bab ii tinjauan pustaka 2.1 orally disintegrating tablet...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Orally Disintegrating Tablet (ODT)
2.1.1 Pengertian
Rute pemberian obat secara oral adalah rute paling umum dan nyaman
digunakan oleh pasien. Tablet dan kapsul merupakan bentuk sediaan obat solid
(padat) yang paling banyak digunakan saat ini, termasuk di dalamnya tablet
konvensional dan pelepasan terkontrol hingga kapsul gelatin keras dan lunak
(hard and soft gelatin capsules) (Sharma, et al., 2011). Namun di antara
penggunaan keduanya tablet merupakan bentuk sediaan yang paling disukai
karena mudah diproduksi, mudah pengemasan begitu juga penggunaannya
(Rao dan Gandhi., 2006).
Bentuk sediaan padat banyak digunakan karena mudahnya pemberian,
memiliki dosis yang akurat dan dapat digunakan sendiri tanpa adanya rasa
sakit. Bentuk sedian padat yang umum adalah tablet dan kapsul, bentuk sediaan
ini bagi beberapa pasien sulit untuk ditelan. Pasien harus minum air untuk
dapat menelan bentuk sediaan tersebut. Pasien sering sekali merasa kesulitan
dan tidak nyaman dalam menelan tablet konvensional (Parmar, et al., 2009).
Adanya berbagai perubahan fungsi fisiologis terkait usia, termasuk kesulitan
menelan tablet secara utuh, akan menurunkan tingkat kepatuhan. Kelompok
pasien yang menjadi perhatian atas isu ini terutama adalah pediatri dan geriatri
(Rao dan Gandhi., 2006). Banyak penelitian yang kemudian dikembangkan
untuk mengatasi masalah ini dan tablet cepat hancur di mulut (Orally
Universitas Sumatera Utara
Disintegrating Tablet) telah ditemukan sebagai salah satu bentuk sediaan
paling bermanfaat (Koseki, et al., 2008)
Sediaan ODT ini mempunyai beberapa karakteristik yang
membedakannya dari bentuk sediaan yang lain. Penutupan rasa adalah hal yang
sangat penting dalam formulasi ODT yang bisa diterima. Umumnya formulasi
tablet tidak dipengaruhi oleh penutupan rasa, karena diasumsikan bahwa
sediaan tersebut tidak akan melarut sampai sediaan tersebut melewati rongga
mulut. Kebanyakan suspensi oral, sirup, dan tablet kunyah hanya mengandung
flavor dan pemanis lain untuk menyamarkan rasa pahit obat pada sediaan
(Kundu dan Sahoo, 2008).
ODT ini dimaksudkan untuk mengalami disintegrasi di mulut ketika
kontak dengan air ludah/saliva dalam waktu kurang dari 60 detik (Kundu dan
Sahoo, 2008). Untuk proses ini, jumlah saliva yang sedikit telah cukup untuk
memungkinkan terjadinya disintegrasi tablet. Oleh karena tidak diperlukan air
untuk menelan obat, pasien dapat memakan obat tanpa minum air (Koseki, et
al., 2008). Hal ini tentu akan mempermudah dan meningkatkan kepatuhan
pasien pediatrik, geriatri maupun pasien yang mengalami gangguan mental
yang mengalami kesulitan menelan tablet konvensiol. Selain itu, sejumlah
bagian obat juga mungkin diabsorpsi di daerah pra-gastrik seperti mulut, faring
dan esofagus ketika air ludah turun ke lambung sehingga ketersediaan hayati
obat akan meningkat dan dosis obat dapat dikurangi; peningkatan terapi
sebagai hasil pengurangan dari efek yang tidak diinginkan (Sharma, et al.,
2011).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Karakteristik ideal ODT
Oleh karena sediaan ODT berbeda dari tablet konvensional umumnya,
sediaan ODT hendaknya memiliki beberapa karakteristik yang ideal
diantaranya yaitu (Fu, et al., 2004):
a. Disintegrasi yang cepat. Secara umum, hal ini berarti bahwa disintegrasi
tablet ODT harus terjadi dalam waktu kurang dari 1 menit. Namun
demikian, akan lebih disukai bila disintegrasi terjadi secepat mungkin di
dalam rongga mulut. ODT harus mengalami disintegrasi dengan sedikit atau
tanpa meminum air sama sekali dan dimaksudkan untuk melarut dengan air
ludah pasien sendiri.
