bab ii tinjauan pustaka a. tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 bab ii.pdf · d. bahan...

23
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet 1. Pengertian Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet (Depkes RI, 1995:4).Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, R., 1994:164). 2. Macam-macam Tablet Macam-macam tablet antara lain (Kemenkes RI, 2014:57). a. Tablet Kempa Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. b. Tablet Cetak Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan. c. Tablet Triturat Merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tablet

1. Pengertian

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun

tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan

dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet dapat

dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung

pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet

(Depkes RI, 1995:4).Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat,

umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai,

dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder,

kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis

tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt,

R., 1994:164).

2. Macam-macam Tablet

Macam-macam tablet antara lain (Kemenkes RI, 2014:57).

a. Tablet Kempa

Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau

granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran,

bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.

b. Tablet Cetak

Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan

tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada

ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak

tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.

c. Tablet Triturat

Merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris,

digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

7

d. Tablet Hipodermik

Tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut

sempurna dalam air, umumnya dulu digunakan untuk membuat sediaan

injeksi hipodermik.

e. Tablet Bukal

Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi.

f. Tablet Sublingual

Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah,

sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet

nitrogliserin merupakan salah satu obat yang mudah diserap dengan cara ini.

g. Tablet Efervesen

Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif,

tablet efervesen juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat)

dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan

karbon dioksida. Tablet harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau

dalam kemasan tahan lembab, dan pada etiket tertera tablet tidak untuk

langsung ditelan.

h. Tablet Kunyah

Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa

enak dalam rongga mulut. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet

untuk anak, terutama multivitamin, antasida dan antabiotik tertentu.

Tablet ini dibuat dengan cara dikempa, pada umumnya menggunakan

manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, serta

mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan

penampilan dan rasa.

i. Tablet Lepas-Lambat

Tablet lepas-lambat atau tablet dengan efek diperpanjang. Tablet ini dibuat

sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu

setelah obat diberikan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

8

j. Tablet Hisap (Lozenges)

Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan

obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat

tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.

Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara yaitu : granulasi basah, granulasi

kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk

meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Granulasi kering

dibuat dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan sehingga menjadi

tablet yang besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak

hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan (Depkes RI,

1995:5).

Tablet mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan

tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum

digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan

pelicin atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979:6).

3. Metode Pembuatan Tablet

Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu granulasi basah,

granulasi kering, dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan granulasi

kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan/atau kemampuan

kempa (Syamsuni, 2006:174).

a. Granulasi basah

Granulasi basah adalah proses pembuatan serbuk halus menjadi granul

dengan bantuan larutan bahan pengikat. Pembuatan tablet dengan metode

Granulasi Basah digunakan untuk membuat tablet dengan zat aktif yang

mempunyai karaketerisik tidak kompaktibel, mempunyai waktu alir (fluiditas)

yang jelek, tahan panas, dan tahan lembab/pembasahan. Granulasi basah

dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur

sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, jika perlu

ditambahkan bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan

dikeringkan didalam lemari pengering pada suhu 40o-50oC (tidak lebih dari

60OC). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

9

yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak

menjadi tablet dengan mesin tablet (Syamsuni, 2006:174).

Keuntungan dari metode granulasi basah adalah sifat-sifat mengalir lebih

baik, pemadatan, pengempaan baik, distribusi zat pewarna merata (Siregar dan

Wikarsa, 2010:196).

b. Cetak langsung

Cara ini dilakukan jika : jumlah zat khasiat per tabletnya cukup untuk

dicetak, mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing), dan berbentuk kristal

yang bersifat free-flowing (Syamsuni, 2006:174). Metode ini digunakan untuk

bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat

kohesifnya yang memungkinkan untuk dikompresi dalam mesin tablet tanpa

memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1989:271).

Kelebihan dari kempa langsung adalah hanya melibatkan pencampuran

kering, ekonomis, lebih efisien waktu dan energi, pemrosesan tanpa

memerlukan lembap dan panas, disintegran dapat berfungsi secara optimum,

permasalahan stabilitas kimia tablet kempa langsung lebih sedikit (Siregar dan

Wikarsa, 2010:237).

c. Granulasi kering

Granulasi kering dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi,

dan zat penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin

hingga menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan

tinggi, sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik, kemudian

digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang

diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan

(Syamsuni, 2006:174).Pembuatan tablet dengan granulasi kering bertujuan

untuk memperoleh granul yang dapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet.

