bab ii tinjauan pustaka 2.1 komunikasi 2.1.1 definisi ...eprints.umm.ac.id/48531/3/bab ii.pdf1....
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Pada hakikat manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya
komunikasi. Komunikasi merupakan cara manusia untuk menyampaikan
pesan melalui simol-simbol untuk mencapai tujuannnya. Ada beberapa fitur-
fitur penting dalam ranah komunikasi. Fitur pertama adalah proses,
komunikasi adalah sebuah proses yang dimana selalu bergerak, semakin
maju ataupun berubah secara terus-menerus. Mulai kita dilahirkan
komunikasi akan terus berlanjut sampai kita mati.
Komunikasi juga adalah suatu sistem, yang memiliki arti dimana dia
terjadi dalam suatu sistem pada bagian yang berhubungan dan memiliki
pengaruh satu sama lain. (Menurut Garvi yang dikutip oleh Julia T. Wood)
disebutkan dalam komunikasi keluarga misalnya, setiap anaggota keluarga
adalah bagian dari sistem. Lingkungan fisik serta wakktu adalah elemen-
elemen dari sistem itu yang mempengaruhi interaksi. Orang-orang yang
berinteraksi pada ruang yang formal dengan yang berinteraksi di pantai
tentunya berbeda.
Komunikasi tidak bisa dipisahkan pula dari peran simbol yang
memncakup bahasa dan pesan nonverbal. Sesuatu yang belum berbentuk
menandakan sesuatu yang lain bisa menjadi simbol, contohnya seperti cinta
yang sering disimbolkan dengan ucapan dan pelukan.
8
Menurut Riswandi ( 2009:4) Ada beberapa karakteristik dalam
komunikasi, yaitu:
a. Komunikasi adalah proses
b. Komunikasi adalah upaya yangg disengaja dan mempunyai tujuan
c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku
yang terlibat
d. Komunikasi bersifat simbolis
e. Komunikasi bersifat transaksional
f. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
2.1.2 Proses Komunikasi
Berangkat dari paradigma Laswell, effendi (1994:11-19)
membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambing (symbol) sebagai media. Lambing sebagai media primer dalam
proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal
(kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara
langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan
komunikator kepada komunikan.
b. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau
9
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambing sebagai media
pertama.
Seorang komunikator menggunkan media kedua dalam
menyampaikan komunikasi karena komunikan sebagai sasaran berada di
tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu
menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat
kabar, telivisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon,
dsb.)
2.2 Konteks-Konstes Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa sosial, melainkan
dalam konteks atau situasi tertentu (Mulyana, 2005). Kategori berdasarkan
tingkat (level) paling lazim digunakan untuk melihat konteks komunikasi
dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling
sedikit hingga komunikasi yang disepakati banyak pakar yaitu:
a. Komunikasi intrapribadi (Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik
sadar atau tidak. Contohnya berpikir, komunikasi ini merupakan landasan
komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya,
meskipun dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas,
dengan kata lain komunikasi antarpribadi ini berhubungan erat dalam
komunikasi dua-orang, tiga-orang dan seterusnya, karena sebelum
10
berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri
sendiri ( mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain.)
b. Komunikasi Antarpribadi (komunikasi interpersonal)
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal. Bentuk
khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik (dyadic
communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua
sejawat, dua sahabat dekat, anak-ibu, dan sebagainya.
Ciri-ciri komunikasi diadik adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi
berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim
dan menerima pesan secara stimultan dan spontan, baik secara verbal
ataupun non verbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para
peserta komunikasi
c. Komunikasi Kelompok
Komunikasi adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yaitu berinteraksi satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi
punya peran berbeda.
Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang
dilakukan kelompok kecil (small group communication), jadi bersifat tatap
muka dan umpat balik dari seorang peserta dalam komunikasi kelompok
masih bisa di indentifikasi dan ditanggapi secara langsung.
11
d. Komunikasi Publik
Komunikasi public adalah komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu-
persatu. Contohnya pidato, cerama, atau kuliah umum. Komunikasi publik
sering juga disebut istilah komunikasi kelompok besar (lagre group
communication) Komunikasi publik biasanya berlangsung formal dan
pendengarnya cenderung massif. Umpan balik terbatasnya khususnya
verbal. Ciri-ciri komunikasi publik adalah terjadi ini tempat umum (public),
misalnya auditorium, kelas, tempat ibadah, atau tempat lainnya yang dihadiri
sejumlah besar orang. Komunikasi public sering bertujuan untuk
memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau
membujuk.
2.3 Komunikasi Interpersonal
2.3.1 Definisi Komunikasi Interpersonal
Menurut Mulyana (2005:81) Komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi interpersonal
ini dilakukan yang hanya dua orang, seperti suami istri, anak ibu, sepasang
sahabat.
Sementara Barnlud (Wiryanto, 2004) komunikasi interpersonal
sebagai pertemuan antara dua, tiga orang, mungkin empat orang, yang
terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. Menurut Devito (Effendy,
12
2003) mengemukakan komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan
oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil
orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan
umpan balik segera.