b. Penutupan rasa (taste-masking) dari senyawa aktif. Hal ini dikarenakan obat
ODT akan melarut atau mengalami disintegrasi di dalam mulut. Setelah
melarut, sediaan diharapkan tidak atau sedikit meninggalkan residu. Rasa
yang enak di mulut kemudian menjadi persoalan yang kritis. Teknologi
penutupan rasa yang ideal hendaknya mampu menghasilkan mouth-feel
yang baik dan tidak memberikan sensasi berpasir (grittiness) di mulut.
c. Kekerasan dan porositas tablet yang optimal. Oleh karena ODT dirancang
memiliki waktu disintegrasi/disolusi yang cepat, dibutuhkan zat tambahan
(excipients) dengan derajat keterbasahan (wettability) yang tinggi dan
struktur tablet dengan porositas yang tinggi guna memastikan absorpsi air
yang cepat ke dalam tablet. Kekerasan tablet berbanding terbalik dengan
porositasnya, maka adalah hal penting untuk mendapatkan porositas tablet
dengan absorpsi air yang cepat tanpa mengurangi kekerasan tablet sehingga
Universitas Sumatera Utara
tidak mudah rusak selama pengemasan dan pendistribusian dalam blister
atau botol tablet konvensional.
d. Sensitifitas yang rendah terhadap kelembapan. ODT seringkali sensitif
terhadap kelembapan, hal ini dikarenakan zat tambahan dengan kelarutan
dalam air yang tinggi banyak digunakan dalam formulasi ODT. Untuk
mengatasi hal ini, diperlukan strategi pengemasan yang baik untuk
melindungi tablet dari berbagai pengaruh lingkungan.
2.1.3 Kelebihan dan kekurangan formulasi ODT
ODT memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
tablet ODT diantaranya adalah (Bhowmik, et al., 2009):
a. Diberikan tanpa air kapan pun dan dimana pun
b. Mudah diberikan kepada pasien yang sulit menelan seperti penderita stroke,
pasien geriatri dan pediatri.
c. Keuntungan pada beberapa kasus seperti pada saat serangan alergi tiba-tiba,
dan pada saat mabuk perjalanan, dimana onset obat yang sangat cepat
dibutuhkan.
d. Peningkatan bioavailabilitas pada obat-obat yang sukar larut dan hidrofobik,
karena disintegrasi dan disolusi yang cepat dari sediaan ini.
e. Rasa yang enak dimulut sehingga dapat mengurangi persepsi bahwa obat itu
pahit untuk anak-anak dan dengan rasa yang enak tersebut dapat pula
meningkatkan kepatuhan pasien.
f. Absorbsi pra-gastrik akan menghindari zat aktif dari metabolisme lintas
pertama di hati, sehingga dapat meningkatan bioavailabilitas obat dan dosis
Universitas Sumatera Utara
obat dapat dikurangi; peningkatan terapi sebagai hasil pengurangan dari
efek yang tidak diinginkan.
Kekurangan dari tablet ODT diantaranya adalah:
a. Tablet biasanya tidak mempunyai kekuatan mekanik yang cukup. Oleh
karena itu penanganan yang hati-hati sangat dibutuhkan.
b. Tablet mungkin meninggalkan rasa yang tidak enak dimulut jika tidak
diformulasi dengan baik.
2.2 Metode Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slug) dan kempa langsung (Ditjen POM, 1995).
a. Granulasi basah
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu
dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak
menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C.
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin pencetak
tablet (Anief, 1994).
b. Granulasi kering
Disebut juga slugging atau prekompresi. Metode ini digunakan pada obat
yang peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk,
1994).
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slagging atau
dikompresi menjadi tablet. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan
Universitas Sumatera Utara
tidak menimbulkan banyak serbuk. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan
tangan atau alat dan diayak dengan ayakan yang sesuai, lalu ditambahkan
pelicin kemudian dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989).
c. Kompresi Langsung
Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat
bahan pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk
bahan-bahan tertentu saja yang berbentuk kristal/butir-butir granul yang
mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk membuat tablet yang baik dan
memungkinkan untuk dikompresi langsung (Voigt, 1994).
Metode kempa langsung memberikan beberapa keuntungan diantaranya
tahapan produksinya sangat singkat (hanya pencampuran dan pengempaan),
peralatan yang dibutuhkan tidak banyak, ruangan yang dibutuhkan kecil dan
tenaga yang dibutuhkan juga tidak banyak karena prosesnya singkat (Ansel,
1989).
2.3 Komposisi tablet
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi,
bahan pengikat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat
ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring
agent) dan pemanis (Ansel, 1989).
a. Pengisi
Diperlukan dalam formulasi tablet agar tablet memiliki ukuran untuk
menambah massa tablet yang mengandung bahan aktif dengan jumlah kecil.
Sifatnya harus netral secara kimia, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik
Universitas Sumatera Utara
(Voigt, 1995). Pengisi dapat juga ditambahkan karena alasan kedua yaitu
memperbaiki daya alir sehingga dapat dikempa langsung. Contoh bahan-bahan
pengisi yaitu: laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium
sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat (Soekemi, dkk.,
1987).
b. Pengikat
Ditambahkan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet,
juga untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granul
(Voigt, 1994). Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa,
gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi,
dkk., 1987).
c. Penghancur
Ditambahkan untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak
dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, dkk.,
1994). Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom,
derivat selulosa, dan alginat (Soekemi, dkk., 1987).
d. Pelicin
Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong
pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi
pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet
dari die. Bahan pelicin yaitu : Mg-stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin
dengan titik lebur tinggi, amilum maydis (Soekemi, dkk., 1987).
Universitas Sumatera Utara
2.4 Uji Preformulasi
Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah
memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat
massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks
tap.
Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul
melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik untuk 100 g
granul, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot
tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin (Cartensen,
1977).
Pengukuran sudut diam dilakukan dengan menggunakan alat flowmeter.
Granul dibiarkan mengalir bebas dari corong. Serbuk akan membentuk
kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang
dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut
(Voigt, 1994).
Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah
serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Serbuk atau granul yang baik
mempunyai indeks tap kurang dari 20% (Cartensen, 1977).
2.5 Evaluasi tablet
a. Kekerasan tablet
Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan
dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi
menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang
mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga
yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara
umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk.,
1987). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang
mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu,
berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan
jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat
adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya
kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, dkk., 1994).
b. Friabilitas
Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan
gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan
keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm,
menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100
putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai
1% (Lachman, dkk., 1994).
c. Waktu hancur
Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi
partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan
waktu yang diperlukan untuk tablet dapat hancur di bawah kondisi yang
ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Lachman,
dkk., 1994).
Universitas Sumatera Utara
d. Kadar zat berkhasiat
Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet
harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet
untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman,
dkk., 1994). Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing
monografi masing-masing bahan obat.
2.6 Uraian Tentang Bahan
2.6.1 Natrium diklofenak
Natrium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat yang
menyerupai flurbiprofen dan meklofenamat. Potensinya lebih besar dari
indometasin atau dari naproksen. Obat ini memiliki sifat-sifat antiinflamasi,
analgesik dan antipiretik. Obat ini digunakan untuk efek-efek analgetik dan
antipiretik pada symptom artritis reumatoid. Struktur natrium diklofenak dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur natrium diklofenak
Nama kimia : Sodium [2-(2,6-dichloroanilino)phenyl] asetat
Rumus Molekul : C14H10Cl2NO2Na
Berat Molekul : 318,1
Pemerian : Serbuk kristalin, berwarna putih kekuningan dan
tidak berbau
Universitas Sumatera Utara
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, sangat mudah larut
dalam metanol, larut dalam etanol, sedikit larut
dalam aseton, praktis tidak larut dalam eter,
kloroform dan asetat encer.
Natrium Diklofenak cepat diabsorpsi melalui saluran cerna setelah
pemberian oral, efek analgetik dimulai setelah 1 jam dan mempunyai waktu paruh
1-2 jam (Katzung, 2002). Obat ini mengalami metabolisme lintas pertama di hati
(first pass effect = FPE).. Efek samping yang terjadi pada kira-kira 20% penderita
meliputi pendarahan saluran cerna dan timbulnya tukak lambung (Tan dan
Rahardja, 2007). Pemakaian obat ini harus berhati–hati pada penderita tukak
lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan (Ganiswarna, 1995).
2.6.2 Natrium pati glikolat
Natrium pati glikolat adalah serbuk putih, atau hampir seluruhnya
putih, tidak berbau, tidak berasa, dan sebuk mengalir bebas. Struktur Natrium
pati glikolat dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur natrium pati glikolat
Universitas Sumatera Utara
Natrium pati glikolat banyak digunakan dalam oral farmasetik sebagai
bahan penghancur dalam formulasi kapsul dan tablet dengan kempa langsung
atau granulasi basah. Konsentrasi yang sering digunakan dalam formulasi
adalah antara 2-8% dengan konsentrasi optimum adalah 4 % untuk tablet
konvensional dan lebih dari 10% untuk tablet fast disintegrating. Serbuk
sodium starch glycolat berwarna putih sampai putih kelabu, tidak berbau, tidak
berasa, serbuk mudah mengalir. Kelarutan mudah larut dalam etanol (95%),
praktis tidak larut air (Rowe, et al., 2009).
