bab ii tinjauan pustaka 109), kata kemandirian berasal...

16
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Belajar 2.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar Beberapa pendapat menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai kemampuan siswa untuk belajar mandiri. Menurut Ali (2005: 109), Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi. Proses individuasi adalah proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan”. Siswadikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampumelakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh Yamin (2008:126) menjelaskan bahwa, “kemandirian dalam belajar adalah memerlukan tanggung jawab, mereka yang mandiri adalah mereka yang bertanggung jawab, berinisiatif, memiliki keberanian, dan sanggup menerima resiko serta mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri.” Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan kemandirian belajar dalam penelitian ini adalah suatu sikap atau perilaku siswa yang berasal dari dalam dirinya untuk belajar secara mandiri karenaadanya dorongan untuk memiliki inisiatif sendiri dalam mengatasi masalah dan menentukan arah untuk mencapai tujuan.

Upload: nguyendien

Post on 29-Apr-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian Belajar

2.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar

Beberapa pendapat menyatakan tentang kemandirian belajar

sebagai kemampuan siswa untuk belajar mandiri. Menurut Ali (2005:

109),

“Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang

mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian

membentuk suatu kata keadaan atau kata benda.

Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal

individu yang diperoleh melalui proses individuasi.

Proses individuasi adalah proses realisasi kedirian dan

proses menuju kesempurnaan”.

Siswadikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah

mampumelakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Yamin (2008:126) menjelaskan bahwa,

“kemandirian dalam belajar adalah memerlukan

tanggung jawab, mereka yang mandiri adalah mereka

yang bertanggung jawab, berinisiatif, memiliki

keberanian, dan sanggup menerima resiko serta mampu

menjadi guru bagi dirinya sendiri.”

Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan

kemandirian belajar dalam penelitian ini adalah suatu sikap atau perilaku

siswa yang berasal dari dalam dirinya untuk belajar secara mandiri

karenaadanya dorongan untuk memiliki inisiatif sendiri dalam mengatasi

masalah dan menentukan arah untuk mencapai tujuan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

8

2.1.2 Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Agar siswa dapat mandiri dalam belaja rmaka siswa harus mampu

berfikir kritis, bertanggung jawab atas tindakannya, tidak mudah

terpengaruh pada orang lain, bekerja keras dan tidak tergantung pada

orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor pembentuk dari

kemandirian belaja rsiswa. Menurut Babari (2002 : 145) membagi ciri-ciri

kemandirian dalam lima jenis, yaitu:

1. Percaya diri

2. Mampu bekerja sendiri

3. Menguasai keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan kerjanya

4. Menghargai waktu

5. Bertanggung jawab

Selain itu, dalam kemandirian siswa harus dapat menentukan cara

belajar yang efektif, mampu melaksanakan tugas denganbaik dan mampu

melakukan aktivitas belajar secara mandiri. Menurut Mudjiman (2011 :

20) kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya melakukan

pelatihan belajar mandiri adalah sebagai berikut :

1. Adanya kompetensi-kompetensi yang ditetapkan sendiri oleh siswa

menuju pencapaian tujuan-tujuan akhir yang ditetapkan oleh program

untuk setiap mata pelajaran.

2. Adanya proses pembelajaran yang ditetapkan sendiri oleh siswa.

3. Adanya input belajar yang ditetapkan dan dicari sendiri, dijalankan

oleh siswa, dengan ataupun tanpa bimbingan guru.

4. Adanya kegiatan evaluasi diri (self evaluation) yang dilakukan oleh

siswa sendiri.

5. Adanya kegiatan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah

dijalani siswa.

6. Adanya past experience review atau review terhadap pengalaman-

pengalaman yang telah dimiliki siswa.

7. Adanya upaya menumbuhkan motivasi belajar siswa.

8. Adanya kegiatan belajar aktif.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

9

Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai

tanggung jawab dalam diri. Selain itu, dengan adanya kemandirian belajar

siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan

sendiri.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Menurut Ali (2005:117) ada sejumlah faktor yang mempengaruhi

perkembangan kemandirian belajar, yaitu sebagai berikut :

1. Gen atau keturunan orang tua

Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali

menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor

keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat

bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu yang

menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul

berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.

2. Pola asuh orang tua

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi

perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak

melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai

dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan

kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana

aman dalam interaksi keluarganya yang akan dapat mendorong

kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang

cenderung sering membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya

juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan

kemandirian anak.

