, mengevaluasi, dan menyelesaikan

masalah. Siklus pengawasan dan saling menghargai yang tercipta antara

caregiver dengan orang yang memberikan perawatan membuat

caregiver mengembangkan suatu pengetahuan yang khas tentang

kondisi penerima perawatan dan respons mereka terhadap perawatan

dan menempatkan mereka dengan baik untuk kemudian caregiver

melakukan peran advokasi.

b. Memberikan advokasi

Caregiver berbicara atas individu yang dirawat. Pengetahuan yang

dimiliki caregiver tentang individu yang dirawat dalam hal pribadi

muncul dari pengawasan dan penghargaan yang berlangsung yang

membuat caregiver mengenali situasi yang membuat mereka kemudian

perlu berbicara atas nama individu yang dirawat.

c. Juggling

Aktivitas ini meliputi kegiatan menjaga lebih dari satu aktivitas

yang bernilai dari waktu ke waktu dan biasannya dibutuhkan rasa

menghargai terhadap aktivitas yang cukup penting tersebut.

26

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

d. Melakukan kebiasaan

Aktivitas ini menciptakan sejumlah aktivitas yang dikembangkan

seiring berjalannya waktu dan umumnya dilakukan secara teratur. Bila

tercipta rutinitas yang baik, maka kegiatan merawat lebih terkontrol,

terprediksi dan tidak menakutkan.

e. Melatih

Aktivitas yang dilakukan untuk memfasilitasi individu yang

dirawat melakukan perawatan diri sendiri. Hal ini meliputi mengizinkan

individu yang dirawat untuk merawat diri sendiri termasuk mematuhi

pengobatan medis, sampai kepada peningkatan kesehatan.

Family caregiver dapat meliputi : pasangan hidup (suami/istri),

orangtua, anak atau kerabat dekat yang bertanggung jawab merawat

penderita (Goldberg & Rickler, 2011). Dukungan yang diberikan family

caregiver memberikan dampak yang positif terhadap kondisi fisik maupun

psikis penderita CKD (Martire & Schulz, 2007). Peran dan fungsi keluarga

dalam teori sistem salah satunya adalah sebagai pemberi perawatan

(caregiver) pada anggota keluarga yang sakit (Smith et.,al, 2007). (Lim

dan zebrack, 2004) menyatakan bahwa konsep normalisir pada keluarga

yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit kronis dilakukan dengan

mengubah gaya hidup yang mendukung proses pengobatan. Kegiatan-

kegiatan tersebut antara lain melakukan pemeriksaan rutin, manajemen

perawatan diri, perubahan pola makan, aktivitas fisik dan memaksimalkan

dukungan emosional dilakukan untuk memberikan kenyamanan.

27

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Menurut (Goldberg & Rickler, 2011), peran keluarga dalam

perawatan penyakit kronis menjadi faktor yang sangat penting. Banyak

penderita penyakit kronis tidak bisa mandiri secara penuh tanpa bantuan

keluarga, begitu pula dengan penderita CKD yang tidak bisa menjaga diri

mereka sendiri dan menghadapi situasi medis yang lebih rumit dan

membutuhkan bantuan dati keluarga (Vroomen & Durning, 2009). Hal ini

menyebabkan keterlibatan keluarga menjadi sangat penting dalam

memberikan dukungan perawatan pada CKD. Dalam hal ini, keluarga

berperan sebagai family caregiver, dukungan yang diberikan family

caregiver memberikan dampak yang positif terhadap kondisi fisik maupun

psikis penderita CKD (Martine & Schulz, 2007). Hasil penelitian pada

penderita CKD dan family caregiver menemukan bahwa dukungan sosial

mempengaruhi tingkat kecemasan penderita CKD, semakin banyak

dukungan sosial yang diberikan semakin rendah tingkat kecemasan

penderita CKD (Garousi & Garrusi, 2013).

Selain itu, dukungan yang diberikan kepada penderita CKD

berhubungan dengan manajemen penyakit yang lebih baik (Sukkarieh,

2011), meningkatkan kualitas hidup penderita, mendorong kepatuhan

terhadap pengobatan, dan meningkatkan kemampuan koping penderita

terhadap penyakitnya (Goldberg & Rickler, 2011). Peran keluarga dalam

perawatan penyakit kronis menjadi faktor yang sangat penting (Golberg &

Salloway, 2011). Banyak penderita penyakit kronis tidak bisa mandiri

secara penuh tanpa bantuan keluarga begitu pula dengan berbasis keluarga

28

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

sangat dibutuhkan untuk perubahan perilaku terkait diet, kepatuhan minum

obat, dan perubahan signifikan pada darah (Armour et.,al, 2005).

D. KUALITAS HIDUP

1. Pengertian Kualitas

Kata kualitas memiliki arti yang berbeda dan bervariasi dari

konvensional sampai yang lebih strategis. Definisi konvensional dari

kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu

produk seperti : Performasi (performance), kehandalan (reabillity), mudah

dalam penggunaan (Easy of Use), estetika (esthetics) dan sebagainya.

Dalam ISO 840 (Quality Vocabulary) kualitas diartikan sebagai

totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya

untuk memuaskan kebutuhan yang signifikan. Kualitas sering diartikan

sebagai kepuasan pelanggan (Costumer Statisfaction) atau konformasi

terhadap kebutuhan atau persyaratan (Comformanceto Requerements).

