bab ii tinjauan pustaka 2.1. film sebagai media...

26
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media Komunikasi Massa Dalam sub bab ini peneliti mencoba memaparkan kajian teori yang menghubungkan bagaimana posisi sebuah film yang juga secara sifat menjadi bagian dari komunikasi massa, dengan demikian peneliti merasa perlu juga memberikan definisi-definisi dari para ahli berkaitan dengan judul sub bab diatas. dalam Wiryanto (2003:3) mengatakan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi. Sedangkan menurut Nurudin (2007:13) Menurut paradigmanya, alat komunikasi massa dibagi menjadi dua jenis yaitu paradigma lama (film, surat kabar, majalah, tabloid, buku, radio, televisi, kaset/CD) dan paradigma baru (surat kabar, majalah, tabloid, internet, radio, televisi). Film sebagai media komunikasi massa memang tidak lepas dari hubungan antara film dan masyarakat itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Oey Hong Lee yakni, “film sebagai alat komunikasi massa kedua yang muncul di dunia, mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur

Upload: phamdan

Post on 05-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Dalam sub bab ini peneliti mencoba memaparkan kajian teori yang

menghubungkan bagaimana posisi sebuah film yang juga secara sifat menjadi

bagian dari komunikasi massa, dengan demikian peneliti merasa perlu juga

memberikan definisi-definisi dari para ahli berkaitan dengan judul sub bab diatas.

dalam Wiryanto (2003:3) mengatakan komunikasi massa adalah komunikasi

melalui media massa, Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi

yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima

tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada

penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio,

film atau televisi. Sedangkan menurut Nurudin (2007:13) Menurut paradigmanya,

alat komunikasi massa dibagi menjadi dua jenis yaitu paradigma lama (film, surat

kabar, majalah, tabloid, buku, radio, televisi, kaset/CD) dan paradigma baru (surat

kabar, majalah, tabloid, internet, radio, televisi).

Film sebagai media komunikasi massa memang tidak lepas dari hubungan

antara film dan masyarakat itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Oey Hong

Lee yakni, “film sebagai alat komunikasi massa kedua yang muncul di dunia,

mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain

pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin

lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah

dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

9

teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat

kabar pada masa pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19

(Sobur, 2006 : 126).

Film lahir di penghujung abad ke-19 sebagai bentuk dari perkembangan

teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere Bersaudara

yang kemudian disebut gambar bergerak (motion picture) alias film. Film juga

semakin mengekalkan apa yang telah dilakukan manusia selama beribu-ribu

tahun, yakni menyampaikan kisah, yang diceritakan tentu saja perihal kehidupan.

Eric Sasono menulis, dibandingkan media lain, film memiliki kemampuan untuk

meniru kenyataan sedekat mungkin dengan kenyataan sehari-hari (Irwansyah,

2009 : 12).

2.1.1 Pengertian dan Unsur Pembentuk Film

Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur dikutip Himawan pratista

(2008:1) yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling

berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film.

Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya

berdiri sendiri. Bisa kita katakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang

akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya.

Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya.

Sementara unsur sinematik atau juga sering di istilahkan gaya sinematik

merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi

empat elemen pokok yakni, mise-en scene, sinematografi, editing dan suara.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

10

Masing-masing elemen sinematik tersebut juga saling berinteraksi dan

berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk gaya sinematik secara utuh.

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film

cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-

unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu serta lainya. Seluruh elemen

tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruan. Elemen-elemen tersebut

saling berinteraksi serta berkesinambugan satu sama lain untuk membentuk

sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan

peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas, (logika

sebab-akibat). Aspek kausalitas bersama unsur-unsur dan waktu adalah elemen-

elemen pokok pembentuk naratif.

Sedangkan unsur sinematik lebih ke aspek-aspek teknis dalam produksi

sebuah film. Mise-en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Film

memiliki banyak jenis termasuk film cerita pendek yang berdurasi di bawah 60

menit, film cerita pendek banyak dijadikan batu loncatan untuk kemudian

memproduksi cerita panjang. Sedangkan film cerita panjang memiliki durasi 60

menit lazimnya berdurasi 90-100 menit (Effendy, 2002:13).

