bab ii tinjauan pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/1480/6/(6) bab ii.pdfpangan yang aman adalah...

18
6 Politeknik Kesehatan Tanjungkarang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sekolah Anak sekolah adalah anak usia 6 -12 tahun, dimana saat ini mereka sedang duduk dibangku SD dan SMP. Anak usia ini sedang menjalani pendidikan dasar yag merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya dengan kurikulum dan mata pelajaran yang serius. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkret, rasional, dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar (Devi, 2012). Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaruan, karena kelompok usia tersebut sudah membentuk beberapa karakteristik emosi dan sosial antara lain suka berteman dan bermain serta rasa ingin tahu meningkat. Masa usia anak sekolah dasar disebut juga masa intelektual, karena keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Karakteristik intelektual anak usia sekolah meliputi suka berbicara dan mengeluarkan pendapat, memiliki minat besar dalam belajar dan keterampilan, rasa ingin mencoba hal baru da selalu ingin tahu sesuatu, serta perhatian terhadap sesuatu sangat singkat (Hardiansyah dan I Dewa Nyoman Supariasa, 2017). Menginjak usia enam tahun anak sudah mulai menentukan pilihan makanannya sendiri, tidak seperti saat balita lagi yang sepenuhnya tergantung pada orang tua. Periode ini merupakan periode kritis dalam pemilihan makanan karena anak baru saja memilih makanan dan belum mengerti makanan yang bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya sehingga anak memerlukan bimbingan orang tua dan guru (Devi, 2012) Pada anak kelompok usia ini juga sedang aktif-aktifnya anak-anak banyak bermain di luar rumah, sehingga pengaruh kawan, tawaran jajanan, aktivitas yang tinggi dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi tinggi.

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6 Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anak Sekolah

    Anak sekolah adalah anak usia 6 -12 tahun, dimana saat ini mereka sedang

    duduk dibangku SD dan SMP. Anak usia ini sedang menjalani pendidikan dasar

    yag merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya dengan

    kurikulum dan mata pelajaran yang serius. Jika pada periode sebelumnya, daya

    pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada periode ini daya

    pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkret, rasional, dan objektif.

    Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada pada

    stadium belajar (Devi, 2012).

    Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima

    perubahan atau pembaruan, karena kelompok usia tersebut sudah membentuk

    beberapa karakteristik emosi dan sosial antara lain suka berteman dan bermain

    serta rasa ingin tahu meningkat. Masa usia anak sekolah dasar disebut juga masa

    intelektual, karena keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapatkan

    pengetahuan dan pengalaman. Karakteristik intelektual anak usia sekolah meliputi

    suka berbicara dan mengeluarkan pendapat, memiliki minat besar dalam belajar

    dan keterampilan, rasa ingin mencoba hal baru da selalu ingin tahu sesuatu, serta

    perhatian terhadap sesuatu sangat singkat (Hardiansyah dan I Dewa Nyoman

    Supariasa, 2017).

    Menginjak usia enam tahun anak sudah mulai menentukan pilihan

    makanannya sendiri, tidak seperti saat balita lagi yang sepenuhnya tergantung

    pada orang tua. Periode ini merupakan periode kritis dalam pemilihan makanan

    karena anak baru saja memilih makanan dan belum mengerti makanan yang

    bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya sehingga anak memerlukan

    bimbingan orang tua dan guru (Devi, 2012)

    Pada anak kelompok usia ini juga sedang aktif-aktifnya anak-anak banyak

    bermain di luar rumah, sehingga pengaruh kawan, tawaran jajanan, aktivitas yang

    tinggi dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi tinggi.

  • 7

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    Sebagian anak sekolah usia 9 – 12 tahun sudah mulai memasuki masa

    pertumbuhan cepat pra-pubertas, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi mulai

    meningkat secara bermakna. Oleh karenanya, pemberian makanan dengan gizi

    seimbang untuk anak pada kelompok usia ini harus memperhitungkan kondisi-

    kondisi tersebut di atas (Kemenkes, 2014).

    B. Makanan Jajanan

    1. Pengertian Makanan Jajanan

    Makanan jajanan adalah makanan yang dipersiapkan dan dijual oleh

    pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang

    langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih

    lanjut. Istilah makanan jajanan tidak jauh dari istilah junk food, fast food, dan

    street food karena istilah tersebut merupakan bagian dari istilah makanan

    jajanan (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

    Makanan jajanan yang dijual oleh pedangan kaki lima atau dalam

    istilah lain disebut “street food”, menurut FAO (Food Assosiation

    Organisation) didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan

    dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian

    umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau

    persiapan lebih lanjut.

