bab ii tinjauan pustaka 2.1 kajian pustaka ii.pdf · 2.2.1 teori manajemen publik ... fungsi dan...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Pada bagian kajian pustaka penulis akan menguraikan beberapa referensi penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian yang akan dijalani. Kajian penelitian sebelumnya terkait dengan judul Manajemen Aset Daerah (Analisis Peralihan Fungsi Bangunan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung) ini memang belum pernah diteliti. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian yang akan dilaksanakan terkait dengan judul Manajemen Aset Daerah (Analisis Peralihan Fungsi Bangunan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung) ini maka akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Hestria Noviayanti Siama mahasiswi Program Sarjana, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin dalam skripsinya yang berjudul Manajemen Aset Daerah Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Tana Toraja. Pada skripsi ini dibahas mengenai penggunaan aset daerah yaitu barang bergerak. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pengelolaan aset daerah khususnya pada barang bergerak di Kabupaten Tana Toraja. Latar belakang dari penelitian ini salah satunya didasarkan pada salah satu masalah utama pemerintah daerah dalam pengelolaan aset daerah adalah ketidaktertiban administrasi dalam pengendalian inventarisasi aset. Selain itu masalah yang dihadapi

Upload: vanmien

Post on 22-May-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Pada bagian kajian pustaka penulis akan menguraikan beberapa referensi

penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian yang akan dijalani. Kajian

penelitian sebelumnya terkait dengan judul Manajemen Aset Daerah (Analisis

Peralihan Fungsi Bangunan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung) ini

memang belum pernah diteliti. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian yang

akan dilaksanakan terkait dengan judul Manajemen Aset Daerah (Analisis Peralihan

Fungsi Bangunan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung) ini maka akan

dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain.

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Hestria Noviayanti Siama mahasiswi

Program Sarjana, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Hasanuddin dalam skripsinya yang berjudul Manajemen Aset

Daerah Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah

(DPPKAD) Kabupaten Tana Toraja. Pada skripsi ini dibahas mengenai penggunaan

aset daerah yaitu barang bergerak. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana

pengelolaan aset daerah khususnya pada barang bergerak di Kabupaten Tana Toraja.

Latar belakang dari penelitian ini salah satunya didasarkan pada salah satu masalah

utama pemerintah daerah dalam pengelolaan aset daerah adalah ketidaktertiban

administrasi dalam pengendalian inventarisasi aset. Selain itu masalah yang dihadapi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

Kabupaten Tana Toraja yaitu dalam bidang pengelolaan aset daerah yaitu pada

pemanfaatan aset daerah dimana pada praktiknya terdapat beberapa penyalahgunaan

dalam pemanfaatan barang milik daerah. Adapun jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan kualitatif.

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan inventarisasi aset

daerah kurang memberikan peningkatan pengelolaan, karena pengklasifikasian

barang yang belum optimal. Pemeliharaan aset daerah juga kurang dilakukan secara

periodik dan kurangnya perhatian pegawai terhadap aset daerah yang dipakai setiap

harinya. Penghapusan aset daerah dalam meningkatkan pengelolaan yang efektif juga

masih relatif kurang baik. Hal ini disebabkan kurang optimalnya pendataan barang

dari setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah. Pengelolaan pengawasan aset daerah juga

masih kurang memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan yang efektif,

karena pengawasan yang dilakukan belum sepenuhnya secara rutin dilakukan secara

langsung dengan mengecek secara langsung dilapangan, sehingga memungkinkan

terjadinya penyimpangan terhadap pengelolaan aset daerah yang berakibat pada

hilangnya aset daerah. Pada beberapa kasus bahkan terjadi barang yang rusak ringan

maupun berat dan pembelian barang tanpa dilakukan pembukuan.

Penelitian lain dilakukan Nyemas Hasfi, Martoyo, dan Dwi Haryono (2013)

pada jurnal berjudul Pengelolaan Barang Milik Daerah (Suatu Studi Pada Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sintang). Pada tulisannya

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

peneliti mengemukakan fokus penelitiannya untuk mengetahui dan mendeskripsikan

proses pengelolaan barang milik daerah oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Sintang serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengelolaan barang milik

daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sintang

belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Hal ini meliputi aspek perencanaan

kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan dan penyaluran, penggunaan,

penatausahaan, pengamanan dan pemeliharaan, pemanfaatan, penilaian, dan

penghapusan barang milik daerah yang kurang sesuai dengan kebutuhan organisasi,

sehingga menimbulkan in-efisiensi dan kemubaziran. Pengelolaan barang milik

daerah oleh Dinas Pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset Kabupaten Sintang

yang belum sepenuhnya terlaksana dengan baik dihadapkan beberapa kendala

dibidang organisasi, sumber daya aparatur, aturan dan praktek manajemen

pengelolaan barang yang belum sesuai dengan aturan yang ada.