3. Sistem pendidikan di sekolah

Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan

demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi

tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian

remaja. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

10

pentingnya pemberian sanksi atau hukuman (punishment) juga dapat

menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, proses

pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap

potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetensi positif

akan memperlancar kemandirian remaja.

4. Sistem kehidupan di masyarakat

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya

hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta

kurang menghargai menifestasi potensi remaja dalam kegiatan

produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian

remaja. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai

ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak

terlalu hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan

kemandirian remaja.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar

siswa menurut Basri (2004:53), antara lain:

1. Faktor endogen (faktor dari dalam diri siswa) yang meliputi:

keadaan keturunan dan kondisi tubuhnya sejak dilahirkan dengan

gejala perlengkapan yang melekat padanya. Bermacam-macamnya

sifat dai Bapak/Ibu, atau nenek moyang mungkin akan didapatkan

di dalam diri seorang seperti bakat, potensi-intelektual, potensi

pertumbuhan tubuhnya.

2. Faktor eksogen (faktor dari luar diri siswa), yaitu semua keadaan

atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya. Ketika anak hidup

dilingkungan keluarga yang memiliki kebiasaan hidup yang baik

dalam membentuk kepribadian, hal itu dapat memupuk

kemandirian dalam diri anak. Begitu pula sebaliknya, juga

lingkungan keluarga kurang baik, kebiasaan membentuk

kepribadianpun kurang, maka kemandirian dalam diri anak kurang.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

11

Berdasarkan uraian tersebut, maka faktor-faktor yang mempengaruhi

kemandirian belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan

faktor yang berasal dari luar.

2.2 Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi belajar berasal dari dua kata, yaitu motivasi dan belajar. Uno

(2011:23) menyatakan bahwa

“Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada diri seseorang yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya

dengan beberapa indikator dan atau unsur yang

mendukung.”

Selain itu, Winkel (2004 : 169) menjelaskan bahwa

“Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak

didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan

arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.”

Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan

motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan atau penggerak yang

berasal dari dalam diri siswa dalam melakukan kegiatan untuk mencapai

tujuan.

2.2.2 Jenis Motivasi Belajar

Jenis motivasi dalam belajar menurut Yamin (2008: 85) dibedakan

dalam dua jenis, yaitu:

1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan

diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan

yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

12

belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin

mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus,

ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi orang yang ahli

dalam bidang ilmu tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya

kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan

belajar, melengkapi catatan, melengkapi literatur, melengkapi

informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari

dorangan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan

dengan kegiatan belajarnya sendiri. Beberapa bentuk motivasi belajar

ekstrinsik diantaranya adalah; (1) Belajar demi memenuhi kewajiban;

(2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) Belajar

demi memperoleh hadiah material yang disajikan; (4) Belajar demi

meningkatkan gengsi; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang

yang penting seperti orangtua dan guru; dan (6) Belajar demi tuntutan

jabatan yang akan dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan

pangkat/golongan administratif. Dorongan dari luar yang tidak secara

mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97) ada beberapa

faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

1) Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama,

bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi

seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan

mengarahkan pelaku belajar.

2) Kemampuan Belajar

Kemampuan belajar meliputi beberapa aspek psikis yang

terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

13

ingatan, daya pikir, dan fantasi. Didalam kemampuan belajar

ini, sehingga perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran.

Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit (nyata)

tidak sama dengan siswa yang berpikir secara operasioanl

(berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan

daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai belajar tinggi,

biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti

itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan

memperkuat motivasinya.

3) Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa

Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan

psikofisik.Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi

belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi

psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi

fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada

kondisi psikologis.

4) Kondisi Lingkungan

Kelas Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang

datangnya dari luar diri siswa.Lingkungan siswa sebagaimana

juga lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

5) Unsur-unsur Dinamis Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur

yang keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil,

kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali.

6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru

mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari

penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian

siswa.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

14

Unsur – unsur motivasi diatas akan mempengaruhi motivasi belajar

seseorang. Motivasi belajar siswa akan tumbuh jika unsur – unsur motivasi

tersebut mempengaruhi. Sehingga motivasi untuk belajar membutuhkan

dukungan dari berbagai pihak, baik yang disekitar lingkungan siswa atau

diluar lingkungan siswa.