2.6.3 Krospovidon
Krospovidon mempunyai nama kimia 1-ethenyl-2-pyrolidinone. Serbuk
putih sampai putih kekuningan, mengalir bebas, praktis tidak berasa, tidak
berbau atau hampir tidak berbau, bersifat higroskopis, praktis tidak larut dalam
air dan dalam sebagian besar pelarut organik. Krospovidon memiliki aktivitas
kapiler yang tinggi dan cepat (Rowe, et al., 2009).
2.6.4 Selulosa mikrokristalin
Selulosa mikrokristal adalah selulosa yang dimurnikan secara parsial,
berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal yang terdiri atas
partikel-partikel yang menyerap (Rowe, et al., 2009).
Selulosa mikrokristalin sering juga disebut dengan avicel, suatu zat
yang dapat dicetak langsung. Sifat mengalirnya baik, dan sifat pencetakan
langsungnya juga bagus sekali. Harganya cukup mahal bila digunakan sebagai
pengisi dengan kadar tinggi, karena itu sering dikombinasi dengan zat lain. Zat
Universitas Sumatera Utara
ini merupakan bahan pengisi yang banyak digunakan (Lachman, dkk., 1994).
Struktur selulosa mikrokristalin dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Struktur selusosa mikrokristalin
Selulosa mikrokristal secara luas digunakan dalam farmasi, terutama
sebagai pengikat/pengisi dalam formulasi tablet dan kapsul yang dapat
digunakan dalam proses granulasi basah dan kempa langsung. Selain
digunakan sebagai pengikat/pengisi, selulosa mikrokristalin juga mempunyai
sifat lubrikan dan disintegran yang dapat berguna dalam pembuatan tablet
(Rowe, et al., 2009).
2.7 Superdisintegrants
Bahan penghancur atau superdisintegrants merupakan bahan utama
dalam formulasi ODT. Superdisintegrants ditambahkan untuk memudahkan
pecahnya atau hancurnya tablet saat kontak dengan air. Daya mengembang
superdisintegrants sangat tinggi dan cepat sehingga mampu mendesak kearah
luar secara cepat yang akan menyebabkan tablet cepat hancur. Beberapa aksi
superdisintegrants dalam mendistegrasikan tablet, antara lain (Bhowmik, et al.,
2009):
Universitas Sumatera Utara
1) Aksi kapiler (Wicking)
Tablet yang merupakan hasil pengempaan dari granul, memiliki pori-
pori kapiler. Dan pada saat tablet bersinggungan dengan medium air, maka air
akan berpenetrasi masuk ke dalam pori-pori tablet. Akibatnya ikatan antar
partikel menjadi lemah dan pada akhirnya tablet akan pecah (Bhowmik, et al.,
2009).
2) Pengembangan (Swelling)
Beberapa bahan penghancur apabila terkena air maka akan
mengembang, akibatnya partikel penyusun tablet akan terdesak dan pecah.
Hancurnya tablet dengan mekanisme ini dipengaruhi oleh struktur pori-pori
tablet. Semakin kecil pori-pori granul yang ada di dalam tablet, maka semakin
besar tenaga untuk menghancurkan tablet (Bhowmik, et al., 2009). Gambar
mekanisme wicking dan swelling dapat dilihat pada Gambar 2.4.
WICKING SWELLING
Gambar 2.4 Mekanisme wicking dan swelling
Partikel mengembang dan
merapuhkan matrix tablet
secara bersamaan
Air ditarik oleh disintegran
dan dimanfaatkan untuk
mengurangi ikatan antar
partikel
Universitas Sumatera Utara
3) Perubahan bentuk (Deformation)
Partikel yang mengalami penekanan pada proses pengempaan akan
berubah bentuknya. Apabila tablet terkena air maka partikel yang membentuk
tablet akan kembali ke bentuk asalnya, maka partikel tablet akan berdesakan
sehingga tablet dapat hancur (Bhowmik, et al., 2009).
4) Perenggangan (Repulsion)
Teori ini menerangkan bahwa partikel tidak mengembang tetapi dengan
adanya air yang masuk melalui jaringan kapiler yang tersusun di dalam tablet
maka partikel akan tolak menolak sehingga akan saling memisahkan diri
kemudian lepas dari susunannya di dalam tablet. Proses ini akan membantu
terjadinya disintegrasi (Bhowmik, et al., 2009). Gambar mekanisme
deformation dan repulsion dapat dilihat pada Gambar 2.5.
DEFORMATION REPULSION
Gambar 2.5 Mekanisme deformation dan repulsion
Partikel mengembang
menjadi ukuran fine dan
merapuhkan matrix tablet
Air diserap kedalam pori-
pori tablet dan partikel
menjauh satu dengan yang
lain.
Universitas Sumatera Utara