Melihat dari 3 ungkapan tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dua orang yang
dilakukan dengan tatap muka/secara langsung untuk pembicaraan yang lebih
intim, spontan dan tidak berstruktur. Komunikasi interpersonal sangat
penting dilakukan dalam sebuah keluarga, karena keluarga yang baik itu
dibangun atas komunikasi yang baik.
2.3.2 Ciri Ciri Komunikasi Interpersonal
Ada beberapa ciri-ciri komunikasi interpersonal yang bisa kita lihat,
salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Buber (dalam Wood. 2013:23)
yang mengidentifikasikan ciri-ciri komunikasi interpersonal meliputi:
1. Selektif
Dalam kehidupan kita tidak mungkin langsung dapat membuka diri
dan langsung berkomunikasi terhadap sekitar yang baru kita kenal, contoh
ketika kita diwawancara kita akan menjawab pertanyaan sesuai jawaban
yang diajukan saja. Kita akan membuka diri dengan orang yang lebih kita
kenal dan akrab terlebih dahulu.
2. Sistematis
Komunikasi interpersonal dicirikan dengan sifat sistem karena dia
terjadi sistem yang bervariasi dan komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh
13
sistem, situasi, waktu, masyarakat, budaya, latar belakang personal dan,
sebagainya. Semua proses komunikasi terjadi dalam banyak sistem yang
memengaruhi makna.
3. Unik
Komunikasi interpersonal sangat unik, kita dapat menggantikan
seseorang dalam hal pekerjaan tetapi kita tidak bias menggantikan
keakraban, Menurut Nicholson yang dikutip oleh Julia T. Wood (2013:25)
Sekelompok sahabat pasti menciptakan pola unik sendiri dan bahkan istilah-
istilah yang hanya dimiliki oleh kelompok mereka sendiri. Keunikanya
terlihat ketika kita saat bersama siapa dan situasi seperti apa.
4. Processual
Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan, sebuah
hubungan persahabatan dan hubungan romantis menjadi lebih personal dari
masa ke masa dapat tumbuh lebih dalam dalam atau renggang seiring
berjalannya waktu. Semakin lama komunikasi akan berkembang dan
berubah sesuai apa yang kita lakukan, situasi pada dua orang yang
berinteraksi di masa lalu dan masa depan akan saling terkait. Seluruh proses
komunikasi yang kita alami terjadi dalam tiga dimensi, yaitu masa lalu yang
memengaruhi saat ini, masa kini yang merefleksikan masa lampau dan
menyusun masa depan, dan masa depan yang dibentuk oleh saat ini dan
masa lalu.
14
5. Transaksional
Proses transaksi antara beberapa orang adalah komunikasi
interpersonal. Sifat transaksional yang secara alami terjadi komunikasi
interpersonal berdampak pada tanggung jawab komunikator untuk
menyampaikan pesan secara jelas komunikasi yang baik tidak dapat
dibebankan pada satu pihak saja, maka baik komunikator maupun
komunikan bertanggung jawab terhadap efektivitas komunikasi.
6. Individual
Dalam suatu perkumpulan kita dapat melihat manusia sebagai individu
yang unik dan berbeda dengan orang lain saat terjadinya komunikasi
interpersonal. Kita belajar untuk memahami ketakutan dan harapan, masalah
dan kegembiraan, dan kemampuan dalam berinteraksi secara utuh bersama
orang lain. Ketika kepercayaan udah terbangun dengan baik, kita bisa
berbagai informasi yang sifatnya privasi pada orang lain.
7. Pengetahuan Personal
Komunikasi Interpersonal membantu perkembangan pengetahuan
personal dan wawasan kita terhadap interaksi manusia dengan cara
melakukan komunikasi terus menerus dan harus memahami pikiran serta
perasaan orang lain secara personal. Komunikasi interpersonal juga
membuka pemahaman kita untuk mengetahui kepribadian orang lain, ketika
hubungan yang dijalani semakin dalam kita membangun kepercayaan dan
belajar untuk berkomunikasi dengan cara yang membuat kita merasa
nyaman. Pemahaman personal dibangun sepanjang waktu, mampu
15
mendorong kita untuk memahami dan bersedia dipahami: kita berbagai
rahasia, ketakutan, dan pengalaman pribadi pada seseorang dipercaya, tapi
tidak pada semua orang.
8. Menciptakan Makna
Menurut Duck yang dikutip oleh Wood (2013:27) inti dari komunikasi
interpersonal adalah berbagi makna dan informasi antara dua belah pihak.
Kita tidak hanya bertukar kalimat, tetapi juga saling berkomunikasi, kita
menciptakan makna seperti kita memahami tujuan setiap kata dan perilaku
yang ditampilkan oleh orang lain. Komunikasi interpersonal melibatkan dua
tingkatan makna menurut Rogers dikutip oleh Wood (2013:28). Tingkat
pertama disebut dengan pemaknaan isi (content meaning), yang merujuk
pada arti sebenarnya. Misalnya ketika orangtua menyuruh anaknya yang
berumur lima tahun, “Bersihkan kamarmu sekarang!” kalimat tersebut
bermakna bahwa sang anak harus segera membersihkan kamarnya. Tingkat
kedua adalah pemaknaan hubungan (relationship meaning). Hal ini
menjelaskan hubungan yang terjadi antara komunikator dan komunikan.