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman

    yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan

    sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan

    jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.

    Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis industri

    rumahan telah semakin maju, tak terkecuali yang dijajakan di sekolah-sekolah.

    Hal ini dapat dilihat dengan semakin beragamnya makanan jajanan yang

    ditawarkan di setiap sekolah. Perkembangan tersebut dapat mendorong

    kebiasaan mengonsumsi makanan jajanan pada anak sekolah, terutama pada

    jeda jam istirahat. Namun kebiasaan mengonsumsi makanan jajanan sehat

    masih belum banyak dimiliki oleh anak (Hatta dkk, 2018).

  • 8

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    Siswa usia sekolah mayoritas memilih makanan yang mempunyai

    karakteristik mutu organoleptik (warna, aroma, tekstur dan rasa) yang baik.

    Disisi lain yang perlu diperhatikan yaitu mutu keamanan makanan, gizi dan

    kesehatan dari jajanan tersebut. Seberapa enak dan menarik suatu makanan,

    tidak ada artinya apabila makanan tersebut tidak aman (terkontaminasi

    cemaran fisik, kimia dan mikrobiologi).

    Jajanan yang beredar di sekolah tidak terlepas dari bahan tambahan

    makanan (BTM) yang ditambahkan pada jajanan tersebut. Menurut pasal 73

    UU RI No. 18 Tahun 2018 tentang Pangan, bahan tambahan pangan

    merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk memengaruhi

    sifat dan/atau bentuk pangan. Penambahan BTM bertujuan untuk

    meningkatkan daya terima dari segi warna, aroma, tekstur dan rasa.

    Penambahan BTM ada aturan khusus seberapa banyak yang boleh

    ditambahkan (Ulilalbab, 2018).

    2. Jenis-Jenis Pangan Jajanan Anak Sekolah

    Konsumsi anak di sekolah berasal dari bekal yang dibawa dari rumah

    atau jajanan di sekitar sekolah atau kantin sekolah. Kontribusi makanan

    disekolah (yang berada di kantin sekolah dan penjaja makanan di sekitar

    sekolah), menjadi potensi untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi

    anak, dan dapat memberntuk perilaku makan siswa yang sesuai dengan

    pedoman gizi seimbang (Hardiansyah dan I Dewa Nyoman Supariasa, 2017).

    Makanan anak yang berasal dari bekal maupun jajanan di sekolah bisa

    disebut sebagai makanan selingan. Makanan selingan dapat berfungsi sebagai

    asupan gizi anak sekolah, menjaga gula darah agar anak sekolah tetap

    berkonsentrasi, dapat mempertahankan aktivitas fisik anak sekolah (BPOM,

    2013). Anak sekolah biasanya mendapatkan makanan selingan berupa

    makanan jajanan yang berasal dari kantin sekolah atau penjaja makanan

    sekitar. Menurut BPOM tahun 2013 berikut adalah jenis pangan jajanan anak

    sekolah yang dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

  • 9

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    a. Makanan Utama/Sepinggan

    Kelompok makanan utama atau dikenal dengan istilah “jajanan

    berat”. Jajanan ini bersifat mengenyangkan. Contohnya: mie ayam, bakso,

    bubur ayam, nasi goreng, gado-gado, soto, lontong isi sayuran atau daging,

    dan lain-lain.

    b. Camilan/Snack

    Camilan merupakan makanan yang biasa dikonsumsi diluar

    makanan utama. Camilan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu camilan basah

    dan camilan kering. Camilan basah contohnya: gorengan, lemper, kue

    lapis, donat, dan jelly. Sedangkan camilan kering contohnya: brondong

    jagung, keripik, biskuit, kue kering, dan permen.

    c. Minuman

    Minuman dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu minuman yang

    disajikan dalam gelas dan minuman yang disajikan dalam kemasan.