Metode ini dipilih apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi basah karena

tidak stabil atau peka terhadap panas dan atau lembab atau juga tidak mungkin

dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas,

dan atau dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa langsung (Siregar dan

Wikarsa, 2010:223).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

10

4. Komposisi Tablet

Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan

pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang

dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring

agent) dan bahan-bahan lainnya (Kemenkes, RI 2014: 58).

a. Zat berkhasiat

Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni, tetapi

harus dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat yang bukan obat yang

mempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet (Anief,

1994:93).

b. Bahan pengisi

Untuk mendapatkan berat yang diinginkan, terutama apabila bahan obat

dalam jumlah yang kecil. Bahan pengisi haruslah bersifat inert. Bahan-bahan

yang umum digunakan sebagai bahan pengisi antara lain laktosa, sukrosa,

manitol, sorbitol, avicel, bolus alba, dan kalsium sulfat (Lachman, dkk., 2008:

698-701).

c. Bahan pengikat

Agar tablet tidak pecah atau retak dan dapat merekat. Zat pengikat lebih

efektif jika ditambahkan dalam larutan dibandingkan dalam bentuk kering.

Bahan pengikat yang umum meliputi Gom Akasia, gelatin, sukrosa, povidon,

metilselulosa, karboksimetilselulosa dan pasta pati terhidrolisis. Bahan

pengikat kering yang paling efektif adalah selulose mikrokristal, yang

umumnya digunakan dalam membuat tablet kempa langsung. (Kemenkes,

2014:58)

d. Bahan pengembang

Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan

penghancur yang paling banyak digunakan adalah pati, pati dan seulosa yang

dimodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon

sambung-silang (Syamsuni, 2006: 172).

e. Bahan pelicin

Untuk mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga

berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Biasanya yang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

11

digunakan adalah senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak

nabati terhidrogenasi dan talk (Kemenkes, 2014 : 58).

f. Bahan Pewarna

Bahan pewarna dan lak yang diizinkan sering ditambahkan pada formulasi

tablet berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.

Misalnya zat pewarna dari tumbuhan (Depkes RI, 1995:5).

5. Kerusakan Tablet

Kerusakan pada tablet terdapat tujuh macam, yaitu binding, sticking,

whiskering, splitting, capping, mottling, dan crumbling (Syamsuni, 2006:175).

a. Binding, kerusakan pada tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada

dinding ruang cetakan.

b. Sticking/picking, perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat

permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelicin kurang,

atau massa basah.

c. Whiskering, terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau

terjadi pelelehan zat aktif pada tekanan tinggi, akibatnya pada penyimpanan

dalam botol, sisi-sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.

d. Splitting, lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian

tengah.

e. Capping, membelahnya tablet di bagian atas.

f. Mottling, terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan

tablet.

g. Crumbling, tablet menjadi retak dan rapuh.

6. Evaluasi Tablet

a. Keseragaman ukuran

Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau dan dikontrol.

Ketebalan tablet akan tetap dari batch ke batch yang lain, ataupun dalam satu

batch hanya bila granulasi tablet atau pencampuran bubuk cukup konsisten

ukuran partikelnya serta ukuran distribusinya. Selain itu ketebalan juga harus

terkontrol,guna memudahkan pengemasan (Lachman, dkk., 2008:648-649).

Uji keseragaman ukuran dilakukan untuk mengetahui diameter dan tebal

pada tablet. Pengujian ini dilakukan pada sepuluh tablet menggunakan alat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

12

jangka sorong. Harus ditekankan disini bahwa tekanan yang diberikan bukan

saja mempengaruhi ketebalaan tetapi juga kekerasan tablet. Maka berbeda-

bedanya ketebalan tablet lebih dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan (Ansel,

H.C.,1989:254).

Persyaratan: Kecuali dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari

3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet (Depkes RI,1979:6).

Gambar 2.1 Jangka Sorong Analitik

(Dokumentasi pribadi)

b. Keseragaman bobot

Pengujian dilakukan menggunakan alat timbangan neraca analitik.