Penelitian lain dilakukan pula oleh Darmawan Listyo Bimantoro (2012) dalam

skripsi berjudul Perubahan Penggunaan Tanah dan Fungsi Bangunan di Sekitar

Obyek Wisata Candi Borobudur dan Taman Kyai Langgeng Tahun 1996 dan 2001 (

Kabupaten dan Kota Magelang, Jawa Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perubahan penggunaan tanah dan fungsi bangunan disekitar obyek wisata

di Magelang yang meliputi obyek wisata Candi Borobudur dan Taman Kyai

Langgeng. Penggunaan tanah dan fungsi bangunan yang diteliti adalah penggunaan

tanah dan fungsi bangunan disekitar obyek wisata Candi Borobudur dan Taman Kyai

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

Langgeng. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan. Hasil dari penelitian ini adalah

perubahan penggunaan tanah dan fungsi bangunan semakin besar apabila mendekati

obyek wisata dan pusat kegiatan ekonomi.

Berdasarkan penelitian tersebut diatas, masih belum ada kajian mengenai aset

daerah yang berada di Provinsi Bali. Sehingga penelitian tersebut yang kemudian

menjadi tantangan bagi peneliti untuk memfokuskan penelitiannya pada kajian

manajemen aset daerah (analisis peralihan fungsi bangunan di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Badung).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Manajemen Publik

Pada dasarnya manajemen publik, yaitu manajemen instansi pemerintah.

Samuel E Overman dalam Keban (2004:85), mengemukakan bahwa manajemen

publik bukanlah “scientific management”, meskipun sangat dipengaruhi “scientific

management”. Manajemen publik bukanlah “policy analysis”, bukan juga

administrasi publik, merefleksikan tekanan-tekanan antara orientasi “rational-

instrumental” pada satu pihak, dan orientasi politik kebijakan dipihak lain.

Manajemen publik adalah suatu studi interdisipliner dari aspek-aspek umum

organisasi dan merupakan gabungan antara fungsi manajemen seperti planning,

organizing, dan controlling satu sisi dengan SDM, keuangan, fisik, informasi dan

politik disisi lain (Pasolong, 2011 : 83).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

Berdasarkan pendapat Overman tersebut, J Steven Ott, Albert C Hyde, dan

Jay M Shafritzs (1991:xi), mengemukakan bahwa manajemen publik dan kebijakan

publik merupakan dua bidang administrasi publik yang saling tumpang tindih. Tetapi

untuk membedakan keduanya secara jelas maka dapat dikemukakan bahwa kebijakan

publik merefleksikan sistem otak dan syaraf, sementara manajemen publik

merepresentasikan sistem jantung dan sirkulasi dalam tubuh manusia. Dengan kata

lain, manajemen publik merupakan proses menggerakkan SDM dan non SDM sesuai

perintah kebijakan publik (Pasolong, 2011:83). Manajemen Publik berkaitan dengan

fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan)

maupun sektor diluar pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung (nonprofit

sector).

Beberapa ahli juga mengemukakan tujuan dari manajemen publik yaitu,

menurut Rainey (1990) : Manajemen publik ditujukan untuk meningkatkan

tercapainya tujuan sektor publik yaitu lebih efektif dan efisien, pegawainya lebih

berkeahlian dan lebih mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya. Sedangkan

menurut Graham & Hays (1991) : Manajemen publik bertujuan untuk menjadikan

sector public lebih efisien, akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih mampu

menangani berbagai masalah manajerial dan teknis (Islamy : 2003).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen

publik adalah proses untuk melayani, mengelola dan mengatur segala urusan publik.

Manajemen publik merupakan bagian dari administrasi publik, dimana proses

administrasi publik merupakan kegiatan manajemen itu sendiri. Manajemen publik

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

lebih memfokuskan pada bagaimana organisasi publik mengimplementasikan

kebijakan publik. Perencanaan, pengorganisasian dan pengontrolan merupakan

perangkat utama dalam rangka menyelenggarakan pelayanan pemerintah ataupun

publik. Manajemen publik lebih mencurahkan perhatiannya pada sektor publik

maupun sektor di luar pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung.

