bab ii tinjauan pustaka 2.1. permintaan permintaan adalah

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Permintaan berkaitan dengan keinginan konsumen akan suatu barang dan jasa yang ingin dipenuhi dan kecenderungan permintaan konsumen akan barang dan jasa tak terbatas. Hukum permintaan merupakan suatu hipotesis yang menyatakan semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2005). Berdasarkan konsep hukum permintaan dijelaskan bahwa “Permintaan suatu barang berbanding terbalik dengan harga”, artinya jumlah komoditi dibeli oleh seseorang selama periode waktu tertentu tergantung pada harganya, dengan asumsi bahwa pendapatan uangnya, harga komoditi lain dan selera tetap (cateris paribus). Fungsi permintaan (demand function) adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dan semua faktor-faktor yang mempengaruhi (Boediono, 1999). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan selain harga menurut Soekirno (2005) adalah sebagai berikut : 1. Harga barang-barang yang berkaitan Hubungan antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lain dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : a. Barang pengganti Universitas Sumatera Utara

Upload: dinhtu

Post on 16-Jan-2017

243 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permintaan

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga

dan waktu tertentu. Permintaan berkaitan dengan keinginan konsumen akan suatu

barang dan jasa yang ingin dipenuhi dan kecenderungan permintaan konsumen akan

barang dan jasa tak terbatas. Hukum permintaan merupakan suatu hipotesis yang

menyatakan semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan

terhadap barang tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka

semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2005).

Berdasarkan konsep hukum permintaan dijelaskan bahwa “Permintaan suatu

barang berbanding terbalik dengan harga”, artinya jumlah komoditi dibeli oleh

seseorang selama periode waktu tertentu tergantung pada harganya, dengan asumsi

bahwa pendapatan uangnya, harga komoditi lain dan selera tetap (cateris paribus).

Fungsi permintaan (demand function) adalah persamaan yang menunjukkan hubungan

antara jumlah permintaan suatu barang dan semua faktor-faktor yang mempengaruhi

(Boediono, 1999).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan selain harga menurut

Soekirno (2005) adalah sebagai berikut :

1. Harga barang-barang yang berkaitan

Hubungan antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lain dapat dibedakan

menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Barang pengganti

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang, barang

tersebut dapat bersifat substitusi (pengganti). Apabila harga barang lebih murah

maka jumlah permintaan terhadap barang yang digantikan akan mengalami

penurunan.

b. Barang pelengkap

Kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang pelengkap sejalan dengan

perubahan permintaan barang yang digenapinya karena barang pelengkap

digunakan bersamaan dengan barang yang dilengkapi.

c. Barang netral

Apabila dua jenis barang tidak mempunyai hubungan maka perubahan

permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan barang lain.

2. Pendapatan

Biasanya kenaikan dalam pendapatan akan mengarah pada kenaikan dalam

permintaan. Dapat diartikan bahwa kurva permintaan akan bergeser ke kanan yang

menunjukkan kuantitas yang diminta akan lebih besar pada setiap tingkat harga.

Pendapatan konsumen merupakan faktor yang penting dalam menentukan

permintaan. Perubahan pendapatan akan menimbulkan permintaan berbagai jenis

barang antara lain sebagai berikut :

a. Barang inferior

Jika pendapatan meningkat maka permintaan terhadap barang inferior akan

berkurang karena barang inferior banyak diminta oleh konsumen yang

berpendapatan rendah.

b. Barang esensial

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan

sehari-hari seperti kebutuhan pokok dan pakaian. Jumlah permintaan pada

barang ini cenderung tidak berubah walaupun pendapatan meningkat.

c. Barang normal

Suatu barang dikatakan barang normal apabila mengalami jumlah permintaan

jika terjadi peningkatan pendapatan.

d. Barang mewah

Barang mewah adalah barang yang banyak dikonsumsi oleh konsumen dengan

tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi setelah dapat memenuhi kebutuhan

pokok. Contoh barang mewah adalah emas, kendaraan mewah, perabot rumah

mewah.

3. Selera dan preferensi

Selera adalah determinan permintaan non harga, karena kesulitan dalam

pengukuran dan ketiadaan teori tentang perubahan selera, biasanya kita

mengasumsikan bahwa selera konstan dan mencari sifat-sifat yang mempengaruhi

perilaku. Selera dapat dilihat dari preferensi seseorang terhadap jenis barang yang

diminta atau diinginkan dan selera memiliki pengaruh yang cukup besar kepada

masyarakat untuk membeli suatu barang. Selera seseorang dapat dipengaruhi oleh

umur, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin.

4. Dugaan tentang harga relatif di masa depan

Dugaan tentang harga-harga relatif di masa depan memainkan peranan yang

penting dalam menentukan permintaan. Misalnya, konsumen akan memperhatikan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

apakah harga tesebut di masa mendatang akan memiliki harga yang tinggi sehingga

akan mendorong mereka membeli lebih banyak di masa kini.

5. Jumlah penduduk

Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan

permintaan tetapi diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja.

6. Distribusi pendapatan

Pendapatan masyarakat yang tertentu akan menimbulkan permintaan yang berbeda

apabila pendapatan tersebut diubah distribusinya.

Menurut Gilarso dalam Hidayat (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan antara lain :

1. Jumlah pembeli, jika jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah, maka pada

harga yang sama jumlah yang mau dibeli bertambah banyak juga, dan kurva

permintaan akan bergeser ke kanan.

2. Besar penghasilan, yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpengaruh sekali lebih

banyak dari segala macam barang dan jasa. Dalam hal ini ada satu pengecualian,

yaitu yang disebut inferior goods, yaitu barang-barang yang permintaannya justru

berkurang bila penghasilan konsumen naik. Semua barang lain disebut normal

goods, yaitu barang yang permintaannya naik apabila pendapatan konsumen naik.

