bab ii tinjauan pustaka a. beban kerja 1. pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/anishya lucki wira...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertian Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan no.75/2004). Sementara menurut Marquis dan Houston (2010) beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan, Workload atau beban kerja diartikan sebagai patients days yang merujuk pada jumlah prosedur, pemeriksaan kunjungan (visite) pada klien. Hasil penelitian tentang beban kerja di bagian pelayanan intensive Norwegia didapatkan bahwa score aktifitas perawat 75-90% per perawat (Stafseth, 2011). Hasil penelitian tentang pengukuran beban kerja pada sumber daya perawat bagian unit kritikal di Kanada, bahwa dengan menempatkan seorang sekretaris dan seorang farmasi dapat menurunkan kebutuhan 2 perawat RPS dan 1 perawat RP untuk setiap shift (Vanderberg, 1998 dalam Situmorang, 2015). Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan perawat pada tingkatan prestasi yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu. Gillies (1996) dalam Situmorang (2015) menyatakan bahwa untuk memperkirakan beban kerja perawat pada sebuah unit, manajer harus mengumpulkan data tentang : jumlah pasien yang masuk pada unit itu 13 Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Upload: tranmien

Post on 04-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beban Kerja

1. Pengertian

Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus

dicapai dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan no.75/2004). Sementara

menurut Marquis dan Houston (2010) beban kerja perawat adalah seluruh

kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama

bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan, Workload atau beban kerja

diartikan sebagai patients days yang merujuk pada jumlah prosedur,

pemeriksaan kunjungan (visite) pada klien. Hasil penelitian tentang beban

kerja di bagian pelayanan intensive Norwegia didapatkan bahwa score

aktifitas perawat 75-90% per perawat (Stafseth, 2011). Hasil penelitian

tentang pengukuran beban kerja pada sumber daya perawat bagian unit

kritikal di Kanada, bahwa dengan menempatkan seorang sekretaris dan

seorang farmasi dapat menurunkan kebutuhan 2 perawat RPS dan 1

perawat RP untuk setiap shift (Vanderberg, 1998 dalam Situmorang,

2015). Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa beban kerja

perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan perawat

pada tingkatan prestasi yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu.

Gillies (1996) dalam Situmorang (2015) menyatakan bahwa untuk

memperkirakan beban kerja perawat pada sebuah unit, manajer harus

mengumpulkan data tentang : jumlah pasien yang masuk pada unit itu

13

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

14

setiap hari/bulan/tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien, di unit

tersebut, rata-rata hari perawatan pasien, jenis tindakan keperawatan yang

dibutuhkan pasien, frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang

dibutuhkan pasien, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memberikan

tindakan keperawatan.

Perkiraan beban kerja perawat pada tiap unit dapat dilakukan dengan

mengumpulkan data tentang jumlah klien yang masuk pada unit itu setiap

hari/bulan/tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan klien di unit

tersebut, rata-rata hari perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan klien,

frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang dilakukan, rata-rata

waktu yang dibutuhkan untuk memberi tindakan keperawatan (Gillies,

1996 dalam Situmorang, 2015). Beban kerja perawat memiliki

dampakyang luas sehingga harus menjadi perhatian bagi institusi

pelayanan kesehatanterlebih bagi profesi perawat, seperti penelitian

(Carayon dan Gurses, 2007) menyatakan bahwa beban kerja perawat yang

tinggi dapat menyebabkan kurangatau buruknya komunikasi antara pasien

dan perawat, berdampak pada buruknyakualitas pelayanan keperawatan

yang diberikan serta berpengaruh terhadapkondisi pasien. Soschalski

(2004) menyatakan bahwa perawat dengan beban kerja yang tinggi lebih

sering melakukan kesalahan yang menyebabkan kejadian pasienjatuh pada

saat perawat bertugas. Kone (2007) menyatakan bahwa rumah sakitdengan

tenaga perawat yang kurang menghadapi resiko terhadap hal-hal yang

merugikan bagi pasien, seperti angka kejadian infeksi, shock. Tetapi

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

15

jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

pengunduran diri dankepuasan kerja, sedangkan menurut Tarnow, Hauc,

Warden, Shearer (2000) kelebihan beban kerja menyebabkan terjadinya

kesalahan dalam tindakankeperawatan dan pengobatan oleh karena faktor

human error/iatrogenic, komplikasi, lambat dalam memberikan kebutuhan

klien, menghentikan ventilasi mekanik belum pada waktunya, menjadi

faktor yang berkonstribusi terhadap akibat yang merugikan.

2. Mengukur Beban Kerja Perawat

Untuk mengukur beban kerja dikembangkan berdasarkan sistem

klasifikasi klien, (Gillies, 1994). Perhitungan ini menghasilkan

perhitungan beban kerja yang lebih akurat karena dalam sistem klasifikasi

klien dikelompokkan sesuai tingkat ketergantungan klien atau sesuai

waktu, tingkat kesulitan serta kemampuan yang diperlukan untuk

memberikan perawatan. Lebih jauh Swansburg & Swansburg (1999)

dalam Situmorang (2015) membagi tingkat ketergantungan klien menjadi

lima kategori :

a. Kategori 1 Perawatan Mandiri

1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai

berikut : dapat melakukan makan, minum sendiri atau dengan

bantuan yang minimal, merapikan diri dapat melakukan sendiri,

dan kebutuhan eliminasi dapat ke kamar mandi sendiri serta

mengatur kenyamanan posisi tubuh dapat dilakukan sendiri.

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

16

2) Keadaan umum baik, masuk ke rumah sakit untuk prosedur

diagnosik sederhana, check-up, bedah minor.

3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi,

membutuhkan penjelasan untuk tiap prosedur tindakan,

membutuhkan penjelasan/orientasi waktu, tempat dan orang tiap

shift.

4) Tindakan dan pengobatan tidak ada atau hanya tindakan dan

pengobatan sederhana.

b. Kategori 2 Perawatan Minimal

1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai

berikut : makan/minum perawat membantu dalam mempersiapkan,

masih dapat makan dan minum sendiri, merapikan diri perlu sedikit

bantuan demikian juga dengan penggunaan urinal, kenyamanan

posisi tubuh perlu sediikit bantuan.

2) Keadaan umum : tampak sakit sedang, perlu monitoring tanda-

tanda vital, urine diabetik, drainage atau infus.

3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dibutuhkan 5-10 menit setiap

shift, klien mungkin sedikit bingung atau agitasi tetapi dapat

dikendalikan dengan obat.

4) Pengobatan dan tindakan diperlukan waktu 20-30 menit setiap

shift. Diperlukan evaluasi terhadap aktifitas pengobatan dan

tindakan. Perlu observasi status mental setiap 2 jam.

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

17

c. Kategori 3 Perawatan Moderat

1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai

berikut : makan dan minum disuapi, masih dapat mengunyah dan

menelan makanan, merapikan diri tidak dapat dilakukan sendiri,

eliminasi disediakan pispot atau urinal, ngompol dua kali setiap

shift, kenyamanan posisi tergantung kepada perawat.

2) Keadaan umum mencakup gejala sakit dapat hilang timbul, perlu

observasi fisik dan emosi setiap 2-4 jam. Infus monitoring setiap 7

jam.

3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi perlu 10-30

menit setiap shift, gelisah, menolak bantuan dapat dikendalikan

dengan obat.

4) Pengobatan dan tindakan perlu 30-60 menit per shift, perlu sering

diawasi terhadap efek samping atau reaksi alergi. Perlu observasi

status mental setiap 1 jam.

d. Kategori 4 Perawatan Ekstensif (Semi Total)

1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai

berikut : makan dan minum, tidak bisa mengunyah dan menelan,

perlu sonde, merapikan diri perlu dibantu semua, dimandikan,

perawatan rambut dan kebersihan gigi dan mulut harus dibantu,

eliminasi sering ngompol lebih dari dua kali setiap shift.