2.1.2 Jenis-Jenis Film

Menurut Himawan Pratista (2008: 4-8) film dibedakan menjadi tiga jenis,

yakni:

1. Film dokumenter

Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa dan

lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

11

atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi

atau otentik. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot

namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau

argumen dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh

protagonis dan antagonis konflik, serta penyelesaian seperti halnya film

fiksi. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan

tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai

fakta-fakta yang disajikan.

2. Film fiksi

Film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering mengunakan

cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pegadeganan

yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum

kausalitas. Cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis dan

antagonis, masalah dan konflik, penutupan, serta pola pembangunan cerita

yang jelas. Film fiksi yang berada di tengah-tengah dua kutub, nyata dan

abstrak, sering kali memikiki tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara

naratif maupun sinematik.

3. Film Eksperimental

Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua

jenis film lainya. Para sineas eksperimental umumnya bekerja di luar

industri film utama (mainstream) dan bekerja pada studio independen atau

perorangan. Mereka umumnya terlibat penuh dalam seluruh produksi

filmnya sejak awal hingga akhir. Film eksperimental tidak memiliki plot

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

12

namun tetap memiliki struktur. Struktur sangat dipengaruhi oleh insting

subjektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pegalaman batin. Film

eksperimental juga umumnya tidak bercerita tentang apapun bahkan

kadang menentang kausalitas. Film-film eksperimental umumnya

berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami.

2.1.3 Klasifikasi Film

Genre berasal dari bahasa perancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”,

kata genre sendiri megacu pada istilah biologi yakni. Genus, sebuah klasifikasi

flora dan fauna yang tingkatanya berada di atas spesies dan di bawah family.

Genus mengelompokan beberapa spesies yang memiliki kesamaan ciri-ciri fisik

tertentu. Dalam film, genre dapat di definisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari

sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi

dan subjek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi,

ikon, mood, serta karakter. Klasifikasi tersebut menghasilkan genre-genre populer

seperti aksi, petualagan, drama, komedi, horor, western, thriller, film noir dan

sebagainya. Fungsi genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film

sesuai dengan spesifikasinya (Himawan Pratista, 2008:10).

Kebanyakan film merupakan kombinasi dari beberapa genre sekaligus.

Kombinasi genre dalam sebuah film sering di istilahkan genre hibrida (campuran)

walapun begitu film tetap memiliki genre yang dominan. Genre juga dapat dibagi

menjadi beberapa bagian khusus. Seperti genre induk primer, genre induk

sekunder, serta genre khusus (Himawan Pratista, 2008:11-12).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

13

1. Genre Induk Primer

Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan

populer sejak awal perkembagan sinema era 1900-an hingga 1930-an. Bisa

kita katakan bahwa setiap film pasti mengandung setidaknya satu genre induk

primer namun lazimnya sebuah film adalah kombinasi dari beberapa genre

induk sekaligus. Tidak semua genre induk primer populer dan sukses dari

masa ke massa. (Himawan Pratista 2008:13).

a. Aksi

Film aksi berhubugan dengan adegan-adegan aksi fisik seru,

menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo yang cepat. Genre aksi

adalah genre yang paling adaptif degan genre lainya.

b. Drama

Film drama umumnya berhubugan dengan tema cinta, cerita setting,

karakter serta suasana yang memotret kehidupan nyata. Dan genre yang

paling banyak di produksi karena jangkauan ceritanya yang sagat luas.

c. Epik Sejarah

Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan

latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos,

legenda atau bibilkal.

d. Fantasi

Film fantasi berhubugan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang

tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negri

dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

14

e. Fiksi Ilmiah

Film fiksi ilmiah berhubugan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar,

percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, investasi, atau kehancuran bumi.