2.2.2 Teori Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam

menerapkan pengetahuan, sarana, dan sumber daya yang diperlukan untuk

mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut

(Potts dan LaMarsh, 2004:16 dalam buku Wibowo, 2011:241). Manajemen

perubahan dalam implementasinya memerlukan waktu dan tujuan yang terencana dan

strategis sehingga mampu memberikan manfaat dengan adanya perubahan tersebut.

Secara umum, perubahan dalam suatu organisasi sudah merupakan kewajiban tetapi

perubahan yang dilakukan oleh tiap-tiap organisasi tidak akan sama dan disesuaikan

dengan tujuan dari masing-masing organisasi tersebut. Secara singkat, manajemen

perubahan dapat diartikan sebagai proses untuk membuat sesuatu yang berbeda dan

menuju arah yang lebih baik.

Perubahan merupakan suatu fenomena yang pernah terjadi dalam kehidupan

organisasi, meskipun banyak yang berpendapat bahwa kecepatan dan besaran

perubahan telah meningkat secara signifikan beberapa tahun belakangan ini. Oleh

karena itu, kita melihat bahwa dalam waktu yang relatif pendek, kebanyakan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

organisasi dan pekerjanya telah mengalami perubahan secara subtansial tentang apa

yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya (Burnes, 2000:250).

Manajemen perubahan, sesuai dengan namanya digunakan untuk melakukan

perubahan atau untuk menghadapi perubahan. Perubahan perlu dilakukan karena

situasi dan kondisi berubah, tuntutan, dan bahkan perkembangan pada tataran

praktispun mengharuskannya untuk melakukan perubahan. Manajemen perubahan

tidak hanya perlu diterapkan pada perubahan yang sifatnya relatif dapat diprediksi

(predictable), tetapi manajemen perubahan juga relevan untuk menghadapi perubahan

drastis yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak dapat diprediksikan jauh sebelumnya

(unpredictable).

Terdapat dua pendekatan utama untuk manajemen perubahan yaitu perubahan

terencana ( planned change) dan pendekatan darurat (emergent approach). Kedua

pendekatan ini dapat dipergunakan tergantung pada kondisi lingkungan yang dihadapi

(Wibowo, 2011:246).

1. Planned Change (Perubahan Terencana)

Bullock dan Batten (Burnes, 2000:272) mengemukakan bahwa untuk

melakukan perubahan terencana perlu dilakukan empat fase tindakan yaitu

sebagai berikut:

a. Exploration phase (fase eksplorasi) : dalam tahap ini organisasi menggali

dan memutuskan apakah ingin membuat perubahan spesifik dalam operasi,

dan jika demikian, apakah mempunyai komitmen terhadap sumber daya

untuk merencanakan perubahan;

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

b. Planning phase (fase perencanaan) : tahap berikutnya adalah menyangkut

pemahaman masalah dan kepentingan organisasi;

c. Action phase (fase tindakan) : pada tahap ini organisasi

mengimplementasikan perubahan yang ditarik dari perencanaan. Proses

perubahan menyangkut desain untuk menggerakkan organisasi dari

keadaan sekarang menuju keadaan yang akan datang;

d. Integration phase (fase integrasi) : tahapan ini dimulai begitu perubahan

telah sukses di implementasi. Hal ini berkaitan dengan mengonsolidasi dan

menstabilisasi perubahan sehingga mereka menjadi bagian organisasi

normal.

2. Emergent Approach (Pendekatan Darurat)

Emergent approach memberikan arahan dengan melakukan penekanan pada

lima gambaran organisasi yang dapat mengembangkan atau menghalangi

keberhasilan perubahan yaitu sebagai berikut:

1. Organizational structure (struktur organisasi) : stuktur organisasi adalah

perubahan struktural menuju pada suatu organisasi dengan lebih banyak

delegasi;

2. Organizational culture (budaya organisasi) : budaya organisasi adalah

suatu upaya untuk memengaruhi perubahan dalam suatu organisasi

sekadar dengan berusaha mengubah budayanya mengasumsikan bahwa

terdapat hubungan linear yang tidak beralasan antara budaya organisasi

dengan kinerjanya;

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

3. Organizational learning (organisasi pembelajaran) : pembelajaran

memainkan peran kunci dalam menyiapkan orang untuk bersedia

melakukan perubahan atau membiarkan mereka menghalangi perubahan;

4. Manajerial behaviour (perilaku manajerial) : pendekatan perilaku

manajerial memerlukan perubahan yang radikal dalam perilaku manajer;

5. Power and politics (kekuatan dan politik) : meskipun advokasi terhadap

emergent change cenderung melihat kekuatan dan politik dari perspektif

yang berbeda, mereka semua mengenal arti pentingnya perubahan yang

harus dikelola jika perubahan ingin menjadi efektif.