Kenyamanan posisi perlu dibantu dua orang.

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

18

2) Keadaan umum : tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau

darah, gangguan sistem pernapasan akut, perlu sering dipantau.

3) Kebutuhan pendidikan dan kesehatan dan dukungan emosi : perlu

lebih dari 30 menit setiap shift, klien gelisah, agitasi dan tidak

dapat dikontrol atau dikendalikan dengan obat.

4) Pengobatan atau tindakan : perlu lebih dari 60 menit per shift.

Pengobatan lebih banyak dilakukan dalam satu shift. Observasi

status mental perlu lebih sering (kurang dari 1 jam).

e. Kategori 5 Perawatan Intensif (Total)

Klien yang termasuk dalam kategori ini memerlukan

pengawasan secara intensif terus-menerus dalam setiap shift dan

dilakukan satu perawatan untuk satu klien. Semua kebutuhan klien

diurus/dibantu oleh perawat (Johnson, 1984 dalam Situmorang, 2015).

3. Teknik Perhitungan Beban Kerja

Menghitung beban kerja personal secara sederhana dapat dilakukan

dengan mengobservasi apakah beban kerja yang ada dapat diselesaikan

dengan baik dan tepat waktu dengan menunjukkan langsung pada yang

bertugas, hasilnya bersifat kualitas sehingga sulit untuk menggambarkan

beban kerja personal tersebut dan sangat subjektif.

Swansburg and Swansburg (1999) dalam Situmorang (2015),

mengatakan bahwa ada empat teknik perhitungan beban kerja perawat,

yaitu : Adalah studi untuk menghitung beban kerja dari segi kualitas yang

dikaitkan pekerjaan dengan waktu yang dibutuhkan. Tujuannya untuk

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

19

mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan,

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

Work sampling adalah mengamati apa yang dilakukan perawat.

Informasi yang dibutuhkan dengan teknik ini adalah waktu da kegiatan

yang dilakukan oleh perawat melalui pengamatan interval waktu tertentu

atau secara random sebagai sample kegiatan. Pada work sampling orang

yang diamati harus dilihat/amati dari kejauhan.

Ilyas (2004), menjelaskan pada work sampling dapat diamati hala-

hal spesifik terhadap pekerjaan seperti :

a. Aktifitas apa yang sedang dilakukan personal pada waktu jam kerja;

b. Apakah aktivitas personal tersebut berkaitan

1) Time study and task frequency

a) Menentukan sampel yang akan diambil setelah diklasifikasikan

b) Membuat formulir kesehatan yang akan diamati serta waktu

yang digunakan

c) Menentukan observer, harus yang mengetahui kompetensi

responden

d) Satu observer mengamati satu orang perawat selama 24 jam.

2) Work sampling (merupakan variasi dari time study and task

frequncy).

Work sampling adalah mengamati apa yang dilakukan

perawat. Informasi yang dibutuhkan dengan teknik ini adalah

waktu da kegiatan yang dilakukan oleh perawat melalui

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

20

pengamatan interval waktu tertentu atau secara random sebagai

sample kegiatan. Pada work sampling orang yang diamati harus

dilihat/amati dari kejauhan.

Ilyas (2004), menjelaskan pada work sampling dapat diamati

hala-hal spesifik terhadap pekerjaan seperti : a) aktifitas apa yang

sedang dilakukan personal pada waktu jam kerja; b) apakah

aktivitas personal tersebut berkaitan dengan fungsi dan tugasnya

pada waktu jam kerja; c) proporsi waktu kerja yang digunakan

untuk kegiatan produktif atau tidak produktif; d) pola beban kerja

personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja. Masih

menurut Ilyas (2004) dengan cara work sampling peneliti akan

mendapatkan informasi yang tepat dari sejumlah personal yang

diteliti mengenai kegiatan dan banyaknya pengamatan kegiatan

dari mulai datang sampai pulangnya responden.

