bab ii tinjauan literatur dan kerangka teori

31
BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Literatur 1. Komunikasi Setiap sisi kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Apapun bentuk kegiatannya manusia selalu melakukan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan dan tidak tidak dapat dihindari yaitu proses suatu proses komunikasi. Melakukan komunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan fisik, baik bagi dirinya sendiri maupun untuk lingkungan sosialnya. Menurut Ruslan (2005:14): Pengertian komunikasi itu sendiri berasal dari perkataan bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar menjadi satu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).Pada hakikatnya setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur yaitu: Sumber, pesan, saluran, dan penerima, disamping masih dapat pula pengaruh (effect) dan umpan balik (feed back). Komunikasi yang dilakukan senantiasa menimbulkan efek yang positif atau efektivitas komunikasi. Efek dalam komunikasi adalah yang terjadi pada diri penerima (komunikan atau khalayak), sebagai akibat dari pesan yang diterima baik langsung maupun tidak langsung atau media massa, jika perubahan itu sesuai dengan keinginan komunikasi itu tersebut efektif. (Widjaja,2000:89) Sedangkan menurut Hoveland yang dikutip oleh Wiryanto dalam bukunya pengantar ilmu komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai 21

Upload: others

Post on 12-Feb-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

21

BAB II

TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Literatur

1. Komunikasi

Setiap sisi kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi.

Apapun bentuk kegiatannya manusia selalu melakukan suatu proses yang

berjalan secara berkesinambungan dan tidak tidak dapat dihindari yaitu proses

suatu proses komunikasi. Melakukan komunikasi manusia dapat memenuhi

kebutuhan fisik, baik bagi dirinya sendiri maupun untuk lingkungan

sosialnya.

Menurut Ruslan (2005:14):

“Pengertian komunikasi itu sendiri berasal dari perkataan bahasa latin

communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran.

Jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi haruslah

terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar menjadi satu pertukaran

pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan

komunikan (penerima pesan).”

Pada hakikatnya setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur yaitu:

“Sumber, pesan, saluran, dan penerima, disamping masih dapat pula

pengaruh (effect) dan umpan balik (feed back). Komunikasi yang

dilakukan senantiasa menimbulkan efek yang positif atau efektivitas

komunikasi. Efek dalam komunikasi adalah yang terjadi pada diri

penerima (komunikan atau khalayak), sebagai akibat dari pesan yang

diterima baik langsung maupun tidak langsung atau media massa, jika

perubahan itu sesuai dengan keinginan komunikasi itu tersebut efektif.

(Widjaja,2000:89)

Sedangkan menurut Hoveland yang dikutip oleh Wiryanto dalam

bukunya pengantar ilmu komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai

21

Page 2: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

22

“The process by which an induvidual (the commuinicator) transmits stimuli

(ussualy verbal symbol) to modify, the beahavior of other individu.”

(komunikasi adalah proses dimana individu/ komunikator menstransmisikan

stimuli untuk merubah perilaku individu yang lain. (Wiryanto,2004:6)

Setelah menelaah beberapa pengertian komunikasi yang diungkapkan

oleh para ahli di atas, maka terlihat bahwa komunikasi merupakan salah satu

kebutuhan mendasar manusia. Komunikasi juga merupakan kebutuhan

integral dan tidak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi yang dapat

diungkapkan melalui banyak cara, seperti bahasa lisan, simbol-simbol,

gerakan, maupun melalui gambar-gambar tertentu.

Intinya, proses komunikasi akan terjadi apabila tidak adanya

komponen-komponen yang terlibat di dalamnya. Oleh karena ituuntuk

mencapai proses komunikasi yang efektif perlu diperhatikan unsur dan

komponen-komponen penting yang sudah mutlak harus ada komponen

komunikasi tersebut terdiri dari:

a. Sumber, yaitu pihak yang berinisial atau yang mempunyai

kebutuhan untuk berkomunikasi

b. Pesan, yaitu seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang

mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi

c. Media atau saluran, yaitu sarana atau alat yang digunakan untuk

sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima

d. Penerima, yaitu orang yang menerima pesan dari sumber

e. Umpan balik, yaitu apa yang disampaikan penerima pesan kepada

sumber pesan

f. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah dia menerima

pesan (Wiryanto,2004:16)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proses

komuniksi adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.

Page 3: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

23

Tujuan utamanya adalah agar komunikan mengerti pesan yang disampaikan

oleh komunikator.

Komunikator memiliki banyak fungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini disebabkan oleh karena komunikasi merupakan kebutuhan dasar dari

setiap individu. Menurut penulis, fungsi komunikasi pada dasarnya adalah

sebagai media penghubung artinya komunikasi media untuk saling

memberikan informasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Secara langsung,

maksudnya adalah bahwa komunikasi disampaikan langsung kepada objek

yang dituju tanpa melalui perantara. Sedangkan yang tidak langsung proses

komunikasi tersebut dilakukan melalui media atau perantara.

Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi dalam

untuk memenuhi fungsi pasar, sehingga periklanan harus bisa

mengkomunikasikan suatu produk kepada konsumen. Pengertian periklanan

sebagai komunikasi oleh Bayu Swastha dan Irawan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi

Iklan tersebut dapat memberikan informasi lebih banyak baik

mengenai barang, harga, maupun informasi lainnya yang tentu

sangat berguna bagi komsumennya.Tanpa adanya informasi

seperti itu orang akan segan atau tidak akan mengetahui suatu

produk barang

2. Membujuk dan mempengaruhi

Seringkali iklan tidak hanya bersifat memberitahukan saja, tapi

juga bersifat membujuk tertutama kepada pembeli-pembeli

potensial, dengan menyatakan suatu produk adalah lebih dari

produk yang lainnya. Dalam hal ini iklan yang bersifat membujuk

bisa berakibat positip maupun negatif bagi konsumennya.