2.3 Kerangka Konsep

2.3.1 Manajemen Aset Daerah

1. Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management. Pada kamus

bahasa Inggris oleh John M. Echols dan Hassan Shadily, manajemen

(management) berarti pengelolaan, dan ini berasal dari kata kerja to manage

yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, memperlakukan, dan

mengelola. Menurut Ensiklopedi Administrasi Indonesia, manajemen adalah

segenap kekuatan menggerakkan sekelompok orang yang mengerahkan fasilitas

dalam satu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu di dalam

buku Prinsip-prinsip manajemen ( George R. Terry, 2009:15) dinyatakan bahwa

terdapat empat fungsi manajemen yaitu:

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

1. Perencanaan (Planning) : proses yang menyangkut upaya yang dilakukan

untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan

penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan

organisasi;

2. Pengorganisasian (Organizing) : proses yang menyangkut bagaimana strategi

dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah

struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi

yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi

dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi;

3. Pengarahan atau Penggerakan (Actuating) : proses implementasi program

agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses

memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung

jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi;

4. Pengawasan (Controlling) : proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh

rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan

diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan

sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang

dihadapi.

2. Aset (Asset)

Aset berasal dari bahasa Inggris yang berarti barang atau sesuatu barang

yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial

value) atau nilai tukar (exchange value), dimana nilai tukar dimiliki oleh

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu (perorangan). Aset (Asset)

adalah barang, yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari

benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud (tangible)

maupun yang tidak berwujud (Intangible), yang tercakup dalam

aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan

usaha atau individu perorangan. Selain itu pengertian Aset dalam Keputusan

Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 dan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007, dimana aset mempunyai pengertian yang

sama yaitu semua barang yang dibeli atau yang diperoleh atas beban APBD

atau APBN atau yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

3. Manajemen Aset

Manajemen aset sebetulnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari manajemen keuangan dan secara umum terkait dengan administrasi

pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan nilai aset, pemanfaatan

aset, pencatatan nilai aset dalam neraca tahunan daerah, maupun dalam

penyusunan prioritas dalam pembangunan. Tujuan manajemen aset kedepan

diarahkan untuk menjamin pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari

pemerintahan daerah, maka dituntut agar dapat mengembangkan atau

mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah guna meningkatkan atau

mendongkrak pendapatan asli daerah, yang akan digunakan untuk membiayai

kegiatan guna mencapai pemenuhan persyaratan optimal bagi pelayanan tugas

dan fungsi instansinya terhadap masyarakat. Menurut Siregar (2004)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

manajemen aset merupakan salah satu profesi atau keahlian yang belum

sepenuhnya berkembang dan populer di lingkungan pemerintahan maupun di

satuan kerja atau instansi. Manajemen aset itu sendiri sebenarnya kedepannya

terdiri dari lima tahapan kerja yang satu sama lainnya saling terikat yaitu :

Inventarisasi Aset, Legal Audit, Penilaian Aset, Optimalisasi Aset, dan

Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA) dalam Pengawasan

dan Pengendalian Aset.

4. Manajemen Aset Daerah

Dalam rangka mewujudkan tertib administrasi terhadap pengelolaan

barang daerah perlu diatur pedoman kerjanya, untuk itu telah dikeluarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007. Dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri tersebut dimaksudkan bahwa barang milik daerah adalah semua

barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah atau perolehan lainnya yang sah. Di dalam lampirannya dijelaskan

tentang pengertian barang milik daerah yaitu semua kekayaan daerah baik yang

dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah, baik yang bergerak maupun

yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan

tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimang termasuk hewan dan

tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya.

Pengelolaan barang daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan

terhadap barang daerah yang meliputi, perencanaan kebutuhan dan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran,

penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,

penilaian, penghapusan, pemindah-tanganan, pembinaan, pengawasan dan

pengendalian, pembiayaan, dan tuntutan ganti rugi (Pasal 4 ayat 2 Permendagri

No.17 Tahun 2007). Sedangkan mengenai manajemen aset seperti telah

diuraikan sebelumnya bahwa manajemen aset merupakan lanjutan dari proses

manajemen barang atau manajemen material yang meliputi kegiatan-kegiatan:

a). inventarisasi aset; b). legal audit; c). penilaian aset; d). optimalisasi aset; e).

pengembangan System Informasi Manajemen Aset (SIMA) dalam Pengawasan

dan Pengendalian Aset.

