bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian sebelumnyaeprints.umm.ac.id/40313/3/bab ii.pdfsambungan lasan...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Poedji Haryanto, dkk., (2011) melakukan penelitian Pengaruh Gaya
Tekan, Kecepatan Putar dan Waktu Kontak Pada Pengelasan Gesek Baja ST 60
Terhadap Kualitas Sambungan Las. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh gaya tekan, kecepatan putar dan waktu kontak pada pengelasan gesek
sambungan lasan gesek langsung pada baja ST 60. Didapatkan dengan waktu
gesekan 38 detik dihasilkan tegangan tarik maksimum 726,57, semakin lama
waktu gesekan tegangan tarik maksimum cenderung menurun. Pada nilai
kekerasan terjadi peningkatan harga kekerasan pada daerah sambungan yang
mencapai 65 HRB, sedangkan kekerasan dari material asli sekitar 52 HRB. Untuk
struktur mikro pada sambungan terjadi pemadatan strutur dibandingkan diluar
sambungan, hal ini menunjukkan peningkatan kekuatan pada daerah sambungan.
Wahyu nugroho (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Durasi Gesek Tekanan gesek dan Tekanan Tempa terhadap Kekuatan Sambungan
Lasan Gesek Direct-Drive pada Baja Karbon AISI 1045 menjelaskan tentang
pengaruh durasi gesek tekanan gesek dan tekanan tempa terhadap kekuatan tarik
las gesek pada material baja karbon AISI 1045, dimana didapatkan kekuatan tarik
meningkat seiring dengan bertambahnya durasi gesek , tekanan gesek, dan
tekanan tempa. Hal ini disebabkan tekanan gesek dan durasi gesekan yang
dilakukan sudah mencapai temperatur tempa, sehingga tekanan tempa, sehingga
5
tekanan tempa sebagai fungsi meningkatkan temperatur dan penyambungan dapat
melakukan ikatan yang sangat baik. Sedangkan pengaruh durasi gesek, tekanan
gesek dan tekanan tempa Proses pengelasan dari material AISI 1045 dimulai
dengan membangkitkan panas spesimen uji dengan cara memutar rotating chuck
sampai kecepatan konstan kemudian ditekan sampai kedua permukaan mengalami
kontak langsung dengan 5.98 MPa, 11.96 MPa dan 17.94 MPa. Spesimen uji
diputar dengan kecepatan putaran poros 4124 Rpm dari temperatur kamar sampai
temperatur tempa dan dalam waktu 70 detik, 90 detik. Ketika proses friction
dilakukan maka masing–masing spesimen akan mengalami upsett awal pada
kedua permukaan yang disambung. Setelah waktu yang ditentukan terpenuhi
kemudian dilakukan pengukuran temperatur pada spesimen pada permukaan
dimana dua benda kerja mengalami gesekan kemudian dilanjutkan dengan fase
tempa.
2.2 Las Gesek (Friction Welding)
Friction welding adalah cara pengelasan dimana dengan memutar salah
satu material dan material yang lainnya tidak berputar hanya maju untuk memberi
tekanan pada material yang berputar hingga menimbulkan panas dan
mengakibatkan kedua material tersebut melebur menjadi satu pada ujung yang
digesekkan. Beberapa keuntungan las gesek, yaitu: hasil dari sambungan las gesek
tidak menghasilkan retak, biaya yang murah, tidak memerlukan gas pelindung
selama proses pengelasan, lebih menghemat material, dapat menyambung benda
bulat maupun tidak bulat, dapat menyambung material yang serupa maupun
6
menyambung material yang berbeda jenisnya. Disamping itu las gesek juga
memliki beberapa kekurangan, yaitu: material yang bisa dilas gesek hanya
material berbentuk bulat, benda yang akan dilas harus simetris, ketika akan
menyambung dua material yang berbeda kita harus mengetahui spesifikasi dari
kedua material tersebut (Asm Handbook, 2009).
Bedasarkan cara penggesekannya Friction welding dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Linear Friction Welding
Las gesek dengan sumber panas berasal dari gesekan kedua
permukaan benda kerja itu sendiri.
Gambar 2.1 Mekanisme Linear Friction Welding
Sumber : Modern Welding, 1980 : 37
2. Friction Stir Welding
Las gesek dengan sumber panas berasal dari gesekan antara benda
kerja dan pahat (tools).
7
Gambar 2.2 Mekanisme Friction Stir Welding
Sumber : Modern Welding, 1980 : 37
2.2.1 Linear Friction Welding
Linear friction welding merupakan metode pengelasan yang
memanfaatkan sumber panas/kalor yang berasal dari hasil gesekan kedua
permukaan benda kerja itu sendiri, dimana salah satu benda kerja berputar dan
satu benda lainnya tidak berputar namun menekan.
Gambar 2.3 Simulasi Linier Friction Welding
Sumber : Swanson Industries Inc. 2006
Mekanisme pengelasan ini menggunakan dua buah benda kerja
(logam), dimana salah satu benda kerja berputar dengan kecepatan tertentu
dan relatif tinggi, serta salah satu benda kerja yang lain tidak ikut berputar
tetapi memberikan tekanan terhadap benda kerja yang berputar, dari
8
penekanan benda kerja yang tidak berputar tadi menghasilkan panas yang
dapat melelehkan kedua permukaan logam yang bersgesekan tersebut dimana
partikel dari kedua logam dapat berikatan yang disebakan dari berputarnya
salah satu benda kerja maka partikel dari kedua logam tersebut tercampur
aduk, sedangkan penekanan yang diberikan akan menyebabkan partikel
terdorong dan saling mengisi celah-celah kosong yang sekaligus dapat
mengeluarkan udara yang terjebak, hal ini memberi keuntungan dari
penggunaan las gesek yaitu minimnya cacat porositas pada sambungan las.
Dan proses ini akan menghasilkan penyambungan kedua benda kerja (logam)
tanpa proses pencairan atau yang disebut dengan solid state process.
Pada pegelasan las gesek ini terdapat parameter - parameter utama
yang harus diperhatikan ketika proses penyambungan dengan metode las ini,
parameter–parameter tersebut yaitu :
Rotation speed (kecepatan putaran)
Friction pressure (tekanan penggesekan)
Friction time (waktu penggesekan)
Upset pressure (tekanan akhir/tekanan tempa)
Upset time (waktu penekanan tempa)
9
Gambar : 2.4 Proses Friction Welding
Sumber : Stanley, 2011: 179
Dalam penelitian ini menggunakan metode pengelasan gesek (Friction
Welding) dengan memanfaatkan mesin bubut untuk proses penyambungan dua
permukaan benda kerja dengan baik.
2.3 Kekuatan Sambungan Las
2.3.1 Kekuatan Statik
a. Sifat-sifat Kekerasan
Sifat kekerasan yang dimaksudkan disini adalah sifat-sifat yang
berhubungan dengan pengujian kekerasan. Dalam sambungan las sifat
kekerasan sangat dipengaruhi oleh sifat dari logam induk. sifat daerah
HAZ, sifat logam las dan sifat-sifat dinamik dari sambungan berhubungan
erat dengan geometrid dan distribusi tegangan dalam sambungan.
Kekerasan merupakan tahanan yang diberikan oleh bahan terhadap
10
penekanan ke dalam yang tetap, disebabkan oleh benda tekan yang
berbentuk tertentu karena pengaruh gaya tertentu, penekanan kecil (atau
tidak dalam) menunjukkan kekerasan yang besar (G.L.J. Van Vliet, 1984 :
13).
b. Kekuatan logam Las
Dalam konstruksi las selalu digunakan logam las yang mempunyai
kekuatan dan keuletan yang lebih baik atau paling tidak sama dengan
logam induk. Tetapi karena proses pengelasan kekuatan dan keuletan
logam dapat berubah. Dalam hal logam las sifat ini dipengaruhi oleh
keadaan, cara dan prosedur pengelasan.
c. Sifat tarikan dari sambungan las tumpul
Pada dasarnya kekuatan sambungan las tupul sama dengan
kekuatan logam induk asal pemilihan bahan las dan cara pengelasannya
betul. Dalam pelaksanaannya manik las dalam las tumpul mempunyai
ketebalan yang lebih dari pada pelat yang dilas dan ini disebut penguatan
las. Pada tempat pertemuan antara penguat las dan logam induk biasanya
terjadi ketidak lanjutan yang menyebabkan terbentuknya pengumpulan
atau konsentrasi tegangan yang besarnya sangat tergantung dari bentuk
kaki las dan adanya takik las. Bila bentuk dari manik las rapi konsentrasi
tegangan yang terjadi antara 1,3 sampai 1,8 tegangan rata-rata seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 2.5. Konsentrasi tegangan dan tegangan sisa
pada kenyataannya tidak mempengaruhi kekuatan sambungan las tumpul.
(Wiryosumarto, 2014 : 181)
11
Gambar 2.5: Konsentrasi tegangan pada las sudut
Sumber : Wiryosumarto, 2014 : 184
Dalam penelitian ini tidak membahas tentang sifat kekerasan
material melainkan untuk mengetahui kekuatan tarik sambungan material
dengan metode las gesek (Frictiion Welding).
2.3.2 Efisiensi Sambungan
Efisiensi sambungan didefinisikan sebagai faktor penurunan terhadap
tegangan boleh dari logam induk yang dirumuskan sebagai berikut
Efisiensi sambungan (𝜂) =tegangan boleh dari sambungan (𝜎𝑏𝑤)
tegangan boleh dari logam induk (𝜎𝑏)
Besarnya efisiensi sambungan ditentukan berdasarkan bahan las, cara
pengelasan, cara pemeriksaan dan keadaan tempat penggunaan sambungan.
Secara lebih terperinci hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan 𝜂
adalah :
1. Bahan las
2. Cara mengelas : las busur tangan, las busur terendam dan lain
sebagainya.
3. Tempat pengelasan : di pabrik atau di lapangan adn posisi pengelasan,
datar, atas kepala dan lain-lainnya.
12
4. Laku panas : pembebasan tegangan sisa, pemanasan mula dan lain-
lain.
5. Penyelesaian.
6. Persiapan permukaan.
7. Jenis pemeriksaan.
8. Jenis dari sambungan : las sudut, dengan penguat dan lain-lainnya.
9. Jenis beban : statis, dinamis aatau beban tumbuk.
10. Keadaan pengguanaan : suhu, tekanan, atmosfir dan lain sebagainya.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas, beberapa efisiensi sambungan
untuk bidang-bidang penggunaan tertentu telah distandarkan. Dalam tabel 2.1
ditunjukkan efisiensi sambungan untuk bejana tekan yang berubah dengan
tingakat pemeriksaan radiografi. (Wiryosumarto, 2014 : 188)
Tabel 2.1 : Efisiensi sambungan. (Wiryosumarto, 2014 : 188)
Dalam penelitian ini besarnya efisiensi sambungan ditentukan
bedasarkan bahan las, metode pengelasan, dan jenis pemeriksaan sambungan.
13
2.4 Aplikasi Las Gesek
Penyambungan dengan menggunakan metode friction welding ini telah
banyak digunakan dalam industri otomotif dan industri perkapalan. Contoh
aplikasi penyambungan dengan mengggunakan metode liniear friction welding ini
ditunjukkan pada gambar 2.6 berikut ini.
Gambar 2.6 Aplikasi Las Gesek
Sumber : Manufacturing Tecnology INC
2.5 Klasifikasi Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit Si, Mn,
P, S, dan Cu (Wiryosumarto, 1985: 89). Sifat dari baja karbon sangat tergantung
pada kadar karbon. Berdasarkan kadar karbonnya, baja dibedakan menjadi tiga :
a. Baja karbon rendah, dengan kandungan karbon kurang dari 0,3%
b. Baja karbon sedang, dengan kandungan karbon 0,3% - 0,45%
c. Baja karbon tinggi, dengan kandungan karbon 0,45% - 1,70%
Pada baja karbon rendah dapat dilas dengan semua cara pengelasan yang
ada didalam praktek dan hasilnya akan baik bila perisapannya sempurna dan
14
persyaratan yang diperlukan terpenuhi. Pada kenyataannya baja karbon rendah
adalah baja yang mudah dilas. (Wiryosumarto, 2000)
Tabel 2.2: Klasifikasi Baja Karbon. (Wiryosumarto, 2014 : 90)
Dalam penelitian ini menggunakan baja ST 41 yang berbentuk poros pejal
dengan diameter 16 mm sebagai spesimen pengelasan gesek (Friction Welding).
2.6 Pengujian Tarik
Sifat Tarikan yang dimaksudkan disini adalah sifat-sifat yang berhubungan
dengan pengujian tarik. Dalam sambungan las sifat tarik sangat dipengaruhi oleh
sifat dari logam induk, sifat daerah HAZ, sifat logam las dan sifat-sifat dinamik
dari sambungan berhubungan erat dengan geometri dan distribusi tegangan dalam
sambungan
Dua batang uji tarik untuk sambungan las ditunjukkan dalam gambar 2.7
yang satu dengan arah tarikan melintang garis las dan yang lain dengan arah
tarikan sejajar garis las. Dalam pengujian batang uji tersebut dibebani dengan
kenaikan beban sedikit demi sedikit sampai batang uji patah. Kemudain sifat-sifat
tarikannya dapat dihitung dengan persamaan-persamaan (2.1) dan (2.2).
15
Tegangan: (2.1)
Regangan: (2.2)
Gambar 2.7: Ukuran batang uji tarik menurut AWS
Sumber : Wiryosumarto, 2014 : 181
Hubungan antara antar tegangan dan regangan untuk batang uji bulat dapat
dilihat dalam gambar 2.6. Didalam gambar, titik P menunjukkan batas dimana
hukum Hooke masih berlaku dan disebut batas proporsi dan titik E menunjukkan
batas dimana bila beban diturunkan ke nol lagi tidak terjadi perpanjangan tetap
pada batang uji dan disebut batas elastik. Titik E sukar ditentukan dengan tepat
karena itu biasanya ditentukan batas elastik dengan perpanjangan tetap sebesar
0,005% sampai 0,01%. Titik S1 disebut titik luluh atas dan titik S2 titik luluh
16
bawah. Pada beberapa logam batas luluh ini tidak kelihatan dalam diagram
tegangan-regangan dan dalam hal ini tegangan luluhnya ditentukan sebagai
tegangan dengan regangan sebesar 0,2% seperti ditunjukkan dalam gambar 2.3.
Tegangan yang tertinggi adalah kekuatan tarik dari logam 𝜎𝑡 dan tegangan yang
terjadi pada waktu patah disebut tegangan patah 𝜎𝑝.
Gambar 2.8: Kurva tegang-regang teknik
Sumber : Wiryosumarto, 2014 : 182
17
Gambar 2.9: Batas elastis dan Tegangan luluh 0,2%
Sumber : Wiryosumarto, 2014 : 182
Keuletan logam ditentukan sebagai regangan tertinggi dalam logam yang
dapat dihitung dengan persamaan (2.2) dengan L=𝐿𝑓 seperti yang ditunjukkan
dalam gambar 2.10. Dalam hal batang uji bulat keuletan dapat juga dinilai dari
reduksi penampang (RA), yang didefinisikan seperti dalam persamaan (2.3).
(2.3)
Gambar 2.10: Patahan pada batang uji tarik
Sumber : Wiryosumarto, 2014 : 183
18
Dalam penelitian ini menggunakan pengujian tarik untuk mengetahui
kekuatan tarik baja ST 41 setelah proses pengelasan dengan metode las gesek
(Friction Welding).