3. Menciptakan kesan

Dengan sebuah iklan orang akan mempunyai kesan tertentu

tentang apa iklan yang diiklankan. Dalam hal ini pemasang iklan

senantiasa berusaha menciptakan iklan yang sebaik-baiknya.

4. Memuaskan keinginan (menimbulkan rasa niat beli)

Biasanya konsumen kadang-kadang ingin diberitahu terlebih

tentang produk yang akan dibelinya dan juga ingin dibujuk

dahulu sehingga dapat memuaskan keinginan dari konsumennya.

Page 4: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

24

5. Sebagai alat komunikasi

Periklanan adalah suatu alat untuk membuka komunikasi 2 arah

antara penjual dan pembeli sehingga keinginan mereka dapat

terpenuhi dalam cara yang efisien dan efektif. Dalam hal ini

komunikasi dapat menunjukkan cara-cara untuk mengadakan

pertukaran yang saling memuaskan. (Swatha dan Irawan,

2003:396)

Bedasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa iklan adalah

suatu bentuk komunikasi yang menggunakan atau yang menyewa tempat pada

suatu media massa guna memberikan informasi kepada khalayak dan

memperkenalkan suatu barang atau jasa yang baru sehingga masyarakat

mengetahuinya.

a. Periklanan sebagai Komunikasi Pemasaran

Dalam ilmu komunikasi pemasaran, iklan merupakan investasi untuk

menjaga hubungan yang berkesinambungan antara perusahaan dengan

konsumennya, dapat diketahui bahwa pemasaran tidak dapat dilepaskan dari

kegiatan perikanan. Strategi pemasaran banyak berakitan dengan komunikasi.

“Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi

fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka apa yang

harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar

memberikan informasi kepada khalayak” (Jefkins,1997;15). Dengan demikian

komunikasi pemasaran memiliki peran yang sangat penting bagi bidang

periklanan.

Pemasaran tanpa beriklan bagaikan seseorang mempunyai produk

bagus, tetapi tak pernah ditawarkan kepada pembeli. Akibatnya

pembeli tidak pernah mengetahui ada barang semacam itu. Jadi

bagaimana konsumen akan tertarik, melihat, memilih, memakai atau

Page 5: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

25

mengkonsumsi produk itu bila konsumen tidak pernah mengetahui apa

dan dimana produk dapat ditemukan. Oleh karena itu barang atau jasa

yang dihasilkan perlu dikomunikasikan kepada publik

(Widyatama,2005;25).

2. Komunikasi massa

Komunikasi mass merupakan suatu bentuk komunikasi yang berkaitan

dengan sejumlah besar orang. Komunikasi massa adalah komunikasi dengan

massa, yang dimaksudkan dengan massa ini adalah penerimaan pesan

(komunikan) yang cakupannya sangat luas, yang terdiri dari berbagai macam

status sosial, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain.

Menurut Karlinah (2000;13) “Komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.”

a. Media periklanan

Media penyampaian pesan memegang peranan penting dalam proses

komunikasi. Tanpa adanya media pesan tidak akan sampai pada khalayak yang

dituju. Media begitu penting sebagai alat penyampaian pesan karena memiliki

komunikan yang heterogen. Serempak dalam menyampaikan pesan isi pesan

yang disampaikan sama persis satu dengan lainnya. Sebagai salah satu bentuk

komunikasi maka iklan memerlukan media massa untuk menyampaikan

pesannya ketujuan yang diinginkan.

Umumnya para praktisi periklanan membagi media iklan kedalam 2

(dua) bagian yaitu :

Page 6: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

26

1. Media Lini Atas Atau Above The Line yakni kelompok media

promo yang memerlukan luar ruang, seperti media cetak

suratkabar, radio, televisi dan sebagainya.

2. Media Line Bawah atau Below The Line yakni kelompok media

promo yang tidak memerlukan media luar ruang, seperti barang-

barang cetak (brosur, flyer dan sebagainya). Selain media di atas

kita juga mengenal media luar ruang (outdoor) media ini bisa kita

jumpai dijalan-jalan dan tempat-tempat yang paling efektif,

contohnya : papan reklame.

b. Televisi Sebagai Media Periklanan

Periklanan merupakan salah satu bentuk komunikasi massa, karena

didalamnya berlangsung proses komunikasi. Proses komunikasi tersebut untuk

mengkonfirmasikan kepada khalayak mengenai produknya dalam bentuk iklan

yang diarahkan secara efektif, sehingga dapat mempengaruhi khalayak dengan

menggunakan media massa untuk menyebarkan kepada khalayak luas.

Pengertian tersebut menerangkan bahwa dalam menyampaikan pesan

yang terkandung didalamnya iklan membutuhkan ruang dan waktu tersendiri

dari suatu media massa. Karena ruang dan waktu memang dipergunakan oleh

pengiklan untuk menyebarkan informasi atau pesan. Dan pengiklan bisa

mendapatkan ruang dan waktu tersebut dengan cara menyewa media yang

Page 7: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

27

dibutuhkan. Penyebaran informasi melalui media massa itulah yang membuka

sifat iklan yang non personal atau tidak bertatap langsung.

Televisi merupakan media massa elektronik yang paling banyak dan

efektif untuk menyampaikan pesan atau informasi iklan. Media televisi berawal

dari media radio sebagai alat audio yang mentrasmisikan siarannya lewat

pemancar. Dan dari segi gambar yang terlihat diwujudkan menggunakan

prinsip kamera. Prinsip kamera yang digunakan adalah prinsip kamera film

yang memiliki proses pengambilan objek langsung secara elektronis dan

mekanis.