Fiksi ilmiah juga sering berhubungan dengan teknologi serta kekuatan

yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini.

f. Horor

Film horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan

serta teror yang mendalam bagi penontonya. Film horor umumnya

mengunakan karakter-karakter antagonis non manusia yang berwujud fisik

yang menyeramkan.

e. Komedi

komedi adalah jenis film yang mengundang tawa bagi penontonya. Film

komedi biasanya berupa drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi,

bahasa, hingga karakternya.

g. Kriminal dan gangster

Film-film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi kriminal

seperti, perampokan bank, pencurian pemerasan, perjudian, pembunuhan,

persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah tanah yang bekerja

di luar sistem hukum.

h. Musikal

Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari

(dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

15

mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita.

Pengunaan musik dan lagu bersama liriknya biasanya mendukung jalanya

alur cerita.

i. Petualangan

Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke

suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. Film-film petualangan

selalu meyajikan panorama alam eksotis seperti hutan rimba, pegunungan,

savana, serta pulau terpencil.

j. Perang

Genre perang mengagkat tentang tema kengerian serta teror yang

ditimbulkan oleh aksi perang. Film-film perang umumnya menampilkan

adegan pertempuran seru baik di darat, laut, atau pun udara. Film-film

perang biasanya memperlihatkan kegigihan, pegorbanan para tentara

dalam melawan musuh-musuh mereka.

k. Western

Western adalah genre orisinil milik amerika. Tema film western umumnya

seputar konflik antara pihak baik dan jahat. Karakter dalam genre ini

adalah koboi, indian kavaleri, sheriff.

2. Genre induk sekunder

Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan populer yang

merupakan pegembangan atau runtutan dari genre induk primer. Genre induk

sekunder memiliki ciri-ciri karakter yang lebih kusus dibandingkan dengan

genre induk primer (Himawan Pratista, 2008:21).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

16

a. Bencana

Film-film bencana (disaster) berhubungan dengan tragedi atau

musibah baik sekala besar maupun kecil yang mengancam jiwa banyak

manusia. Secara umum film bencana di bagi ke dalam dua jenis , bencana

alam dan bencana buatan manusia. Bencana alam adalah aksi bencana

yang melibatkan kekuatan alam yang merusak dalam sekala besar seperti

angin topan, tornado dan sebagainya. Sedangkan bencana buatan manusia

umumnya berhubugan dengan tindak kriminal atau faktor ketidak segajaan

manusia seperti aksi terorisme, kebakaran gedung dan sebagainya.

b. Biografi

Biografi (sering diistilahkan biopic:biografy picture) secara umum

merupakan pengembagan dari genre drama dan epik sejarah. Film biografi

menceritakan pengalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh

berpegaruh dimasa lalu maupun kini. Film biografi umumnya mengambil

kisah berupa suka dan duka perjalanan hidup sang tokoh sebelum ia

menjadi orang besar atau keterlibatan sang tokoh dalam sebuah peristiwa

besar.

c. Detektif

Genre detektif merupakan pegembangan dari genre kriminal dan

gangster dan lebih populer pada era klasik dari pada kini. Inti cerita

umumnya berpusat pada sebuah kasus kriminal pelik yang belum

terselesaikan. Alur ceritanya sulit diduga serta penuh dengan misteri.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

17

d. Film Noir

Film noir yang bermakna “gelap” atau “suram” merupakan turunan

dari genre kriminal dan gangster yang mulai populer pada awal dekade

1940-an hingga ahir 1950-an. Tema pada film noir selalu berhubugan

dengan tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian serta pemerasan.

e. Melodrama

Melodrama merupakan pengembagan dari genre drama yang juga

sering diistilahkan opera sabun atau film “ cengeng” (meguras air mata).