Beberapa tahap yang harus dilakukan dalam melakukan

survey adalah :

a) Menentukan jenis personal perawat yang ingin diteliti

b) Bila jenis personel ini jumlahnya banyak, perlu dilakukan

simple random sampling.

c) Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang

diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif atau tidak produktif

atau diklasifikasikan kegiatan langsung dan tidak langsung.

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

21

d) Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja

dengan menggunakan work sampling. Pengamat diharapkan

memiliki latar belakang sejenis dengan subjek yang ingin

diamati. Setiap peneliti/ pengamat akan mengamati 5-8 orang

perawat yang bertugas saat itu.

e) Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2 – 15

menit tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan

perawat. Semakin tinggi tingkat mobilitas pekerjaan yang

diamati, maka makin pendek waktu pengamatan. Semakin

pendek jarak pengamatan semakin banyak sampel pengamatan

yang dapat diambil oleh peneliti sehingga akurasi

penelitianmenjadi lebih akurat. Pengamatan dilakukan selama

jam kerja (7 jam) dan bila jenis tenaga yang diteliti berfungsi

24 jam atau 3 shift, maka pengamatan dilakukan sepanjang

hari.

B. Kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor dari variabel

individu yang terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang, dan

demografis. Faktor yang mempengaruhi kinerja yang kedua adalah faktor dari

variabel psikologi yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, motivasi,

kepuasan kerja dan stres kerja. Sedangkan faktor yang ketiga yang

mempengaruhi kinerja adalah faktor organisasi yang terdiri dari

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

22

kepemimpinan, kompensasi, konflik, kekuasaan, struktur organnisasi, desain

pekerjaan, desain organisasi, dan karir (Gibson, 2008).

Kemampuan dan keterampilan memainkan peran penting dalam perilaku

dan kinerja individu. Sebuah kemampuan adalah sebuah trait (bawaan atau

dipelajari) yang mengijinkan seseorang mengerjakan sesuatu mental atau fisik.

Keterampilan adalah kompetensi yang berhubungan dengan tugas seperti

keterampilan mengoperasikan komputer atau keterampilan berkomunikasi

dengan jelas untuk tujuan dan misi kelompok. Manajer harus mencocokkan

setiap kemampuan dan keterampilan seseorang dengan persyaratan kerja agar

dalam bekerja dapat mencapai kinerja (Gibson et al, 2008)

C. Caring

1. Pengertian

Caring menurut Watson (2004), adalah esensi dari keperawatan

yang membedakan dengan profesi yang lain dan mendominasi serta

mempersatukan tindakan keperawatan. Sedangkan menurut Leininger

(1991) dalam Simarmata (2010),caring merupakan fenomena trans

kultural dimana perawat berinteraksi dengan pasien, staf dan kelompok

lain. Perilaku caring bertujuan dan berfungsi mengubah struktur sosial,

pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu

tempat dengan tempat yang lain. Dalam merawat diri sendiri dan orang

lain dalam praktiknya akan berbeda pada setiap kultur dan etik serta pada

sistem professional care. Sedangkan menurut Shoffner (2003), caring juga

diartikan sebagai perilaku saling peduli yang memudahkan diperolehnya

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

23

kesehatan dan pemulihan. Menurut Carruth et.all, (1999) dalam

Simarmata (2010), caring adalah suatu tindakan yang bertujuan

memberikan asuhan fisik dan perhatian emosi sambil meningkatkan rasa

aman dan keselamatan pasien.

Menurut Poter & Perry (2005), caring merupakan pengetahuan

kemanusiaan, inti dari praktek keperawatan yang bersifat etik dan

filosofikal. Sedangkan menurut Marriner-Tomey (1994) dalam Nuracmah

(2001), caring bukan semata-mata perilaku, namun caringadalah cara

yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Menurut Crowden (1994)

dalam Lea (1998) mendefinisikan caring merupakan pusat dan elemen inti

dari praktek keperawatan.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa caring adalah

manifestasi dari perhatian kepada orang lain, berpusat pada orang,

menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk mencegah

terjadinya status yang memburuk, memberi perhatian dan konsen,

menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta dan ikatan,

otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan,

penghargaan dan menyenangkan.