Siaran televisi sebagai media komunikasi massa merupakan media yang

mampu menjangkau khalayak sasarannya dengan sangat luas. Dengan

demikian, televisi merupakan media yang sangat efektif dalam menjangkau

khalayaknya. Selain itu dalam penyampaian informasinya akan lebih nyata.

Dengan sifatnya yang audio visual televisi mempunyai kemampuan

untuk memberikan informasi kepada khalayak dengan lebih jelas dan dapat

lebih dipahami serta dapat mengurangi ketidakpastian.

Idris (1999;22) menyatakan bahwa televisi adalah:

“Media audio visual menampilkan suara dan gambarnya sekaligus,

karena itu televisi merangsang indera penglihatan dan pendengaran.

Pemirsa tidak tidak perlu pandai membaca dan pandai menulis untuk

menikmatinya. Untuk menyampaikan kesan yang baik, televisi

dipercaya menjadi salah satu media yang paling efektif untuk

periklanan.”

Page 8: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

28

3. Periklanan

Periklanan dan iklan telah menyentuh berbagai macam aspek dalam

kehidupan sehari-hari manusia. Dunia periklanan telah mengambil perannya

dalam memajukan kehidupan manusia baik itu dari sisi ekonomi, informasi,

pendidikan dan lain sebagainya. Iklan telah menjelma menjadi suatu hal yang

penting proses pembelajaran manusia.

Iklan adalah pesan komunikasi yang disebarluaskan kepada khalayak

untuk memberikan sesuatu atau menawarkan barang atau jasa dengan jalan

menyewa media massa. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa iklan

merupakan bagian dari komunikasi yang mana pesan yang terkandung

didalamnya memiliki muatan untuk menarik keuntungan.

Selain itu juga ada pendapat dari Wright dalam Khasali (2003:15),

mengemukakan bahwa “Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang

mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang

membantu menjual barang, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide

melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.

Pengertian yang diajukan oleh Wright dalam Khasali (2003:16) ini

diakui sendiri mengandung 2 (dua) makna, yaitu :

1. Iklan dipandang sebagai alat pemasaran

2. Iklan dalam pengertian proses komunikasi yang bersifat persuasif.

Namun demikian keduanya mengandung pengertian yang sama yaitu

kegiatan menjual produk atau jasa, ide atau gagasan kepada khalayak.

Page 9: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

29

Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditelaah bahwa iklan

umumnya digunakan untuk menginformasikan kepada khalayak akan produk

atau jasa yang ditawarkan yang disampaikan semenarik mungkin sehingga

khalayak timbul keinginan untuk membeli atau menggunakan jasa tersebut.

Iklan yang digunakan harus bersifat persuasif, artinya iklan harus dapat

membujuk khalayak untuk memberikan respon sesuai dengan apa yang

diharapkan.

a. Tujuan Periklanan

Iklan dalam menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya

memiliki tujuan periklanan, tujuan periklanan menurut Jefkins (2003:17), adalah

“Mengubah atau mempengaruhi sikap-sikap khalayak, dalam hal ini tentu adalah

sikap konsumen. Tujuan periklanan komersial adalah membujuk khalayak untuk

membeli produk A bukan produk B”.

Selain itu, Jefkins (2003:17) juga menyatakan bahwa “Tujuan

periklanan tidak sama dengan tujuan pemasaran. Tujuan disini adalah yang

dihasilkan oleh komunikasi bukan oleh penjual. Ukurannya adalah pada berhasil

atau tidaknya pesan yang dikomunikansikan.” Dari definisi-definisi tersebut

maka terlihat jelas tujuan dari periklanan itu sendiri, periklanan tidak hanya

tentang memberikan informasi kepada khalayak.

b. Fungsi Periklanan

Adapun fungsi dari periklanan itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Informing

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merk-merk baru,

mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merk, serta

memfasilitasi citra merk yang positif.

Page 10: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

30

2. Persuading

Iklan yang positif akan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba

produk dan jasa yang diiklankan.

3. Reminding

Iklan yang positif akan merk perusahaan tetap segar dalam ingatan

para konsumen

4. Adding Value

brand awareness Terdapat 3 (tiga) cara mendasar dimana perusahaan

membeli nilai tambah lagi bagi penawaran-penawaran mereka yang

inovasi, penyempurnaan kualitas atau mengubah persepsi konsumen.

(Jefkins, 2003:24)

4. Ekuitas Merek

Suatu perusahaan harus memiliki merek yang kuat, merek yang kuat tersebut

tidak hanya terdapat pada produk yang dihasilkan, tetapi juga terdapat pada nama

perusahaan. ”Suatu merek disebut kuat apabila merek tersebut memiliki brand equity

yang tinggi, yang didukung oleh brand value yang bersifat khusus serta sesuai

denagn nilai-nilai yang terdapat dalam diri pelanggan.” (dalam Rangkuti 2004:222)

Ada beberapa pandangan mengenai ekuitas merek, ”nilai merek lebih kepada nilai

financial dari merek tersebut, sementara ekuitas merek sering mengacu pada aspek

deskriptif merek seperti lambang, citra maupun asosiasi konsumen.” (Susanto dan

Wijanarko, 2004:126).

Menurut Aaker (dalam Rangkuti 2004:39), “Ekuitas merek adalah

seperangkat aset dan identitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan

simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang

atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan.” Aeker (dalam Rangkuti, 2004: 39),

juga mengelompokkan ekuitas merek ke dalam empat kategori yaitu: ”Kesadaran

merek, kesan kualitas, asosiasi merek dan loyalitas merek.”

Page 11: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

31

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

mengelola ekuitas merek saat ini meruapakan bagian yang sangat penting karena

merek merupakan salah satu aset yang paling berharga bagi suatu perusahaan.