Melo drama menggunakan cerita yang mampu menggugah emosi

penontonya secara mendalam dengan dukungan unsur “melodi” (ilustrasi

musik).

f. Olahraga

Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik

atlet, pelatih, agen maupun kompetisinya sendiri. Film olahraga biasanya

diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun sebuah peristiwa

olahraga besar.

g. Perjalanan

Seperti halnya western genre perjalanan atau sering diistilahkan

road film merupakan genre khas milik amerika yang sangat populer diera

klasik. Film perjalanan sering bersinggungan dengan genre aksi, drama

serta petualangan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

18

h. Roman

Roman seperti halnya melodrama merupakan pengembagan dari

genre drama. Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta,

baik kisah percintaanya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan

utamanya. Tema roman pada umumnya adalah pasangan satu sama lain

yang saling mencintai namun banyak ujian yang dihadapi.

i. Superhero

Superhero adalah sebuah genre fenomenal yang merupakan

perpaduan antara genre fiksi-ilmiah, aksi, serta fantasi. Film superhero

adalah kisah klasik perseteruan antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah

kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat.

j. Supernatural

Film supernatural berhubugan dengan makluk-makluk gaib seperti

hantu, roh halus, keajaiban, serta kekuatan mental seperti membaca

pikiran, masa depan, masa lalu, telekinesis, dan lainya. Film-film

supernatural sangat mudah bersingungan dengan genre horor, fantasi

drama dan fiksi ilmiah.

k. Spionase

Spionase atau agen rahasia adalah genre populer kombinasi antara

genre aksi, petualagan, thriller, serta politik dengan karakter utama seorang

mata-mata atau agen rahasia. Film spionase sering kali berlatar cerita

periode perang dingin atau intrik internasioanal antar negara. Tema

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

19

biasanya berurusan dengan senjata pemusnah masal yang dapat

mengancam keamanan nasional.

l. Thriller

Film thriller memiliki tujuan utama memberi rasa ketegangan,

penasaran, ketidakpastian serta kertakutan pada penontonya. Alur cerita

film thriller sering kali bernbentuk aksi non stop, penuh misteri, kejutan,

serta mampu mempertahankan intensitas ketegangan hingga klimaks

filmnya.

3. Genre Khusus

Genre kusus jumplahnya bisa mencapai ratusan dan dapat

berkombinasi dengan genre induk manapun sesuai dengan konteks cerita

filmnya. Film drama misalnya dapat dipecah menjadi genre kusus

berdasarkan tema cerita, seperti keluarga, anak-anak, remaja, cinta,

pegadilan, politik, prostitusi, jurnalis, realigi, tragedi, hari natal, ganguan

kejiwaan dan sebagainya, berdasarkan sumber cerita, genre drama bisa di

pecah lagi menjadi beberapa genre kusus, seperti adaptasi literatur, kisah

nyata, otobiografi, buku harian dan sebagainya.

Dari contoh tersebut tampak jelas jika satu genre dapat berisi

puluhan (bahkan ratusan) judul film. Genre sampai kapan pun akan terus

berkembang secara dinamis dan tidak pernah akan berhenti sejalan dengan

berkembangnya sinema (Himawan Pratista, 2008:27-28).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

20

2.2 Film Dokumenter, Konsep dan Genre

2.2.1 Konsep Film Dokumenter

Menurut John Grierson, dalam Himawan Pratista, (2008:32) dijelaskan

bahwa film dokumenter merupakan sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian-

kejadian aktual yang ada (the creative treatment of actuality).

Himawan Prastisa menjelaskan bahwa film dokumenter tidak menciptakan

suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh

terjadi. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot namun

memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari

sineasnya. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan

agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang

disajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan

tujuan seperti: informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial,

ekonomi, politik (propaganda), dan lain sebagainya (Himawan Prastisa, 2008: 4).

Dalam menyajikan faktanya, film dokumenter dapat menggunakan

beberapa metode. Film dokumenter dapat merekan langsung pada saat peristiwa

tersebut benar-benar terjadi. Produksi film dokumenter jenis ini dapat dibuat

dalam waktu yang singkat, hingga berbulan-bulan, serta bertahun-tahun lamanya.

Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khusus yang tujuan

utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas,

serta otentitas peristiwa yang akan direkam. Umumnya film dokumenter memiliki

bentuk sederhana dan jarang sekali menggunakan efek visual (Himawan Pratista,

2008: 5)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

21

2.2.2 Genre Film Dokumenter

Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa

Perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni-budaya seperti musik, film

serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu.

Dalam kenyataannya, setiap genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan

selalu terikat erat pada faktor-faktor budaya. Gerzon R. Ayawaila, dalam

(Himawan Pratista, 2008:36), membagi genre film dokumenter menjadi dua belas

jenis.