    Contoh minuman yang disajikan dalam gelas antara lain: air putih, es teh

    manis, es jeruk dan berbagai macam minuman campur (es cendol, es

    campur, es buah, es doger, jus buah, es krim). Sedangkan minuman yang

    disajikan dalam kemasan contohnya: minuman ringan dalam kemasan

    (minuman soda, teh, sari buah, susu, yoghurt).

    d. Jajanan Buah

    Buah yang biasa menjadi jajanan anak sekolah yaitu buah yang

    masih utuh atau buah yang sudah dikupas dan dipotong. Buah utuh

    contonya: buah manggis, buah jeruk. Sedangkan buah potong contohnya:

    pepaya, nanas, melon, semangka, dan lain-lain.

    3. Syarat Makanan Jajanan yang Baik

    Menurut Dinas Kesehatan Kota Probolinggo (2018), dalam memilih

    makanan jajanan, agar dapat dikelola menjadi produk yang sehat dan aman

    dikonsumsi sebaiknya makanan jajanan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai

    berikut:

  • 10

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    a. Bebas dari lalat, semut, kecoa dan binatang lain yang dapat membawa

    kuman penyakit.

    b. Bebas dari kotoran dan debu lain. Makanan yang dikukus, direbus,

    atau digoreng menggunakan panas yang cukup artinya tidak setengah

    matang.

    c. Disajikan dengan menggunakan alas yang bersih dan sudah dicuci

    lebih dahulu dengan air bersih.

    d. Kecuali makanan jajanan yang di bungkus plastik atau daun, maka

    pengambilan makanan lain yang terbuka hendaklah dilakukan dengan

    menggunakan sendok, garpu atau alat lain yang bersih, jangan

    mengambil makanan dengan tangan.

    e. Menggunakan makanan yang bersih, demikian pula lap kain yang

    digunakan untuk mengeringkan alat-alat itu supaya selalu bersih.

    Selain itu syarat-syarat makanan jajanan yang aman dikonsumsi

    sebaiknya memiliki persyaratan sebagai berikut:

    a. Tidak menggunakan bahan kimia yang dilarang.

    b. Tidak menggunakan bahan pengawet yang dilarang.

    c. Tidak menggunakan bahan pengganti rasa manis atau pengganti gula.

    d. Tidak menggunakan bahan pewarna yang dilarang.

    e. Tidak menggunakan bumbu penyedap masakan atau vetsin yang

    berlebihan.

    f. Tidak menggunakan air yang dimasak dengan tidak matang.

    g. Tidak menggunakan bahan makanan yang sudah busuk, atau yang

    sebenarnya tidak boleh diolah, misalnya telah tercemari oleh obat

    serangga atau zat kimia yang berbahaya.

    h. Tidak menggunakan bahan makanan yang tidak dihalalkan oleh

    agama.

    i. Tidak menggunakan bahan makanan atau bahan lain yang belum

    dikenal. oleh masyarakat.

  • 11

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    C. Praktik Pemilihan Makanan Jajanan

    Pangan jajanan anak sekolah yang sesuai menurut Badan Pengawas Obat

    dan Makanan tahun 2013 yakni yang aman, bermutu, dan bergizi serta disukai

    oleh anak. Berikut adalah beberapa tips memilih pangan jajanan anak sekolah

    yang sesuai menuru BPOM tahun 2013 antara lain:

    1. Kenali dan Pilih Pangan yang Aman

    Pangan yang aman adalah pangan yang bebas dari bahaya biologis,

    kimia dan benda lain. Pilih pangan yang bersih, yang telah dimasak, tidak bau

    tengik, tidak berbau asam. Sebaiknya membeli pangan di tempat yang bersih

    dan dari penjual yang sehat dan bersih. Pilih pangan yang dipajang, disimpan

    dan disajikan dengan baik. Selain itu beli makanan jajanan yang tidak

    mengandung bahan tambahan pangan berbahaya. Menurut UU RI No. 18

    tahun 2012, bahan tambahan pangan merupakan bahan yang ditambahkan ke

    dalam pangan untuk memengaruhi sifat dan/atau bentuk pangan.

    2. Jaga Kebersihan

    Kita harus mencuci tangan sebelum makan karena mungkin tangan

    kita tercemar kuman atau bahan berbahaya. Mencuci tangan dan peralatan

    yang paling baik menggunakan sabun dan air yang mengalir.

    3. Baca Label dengan Seksama

    Menurut UU RI No . 18 tahun 2012 pasal 96 mengenai label dan iklan

    pangan menyatakan bahwa pemeberian label pangan bertujuan untuk

    memberikan informasi yang benar dan jelas ke masyarakat tentang setiap

    produk pangan yang dikemas sebelum memberli dan/atau mengonsumsi

    pangan. Label tersebut berisi asal pangan, keamanan, mutu, kandungan gizi

    dan keterangan lain yang diperlukan.