2. Aspek-Aspek Caring

Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan

memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan

klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya

dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

24

menghargai klien denganmenerima kelebihan maupun kekurangan klien

sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.Tiga aspek

penting yang mendasari keharusan perawat untuk care terhadap orang lain.

Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek spiritual dalam

caring terhadap orang lain yang sakit :

a. Aspek kontrak

Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di

bawahkewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan,

“perawat memiliki tugas profesional untuk memberikan care”. Untuk

itu, kita sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap

care sebagai kontrak kerja kita.

b. Aspek etika

Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau

salah, bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak

dalam situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara

perawat memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal

itu merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting.

Dengan care perawat dapat memberikankebahagiaan bagi orang lain.

c. Aspek spiritiual

Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu

sama lainadalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat

yang religious adalahorang yang care, bukan karena dia seorang

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

25

perawat tetapi lebih karena dia adalahanggota suatu agama atau

kepercayaan, perawat harus care terhadap klien.

Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan

mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.

Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk

komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat

bertindak dengan cara yangterbuka dan jujur. Empati berarti perawat

memahami apa yang dirasakan klien.Ramah berarti penerimaan positif

terhadap orang lain yang sering diekspresikanmelalui bahasa tubuh,

ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, danlain-lain

(Kozier & Erb, 1985 dalam Nurachmah, 2001).

3. Konsep dasar caring

Menurut Watson (1998) dalam Simarmata (2010) ada 10 asumsi

yang mendasari konsep caring. Sepuluh asumsi tersebut adalah:

a. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik. Perawat

menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada

pasien. Selain itu perawat juga memperlihatkan kemampuan diri

dengan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.

b. Memberikan kepercayaan dan harapan dengan cara memfasilitasi dan

meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Disamping itu,

perawat meningkatkan perilaku pasien dalam mencari pertolongan.

c. Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar

menghargai kesensitifan dan perasaan kepada pasien, sehingga ia

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

26

sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan berperilaku wajar pada

orang lain.

d. Mengembangkan hubungan saling percaya. Perawat memberikan

informasi dengan jujur, dan memperlihatkan perilaku empati yaitu

turut merasakan apa yang dialami pasien.

e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

pasien. Perawat memberikan waktunya dalam mendengarkan keluhan

dan perasaan pasien.

f. Penggunaan sistematis metode penyelesaian masalah untuk

pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses

keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada pasien.

g. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan

asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan

kesempatan untuk pertumbuhan personal pasien.

h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual

yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan

internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit

pasien.

i. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan pasien.

j. Perawat membantu memberikan semangat spiritual terhadap

kebutuhan pasien.

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

27

4. Nilai humanis dalam caring

Menurut Dwidiyanti (2007) nilai humanis meyakini kebaikan dan

nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam bekerja untuk

kemanusiaan. Perilaku yang manusiawi adalah empati, simpati, terharu

dan menghargai kehidupan. Dalam keperawatan, humanisme merupakan

suatu perilaku dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai

manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar nomor tempat

tidur atau sebagai seseorang berpenyakit tertentu. Perawat yang

menggunakan pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan

semua yang diketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan,

nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, perilaku, dan bahasa tubuh.

Menurut Dwidiyanti (2007) pendekatan humanistik ini adalah aspek

keperawatan tradisional dari caring, yang diwujudkan dalam pengertian

dan tindakan. Pegertian membutuhkan kemampuan mendengarkan orang

lain secara aktif dan arif serta menerima perasaan-perasaan orang lain.

Prasyarat bertindak adalah mampu bereaksi terhadap kebutuhan orang lain

dengan keiklasan, kehangatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang

optimal. Untuk memahami bagaimana perawatan mendekati dengan cara

humanistik, diperlukan kesadaran diri yang membuat perawat menerima

perbedaan dan keunikan pasien. Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui

tiga cara yaitu :

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

28

a. Mempelajari diri sendiri yaitu proses eksplorasi diri sendiri, tentang

pikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang

menyenangkan, hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi.

b. Belajar dari oranglain. Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan

balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri.

c. Membuka diri. Keterbukaan merupakan salah satu kepribadian yang

sehat, untuk ini harus ada teman intim yang dapat dipercaya, tempat

menceritakan hal yang rahasia.

5. Hubungan perawat dengan pasien dalamcaring

Menurut Abraham (1997), hubungan interpersonal tergantung pada

komitmen moral perawat dalam melindungi dan meningkatkan martabat

manusia serta dirinya sendiri yang lebih dalam, kesadaran perawat dalam

memelihara komunikasi dan menghargai jiwanya serta kesadaran perawat

akan adanya potensi pasien untuk sembuh berdasarkan pengalaman selama

melakukan pelayanan keperawatan. Hubungan ini menjelaskan bagaimana

perawat dalam penilaian yang obyektif serta menunjukkan perhatian

terhadap subyek, perawat menjadi penghubung dalam pandangan orang

lain tentang keperawatan, sehingga mampu menyatukan persepsi yang

sama tentang pelayanan yang diberikan antara perawat, pasien, keluarga

dan dokter.

Menurut Potter dan Perry (1999) dalam Dwidiyanti (2007),

perkembangan, persepsi, nilai, latar belakangbudaya, emosi, pengetahuan,

peran, dan tatanan interaksi mempengaruhi isi pesan dan perilaku

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

29

penyampaian pesan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

berinteraksi dengan pasien yaitu:

a. Perkembangan

Lingkungan yang diciptakan oleh orang tua mempengaruhi

kemampuan anak untuk berkomunukasi. Perawat menggunakan teknis

khusus ketika berkomunikasi pada anak sesuai dengan

perkembangannya.

b. Persepsi

Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi

dibentuk oleh harapan dan pengalaman, Northouse & Northouse

(1992) dalam Dwidiyanti (2007). Perbedaan persepsi akan

menghambat komunikasi.

c. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting

bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang.

d. Latar belakang sosial budaya,

Budaya mempengaruhi cara bertindak dan komunikasi dalam

pemberian pelayanan keperawatan.

e. Emosi

Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa. Cara

seseorang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain

dipengaruhi oleh keadaan emosinya.

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

30

f. Pengetahuan

Hubungan sulit terjalin jika orang yang bersangkutan memiliki tingkat

pengetahuan yang berbeda. Dengan pengkajian, perawat dapat

menjalin hubungan terapeutik dengan pasien sesuai dengan tingkat

pegetahuannya.

g. Peran

Perawat perlu menyadari perannya saat berhubungan dengan pasien

ketika memberikan asuhan keperawatan.

h. Tatanan interaksi

Interaksi antara perawat dengan pasien akan lebih efektif jika

dilakuakan dilingkungan yang menunjang. Perawat perlu memilih

tatanan yang memadai ketika berinteraksi dengan pasien.

6. Komunikasi dalam caring

Kemampuan komunikasi menurut Dwidiyanti (2007), adalah hal

yang paling penting dalam berhubungan dengan pasien, dan merupakan

kompetensi kunci serta menggambarkan profil seorang perawat yang

wajib digunakan dalam pelayanan keperawatan. Dengan komunikasi,

perawat tentu akan memahami masalah pasien sehingga perawat akan

mampu berperilaku caring.

Menurut Simarmata (2010), di rumah sakit terjadi pertukaran

informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.

Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yang memungkinkan

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

31

individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi verbal yang efektif

harus :

a. Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek, langsung.

Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan

mengucapkan dengan jelas.

b. Perbendaharaan kata

Komunikasi tidak akan berhasil, jika mengirim pesan tidak mampu

menerjemahakan kata dan ucapan. Perawat harus menggunakan kata-

kata yang dapat dimengerti oleh pasien.

c. Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang

digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau

ide yang terdapat pada suatu kata.

Setelah mendalami tentang definisi dan juga semua unsur yang

berhubungan dengan caring dan spiritualitas, maka peneliti mengambil

kesimpulan yaitu, caring dan spiritualitas merupakan bagian esensial dari

tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan kualitas perawat dan juga

kualitas pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien. Keduanya

merupakan bagian yang terintegrasi dan sulit untuk dipisahkan. Disini

seorang perawat haus punya suatuintuisi klinik yang tinggi untuk

pemberian pelayanan optimal atau untuk memberikan caring yang lebih

baik terhadap pasien. Young (1987) dalam Simarmata (2010)

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

32

mendefinisikan intuisi klinik sebagai suatu proses dimana perawat

mengetahui sesuatu tentang pasien yang tidak dapat diungkapkan dengan

kata–kata, yang diungkapkan dengan kesulitan, atau yang sumber

pengetahuannya tidak diketahui.

Menurut Simarmata (2010), intuisi adalah suatu aspek dari berpikir

kritis, yang mencakup menganalisis dan merasakan isyarat yang berbeda,

ingatan, dan perasaan untuk membantu perawat memiliki kesasadan lebih

baik tentang kebutuhan pasien. Disini perawat yang memiliki intuisi klinik

yang baik akan berpengaruh terhadap sistem caring yang diberikan kepada

pasien. Dan intuisi yang baik dipengaruhi oleh kuaitas spiritulitas yang

baik dari individu. Kualitas spiritual yang baik berawal dari suatu

keyakinan yang ada dalam setiap diri perawat.

7. Alat ukur perilaku caring

Perilaku caring dapat diukur dengan beberapa alat ukur (tools) yang

telah dikembangkan oleh para peneliti yang membahas ilmu caring.

Beberapa penelitian tentang caring bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Watson (2009) menyatakan bahwa pengukuran caring merupakan proses

mengurangi subyektifitas, fenomena manusia yang bersifat invisible (tidak

terlihat) yang terkadang bersifat pribadi, ke bentuk yang lebih obyektif.

Oleh karena itu, penggunaan alat ukur formal dapat mengurangi

subyektifitas pengukuran perilaku caring.

Tujuan pemakaian alat ukur formal pada penelitian keperawatan

tentang perilaku caring antara lain: untuk memperbaiki caring secara terus

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

33

menerus melalui penggunaan hasil (outcomes) dan intervensi yang berarti

untuk memperbaiki praktik keperawatan; sebagai studi banding

(benchmarking) struktur, setting, dan lingkungan yang lebih menujukkan

caring; mengevaluasi konsekuensi caring dan non caring pada pasien

maupun perawat. Alat ukurformal caring dapat menghasilkan model

pelaporan perawatan pada area praktiktertentu, mengidentifikasi

kelemahan dan kekuatan proses caring dan melakukan intervensi untuk

memperbaiki dan menghasilkan model praktik yang lebihsempurna. Selain

itu, penggunaan alat ukur formal dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman tentang hubungan caring, kesehatan dan proseskesembuhan

dan sebagai validasi empiris untuk memperluas teori caring

sertamemberikan petunjuk baru bagi perkembangan kurikulum, keilmuan

keperawatan, dan ilmu kesehatan termasuk penelitian (Watson, 2009).

Pengukuran perilaku caring perawat dapat dilakukan melalui

pengukuran persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat. Penggunaan

persepsi pasiendalam pengukuran perilaku caring perawat dapat

memberikan hasil yang lebih sensitif karena pasien adalah individu yang

menerima langsung perilaku dan tindakan perawat termasuk perilaku

caring (Rego, Godinho dan McQueen, 2008).