Kemajuan teknologi yang sangat cepat, membuat kualitas produk tidak lagi menjadi

atribut yang dapat dibanggakan karena setiap produsen pasti dapat denagn mudah

membuat yang berkualitas sangat tinggi dan satu-satunya atribut yang sulit ditiru

adalah merek yang kuat, dengan mengelola ekuitas merek dapat meningkatkan

atribut keunggulan dalam bersaing. Perusahaan atau produk yang memiliki merek

yang kuat cenderung lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan

persepsi pelanggan. Selanjutnya menurut Hermawan (2004:14), ”Kalau Anda

berhasil membangun ekuitas merek, dan ternyata bisa dominan dalam note tertentu,

tak jadi soal kalau mau memperluas merek.” Hal ini menjelaskan bahwa kekuatan

merek dapat dijadikan salah satu ‟senjata‟ sebuah produsen untuk menguasai dan

memperluas pemasaran jenis produk tertentu.

Sesuai dengan uraian tentang pengelompokkan ekuitas merek dalam beberapa

kategori, maka peneliti hanya akan memfokuskan pembentukkan ekuitas merek pada

kategori loyalitas merek.

4.1. Loyalitas Merek

Menurut Rangkuti (2004: 132), ”Loyalitas merek adalah ukuran dari

kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.” Sementara itu pendapat lain

menyebutkan bahwa:

Loyalitas merek ialah sikap positif seorang konsumen tehadap suatu merek,

komsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ualng merek yang sama

pada saat sekarang maupun masa yang akan datang. Keinginan yang kuat

tersebut dibuktikan denagn selalu membeli merek yang sama.

(Sumarwan,2003:325).

Page 12: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

32

Selain itu menurut Griffin (dalam Ratih,2005:129), mengemukakan bahwa

keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan apabila telah memiliki

pelanggan yang loyal antara lain:

1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik

pelanggan yang baru lebih mahal)

2. Dapat mengurangi mengurangi biaya transaksi

3. Dapat mngurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian

konsumen lebih sedikit)

4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa

pasar perusahaan

5. Dapat mendorong word of mouth yang lebih positif, denagn asumsi

bahwa pelanggan yang loyal juga berarti bahwa mereka puas

6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian,dll).

Berdasarkan penjelasan ayng telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka

peneliti menyimpulkan bahwa, loyalitas merek dapat dikatakan sebagai tujuan utama

dari setiap perusahaan-perusahaan. Hal ini dikarenakan apabila perusahaan tersebut

telah memiliki pelanggan yang loyal terhadap mereknya tersebut, maka perusahaan

itu akan mendapatkan manfaat dan keuntungan yang sangat besar bagi dirinya sendiri.

Suatu produk dapat ditempatkan atau diidentifikasikan sebagai produk untuk

golongan masyarakat tertentu, manfaat tertentu dan kelebihan tertentu. Tentunya

dengan bantuan iklan, salah satunya iklan televisi.

B. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan uraian dasar teori dan odel digunakan sebagai

acuan penelitian. “Kerangka konsep teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran

atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan

peneletian yang akan dilakukan, yaitu teori-teori mengenai variebel-varibel yang

akan diteliti. (Mardalis,2001:41)

Page 13: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

33

Dalam peneletian ini penulis menggunakan dua variabel yang saling

berhubungan, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat

(dependent).

Variabel adalah variabel yang menjadi sebuah sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependent (variabel terikat). Jadi variabel merupakan

variavel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Dari uraian tersebut, maka variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan

iklan, sedangkan variabel terikatnya adalah brand awareness. Untuk dapat

menjelaskan dan meramalkan gejala dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan teori

1. Teori Stimulus Organisme Respon

Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah teori Stimulus –

Organisme – Respon. Teori sebernya ini sebenarnya memiliki prinsip yang

sederhana, yaitu respon yang menunjukkan reaksi baik dari individu ketika

menerima stimulus dari media

Menurut Iswanto, (2002:107) Stimulus Organisme Respon adalah

“asosiasi atu koneksi antara suatu rangsangan tertentu (stimuli) dengan reaksi

tertentu (respon).

Seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan efek

antara pesan-pesan media massa dan reaksi audience, dapat juga dikatakan

efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimuli respon, sehingga

seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan

dan reaksi komunikan.

Page 14: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

34

Asumsi dasar yang melandasi studi Hovland adalah anggapan bahwa efek

suatu komunikasi tertentu yang berupa perubahan sikap akan tergantung pada

sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan diterima. Seperti

yang digambarkan pada bagan dibawah ini :

Gambar 2.1 Bagan Teori S-O-R

Seperti yang terlihat pada gambar diatas, maka terlihat mengandung

tiga elemen unsur, yaitu stimulus (S) merupakan pesan, organisme (O) adalah

pihak penerima pesan receiver, respons (R) adalah akibat atau pengaruh yang

terjadi yang dinyatakan dari perasaan menyukai atau tidaknya terhadap pesan

setelah melalui proses perhatian, pemahaman dan penerimaan yang dilakukan

receiver.

Teori S-O-R sendiri mengandung tiga elemen atau unsur, yaitu:

a. Stimuli (S), dalam penelitian ini stimuli adalah terpaan penyajian

tayangan iklan produk deterjen rinso cair di televisi. Yang mana

stimuli tersebut akan memberikan efek yang besar kepada

khalayak, Bergantung seberapa besar terpaan stimuli itu sendiri.

STIMULUS

REAKSI (PERUBAHAN SIKAP)

ORGANISME:

- Perhatian

- Pengertian

- Penerimaan

Page 15: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

35

Hal ini berkaitan dengan frekuensi dan intensitas khalayak dalam

menerima pesan.