5. Prinsip Dasar Pengelolaan Aset Daerah

Untuk mendukung pengelolaan aset daerah secara efisien dan efektif

serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah, maka

pemerintah daerah perlu memiliki atau mengembangkan sistem informasi

menajemen yang komprehensif dan handal sebagai alat untuk menghasilkan

laporan pertanggungjawaban. Selain itu, sistem informasi tersebut juga

bermanfaat untuk dasar pengambilan keputusan mengenai kebutuhan barang

dan estimasi kebutuhan belanja pembangunan (modal) dalam penyusunan

APBD, dan untuk memperoleh informasi manajemen aset daerah yang

memadai maka diperlukan dasar pengelolaan kekayan aset yang memadai juga,

dimana menurut Mardiasmo (2002:87) terdapat tiga prinsip dasar pengelolaan

aset atau kekayaan daerah, yaitu: (a) adanya perencanaan yang tepat; (b)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

pelaksanaan/pemanfaatan secara efisien dan efektif; (c) pengawasan

(monitoring).

a. Perencanaan

Pemerintah daerah perlu membuat perencanaan kebutuhan aset yang

digunakan sebagai rujukan dalam pengadaan aset daerah. Berdasarkan

rencana tersebut, pemerintah daerah kemudian mengusulkan anggaran

pengadaannya. Dalam hal ini masyarakat dan DPRD perlu melakukan

pengawasan mengenai apakah aset yang direncanakan untuk dimiliki daerah

tersebut benar-benar dibutuhkan daerah. Seandainya memang dibutuhkan,

maka pengadaannya harus dikaitkan dengan cakupan layanan yang

dibutuhkan dan diawasi apakah ada penggelembungan dalam rencana

pengadaan atau pembelian tersebut. Setiap pengadaan atau pembelian barang

baru harus dicatat dan terdokumentasi dengan baik dalam sistem database

kekayaan atau aset daerah. Pada dasarnya, kekayaan daerah dapat

diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Kekayaan yang sudah ada (eksis) sejak adanya daerah tersebut.

Kekayaan jenis ini meliputi seluruh kekayaan alam dan geografis

kewilayahan. Contohnya adalah tanah, hutan, tambang, gunung,

pantai, dan peninggalan bersejarah yang menjadi kewenangan

daerah;

2. Kekayaan yang telah dan akan dimiliki baik yang berasal dari

pembelian maupun yang akan dibangun sendiri. Kekayaan jenis ini

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

berasal dari aktivitas pemerintah daerah yang didanai oleh APBD

serta kegiatan ekonomi daerah lainnya. Contohnya adalah jalan,

jembatan, dan kendaraan (Soleh dan Rochmansjah, 2010:151).

b. Pelaksanaan

Kekayaan milik daerah harus dikelola secara optimal dengan

memperhatikan prinsip efisiensi, afektivitas, transparansi, dan akuntabilitas.

Hal yang cukup penting diperhatikan oleh pemerintah daerah adalah

perlunya dilakukan perencanaan terhadap biaya operasi dan pemeliharaan

untuk setiap kekayaan yang dibeli atau diadakan. Hal ini disebabkan

seringkali biaya operasi atau pemeliharaan tidak dikaitkan dengan belanja

investasi atau modal. Pengelolaan aset atau kekayaan daerah harus

memenuhi prinsip akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik yang harus

dipenuhi paling tidak meliputi:

1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum

Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran

penyalahgunaan jabatan oleh pejabat dalam penggunaan dan

pemanfaatan kekayaan daerah, sedangkan akuntabilitas hukum

terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

2. Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas proses terkait dengan dipatuhinya prosedur yang

digunakan dalam melaksanakan pengelolaan kekayaan daerah.

3. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban

pemerintah daerah terhadap DPRD dan masyarakat luas atas

kebijakan-kebijakan perencanaan, pengadaan, pendistribusian

penggunaan atau pemanfaatan kekayaan daerah, pemeliharaan

sampai pada penghapusan barang daerah (Soleh dan Rochmansjah,

2010:153).

c. Pengawasan

Pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan

hingga penghapusan aset. Keterlibatan auditor internal dalam proses

pengawasan ini sangat penting untuk menilai konsistensi antara praktik yang

dilakukan oleh pemerintah daerah dengan standar yang berlaku. Selain itu,

auditor internal juga penting keterlibatannya untuk menilai kebijakan

akuntansi yang diterapkan menyangkut pengakuan aset, pengukurannya, dan

penilaiannya. Pengawasan diperlukan untuk menghindari penyimpangan

dalam setiap fungsi pengelolaan atau manajemen aset daerah (Soleh dan

Rochmansjah, 2010:154).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

6. Tujuan Pengelolaan Aset Daerah

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 1 Tahun 2009

tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, dimana dalam pasal 3 dijelaskan

bahwa tujuan pengelolaan barang milik daerah adalah untuk :

a. Menunjang kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan daerah serta dalam rangka melaksanakan tertib administrasi

pengelolaan barang milik daerah;

b. Terwujudnya akuntabilitas dalam pengelolaan barang milik daerah;

c. Terwujudnya pengelolaan barang milik daerah yang tertib, efisien dan

efektif, fleksibel dan optimal serta sesuai dengan asas-asas pengelolan

barang milik daerah.

