bab ii tinjauan pustakarepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/bab 2.pdf · dzikir akan selalu...
TRANSCRIPT
13
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lanjut Usia
2.1.1 Pengertian lansia
Lanjut usia merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan social secara
bertahap (Ma'rifatul, 2011). Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai
dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebkan kematian misalnya pada system kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan
seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta system organ.
2.1.2 Batasan-batasan Usia Lanjut
1. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
ke atas”.
2. Menurut Word Health Organisation (WHO), usia lanjut dibagi menjadi 4
kriteria berikut:
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
2.1.3 Perubahan-perubahan pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada individu lansia terdiri dari perubahan
fisiologis atau fisik, psikososial, psikologis, sosiologis, dan spiritual (Stanhope,
2004).
1. Perubahan Fisiologis
Menurut Stanhope & Lancaster (2004) peoses perubahan antara individu
dengan individu lainnya, dan proses perubahan dan variasi perubahan pada
system tubuh juga akan berbeda walaupun pada individu yang sama.
14
Perubahan pada suatu sisetem fisiologis akan mempengaruhi dan
memberikan konsekuensi pada proses penuaan yaitu pada struktur dan fungsi
fisiologis (Mauk, 2010).
2. Perubahan Psikologis dan Psikososial
Psikologis pada lanjut usia yaitu perubahan aspek kognitif, akan terjadi
perubahan fungsi intelektual dimana terjadinya penurunan kemampuan lansia
dalam mengatasi masalah atau pemecahan masalah, selanjutnya juga pada
aspek terjadi perubahan kemampuan penyesuaian secara psikologis terhadap
proses menua ( Learning Ability ), pada aspek kognitif ini untuk
meningkatkan intelektual lansia dapat diberikan pendidikan kesehatan atau
edukasi agar perkembangan demensia dapat ditunda.
3. Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia akan
semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan
dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan dunia.
2.2 Konsep Terapi Dzikir
2.2.1 DefinisiTerapi Dzikir
Arti dzikir dari segi bahasa, dzikir berasal dari kata dzakara,yadzkuru,
dzukr/dzikr yang artinya merupakan perbuatan dengan lisan (menyebut,
menuturkan, mengatakan) dan dengan hati (mengingat dan menyebut).Dari sudut
kesehatan jiwa, diketahui dzikir merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi
daripada psikoterapi biasa. Dzikir merupakan suatu upaya untuk mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara mengingat-Nya. Dalam islam dzikir bukanlah hal yang
asing, tetapi sudah merupakan hal yang biasa dilakukan setiap muslim. Disini
lebih berfungsi sebagai metode psikoterapi, karena dengan banyak melakukan
dzikir akan menjadikan hati tenteram, tenang dan damai, serta tidak mudah
diombang-ambingkan oleh pengaruh lingkungan dan budaya global.
2.2.2 Keutamaan Dzikir
Keutamaan dzikir secara umum banyak sekali menurut Saiful Ghofur
dalam karyanya Rahasia dzikir dan doa, diantaranya ialah:
1. Terlindung dari bahaya godaan setan
15
Setan tak pernah berhenti untuk menggelincirkan manusia dari
ridho Allah. segala bentuk godaan akan diumpamakan kepada manusia
agar lalai dan terlena. Karena itu, dengan berdzikir kita memohon kepada
Allah supaya terlindung dari godaan setan yang terkutuk.
2. Tidak mudah menyerah dan putus asa
Hidup di dunia tak jarang penuh dengan permasalahan. Adanya
permasalahan ini sejatinya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan
seseorang. Bagi yang tidak kuat menanggung permasalahan tersebut, acap
kali cenderung berputus asa. Padahal, berputus asa adalah perbuatan yang
dilarang oleh Islam.