Frekuensi

Seberapa sering individu menerima rangsangan dari atribut

pesan atau informasi

Intensitas

Kedalaman individu dalam menerima rangsangan dan atribut

pesan atau informasi (durasi). (Liliweri, 2002:13)

Stimuli dalam penelitian ini berkaitan dengan tayangan iklan di

televisi. Dalam sebuah konsep kreatif iklan di televisi yang

menggunakan tehnik alur cerita ada beberapa penilaian, yaitu :

1. “Alur Cerita, jalan cerita jalan iklan tersebut

2. Setting, tempat atau lokasi yang digambarkan dalam suasana

iklan tersebut.

3. Tokoh, aktor yang terlibat dalam visualisasi cerita iklan

tersebut.

4. Isi Pesan, ide atau gagasan yang hendak disampaikan dalam

iklan tersebut.

5. Musik, lagu, Irama, atau Bunyi-bunyian yang terdapat dalam

iklan tersebut.

6. Kata Kunci atau Slogan (Magic Word), kata kunci ini berguna

agar khalayak dapat mengingat dengan kata-kata yang

mengkarakterkan iklan. (Thomas Rusell And W. Roland Lane

dalam Noor, 2001:268).

b. Komunikan (Organism, O), dalam hal ini adalah warga RW.07

Duren Tiga, Pancoran – Jakarta yang menerima informasi

mengenai spesifikasi dan keunggulan produk sehingga penonton

mengetahui produk tersebut.

Page 16: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

36

c. Efek (Respon, R), yakni pembentukan loyalitas merek khalayak.

Teori Stimulus – Organisme – Respon (S-O-R) menjelaskan

pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari

komunikasi. Besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa

pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi penyajian stimulus.

Stimuli atau pesan yang diterima oleh komunikan mungkin diterima

atau mungkin juga bisa ditolak. Komunikasi akan tetap berlangsung apabila

ada perhatian dari komunikan dan kemudian diteruskan pada proses

berikutnya dimana komunikan akan menjadi mengerti. Setelah komunikan

mengolahnya maka akan menjadi perhatian, pengertian dan penerimaan maka

terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap atau disebut respon.

Loyalitas merek merupakan bentuk respon yang dapat diamati respon

secara tidak langsung berasal dari stimuliakan tetapi diantara oleh organisme

manusia. Khalayak khususnya warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta

yang menyaksikan iklan pelembut dan pewangi pakaian Molto versi

„Keluarga Kain‟ pada sebuah media televisi. Pesan iklan memberikan

rangsangan pada alat indera untuk membaca, kemudian iklan dipahami,

diterima dan mengaktifkan proses kesadaraan.

Oleh karenanya, dapat dilihat bahwa dalam keadaan internal

organisme dalam diri manusia dapat disimpulkan dari pengamatan atas

stimuli dan respon tersebut. Dengan kata lain organisme merupakan konsep

kotak hitam yang hanya dapat diamati melalui stimuli yang menghasilkan

respon. Stimuli dapat diartikan sebagai hal yang ditangkan oleh panca indera

kita, dapat berupa gelombang cahaya, gelombang suara objek sikap lainnya.

Page 17: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

37

2. Teori Consumer Behaviour

Salah satu teori untuk menelaah bentuk sikap berupa berkembangnya

informasi dalam diri setiap individu atau meningkatnya pengetahuan dan

pemahaman setiap individu terhadap produk pelembut dan pewangi pakaian

Molto versi „Keluarga Kain‟ akibat perhatian pada penayangan iklannya pada

media televisi yang pada akhirnya dapat menimbulkan loyalitas merek terhadap

produk Molto, maka penulis menggunakan teori Consumer Behaviour

Menurut Sumarwan (2003:235), ”Teori consumer behaviour tidak

melandaskan pemikirannya pada determinan-determinan biologis melainkan

psikologis dan lingkungan. Menurut teori ini, bagaimana seseorang menafsirkan

atau berusaha mengerti apa yang melatar belakangi peristiwa-peristiwa yang

terjadi disekitarnya akan menentukan perilakunya.”

Pikiran manusiawi (atau lebih penting, consumer mind) dan bagaimana

cara setiap individu mengolah informasi merupakan hal yang sangat menarik

untuk diteliti dan dikembangkan bagi pemasang iklan dan klien mereka.

Periklanan adalah komunikasi persuasif untuk mendesain atau menciptakan

tindakan atau perubahan sikap dari khalayak yang biasanya berakhir dengan

bentuk pembelian. Karena maksud tujuan periklanan sudah jelas, maka

keefektifian dari suatu proses periklankan diukur oleh pertambahan nilai

penjualan. Akan tetapi dalam dunia pemasaran pada saat ini, tujuan dari

memasarkan suatu produk biasanya lebih kompleks dan lebih diorientasikan

kepada pemenuhan kebutuhan konsumen daripada hanya meningkatkan nilai dari

penjualan.

Page 18: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

38

Suatu perusahaan harus memiliki merek yang kuat, merek yang kuat

tersebut tidak hanya terdapat pada produk yang dihasilkan, tetapi juga terdapat

pada nama perusahaan. ”Suatu merek disebut kuat apabila merek tersebut

memiliki brand equity yang tinggi, yang didukung oleh loyalitas konsumen

terhhada merek yang bersifat khusus serta sesuai denagn nilai-nilai yang terdapat

dalam diri pelanggan.” (Sumarwan, 2003:237)

Oleh karenanya setiap iklan harus di tata sedemikian rupa sehingga isinya

dapat membangkitkan dan menggunggah kesadaran khalayak bahwa suatu

produk yang diperlukan selama ini ternyata sudah tersediakan. Namun untuk

memperdalam perilaku khalayak berkaitan dengan loyalitas merek, maka perlu

diukur melaui dua pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan perilaku, yang melihat loyalitas merek berdasarkan keapda

pembelian merek. Pendekatan perilaku mempunyai indikator-indikator

sebagai berikut:

a. Perencanaan : Konsumen telah menentukan pilihan produk dan merek

sebelum melakukan pembelian ulang

b. Pembelian ulang : Membeli merek yang sama pada saat sekarang

maupun masa datang.

c. Pemakaian : Menggunakan produk tersebut secara terus menerus

dengan tidak berganti-ganti merek.