3. Harga barang-barang lain, kenaikan harga barang lain itu memperbesar atau justru

memperkecil permintaan masyarakat akan suatu barang tersebut, itu tergantung

apakah barang lain itu ada keterkaitan dengan barang tersebut.

P

E’

E

P2

P1

Q

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Gambar 2.1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan dapat digambarkan seperti yang terlihat dalam Gambar 2.1,

jumlah yang mau dibeli (Q) diukur dengan sumbu X (horisontal), sedangkan harga (P)

diukur dengan sumbu Y (vertikal). Kurva permintaan menunjukkan bahwa antara harga

dan jumlah yang mau dibeli terdapat suatu hubungan yang negatif atau berbalikan, yaitu

jika harga naik, maka jumlah yang dibeli akan berkurang dan jika harga turun, maka

jumlah yang mau dibeli akan bertambah. Gejala ini disebut hukum permintaan (Gilarso

dalam Hidayat, 2011).

2.2. Pariwisata

2.2.1. Pengertian Pariwisata

Spillane (1987) mengatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan

perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui

sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas

dan lain-lain. Sedangkan menurut Yoeti (1996) pariwisata adalah suatu perjalanan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat

lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah ditempat

yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

pertamasayaaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

pada Pasal 1 dijelaskan bahwa Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pariwisata adalah kegiatan dimana orang terlibat

dalam perjalanan jauh dari tempat tinggal terutama untuk bisnis atau kesenangan.

Pariwisata adalah bisnis dimana menyediakan barang dan jasa untuk wisatawan dan

melibatkan setiap pengeluaran yang dikeluarkan oleh atau untuk pengunjung untuk

perjalannya.

Menurut Yoeti (2008) pariwisata memiliki enam ciri-ciri antara lain :

1. Service industry

Perusahaan yang membentuk industri pariwisata adalah perusahaan jasa (service

industry) yang masing-masing bekerja sama menghasilkan produk (good and

services) yang dibutuhkan wisatawan selama dalam perjalanan wisata pada daerah

tujuan wisata.

Pengertian-pengertian yang terkandung dalam service industry antara lain :

a. Penyediaan jasa-jasa pariwisata (tourist supply) berlaku pula hukum ekonomi

dan tidak terlepas dari permasalahan permintaan (demand) dan penawaran

(supply).

b. Penawaran (supply) dalam industri pariwisata tidak tersedia bebas akan tetapi

diperlukan pengolahan dan pengorbanan biaya untuk memperolehnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

2. Labor intensive

Yang dimaksud dengan labor intensive pariwisata sebagai suatu industri adalah

banyak menyerap tenaga kerja. Dalam suatu penelitian mengatakan beberapa

persen dari belanja wisatawan pada suatu daerah wisata digunakan untuk membayar

upah dan gaji (wages and salaries).

3. Capital intensive

Industri pariwisata sebagai capital intensive adalah untuk membangun sarana dan

prasarana industri pariwisata diperlukan modal yang besar untuk investasi, akan

tetapi dilain pihak pengembalian modal yang diinvestasikan itu relatif lama

dibandingkan dengan industri manufaktur lainnya.

4. Sensitive

Industri pariwisata sangat peka terhadap keamanan (security) dan kenyamanan

(comfortably). Dalam melakukan perjalanan wisata tidak seorang pun wisatawan

yang mau mengambil resiko dalam perjalanan yang dilakukan.

5. Seasonal

Industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh musim, bila pada masa musim liburan

(peak season) semua kapasitas akan terjual habis dan sebaliknya pada masa musim

libur selesai (off-season) semua kapasitas terbengkalai (idle) karena sepi

pengunjung.

6. Quick Yielding Industry

Dengan mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri, devisa (foreign

exchange) akan lebih cepat jika dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang

dilakukan secara konvensional. Devisa yang diperoleh langsung pada saat

wisatawan melakukan perjalanan wisata, karena wisatawan harus membayar semua

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

kebutuhannya mulai dari akomodasi hotel, makanan dan minuman, transportasi

lokal, oleh-oleh atau cenderamata, hiburan city sightseeing dan tours. Semuanya

dibayar dengan valuta asing yang tentunya ditukarkan di money changer atau bank.

2.2.2. Permintaan Pariwisata

Konsumen mempunyai tingkah laku yang beragam dalam memenuhi

kebutuhannya terhadap barang dan jasa (goods and services). Yoeti (2008)

mengungkapkan terdapat tiga tingkah laku konsumen (consumer behavior) dalam

memenuhi kebutuhan terhadap barang dan jasa, yaitu :

1. Keterbatasan pendapatan (income)

2. Melakukan pembelian dengan bertindak secara rasional

3. Ingin mencapai kepuasan (to maximize their total satisfaction)

Data vital yang dapat dijadikan indikator permintaan wisatawan akan suatu

daerah wisata adalah :

1. Jumlah atau kuantitas wisatawan yang datang

2. Alat transportasi apa yang digunakan sehubungan dengan kedatangan wisatawan

tersebut

3. Berapa lama waktu tinggal

4. Berapa jumlah uang yang dikeluarkan

Permintaan pariwisata juga didasarkan pada anggaran belanja yang dimilikinya,

hal ini merupakan kunci dari permintaan pariwisata. Seseorang akan

mempertimbangkan untuk mengurangi anggaran yang dimilikinya untuk suatu

kepentingan liburan.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Dalam kondisi ekstrim, seseorang dapat mengalokasikan seluruh anggarannya

untuk berpariwisata dan pada selain itu juga dapat digunakan seluruhnya untuk

mengkonsumsi barang lain. Kombinasi pariwisata dan barang lain yang diputuskan

untuk dibeli seseorang tergantung pada preferensi mereka. Kombinasi alternatif antara

pariwisata dan barang lain dapat memberikan tingkat kepuasan yang sama kepada

konsumen, misalnya konsumsi yang rendah terhadap pariwisata dan konsumsi yang

tinggi terhadap barang lain memberikan kepuasan yang sama seperti konsumsi

pariwisata yang tinggi dan konsumsi barang lain yang rendah.

