bab ii tinjauan pustaka 2.1.industri - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32417/4/chapter...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi dan atau barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangunan dan perekayasaan industri
yakni kelompok industri hulu (kelompok industri dasar), kelompok industri hilir, dan
kelompok industri kecil. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang
bersangkutan dengan cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan
atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi (UU RI No.5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian).
Istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).
Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan
manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena
merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-
beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat
perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan
macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara
penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada
dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan
bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan.
10 Universitas Sumatera Utara
Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara
juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan
kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam
jenis industrinya.
Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing, adalah
sebagai berikut:
1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa
yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang
digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari
alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri
hasil kehutanan.
b. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil
industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri
kain.
c. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah
dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan,
perdagangan, angkutan, dan pariwisata.
2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan
menjadi:
Universitas Sumatera Utara
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang
dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga
kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri
biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya:
industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan
ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19
orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga
kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20
sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar,
tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki
kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan
industri keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif
dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan
khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan
kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil,
industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
Universitas Sumatera Utara
3. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak
perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat
dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri
konveksi, industri makanan dan minuman.
b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan.
Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri
tekstil.
c. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang
dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung,
melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu
kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri perbankan,
industri perdagangan, dan industri pariwisata.
4. Klasifikasi industri berdasarkan bahan mentah
Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh
dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng, industri gula,
industri kopi, industri teh, dan industri makanan.
Universitas Sumatera Utara
b. Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang
berasal dari hasil pertambangan. Misalnya: industri semen, industri baja,
industri BBM (bahan bakar minyak bumi), dan industri serat sintetis.
c. Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat
mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan.
Misalnya: industri perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata, industri
transportasi, industri seni dan hiburan.
5. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan
industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industri), yaitu industri yang
didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industri), yaitu
industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah
yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industri), yaitu industri
yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di
Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di
Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di
Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
Universitas Sumatera Utara
d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat
tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan
industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan.
e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industri), yaitu
industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat
didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat
luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri
otomotif, dan industri transportasi.
6. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk
kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium,
industri pemintalan, dan industri baja.
b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang
jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati
oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri
otomotif, dan industri meubeler.
7. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
a. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi
lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri
percetakan.
b. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk
dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan industri
minuman.
8. Klasifikasi industri berdasarkan modal yang digunakan
Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yaitu industri yang
memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam
negeri). Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata, dan industri makanan
dan minuman.
b. Industri dengan Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu industri yang modalnya
berasal dari penanaman modal asing. Misalnya: industri komunikasi, industri
perminyakan, dan industri pertambangan.
c. Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang modalnya
berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya: industri
otomotif, industri transportasi, dan industri kertas.
9. Klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelola
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat,
misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.
Universitas Sumatera Utara
b. Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang
dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk,
industri baja, industri pertambangan, industri perminyakan, dan industri
transportasi.
10. Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya. Berdasarkan
cara pengorganisasianya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil,
teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan
keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih
terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri makanan
ringan.
b. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar,
teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang,
tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala
regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan industri mainan anak-
anak.
c. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar,
teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah
banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri otomotif, industri
transportasi, dan industri persenjataan.
2.2. Industri Pengolahan Kayu
Sektor industri pengolahan terbagi menjadi beberapa golongan yakni industri
makanan dan minuman, pengolahan tembakau, tekstil, pakaian jadi, kulit, kayu,
percetakan, pengilangan minyak, dll.
Industri Pengolahan Kayu mencakup industri kayu gergajian (sawmill), kayu
lapis (plywood), bubur kertas (pulp), moulding, korek api dan chopstick. Industri
sawmill, plywood dan pulp merupakan industri kayu hulu. Industri-industri tersebut
tidak hanya mengolah produk-produk yang siap dipasarkan, tetapi juga mengolah
kayu bulat menjadi produk-produk yang dibutuhkan sebagai bahan baku bagi
industri-industri hilir seperti moulding dan mebel. Di mana industri hilir ini mengolah
bahan baku tersebut menjadi barang jadi.