Kualitias juga dapat diartikan lagi sebagai segala sesuatu yang menentukan

kepuasan pelanggan dan upaya perubahan kearah perbaikan terus menerus

sehingga dikenal dengan istilah Q-MATCH (Quality=Meets Agreed Terms

and Changes)

2. Pengertian Kualitas Hidup

Menurut (Yuwono, 2000), kualitas hidup adalah derajat kepuasan

hati karena terpenuhinya kebutuhan eksternal maupun persepsinya,

sedangkan menurut (Desita, 2010), kualitas hidup diartikan sebagai

persepsi individu laki-laki atau perempuan dalam hidup, ditinjau dari

29

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan hubungan

dengan standart hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini

dipadukan secara lengkap mencakup kesehatan fisik, psikologis, tingkat

kebebasan, hubungan sosial dan hubungan mereka dengan segi ketenangan

dari lingkungan mereka.

3. Dimensi Kualitas Hidup

Dimensi kualitas hidup dari WHOQoL – BREF terdiri dari empat

dimensi yaitu :

a. Kesehatan fisik : berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan,

ketergantungan pada perawatn medis, energi dan kelelahan, mobilitas

tidur dan istirahat. Pada kesehatan fisik umumnya caregiver mempunyai

kualitas hidup sedang (62,7%) kondisi kualitas hidup caregiver ini

dipengaruhi dari tindakan hemodialisa (Martono, 2006).

b. Kesehatan psikologis berhubungan dengan pengaruh positif dan

negative spiritual, pemikiran pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi,

gambaran tubuh dan penampilan, serta penghargaan terhadap diri

sendiri. Pada pasien hemodialisa didapatkan data dari 53 pasien di USA,

58% mengalami depresi dengan 38% sangat depresi dan 42% tidak

mengalami depresi (Hagedorn et.,al, 2003).

c. Hubungan sosial : terdiri dari hubungan personal, aktifitas seksual dan

hubungan sosial. Pada caregiver CKD perbandingan antara dukungan

sosial yang diberikan oleh sumber dukungan sosial menunjukan

perbedaan yang signifikan, dimana yang diterima oleh caregiver lebih

30

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

kecil dari pada dukungan yang diberikan oleh sumber dukungan sosial.

Perbedaan terjadi dalam jenis dukungan informasional, dukungan

emosional, dukungan harga diri, dan dukungan dari kelompok sosial.

Secara khusus perbedaan ini terjadi dalam hal informasi umum tentang

perawatan hemodialisa, hiburan, bercerita tentang rasa sakit dan sedih,

nasihat, pemberian semangat, mengobrol ketika sedang melakukan

hemodialisa serta partisipasi dalam kegiatan sosial (Arliza, 2006).

d. Dimensi lingkungan : terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik,

sumber penghasilan, kesempatan memperoleh informasi, dan

keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, atau

aktifitas pada waktu luang.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Menurut (Guyyat et.,al, 2010), faktor-faktor yang berpengaruh pada

kualitas hidup adalah :

a. Faktor psikis : rasa damai, bahagia, tenang, tidak ada masalah dalam

bekerja atau beraktifitas keseharian lainnya sebagai akibat masalah

emosi, merasa penuh gairah dan energi setiap saat serta kepercayaan

terhadap kesehatan pribadi amat baik.

b. Faktor fisik : dapat melakukan semua aktivitas fisik tanpa keterbatasan

yang disebabkan gangguan kesehatan, tidak ada masalah dalam bekerja

atau beraktivitas keseharian sebagai akibat masalah kesehatan fisik serta

mampu melakukan aktivitas sosial.

31

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

c. Faktor lingkungan : lingkungan keluarga dan masyarakat yang bersih

dan sehat sangat berpengaruh pada kualitas hidup caregiver.

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Faktor yang mempengaruhi

penurunan kerja ginjal :

a. Glomerulonephritis (46,39%)

b. Diabetes mellitus (18,65%)

c. Obstruksi & Infeksi (12,85%)

d. Hipertensi (8,46%)

e. Sebab lain (13,65%)

Dampak yang terjadi :

a. Cemas

b. Rasa bersalah

c. Depresi

d. Frustasi

e. Gangguan gambaran

diri

f. Perubahan peran g. Takut mati

h. Ketidak berdayaan

i. keputusasaan

Penurunan

fungsi

ginjal/CKD

Terapi yang digunakan :

a. Hemodialisa

b. Dialisa peritoneal

c. Transplantasi ginjal

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan :

a. Sikap

b. Pengetahuan

c. Dukungan petugas kesehatan

d. Caregiver

Faktor-faktor yang

mempengaruhi caregiver:

a. Faktor psikis b. Faktor fisik

c. Faktor lingkungan

32

Studi Kualitas Hidup…,Clara Meining Cahaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

F. Kerangka Konsep

Pada penelitian kali ini peneliti ingin meneliti tentang kualitas hidup

family caregiver pasien chronic kidney disease (ckd) dengan hemodialisa di

RSUD BANYUMAS.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Kualitas hidup

Family Caregiver

Faktor lingkungan

Faktor fisik

Faktor psikis