Makna hubungan dari kalimat “Bersihkan kamarmu sekarang!” adalah
bahwa orangtua memiliki hak untuk memerintah anaknya; mereka memiliki
hubungan yang timpang.
Sedangkan menurut De vito (sugiyo, 2005:4) mengenai ciri-ciri
komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu :
1. Keterbukaan (Openness), yaitu adanya kesediaan antara dua belah
pihak untuk membuka diri dan mereaksi kepada orang lain, merasakan
16
pikiran dan perasaan orang lain dan menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.
2. Empati (Empathy), yaitu suatu penghayatan atau kemampuan
seseorang untuk mengetahui perasaan orang lain atau turut merasakan
apa yang dirasakan orang lain.
3. Dukungan (Supportiveness), situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif. Hubungan interpersonal yang efektif
adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung.
4. Rasa positif (Positiveness), yaitu kecenderungan bertindak kepada
komunikator dengan memberikan penilaian positif terhadap
komunikan dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk
interaksi yang efektif.
5. Kesamaan (Equality), kesamaan menunjukan kesetaraan antara
komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi antar pribadi,
kesetaraan ini merupakan ciri yang penting dalam keberlangsungan
dan bahkan keberhasilan komunikasi antarpribadi serta ada pengakuan
secara diam–diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
2.3.3 Jenis-Jenis Komunikasi Interpersonal
1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)
Komunikasi berlangsung antara dua orang yakni seseorang sebagai
komunikator yang menyampaikan pesan dan seseorang menjadi komunikan
sebagai penerima pesan, karena perilaku komunikasinya dua orang maka
17
dialog yang terjadi berlangsung dengan intens. Komunikator memusatkan
perhatiannya pada komunikan. (Murtiadi, 2015)
2. Komunikasi Triadic (Triadic Communication)
Dalam komunikasi ini pelakunya terdiri dari tiga orang, komunikator
dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan maka komunikasi diadik
lebih efektif karena komunikator memusatkan pada seorang komunikan
sehingga dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, serta
umpan balik yang berlangsung. (Murtiadi, 2015)
Dari kedua pendapat mengenai jenis komunikasi diadik memiliki
keterkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini yaitu tentang
komunikasi antara suami dan istri karena dialog yang terjadi berlangsung
dengan intens.
2.3.4 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Menurut Riswandi (2009:87-88) tujuan komunikasi interpersonal ada 6
yaitu:
1. Mengenal Diri Sediri dan Orang Lain
Melalui komunikasi interpersonal kita dapat memperbincangkan diri
kita pada orang lain. Berbincang dengan orang lain membuat kita mengenal
diri kita sendiri serta memahami sikap dan perilaku kita. Dengan
membicarakan diri sendiri kepada oarng lain, kita akan mendapatkan
perspektif baru tentag diri kita dan memahami lebih dalam sikap dan
perilaku diri sendiri. Pada kenyataanya, persepsi kita sebagian besar
18
merupakan hasil yang kita pelajari dari kita sendiri, dan dari orang lain
melalui komunikasi antara pribadi.
2. Mengetahui Dunia Luar
Komunikasi interpersonal memungkinkan kita mengenal
lingkungan serta peristiwa-peristiwaa sosial dengan baik. Hampir semua
informasi yang kita miliki adalah hasil dari berinteraksi dengan orang lain.
Meskipun banyak informasi yang bisa didapatkan dari media massa tetapi
sesungguhnya informasi dari media massa tersebut dikonfirmasi dan
diperdalam melalui interaksi sosial.
3. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Lebih
Bermakna
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yanng harus
berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan lain untuk
melangsungkan hidupnya, mengadu, berkeluh kesah, menyampaikan isi
hatinya.
4. Mengubah Sikap dan Perilaku
Dalam komunikasi interpersonal biasanya kita sering ingin
merubaha sikap atau pandangan seseorang tentnng sesuatu, dengan
berbincang kita bisa melakukan itu terhadap orang lain. Intinya, kita banyak
mempergunakan waktu untuk mempersuasif orang lain melalui komunikasi
interpersonal.
19
5. Bermain dan Mencari Hiburan
Manusia melakukan komunikasi interpersonal untuk menghilangkan
jenuh dan beban misalnya dengan bercerita dengan teman, membicarakan
segala hal-hal lucu, dan sebagainya.
6. Membantu
Melalui komunikasi dengan orang lain, kita bisa membantu orang
lain dalammenyelesaikan masalahnya, hal itupun berlaku sebaliknya, ketika
kita dalam masalah kita dapat berkomunikasi dengan orang lain untuk
mendapat bantuan.
Terdapat empat tujuan komunikasi menurut Alo Liliweri (20015:27)
yaitu:
1. Orang Lain Mengerti Saya
Tanpa kita sadari dalam berkomunikasi kita “mengharuskan” orang
lain untuk kita, mulai pendapat, pemikiran, tindakan kita bahkan perasaan
kita.
2. Saya Mengerti Orang Lain
Sebaliknya, jika kita ingin dimengerti oleh lawan bicara yang kita
hadapi maka, kita harus dapat memahami orang lain. Dengarkan dengan
baik komunikator kita dengan demikian akan mendorong mereka untuk
berbicara dengan leluasa.