Seseorang dapat mengalokasikan anggarannya antara untuk pariwisata dan

barang lainnya dengan memilih kombinasi yang memaksimalkan kepuasan. Pada D,

dimana kurva indiferen bersinggungan dengan budget line, menghasilkan tingkat

pariwisata OT1 dan konsumsi OG1

dari barang lain. Seseorang dengan preferensi yang

lebih kuat terhadap pariwisata akan mengambil kombinasi sebelah kiri titik D,

sedangkan seseorang yang lebih banyak mengkonsumsi barang lain akan memiliki

kurva indiferen yang bersinggungan dengan TG ke arah kanan titik D (Sinclair dan

Stabler, 1997).

I D

G G1 0

T1

T

Pariwisata

Barang Lain

Sumber : Sinclair & Stabler, 1997

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Gambar 2.2. Konsumsi Pariwisata dan Barang Lainnya

Orang harus memutuskan tidak hanya kombinasi yang paling disukai antara

pariwisata terhadap barang lain, namun juga kombinasi yang paling disukai antara

berbagai jenis pariwisata. Sebagai contoh, seorang wisatawan dapat membelanjakan

seluruh anggaran berwisatanya untuk berkunjung ke teman atau seluruhnya digunakan

untuk berlibur di lokasi baru, ke luar negeri, atau dapat pula memilih berbagai

kombinasi dari keduanya. Posisi optimal pada akhirnya tergantung pada anggaran dan

preferensi seseorang serta diasumsikan bahwa anggaran dialokasikan antara jenis-jenis

pariwisata yang berbeda agar memaksimalkan kepuasan.

Fungsi permintaan pariwisata dapat dituliskan sebagai berikut :

D = f(X1, X2, ….. Xn) (2.1)

Dimana D adalah permintaan pariwisata dan X1, X2 …. Xn

Walaupun banyak jenis pariwisata ditentukan menurut motif tujuan perjalanan

yang terdapat di daerah tujuan wisata yang dapat menarik kustomer untuk

adalah sebagai

variabel bebas yang berkedudukan sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan.

Uang mengidentifikasikan maka diperlukan faktor-faktor eksternal dan internal untuk

melihat dan menganalisis strategi yang tepat pada pengembangan kawasan obyek wisata

dengan tujuan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

2.2.3. Jenis-Jenis Pariwisata

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

mengunjunginya sehingga dapat pula diketahui jenis pariwisata yang mungkin layak

untuk dikembangkan dan mengembangkan jenis sarana dan prasarana yang mendukung

kegiatan pariwisata tersebut, menurut (Spillane, 1987) jenis-jenis pariwisata tersebut

adalah :

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat

tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi

kehendak ingin tahu, untuk mengendorkan ketegangan saraf, untuk melihat sesuatu

yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat

setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di luar kota, atau bahkan

sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota kota besar ataupun untuk ikut serta

dalam keramian pusat-pusat wisatawan.

2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan hari liburnya

untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya.

Biasanya mereka tinggal selama mungkin di tempat-tempat yang dianggapnya

benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut, misalnya di tepi pantai,

pegunungan, pusat-pusat peristirahatan, obyek-obyek wisata, serta wisata alam

lainya.

3. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)

Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan

untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset. Untuk mempelajari adat istiadat,

cara hidup masyarakat negara lain dan sebagainya.

4. Pariwisata untuk urusan usaha dagang besar (business tourism)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Dalam jenis pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang

digunakan oleh pelaku perjalanan ini yang menggunakan waktu-waktu bebasnya

untuk menikmati dirinya sebagai wisatawan yang mengunjungi berbagai obyek

wisata dan jenis pariwisata lain.

5. Pariwisata untuk olahraga (sports tourism)

Jenis pariwisata ini bertujuan untuk tujuan olahraga, baik hanya untuk menarik

penonton olahraga dan olahragawannya sendiri serta ditujukan bagi mereka yang

ingin mempraktikkannya sendiri.

Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori :

a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade

Games, kejuaran ski dunia, kejuaran tinju dunia dan lain lain yang menarik

perhatian bagi penonton atau penggemarnya.

b. Sporting tourism of the practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka

yang ingin berlatih dan mempraktikkan sendiri seperti pendakian gunung,

olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.

6. Pariwisata untuk konvensi (convention tourism)

Banyak negara yang tertarik dan menganggap jenis pariwisata ini dengan

banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi untuk

menunjang convention tourism.

Selain dipandang dari jenisnya, pariwisata dapat pula dilihat dari kriteria lain

yaitu bentuk-bentuk perjalanan wisata yang dilakukan, lamanya perjalanan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

pengaruhnya terhadap ekonomi akibat adanya perjalanan wisata tersebut. Bentuk-

bentuk pariwisata ini adalah (Swantoro, 2004) :

1. Wisata dari segi jumlahnya, dibedakan atas :

a. Individual tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang

atau sepasang suami-istri.

b. Family group tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh keluarga

atau yang masih mempunyai hubungan saudara.

c. Group tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh sedikitnya 10

orang dan dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas keselamatan dan

kebutuhan para anggotanya.