3. Memberi ketenangan jiwa dan hati
Segala gundah dan resah bersumber dari bagaimana hati menyikapi
kenyataan. Jika hati lemah dan tak kuat menanggung beban hidup, besar
kemungkinan yang muncul adalah suasana resah dan gelisah. Artinya,
tidak tenang. Ketidaktenangan juga bisa timbul akibat perbuatan dosa. Hati
ibarat cermin dan dosa adalah debu. Semakin sering berbuat dosa, semakin
memupuk debu yang mengotori cermin. Karena itu, untuk meraih
ketenangan jiwa dan hati kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir.
4. Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah
Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua ini
berasaldari suku kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih
sayingAllah terhadap hamba-Nya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih
sayingAllah harus kita raih dengan memperbanyak zikir.
5. Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang melenakan
Hidup di dunia hanya sementara. Begitu pun segala hal yang diraih
dalam kehidupan dunia. Kenikmatan dunia adalah fana.
Jelas,segalakesenangan dan kenikmatan dunia bisa melenakan jika tidak
disikapidengan bijaksana. Dengan kejernihan hati dan senantiasa
mengingatAllah melalui dzikir, kenikmatan dunia itu bisa menjadi
perantarauntuk meraih kebahagiaan akhirat.
Masih banyak sekali keutamaan dzikir dalam kehidupan ini. Dengan dzikir
akan terbuka kemudahan dalam memahami suatu hal, terhindar dari segala macam
16
penyakit hati, terhindar dari segala macam penyakit rohani maupun jasmani,
terhindar dari rasa takut, cemas dan gelisah serta merasa aman dari segala macam
gangguan. Bahkan, dzikir bisa membuat kita mendapatkan kedudukan yang mulia
di sisi Allah dan memperoleh kemudahan dalam melewati titian Shirath al-
Mustaqim.
2.2.3 Macam-macam Dzikir
Mengingat pengertian dzikir secara terminologi sangatlah luas, maka
dzikir itu sendiri mempunyai macam-macam bentuknya Imam Nawawi
berpendapat jenis-jenis dzikir terdapat tiga macam-macam, yaitu: 1) Dzikir yang
dilakukan dengan hati; 2) Dzikir yang dilakukan dengan hati dan lisan; 3) Dzikir
yang dilakukan dengan hati dan lisan secara bersamaan. Dan yang ketiga inilah
yang menurut beliau adalah dzikir yang paling utama.
Ibnu Atha’illah As-Sakandari, membagi dzikir menjadi empat bagian,
yaitu:
1. Dzikir ghoflah, yaitu dzikir lisan tetapi pikiran dan hati melupakan-Nya.
2. Dzikir yaqdlah, yaitu dzikir dengan kesadaran. Lisan mengucap, pikiran sadar
sedang berdzikir, tetapi hanya sebatas sadar, belum menghayati dzikirnya. Dzikir
seperti ini belum masuk dalam hati yang hadir, yakni dzikir dengan penuh
penghayatan.
3. Dzikir khudlur al-qolbi yaitu dzikir dengan penuh penghayatan, dirasakan
dengan hati yang terdalam.
4. Dzikir ghaibah , yaitu dzikir yang dilakukan sampai melupakan segala sesuatu
selain yang diingat, yaitu Allah.
2.2.4 Etika Berdzikir
Agar dzikir bisa khusyu’ dan membekas dalam hati, maka perlu dikerjakan
sesuai adab yang diajarkan dalam Islam. Sebab kalau tidak, tentu dzikir hanya
sekedar ucapan belaka, tidak akan membekas sama sekali. Menurut Baidi Bukhori
dalam Albana menyatakan bahwa adab berdzikir antara lain:
1) Kekhusyu’an dan kesopanan, menghadirkan makna kalimatkalimat
dzikir, berusaha memperoleh kesan-kesannya, dan memperhatikan maksud-
maksud serta tujuan-tujuannya.
17
2) Merendahkan suara sewajarnya disertai konsentrasi sepenuhnya dan
kemauan secukupnya sampai tidak terkacau oleh sesuatu yang lain.