1. Laporan perjalanan. Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari

para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa

membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh,

sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering

digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel

documentary dan adventures film.

2. Sejarah. Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang

sangat kental dengan aspek referential meaning (makna yang sangat

bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat

dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya

maupun penafsirannya. Pemakaian dokumenter sejarah ini tidak diketahui

secara akurat sejak kapan digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim

Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang

memang lebih banyak bertipe dokumenter. Pada masa sekarang, film

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

22

sejarah sudah banyak diproduksi karena terutama karena kebutuhan

masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan

masyarakat yang tinggi sangat membatasi mereka untuk mendalami

pengetahuan tentang sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh stasiun

televisi untuk memproduksi film-film sejarah.

3. Potret/Biografi. Jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Sosok

yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas

di dunia atau masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun

memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Ada

beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk

menggolongkannya, antara lain:

a. Potret, yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest

dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa–

peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya

bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran

sang tokoh.

b. Biografi, yaitu film yang mengupas secara kronologis dari awal tokoh

dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau

saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh pembuat filmnya.

c. Profil, yaitu sebuah sub-genre yang memiliki banyak kesamaan dengan

dua jenis film di atas namun memiliki perbedaan terutama karena

adanya unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian

sequencenya hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

23

walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia

berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya

untuk awalan saja. Profil umumnya lebih banyak membahas aspek-

aspek ‘positif’ tokoh seperti keberhasilan ataupun kebaikan yang

dilakukan.

4. Nostalgia, yaitu jenis film yang cukup dekat dengan jenis sejarah, namun

biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari

kejadiankejadian yang dialami seseorang atau suatu kelompok.

5. Rekonstruksi, yaitu jenis dokumenter yang mencoba memberi gambaran

ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan

tersendiri dalam mempresentasikan suatu peristiwa kepada penonton

sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang

memungkinkan untuk direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah

peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya

pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. Dalam membuat

rekonstruksi, bisa dilakukan dengan shoot live action atau bisa juga

dibantu dengan animasi.

6. Investigasi, yaitu jenis dokumenter yang merupakan kepanjangan dari

investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visual yang tetap ditonjolkan.

Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih

mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak. Misalnya: korupsi

dalam penanganan bencana, jaringan kartel atau mafia di sebuah negara,

tabir dibalik sebuah peristiwa pembunuhan, ketenaran instan sebuah band

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

24

dan sebagainya. Peristiwa seperti itu ada yang sudah terpublikasikan dan

ada pula yang belum, namun seperti apa persisnya bisa jadi tidak banyak

orang yang mengetahui. Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan

rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa.

Bahkan, dalam beberapa film aspek rekonstruksi digunakan untuk

menggambarkan dugaandugaan para subjek di dalamnya.

7. Perbandingan dan Kontradiksi, yaitu sebuah dokumenter yang

mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu.

8. Ilmu Pengetahuan, yaitu genre film dokumenter yang menekankan pada

aspek pendidikan dan pengetahuan.

9. Buku Harian/Diary. Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber-

genre ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang

diceritakan kepada orang lain.

10. Musik, merupakan salah satu genre musik dokumenter yang sangat

banyak diproduksi. Salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan

Pannebaker membuat film-film yang sebenarnya hanya

mendokumentasikan pertunjukkan musik.

11. Association Picture Story, yaitu jenis dokumenter yang dipengaruhi oleh

film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan

gambar– gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan

editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui

asosiasi yang terbentuk di benak mereka.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

25

12. Dokudrama, yaitu salah satu dari jenis dokumenter yang merupakan

penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya,

hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk

direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat

aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan

film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh

aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya

2.3 Pengertian dan Konsep Kritik

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan

tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu

memperbaiki pekerjaan (Curtis, Dan B; Floyd, 1996:284).

Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, 'clitikos - "yang

membedakan", kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna

κριτής, krités, artinya "orang yang memberikan pendapat beralasan" atau

"analisis", "pertimbangan nilai", "interpretasi", atau "pengamatan". Istilah ini

biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang

berselisih dengan atau menentang objek kritikan.

Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur

memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain

(seperti karya seniman, ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan

pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di

berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah

makan dan penerbitan ilmiah

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

26

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ,kritik adalah kecaman atau

tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap

suatu hasil karya,pendapat dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian di atas kritik merupakan catatan penilaian atau

tanggapan terhadap suatu karya. Kritik harus dibedakan dengan mengecam,

mencaci dan menjelek-jelekkan, ingat pengertian dasar kritik adalah

menilai.Menilai harus obyektif.Tujuan akhir kritik adalah agar pencipta karya atau

produk dapat meningkatkan mutu karyanya dikemudian hari.

Kritik disampaikan agar orang yang dikritik dapat mengubah perilaku atau

menciptakan karya yang lebih baik Kritik membangun yang santun adalah kritik

yang disampaikan bukan untuk menyerang orang, melainkan untuk menilai suatu

karya.Sekali lagi yang dinilai adalah karya bukan penciptanya. Gunakan bahasa

yang tidak menyakitkan hati (kasar), tetapi tetap terkesan lugas, tegas, dan santun.

Cara mengkritik suatu karya adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut

(Curtis, Dan B; Floyd, 1996:289) :

1. Sebelum memberi kritik kita harus memiliki pengetahuan yang cukup

tentang sesuatu yang akan kita kritik.Sebagai contoh apabila kita akan

mengkritik cerpen, kita harus mengetahui pengetahuan luas tentang

cerpen

2. Sebelum mengkritik pelajari dahulu dengan cermat karya yang akan

dikritik pahami segala istilah yang terdapat dalam karya. Baca juga bahan

rujukan karya tersebut.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

27

3. Setelah itu buatlah catatan yang obyektif tentang kelebihan dan

kekurangan karya yang akan dikritik. Contoh catat bagaimana tema, alur,

penokohan, latar atau bahasa yang ada da;lam cerpen.

4. Sebelum kritik disampaikan pikirkan kembali “Bagaimanakah perasaan

saya jika dikritik semacam itu ?

5. Saat menyampaikan kritik melalui lisan atau tulisan perhatikan

penggunaan bahasa. Gunakan bahasa yang tidak menyerang orang dan

yang tidak menyakitkan hati. Beri penilaian yang jujur dan

obyektif,tetapi tetap santun.Kritik harus mempunyai alasan yang masuk

akal atau logis, jadi tidak asal mengkritik

Dikutip dari Curtis, Dan B; Floyd, James J.; Winsor, Jerryl L. (1996:312)

dalam buku nya komunikasi bisnis dan professional, berikut adalah yang termasuk

macam-macam kritik :

A. Dilihat dari tujuannya

1. Kritik konstruktif, Yaitu kritik yang bertujuan membangun. Misalnya:

Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, sebaiknya diterapkan sistem

genap-ganjil plat nomor polisi

2. Kritik destruktif, Yaitu kritik yang bertujuan tidak membangun.

Misalnya : Atas terjadinya penembakan terhadap TKI di Malaysia,

maka menyarankan agar pemerintah menyatakan perang dengan

Malaysia.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

28

B. Dilihat dari nada kalimatnya

1. Kritik lunak, Yaitu kritik dengan kata-kata yang lunak.. Misalnya:

Kritik ditujukan ke orang yang cepat tanggap

2. Kritik keras, Yaitu kritik dengan kata-kata keras. Misalnya: Kritik

ditujukan ke orang yang bebal (tidak cepat tanggap)

C. Dilihat dari tujuannya

1. Tidak memberikan solusi, Yaitu kritik yang ditujukan kepada orang

yang dianggap mampu mencari solusi. Misalnya: Kritik terhadap

Pimpinan KPK yang dianggap mampu menyelesaikan kasus-kasus

korupso

2. Tidak memberikan alternatif solusi, Yaitu kritik terhadap orang yang

dianggap tidak mampu mencari solusi. Misalnya: Kritik terhadap

pelajar/mahasiswa yang cara belajarnya salah

D. Dilihat dari misinya

1. Memberikan pencerahan, Yaitu kritik yang bertujuan memberikan

pengertian bahwa yang dianggap benar sebetulnya salah. Misalnya:

Kritik terhadap anggapan salah bahwa motor tiga roda hanya untuk

orang cacat. Padahal, orang tidak cacat juga boleh.