Industri pengolahan kayu yang membutuhkan pasokan kayu bulat adalah
industri yang langsung mengolah kayu (industri pengolahan kayu hulu) seperti
industri kayu gergajian, pulp dan kayu lapis. Di Sumatera Utara industri korek api
dan chopstick juga langsung memasok kayu bulat. Sedangkan industri pengolahan
kayu hilir seperti moulding dan mebel (furniture) mengolah bahan baku yang berasal
dari industri kayu gergajian. Dengan demikian berkembangnya industri hilir sangat
ditentukan oleh industri pengolahan kayu hulu sebagai pemasok bahan baku. Jenis
kayu yang banyak digunakan adalah kayu Meranti, Pinus dan Karet.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia seringkali disebut sebagai negara “mega-biodiversity” karena
memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, di antaranya 25.000 jenis
tumbuhan termasuk 4000 jenis pohon. Dari 4000 jenis sekitar 400 jenis dianggap
sebagai kayu perdagangan, namun yang sudah teridentifikasi dengan baik sebanyak
365 jenis yang kemudian dikelompokkan menjadi 120 kelompok jenis kayu
perdagangan (Kartasujana dan Martawijaya,1979). Kerusakan akan lebih cepat lagi
jika dipakai atau dipasang di tempat terbuka tanpa naungan, terutama jika
berhubungan dengan tanah lembab. Sebab pada dasarnya kayu dan bahan
berlignoselulosa lainnya tidak tahan terhadap perubahan suhu, udara, kelembaban,
dan air. Di pihak lain, kayu juga dihadapkan pada beragam jenis jasad atau
Organisme Perusak Kayu (OPK) yang siap mengancam, seperti bakteri, jamur
pewarna dan buluk, jamur pelapuk (brown rots dan white rots), jamur pelunak (soft
rot), rayap kayu kering, rayap tanah, bubuk kayu kering dan binatang laut penggerek
kayu (Wilkinson,1979). Ancaman OPK ada di mana-mana, sejak pohon masih dalam
status tegakan, angkutan, proses pengolahan sampai produk kayu dalam pemakaian.
Ancaman tersebut bisa disebabkan oleh salah satu atau kombinasi diantara OPK
tersebut di atas. Misalnya, kayu yang tahan terhadap jamur, belum tentu tahan
terhadap serangga atau sebaliknya.
Daya tahan terhadap OPK inilah yang dimaksud dengan keawetan kayu.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keawetan kayu, antara lain zat ekstaktif
yang terdapat dalam kayu, umur pohon, posisi pada bagian batang, tempat di mana
kayu itu digunakan dan jenis OPK yang menyerangnya (Martawijaya, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Pengawetan kayu pada dasarnya merupakan tindakan pencegahan (preventive),
berperan untuk meminimalkan atau meniadakan kemungkinan terjadi cacat yang
disebabkan OPK, bukan pengobatan (curative) yang diilakukan dalam rangka
pengendalian mutu atau kualitas, mencakup kualitas bahan baku dan produk serta
memperpanjang umur pakai kayu. Biasanya penggunaan pengawet kayu mengacu
pada penggunaan pestisida (bahan kimia pengawet) yang dimasukkan ke dalam kayu
(Barly,1990). Dalam hal ini, persyaratan bagi bahan pengawet kayu antara lain harus
memiliki sifat efikasi terhadap OPK, mampu menembus ke dalam kayu dan tidak
mudah luntur atau terikat di dalam kayu, tetapi beberapa jenis bahan pengawet larut
air bersifat korosif (Kadir dan Barly, 1974). Istilah bahan pengawet kayu sekarang
termasuk bahan kimia atau kombinasi bahan yang dapat mencegah kerusakan kayu
terhadap satu atau kombinasi antara; pelapukan (decay), serangga (termite), binatang
laut (marine borer), api (fire), cuaca (weathering), penyerapan air dan reaksi kimia
(Anonim, 1976).
2.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan Industri
Menurut beberapa ahli geografi ekonomi seperti Renner, Alexander, dan
Robinson perkembangan suatu industri ditentukan oleh faktor pokok dan faktor
tambahan. Yang termasuk faktor pokok adalah bahan mentah modal, tenaga kerja,
sumber tenaga, transportasi dan pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah faktor pokok yang menetukan perkembangan industri.
1. Faktor – faktor pendukung pembangunan industri.
Apabila semua faktor tersebut dapat terpenuhi, kegiatan industri dapat berjalan
lancar tanpa hambatan. Bagi Indonesia, terdapat banyak faktor yang dapat
mendukung pembangunan industri. Faktor-faktor berupa kekayaan negara, antara
lain sebagai berikut:
(a) Bahan mentah (bahan baku), (b) modal, (c) tenaga kerja, (d) sumber tenaga,
(e) transformasi, (f) pemasaran hasil industri, (g) pemerintahan yang stabil,
(h) kondisi perekonomian: 1. pendapatan perkapita, 2. saluran distribusi,
(i) kemajuan teknologi, (j) semangat rakyat untuk membangun, (k) iklim yang baik
dan (l) kebudayaan.