2. Wisata dari segi pengaturannya, dibedakan atas :

a. Pre-arranged tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang telah diatur jauh hari

sebelumnya, biasanya diatur oleh suatu lembaga yang mengurus perjalanan

wisata yang bekerja sama dengan semua instansi yang terkait.

b. Packaged tour, yaitu suatu produk perjalanan wisata yang dijual oleh biro

perjalanan wisata yang menyediakan paket-paket wisata guna memberikan

kemudahan dalam melakukan perjalanan wisata.

c. Coach tour, yaitu suatu paket perjalanan wisata yang dipimpin oleh pemandu

wisata, dilakukan secara rutin dan mempunyai waktu dan rute perjalanan yang

telah ditetapkan.

d. Special arranged tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun sesuai

keinginan pelanggannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

e. Optional tour, yaitu suatu perjalanan wisata tambahan yang dilakukan diluar

perjanjian dan disesuaikan dengan permintaan pelanggan.

3. Wisata dari segi maksud dan tujuan, dibedakan atas :

a. Holiday tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan dan diikuti oleh

anggotanya guna berlibur dan bersenang-senang.

b. Familiarization tour, yaitu suatu perjalanan anjangsana yang bertujuan untuk

lebih mengenal bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan

pekerjaannya.

c. Educational tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang bertujuan untuk

memberikan pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. Jenis

wisata ini disebut juga study tour.

d. Scientific tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang tujuan

pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadap

suatu bidang ilmu pengetahuan.

e. Pileimage tour (wisata keagamaan), yaitu perjalanan wisata yang dimaksudkan

guna melakukan ibadah keagamaan.

f. Special mission tour (wisata program khusus), yaitu suatu perjalanan wisata

yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan khusus.

g. Hunting tour (wisata perburuan), yaitu kunjungan wisata untuk

menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan sebagai hiburan.

4. Wisata dari segi penyelenggaraannya, dibedakan atas :

a. Excursion, yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang

dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih obyek.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

b. Safari tour, yaitu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara khusus dengan

perlengkapan khusus yang tujuan maupun obyeknya bukan merupakan obyek

kunjungan wisata pada umumnya.

c. Cruize tour, yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar

mengunjungi obyek wisata bahari dan obyek wisata di darat tetapi menggunakan

kapal pesiar.

d. Youth tour (wisata remaja), yaitu kunjungan wisata yang khusus diperuntukkan

bagi para remaja menurut umur yang ditetapkan.

e. Marine tour (wisata bahari), yaitu suatu kunjungan ke obyek wisata khususnya

untuk menyaksikan keindahan lautan.

2.2.4. Industri Pariwisata

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

pada Pasal 1 dijelaskan bahwa Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata

yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

Kemudian dijelaskan bahwa kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas :

a. Manfaat;

b. Kekeluargaan;

c. Adil dan merata;

d. Keseimbangan;

e. Kemandirian;

f. Kelestarian;

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

g. Partisipatif;

h. Berkelanjutan;

i. Demokratis;

j. Kesetaraan; dan

k. Kesatuan.

Industri pariwisata akan memberikan dampak positif dalam perekonomian,

karena akan terjadi multiplier effect dan berfungsi sebagai katalisator dalam

pembangunan. Multiplier effect akan terjadi karena industri pariwisata tidak berdiri

sendiri, industri pariwisata akan mampu menghasilkan devisa karena di dalamnya

terdapat sektor-sektor lain yang produk-produknya dibutuhkan oleh pariwisata serta

dapat juga digunakan sebagai sarana untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat

mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja di

Indonesia. Dengan kata lain, industri pariwisata akan mampu meningkatkan pendapatan

nasional Indonesia.

Menurut Spillane (1987) ada lima unsur industri pariwisata yang sangat penting,

yaitu :

1. Attractions (daya tarik)

Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event attractions. Site

attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap

yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun binatang,

keraton dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung

sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festival-

festival, pameran atau pertunjukan-pertunjukan kesenian daerah.

2. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas

harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata,

wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum. Oleh karena itu sangat dibutuhkan

fasilitas penginapan. Jenis fasilitas penginapan ditentukan oleh persaingan,

setidaknya fasilitas yang ditawarkan harus sama dengan fasilitas yang tersedia di

tempat persaingan di pasar yang sama. Jenis fasilitas penginapan juga ditentukan

oleh jenis angkutan yang digunakan oleh wisatawan, misalnya perkembangan

lapangan pesawat terbang sering menciptakan kebutuhan hotel-hotel yang bermutu.

Selain itu ada kebutuhan akan support industries yaitu took souvenir, laundry,

pemandu, daerah festival dan fasilitas rekreasi (untuk kegiatan).

3. Infrastructure (infrastruktur)

Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada

infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas

tanah dari suatu wilayah atau daerah, bagian penting dari infrastruktur pariwisata

termasuk :

a. Sistem pengairan

b. Jaringan komunikasi

c. Fasilitas kesehatan

d. Sumber listrik dan energi

e. Sistem pembuangan kotoran/air

f. Jalan-jalan/jalan raya

Jika semakin lama suatu tempat tujuan menarik semakin banyak wisatawan, maka

dengan sendirinya akan mendorong perkembangan infrastruktur. Dalam kasus lain

hal yang sebaliknyalah yang berlaku, perkembangan infrastruktur perlu untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

mendorong perkembangan pariwisata, infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya

dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga tinggal di sana, maka ada

keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau penciptaaan

infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi

perkembangan pariwisata.

4. Transportations (transportasi)

Dalam pariwisata, kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat

dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan

pariwisata, transportasi baik transportasi darat, udara maupun laut merupakan suatu

unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata, yang

menyebabkan pergerakan seluruh roda industri pariwisata mulai dari tempat sang

wisatawan tinggal menuju tempat dimana obyek wisata berada sampai kembali lagi

ke tempat asal.

5. Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan

kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan

gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi. Situasi yang

kurang aman mengenai makanan, air atau perlindungan memungkinkan orang

menghindari berkunjung ke suatu lokasi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan

perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta keramahtamahan tenaga

kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman

selama perjalanan wisata.