3) Menyesuaikan dzikir kita dengan suara jamaah, kalau dzikir itu dibaca
secara berjamaah, maka tak seorang pun yang mendahului atau terlambat dari
mereka, dan ketika itu dzikirnya jangan dimulai dari awal jika terlambat datang,
tetapi ia harus memulai bersama mereka dari kalimat yang pertama kali ia
dapatkan, kemudian setelah selesai, ia harus mengganti dzikir yang belum
dibacanya. Hal ini dimaksudkan, agar tidak menyimpang dari bacaan yang
semestinya, dan supaya tidak berlainan iramanya.
4) Bersih pakaian dan tempat, serta memelihara tempat-tempat yang
dihormati dan waktu-waktu yang cocok. Hal ini menyebabkan adanya konsentrasi
penuh, kejernihan hati dan keikhlasan niatnya.
5) Setelah selesai berdzikir dengan penuh kekhusyu’an dan kesopanan,
disamping meninggalkan perkataan yang tidak berguna juga meninggalkan
permainan yang dapat menghilangkan faedah dan kesan dzikir sehingga efek
dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir.
2.2.5 Tata Cara Dzikir
Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir memiliki adab atau tata cara agar
terasa khusyuk dan penuh barakah. Tahapan saat melakukan dzikir adalah sebagai
berikut:
1. Dzikir dilakukan dengan keikhlasan semata-mata mengharap ridha Allah
SWT.
2. Khusyu’ menghadirkan hati dan pikiran akan makna dari bacaan dzikir
yang diucapkan serta berusaha menghayati setiap bacaan
3. Berdzikir dengan suara yang pelan-pelan dan tidak terburu-buru
4. Berdzikir jika dilakukan berjamaah sebaiknya tidak mendahului atau
terlambat dalam bacaan.
5. Bersih badan dan pakaian dari hadast dan najis dan waktu-waktu yang
sesuai. Tujuannya yaitu semakin menambah kejernihan hati dan ketulusan
niat.
6. Mengakhiri dengan penuh kekhusyu’an dan menjauhi kesalahan yang
telah di perbuat terdahulu.
18
2.2.6 Bacaan Dzikir
Menurut (Faradini, 2016), bacaan dzikir berupa Albaqiyyahtush-shalilah
sebagai berikut:
1. Taqdis/tasbih
Subhannalah (Maha suci Allah) artinya mensucikan Allah dari segala yang
disifatkan musyrik atau apa yang dikatakan oleh orang kafir.
2. Tahmid
Alhamdulillahirobbil’aalamiin (Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh
alam) adalah menyatakan segala pujian terhadap Allah.
3. Takbir
Allahuakbar (Allah maha besar) artinya mengakui kebesaran Allah yang
menciptakan alam semesta.
4. Tahlil
Laailaahaillallah (tidak ada Tuhan selain Allah) artinya mengakui bahwa
Allah tidak berhajat kepada selain-Nya.
5. Hauqalah
Laahaulawalaquwataillabillah (tidak ada daya upaya dan tidak ada
kekuatan, melainkan dengan Allah) artinya mengakui bahwa tidak ada
yang dapat dipalingkan hamba dari maksiat selain dari Allah sendiri dan
tidak ada daya kekuatan bagi hamba untuk melaksanakan perintahnya
melainkan dengan taufiq-Nya.
2.3 Konsep Harga Diri
2.3.1 Definisi
Harga diri merupakan penilaian yang dibuat oleh setiap individu yang
mengarah pada dimensi negatif dan positif (Baron dkk, dalam Simbolon, 2008).
Menurut Santrock (1998) dalam Desmita (2009) harga diri adalah dimensi penilaian
yang menyeluruh dari diri. Harga diri (Self-Estreem) juga disebut dengan Self-
Worth atau Self- Image. Harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri
secara positif atau negatif.