2. Faktor – faktor penghambat pembangunan industri.
a. Modal yang kurang.
b. Terbatasnya tenaga ahli dan tenaga terampil.
c. Pemasaran yang kurang lancar.
d. Kualitas barang.
2.4. Dampak Pembangunan Industri
1. Dampak Positif
a. Mengurangi ketergantungan akan hasil industri dari negara lain.
b. Menambah pemasukan devisa negara
c. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
d. Perbaikan dan pengembangan sarana umum
e. Berkembangnya sektor informal
2. Dampak Negatif
a. Berkurangnya lahan pertanian
b. Pencemaran lingkungan
c. Perubahan cara hidup
2.5. Faktor Produksi dalam Pembangunan Ekonomi
2.5.1. Tanah
Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabriknya hasil-
hasil pertanian yaitu tempat di mana produksi berjalan dan darimana hasil produksi
itu keluar. Oleh sebab itu tanah sebagai unsur produksi mempunyai kedudukan paling
penting dewasa ini, hal ini terbukti bahwa besarnya balas jasa yang diterima oleh
tanah masih lebih besar dibandingkan dengan faktor produksi lainnya.
Tanah sebagai unsur produksi biasanya terdiri dari barang ekonomi yang
diberikan oleh alam yang meliputi permukaan tanah, air dan segala yang terkandung
berada di dalamnya.
Menurut David Ricardo menunjukkan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah
adalah disebabkan perbedaan kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi sewa
tanah. Dengan berkembangnya penduduk maka nilai tanah akan terus naik karena
tanah adalah satu-satunya faktor produksi yang tidak dapat dibuat oleh manusia
(Mubyarto, 1977).
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Modal
Pengertian modal diartikan sebagai tabungan masyarakat yang setiap saat
dapat digunakan untuk membeli saham perusahaan atau obligasi pemerintah ataupun
yang dipinjamkan kepada orang lain. Modal dinyatakan nilainya dalam bentuk uang
yang merupakan sebagai alat pengukur nilai dari modal tersebut.
Pengertian ekonomi modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor
produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Karena modal
menghasilkan barang-barang baru atau merupakan alat untuk memupuk pendapatan
maka akan menciptakan dorongan dan minat untuk menyisihkan kekayaannya
maupun hasil produksi dengan maksud yang produktif dan tidak untuk maksud
keperluan yang konsumtif.
Modal dapat diciptakan untuk menahan diri dalam bentuk konsumsi, dengan
tujuan pendapatannya akan dapat lebih besar lagi di masa yang akan datang.
Pengembangan pembangunan ekonomi akan terlaksana bila pembentukan modal
berjalan baik. Oleh sebab itu pembangunan yang berhasil akan tetap berusaha
meningkatkan modalnya.
2.5.3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan resources, tepatnya human resources atau sumber
daya manusia yang berperan dalam kegiatan pembangunan masyarakat. Peranan
tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi sangat besar terhadap perkembangan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, demikian pula pada sektor industri yang banyak berorientasi kepada sektor
padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja.
Pengertian tenaga kerja dalam (www.nakertrans.go.id) adalah: setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (UU
Pokok Ketenagakerjaan No.14 Tahun 1969). Dalam hubungan ini maka pembinaan
tenaga kerja merupakan peningkatan kemampuan efektivitas tenaga kerja untuk
melakukan pekerjaan.
Pengertian bekerja menurut indikator ketenagakerjaan adalah: “Jika telah
melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh pendapatan atau
keuntungan paling sedikit satu jam secara tidak terputus selama satu minggu yang
lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja yang tak dibayar yang
membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi”.
Menurut BPS (2001) membagi tenaga kerja (employed) atas 3 (tiga) macam,
yaitu:
a. Tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang mempunyai jumlah
jam kerja ≥ 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan
uraian tugas.
b. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed), adalah
tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam dalam seminggu.
c. Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (unemployed),
adalah tenaga kerja dengan jam kerja ≤ 1 jam per minggu.
Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak (1998) menyatakan tenaga kerja atau manpower terdiri dari
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari
dan: (1) golongan yang bekerja, (2) golongan yang menganggur atau mencari
pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari: (1) golongan bersekolah,
(2) golongan yang mengurus rumah tangga, dan (3) golongan lain-lain atau penerima
pendapatan. Ketiga kelompok dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu
dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini sering juga
dinamakan potential labor force.