Penggunaan neraca analitik dalam uji keseragaman bobot ini digunakan karena

merupakan alat yang kemungkinan kesalahanya sangat kecil dibandingkan

dengan timbangan manual. Disamping itu angka dari bobot tablet yang

dihasilkan akan muncul secara otomatis, dengan itu dapat meminimalisir

kesalahan dalam melihat angka.

Ditimbang 20 tablet, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika

ditimbang satu persatu, tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan

dikolom A dan tidak boleh 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot

rata-rata yang ditetapkan dikolom B. Jika perlu, dapat digunakan 10 tablet dan

tidak 1 tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang

ditetapkan kolom A dan B (Depkes RI,1979:7).

Persentase penyimpangan bobot tablet dihitung dengan rumus :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

13

% = − 100%Tabel 2.1 Persyaratan penyimpangan bobot tablet (Depkes RI, 1979:7).

Bobot rata-rataPenyimpangan bobot rata-rata dalam

(%)A B

25 mg atau kurang 15 % 30 %26 mg – 150 mg 10 % 20 %150 mg – 300 mg 7,5 % 15 %Lebih dari 300 mg 5 % 10 %

Gambar 2.2 Neraca Elektronik

(Dokumentasi pribadi)

c. Kekerasan tablet

Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas

kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada

saat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat

bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet yang

cukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting

bagi penerimaan konsumen (Lachman, dkk., 2008:651).

Kekuatan tablet ditentukan oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk

memecah tablet dalam uji kompresi diametri. Untuk melakukan uji ini, sebuah

tablet diletakkan antara dua landasan, landasan kemudian ditekan, dan

kekuatan yang menghancurkan tablet dicatat. Kekerasan kemudian diartikan

sebagai kekuatan untuk menghancurkan tablet.Alat kekerasan tablet atau biasa

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

14

dikenal hardness tester yang masih dipakai adalah alat penguji; Monsanto,

Strong-Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger (Lachman, dkk., 2008:651).

Persyaratan : Kekerasan tablet yang baik sebesar 4-10 kg (Sulaiman,

2007).

Gambar 2.3 Hardness tester(Dokumentasi pribadi)

d. Kerapuhan tablet

Untuk mengetahui keutuhan tablet karena tablet mengalami benturan

dengan dinding wadahnya. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih dan

pecah- pecah pada penanganannya, akan kehilangan keelokannya serta

konsumen enggan menerimanya, dan dapat menimbulkan pengotoran pada

tempat pengangkutan dan pengepakan, juga dapat menimbulkan variasi pada

berat dan keseragaman isi tablet (Lachman, dkk., 2008:654).

Alat penguji friabilitas untuk laboratorium dikenal sebagai friabilator. Alat

ini memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan

guncangan dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada

kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap putaran.

Biasanya tablet yang telah ditimbang diletakkan di dalam alat itu, kemudian

dijalankan sebanyak 100 putaran (Lachman, dkk., 2008:654).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

15

Persyaratan : Tablet memenuhi syarat jika persentase kerapuhan< 0,8 %

(Voigt, R., 1994:222).

Persentase kerapuhan dihitung dengan rumus := ( − ℎ ) 100%

Gambar 2.4 Friabilator(Dokumentasi pribadi)

e. Waktu hancur

Menurut Lachman dkk. (2008:659), jika dikaitkan dengan disolusi maka

waktu hancur merupakan faktor penentu dalam pelarutan obat. Sebelum obat

larut dalam media pelarut maka tablet terlebih dahulu pecah menjadi partikel-

partikel kecil sehingga daerah permukaan partikel menjadi lebih luas. Namun

uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel akan melepaskan bahan

obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya, karena uji waktu hancur

hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah

kondisi yang ditetapkan, dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan

berukuran mesh-10.

Semua tablet harus melalui pengujian daya hancur secara resmi yang

dilaksanakan in vitro dengan alat uji khusus atau biasa disebut disintegration

tester. Secara singkat alat ini terdiri dari rak keranjang yang dipasang 6 pipa

gelas yang ujungnya terbuka, dan diikat secara vertikal (Ansel,

H.C.,1989:257).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

16

Persyaratan : Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979:7), kecuali

dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet

yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut. Bila 1

atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya.

Tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus sempurna

Gambar 2.5 Disintegration Tester(Dokumentasi pribadi)

f. Disolusi

Disolusi adalah proses melarutnya obat (Ansel, 1989:257). Dua sasaran

dalam mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan

pelepasan obat dari tablet kalau dapat mendekati 100% dan laju pelepasan obat

seragam pada tiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang

telah dibuktikan mempunyai bioavaibilitas dan efektif secara klinis (Lachman,

dkk., 2008:660).

Alat untuk menguji laju disolusi atau disebut dissolution tester terdiri atas

bejana dan tutup, yang berfungsi sebagai wadah yang mendisolusi zat aktif;

pengaduk, motor pemutar pengaduk; termometer; penangas air yang dilengkapi

dengan thermostat (Siregar dan Wikarsa, 2010:86).

Persyaratan : Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 %

(Q) C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket (Kemenkes RI, 2014:1001).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

17

Gambar 2.6 Dissolution Tester(Dokumentasi pribadi)

g. Penetapan kadar

Penetapan kadar zat aktif perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tiap

tablet mengandung zat aktif sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam

Farmakope Indonesia. Setiap tablet memiliki persyaratan masing-masing kadar

zat aktif yang dikandungnya.

Persyaratan : Tablet parasetamol mengandung parasetamol, C8H9NO2

tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera

pada etiket (Kemenkes, RI 2014:1001)

B. Parasetamol

1. Sifat Fisika Dan Kimia Parasetamol(Depkes RI, 1995:649).

Sinonim : Paracetamolum

Asetaminofen.

Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida.

Rumus molekul : C8H9NO2

Rumus bangun : HO NHCOCH3

Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari

101,0 % C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit

pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1

N; mudah larut dalam etanol.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

18

2. Farmakologi

Parasetamol merupakan salah satu derivat aminofenol. Derivat P-

aminofenol yang lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit

fenasetin, parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik

yang sama. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol

di Indonesia lebih dikenal dengan nama Parasetamol dan tersedia dalam obat

bebas. Walaupun demikian laporan kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut

perlu diperhatikan, efek anti inflamasi parasetamol hampir tidak ada

(Gunawan, S.G., 2009:237).

C. Tablet Parasetamol

1. Sifat Fisika Dan Kimia Tablet Parasetamol(Depkes RI, 201:650).

Kandungan : Tablet parasetamol mengandung parasetamol,

C8H9NO2 tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari

110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket

Identifikasi : a. Waktu retensi puncak utama larutan uji sesuai

dengan larutan baku seperti yang tertera pada penetapan

kadar.

b. Sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 50

mg parasetamol larutkan dalam 50 ml methanol P,

saring, filtrat memenuhi uji identifikasi secara

kromatografi lapis tipis menggunakan fase gerak

campuran diklometana P-metanol P (4:1).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Disolusi : media disolusi : 900 ml larutan dapar pospat pH 5,8

alat tipe 2 : 50 4pm

waktu : 30 menit

2. Metode Pembuatan Tablet Parasetamol

Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan

metode granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel

dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

19

ukuran yang lebih besar. Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode

granulasi basah dan metode granulasi kering.Parasetamol mempunyai sifat alir

dan kompresibilitas yang jelek, sehingga digunakan metode granulasi basah

untuk memperbaiki sifat alir dan kompresibilitasnya (Normayanti, 2007:1).

Metode yang digunakan pada tablet parasetamol yaitu dengan metode

granulasi basah. Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada

suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan

pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul (Siregar dan

Wikarsa, 2010:193).

3. Metode Analisis Parasetamol

Ada dua sumber untuk dapat mengidentifikasi parasetamol, yaitu:

1. Menurut Rohman (2012), parasetamol dapat ditentukan kadarnya dengan

beberapa metode berikut:

a. Metode Titrimetri, ada 2 cara dalam metode titrimetri yang dapat

menganalisis parasetamol :

1) Diazotisasi

Sejumah tertentu serbuk tablet yang setara kurang lebih 500 mg

parasetamol ditimbang secara seksama dan di refluks selama 1 jam dengan 30

ml asam sulfat 10% (b/b). larutan dipindahkan dengan bantuan sejumlah air ke

dalam labu titrasi yang sesuai, lalu ditambahkan dengan 10 ml HCl pekat.