2.2.4 Ciri – ciri Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2014:83) motivasi yang ada dalam diri

seseorang memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

1) Tekun dalam menghadapi tugas-tugas (dapat mengerjakan

secara kontinyu dalam durasi yang lama, dan tidak berhenti

sebelum tugas tersebut selesai)

2) Ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa. Tidak

memerlukan dorongan dari luar siswa dalam berprestasi (tidak

cepat puas dengan apa yang telah dicapai).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

(minat untuk sukses).

4) Lebih senang bekerja dan mengerjakan secara mandiri dan

tidak bergantung dengan orang lain.

5) Lebih cepat bosan dengan tugas yang selalu sama atau

berulang-ulang begitu saja.

6) Apabila sudah yakin akan sesuatu siswa dapat

mempertahankan pendapatnya.

7) Tidak mudah melepas dalam berpendapat yang diyakini.

8) Senang mencari dan memecahkan masalah.

Menurut Uno (2011: 45), indikator motivasi belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

15

4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi

tidak memerlukan dorongan dari luar untuk melakukan kegiatan

belajarnya, hal ini karena seseorang tersebut mempunyai hasrat

yang kuat dari dalam diri dan kebutuhan dalam belajarnya. Apabila

seseorang mempunyai ciri-ciri dan indikator motivasi seperti

tersebut, berarti orang tersebut mempunyai motivasi belajar yang

cukup kuat.

2.3 Fasilitas Belajar

2.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar

Kelengkapan fasilitas belajar akan mempengaruhi semangat belajar

peserta didik. Fasilitas belajar meliputi fasilitas belajar yang ada di sekolah

dan fasilitas belajar yang ada di rumah. Pada dasarnya fasilitas belajar

akan mempermudah proses belajar peserta didik. Djamarah (2010 :81)

“Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar

anak didik disekolah.Lengkap tidaknya fasilitas belajar

akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.”

Selain itu menurut Muhroji (2004:49),

“Fasilitas belajar adalah semua yang diperlukan dalam

proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak

bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dapat berjalan

lancar, teratur, efektif, dan efisien”.

Perlengkapan pendidikan menurut Bafadal (2004: 8)

“Perlengkapan pendidikan di sekolah dapat dikelompokan

menjadi (1) sarana pendidikan dan (2) prasarana

pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

16

peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung

digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.

Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua

perangkat perlengakapan dasar yang secara tidak

langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan

disekolah”.

Dari beberapa pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan

fasilitas belajar dalam penelitian ini adalah sarana dan prasana yang dapat

memudahkan dan mendukung siswa untuk melakukan kegiatan belajar

berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan belajar yang

efektif dan efisien. Fasilitas belajar harus terdapat disekolah maupun

dirumah untuk menunjang keberhasilan belajar siswa.

2.3.2 Jenis – jenis Fasilitas Belajar

Fasilitas belajar di sekolah identik dengan sarana prasarana

pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, Bab VII Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42

menegaskan bahwa:

a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi:

perabot,peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber

belajar lainnya,bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang

diperlukan untuk menunjangproses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan.

b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi

lahan, ruangkelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,

ruang tata usaha,ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang

bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan

jasa, tempat olahraga, tempatberibadah, tempat bermain, tempat

berkreasi, dan ruang/ tempat lain yangdiperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur danberkelanjutan.

Fasilitas belajar terdiri dari sarana dan prasarana yang dapat

mempermudah kegiatan belajar. Berbagai macam fasilitas yang disediakan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

17

oleh sekolah akan memberikan kemudahan siswa dalam melakukan proses

belajar. Gie dalam (Dwi :2013) menjelaskan macam-macam fasilitas

belajar sebagai berikut:

1. “ Ruang atau Tempat Belajar Yang Baik Tempat belajar yang baik harusmempertimbangkan Penerangan Cahaya dan Sirkulasi Udara.

2. Perabotan Belajar Yang Lengkap. Dalam hal ini perabotan yang dibutuhkan untuk

kegiatan belajar mengajar yang baik, diantanya yaitu meja belajar, kursi belajar, dan

lemari buku serta kemungkinan perabotan lain yang dperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

3. Perlengkapan Belajar Yang Efisien Kekurangan alat, ketiadaan atau kurang tepat alat

yang dipergunakan akan mengurangi sempurnannya efisiensi maupun efektifitas kegiatan atau bahkan berhenti sama sekali. Syarat yang lain dalam kegiatan belajar mengajar yaitu buku-buku pegangan. Buku-buku pegangan yang dimaksud di sini adalah buku-buku pelajaran yang dapat menunjang pemahaman siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru”.