Menurut Sukirno (2000), golongan penduduk yang tergolong sebagai
angkatan kerja adalah penduduk yang berumur di antara 15-64 tahun.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja di
Indonesia adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang ikut berpartisipasi dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.5.4. Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan dasar yang dibutuhkan dalam proses
pengolahan/industri. Dalam industri pengolahan kayu, bahan baku yang dipakai
tentunya adalah kayu. Kayu yang merupakan hasil hutan dari kekayaan alam
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang jadi dengan
menggunakan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus maupun
kayu yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengertian kayu disini ialah
sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana
yang lebih banyak dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk
kayu pertukangan, kayu industrI bakar (Dumanauw J.F, 1990).
Produk paling penting dari pengolahan kayu secara kimia adalah pulp. Kimia
kayu dan komponen-komponennya tidak dapat dipisahkan dari strukturnya. Kayu
tidak hanya merupakan senyawa kimia, atau jaringan anatomi, atau bahan tetapi
merupakan gabungan dari ketiganya. Kesemuanya ini merupakan hasil hubungan
yang erat dari komponen-komponen kimia yang membentuk unsur-unsur ultra
struktur, yang kemudian bergabung menjadi suatu sistem yang berderajat tinggi yang
membentuk dinding sel yang akhirnya membentuk jaringan kayu (Fengel. D, 1995)
Selama periode prasejarah dan sesudahnya kayu tidak hanya digunakan untuk
bahan bangunan tetapi juga semakin penting sebagai bahan mentah kimia untuk
pembuatan arang (digunakan dalam peleburan besi), getah (digunakan untuk
mengawetkan dan melapisi lambung kapal), dan kalium (digunakan dalam pembuatan
gelas dan sebagai bahan pemucat kain dan tekstil kapas). Namun di sisi lain kayu
merupakan bahan dasar yang sangat modern. Kubah-kubah kayu yang besar dan
perabot rumah yang indah membuktikan kegunaan dan keindahannya. Bahkan dalam
bentuk alih seperti kayu lapis, papan partikel dan papan serat, kayu telah menjadi
bahan bangunan yang berharga. Disamping itu, kayu merupakan bahan dasar pulp
dan kertas, serat, film, aditif dan banyak produk lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Kayu dikategorikan ke dalam beberapa kelas awet:
1. Kelas awet I (sangat awet), missal: kayu sonokeling dan jati.
2. Kelas awet II (awet), missal: kayu merbau dan mahoni.
3. Kelas awet III (kurang awet), missal: kayu karet dan pinus.
4. Kelas awet IV (tidak awet), missal: kayu sengon.
5. Kelas V (sangat tidak awet).
2.5.5. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai kesempatan berusaha atas semua
pekerjaan yang tersedia pada lapangan kerja di mana tenaga kerja tersebut dapat
memenuhi kebutuhannya.
Dengan keterbatasan penambahan jumlah kesempatan kerja akibat
keterbatasan peningkatan jumlah investasi dan penempatan tenaga kerja yang
diciptakan, maka akan menimbulkan kerawanan pertumbuhan ekonomi. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka langkah-langkah untuk memperluas kesempatan kerja
adalah merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, untuk itu diambil kebijaksanaan
menyeluruh dan terpadu dalam memperluas kesempatan kerja yang menyangkut
kepada pengarahan investasi dan pembangunan yang berorientasi kepada perluasan
kesempatan kerja, pendidikan dan ketarmpilan yang menunjang pembangunan dan
dapat terserap oleh lapangan kerja yang tersedia (Kamaluddin Rustian, 1983).
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pengembangan Wilayah
Pengertian pengembangan wilayah dalam pembangunan adalah berbagai jenis
kegiatan, baik yang tercakup dalam sektor pemerintah maupun dalam masyarakat,
dilaksanakan dan diatur dalam rangka usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat. Usaha-usaha tersebut pada dasarnya adalah bersifat
meningkatkan pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan, baik melalui produk-
produk maupun melalui berbagai jenis kegiatan yang membawa pengaruh
peningkatan kawasan.
Peningkatan pada kawasan dapat pula diartikan sebaga peristiwa
pengembangan wilayah pada wilayah yang bersangkutan sehingga keseluruhan usaha
yang menjurus pada perbaikan dalam tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, dapat
dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses berkembangnya wilayah
(Purnomosidi, 1981 dalam Parluhutan, 2001).