    Menurut UU RI No. 18 tahun 2012 pasal 97 ayat 3, menyatakan bahwa

    pencantuman label di dalam dan/atau pada kemasan pangan ditulis atau

    dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit

    keterangan mengenai:

  • 12

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    a. nama produk;

    b. daftar bahan yang digunakan;

    c. berat bersih atau isi bersih;

    d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;

    e. halah bagi yang dipersyaratkan;

    f. tanggal dank ode produksi;

    g. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;

    h. nomor izin edar bagi pangan olahan; dan

    i. asal usul bahan pangan tertentu.

    Gambar 1.

    Contoh Membaca Label Sebelum Membeli

    Menurut UU RI No. 18 tahun 2012 pasal 98 ayat 1 dan 2 menyatakan

    bahwa ketentuan mengenai label berlaku bagi pangan yang telah melaui

    proses pengemasan akhir dan siap untuk di perdagangkan. Ketentuan label

    tersebut tidak berlalu bagi penrdagangan pangan yang dibungkus di hadapan

    pembeli. Jika, pangan tidak berlabel (seperti lemper, lontong, donat, dll) maka

    pilih yang kemasannya dalam kondisi baik.

    4. Ketahui Kandungan Gizinya

    a. Pangan Olahan dalam Kemasan

    Baca label informasi nilai gizi untuk mengetahui nilai energi,

    lemak, protein dan karbohidrat.

  • 13

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    Gambar 2.

    Cara Membaca Kandungan Gizi dalam Kemasan

    b. Pangan Siap Saji

    Pada Buku Informasi Kandungan Gizi PJAS (Badan POM, 2013)

    dapat diketahui komposisi kandungan zat gizi untuk setiap jenis pangan

    siap saji. Yang utama diperhatikan adalah pemenuhan energi dari setiap

    pangan yang dikonsumsi.

    5. Konsumsi Air yang Cukup

    Dapat bersumber terutama dari air minum, dan sisanya dapat dipenuhi

    dari minuman olahan (sirup, jus, susu), makanan (kuah sayur, sop) dan buah.

    Konsumsi minuman olahraga (sport drink/minuman isotonik) hanya untuk

    anak sekolah yang berolahraga lebih dari 1 jam.

    6. Perhatikan Warna, Rasa dan Aroma

    Hindari makanan dan minuman yang berwarna mencolok, rasa yang

    terlalu asin, manis, asam, dan atau aroma yang tengik.

    7. Batasi Minuman yang Berwarna dan Beraroma

    Minuman berwarna dan beraroma contohnya minuman ringan,

    minuman berperisa.

    8. Batasi Konsumasi Pangan Cepat Saji (Fast Food)

    Konsumsi fast food yang berlebihan dan terlalu sering merupakan

    pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas. Pangan cepat saji antara lain

  • 14

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    kentang goreng, burger, ayam goreng tepung, pizza. Biasanya makanan ini

    tinggi garam dan lemak serta rendah serat.

    9. Batasi Makanan Ringan

    Makanan ini umumnya rendah serat dan mengandung garam/natrium

    yang tinggi dan mempunyai nilai gizi yang rendah. Contoh makanan ringan

    seperti keripik kentang.

    10. Perbanyak Konsumsi Makanan Berserat

    Makanan berserat bersumber dari sayur dan buah. Menu makanan

    tradisional yang tinggi serat seperti rujak, gado-gado, karedok, urap dan pecel.

    11. Bagi Anak Gemuk/Obesitas Batasi Konsumsi Pangan yang

    Mengandung Gula, Garam, dan Lemak.

    Sebaiknya asupan gula, garam dan lemak sehari tidak lebih dari 4

    sendok makan gula, 1 sendok teh garam, dan 5 sendok makan lemak/minyak.

    D. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemilihan Makanan Jajanan

    Faktor-faktor yang ada dimasyarakat dan lingkungan memengaruhi

    perilaku anak sekolah. Salah satu perwujudan dari perilaku tersebut adalah

    pemilihan makanan jajanan anak selama di sekolah. Perilaku tersebut merupakan

    bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme

    (orang). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik

    atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan sehingga respons dari tiap-

    tiap orang berbeda (Notoatmodjo, 2012).

    Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus tersebut

    disebut sebagai determinan perilaku. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi

    dua, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut meliputi

    karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya

    tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal

    meliputi lingkungan, baik lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, politik.

    Faktor lingkungan tersebut merupkan faktor yang sering dominan mewarnai

    perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012).

  • 15

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku terjadi diawali

    dengan adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar orang

    tersebut (lingkungan) baik fisik maupun nonfisik. Kemudian pengalaman tersebut

    diketahui, dipersepsikan, diyakini, dan sebagainya sehingga menimbulkan

    motivasi, niat untuk bertindak, dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut

    yang berupa perilaku. Sehingga melalui faktor-faktor yang telah terbentuk

    tersebut di dalam diri siswa sekolah maka akan terjadi perwujudan dalam perilaku

    pemilihan makanan jajanan (Notoatmodjo, 2014).

    Gambar 3.

    Skema Terjadinya Perilaku

    E. Pengetahuan (Knowledge)

    1. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil dari „tahu‟, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

    melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

    melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

    sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior)

    (Notoatmodjo, 2012).

    Pengetahuan tentang gizi sangat memengaruhi seseorang dalam

    memnuhi kebutuhannya. Semakin tinggi pengetahuan gizi maka akan

    Pengalaman

    Fasilitas

    Sosiobudaya

    Persepsi

    Pengetahuan

    Keyakinan

    Keinginan

    Motivasi

    Niat

    Sikap

    Perilaku

    EKSTERNAL INTERNAL RESPONS

  • 16

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    menuntun seseorang dalam pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi

    baik dari segi rasa, fisik, kualitas, kandungan gizi maupun cara penyajian lebih

    baik (Florence, 2017).

    Anak-anak dari negara-negara berkembang lebih memilih makanan

    yang tidak sehat, hal tersebut disebabkan karena pengetahuan dan persepsi

    yang salah terhadap makanan yang sehat. Hal tersebut terjadi dikarenakan

    adanya konsep makanan yang berubah dari makanan untuk memenuhi

    kebutuhan nutrisi menjadi penanda gaya hidup dan sumber kesenangan seperti

    yang digambarkan oleh media. Sebagian besar makanan yang diiklankan di

    televise adalah makanan olahan/makanan yang enak dengan kalori tinggi,

    banyak lemak dan gula dan dengan sedikit atau tanpa kandungan

    mikronutrien. Oleh karena itu, hal tersebut merubah pemikiran anak tentang

    pengetahuan makanan. Adanya pengetahuan yang dimiliki anak maka akan

    mempengaruhi perilaku mereka (Kigaru et al, 2015).

    2. Tingkat Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang dicakup dalam

    domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni:

    a. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari selutuh

    bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

    „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

    untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

    menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

    Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein

    pada anak balita.

    b. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

    secara benra tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan

    materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

  • 17

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

    meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya

    dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

    c. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di

    sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus,

    metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

    Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-

    perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

    pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah

    kesehatan dari kasus yang diberikan.

    d. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan unuk menjabarkan materi atau

    suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

    struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja:

    dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

    mengelompokkan, dan sebagainya.

    e. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

    baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

    formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat

    menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

    menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-

    rumusan yang telah ada.

    f. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

  • 18

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

    menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat

    membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang

    kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu

    tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan

    sebagainya.

    Ada beberapa pengetahuan gizi yang dapat diberikan kepada anak

    usia sekolah antara lain:

    a. Mengenal berbagai macam zat gizi,

    b. Mengenal nilai gizi pada makanan,

    c. Memilih makanan yang bergizi,

    d. Kebersihan makanan, dan

    e. Penyakit-penyakit yang timbul akibat kekurangan atau kelebihan gizi.

    3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2014), terdapat beberapa faktor yang

    memengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:

    a. Faktor Internal

    1) Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

    kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

    berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

    makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

    menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

    cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun

    dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin

    banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan

    sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang

    dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

    pengetahuannya.

  • 19

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    2) Pekerjaan

    Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

    untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

    bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

    mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

    Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

    waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

    kehidupan keluarga.

    3) Umur

    Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

    sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

    kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

    segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya

    dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari

    pengalaman dan kematangan jiwa.

    b. Faktor Eksternal

    1) Faktor Lingkungan

    Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

    manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan

    dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan berpengaruh terhadap

    proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

    lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

    balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

    setiap individu.