Suhu larutan diatur 150C, lalu natrium nitrit 0,1 N ditambahkan tetes demi

tetes dengan penggojokan secara terus menerus. Ketika mendekati titik akhir

titrasi, penambahan lanjutan titran dilakukan setelah diuji dengan indicator

kertas kanji-iodida yang menunjukkan bahwa reaksi yang disebabkan oleh

penambahan sebelumnya adalah sempurna. TAT tercapai jika muncul warna

biru segera pada kertas kanji-iodida setelah penambahan satu tetes titran

(Rohman, 2015: 13).

2) Titrasi dengan N,N-dibromo dimetilhidantoin

Sebanyak 20 tablet ditimbang secara seksama lalu digerus halus. Sejumlah

serbuk tablet yang setara dengan 150 mg parasetamol ditimbang secara

seksama lalu dilarutkan dalam 50 ml asam asetat 10% dalam air dan disaring

dengan kertas Whatman nomer 41. Residu dicuci 5 kali dengan asam asetat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

20

10% dalam air. Filtrate dan hasil cucian yang terkumpul diencerkan sampai

250,0 ml. Parasetamol murni (±150 mg) juga disiapkan dalam larutan asam

asetat 10% dalam air. Sebagai indikator digunakan larutan Amaranth 0,2 %

dalam etanol. Sebanyak 5-15 ml volume sampel yang kan diukur ditambah

dengan 2 tetes indikator Amaranth 0,2%, lalu dititrasi dengan baku DBH.

Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna merah jingga (pink).

Kadar parasetamol dalam sampel yang dititrasi dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Berat parsetamol (mg) = M x V x N

n

M = berat molekul parasetamol

V = volume larutan baku DBH

N = normalitas larutan DBH

n = bilangan ekivalen (valensi )yang besarnya 4

b. Metode Spektrofotometri UV

Cara penetapan kadar: sebanyak 100 mg parasetamol ditimbang secara

seksama lalu dilarutkan dalam etanol. Larutan dimasukkan dalam labu takar

100 ml dan ditambah etanol sampai batas tanda. Sebanyak 0,5 ml larutan

diatas diambil dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml, dan ditambah etanol

sampai batas tanda. Larutan ini selanjutnya dibaca absorbansinya pada

panjang gelombang 249 nm terhadpa blanko yang berisi etanol sehingga akan

didapatkan absorbansi larutan baku (Ab). Untuk sampel dilakukan hal yang

sama sehingga didapatkan absorbansi sampel (As). Untuk perhitungan kadar

sampel digunakan rumus berikut ini :

Kadar Parasetamol =As x konsentrasi baku x faktor pengenceranAb

1. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, penetapan kadar parasetamol dapat

dilakukan dengan menggunakan metode spektrovotometer UV, timbang

seksama jumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg, tambahkan 50 ml

natrium hidroksida0,1 N, encerkan dengan 100 ml air, kocok selama 15 menit,

tambahkan air secukupnya hingga 20,0 ml, campur, saring. Encerkan 10,0 ml

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

21

filtrat dengan air secukupnya hingga 100,0 ml. pada 10,0 ml natrium

hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya hingga 100,0 ml. ukur

serapan-1 cm larutan pada maksimum lebih kurang 257 nm. A (1%, 1 cm)

pada maksimum lebih kurang 257 nm adalah 715.

2. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, penetapan kadar parasetamol dapat

dilakukan dengan menggunakan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi). Pada fase gerak dibuat campuran air-metanol P (3:1), saring dan

awaudarkan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem

seperti yang tertera pada kromatografi. Pembuatan larutan baku, timbang dan

serbukkan tidak kurang dari 20 tablet setara dengan lebih kurang 100 mg

parasetamol, masukkan dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan lebih kurang

100 ml fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan kedalam labu terukur 250-

ml, encerkan dengan fase gerak smapai tanda. Saring larutan melalui

penyaring dengan porositas 0,5 μm atau lebih halus, buang 10 ml filtrate

pertama. Gunakan filtrate sebagai larutan uji. Pada sistem kromatografi

lakukan seperti yang tertera pada kromatografi. KCKT dilengkapi dengan

detector 243 nm dan kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju

aliran lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap larutan

baku, rekam renpons puncak seperti yang tertera pada prosdur: efisiensi kolom

tidak kurang dari 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak

lebih dari 2,0%. Prosedur suntikan secara terpisah sejumlah volume yang

sama (lebih kurang 10 μl) larutan baku dan larutan uji kedalam kromatograf.