Hartshone dalam Hanafiah (1992) memformulasikan pengertian wilayah
sebagai berikut:” Suatu area dengan lokasi spesifik dan dalam beberapa aspek tertentu
berbeda dengan area lain”. Unit area ini adalah merupakan objek konkrit dengan
karakteristik yang unik. Struktur wilayah akan mempunyai watak dari pada “mosaik”
dari tiap-tiap bagian yang memiliki kesamaan.
Wilayah merupakan suatu unit geografi yang membentuk suatu unit kesatuan.
Pengertian unit geografi adalah ruang, sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah
saja, tetapi lebih dari itu meliputi aspek lain seperti aspek biologi, ekonomi, sosial
dan budaya (Wibowo, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Miraza (2005), pengembangan wilayah adalah pemanfaatan potensi
wilayah, baik potensi alam maupun potensi buatan, harus dilaksanakan secara fully
dan effeciency agar potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan
masyarakat secara maksimal.
Sasaran pembangunan harus diterjemahkan dari tujuan pembangunan
nasional. Di mana tujuan pembangunan daerah harus konsisten dengan tujuan
pembangunan nasional yang umumnya terdiri atas:
a. Mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat.
b. Menyediakan kesempatan kerja yang cukup.
c. Pemerataan pendapatan.
d. Mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan
serta kemampuan antar daerah.
e. Membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah (Hadjisaroso,1994).
Pemerintah melakukan berbagai program pembangunan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat, di mana pembangunan tersebut berlandaskan pada pengertian
sebagai pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh elemen
masyarakat Indonesia.
Suryana (2000) mengatakan bahwa pembangunan diartikan sebagai suatu
proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur
sosial, sikap mental yang sudah terbiasa, dan lembaga-lembaga nasional termasuk
pula percepatan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pemberantasan
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan. Oleh sebab itu pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis dan
bukan sebagai konsep statis, di mana pembangunan adalah suatu orientasi-orientasi
dan kegiatan usaha tanpa akhir.
Berdasarkan uraian diatas, maka wilayah pembangunan hendaknya sesuai
dengan wilayah administratif dan juga mempunyai ciri wilayah modal. Dalam
praktek, apabila membahas mengenai perencanaan pembangunan daerah, pengertian
daerah administratif paling banyak digunakan karena alasan kemudahan koordinasi
dan tersedianya data untuk perencanaan. Wilayah pengembangan dipakai untuk
wilayah yang berdasarkan homogneity dan bertujuan lebih banyak untuk analisis
informasi dalam wilayah itu guna keperluan pengembangan. Batas wilayah tidak
terikat pada batas administratif dan tidak perlu mempunyai pusat. Misalnya satu
propinsi mungkin mempunyai wilayah pengembangan seperti wilayah pantai timur,
wilayah pantai barat, wilayah pegunungan dan wilayah kepulauan yang masing-
masing mempunyai ciri geografis, fauna dan flora yang sama.
Jadi dapat dilihat bahwa pembangunan ekonomi adalah merupakan suatu
proses, di mana dengan proses itu akan terlihat adanya perubahan yang besar dalam
struktur sosial, sikap mental yang telah terbiasa, pertumbuhan ekonomi serta
pemberantasan kemiskinan dan pengangguran, pemberantasan letimpangan dalam
pendapatan perkapita melalui perluasan kesempatan kerja yang memadai, pendidikan
dan juga dengan cara membebaskan masyarakat dari sikap ketergantungan terhadap
orang lain serta mengangkat kesadaran akan harga diri.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sirojuzilam (2005), kenyataannya banyak fenomena yang timbul
dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi wilayah. Masalah utama dalam
pembangunan wilayah adalah ketimpangan ruang (wilayah). Artinya ketimpangan
juga terjadi antar daerah, karena itu pemerataan pembangunan berarti juga suatu
usaha dalam menyeimbangkan kemampuan wilayah untuk berkembang.
Mengurangi kesenjangan wilayah (Regional Imbalances) adalah salah satu
tema pokok dalam pembangunan wilayah (Regional Development). Masalah pokok
yang dihadapi sekarang adalah bukan ada atau tidaknya kesenjangan wilayah, namun
bagaimana pembangunan wilayah dapat dikonsepsikan dalam perspektif jangka
panjang. Dalam konteks perkembangan sosial ekonomi dunia dewasa ini, maka arah
yang dituju dalam pembangunan wilayah jangka panjang adalah wilayah harus
mandiri dan cukup memiliki daya saing sehingga mampu berintegrasi ke dalam
sistem perekonomian nasional maupun global. Salah satu upaya yang sangat strategis
adalah memobilisasi seluruh kelembagaan pembangunan di wilayah serta
menciptakan interaksi yang erat melalui networking diantara kelembagaan tersebut
dengan tujuan menciptakan kemampuan dan kemandirian ekonomi wilayah (lokal).