    2) Sosial Budaya dan Ekonomi

    Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

    mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. Dengan

    demikian seseorang kan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

    melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

    tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

  • 20

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

    seseorang.

    4. Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Makanan Jajanan

    Pengetahuan siswa mengenai gizi erat kaitannya dengan bagaimana

    siswa tersebut berperilaku dalam memilih makanan jajanan. Menurut

    Notoatmodjo (2012), pengetahuan anak tentang makanan jajanan merupakan

    salah satu aspek kecerdasan anak dalam memilih makanan yang merupakan

    sumber zat-zat gizi dan kepandaian anak dalam memilih makanan jajanan.

    Pengetahuan tersebut sangat berpengaruh dalam pemilihan makanan jajanan

    mereka, sehingga diharapkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan anak,

    maka akan semakin baik pula anak dalam berperilaku pemilihan makanan

    jajanan.

    Pengetahuan sendiri didapatkan oleh anak melalui informasi yang

    diberikan oleh orang tua, guru, teman sebaya ataupun media massa. Selain itu

    pengetahuan juga dapat diperoleh oleh anak melalui praktik atau apa yang

    diajarkan dan dicontohkan oleh orang tua, guru ataupun orang lain. Apabila

    orang tua, guru ataupun orang lain membeli makanan jajanan yang pada

    kenyataannya makanan jajanan tersbut kurang baik untuk dikonsumsi maka

    anak tersebut akan berfikir bahwa makanan jajanan tersebut baik untuk

    dikonsumsi tetapi sesungguhnya anak tidak mengerti. Sehingga akan terjadi

    perilaku yang salah dalam memilih makanan jajanan (Yusnira, 2017).

    F. Jumlah Uang Jajan

    Uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk membeli

    jajanan berupa makanan dan minuman selama berada di luar rumah. Tetapi

    kebanyakan anak menggunakan uang saku tersebut untuk membeli makanan yang

    tidak bergizi atau hal yang tidak berguna (Wulandari dkk, 2016). Uang jajan anak

    biasanya diberikan orang tua setiap hari, perminggu atau perbulan. Umumnya

    semakin tinggi uang jajan anak maka akan semakin tingi juga konsumsi terhadap

    makanan jajanan. Hal tersebut diakibatkan oleh naiknya daya beli seseorang akan

    bahan makanan karena kepunyaan uang jajan yang besar (Saputri, 2019).

  • 21

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    Uang jajan yang besar dan tidak didukung dengan pengetahuan gizi dan

    makanan jajanan yang baik dapat menyebabkan kebiasaan konsumsi maknaan

    jajanannya lebih sering. Hal itu karena pada siswa yang tidak memiliki

    pengetahuan gizi dan makanan jajanan yang baik akan menyebabkan mereka sulit

    menerapkan informasi terkait gizi dan makanan jajanan, sehingga mereka

    cenderung memilih makanan jajanan yang murah dan enak, tanpa memperhatikan

    nilai-nilai gizinya serta dengan uang jajan yang tergolong besar tersebut dapat

    menjadikan anak menjadi lebih konsumtif dan menerapkan gaya hidup yang tidak

    sehat sehingga dapat berpengaruh pada status gizi anak tersebut (Fitri, 2012).

    Oleh karena itu, besar kecilnya uang saku yang diterima oleh anak

    menentukan daya beli terhadap makanan jajanan selama anak disekolah. Jumlah

    uang saku yang lebih besar membuat anak sering mengonsumsi makanan jajanan

    yang mereka sukai tanpa menghiraukan kandungan gizinya. Mereka cenderung

    memiliki kebebasan sendiri dalam memilih makanan jajanannya dan cenderung

    membeli makanan jajanan yang menarik tanpa memerhatikan apakah makanan

    tersebut bergizi seimbang atau tidak sehingga dapat memengaruhi anak dalam

    perilaku pemilhan makanan jajanannya (Desi, 2018).

    G. Ketersediaan Makanan Jajanan

    Anak usia sekolah cenderung memilih makanan yang ia sukai. Anak-anak

    memiliki sifat yang berubah-ubah terhadap pemilihan makanan. Seringkali anak

    memilih makanan yang salah terlebih lagi jika tidak dibimbing oleh orang tuanya.