2. Pendekatan sikap, yang menentukan loyalitas merek berdasarkan sikap

konsumen. Pendekatan sikap mempunyai indikator sebagai berikut:

a. Rasa suka terahdap merek : Sikap positif konsumen terhadap suatu

merek. Terdapat perasaan emosional dalam menyukai suatu merek.

b. Kepuasan : Sikap membeli suatu produk, ada perasaan kepuasan

terhadap sautu merek dan produk yang digunakan. Kepuasan akan

mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang produk

teerssbut.

c. Komitmen : Kedekatan emosional dan psikologis dari seorang

konsumen terhadap suatu produk. (Sumarwan, 2003:341).

Page 19: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

39

C. Hipotesis

Hipotesis diartikan “Sebagai jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut bisa berupa pertanyaan dua

variabel atau lebih, perbandingan (komparasi) atau variabel mandiri (deskripsi).

(Rakhmat, 2003:91).

“Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan

hipotesis dapat dikelompokan menjadi 3 macam, yaitu: Hipotesis Deskripsi

(pada satu sampel atau variabel mandiri/tidak dibandingkan dan dihubungkan),

komperatif dan hubungan.” (Rakhmat, 2003:93).

“Hipotesis Assosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukan dugaan

tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.” (Rakhmat, 2003:95). Dari

uraian di atas hipotesis dalam peneliatian adalah :

1. Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh positif dan signifikan dari terpaan tayangan iklan pelembut

dan pewangi pakaian Molto versi „Keluarga Kain‟ terhadap pembentukan

loyalitas merek warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta.

2. Hipotesis Statistik

Hipotesis Statistik akan menunjukkan dua kemungkinan, yaitu :

Ho (Rxy = 0)

Tidak adanya pengaruh terpaan tayangan iklan pelembut dan pewangi

pakaian Molto versi „Keluarga Kain‟ terhadap pembentukan loyalitas merek

warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta.

Page 20: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

40

Ha (Rxy > 0)

Adanya pengaruh terpaan tayangan iklan pelembut dan pewangi pakaian

Molto versi „Keluarga Kain‟ terhadap pembentukan loyalitas merek warga

RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta.

D. Kerangka Konsep

Secara umum yang dimaksud dengan konsep menurut Kerlinger adalah :

“Suatu abstraksi yang dibuat untuk menggambarkan suatu fenomena yang

dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap suatu yang khas”

(Rakhmad, 2003:6).

Kerangka konsep ini berguna untuk menggambarkan hubungan konsep

khusus yang berbeda-beda dari variabel penelitian yang akan diteliti. Kerangka

konsep ini juga mendukung atau menjelaskan latar belakang dan gambaran sikap

dari penelitian ini.

Yang dimaksud dengan variabel dalam penelitian ini adalah “Segala

sesuatu yang menjadi objek pengamatan atau penelitian termasuk didalamnya

faktor-faktor yang berpengaruh dan terpengaruh dalam peristiwa atau gejela yang

akan diteliti. (Suryabarata, 2005:79).

Dalam kerangka konsep ini penulis merujuk kepada teori yang telah

dipaparkan dalam kerangka teori sebagai penelitian yang dilakukan, agar tidak

terjadi penyimpangan dari yang telah ditetapkan, dalam langkah-langkah sebagai

berikut :

Page 21: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

41

1. Variabel Bebas (Terpaan Iklan)

Variabel bebas adalah “Sebab yang dipandang sebagai sebab

kemunculan variabel yang terikat yang dipandang (diduga) sebagai

akibatnya. (Usman dan Akbar, 2001:33). Yang menjadi variabel bebas

(independen) dalam penelitian ini adalah terpaan iklan.

Terpaan iklan pelembut dan pewangi pakaian Molto versi

„Keluarga Kain‟ sebagai variabel bebas yang dioperasionalisasikan

sebagai berikut :

Frekuensi : Seberapa sering khalayak melihat tayangan

iklan tersebut ditelevisi.

Intensitas : Kedalaman khalayak untuk mendalami dan

memahami iklan tersebut.

Konsep Kreatif Iklan Atau Iklan Yang Ideal seperti : alur

cerita, setting, slogan, segi visual, segi audio, model dan isi

pesannya.

2. Variabel Terikat (Loyalitas Merek)

Variabel terikat adalah “Variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas.” (Usman dan Akbar, 2001:33).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah loyalitas merek

warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta, terhadap iklan deterjen

Rinso Cair versi “Kaos Kaki” akibat perhatian pada tayangan iklannya

ditelevisi.

Page 22: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

42

Berikut ini merupakan penjabaran pembentukan loyalitas merek yang

terdiri dari dua bentuk pendekatan, diantaranya :

1 Pendekatan perilaku

a) Perencanaan : Konsumen telah menentukan pilihan produk dan

merek sebelum melakukan pembelian ulang

b) Pembelian ulang : Membeli merek yang sama pada saat

sekarang maupun masa datang.

c) Pemakaian : Menggunakan produk tersebut secara terus menerus

dengan tidak berganti-ganti merek.