Unsur-unsur strategis dalam networking untuk pembangunan ekonomi wilayah
meliputi perguruan tinggi setempat, asosiasi industri, lembaga peneliti, pengusaha
menengah dan kecil, lembaga keuangan dan perbankan, serta tentu saja pemerintah
daerah sendiri. Kegiatan riset terapan dalam teknologi untuk meningkatkan kualitas
industri dan produk jasa unggulan, serta hasilnya harus terbuka bagi para penguasaha
Universitas Sumatera Utara
lokal (Departemen Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Direktorat Jenderal
Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah).
2.7. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan Julius Eben Ezer Ginting (2006) tentang pengaruh
Industri Produk Turunan Crude Palm Oil (CPO) terhadap Pengembangan Wilayah
Propinsi Sumatera Utara menghasilkan beberapa kesimpulan: (1) Industri Pengolahan
produk turunan CPO di Propinsi Sumatera Utara ada sebnayak 34 industri dengan
kapasitas terpasang 5.440.000 kg/jam dan menggunakan teknologi mesin, (2)
Variabel jumlah bahan baku, investasi, kapasitas produksi dan teknologi berpengaruh
signifikan terhadap tingkat produksi produk turunan CPO, namun variabel tenaga
kerja tidak emmberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat produksi produk
turunan CPO, (3) Variabel bahan baku berpengaruh signifikan positif namun variabel
investasi dan biaya tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap kapasitas produksi
industri turunan CPO, (4) Variabel investasi berpengaruh signifikan positif namun
variabel produksi produk turunan CPO tidak berpengaruh terhadap Pengembangan
Wilayah Sumatera Utara.
Sedangkan Penelitian yang dilakukan Immanuel (2007) tentang Analisis Peran
Industri Pertenunan terhadap Pengembangan Wilayah di Kota Pematang Siantar,
menghasilkan beberapa kesimpulan: (1) Bahwa ternyata hasil uji statistik
menunjukkan bahwa variabel modal investasi, variabel tenaga kerja dan variabel
pengalaman berusaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan
Universitas Sumatera Utara
pengusaha industri pertenunan di Kota Pematang Siantar, (2) Bahwa Industri
Pertenunan di Kota Pematang Siantar berperan dalam peningkatan penyerapan tenaga
kerja, nilai investasi dan mampu menggerakkan kegiatan ekonomi (multiplier effect)
seperti menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan
ekonomi lainnya.
Penelitian yang dilakukan Bangun (2008) tentang Peranan dan Pengaruh
Industri Tikar Rakyat terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai – Sumatera Utara menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut: (1) Faktor Produksi yang berperan dalam peningkatan produksi adalah
modal, sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi, (2)
Bahwa korelasi antara lama usaha dan tingkat pendidikan dengan pendapatan
pengrajin tidak berpengaruh signifikan, sedangkan modal berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan pengrajin, (3) Sumber bahan baku dan meningkatnya
pendapatan masyarakat menjadi indikator penting dalam pengembangan wilayah di
Kecamatan Pantai Cermin.
2.8. Kerangka Pemikiran
Pada hakikatnya pembangunan industri merupakan bagian dari usaha
pembangunan jangka panjang untuk merubah struktur ekonomi yang tidak seimbang.
Pembangunan sektor industri diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja,
pendapatan masyarakat, pembangunan infrastruktur. Tujuan dari penelitian ini adalah
Universitas Sumatera Utara
untuk melihat pengaruh industri pengolahan kayu terhadap pengembangan wilayah di
Kabupaten Serdang Bedagai.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
2.9.Hipotesis Penelitian
a. Investasi, jumlah tenaga dan nilai bahan baku berpengaruh positif terhadap nilai
produksi industri pengolahan kayu di Kabupaten Serdang Bedagai.
Investasi
Jumlah Tenaga Kerja
Nilai
Produksi
Industri Pengolahan Kayu
Pengembangan Wilayah
Investasi
Nilai
B h B k
Universitas Sumatera Utara
b. Nilai produksi dan investasi berpengaruh positif terhadap pengembangan wilayah
di Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara