bab ii tinjauan pustaka a. 1. pengertian keaktifan siswarepository.ump.ac.id/2857/3/khusniyatun bab...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keaktifan Siswa
1. Pengertian Keaktifan Siswa
Keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan dalam hal keaktifan
jasmani maupun rohani yang meliputi keaktifan indera (pendengaran,
penglihatan, peraba), keaktifan akal, keaktifan ingatan (Fajri, 2004: 36).
Aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik atau mental,
yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak terpisahkan
(Sardiman, 2001: 98).
Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara koqnitif, afektif dan
psikomotorik (Depdiknas, 2005:31). Keaktifan juga merupakan kombinasi
antara suatu teknik dengan sumber lain (Mulyasa, 2008: 158).
Jadi keaktifan belajar adalah peserta didik terlibat secara aktif, baik
fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran yang meliputi
aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental guna memperoleh
hasil belajar berupa perpaduan antara koqnitif, afektif dan psikomotorik.
2. Prinsip Keaktifan Belajar
Menurut Ruhimat (2005: 6) prinsip keaktifan belajar antara lain:
a. Perhatian
Perhatian merupakan kesiagaan pemusatan diri untuk menerima
informasi dan melakukan berbagai akvitivas belajar. Membangkitkan
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
6
perhatian dapat dilakukan melalui penyampaian tujuan pembelajaran,
topik-topik yang akan dipelajari atau stimulus media pembelajaran yang
berhubungan dengan pelajaran. Dengan demikian, guru harus
memperhatikan lingkungan belajar dan membantu kesulitan belajar.
b. Motivasi
Motivasi merupakan tenaga yang menggerakan dan mengarahkan
aktivitas seseorang dalam melaksanakan pembelajaran. Motivasi
sebagai tujuan pembelajaran, misalnya siswa tertarik kegiatan di kelas.
Motivasi sebagai alat misalnya siswa memiliki dorongan yang kuat
untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi.
c. Aktivitas
Belajar dapat terjadi apabila ada aktivitas dari siswa yang
dikerjakan untuk dirinya sendiri maupun kelompoknya. Belajar yang
baik harus dapat melibatkan siswa secara proses dan komprehensif baik
segi intelektual, emosional maupun psikomotor.
d. Bimbingan Belajar
Kegiatan pembelajaran membutuhkan arahan dan bimbingan dari
guru sehingga setiap kegiatan pembelajaran guru harus konsisten
memberikan bimbingan menurut lingkup kegiatan. Bimbingan belajar
dapat dilakukan secara kelompok maupun individu sesuai kebutuhan
siswa yang bersangkutan.
e. Perbedaan individual
Siswa memiliki perbedaan karakteristik, fisik dan psikis. Adanya
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
7
perbedaan secara individu di antara siswa dapat mempengaruhi proses
dan hasil belajar. Dengan demikian, guru perlu memperhatikan
perbedaan siswa, sehingga aktivitas dan konten belajar yang diberikan
selaras dengan penempatan potensi siswa yang bersangkutan.
f. Unjuk Kerja
Untuk melihat sampai sejauh mana hasil belajar maka perlu
melakukan kegiatan unjuk kerja. Unjuk kerja pembelajaran meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
g. Penguatan dan Balikan
Prinsip ini didasarkan atas law of effect dari Thorndike, siswa
akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan
hasil yang baik. Dengan mengetahui hasilnya, merupakan balikan yang
menyenangkan dan akan berpengaruh positif terhadap kegiatan
selanjutnya.