2 Pendekatan sikap

a) Rasa suka terahdap merek : Sikap positif konsumen terhadap

suatu merek. Terdapat perasaan emosional dalam menyukai

suatu merek.

b) Kepuasan : Sikap membeli suatu produk, ada perasaan kepuasan

terhadap sautu merek dan produk yang digunakan. Kepuasan

akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang

produk teerssbut.

c) Komitmen : Kedekatan emosional dan psikologis dari seorang

konsumen terhadap suatu produk

Page 23: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

43

3. Operasional Konsep

Mengacu pada komponen-komponen diatas maka operasional konsepnya

sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Terpaan Iklan Molto versi ‘Keluarga Kain’ Loyalitas Merek

Dimensi Indikator Dimensi Indikator

Frekuensi

Intensitas

Kreatif iklan

Alur cerita

Setting atau

lokasi

Tokoh (model)

Isi pesan

Kata kunci

(slogan)

Sering menonton televisi

Seberapa sering melihat

penayangan iklan di

televisi

Melihat iklan lebih dari dua

stasiun televisi

Melihat iklan dari awal

Mengetahui keseluruhan

penyajian iklan

Melihat iklan hingga akhr

di setiap episode

Sederhana

Menarik

Mudah dipahami

Teknik pengambilan gambar

Penataan pengambilan

gambar

Lokasi pengambilan gambar

Sesuai dengan image

Menarik

Sesuai dengan produk

Informatif

Singkat

Mudah dipahami

Mudah dipahami

Mudah diingat

Mendukung produk

Pendekatan

perilaku

a) Perencanaan : Konsumen

telah menentukan pilihan

produk dan merek

sebelum melakukan

pembelian ulan

b) Pembelian ulang :

Membeli merek yang

sama pada saat sekarang

maupun masa datang.

c) Pemakaian :

Menggunakan produk

tersebut secara terus

menerus dengan tidak

berganti-ganti merek

Pendekatan

sikap

a) Rasa suka terahdap

merek : Sikap positif

konsumen terhadap suatu

merek. Terdapat perasaan

emosional dalam

menyukai suatu merek.

b) Kepuasan : Sikap

membeli suatu produk,

ada perasaan kepuasan

terhadap sautu merek dan

produk yang digunakan.

Kepuasan akan

mendorong konsumen

membeli dan

mengkonsumsi ulang

produk teerssbut.

c) Komitmen : Kedekatan

emosional dan psikologis

dari seorang konsumen

terhadap suatu produk

Page 24: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah kuantitatif.

“Penelitian sosial dengan pendekatan kuantitatif berkaitan dengan pengujian

hipotesis dan data yang dikuantitatifkan melalui penggunaan teknik-teknik

pengukuran yang objektif dan analisis statistik.” (Birowo, 2004:1). Secara garis

besar dapat diartikan kuantitatif itu sendiri adalah “sekumpulan atau serangkaian

data yang dinyatakan dalam angka-angka sebagai hasil observasi atau

pengumpulan.” (Dajan, 2006:15)

Format penelitian kuantitatifnya yaitu eksplanatif. “Format ini dimaksud

untuk menjelaskan suatu generalisasi sample terhadap populasinya atau

mejelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel

yang lain” (Bungin, 2009:38).

Penelitian ini mencoba menunjukkan sejauh mana pengaruh iklan

pelembut dan pewangi pakaian Molto versi „Keluarga Kain‟ di televisi terhadap

loyalitas merek di benak warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di kalangan warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran

– Jakarta. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2013

sampai dengan Desember 2013.

44

Page 25: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

45

C. Populasi

“Populasi adalah keseluruhan satuan analisis (unit of analisis) yang

hendak diteliti, dalam hal ini adalah individu-individu responden. Unit analisis

suatu penelitian dalam kajian komunikasi bisa berupa individu, kelompok

individu, teks media massa.” (Hamidi, 2007:126)

Populasi juga merupakan “keseluruhan objek atau subjek yang berada

pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian. Keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang

akan diteliti.” (Martono, 2011:197)

Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini

melibatkan warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta. Berikut ini adalah

gambaran tentang karakteristik Demografis warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran

– Jakarta, yaitu:

1. Jumlah seluruh warga berdasarkan Kartu Keluarga : 678 orang

2. Jumlah seluruh data orang Dewasa : 551 orang

Sesuai dengan data yang didapat pada sekretariat Sekretariat RW.07

Duren Tiga, Pancoran – Jakarta, Jumlah keseluruhan ibu-ibu RW.007 Duren

Tiga, Pancoran – Jakarta sebanyak 378 orang dan ibu-ibu berusia antara 25 s/d 55

tahun yang sesuai dengan target Market dari produk Molto sebagai populasi

demografi. Namun hasil pra penelitian dengan untuk mendata para warga yang

pernah menonton tayangan iklannya maka populasi dalam penelitian ini sebanyak

325 orang yang pernah menonton tayangan iklannya serta telah disesuaikan

dengan segmentasi produk Molto sebagai populasi penelitian.

Page 26: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

46

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.” (Sugiyono, 2009:81). Berdasarkan rumus Taro Yamane

dengan selang kepercayaan 90% dan presisi 10% dengan populasi 325 orang,

maka jumlah sampel yang diambil adalah sebagai berikut:

N

n =

N(d)² + 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Jumlah presisi atau derajat kepercayaan 10% (0,1)

Maka penghitungan populasinya lalu hasil dari sampelnya adalah :

325 325

= ______________ = _______________

325 ( 0.1 )² + 1 325 ( 0.01 ) + 1

325

= _______ = 76, 4

4,25

Dibulatkan menjadi 76, angka ini yang akan menjadi sampel. Sedangkan

teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling.

Dikatakan simple (sederhana) karena “Pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu.” (Sugiyono, 2009:82)

Page 27: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

47

E. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Angket (Questioner)

“Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.” (Winardi, 2001:77). Responden yang diberi

koesioner adalah ibu-ibu warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta, dan

telah ditetapkan untuk dijadikan sampel pada penelitian ini. Untuk

memberikan kadar penilaian data jawaban responden dipergunakan skala

Likert. Menurut Sugiyono (2006:86), “Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan pendapat persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial.”. Jawaban setiap item intsrumen yang

menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai

sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata untuk keperluan analisis

kuantitatif. Jawaban setiap item diberi skor (Sugiyono,2006:87):

1. Sangat Setuju / Selalu / Sangat Positif (skor 5)

2. Setuju / Sering / Positif (skor 4)

3. Ragu-ragu / Kadang-kadang / Negatif (skor 3)

4. Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah / Negatif (skor 2)

5. Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah / Sangat Negatif (skor 1)

Untuk memudahkan responden dalam mengisi kuesioner yang

diberikan, peneliti menggunakan skala Likert dengan kategori jawaban,

seperti “Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju. Sangat Tidak

Setuju”

Page 28: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

48

b. Studi Kepustakaan

Rakhmat (2004:107), menyatakan bahwa: “Studi kepustakaan digunakan

untuk memberikan dasar teoritis bagi peneliti, tujuan tinjauan pustaka adalah

menghubungkan penelitian dengan konteks penelitian yang lebih luas.” Studi

kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat menunjang

penelitian dan penulisan. Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan buku-buku

yang ada hubungannya denga komunikasi serta bahan-bahan lain untuk

memperoleh teori maupun data yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti. Diharapkan studi kepustakaan dapat melengkapi isi dari penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Subagyo (2001:106), “Pada dasarnya analisa data adalah

kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh kebenaran atau

ketidakbenaran dari suatu hipotesa.” Teknik analisis data menggunakan bantuan

program SPSS versi 19 (Statistical Package For Social Science) melalui tahap–

tahap sebagai berikut:

a. Editing :

Tahap ini untuk memeriksa membetulkan jawaban - jawaban terhadap

kuesioner oleh responden yang salah, tetapi tidak menyalahi obyektifitas

penelitian dan membuang jawaban-jawaban yang tidak bisa di pakai.

b. Coding :

Setelah data diedit lalu diberi tanda-tanda atau kode. Pengkodean berupa

pemberian simbol yaitu angka pada masing-masing jawaban yang diperoleh

dari responden, dengan maksud agar data tersebut mudah dibaca.

c. Tabulating atau Classifieng :

Data yang jelas dibaca kemudian diinput kedalam komputer lalu

ditabulasikan dalam bentuk tabel tunggal, dijelaskan secara rinci sesuai

jenis dan sifatnya.

d. Interpreting :

Kesimpulan dari keseluruhan hasil data yang telah dianalisa (Sarwono,

2006:21).

Page 29: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

49

Berdasarkan uraian di atas maka dapat penulis jabarkan bahwa, pada tahap

editing peneliti akan memeriksa membetulkan jawaban responden pada lembar

kuesioner yang telah diisi, tetapi tidak menyalahi obyektifitas penelitian dan

membuang jawaban-jawaban yang tidak bisa di pakai. Hal ini di lakukan peneliti

untuk mengontrol jawaban responden, agar data yang dihasilkan dari kuesioner

dapat langsung di input ke dalam komputer dan dianalisa lebih lanjut.

Coding, artinya penulis memberikan kode pada setiap jawaban responden.

Pengkodean berupa pemberian simbol yaitu angka pada masing-masing jawaban

yang diperoleh dari responden, dengan maksud agar data tersebut mudah dibaca

dan dapat diaplikasikan pada program SPSS serta dapat dianalisa lebih lanjut.

Setelah melakukan editing pada jawaban responden pada lembar kuesioner

dan pemberian kode (coding) pada hasil jawabannya maka langkah selanjutnya

adalah melakukan tabulating atau classifieng dalam bentuk tabel tunggal yang

menjelaskan secara rinci keseluruhan hasil jawaban responden. Terakhir adalah

melakukan interpreting. Pada tahap ini peneliti menganalisa setiap tabel yang

dan memberikan kesimpulan dari hasil yang didapatkan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik analisis data kuantitatif.

Menurut Sutrisno “tehnik analisis data kuantitatif merupakan tehnik analisa data

yang dapat diukur secara langsung atau dapat dihitung adalah data kuantitatif,

sedangkan data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung termasuk jenis

data kualitatif.” (Sudjana,2005:154)

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menganalisa data-data mengenai

penelitian asosiatif atau korelasi antara variabel-variabel maka menggunakan

Page 30: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

50

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS

(Statistical Package For Social Science). Tehnik yang digunakan analisa

kuantitatif berdasarkan presentase menurut skor kumulatif. Sedangkan Rumus

yang digunakan untuk menganalisa data-data mengenai hubungan/korelasi antara

variabel-variabel memakai Korelasi Product Moment Pearson sebagai “Rencana

analisis yang digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan Hipotesis

hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan

sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama.”

n . ( XY) - (X . Y)

r =

n X2 – (X)

2 n . Y

2 _ (Y)

2

Dimana ;

rxy : Koefisien korelasi

n : Jumlah subyek

X : Skor setiap item

Y : Skor total

(X)2

: Kuadrat jumlah skor item

X2 : Jumlah kuadrat skor item

Y2 : Jumlah kuadrat skor total

(Y)2

: Kuadrat jumlah skor total”

Teknik analisisnya juga menggunakan bantuan program SPSS (Statistical

Package For Social Science) untuk menguji hubungan antara variable bebas dan

variable terikat..

Sedangkan untuk memberikan penafsiran koefisien korelasi yang

ditemukan besar atau kecil, maka berpedoman pada ketentuan yang tertera pada

table sebagai berikut :

Page 31: BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

51

Pedoman untuk memberikan Interpretasi terhadap

Koefisien Korelasi (Sugiyono, 2005 : 107)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

“0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat”

Sedangkan, untuk mengetahui pengaruh digunakan rumus regresi dengan

metode Koefisien Determinasi (KD), sebagai berikut :

Untuk mendapatkan nilai Ŷ maka penulis mencari nilai a dan nilai b

dapat menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package For Social

Science).

KD = R2 X 100 %