Menurut Spillane (1987) industri pariwisata mempunyai beberapa sifat khusus,

yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

1. Produk wisata tidak dapat dipindahkan karena orang tidak dapat membawa produk

wisata pada wisatawan, tetapi wisatawan itu sendiri yang harus mengunjungi,

mengalami dan datang menikmati produk wisata tersebut.

2. Produksi dan konsumsi terjadi pada waktu yang bersamaan, tanpa wisatawan yang

sedang menggunakan jasa wisata itu tidak akan terjadi kegiatan produksi wisata.

3. Pariwisata tidak mempunyai standar ukuran yang obyektif karena pariwisata

memiliki berbagai ragam jenis pariwisata.

4. Wisatawan tidak dapat mencicipi, mengetahui ataupun menguji produk itu

sebelumnya karena wisatawan hanya melihat dari brosur ataupun alat promosi

lainnya.

5. Produk wisata mengandung resiko tinggi karena memerlukan modal besar,

sedangkan permintaannya sangat peka dan rentan terhadap situasi ekonomi, politik,

sikap masyarakat, kesenangan wisatawan dan sebagainya.

Dalam pengembangan produk industri pariwisata, obyek dan atraksi wisata

mempunyai peranan sekaligus menentukan dalam penarikan kunjungan wisatawan.

Kedua unsur ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, karena dimana ada

obyek wisata maka disana pula terdapat atraksi wisata. Sesuatu yang dapat disebut

dengan obyek wisata yaitu apabila untuk melihat obyek tersebut tidak ada persiapan

yang dilakukan terlebih dahulu. Dengan kata lain obyek dapat dilihat secara langsung

tanpa bantuan orang lain seperti pemandangan alam, gunung, sungai, danau, candi,

monumen, mesjid, gereja dan pura. Semuanya itu dapat dilihat tanpa bantuan orang lain,

walaupun terkadang harus membayar untuk sekedar tanda masuk atau dikenal sebagai

karcis.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Berbeda halnya dengan atraksi wisata yaitu segala sesuatu yang harus

dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati. Misalnya tarian, kesenian,

rakyat dan upacara adat. Tanpa persiapan yang matang maka atraksi tidak dapat

menarik dan tidak berjalan dengan lancar sehingga tidak menjadi daya tarik bagi

wisatawan. Jadi, obyek dan atraksi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat di

daerah tujuan wisata yang dapat menjadi daya tarik agar orang-orang mau berkunjung

ke tempat tersebut.

Dalam kaitannya dengan obyek dan atraksi wisata maka pengembangan suatu

daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata yang dapat menarik untuk dikunjungi oleh

wiatawan harus diperlukan bahwa daerah tersebut mempunyai something to see,

something to do, dan something to buy. Something to see artinya di daerah tersebut

harus ada obyek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

daerah lain, sehingga daerah tersebut mempunyai karakteristik tersendiri. Something to

do berarti di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, ada pula

fasilitas rekreasi yang harus tersedia yang dapat membuat para wisatawan betah untuk

tinggal lebih lama di daerah tersebut. Something to buy artinya tempat tersebut harus

tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang-barang souvenir dan kerajinan

rakyat.

2.3. Wisatawan

Wisatawan adalah seseorang tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa,

agama, yang memasuki wilayah suatu Negara yang mengadakan perjanjian lain

daripada negara dimana orang itu biasanya tinggal dan berada di situ kurang dari 24 jam

dan tidak lebih dari 6 bulan, di dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, untuk tujuan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

non-imigran yang legal, seperti perjalanan wisata, rekreasi, olahraga, kesehatan, alasan

keluarga, studi, ibadah keagamaan atau urusan usaha (Spillane, 1987). Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada Pasal 1 dijelaskan

bahwa Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

Definisi wisatawan menurut Word Trade Organitation dalam Marpaung (2000)

mengatakan “Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara

tanpa memandang kewarganegaraanya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang

sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat

diklsifikasikan pada salah satu dari hal berikut ini, (1) Memanfaatkan waktu luang

untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olah raga. (2) Bisnis

atau mengunjungi keluarga”.

Menurut Swantoro (1997) Wisatawan adalah seseorang atau kelompok orang

yang melakukan perjalanan wisata dan lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di

daerah atau negara yang di kunjungi. Menurut ahli kepariwisataan G.A. Schmoll

wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan

merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur, yang

tertarik pada perjalanan pada umunya dengan motivsi perjalanan yang pernah ia

dilakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang diberikan oleh suatu

daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung di masa yang akan datang.

McIntosh dalam Yoeti (2008) membagi motif-motif wisata menjadi empat

kelompok yaitu :

1. Motif fisik

Motif ini berhubungan dengan kebutuhan badaniah/fisik seperti olahraga, istirahat,

kesehatan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

2. Motif budaya

Motif ini adalah sifat dari wisatawan, bahwa mereka ingin mempelajari atau

memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain seperti kebiasaan,

kehidupan sehari-hari, musik, tarian dan sebagainya.

3. Motif interpersonal

Motif ini terlahir dari keinginan wisatawan untuk bertemu dengan keluarga, teman,

tetangga atau orang-orang tertentu seperti artis atau tokoh politik.

4. Motif status atau prestise

Motif ini didasari atas anggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi

tempat/daerah lain melebihi sesamanya yang tidak pernah bepergian akan

menaikkan gengsi bahkan statusnya.

Adapun faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut

Pitana (2005) adalah sebagai berikut :

1. Escape, yaitu ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan,

atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.

2. Relaxtion, yaitu keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan

motivasi untuk escape di atas.

3. Play, yaitu ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang

merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri

sejenak dari berbagai urusan yang serius.

4. Strengthening family bond, yaitu ingin mempererat hubungan kekerabatan,

khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini

dilakukan bersama-sama (group tour)

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

5. Prestige, yaitu ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang

menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk

meningkatkan status atau social standing.

6. Social interaction, yaitu untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman

sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.

7. Romance, yaitu keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa

memberikan suasana romantis.

8. Educational opportunity, yaitu keinginan untuk melihat suatu yang baru,

mempelajari orang lain dan daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini

merupakan pendorong dominan dalam pariwisata.

9. Self-fulfilment, yaitu keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri

biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.

10. Wish-fulfilment, yaitu keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama

dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa

melakukan perjalanan.

Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi dimana perjalanan dilakukan, wisatawan

dapat diklarifikasikan sebagai berikut (Yoeti, 1996) :

1. Foreign tourism atau wisatawan asing

Yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata yang dapat memasuki suatu negara

lain yang bukan merupakan negara dimana dia biasanya tinggal, istilah wisatawan

asing saat ini popular dengan sebutan wisatawan mancanegara.

2. Domestic foreign tourist

Yaitu orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negara yang

melakukan perjalanan wisata di wilayah negara dimana dia tinggal. Orang tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

bukan warga negara dimana dia berada tetapi Warga Negara Asing (WNA) yang

karena tugas dan kedudukannya menetap dan tinggal pada suatu negara.

3. Domestic tourist

Yaitu wisatawan dalam negeri yaitu seorang warga negara yang melakukan

perjalanan negaranya, wisatawan semacam ini lebih dikenal dengan wisatawan

nusantara.

4. Indigenous foreign tourist

Yaitu warga suatu negara tertentu yang karena tugas atau jabatannya berada di luar

negeri dan pulang ke negara asalnya untuk melakukan perjalanan wisata di wilayah

negaranya sendiri.

5. Transit tourist

Yaitu wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu negara tertentu

yang menumpang kapal udara atau kapal laut ataupun kereta api yang terpaksa

singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

Biasanya ini terjadi apabila ada pergantian transportasi yang digunakan untuk

meneruskan perjalanan ke negara tujuan atau menambah penumpang atau mengisi

bahan bakar dan kemudian melanjutkan perjalanan ke tujuan semula. Waktu yang

cukup lama untuk pergantian tersebut itulah yang digunakan oleh penumpang untuk

tour di tempat yang disinggahinya.

6. Business tourist

Yaitu orang yang mengadakan perjalanan untuk tujuan lain bukan wisata, tetapi

perjalanan wisata itu dilakukan setelah tujuan utamanya selesai. Jadi perjalanan

wisata merupakan perjalanan sekunder setelah tujuan primernya.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

2.4. Jumlah kunjungan

Jumlah kunjungan adalah banyaknya kunjungan wisatawan yang berkunjung ke

obyek wisata satu periode tertentu. Perjalanan wisatawan ke obyek wisata timbul

dikarenakan kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan

maupun kepentingan lain atau hanya sekedar ingin tahu, menambah pengalaman

ataupun untuk belajar. Selain itu munculnya berbagai kepentingan masyarakat dari

waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pandapatan, arus modernisasi dan

teknologi (Swantoro, 2004).

Permintaan pariwisata adalah jumlah total dari orang yang melakukan perjalanan

untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan wisata di tempat yang jauh dari tempat

tinggal dan tempat kerja (Mathieson dan Wall dalam Mulyana, 2009). Permintaan

pariwisata berpengaruh terhadap semua sektor perekonomian, perorangan (individu),

Usaha Kecil Menengah, perusahaan swasta dan sektor pemerintah (Sinclair dan Stabler,

1997).

Data yang dapat dijadikan indikator kunjungan wisatawan akan suatu daerah

wisata adalah :

(a) Berapa kali kunjungan wisatawan dalam satu tahun;

(b) Berapa pendapatan wisatawan per bulan;

(c) Berapa biaya perjalanan ke obyek wisata tersebut;

(d) Berapa lama waktu perjalanan;

(e) Berapa lama waktu luang;

(f) Bagaimana fasilitas-fasilitas;

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

(g) Berapa lama waktu berkunjung; dan

(h) Berapa biaya perjalanan ke obyek wisata lain.

2.5. Pendapatan

Permintaan pariwisata terutama dipengaruhi oleh pendapatan, harga dan

informasi tentang seluruh perubahan permintaan dari setiap variabel tersebut juga

penting bagi penyedia dan pembuat kebijakan pariwisata. Pendapatan yang naik dengan

harga relatif konstan, efeknya paling banyak pada jenis pariwisata dan daerah tujuan

wisata kemungkinan besar adalah positif.

Pendapatan sangat mempengaruhi permintaan produk industry pariwisata.

Kekuatan untuk membeli ditentukan oleh disposable income yang erat kaitannya dengan

tingkat hidup (standard of living) dan intensitas perjalanan (travel intensity), dengan

kata lain semakin besar pendapatan bebas seseorang maka akan semakin besar

kemungkinan orang tersebut melakukan perjalanan wisata yang diinginkan (Yoeti,

2008). Hal ini dapat mendukung bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

jumlah permintaan kunjungan ke objek wisata dengan pendapatan individu, seperti yang

dikemukakan Sukirno (2005) bahwa perubahan dalam pendapatan akan menimbulkan

perubahan permintaan suatu produk. Karena semakin tinggi pendapatan seseorang,

maka perjalanan wisata dianggap bukan suatu hal yang mahal.

2.6. Biaya perjalanan

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tempat wisata dapat dilakukan dengan

pendekatan biaya perjalanan, metode biaya perjalanan ini dilakukan dengan

menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang

digunakan untuk mencapai tempat wisata serta untuk mengestimasi besarnya nilai

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat wisata yang dikunjungi

(Yakkin dalam Hidayat, 2011).

Menurut Walter Nicholson dalam Hidayat (2011) biaya adalah pengeluaran yang

sepantasnya atau sewajarnya untuk menghasilkan/mendapatkan barang dan jasa. Dalam

melakukan perjalanan wisata atau dalam kegiatan wisata biaya ini adalah biaya yang

dikeluarkan oleh wisatawan dalam menggunakan jasa lingkungan selama mereka berada

dilokasi wisata tersebut. Hal ini mencerminkan nilai dari sumber daya lingkungan atau

tempat rekreasi.

Yoeti (2008) mengemukakan bahwa wisatawan akan mengeluarkan sejumlah

uang dari pendapatannya untuk membayar berbagai macam kebutuhan (tourist

expenditures) seperti biaya transportasi (transportations), biaya makan dan minum

selama berkunjung (food and beverages), biaya menginap (accomodations), biaya

belanja (purchases) dan keperluan lain-lain (others). Dalam penelitian terdapat variabel-

variabel yang digunakan dalam biaya perjalanan ke objek wisata seperti biaya

transportasi, konsumsi, akomodasi, tiket masuk, dokumentasi dan biaya-biaya lain yang

tidak terduga.

2.7. Lama perjalanan

Salah satu sifat pariwisata adalah bahwa objek wisata tersebut tidak dapat

dipindah-pindahkan sehingga pengunjunglah yang harus datang untuk menikmati wisata

tersebut (Spillane, 1987). Maka dari itu, aksesibilitas seperti jarak dari tempat asal

wisatawan ke lokasi objek wisata dan juga transportasi yang memadai juga

mempengaruhi permintaan untuk melakukan perjalanan wisata.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Suparmoko (2002) menambahkan bahwa semakin jauh jarak tempat tinggal

seseorang dari lokasi tempat rekreasi tersebut akan semakin rendah permintaannya

terhadap jasa taman rekreasi tersebut. Para wisatawan yang lebih dekat dengan lokasi

taman wisata tersebut akan lebih mampu datang mengunjungi dan memanfaatkan

lingkungan yang ada dengan biaya yang lebih murah dan ini semua tercermin pada

biaya perjalanan yang dikeluarkan. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan

memakan waktu perjalanan yang lebih lama, dan para wisatawan diduga lebih memilih

lokasi wisata yang lebih dekat untuk dicapai. Prasarana untuk menuju ke lokasi wisata

pun juga harus memadai, jika jarak lebih jauh yang berarti lama perjalanan lebih

memakan waktu, maka wisatawan pasti menghendaki perjalanan yang aman, yang

artinya hambatan seperti jalan rusak, jalan tanpa pembatas atau belum diperlebar

seharusnya diperbaiki.

2.8. Waktu luang

Dalam bahasa Inggris waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Sedangkan

kata leisure berasal dari bahasa latin licere, yang mempunyai arti diizinkan (to be

permitted) atau menjadi bebas (to be free). Oleh karena itu loisir yang berasal dari

bahasa Perancis mengandung arti waktu luang (free time). Jadi secara keseluruhan,

waktu luang dapat didefinisikan sebagai terlepas dari segala tekanan (freedom from

constraint), adanya kesempatan untuk memilih (opportunity to choose), waktu yang

tersisa usai kerja (time left over after work) atau waktu luang setelah mengerjakan

segala tugas sosial yang telah menjadi kewajiban (free time after obligatory social

duties have been met) (Torkildsen Gorge, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Berdasarkan teori yang disebutkan oleh Torkildsen Gorge di dalam bukunya

Leisure and Recreation Management, waktu luang dimulai sejak era revolusi industri,

yang terjadi di abad 20, hingga kini, telah tercatat beragam definisi mengenai waktu

luang, antara lain :

(a) Waktu luang sebagai waktu;

(b) Waktu luang sebagai aktivitas;

(c) Waktu luang sebagai suatu suasana hati atau sikap mental yang positif;

(d) Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti yang luas; dan

(e) Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup.

2.9. Fasilitas-fasilitas

Fasilitas merupakan suatu jasa pelayanan yang disediakan oleh suatu obyek

wisata untuk menunjang atau mendukung aktivitas-aktivitas wisatawan yang

berkunjung di obyek wisata tersebut, misalnya saja seperti hotel, restaurant, alat

transpotasi, toko sovenir dan lain-lain. Apabila suatu obyek wisata memiliki fasilitas-

fasilitas yang memadai serta memenuhui standar pelayanan dan dapat memuaskan

pengunjung maka dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi melalui kesan-kesan baik

dari pengunjung sebelumnya. Sebaliknya jika suatu obyek wisata tidak memiliki

fasilitas yang memuaskan maka permintaan berwisata akan menurun.

Dalam melakukan perjalanan wisata, wisatawan membutuhkan berbagai fasilitas

wisata untuk menunjang kegiatan wisata mereka seperti fasilitas ibadah, fasilitas

rekreasi, restoran, fasilitas hiburan, fasilitas kamar mandi dan lain-lain (Swantoro,

2004). Fasilitas merupakan unsur industri pariwisata yang sangat penting. Berapa pun

besarnya suatu daerah tujuan wisata, jika fasilitasnya tidak memadai, maka keinginan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut akan diurungkan (Spillane, 1987).

Seluruh fasilitas itu dibangun dengan tujuan menimbulkan rasa betah dan nyaman

kepada wisatawan untuk tinggal lebih lama di obyek wisata tersebut dan berniat untuk

kembali lagi kesana dalam lain kesempatan.

2.10. Lama berkunjung

Faktor lama berkunjung memang merupakan salah satu faktor yang menentukan

besar atau kecilnya pendapatan dari industri pariwisata. Menurut Yoeti (2008) bahwa

semakin lama seorang wisatawan tinggal si suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), semakin

banyak uang yang dibelanjakan di DTW tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan

minum serta akomodasi hotel selama tinggal disitu. Lama berkunjung wisatawan biasanya

banyak tergantung pada :

(a) Besarnya potensi wisata yang dimiliki DTW yang bersangkutan;

(b) Tour operator setempat dapat mengemas paket wisata yang dijual sehingga dapat

menarik banyak wisatawan untuk membeli option tour;

(c) Kualitas pelayanan yang diberikan oleh akomodasi perhotelan dan restoran yang ada;

(d) Faktor kaamanan dan kenyamanan dapat dijaga sehingga wisatawan lebih betah

berlama-lama tinggal di DTW tersebut; dan

(e) Faktor transportasi, telekomonikasi dan fasilitas rekreasi tersedia di DTW tersebut.

2.11. Biaya perjalanan ke obyek wisata lain

Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang, barang

tersebut dapat bersifat substitusi (pengganti). Apabila harga barang lebih murah maka

jumlah permintaan terhadap barang yang digantikan akan mengalami penurunan.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Dalam teori permintaan, salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang lain, yang mana dibedakan menjadi barang substitusi dan barang

komplementer. Dalam pariwisata, barang substitusi dan barang komplementer berupa

objek wisata lain yang dapat menggantikan atau melengkapi objek wisata yang ada.

Munculnya barang lain ini dapat terjadi karena bedanya fasilitas yang ditawarkan atau

bedanya biaya perjalanan yang harus dikeluarkan oleh wisatawan untuk berkunjung.

2.12. Penelitian Terdahulu

Salma dan Indah Susilowati (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Permintaan Objek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal dengan Pendekatan

Travel Cost”, penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear berganda dengan

variabel terikat yaitu jumlah kunjungan ke objek wisata alam curug sewu dan variabel

bebas yaitu biaya perjalanan, biaya perjalanan ke objek wisata lain, umur, pendidikan,

penghasilan dan jarak. Dari hasil analisis data di dapat bahwa dari keenam variabel

bebas yang diamati hanya dua variabel yang signifikan yaitu biaya perjalanan dan jarak.

Syahadat (2005) dalam penelitian berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kunjungan Wisatawan di Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP)” menggunakan alat

analisis regresi linear berganda dengan variabel terikat yaitu jumlah pengunjung dan

empat variabel bebas yaitu pelayanan, sarana prasarana, Obyek dan Daya Tarik Wisata

Alam (ODTWA) dan keamanan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa keempat

variabel bebas tersebut secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhdap jumlah

wisatawan akan tetapi tidak signifikan pada taraf nyta α = 0,01, akan tetapi secara

parsial dari keempat faktor tersebut hanya satu yang mempunyai pengaruh yang

signifikan yaitu faktor keamanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Hidayat (2011) dalam penelitian berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Kunjungan Wisatawan di Taman Nasional Way Kambas Propinsi Lampung”

menggunakan alat analisis regresi linear berganda dengan variabel terikat yaitu jumlah

kunjungan dan lima variabel bebas yaitu biaya perjalanan, biaya waktu, pendapatan

individu, pendidikan dan waktu luang. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan

bahwa variabel-variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kunjungan wisata di Taman Nasional Way Kambas pada taraf α = 5% dan α = 10%.

Tazkia dan Banatul Hayati (2012) dalam penelitian berjudul “Analisis

Permintaan Obyek Wisata Pemandian Air Kalianget, Kabupaten Wonosobo dengan

Pendekatan Travel Cost” menggunakan alat analisis regresi linear berganda dengan

variabel terikat yaitu jumlah permintaan wisata dan enam variabel bebas yaitu biaya

perjalanan, biaya perjalanan ke obyek wisata lain, pendapatan rata-rata perbulan, jarak,

kelompok kunjungan dan tujuan kunjungan. Berdasarkan hasil analisis hanya variabel

biaya perjalanan dan pendapatan rata-rata perbulan berpengaruh signifikan terhadap

variabel jumlah permintaan di obyek wisata pemandian air panas kalianget.

Canti et.al. (2012) dalam penelitian berjudul “Analisis Intensitas Kunjungan

Objek Wisata Air Terjun Linggahara Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara”

menggunakan alat analisis regresi linear berganda dengan variabel terikat yaitu

intensitas kunjungan dan empat variabel bebas yaitu biaya perjalanan, pendapatan, jarak

tempuh dan pendidikan. Berdasarkan hasil analisis hanya variabel biaya perjalanan dan

pendapatan yang berpengaruh terhadap intensitas kunjungan obyek wisata air terjun

linggahara.

2.13. Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Didalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa variabel bebas yaitu

variabel pendapatan, variabel biaya perjalanan, variabel lama perjalanan, variabel waktu

luang, variabel fasilitas-fasilitas, variabel lama berkunjung dan variabel biaya

perjalanan ke obyek wisata lain sehingga nantinya akan diperoleh fungsi jumlah

kunjungan wisatawan pada obyek Wisata di Kawasan Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai.

Adapun kerangka konseptual yang digunakan adalah sebagai berikut :

Pendapatan

Biaya perjalanan

Lama perjalanan

Waktu luang

Fasilitas-fasilitas

Jumlah kunjungan

Lama berkunjung

Biaya perjalanan ke obyek wisata lain

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan Permintaan adalah

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual

2.14. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dan perumusan masalah di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pendapatan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke obyek

wisata di Kawasan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke

obyek wisata di Kawasan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Lama perjalanan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke

obyek wisata di Kawasan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

4. Waktu luang berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke obyek

wisata di Kawasan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

5. Fasilitas-fasilitas berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke

obyek wisata di Kawasan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

6. Lama berkunjung berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke

obyek wisata di Kawasan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

7. Biaya perjalanan ke Obyek wisata lain berpengaruh positif terhadap jumlah

kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kawasan Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai.

Universitas Sumatera Utara