2. Memberikan informasi yang benar, Yaitu kritik yang bertujuan

meluruskan persepsi yang salah terhadap logika yang salah. Misalnya:

Kritik terhadap anggapan bahwa orang pintar harus jadi menteri.

Padahal, orang pintar tidak harus jadi menteri.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

29

E. Dilihat siapa sasaran kritiknya

1. Pejabat/tokoh public, Yaitu kritik terhadap pejabat/tokoh publik yang

digaji memakai uang rakyat. Misalnya: Kritik terhadap

presiden,menteri,anggota DPR dan siapa saja yang digaji memakai

uang rakyat

2. Bukan pejabat publik/bukan tokoh public, Yaitu, kritik terhadap orang-

orang terkenal yang tidak digaji memakai uang rakyat Misalnya: Kritik

terhadap artis

F. Dilihat dari caranya mengritik

1. Kritik salah, Yaitu kritik yang tidak didukung oleh

fakta/data/referensi/hasil analisa Misalnya: Kritik terhadap anggota

DPR yang dijadikan terdakwa karena kasus korupsi

2. Kritik benar, Yaitu kritik yang didukung oleh fakta

2.4 Film (Dokumenter) sebagai media kritik

Terdapat banyak cara yang dilakukan dalam merekam perubahan

masyarakat dalam sebuah kurun waktu tertentu. seperti yang banyak diketahui

buku-buku yang diterbitkan dan bicara persoalan-persoalan dalam sebuah periode.

Begitu juga filem, terutama dokumenter, ribuan peristiwa dan momen-momen

penting direkam oleh para pelakunya untuk menjadikannya peristiwa itu

terdokumentasi atau menjadi produk pengetahuan. Merekam peristiwa dalam

kurun waktu tertentu hakikatnya pasti memunculkan perubahan-perubahan yang

terjadi di masyarakat, baik secara ekonomi, sosial-politik dan kebudayaan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

30

Namun, apakah perubahan itu juga terjadi pada ‘cara’ para perekam itu (pembuat

dokumenter) dalam mengemas dokumentasi atau film itu?

Dalam sebuah tulisan, D.A. Peransi menulis bahwa dunia film itu terjebak

dalam ortodoksi, sehingga tidak dapat membaca perkembangan lanjut dari film

(D.A. Peransi: 2005, 30). Keterbatasan pengetahuan tentang ‘bahasa’ audiovisual

membuat film tidak berkembang dalam membaca fenomena baru, apalagi melihat

hubungannya dengan berbagai ‘kemungkinan’ dalam sejarah film dan media

seperti; film eksperimental, film avant-garde, filem-film hibrida, dan seni video

(video art). Usaha untuk merumuskan dokumenter masih terjebak dalam

paradigma ‘mengemas informasi’ layaknya dunia pemberitaan di media massa,

terutama di Indonesia. Padahal, ada banyak kemungkinan yang bisa dilakukan

dalam bereksperimentasi dalam penggunaan bahassa dokumenter. Dalam

buku Introducing to Documentary, Bill Nichols menulis ada enam gaya film

dokumenter, yaitu;

1. Poetic Mode, dengan bangunan struktur sinematik dan estetik yang sangat

ketat. Film dengan gaya ini memainkan irama dan emosi penonton dalam

kemasan naratifnya

2. Expository Mode, yang lebih menitik beratkan distribusi informasi

objektif, seperti berita

3. Observatorial Mode, sering juga disebut dokumenter keterlibatan, dimana

pembuatnya mengikuti kehidupan sehari-hari subjek-nya dalam jangka

waktu tertentu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

31

4. Participatory Mode, menempatan keterlibatan secara penuh pembuat

dengan subjeknya dimana posisi keterlibatan subjek menjadi sangat

penting

5. Reflexive Mode, membangun kesadaran tentang tentang membahasakan

realitas melalui filem. Gaya ini sering dipakai dalam filem-film

eksperimental yang menjadikan kenyataan sebagai subjeknya

6. Performative Mode, menghadirkan pembuat sebagai bagian dari

dokumenter, dalam gaya ini Nichols memasukan reality show sebagai

bagian dari gaya Performative Mode (Bill Nichols: 2010, 31-32).