3. Orang Lain Menerima Saya
Kita berpikir dengan cara kita untuk mengerti orang lain,
menghargai orang lain, pasti terbesit dalam hati “Saya” ingin diterima oleh
20
orang lain dalam lingkungannya. Maka kita akan melakukan sesuatu yang
akan menyenangkan orang tersebut.
4. Kita Bersama Dapat Melalukan Sesuatu
Salah satu tujuan penting dari komunikasi antar personal adalah
bagaimana saya dan orang lain memperoleh sesuatu dari apa yang
dikerjakan bersama-sama.
Widjaja (2000:122) dalam buku Ilmu Komunikasi Pengantar studi
mengemukankan bahwasanya tujuan komunikasi interpersonal memiliki
enam tujuan yang dianggap penting yaitu:
1. Mengenal diri sendiri.
2. Mengetahui dunia luar.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan.
4. Mengubah sikap dan perilaku.
5. Bermain dan mencari hiburan.
6. Membantu orang lain.
Dari tiga teori diatas memiliki kesamaan berupa tujuan dari
komunikasi interpersonal adalah bagaimana kita mengenal diri sendiri,
mengenal orang lain dan untuk mencari sebuah informasi di lingkungan
sekitar yaitu pertemanan, percintaan, hiburan, ilmu dan lain-lain
2.3.5 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efek komunikasi adalah hasil yang ditimbulkan oleh pesan
komunikator kepada komunikannya. Efek komunikasi dapat dilihat dari
kognitif, afektif, dan konatif nya. Karenanya efek merupakan salah satu
21
elemen terpenting dari komunikasi untuk mengetahui sejauh mana
komunikasi yang disampaikan berhasil. Joseph DeVito (Riswandi, 2009:89)
mngemukakan 2 perspektif untuk melihat ke efektifan komunikasi
interpersonal:
1. Perspektif Humanistik
a. Adanya kesamaan kepentingan antara komunikator dengan
komunikan.
b. Adanya sikap yang mendukung dari kedua belah pihak.
c. Sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat
diterima sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi kedua
belah pihak.
d. Sikap keterbukaan yang di tampilkan oleh kedua belah pihak.
Keterbukaan dosen dalam menyampaikan suatu pesan kepada
mahasiswa sangat berguna untuk meningkatkan motivasi.
e. Masing-masing pihak mencoba, mampu memahami apa yang
dirasakan satu sama lain.
2. Perspektif Pragmatis
a. Sikap yakin, tidak memiliki perasaan gelisah dalam menghadapi
orang lain.
b. Kebersamaan, sifat ini ditandai dengan adanya hubungan dan rasa
kebersamaan dengan memperhatikan perasaan dan kepentingan
orang lain.
22
c. Menajemen interaksi, mengontrol dan menjaga interaksi dengan
maksud untuk memuaskan kedua belah pihak.
d. Perilaku ekpresif, keterlibatan sungguh-sungguh dalam interaksi
dengan orang lain.
e. Orientasi pada orang lain, kemampuan seseorang untuk beradaptasi
pada orang lain selama interaksi.
f. Untuk mencapai efektivitas komunikasi, kemampuan seseorang
untuk beradaptasi dengan orang lain selama komunikasi
antarpribadi.
Komunikasi adalah jantung dari sebuah hubungan personal.
Keberlangsungan sebuah hubungan personal tergantung dari kemampuan
kita dalam melakukan komunikasi secara efektif. Agar tercipta kepuasan
dalam hubungan, kita harus paham untuk mengungkapkan perasaan,
kebutuhan, dan gagasan kepada orang lain.
2.3.6 Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi interpersonal secara
efektif,karena dalam komunikasi interpersonal sering terdapat hambatan-
hambatan yang mengganggu jalannya komunikasi tersebut. Hambatan-
hambatan dalam penyampaian pesan tentunya akan menyebabkan proses
dalam komunikasi interpersonal tidak efektif.
Menurut Effendy (2002:11-16) faktor-faktor penghambat komunikasi
dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
23
1. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis, hambatan ini terdapat pada
komunikator. Saat berlangsungnya komunikasi, komunikator perlu
memperhatikan situasi, karena situasi sangat berpengaruh dalam
kelancaran komunikasi. Ferdinand Tonnies dalam Effendy (2002:11)
menyatakan bahwa hambatan sosiologis dibagi menjadi dua macam,
yaitu gameinschaft dan gesellschaft. Gameinschaft adalah pergaulan
hidup yang bersifat pribadi, statis dan tak rasional, seperti dalam
kehidupan rumah tangga, sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup
yang bersifat tak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di
kantor atau organisasi. Pada hambatan antropologis, komunikator perlu
mengenal siapa komunikan yang menjadi sasarannya. Siapa bukan
berarti nama yang disandang, melainkan bangsa apa, ras apa, atau suku
apa. Dengan mengenal komunikan, maka akan mengenal pula
kebudayaannya, gaya hidup, kebiasaan norma, kehidupannya dan
bahasanya. Kemudian terakhir ialah hambatan psikologis, komunikasi
sulit berhasil apabila komunikan sedang merasa kecewa, sedih, marah,
bingung, iri hati dan kondisi psikologis lainnya, dan juga jika komunikan
menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.
2. Hambatan Semantis, hambatan semantis ini terdapat pada diri
komunikator. Faktor semantis menyangkut bahasa yang digunakan
oleh komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan
perasaannya terhadap komunikan. Hambatan semantis terkadang
24
disebabkan oleh aspek antropologi, yaitu kata-kata yang tulisan dan
bunyinya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
3. Hambatan Mekanis, gangguan ini dapat dijumpai pada media yang
kita pergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contohnya, suara
putus-putus saat melakukan telepon.
4. Hambatan Ekologis, gangguan ekologis terjadi disebabkan oleh
gangguan lingkungan. Contoh dari hambatan ekologis ialah,
kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang
lewat dan sebagainya.
Sedangkan Menurut Wiryanto (2004) hambatan komunikasi
interpersonal sebagai berikut:
1. Komunikator
Kesulitan biologis maupun gangguan psikologis yang dialami oleh
komunikator.
2. Media
Hambatan yang diakibatkan dari teknis, geografis, symbol atau
bahasa dan budaya.
3. Komunikan
Hambatan yang berkaitan dengan hambatan biologis seperti
komunikan yang mengalami kesulitan untuk konsentrasi dengan
pembicaraan.
25
4. Interaksi Sosial
Hambatan yang dapat mengakibatkan hasil dari interaksi mengarah
kepada suatu pertentangan yang dapat menimbulkan kerugian.
5. Kultur
Perbedaan kultus menyebabkan adanya perbedaan persepsi,
perbedaan style bahasa, penafsiran yang berbeda hingga tujuan dari
pesan sehingga terjadi penolakan dalam komunikasi interpersonal.
6. Pengalaman
Adanya perbedaan pengalaman antar individu. Perbedaan persepsi
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan kognitif,
efektif, dan konatif sehingga akan memberikan perbedaan komunikasi
interpersonal.
Komunikasi interpersonal yang rendah, akan mengalami hambatan.
Hambatan juga berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal anak dengan
orang tua tiri. Kadang hambatan dalam komunikasi interpersonal dalam
sebuah keluarga adalah dimana komunikator dan komunikan jarang
melakukan komunikasi dan memiliki ego masing-masing.
2.4 Komunikasi Interpersonal Apakah dalam Keluarga
2.4.1 Definisi Komunikasi dalam Keluarga
Komunikasi keluarga pahami sebagai proses penyampaian dan
penciptaan pesan dengan terbuka dan interaktif dalam keluarga, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, menyelesaikan masalah-
26
masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran
dan kejujuran serta keterbukaan (Hargie, Owen & David Dickson. 2004).
Menurut Galvin & Brommel (Budyatna, 2011:169) sebuah keluarga
adalah sebuah kelompok manusia yang memiliki hubungan yang akrab yang
mengembangkan rasa berumahtangga dan identitas kelompok, lengkap
dengan ikatan yang kuat mengenai kesetiaan dan emosi, dan mengalami
sejarah dan menatap masa depan
Harold D Laswell mendefinisikan komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu (Mulyana, 2005: 69). Dalam perspektif
sosiologi keluarga komunikasi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antar individu di dalam keluarga, hubungan keluarga dengan keluarga
dengan keluarga lainnya, serta segala aspek-aspek yang timbul dari
hubungan-hubungan tersebut (Khairuddin, 2002:4)
Dari pengertian komunikasi keluarga kita katakan bahwa komunikasi
keluarga adalah komunikasi interpersonal yang berlangsung setiap hari
dalam kehidupan keluarga untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kehidupan
sehari-hari dimana suami-istri dan orang tua-anak melakukan interaksi
dalam kehidupannya tergantung bagaimana komunikasi keluarga
berlangsung, Dengan kata lain seberapa dekat keterikatan keluarga inti dan
pengaruh perubahan dalam keluarga (perceraian) kedua dimensi ini
memengaruhi dan dipengaruhi oleh komunikasi.
27
2.4.2 Fungsi Komunikasi Keluarga
Secara umum fungsi komunikasi keluarga sama dengan fungsi
komunikasi pada umumnya. Menurut (Hurlock, 1997: 198) komunikasi
keluarga adalah pembentukan pola kehidupan keluarga dimana di dalamnya
terdapat unsur pendidikan, pembentukan sikap dan perilaku anak yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Menurut Verderber (dalam buku
Muhammad Budyatna, 2011:169) komunikasi keluarga memiliki paling
tidak tiga tujuan utama dari beberapa tujuan bagi para anggota keluarga
individual:
1. Komunikasi keluarga berkontribusi bagi pembentukan konsep diri
2. Komunikasi keluarga memberikan pengakuan dan dukungan diperlukan
3. Komunikasi keluarga menciptakan model-model
4. Komunikasi keluarga antar generasi
5. Meningkatkan komunikasi keluarga
2.4.3 Efektivitas Komunikasi Keluarga
Menurut The Liang Gie (dalam Mujiati, 2001), efektivitas adalah
keadaan yang mengandung pengertian tentang terjadinya suatu efek atau
akibat yang dikehendaki kalau seseorang melakukan perbuatan itu dan
dikatakan efektif apabila menimbulkan akibat atau dampak sebagaimana
dikehendaki.
Pendapat Simon (dalam Mujiati, 2011) menjelaskan bahwa efektivitas
berasal dari kata efektif yang berarti bisa mencapai tujuan yang tepat dan
baik, jadi efektivitas komunikasi adalah kemampuan dalam berkomunikasi
28
untuk mencapai tujuan atau hasil guna tentang suatu tindakan dengan tepat
dan baik. Menurut De Vito (1997) terdapat lima aspek efektivitas
komunikasi interpersonal antara orang tua dan remaja yakni keterbukaan
(openess), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).
Selain itu ada banyak faktor yang memengaruhi hubungan
interpersonal dalam kehidupan berkeluarga. Faktor komunikasi merupakan
pengaruh yang paling besar terhadap baik tidaknya suatu hubungan.
Komunikasi yang tidak efektif sering menjadi penyebab rusaknya suatu
hubungan. Komunikasi yang tidak efektif menyembabkan timbulnya salah
paham, salah persepsi, dan salah dalam mengambil keputusan maka suatu
hubungan pun bisa menjadi berantakan.
2.4.4 Hambatan Komunikasi Keluarga
Dalam komunikasi di sebuah keluarga tentunya memiliki beberapa
hambatan, menurut Anna Surti Ariani, SPsi, M.Si selaku psikologi anak dan
keluarga menerangkan, secara umum terdapat empat hambatan komunikasi
yang dihadapi kebanyakan orang, khususnya terkait komunikasi dengan
keluarga (tabloidbintang.com).
1. Hambatan fisik atau lingkungan. Ini memang dirasakan dan dihadapi
banyak keluarga yang terpaksa terpisah satu sama lain akibat jarak dan
pekerjaan.
2. Hambatan situasional, misalnya saat seorang ibu hamil tengah moody
dan akhirnya orang di sekitarnya enggan melakukan komunikasi
29
dengannya akibat perilakunya yang kurang memberi kenyamanan bagi
orang di sekitarnya.
3. Adanya hambatan psikologi, dimana seseorang sudah terlebih dahulu
merasa takut ditolak atau tidak diterima sebelum memulai komunikasi.
4. Hambatan gender yang melihat bahwa wanita dan pria masing-masing
memiliki cara berbeda dalam upaya berkomunikasi.
2.5 Perceraian
Sebuah pernikahan yang dijalani dalam kehidupan ini tidak menutup
kemungkinan adanya sebuah perceraian di dalamnya. Terdapat dua jenis
perceraian yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat. Pertama cerai
hidup, cerai hidup sering terjadi dikarenakan masalah materi,
ketidakcocokan, serta kekerasan dalam sebuah pernikahan. Kedua cerai
mati, cerai mati terjadi ketika salah satu pasangan dalam keluarga
meninggal. Dalam perceraian pasti mengakibatkan sebuah korban dalam
keluarga, anak adalah korban yang paling terluka ketika orang tuanya
memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasa ketakutan karena
kehilangan sosok ayah dan ibu mereka, takut kehilangan kasih saying orang
tua yang kini tidak tinggal serumah. Anak juga merasa cemas untuk
beradaptasi terhadap lingkungan sekitar dan lebih menutup diri dan merasa
canggung ketika memiliki orang tua baru/tiri dalam keluarga mereka
sehingga anak perlu melakukan adaptasi juga komunikasi kembali ketika
memiliki orang tua baru/tiri di dalam keluarganya.
30
2.6 Keluarga Pecah (Broken Home)
Menurut Sofyan S Willis (2013:66) Keluarga pecah (Broken Home)
dapat dilihat dari dua aspek: (1) keluarga itu terpecah karena strukturnya
tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga itu meninggal dunia atau
telah bercerai; (2) orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga tidak
utuh karena ayah atau ibu sering tidak dirumah, dan atau tidak
memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Menurut Ginarsa (1995:48)
Broken Home dapat juga muncul karena ketidakmampuan pasangan suami
istri dalam memecahkan masalah yang dihadapi (kurang komunikasi dua
arah), saling cemburu, ketidakpuasan pelayanan suami/istri, kurang adanya
saling pengertian dan kepercayaan, kurang mampu menjalin hubungan baik
dengan keluarga pasangan, merasa kurang dengan penghasilan yang
diperoleh, saling menuntut, dan ingin menang sendiri.
2.7 Landasan teori
West (2012) Untuk memahami kedekatan hubungan antara dua orang,
Irwin Altman dan Dalmas Taylor (1993) mengonseptualisasikan Teori
Penetrasi Sosial (Sosial Penetrasi Theory). Keduanya melakukan studi yang
ekstensif dalam suatu area mengenal ikatan sosial pada berbagai macam tipe
pasangan. Teori mereka menggambarkan suatu pola pengembangkan
hubungan, sebuah proses yang mereka identifikasikan sebagai penetrasi
sosial. Penetrasi sosial (Sosial Penetration) merujuk pada sebuah proses
ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi
superfisial menuju komunikasi yang lebih intim.
31
Menurut Altman dan Taylor, keintiman disini lebih dari sekedar
keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan
emosional, dan hingga pada Batasan dimana pasangan melakukan aktivitas
bersama (West & Turner, 2006). Proses penetrasi sosial, karenanya,
mencakup didalamnya perilaku verbal, perilaku nonverbal, dan perilaku
yang berorientasi pada lingkungan, objek fisik yang ada didalam
lingkungan.
Pertama, hubungan komunikasi dimulai pada tahapan superfisial dan
bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim. Asumsi
kedua dari Teori Penetrasi Sosial berhubungan dengan prediktabilitas.
Secara khusus, para teoritikus penetrasi sosial berpendapat bahwa hubungan
hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Hubungan-
seperti proses komunikasi-bersifat dinamis dan terus berubah, tetapi bahkan
sebuah hubungan saling dinamis mengikuti standar dan pola perkembangan
yang dapat diterima. Asumsi ketiga dari teori penetrasi sosial ini
berhubungan dengan pemikiran bahwa perkembangan hubungan mencakup
depenetrasi dan disolusi.
Sejauh ini kita telah membahas titik temu dari sebuah hubungan. Akan
tetapi, hubungan dapat menjadi berantakan, atau menarik diri, dan
kemunduran ini dapat menyebabkan terjadinya disolusi hubungan. Altman
dan Taylor menyatakan kemiripan proses ini dengan sebuah film yang
diputar mundur. Sebagaimana komunikasi memungkinkan sebuah hubungan
bergerak maju menuju tahap keintiman, komunikasi juga dapat
32
menggerakan hubungan untuk mundur menuju tahap ketidakintiman. Jika
sebuah komunikasi penuh dengan konflik hubungan itu mungkin akan
mengambil langkah mundur dan menjadi lebih maju.
Dalam penetrasi sosial didalamnya terdapat inti dari perkembangan
hubungan. Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum
didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri
kepada orang lain yang memiliki tujuan. Biasanya informasi yang ada
didalam pembukaan diri adalah signifikan. Menurut Altman dan Taylor
(1973), hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim
karean adanya keterbukaan diri.
Keterbukaan diri (self-disclosure) adalah pengungkapan informasi
mengenai diri sendiri yang biasanya tidak dapat ditemukan orang lain. Kita
membuka diri ketika kita membagikan informasi pribadi mengenai diri
sendiri harapan, ketakutan, perasaan, pikiran, dan pengalaman kita.
Walaupun kita tidak mengungkapkan diri sendiri kita kepada semua orang
dan tidak sering, bahkan kepada orang-orang terdekat. Keterbukaan diri
adalah jenis komunikasi yang penting
Keterbukaan diri merupakan alat pengukur kedekatan yang utama,
samp & Palevitz, 2009 (dalam Wood, 2013:156 ). Kita memulai membuka
informasi yang agak pribadi, tetapi tidak membuat kita terlalu rentan. Jika
seseorang merespon keterbukaan yang terlalu cepat dan terbatas dengan
penerimaan, dan jika orang tersebut menyimpan rahasia kita, kita akan
33
cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi intim seiring dengan
berlanjutnya hubungan tersebut, jika semua keterbukaan ditunjang dengan
pemahaman dan kerahasiaan, kepercayaan dan keintiman dapat tumbuh.
Penetrasi dapat dilihat dengan menggunakan dua dimensi yaitu
keluasan dan kedalaman. Keluasan merujuk kepada berbagai topik yang
didiskusikan dalam suatu hubungan: waktu keluasan (breadth time)
berhubungan dengan jumlah waktu yang di habiskan oleh pasangan dalam
berkomunikasi satu sama lainnya mengenai berbagai macam topik tersebut.
Kedalaman (depth) merujuk pada tingkat keintiman yang mengarahkan
diskusi mengenai suatu topik. Pada tahap awal, hubungan mempunyai
keluasan yang sempit dan kedalaman yang dangkal.
Penetrasi sosial dapat di ibaratkan sebuah bawang yang mempunyai
beberapa lapisan, yang terlihat saat pertama kali adalah bagian kulit bawang
semakin lama berkomunikasi akan menuju lapis pertama dan seterusnya
tergantung dari semakin lama sebuah hubungan yang terjalin dan
komunikasi yang dilakukan.
Gambar 2.1. Teori Penetrasi Sosial
34
2.7.1 Teori Penetrasi Sosial
Altman dan Taylor, (Budyatna, 2011:228) menyatakan empat tahapan
pengembangan hubungan: (1) orientasi, (2) pertukaran afektif eksploratif,
(3) pertukaran afektif, (4) pertukaran yang seimbang.
1. Orientasi, membuka sedikit informasi tentang diri kita kepada orang
lain.
Tahap paling awal dari interaksi, disebut sebagai tahap orientasi
(orientation stage), terjadi pada tingkat publik hanya sedikit mengenai diri
kita terbuka untuk orang lain. Komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi.
Para individu yang terlibat hanya menyampaikan informasi bersifat sangat
umum saja. Orang biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap
baik secara sosial dan berhati-hati untuk tidak melanggar harapan sosial.
Taylor dan Altman (1987) menyatakan bahwa orang cenderung tidak
mengevaluasi atau mengkritik selama tahap orientasi. Perilaku ini akan
dipersepsikan sebagai ketidakwajaran oleh orang lain dan mungkin akan
merusak interaksi selanjutnya.