    Anak sekolah juga memiliki rasa penasaran yang tinggi sehingga selalu ingin

    mencoba makanan yang baru dikenalnya (Utami dan Barkah, 2017).

    Ketersediaan makanan jajanan olahan di lingkungan sekolah adalah

    makanan jajanan olahan yang tersedia di dalam pagar sekolah, yaitu makanan

    jajanan yang dijual di kantin sekolah (Ayuniyah, 2015). Ketersediaan makanan

    jajanan tersebut dapat dilihat melalui jenis makanan jajanan yang dijual di sekolah

    tersbeut. Menurut BPOM tahun 2013 jenis makanan jajanan anak sekolah dibagi

    menjadi 4 jenis yaitu makanan utama/sepinggan, camilan/snack, minuman dan

    jajanan buah.

    Ketersediaan makanan jajanan disekolah juga merupakan salah satu

    pemicu perilaku pemilihan makanan jajanan pada siswa sekolah. Semakin banyak

  • 22

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    jenis makanan jajanan yang tersedia di sekolah baik itu di kantin maupun jajanan

    di luar pagar sekolah, maka semakin banyak pula kesempatan siswa dapat

    memilih makanan jajanan yang mereka sukai. Rata-rata alasan anak sekolah

    memilih makanan jajanan karena rasanya enak, selain itu warna juga menjadi

    perhatian anak dalam memilih makanan jajanan. Jenis jajanan gorengan seperti

    tempe, bakwan, bakso goring, dan tahu yang dijual disekolah seringkali

    menggunakan bumbu penyedap yang banyak, sehingga gurih dan anak sekolah

    menyukai makanan tersebut. Dikarenakan anak sekolah lebih cenderung

    menyukai makanan yang disukai sehingga akan berpengaruh terhadap pemilihan

    makanan jajanan yang akan ia konsumsi.

    H. Hipotesis

    Hipotesis menyatakan hubungan (tema/judul) apa yang digali atau ingin

    diteliti. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengetahuan, uang saku dan

    ketersediaan makanan jajanan berpengaruh/berhubungan terhadap pemilihan

    makanan jajanan pada siswa sekolah dasar.

    I. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

    tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Variabel penelitian

    ini terdiri dari variabel independent dan variabel dependent. Variabel independent

    adalah merupakan variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab perubahannya

    atau timbulnya variabel dependent. Sedangkan variabel dependent sering disebut

    dengan variabel output, kriteria, konsekuen atau dalam Bahasa Indonesia disebut

    variabel terikat. Menurut Sugiyono (2016), variabel terikat merupakan variabel

    yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya varianel bebas. Variabel

    independent pada penelitian ini adalah pemilihan makanan jajanan, sedangkan

    variabel dependent dari penelitian ini adalah pengetahuan, uang saku dan

    ketersediaan makanan jajanan.

    Berdasarkan variabel diatas berikut jurnal atau artikel yang sesuai dengan

    variabel yang akan diteliti yakni:

  • 23

    Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

    1. Analisis Perilaku Anak dalam Memilih Makanan Jjajanan di 3 SD

    Kecamatan Sukarame Palembang tahun 2015.

    2. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Konsumsi

    Jajananan di MI Sulaimaniyah Jombang tahun 2016

    3. Hubungan Faktor Pemilihan Makanan Jajanan Siswa di SD Inpres Maccini

    Sombala Kota Makassar Tahun 2018

    4. Pengetahuan Anak tentang Makanan Jajanan dengan Praktik Pemilihan

    Makanan Jajanan di SDN Ridan Permai Tahun 2017

    5. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktek Pemilihan Makanan

    Jajanan di SDN 29 Pekan Baru Tangkerang Selatan Bukit Raya Tahun

    2017

    6. Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Jajanan Siswa SDN

    Gentan Tahun 2017.

    7. Gambaran Perilaku Jajan pada Siswa Kelas IV-V di SDN Ngadirejo 3

    Kota Kediri Tahun 2018.

    8. Hubungan Sarapan, Uang Saku dengan Jajanan di SD Kristen Immanuel II

    Kubu Raya tahun 2018.

    9. Gambaran Perilaku Makanan Jajanan Siswa di SDN Kalibeji 2 Sempor

    tahun 2017.

    10. Gambaran Pemilihan Makanan Jajanan pada Anak Usia Sekolah Dasar

    Tahun 2017.