Rekam kromatogram, ukur resons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg

C8,H9NO2 dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:

10.000C adalah kadar parasetamol BPFI dalam mg per ml larutan baku; ru -

dan rs berturut-turut adalah resnpons puncak dari larutan uji dan larutan baku.

(KemenKes, 2014 :1001)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

22

D. Spektofotometri

1. Pengertian Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah pengukuran pengabsorpsian energi cahaya oleh

suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002: 382).

Metode spektrofotometri UV digunakan untuk menetapkan kadar senyawa

obat (Gandjar, 2007: 245), dan dapat digunakan rumus Hukum Lambert-Beer,

yaitu :

A = abc

Yang mana :

A = Absorban

a = absorptivitas

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi

Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada

konsentrasi (c), ataupun tebal kuvet (b) yang menenai larutan sampel.

Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang

gelombang radiasi. Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang

diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan

konsentrasi larutan. Batasan dalam Hukum Lambert-Beer yaitu sinar yang

digunakan dianggap monokromatsi, penyerapan terjadi di dalam suatu volume

yang mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam

larutan tersebut tidak tergantung pada senyawa lain, tidak terjadi fluoresensi,

serta indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan (Day, 2002: 240-

243).

Persamaan kurva kalibrasi merupakan hubungan antara sumbu x dan

sumbu y, yang dimana sumbu x merupakan konsentrasi yang diperoleh

sedangkan sumbu y merupakan absorbansi yang diperoleh dari hasil

pengukuran. Sehingga didapat persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi

yang diperoleh adalah y = a + bx. Dengan harga kolerasi mendekati 1 yang

berarti menyatakan hubungan yang linier antara konsentrasi dengan serapan

yang dihasilkan (Uno, Sri, & Astuty, 2015).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

23

2. Pengertian Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah suatu instrument untuk mengukur sampel pada

suatu panjang gelombang.Alat analisis spektrofotometri disebut

spektrofotometer, yang dapat digunakan untuk analisis kimia secara

kuantitatif. Metode yang umum digunakan pada spektrofotometri adalah

spektrofotometri UV-vis (Kedua, 2013).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometer

UV-Vis.Tahapan-tahapan yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis.Hal ini perlu

dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut.

Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau

direaksikan dengan pereaksi tertentu.

b. Waktu operasional (operating time). Cara ini biasa digunakan untuk

pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk

mengetahui waktu penguuran yang stabil. Waktu operasinal ditentukan

dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi

larutan.

c. Pemilihan panjang gelombang. Panjang gelombang yang digunakan untuk

analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi

maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan

membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari

suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

d. Pembuatan kurva baku. Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis

dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan

berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan

hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x).

e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan. Absorban yang terbaca pada

spektrofotometri hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika

dibaca sebagai transmitan. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa

kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan foto-

metrik). (Gandjar, 2012: 252-256)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

24

3. Komponen-komponen Spektrofotometer UV-Vis (Gandjar, 2012: 2261-162) :

Gambar 2.7Komponen-komponen spektrovotometri UV-Vis

- Sumber-sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah

UV pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen

kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visible (pada panjang

gelombang antara 350-900 nm).

- Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih

oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran

panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrument

melewati spektrum.

- Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga

sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam

spektrofotometer berkas ganja (double beam), suatu larutan blanko dapat

digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau

spektrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam

spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan

sampel atau pereaksi.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

25

4. Pelarut

Pelarut yang digunakan tidak hanya harus melarutkan sampel, tetapi

juga tidak boleh juga menyerap cukup banyak daerah dimana penetapan itu

dibuat. Air merupakan pelarut yang bagus sekali dalam termbus cahaya

diseluruh daerah tampak dan turun sampai panjang gelombang sekitar 200

nm di daerah ultraviolet. Tetapi air juga menjadi pelarutyang jelek bagi

senyawa organik, lazimnya pelarut organik digunakan pelarut seperti

hidrokarbon alifatik, methanol, etanol, dan dietil eter. Titik batas transparasi

dalam daerah ultraviolet dari sejumlah pelarut dipaparkan dalam tabel 2.2

(Day, 2002: 415-416).