Dari macam – macam fasilitas belajar tersebut harus disediakan

disekolah. Ruang belajar yang baik akan menciptakan suasana yang

nyaman sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar. Perabotan

yang lengkap digunakan untuk menunjang kegiatan belajar siswa.

Perlengkapan belajar yang efisien seperti buku pegangan akan menambah

pengetahuan siswa tentang suatu materi. Sehingga kelangkapan buku –

buku pelajaran harus diperhatikan untuk meningkatkan pengetahuan dan

mendorong siswa dalam belajar.

2.3.3 Pentingnya Fasilitas Belajar

Kelengkapan fasilitas belajar dapat mempengaruhi proses belajar

siswa. fasilitas belajar akan menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Menggunakan fasilitas belajarakan mempermudah siswa mengikuti proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pencarian materi dengan

menggunakan sumber – sumber belajar yang disediakan oleh sekolah

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

18

seperti perpustakaan akan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik

dalam memahami materi pelajar sehingga akan memotivasi siswa untuk

belajar lebih giat. Wina (2008 : 200) mengatakan bahwa terdapat

beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan

prasarana yaitu :

a. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan

motivasi guru mengajar. Apabila mengajar dipandang sebagai proses

penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana pembelajaran berupa

alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan

efisien. Ketersediaan sarana yang lengkap, memungkinkan guru

memiliki berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan

fungsi mengajar mereka.

b. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan

pada siswa untuk belajar.

Kelengkapan fasilitas belajar sangat dibutuhkan oleh semua

sekolah.Selain kelengkapan fasilitas, pemanfaatan fasilitas juga diperlukan

untuk efisien dan efektifitas fasilitas tersebut. Dorongan untuk

memanfaatkan sarana dan prasarana membutuhkan peran guru dalam

memotivasi siswa untuk memanfaatkannya. Selain itu kelengkapan

fasilitas belajar akan mempermudah guru dalam mencari bahan materi

sebagai sumber belajar dan mempermudah dalam menyampaikan materi

kepada siswa.

2.4 Penelitain Terdahulu yang Relevan

1. Ayu Widi Astuti (2017) “Dukungan Minat, Fasilitas, dan Pola Asuh

Dalam Belajar Terhadap Kemandirian serta Dampaknya pada Hasil

Belajar Matematika Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta”.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

korelasional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 159 siswa. Teknik

pengambilan sampel menggunakan proporsional random sampling dengan

cara undian.Sampel penelitian ini sebanyak 114 siswa. Pengumpulan data

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

19

penelitian hasil belajar matematika menggunakan metode dokumentasi

sedangkan pengumpulan data minat belajar, fasilitas belajar, dan pola asuh

orang tua menggunakan metode angket. Teknik analisis data

menggunakan teknik analisis jalur. Uji prasyarat analisis yang harus

dipenuhi adalah uji normalitas, linearitas, multikolinearitas, autokorelai

dan heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan

bahwa (1) terdapat kontribusi minat belajar, fasilitas belajar, dan pola asuh

orang tua dan signifikan terhadap hasil belajar matematika secara tidak

langsung melalui kemandirian, kontribusi tersebut sebesar 33,8%; (2)

terdapat kontribusi minat belajar, fasilitas belajar, dan pola asuh orang tua

dan signifikan terhadap kemandirian, kontribusi tersebut sebesar 47,5%;

(3) terdapat kontribusi kemandirian terhadap hasil belajar matematika

sebesar 21,2%, tetapi tidak signifikan padataraf signifikansi.

2. Yunantoso, Robertus Alfian(2016) “Hubungan antara Interaksi Sosial

dan Motivasi Belajar dengan Kemandirian Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW Salatiga” Penelitian ini tentang

Interaksi Sosial dan Motivasi dengan Kemandirian Belajar Mahasisiwa

FIKP-PE UKSW Salatiga Angkatan Tahun 2012-2015 Semester II Tahun

Ajaran 2015-2016. Interaksi Sosial dan Motivasi sebagai variabel bebas

dan kemandirian belajar sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian

ini adalah Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan 2012-2015 yang

berjumlah 117 orang. Tekhnik pengambilan sampel penelitian

menggunakan tekhnik random proposional berlapis atau stratified

propotionate random sampling, sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar

91 orang. Pengumpulan data dilakukan satu kali dengan menggunakan

angket untuk mengukur tingkat Interaksi Sosial, Motivasi, Kemandirian

Belajar dan studi dokumentasi untuk memperoleh jumlah Mahasiswa

FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan 2012-2015. hasil uji korelasi berganda

pada variabel Interaksi Sosial dan Motivasi dengan Kemandirian Belajar

menghasilkan koefisien korelasi sebesar r(hitung) = 0,805 yang

menandakan bahwa ada hubungan antara Interaksi Sosial dan Motivasi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

20

dengan Kemandirian Belajar. Hal tersebut dilihat dari tabel pedoman

terprestasi korelasi pada 0,080-1,00 yang memiliki hasil sangat kuat. hasil

perhitungan koefesien korelasi antara variabel (X1) Interaksi Sosial

dengan (Y) Kemandirian Belajar yang menunjukan koefisien korelasinya

sebesar positif 0,776 dan signifikan. Artinya semakin tinggi Interaksi

sosial, maka kemandirian belajar semakin tinggi Sedangkan untuk tingkat

signifikansi dikatan signifikan karena dari tabel nampak bahwa sig (1-

tailed) sebesar ɑ = 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil yang

diperoleh bahwa variabel Motivasi (X2) memiliki koefesien korelasi 0,751

(positif) terhadap variabel Kemandirian belajar Mahasiswa PE FKIP

UKSW Salatiga (Y), dengan nilai signifikansi ɑ = 0,000 < 0,05 sehingga

signifikan. Artinya semakin tinggi Motivasi, maka Kemandirian Belajar

semakin tinggi

2.5 Kerangka Berfikir

Menurut Sugiyono (2015:91) mengemukakan bahwa kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Hubungan motivasi belajar dengan kemandirian belajar pada mata IPS

Motivasi dalam belajar akan mendorong siswa lebih giat dalam

melakukan kegiatan pembelajaran dan akan menumbuhkan semangat

siswa untuk belajar mandiri pada saat diberikan tugas maupun pada saat

pembelajaran berlangsung. Maka dalam penelitian ini diduga terdapat

hubungan motivasi belajar dengan kemandirian belajar.

2. Hubungan fasilitas belajar dengan kemandirian belajar pada mata

pelajaran IPS

Fasilitas belajar yang memadai akan membantu siswa dalam

melakukan kegiatan pembelajaran dan akan menunjang siswa untuk

meningkatkan kemandirian belajar. Maka dalam penelitian ini diduga

terdapat hubungan fasilitas belajar dengan kemandirian belajar.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

21

3. Hubungan motivasi belajar dan fasilitas belajar dengan kemandirian

belajar pada mata pelajaran IPS

Dengan adanya motivasi belajar dan fasilitas belajar siswa akan

menumbuhkan rasa semangat dalam meningkatkan kemandirian belajar

pada saat pelajaran maupun pada saat diberikan tugas oleh guru. Dalam

penjelasan latar belakang siswa di SMPIT Izzatul Islam Getasan masih

terlihat kurang ada motivasi belajar dalam diri siswa dan juga dalam

memanfaatkan fasilitas belajar karena masih bergantung kepada temannya

jika mendapat tugas.

Variabel Variabel bebas atau Independen diberi notasi X yaitu

dengan (X1) Motivasi dan (X2) kemandirian dan Variabel terikat atau

Dependen diberi notasi Y yaitu Prestasi belajar. Maka model hipotetis

asosiatif sebagai berikut:

Keterangan :

X1 : Motivasi Belajar

X2 : Fasilitas Belajar

Y : Kemandirian Belajar

: Menyatakan Hubungan Asosiatif

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian digunakan sebagai dugaan sementara terhadap

penelitian yang sedang dilakukan. Dengan mengacu pada rumusan masalah

penelitian, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

(X1)

(Y)

(X2)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14155/2/T1_162013018_BAB II... · berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan

22

1. Hipotesis Kerja

1) Hipotesis kerja I

Ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan kemandirian

belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran IPS Di SMPIT Izzatul

Islam Getasan. Artinya, semakin baik motivasi belajar maka akan

semakin tinggi kemandirian belajar siswa.

Hipotesis Statsitik I

H0 :�x1.y = 0

H1: �x1.y > 0

2) Hipotesis kerja II

Ada hubungan positif antara fasilitas belajar dengan kemandirian

belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran IPS Di SMPIT Izzatul

Islam Getasan. Artinya, semakin baik fasilitas belajar maka akan

semakin tinggi kemandirian belajar siswa.

Hipotesis Statsitik II

H0 :�x2.y = 0

H1: �x2.y > 0