7. Dasar Hukum Pengelolaan Barang Milik Daerah

Dasar hukum pengelolaan barang milik daerah, antara lain yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

pokok Agraria;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tantang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang Penjualan

Kendaraan Perorangan Dinas;

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah

Nomor 31 Tahun 2005 tentang Penjualan Rumah Negara;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha,

Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah;

9. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

10. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

11. PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara atau

Daerah;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang

Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah;

13. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan Kepentingan Umum sebagaimana telah

dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2001 tentang Sistem

Informasi Manajemen Barang Daerah;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2002 tentang Nomor

Kode Lokasi dan Nomor Kode Barang Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota;

16. Keputusan Menteri Dalem Negeri Nomor 12 tahun 2003 tentang Pedoman

Penilaian Barang Daerah;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 Tahun 2004 tentang

Pedoman Pengelolaan Barang Daerah yang dipisahkan;

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Soleh dan Rochmansjah, 2010:158).

8. Penatausahaan Barang Milik Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 17 tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Penatausahaan adalah

rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan

barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adapun pengertian

dari ketiga rangkain kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan

pelaporan barang yaitu sebagai berikut :

a. Pembukuan

Pembukuan adalah rincian pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah

ke daftar barang atau daftar barang pengguna atau kuasa pengguna menurut

penggolongan dan kodefikasi barang. Pengguna/kuasa pengguna barang

wajib melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah ke dalam

Daftar Barang Pengguna (DBP)/Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP).

Pengguna/kuasa pengguna barang dalam melakukan pendaftaran dan

pencatatan harus sesuai dengan format:

1. Kartu Inventaris Barang (KIB) A Tanah;

2. Kartu Inventaris Barang (KIB) B Peralatan dan Mesin;

3. Kartu Inventaris Barang (KIB) C Gedung dan Bangunan;

4. Kartu Inventaris Barang (KIB) D Jalan, Irigasi, dan Jaringan;

5. Kartu Inventaris Barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya;

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

6. Kartu Inventaris Barang (KIB) F Kostruksi dalam Pengerjaan;

7. Kartu Inventaris Ruangan (KIR).

b. Inventarisasi

Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan

pelaporan hasil pendataan barang milik daerah. Kegiatan inventarisasi

dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat, lengkap, dan

mutakhir mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau di kuasai oleh

pemerintah daerah. Untuk dapat melakukan inventarisasi aset daerah secara

objektif dan dapat diandalkan, pemerintah daerah perlu memanfaatkan

profesi auditor atau jasa penilai yang independent. Dari kegiatan

inventarisasi disusun buku inventaris yang menunjukkan semua kekayaan

daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data meliputi lokasi, jenis/merk

tipe, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian, asal barang, keadaan barang,

dan sebagainya.

c. Pelaporan

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 17 tahun 2007. Pelaporan

adalah proses penyusunan laporan barang setiap semester dan setiap

tahunan setelah dilakukan inventarisasi dan pencatatan. Pengguna

menyampaikan laporan pengguna barang semesteran dan tahunan kepada

Kepala Daerah melalui pengelola. Sementara pembantu pengelola

menghimpun laporan menjadi Laporan Barang Milik Daerah (LBMD).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

Laporan Barang Milik Daerah digunakan sebagai bahan untuk menyusun

neraca Pemerintah Daerah.

9. Asas-asas Pengelolaan Barang Milik Daerah

Barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus dikelola

dengan baik dan benar, maka dari itu pengelolaan barang milik daerah

dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:

a. Asas Fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah

dibidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa

pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang, dan Kepala Daerah

sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing;

b. Asas Kepastian Hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus

dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;

c. Asas Transparansi, yaitu penyalenggaraan pengelolaan barang milik daerah

harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi

yang benar;

d. Asas Efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang

milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang

diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan

fungsi pemerintahan secara optimal;

e. Asas Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

f. Asas Kepastian Nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus

didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka

optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta

penyusunan neraca Pemerintah Daerah (Soleh dan Rochmansjah,

2010:157).

2.3.2 Pemanfaatan Barang Milik Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 17 tahun 2007, yang dimaksud

dengan istilah pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak

dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, bangun guna

serah, dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan. Hal ini

secara tidak langsung memberikan penjelasan bahwa pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tidak boleh terganggu akibat

pemanfaatan barang milik daerah. Dalam istilah pendayagunaan barang milik daerah

terkandung makna bahwa tujuan pemanfaatan barang milik daerah adalah

optimalisasi pemanfaatan barang milik daerah guna mendorong peningkatan

penerimaan daerah.

Selain itu tujuan menyeluruh dari pemanfaatan barang milik daerah yaitu

bertujuan untuk: a). Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah;

b). Meningkatkan penerimaan atau pendapatan daerah; c). Mengurangi beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya biaya pemeliharaan;

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

d). Mencegah kemungkinan adanya penyerobotan dari pihak lain yang tidak

bertanggung jawab; e). Membuka lapangan kerja; f) Meningkatkan pendapatan

masyarakat. Pendayagunaan barang milik daerah dilakukan melalui bentuk-bentuk

pemanfaatan yaitu :

1. Sewa

Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka

waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.

2. Pinjam Pakai

Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara pemerintah pusat

dengan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah dalam jangka waktu

tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir

diserahkan kembali kepada pengelola.

3. Kerjasama Pemanfaatan

Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah oleh

pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan

daerah bukan pajak atau pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.

4. Bangun Guna Serah

Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah

oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan atau sarana berikut

fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka

waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

tanah beserta bangunan atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya

jangka waktu.

5. Bangun Serah Guna

Bangun Serah Guna adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah

oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan atau sarana berikut

fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk

didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang

disepakati.

2.3.3 Kemitraan ( Kerjasama) Antar Daerah

Kerjasama antar Pemerintah Daerah menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 dimana kerjasama daerah merupakan bentuk

kesepakatan antara gubernur dengan gubernur, atau gubernur dengan bupati/wali

kota, atau antara bupati/wali kota dengan bupati/wali kota yang lain, dan atau

gubernur, bupati/wali kota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta

menimbulkan hak dan kewajiban. Selain itu kerja sama daerah merupakan sarana

untuk lebih memantapkan hubungan dan keterikatan daerah yang satu dengan daerah

yang lain dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerasikan

pembangunan daerah, mensinergikan potensi antar daerah atau dengan pihak ketiga

serta meningkatkan pertukaran pengetahuan, teknologi dan kapasitas fiskal. Melalui

kerja sama daerah diharapkan dapat mengurangi kesenjangan daerah dalam

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

penyediaan pelayanan umum khususnya yang ada di wilayah terpencil, perbatasan

antar daerah dan daerah tertinggal.

Dalam kerjasama antar daerah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pengembangan kerjasama antar pemerintah daerah di Indonesia. Hal-hal

tersebut diatur dalam PP No. 50 Tahun 2007 yang menjadi pedoman daerah dalam

bekerjasama dan mengembangkan potensi daerahnya. Poin-poin kerjasama antar

pemerintah daerah yang perlu disepakati antar subyek kerjasama (kepala daerah atau

pihak ketiga), meliputi beberapa hal sebagai berikut, yaitu subjek kerja sama, objek

kerja sama, ruang lingkup kerja sama, hak dan kewajiban para pihak, jangka waktu

kerja sama, pengakhiran kerja sama, keadaan memaksa, serta penyelesaian

perselisihan. Kesepakatan tersebut harus dituangkan dalam surat perjanjian kerjasama

(dapat dalam berbagai bentuk : kesepakatan bersama, perjanjian bersama, dan lain-

lain), yang perlu mendapatkan persetujuan dari DPRD. Isu-isu strategis yang

berkaitan dengan urgensi kerjasama antar pemerintah daerah (Tarigan, 2009) adalah :

Peningkatan pelayanan publik, kawasan perbatasan, tata ruang, penanggulangan

bencana dan penanganan potensi konflik, kemiskinan dan pengurangan disparitas

wilayah, serta pemekaran daerah.

Agar berhasil melaksanakan kerjasama antar daerah tersebut dibutuhkan

prinsip-prinsip umum sebagaimana terdapat dalam prinsip “good governance”

(Edralin, 1997 dalam Keban, 2005). Beberapa prinsip diantara prinsip good

governance yang ada dapat dijadikan pedoman dalam melakukan kerjasama antar

pemerintah daerah yaitu:

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

1. Transparansi : Pemerintahan Daerah yang telah bersepakat untuk melakukan

kerjasama harus transparan dalam memberikan berbagai data dan informasi

yang dibutuhkan dalam rangka kerjasama tersebut, tanpa ditutup-tutupi;

2. Akuntabilitas : Pemerintah Daerah yang telah bersepakat untuk melakukan

kerjasama harus bersedia untuk mempertanggungjawabkan, menyajikan,

melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait

dengan kegiatan kerjasama, termasuk kepada DPRD sebagai wakil rakyat,

atau kepada para pengguna pelayanan publik;

3. Partisipatif : Dalam lingkup kerjasama antar Pemerintah Daerah, prinsip

partisipasi harus digunakan dalam bentuk konsultasi, dialog, dan negosiasi

dalam menentukan tujuan yang harus dicapai, cara mencapainya dan

mengukur kinerjanya, termasuk cara membagi kompensasi dan risiko;

4. Efisiensi : Dalam melaksanakan kerjasama antar pemerintah daerah ini harus

dipertimbangkan nilai efisiensi yaitu bagaimana menekan biaya untuk

memperoleh suatu hasil tertentu, atau bagaimana menggunakan biaya yang

sama tetapi dapat mencapai hasil yang lebih tinggi;

5. Efektivitas : Dalam melaksanakan kerjasama antar pemerintah daerah ini

harus dipertimbangkan nilai efektivitas yaitu selalu mengukur keberhasilan

dengan membandingkan target atau tujuan yang telah ditetapkan dalam

kerjasama dengan hasil yang nyata diperoleh;

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

6. Konsensus : Dalam melaksanakan kerjasama tersebut harus dicari titik temu

agar masing-masing pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut dapat

menyetujui suatu keputusan. Atau dengan kata lain, keputusan yang sepihak

tidak dapat diterima dalam kerjasama tersebut;

7. Saling menguntungkan dan memajukan : Dalam kerjasama antar pemerintah

daerah harus dipegang teguh prinsip saling menguntungkan dan saling

menghargai. Prinsip ini harus menjadi pegangan dalam setiap keputusan dan

mekanisme kerjasama.

2.4 Kerangka Pemikiran

KABUPATEN BADUNG

MANAJEMEN ASET DAERAH

KABUPATEN BADUNG

PEMANFAATAN ASET

DAERAH

BENTUK PEMANFAATAN

Bangun

Serah

Guna

(30 Tahun)

Bangun

Guna

Serah

(30 Tahun)

Kerjasama

Pemanfaatan

(30 Tahun)

Pinjam Pakai

(2 Tahun)

Sewa

(5 Tahun)

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

Melalui bagan diatas dapat dijelaskan bahwa manajemen aset daerah

Kabupaten Badung memang sangat diperlukan guna untuk mengelola aset-aset yang

dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Badung, agar semua aset-aset yang dimiliki oleh

pemerintah Kabupaten Badung dapat terkelola dengan baik. Selain itu, dengan

adanya manajemen aset daerah maka aset-aset daerah yang dimiliki oleh pemerintah

Kabupaten Badung, baik aset daerah yang telah digunakan ataupun aset daerah yang

tidak dipergunakan (menganggur) dapat dimanfaatkan sebaik mungkin melalui

pemanfaatan aset daerah. Pemanfaatan aset daerah dapat dilakukan melalui bentuk-

bentuk pemanfaatan, dimana bentuk-bentuk pemanfaatan itu sendiri dapat dibagi

menjadi lima bagian, yaitu :

1. Sewa : Jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 Tahun

dan dapat di perpanjang

2. Pinjam Pakai : Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling lama

2 Tahun dan dapat diperpanjang

3. Kerjasama Pemanfaatan : Jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling

lama 30 Tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang

4. Bangun Guna Serah : Jangka waktu bangun guna serah paling lama 30

Tahun sejak perjanjian ditandatangani

5. Bangun Serah Guna : Jangka waktu bangun serah guna paling lama 30

Tahun sejak perjanjian ditandatangani ( Peraturan Pemerintah Republik

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · 2.2.1 Teori Manajemen Publik ... fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik ... penentuan strategi dan taktik

Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah).

Dari kelima bentuk pemanfaatan tersebut diatas dapat dipilih salah satunya

sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak yang akan melakukan

pemanfaatan. Dalam hal ini pemilihan bentuk pemanfaatan yang akan digunakan juga

sangat perlu diperhatikan agar sesuai dengan tujuan dan kebutuhan dari pemanfaatan

yang akan dilakukan serta tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan, sehingga tidak terjadi masalah-masalah yang tidak diinginkan dalam

proses pemanfaatannya.