Tabel 2.2Pelarut-pelarut untuk daerah Ultraviolet dan Cahaya Tampak

Pelarut PerkiraanTransparansi

Minimum, nm

Pelarut PerkiraanTransparansi

Minimum, nm

Air 190 Kloroform 250Methanol 210 Karbon

Tetraklorida265

Sikloheksana 210 Benzena 280Heksana 210 Toluena 285

Dietil Eter 220 Piridina 305p-dioksana 220 Aseton 330

Etanol 220 KarbonDisulfida

380

5. Panjang Gelombang

Penetapan secara kuantitatif dilakukan dengan mengukur serapan

larutan zat dalam pelarut dan panjang gelombang tertentu. Pengukuran

serapan biasanya dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum dan

umunya lebih dicantumkan pada monografi. Kerena letak serapan maksimum

dapat berbeda jika digunakan alat yang berbeda, maka sebaiknya pengukuran

dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh

dengan alat yang digunakan asalkan panjang gelombang yang diperoleh tidak

berbeda lebih dari ± 0,5 nm pada daerah 240 nm – 280 nm, tidak lebih dari ±

1 nm pada daerah 280 mn- 320 nm, serta tidak lebih dari ± 2 nm diatas 320

nm, dari panjang gelombang yang ditentukan (Depkes RI, 1979: 773).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

26

D. Kerangka Teori

Gambar 2.7 Kerangka Teori

(Sumber : Farmakope edisi III dan V)

TabletParasetamol

1. Keseragaman Bobot2. Keseragaman Ukuran3. Kekerasan4. Friabilitas5. Waktu Hancur6. Disolusi7. Penetapan Kadar

TabletKempa

TabletCetak

TabletEfervesen

TabletHisap

TabletSublingual

TabletKunyah

Evaluasi TabletParasetamol

Tablet

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

27

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.8 Kerangka Konsep

Tablet parasetamol generik danmerk dagang yang beredar dibeberapa apotek WilayahKecamatan Kotabumi Selatan

Uji Waktu Hancur Uji Disolusi

Metode SpektrofotometriUV-Vis

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabletrepository.poltekkes-tjk.ac.id/683/4/6 BAB II.pdf · d. Bahan pengembang Zat penghancur yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur

28

F. Definisi Operasional

Tabel 2.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur SkalaUkur

1. WaktuHancur

Waktu yangdibutuhkansejumlah tabletuntuk hancurmenjadi granulatau partikelpenyusunnya yangmampu melewatiayakan no. 10yang terdapatdibagian bawahalat uji,kemudianhasil pengukurandibandingkandenganpersyaratan waktuhancur menurutFarmakopeIndonesia edisi III

Disintegration tester

Diambil tabletdimasukkanpada masingmasing tabungdandimasukkan airbersuhu37±20C kedalam beakerglasskemudian alatdijalankan

Persyaratan :untuk tablet tidakbersalut, waktuhancur tablet tidaklebih dari 15menit. Bila 1tablet atau 2 tablettidak hancursempurna ulangipengujian dengan12 tablet lainnya;tidak kurang 16dari 18 tablet yangdiuji harus hancursemua

1 = MemenuhiSyarat

0 = TidakMemenuhiSyarat

Ordinal

2. Sediaantablet yangmemenuhikecepatandisolusi

Proses lepas nyakandungan obatdari tablet menjadigranul sampaiobat memberikanefek di dalamtubuh, kemudianhasil pengukurandubandingkandenganpersyaratan ujidisolusi menurutfarmakope V

Dissolutiontester

Diambil tabletdimasukankedalammasing-masingtabung yangberisi airdengan suhu37°C ± 0,5°C.Dalam waktu30menit haruslarut tidakkurang dari80%

Persyaratan :dalam waktu30menit haruslarut tidak kurangdari 80% (Q)C8H9NO2darijumlah yangtertera pada etiket

1 = MemenuhiSyarat

0 = TidakMemenuhiSyarat

Ordinal