Beberapa alat ukur formal yang mengukur perilaku caring perawat

berdasarkan persepsi pasien antara lain caring behaviors assesment tool

(digunakan oleh Cronin dan Harrison, 1988), caring behavior checklist

and client perception of caring (digunakan oleh McDaniel, 1990), caring

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

34

professional scale (digunakan oleh Swanson, 2000), caring assesment

tools (digunakan oleh Duffy,1992, 2001), caring factor survey (digunakan

oleh Nelson, Watson, danInovahelath, 2008).

Caring behaviors assesment tool (CBA) dilaporkan sebagai salah

satu alatukur pertama yang dikembangkan untuk mengkaji caring. CBA

dikembangkanberdasarkan teori Watson dan menggunakan 10 faktor

karatif. CBA terdiri dari 63 perilaku caring perawat yang dikelompokkan

menjadi 7 subskala yang disesuaikan 10 faktor karatif Watson. Tiga faktor

karatif pertama dikelompokkan menjadi satu subskala. Enam faktor karatif

lainnya mewakili semua aspek dari caring. Alat ukur ini menggunakan

skala Likert (5 poin) yang merefleksikan derajat perilaku caring menurut

persepsi pasien (Watson, 2009).

D. Kebutuhan yang dibutuhkan di Instalasi Gawat Darurat

10 kebutuhan yang paling dibutuhkan oleh pasien instalasi gawat

darurat diantaranya: pelayanan yang cepat dan responsif, kejelasan pemberian

informasi, keramahan, kesopanan dan keadilan, administrasi yang jelas dan

terbuka, ruangan yang nyaman dan bersih, waktu menunggu yang sebentar

untuk pelayanan dan administrasi di unit gawat darurat, pelaksanan prosedur

secara kompeten, penyediaan layanan doa dan motivasi untuk pasien, fasilitas

yang lengkap, dan keamanan, Suroso (2015).

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

35

E. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori menurut Situmorang (2015), Simarmata

(2010), dan Watson (2004), Duffi (1990) dalam Watson (2009) di atas, maka

dapat dibentuk kerangka teori yang telah dimodifikasi sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Teori.

Situmorang (2015), Simarmata (2010), dan Watson (2004), Kozier dan Erb dalam

Nurachmah (2001), Duffi (1990) dalam Watson (2004)

Beban Kerja

Perawat

1. Kategori Perawtan Mandiri

2. Kategori Perawatan

Minimal

3. Kategori Perawatan

Moderat

4. Kategori Perawatan

Ekstensif

5. Kategori Perawatan

Intensif

Caring

(pelayanan IGD)

Aspek caring

1. Aspek kontrak

2. Aspke etika

3. Aspek spritual

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

36

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori menurut Situmorang (2015), Simarmata

(2010), dan Watson (2004), Suroso (2015) diatas, maka dapat dibentuk

kerangka konsepyang telah dimodifikasi sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Situmorang (2015), Simarmata (2010), dan Watson (2004),Duffi (1990) dalam

Watson (2004),Suroso (2015)

G. Hipotesis

Pengertian hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta (Notoatmodjo, 2010).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan antara beban kerja

Beban Kerja

Perawat Perilaku Caring

Di Ruang IGD

Kebutuhan caring IGD :

1. Cepat dan tanggap dalam

pelayanan.

2. Jelas dalam pemberian informasi.

3. Ramah,sopan dan adil.

4. Perhatian,mendoakkan dan

memotivasi pasien

5. Kompeten dalam tindakan.

Sumber : Suroso (2016)

Work Sampling :

1. Ratio Delay

2. Performance Level

3. Menentukan waktu

baku untuk suatu

proses

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/3831/3/ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI Bab II.pdf · jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian,

37

dengan perilaku caring perawat di IGD RSUD PROF.DR. Margono Soekarjo

Purwokerto.

Hubungan Antara Beban..., ANISHYA LUCKI WIRA PRADHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017