Film sebagai media kritik sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru.

Sebagai contoh, film "Kabayan" yang tokoh utamanya dibintangi Didi Petet, dapat

dikategorikan sebagai media kritik. Film ini mengkritik cara pandang orang kota

yang selalu menganggap remeh keluguan dan ketidaktahuan orang desa. Orang

kota selalu menganggap dirinya superior dan orang desa diposisikan inferior.

Orang kota di saat melihat desa dan kumpulan manusia yang ada di dalamnya

melihat dengan cara pandang nalar kuasa. Seolah desa adalah wilayah penaklukan

kota. Padahal dibalik keluguan, banyak kearifan yang ditunjukkan orang desa

dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Film "Kabayan" menyampaikan pesan

bahwa hidup yang damai adalah hidup yang dijalani dengan kejujuran (D.A.

Peransi: 2005, 43). Namun di Indonesia saat ini, film yang memuat kritik dari berbagai aspek

baik sosial, politik, pendidikan, ekonomi bahkan agama atas kemapanan yang ada,

bisa dibilang masih langka. Padahal, film punya kekuatan mengajak penonton

untuk berpikir kritis dan terus mempertanyakan berbagai fenomena yang ada di

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

32

sekitarnya. Film pun bisa menjadi media untuk menyosialisasikan sebuah

perubahan. Film tidak sekadar menjadi media hiburan semata.

Meskipun demikian film dengan gendre dokumenter dengan sinema atau

cerita yang memiliki konten khusus yang menyoroti permasalahan dalam lingkup

birokasi dan lain-lain sudah mulai berkembang. Namun konteks dokumenter

masih berkutat pada pada tingkat teknis, seperti penggunaan kamera, suara dan

pengorganisasiannya. Dokumenter masih ditempatkan sebagai produk jurnalistik

dan bukan sinema. Sehingga bingkai bahasa lebih banyak menekankan bagaimana

mengemas informasi. Selain itu, ada banyak pembuat film dokumenter terjebak

dalam bahasa ‘televisi’ (termasuk di dalamnya; berita, reality show, infotaiment,

dan bahkan sinetron), yang notabene mementingkan hiburan dengan memainkan

emosi penonton yang kadang jauh dari realitas; seperti sinetron (Himawan

Pratista, 2008:44).

Harus ada usaha yang lebih keras bagi sineas pembuat dokumenter yang

bertemakan ‘kritik untuk pemerintahan’ tersebut, karena sering terjebak dalam

eksotisme isu itu sendiri. Menurut saya, yang namanya ‘filem’ bukanlah itu, ada

persoalan objektifitas, sinematik dan artistik yang saling berhubungan. Apalagi di

dalam film dokumenter material utamanya adalah ‘kenyataan’. D.A. Peransi

menulis, film dokumenter mengambil kenyataan-kenyataan objektif sebagai bahan

utamanya, namun kenyataan itu ditampilkan melalui interpretasi pembuatnya.

Karena itu kenyataan yang biasa bisa menjadi baru bagi penonton, bahkan

membuka perspektif baru. Di sinilah letak hakikat dari film dokumenter. Periode

awal film pribumi Indonesia, Usmar Ismail pernah mengatakan bahwa para

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Media …eprints.umm.ac.id/35146/3/jiptummpp-gdl-ahmadasada-46752-3-babii.pdf · teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere

33

pembuat film kita sering berlaku ‘tempel-sambung-hantam-kromo’, yang penting

kelihatan ‘jalan’ dan logis, kebanyakan terlepas dari kerja dengan prinsip montase

(D.A. Peransi: 2005:53)