19
Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan yang ia berikan terhadap
eksistensi dan keberartian dirinya. Individu yang mempunyai harga diri positif akan
menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta tidak cepat-
cepat menyalahkan dirinya atas kekurangan atau ketidaksempurnaan dirinya. Ia
selalu merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri dan selalu percaya
diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Sebaliknya, individu yang memiliki
harga diri negatif merasa dirinya tidak berguna, tidak berharga, dan selalu
menyalahkan dirinya atas ketidaksempurnaan dirinya. Ia cenderung tidak percaya
diri dalam setiap melakukan tugas dan tidak yakin dengan ide-ide yang dimilikinya
(Desmita, 2009).
Frey dan Carlock dalam Simbolon (2008) mengungkapkan bahwa harga diri
adalah penilaian yang mengacu pada penilaian positif, negatif, netral dan ambigu
yang merupakan bagian dari konsep diri, tetapi bukan berarti cinta diri sendiri.
Individu dengan harga diri yang tinggi menghormati dirinya sendiri,
mempertimbangkan dirinya berharga, dan melihat dirinya sama dengan orang lain.
Sedangkan harga diri rendah pada umumnya merasakan penolakan, ketidakpuasan
diri dan meremehkan diri sendiri.
2.3.2 Aspek-Aspek Harga Diri
Harga diri terdiri dari empat aspek yang dikemukanan oleh Coopersmith
dalam Andarini dkk (2012), yaitu:
1. Power (Kekuatan).Kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah
laku diri sendiri dan orang lain.
2. Significance (Keberartian). Kepedulian, perhatian, dan afeksi yang diterima
individu dari orang lain, hal tersebut merupakan penghargaan dan minat dari
orang lain dan pertanda penerimaan dan popularitasnya.
3. Virtue (Kebajikan). Ketaatan mengikuti kode moral, etika, dan prinsip-prinsip
keagamaan yang ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang
dilarang dan melakukan tingkah laku yang diperbolehkan oleh moral, etika, dan
agama.
20
4. Competence (kemampuan). Sukses memenuhi tuntutan prestasi yang ditandai
oleh kebiasaan individu dalam mengerjakan berbagai tugas atau pekerjaan
dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri
Menurut Michener, DeLamater dan Myers dalam Anggraeni (2010), menyebutkan
bahwa terdapat tiga faktor dari harga diri, yaitu family experience, performance
feedback, dan social comparison.
1. Dalam family experience, hubungan orangtua dan anak dikatakan penting untuk
memperkembangkan harga diri. Pengaruh keluarga terhadap terhapat harga diri
menunjukkan bahwa self-concept yang dibangun mencerminkan gambaran diri
yang dikomunikasikan atau disampaikan oleh orang orang-orang terpenting
dalam hidupnya (significant others).
2. Dalam performance feedback, umpan balik yang terus menerus terhadap kualitas
performa kita seperti kesuksesan dan kegagalan, dapat mempengaruhi harga diri.
Kita memperoleh harga diri melalui pengalaman kita sebagai tokoh yang
membuat sesuatu terjadi di dunia, yang dapat mencapai cita-cita dan dapat
mengatasi rintangan.
3. Dalam social comparison, sangat penting untuk harga diri karena perasaan
memiliki kompetensi tertentu didasarkan pada hasil performa yang dibandingkan
baik dengan hasil yang diharapkan diri sendiri maupun hasil performa orang
lain.
2.3.4 Karakteristik Harga Diri
Coopersmith dalam Simbolon (2008) mengemukakan bahwa ciri-ciri individu
berdasarkan tingkat harga dirinya, yaitu:
1. Harga diri positif
21
a. Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga dan sama baiknya
dengan orang lain yang sebaya dengan dirinya dan menghargai orang lain.
b. Dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan dapat
menerima kritik dengan baik.
c. Menyukai tugas baru dan menantang serta tida cepat bingung apabila sesuatu
berjalan diluar rencana.
d. Berhasil atau berprestasi dibidang akademik, aktif dan dapat
mengekspresikan dirinya dengan baik.
e. Tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi tahu keterbatasan diri dan
mengharapkan adanya pertumbuhan dalam dirinya.
f. Memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang realistis.
g. Lebih bahagia dan efektif menghadapi tuntutas dari lingkungan.