2. Pertukaran Penjajakan Afektif, munculnya kepribadian seseorang.
Dalam tahap orientasi, para interaktan berhati-hati untuk tidak
membuka diri terlalu banyak terhadap satu sama lain. Tahap pertukaran
penjajakan afektif (exploratory affective exchange stage) merupakan
perluasan area public dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari
kepribadian seorang individu mulai muncul, tahap ini juga melibatkan
perilaku verbal dan nonverbal. Orang mungkin mulai untuk menggunakan
35
beberapa phrase yang hanya dimengerti oleh mereka yang terlibat di dalam
hubungan. Terdapat sedikit spontanitas dalam komunikasi karena individu-
individu merasa lebih nyaman satu sama lain, dan mereka tidak begitu hati-
hati akan kelepasan berbicara mengenai sesuatu yang nantinya akan mereka
sesalkan. Taylor dan Altman mengatakan kepada kita bahwa banyak
hubungan tidak bergerak melebihi tahapan ini.
3. Pertukaran Afektif, komunikasi yang spontan, penggunaan idiom
pribadi.
Tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang
intim. Tahap pertukaran afektif (affective exchange stage) termasuk interaksi
yang lebih “tanpa beban dan santai” dimana komunikasi sering kali berjalan
spontan dan individu membuat keputusan yang tepat. Sering kali dengan
sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap ini
mencakup hubungan yang membuatnya menjadi unik; pandangan yang
menusuk diartikan sebagai, “kita bicarakan ini nanti.” Kita mungkin juga
menemukan individu-individu yang menggunakan idiom pribadi (personal
idiom) yang merupakan cara pribadi dalam menggambarkan sebuah
keintiman hubungan melalui kata-kata, phrase, dan perilaku.
4. Pertukaran Stabil, komunikasi yang efisien: dibangunnya sebuah
sistem komunikasi personal.
Tahap keempat dan terakhir, pertukaran stabil, dicapai dalam sedikit
hubungan. Tahap pertukaran stabil (stable exchange stage) berhubungan
dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang
36
mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.
Para teoretikus Penetrasi Sosial percaya bahwa terdapat relative sedikit
kesalahan interpretasi dalam memaknai komunikasi pada tahap ini. Tahap
penukaran stabil menyatakan bahwa makna yang jelas dan tidak ambigu.
Pendekatan tahapan menuju keintiman ini dapat diwarnai dengan letupan-
letupan periodik dan perlambatan pada perjalanannya. Selain itu, tahapan-
tahapan ini bukan merupakan gambaran yang penuh mengenai proses
keintiman. Terhadap sejumlah pengaruh lain, termasuk latar belakang dan
nilai-nilai pribadi seseorang serta lingkungan dimana hubungan mereka
terjadi. Proses penetrasi sosial adalah sebuah pengalaman memberi dan
menerima dimana kedua pasangan berusaha untuk menyeimbangkan
kebutuhan individu mereka dengan kebutuhan hubungan.
Dalam penelitian ini selain mengunkan landasan teori penetrasi sosial
juga menggunakan teori self disclosure sering di sebut teori “Johari
window” atau Jendela Johari. Para parak psikolog kepribadian menganggap
bahwa model teoritis yang dia ciptakan merupakan dasar untuk menjelaskan
dan memahami interaksi antarpribadi secara manusiawi.
Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat dalam gambar
berikut ini:
Sumber: Alo Lilweri 1997
37
Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai
berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan
memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain.
Asumsi Johari bahwa setiap individu bisa memahami diri sendiri maka
dia bisa mengendalikan sikap dan tingkahlakunya di saat berhubungan
dengan orang lain. Penjelasan dari masing-masing bingkai adalah sebagai
berikut:
Bingkai 1 disebut daerah terbuka, menunjukkan orang yang terbuka
terhadap orang lain. Keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya dan orang
lain) sama-sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan,
motivasi, gagasan, dan lain-lain. Johari menyebutnya “bidang terbuka”,
Johari menyebut “bidang terbuka”, suatu bingkai yang paling ideal dalam
hubungan dan komunikasi interpersonal.
Bingkai 2 disebut daerah buta, orang yang tidak mengetahui banyak
hal tentang dirinya sendiri namun orang lain mengetahui banyak hal tentang
dia.
Bingkai 3 disebut daerah tersembunyi, menunjukkan keadaan bahwa
hal yang diketahui diri sendiri namun tidak diketahui oleh orang lain.
Bingkai 4 disebut daerah tidak dikenal, menunjukan bahwa kedua
belah pihak tidak mengetahui tentang sesuatu hal yang ada dalam diri
Dari penjelasan teori diatas perlu diketahui bahwa jendela-jendela
tersebut dapat diperluas dan dipersempit, tergantung dari diri masing-masing
individu.
38
Dalam teori jendela Johari, sifat orang dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Open area lebar. Orang yang mempunyai open area lebar cenderung
extroved (familier, terbuka, akrab, suka bergaul, bisa menerima ide-ide
orang lain).
b. Open area sempit. Orang yang mempunyai open area sempit cenderung
interoved (sensitif, egois, sentimental, pencemas, curiga).
c. Open area seimbang. Orang yang mempunyai open area seimbang
cenderung ambived (sifat-sifatnya seimbang).