Aunurrahman (2009: 121) juga mengemukakan prinsip keaktifan
dalam proses belajar terlihat dari beberapa kegiatan, yaitu:
a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk
berkreativitas dalam proses belajarnya.
b. Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri
dan eksperimen.
c. Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang
memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
8
3. Karakteristik Pemebelajaran Aktif
Raka Joni dalam bukunya Dimyati (2009: 120-121)
mengungkapkan bahwa karakteristik pembelajaran yang aktif adalah:
a. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa
berperan aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa
berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses
belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik
tolak kegiatan.
b. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru
bukan satu-satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu
sumber belajar yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat
memperoleh pengetahuan/keterampilan melalui usaha sendiri, dapat
mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat
mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
c. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengajar standar akademis
tetapi ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secaara
utuh dan setimbang.
d. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas
siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-
konsep dengan mantap.
e. Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan
kemajuan siswa, serta mengukur berbagai keterampilan yang
dikembangkan.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
9
Jadi, pembelajaran yang aktif begantung pada keaktifan siswa
dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran.
Keaktifan siswa diharapkan tampak secara nyata terutama pada saat
pelaksanaan proses pembelajaran, baik secara perorangan maupun
kelompok.
4. Manfaat Keaktifan Siswa dalam Pembalajaran
Keaktifan siswa dalam pembelajaran memberikan banyak manfaat
(http://www.utexas.edu) yaitu:
a. Siswa mampu mengakses pengetahuan sendiri, yang merupakan kunci
untuk belajar,
b. Siswa mampu menemukan solusi masalah pribadi bermakna atau
interpretasi.
c. Siswa menerima umpan balik yang lebih sering dan lebih cepat.
d. Siswa memiliki daya ingat yang lebih lama tentang materi yang didapat
dalam pembelajaran,
e. Siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian,
f. Memotivasi siswa untuk selalu aktif,
g. Tugas yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran baik itu individu
atau kelompok akan selalu dihargai,
h. Pandangan siswa terhadap ilmu pengetahuan berubah, yang pada
gilirannya memiliki implikasi untuk pengembangan kognitif,
i. Siswa dapat bekerjasama dalam suatu kelompok secara aktif yang mana
terdiri atas banyak latar belakang dan karakter,
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
10
j. Siswa dapat belajar tentang strategi belajar secara individu dengan
mengamati orang lain.
Suryosubroto (2002: 71) Siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran
bila terdapat ciri-ciri:
a. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran
b. Pengetahuan dipelajari,dialami dan ditemukan oleh siswa
c. Mencoba sendiri konsep-konsep
d. Siswa mengkomunikasikan hasil pikirannya
Dengan demikian, guru dalam proses pembelajaran haruslah
mengikut sertakan siswanya secara aktif, jangan sampai proses
pembelajaran didominasi oleh guru saja.
5. Indikator Keaktifan Siswa
Ardhana (2009: 2) mengemukakan beberapa indikator keaktifan
siswa dalam belajar yang merupakan pedoman dalam pengukuran
keaktifan. Berikut ini adalah indikator keaktifan siswa:
a. Persiapan siswa sebelum pembelajaran
b. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru,
c. Kerjasama dalam kelompok,
d. Penguasaan materi,
e. Saling membantu dan menyelesaikan masalah,
f. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok.
Sedangkan menurut Sudjana (2001: 72) indikator keaktifan siswa
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
11
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
b. Terlibat dalam pemecahan masalah
c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah
e. Melatih diri dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh
Jadi siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran apabila siswa mampu
mengeksplore apa yang ada dalam dirinya, dalam arti siswa bisa
mengemukakan pendapat ketika berdiskusi dengan teman, memperhatikan
penjelasan guru, bertanya dengan guru atau teman jika kurang paham
dengan materi, dan bisa menyelesaikan masalah atau soal dari guru.
Dengan demikian penulis akan mnggunakan indikator keaktifan
yang dikemukakan Sudjana dan Ardhana sebagai pedoman menilai
keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
6. Pentingnya Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Mulyasa (2002: 32) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian
besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial
dalam proses pembelajaran.
Sedangkan Hamalik (2001: 27), menyatakan bahwa dalam proses
pendidikan di sekolah, tugas utama guru adalah mengajar sedangkan tugas
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
12
utama setiap siswa adalah belajar. Belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Selain itu, Magnesen (dalam Anni, 2004: 85), ingatan yang
diperoleh dari belajar melalui membaca sebesar 20%, mendengar sebesar
30%, melihat sebesar 40%, mengucapkan sebesar 50%, melakukan sebesar
60%, dan gabungan dari melihat, mengucapkan, mendengar, dan
melakukan sebesar 90%.
Oleh karena itu, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
merupakan hal yang harus diciptakan oleh seorang guru agar siswa dapat
meraih prestasi belajar yang baik.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam adalah usaha untuk mengembangkan fitrah
manusia sehingga mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran Agama Islam (Achmadi, 2008: 29).
Disamping itu, Manshur mengutip pernyataan dari Marimba dan
Muhaimin (2009: 328) bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut aturan-aturan Islam.
Marimba mengemukakan bahwa Pendidikan Islam adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama (insan kamil) (2009: 329).
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
13
Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang
diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam (2005: 45)
Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang
dilakukan untuk membimbing sekaligus mengarahkan anak didik menuju
terbentuknya pribadi yang utama (insan kamil) berdasarkan nilai-nilai
etika islam dengan tetap memelihara hubungan baik terhadap Allah Swt
(HablumminAllah), sesama manusia (hablumminannas), dirinya sendiri
dan alam sekitarnya.
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Departemen Agama Republik Indonesia (2004: 4-5) menjelaskan
tentang fungsi Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu menumbuhkembangkan kemampuan anak
melalui bimbingan dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan dapat
berkembang secara optimal sesuai tingkat perkembangannya,
b. Penyaluran, yaitu menyalurkan bakat anak-anak di bidang agama
sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain,
c. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan dan kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari,
d. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif yang dapat
membahayakan dirinya,
e. Penyesuaian, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
14
dengan ajaran agama islam,
f. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Riyanto (2006: 160) menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam,
yang di dalamnya mencakup mata pelajaran akhlak mulia dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia (insan
kamil). Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai
perwujudan dari pendidikan agama. Ada dua macam tujuan pendidkan
Agama Islam, yaitu:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk mencapai
kwalitas yang disebutkan oleh al-Qur'an dan hadits. Sedangkan fungsi
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
b. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus Pendidikan Agama Islam adalah tujuan
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
15
yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan
pendidikan agama pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang
berbeda-beda. Tujuan khusus Pendidikan Agama Islam di jenjang SMP
adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut,
2) Meningkatkan tata cara membaca al-Qur’an dan tajwid sampai
kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf,
3) Membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh,
4) Menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab
dan namimah,
5) Memahami dan meneladani tata cara mandi wajib dan shalat-shalat
wajib maupun shalat sunat (Riyanto, 2006: 160).
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek Al-Qur’an
dan Hadits, aqidah, akhlaq, fiqih, tarikh dan kebudayaan islam. Aspek-
aspek tersebut mencakup usaha untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan, antara lain:
1) Hubungan manusia dengan Allah SWT
2) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
3) Hubungan manusia dengan sesama manusia
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
16
4) Hubungan manusia dengan mahluk lain dan lingkungan alamnya
(BSNP, 2007: 2).
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP, ruang
lingkup materi yang diajarkan cenderung bersifat umum. Hal ini berbeda
dengan yang diajarkan di MTs atau sekolah swasta yang mana materi yang
disampaikan kepada siswa cenderung bersifat khusus. Misalnya:
pembelajaran hadits, fiqih, tarikh yang merupakan satu mata pelajaran.
C. Hukum Bacaan Mad dan Waqaf
Tim Abdi Guru (2006: 119-124) menjelaskan tentang hukum bacaan
mad dan waqaf.
1. Hukum Bacaan Mad
Mad menurut bahasa berarti panjang. Menurut istilah ilmu tajwid
mad adalah bacaan panjang. Berikut ini akan dibahas macam-macam mad.
a. Mad Thabi’i ( مد طبيعي )
Apabila ada alif ( ا ) terletak sesudah fathah atau ya’ sukun ( ي )
sesudah kasrah ( ― ) atau wau ( و ) sesudah dhammah ( ― ◌ ) maka
dihukumi mad thabi’i. Mad artinya panjang, thabi’i artinya biasa. Cara
membacanya harus sepanjang dua harakat atau disebut satu alif contoh:
كتا ب -يـقول -سميع
b. Mad Wajib Muttashil ( مدواجب متصل )
Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan hamzah ( ء ) didalam satu
kalimat atau kata. Cara membacanya wajib panjang sepanjang 5 harakat
atau dua setengah kali mad thabi’i (dua setengah alif).
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
17
Contoh: سوآء - جآء - جيء
c. Mad Jaiz Munfashil ( فصل مدجائزمنـ )
Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan hamzah ( ء) tetapi hamzah
itu di lain kalimat. Jaiz artinya boleh dan Munfashil artinya terpisah.
Cara membacanya boleh seperti mad wajib muttashil, dan boleh seperti
mad thobi’i saja.
Contoh: و الأنـتم - بما أنزل
d. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ( مد الزم مثـقل كلمي )
Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan tasydid di dalam satu
perkataan, maka cara membacanya harus panjang selama 3 kali Mad
Thabi’i atau 6 harakat.
Contoh: و الالضآلين - لصاخة
e. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi ( مد الزم مخفف كلمي )
Apabila ada mad thobi’I bertemu dengan huruf mati (sukun), maka
cara membacanya sepanjang 6 harakat.
Contoh: آالن
f. Mad Layyin ( مد لين )
Apabila ada wau sukun ( و ) atau ya’ sukun ( ي ) sedang huruf
sebelumnya yaitu berharakat fathah, maka cara membacanya sekedar
lunak dan lemas.
Contoh: ريب - خوف
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
18
g. Mad ‘Aridl Lissukun ( مد عارض للسكون )
Apabila ada waqaf atau tempat pemberhentian membaca sedang
sebelum waqaf itu ada Mad Thobi’i atau Mad Lein, maka cara
membacanya ada 3 macam:
1) Lebih utama, dibaca panjang seperti mad wajib muttashil (6 harakat).
2) Pertengahan, dibaca empat harakat ya’ni du kali mad thobi’i.
3) Pendek, yaitu boleh hanya dibaca seperti mad thobi’i biasa.
Contoh: ر - خالدون - والناس سميع بصيـ
h. Mad Shilah Qashirah ( رة ( مد صلة قصيـ
Apabila ada haa dhamir ( ه ) sedang sebelum haa tadi ada huruf
hidup (berharakat), maka cara membacanya harus panjang seperti mad
thobi’i.
Contoh: انه كان - الشري له
i. Mad Shilah Thawilah ( مد صلة طويـلة )
Apabila ada Mad Qashirah bertemu dengan hamzah ( ء ), maka
membacanya seperti Mad Jaiz Munfashil.
Contoh: ان ماله اخلده - يشفع عنده اال با ذنه
j. Mad ‘ Iwadl ( مد عوض )
Apabila ada fathatain yang jatuh pada waqaf (pemberhentian)
pada akhir kalimat, maka cara membacanya seperti mad thobi’i.
Contoh: را - عليما حكيما عا بصيـ سميـ
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
19
k. Mad Badal ( مد بدل )
Yaitu apabila ada hamzah ( ء ) bertemu dengan Mad, maka cara
bacanya seperti Mad Thobi’i.
Contoh: آدم - إيمان
Badal artinya ganti. Karena yang sebenarnya huruf mad yang ada
tadi asalnya hamzah yang jatuh sukun kemudian diganti menjadi ya
atau alif atau wau.
أأدم asalnya آدم اي ئمان asalnya ا يمان
l. Mad Lazim Harfi Musyabba’ ( مد الزم حرف مشبع )
Yaitu apabila pada permulaan surat dari Al-Qur’an terdapat salah
satu atau lebih Dari antara huruf yang delapan, yaitu:
ن - ق – ص – ع – س – ل – ك – م
Cara membacanya seperti Mad Lazim yaitu 6 harakat.
Contoh: يس - ن - والقلم - الم
m. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf ( مد الزم حرف مخفف )
Yaitu apabila ada permulaan surat dari Al-Qur’an ada terdapat
salah satu atau lebih dari antara huruf yang lima yaitu:
ح – ي – ط - ه - ر
Cara bacanya seperti mad thobi’i.
Contoh: حم - الم
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
20
n. Mad Tamkien ( مد تمكين )
Yaitu apabila ada ya’ sukun ( ي ) yang didahului dengan ya’ yang
bertasydid dan harakatnya kasra, dan cara membacanya ditepatkan
dengan ta’.
Contoh: يتم النبيـين - حييـ
o. Mad Farq ( مد فـرق )
Yaitu bertemunya dua hamzah yang satu hamzah istifham dan
yang kedua hamzah washol pada lam alif ma’rifat, cara membacanya
sepanjang 6 harakat.
Contoh: رامايشركون - قل ءاهللا اذن لكم ءاهللاخيـ
2. Hukum Bacaan Waqaf
a. Pengertian Waqaf
Waqaf adalah berhenti sejenak atau putus bunyi suara dan berganti
nafas. Tempatnya di akhir kata. Keadaan huruf akhir kata ketika hendak
di waqafkan ada enam:
1) Yang berakhiran sukun, cara membacanya harus dibunyikan mati
dengan terang menurut bacaan yang semestinya, apakah qolqolah
atau tidak, dan sebagainya.
Contoh: لربك ونحر , ليـروااعمالهم , الى ربك فارغب
2) Yang berakhiran huruf berharakat fatha, dhommah atau dhommatain
dan kasrah atau kasratain, cara membacanya harus dibaca
mati/sukun.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
21
Contoh:
اذاوقب dibaca اذاوقب
فى العقد dibaca فى العقد
فى تضليل dibaca فى تضليل
3) Yang berakhiran Ta' Marbutha (ة) membacanya harus dirubah
menjadi Ha' sukun.
Contoh:
صحفا مطهرة dibaca صحفا مطهرة
دين القيمة dibaca دين القيمة
4) Yang berakhiran dengan huruf yang didahului huruf mati, dan
setelah mematikan huruf akhir, maka terdapatlah dua huruf mati,
cara membacanya dibunyikan sepenuhnya dengan menyuarakan
setengah huruf yang terakhir dengan suara pendek.
Contoh: والفتح dibaca والفتح huruf dibaca setengah huruf ح
dibaca setengah huruf ل huruf بالهزل dibaca بالهزل
5) Yang berakhiran huruf yang di dahului huruf mad atau mad Lien.
Cara membacanya dengan mematikan huruf terakhir dan dibaca
panjang seperti Mad 'Arid Lissukun.
Contoh: رب العا لمين dibaca رب العا لمين
اله الناس dibaca اله الناس
وامنـهم من خوف dibaca وامنـهم من خوف
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
22
6) Yang berakhiran dengan huruf yang berharakat fathatain,
membacanya dengan membunyikan menjadi fathah yang dibaca
panjang dua harakat dan berubah menjadi Mad Iwadh.
Contoh: جزاء وفاقا dibaca جزاء وفاقا
هاحبا نا فيـ بتـ نا dibaca فانـ بتـ هاحبا فانـ فيـ
b. Saktah atau Saktat
Saktah/saktat ialah diam sejenak, biar putus dan pisah suaranya, dengan
tanpa berganti nafas (berhenti sejenak sekitar dua harakat dan tidak bernafas).
Di dalam Al Qur'an ada 4 yang harus dibaca saktah, yaitu :
1) Surat Al Muthofifin ayat 13 كل بل ران
2) Surat Al Qiyamah ayat 27 وقيل من راق
3) Surat Yasin ayat 52 من مرقدنا هذا
4) Surat Al Kahfi ayat 1 ولم يجعل له عوجا فيما
عو جا dibaca عو جا
dibaca idzhar/jelas من dan بل
c. Tanda-Tanda Waqaf
Tabel 1 Tanda-tanda Wakaf
No Tanda Waqaf
Keterangan
Waqaf lazim ( Harus berhenti ) م .1
Waqaf Muthlaq ( lebih baik berhenti ) ط .2
Waqaf Jaiz ( boleh berhenti, boleh terus ) ج .3
Waqaf Mujawwaz (boleh berhenti, terus lebih utama) ز .4
Waqaf Murokh-khosh (boleh waqaf/berhenti,karena ص .5waqaf berikutnya terlalu jauh, terus lebih utama)
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
23
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
23
Waqaf Mustahab (lebih baik waqaf) قف .6
La waqfa fihi (bukan tempat waqaf), jika di akhir ayat ال .7sebaiknya berhenti .
Al Washlu Aula ( dibaca terus lebih utama) صلى .8
9. ∴, ∴ Waqaf Mu'anaqoh (boleh berhenti di salah satu tanda tersebut)
Waqaf Sima'ie yaitu tempat waqaf nabi, waqaf ghuffron س .10dan waqaf Munzal (waqaf jibril). Sangat baik sekali jika waqaf /berhenti.
Kadzalik (sama tanda waqaf sebelumnya) ك .11
Al Waqfu Aula (berhenti lebih utama) قلى .12
,Qila Fihil Waqfu (ada yang mengatakan boleh waqaf ق .13dibaca terus lebih utama)
Ruku' (tanda pembagian berhenti setiap hari untuk orang ع .14yang ingin membaca atau menghafal Al Qur'an dalam jangka 2 tahun)
C. Quantum Teaching
1. Pengertian Quantum Teaching
Kata Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Dengan demikian Quantum Teaching adalah orkrestrasi
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar kegiatan
belajar.
Interaksi-interaksi ini mengubah kemampun dan bakat alamiah siswa
menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.
Orkrestasi atau simfoni tersebut mencakup unsur-unsur untuk belajar
efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
Quantum Teaching juga dapat diartikan sebagai pendekatan untuk
membimbing peserta didik agar mau belajar. Menjadikan sebagai kegiatan
yang dibutuhkan peserta didik. Di samping itu untuk memotivasi,
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
24
menginspirasi dan membimbing guru agar lebih efektif dalam
menyampaikan pembelajaran sehingga lebih menarik dan menyenangkan
(Nata, 2009: 231).
Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan
segala nuansanya. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis
dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka
untuk belajar (De porter. B, 2003: 3).
Dengan demikian Quantum Teaching adalah pengubahan belajar
yang meriah dengan segala nuansanya sebagai motivasi siswa agar mau
belajara dan memotivasi guru agar lebih efektif sehingga pembelajaran
menjadi menarik dan menyenangkan.
2. Asas Utama Quantum Teaching
Menurut De porter. B (2003: 84), asas utama Quantum Teaching
adalah “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke
dunia mereka”.
Asas ini berarti tidak ada sekat-sekat yang membatasi antara seorang
guru dan siswa sehingga keduanya dapat berinteraksi dengan baik.
Seorang guru juga diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat
dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki
dunia siswa. Dalam hal ini, belajar melibatkan semua aspek kehidupan
manusia yang meliputi pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh.
Cara yang dilakukan seorang pendidik yaitu dengan mengaitkan apa
yang akan diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
25
diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau
akademis mereka. Setelah kaitan terbentuk, guru bisa membawa siswa
kedunia guru, dan memberi siswa pemahaman guru mengenai isi dunia itu.
Ketika seorang guru sudah dapat memasuki dunia siswa dan diterima
dengan baik oleh siswa maka sudah saatnya pula siswa diajak untuk
memasuki dunia lain yang lebih luas sehingga apa yang dipelajari oleh
siswa tersebut dapat diterapkan pada situasi baru dalam kehidupan
lingkungannya.
Dengan demikian, melalui Quantum Teaching ini seorang guru yang
akan memengaruhi kehidupan siswa. Guru memahami sekali bahwa setiap
murid memiliki karakter masing-masing sebagaimana alat musik seperti
seruling dan gitar misalnya, memiliki suara yang berbeda. Bagaimana
setiap karakter dapat memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar,
merupakan inti ajaran Quantum Teaching (Nata, 2009: 232)
3. Prinsip Quantum Teaching
De porter B (2003: 7) mengemukakan prinsip-prinsip Quantum
Teaching sebagai berikut:
a. Segalanya berbicara: segalanya dari lingkungan kelas, bahasa tubuh,
serta rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang
belajar.
b. Segalanya bertujuan: digambarkan melalui segala sesuatu yang terjadi
dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan tertentu.
c. Alami baru namai: proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
26
mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk yang
mereka pelajari.
d. Akui setiap usaha: setiap usaha dan pekerjaan dalam belajar yang
dilakukan siswa selalu harus mendapatkan pengakuan karena dapat
menciptakan perasaan nyaman dan percaya diri.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan: Perayaan merupakan
ungkapan kegembiraan atas keberhasilan yang diperoleh dan umpan
balik mengenai kemajuaan sehingga meningkatkan asosiasi emosi
positif dengan belajar.
Dalam Nata (2009: 233) juga disebutkan bahwa Quantum Teaching
memiliki lima kebenaran tetap. Serupa dengan asas utama, bahwa prinsip-
prinsip ini memengaruhi aspek Quantum Teaching. Anggaplah prinsip-
prinsip sebagai stuctur chord dasar dari simponi belajar. Adapun prinsip-
prinsip tersebut adalah segalanya berbicara, segalanya bertujuan,
pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak
dipelajari maka layak pula dirayakan.
Jadi, dengan diterapkannya prinsip-prinsip dalam Quantum Teaching
ini maka suasana belajar akan terlihat dinamis, demokratis menggairahkan
dan menyenangkan siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan. Selain itu
Quantum Teaching tidak hanya bertujuan memberikan pengetahuan atau
nilai-nilai pada siswa, melainkan juga memberikan pengalaman,
keterampilan proses dan metodologi dalam mencapai tujuan (Nata, 2009:
234)
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
27
4. Model Quantum Teaching
Menurut De porter B (2003:114) Quantum Teaching mempunyai dua
bagian penting yaitu dalam seksi konteks dan dalam seksi isi.
Dalam seksi konteks, akan menemukan semua bagian yang
dibutuhkan untuk mengubah suasana yang memberdayakan, landasan yang
kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.
Sedangkan dalam seksi isi, akan menemukan keterampailan
penyampaian, disamping strategi yang dibutuhkan siswa untuk
bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari.
Metode pengajaran dalam bentuk Quantum Teaching tampak lebih
komprehensif dibandingkan dengan berbagai metode pengajaran yang lain.
Dengan kata lain, bahwa dalam Quantum Teaching terkandung berbagai
macam metode pengajaran yang diolah menjadi satu, seperti metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan lain sebagainya. Berbagai
metode pengajaran ini satu dan lainya saling berhubungan dan membentuk
Quantum Teaching (Nata, 2009: 234)
5. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching
Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching adalah:
a. Tumbuhkan: Menumbuhkan minat dengan memuaskan “apakah
manfaatnya bagiku?”
b. Alami: Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat
dimengerti oleh semua siswa
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
28
c. Namai: Menamai kegiatan yang akan dilakukan dengan menyediakan
kata kunci, model, rumus, dll.
d. Demostrasikan: Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan (mendemonstrasikan) bahwa mereka tahu
e. Ulangi: Menunjuk beberapa siswa untuk mengulangi materi dan
menegaskan “aku tahu bahwa aku memang tahu ini”
f. Rayakan: Merayakan atas keberhasilan yang sudah dilakukan (De
porter B, 2003: 10).
6. Ciri-ciri Pembelajaran Quantum Teaching
a. Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran, dimana ada unsur
kesempatan yang luas kepada siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi
dalam pembelajaran
b. Tergalinya potensi dan terekspresikannya seluruh potensi dan bakat
yang ada pada siswa
c. Adanya kepuasan pada diri siswa, hal ini terlihat dari adanya pengakuan
terhadap temuan pengakuan dan kemampuan yang itunjukan oleh siswa
d. Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu
keterampilan yang diajarkan. Hal ini terlihat dengan adanya pengakuan
terhadap sesuatu yang sudah dikuasai anak
e. Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan
temuan yang dihasilkan anak, dalam bentuk konsep, teori, model dll
(Nata, 2009: 234)
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
29
D. Penelitian Terdahulu
Fakta objektif bahwa metode Quantum Teaching merupakan metode
yang tepat berdasarkan hasil-hasil penelitian sebagai berikut:
1. Nugroho dalam skripsi yang berjudul ”upaya meningkatkan prestasi dan
aktivitas belajar IPS materi kegiatan ekonomi melalui model pembelajaran
Quantum Teaching di kelas IV SD N 1 Botomulyo”
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa metode Quantum
Teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat di
tunjukan pada siklus I pertemuan I diperoleh nilai rata-rata 67,6 dengan
ketuntasan belajar 48%. Kemudian pada siklus II diperoleh nilai 77,6
dengan ketuntasan belajar 60%. Pada siklus II pertemuan I diperoleh nilai
rata-rata 83,6 dengan ketuntasan belajar 80% dan pada siklus II diperoleh
nilai rata-rata 86,4% dengan ketuntasan belajar 88%.
Selaian itu metode Quantum Teaching juga dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa, hal ini di tunjukan dengan adanya peningkatan
aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,5 dengan presentase 62,5% dan pada
siklus II sebesar 3,91 dengan presentase 97,92%.
2. Maghfiroh dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar Melalui Metode Quantum Teaching pada Pelajaran PKn pada
Siswa Kelas IV SDN Talang III”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Quantum Teaching
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Talang III
terhadap materi PKN. Hasil evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
30
peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata dari pre test
sebesar 6,55 peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata
pre test sebesar 6,55 meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 35%. Ini
menunjukkan 90% siswa berhasil dalam belajar PKN dengan
menggunakan metode Quantum Teaching.
3. Maftuhah dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Quantum
Teaching Untuk Meningkatkan Motivasi, Keaktifan, dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas III MI Negeri Beji Pasuruan”
Penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan motivasi,
keaktifan, dan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan angket motivasi, pada
siklus I motivasi belajar siswa adalah 50,1 (83%), maka dikategorikan
sangat baik. Pada siklus II motivasi belajar siswa mengalami peningkatan
menjadi 54,7 (92%) dengan kategori sangat baik. Keaktifan siswa pada
siklus I adalah 40,6 (68%) dengan kategori baik dan pada siklus II
mengalami peningkatan menjadi 47,9 (80%) dengan kategori baik. Skor
rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mencapai skor 77,7, sedangkan
pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 80, 8. Secara klasikal, pada
siklus I hasil belajar siswa yang tuntas belajarnya mencapai 61%, dan pada
siklus II meningkat menjadi 86%.
Hasil-hasil penelitian tersebut merupakan hasil objektif dari metode
Quantum Teaching. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan metode
Quantum Teaching dalam pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
31
Oleh karena itu, perbedaan penelitian ini dari penelitian yang
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan
siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode
Quantum Teaching,
2. Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sumbang di kelas 8C
tahun pelajaran 2012/2013,
3. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah peningkatan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
4. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi siswa dan guru, angket, dan interview.
5. Sedangkan metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode
kualitatif dan kuantitatif dengan presentase.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013