2. Harga diri negatif
a. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai,
sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini seringkali
menyebabkan individu yang memiliki harga diri yang rendah menolak dirinya
sendiri dan tidak puas akan dirinya.
b. Sulit mengontrol tindakan dan perilaku terhadap dunia luar dirinya dan
kurang dapat menerima saran dan kritikan dari orang lain.
c. Tidak menyukai segala hal atau tugas yang baru, sehingga akan sulit baginya
untuk menyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang belum jelas baginya
d. Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri sendiri sehingga kurang
berhasil dalam prestasi akademis dan kurang dapat mengekspresikan dirinya
dengan baik.
e. Menganggap dirinya kurang sempurna dan segala sesuatu yang dikerjakannya
akan selalu mendapat hasil yang buruk, walaupun dia telah berusaha keras,
serta kurang dapat menerima segala perubahan dalam dirinya.
f. Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientas yang kurang
realitas.
g. Selalu merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi tuntutan dari
lingkungan
2.3.5 Pembentukan Harga Diri
22
Harga diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak kecil, tetapi faktor yang
dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman individu. Seperti yang dikatakan
oleh Branden dalam Simbolon (2008) bahwa harga diri diperoleh melalui proses
pengalaman yang terus-menerus terjadi dalam diri seseorang.
Branden mengatakan bahwa proses terbentuknya harga diri sudah mulai
saat bayi merasakan tepukan pertama kali diterimanya dari orang yang mengalami
proses kelahiran. Dalam proses selanjutnya harga diri dibentuk dari perlakuan
yang diterima individu dari lingkungannya. Penelitian mengenai harga diri
sepanjang rentang kehidupan menyatakan bahwa harga diri pada masa kanak-
kanak cenderung tinggi, menurun pada masa remaja dan meningkat selama masa
awal sampai masa dewasa akhir (Robins, dalam Simbolon, 2008).
2.3.6 Macam-macam Gangguan Harga Diri
Gangguan harga diri ada 2 macam : harga diri rendah kronis dan harga diri
kronis dan harga diri rendah situasi ( Carpenito, 2008)
a. Harga Diri Rendah Kronis
Harga diri rendah kronis adalah suatu kondiri penilaian diri yang negatif
berkepanjangan pada seseorang atas dirinya.
Karakteristiknya antara lain :
a) Mayor : untuk jangka waktu lama / kronis : pernyataan negative atas
dirinya, eskpresi rasa malu / bersalah, penilaian diri seakan-akan tidak
mampu menghadapi kejadian tertentu, ragu-ragu untuk mencoba
sesuatu yang baru.
b) Minor : seringnya menemui kegagalan dalam pekerjaan, tergantung
pada pendapat orang lain, presentasi tubuh buruk, tidak asertif
bimbang, dan sangat ingin mencari ketentraman.
b. Harga Diri Rendah Situasional
Harga diri rendah situasional suatu keadaan dimana seseorang memiliki
perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap
peristiwa (kehilangan, perubahan).
23
a) Mayor : Kejadian yang berulang / berkala dari penilaian diri yang
negatif dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara
positif, menyatakan perasaan negatif tentang dirinya ( putus asa, tidak
berguna)
b) Minor : Pernyataan negative atas dirinya, mengekspresikan rasa malu
/ bersalah, penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
kesulitan membuat keputusan, mengesolasi diri.
2.2.7 Pengukuran Harga Diri
Untuk mengetahui rasa harga diri dibutuhkan aspek-aspek indikator dan
bisa dijadikan patokan dalam mengukur yaitu Power (kekuatan), Significance
(keberartian), Virtue (kebajikan), Competence (kemampuan). dalam penelitian ini
menggunakan instrument Rosenberg self-esteem scale yang sudah di terjemahkan
yaitu berupa angket atau kuisioner tertutup yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang menyangkut tentang tingkat harga diri anak jalanan. Isi pertanyaan dalam
instrument ini ada 10 item. Penelitian menggunakan dua jenis pertanyaan yaitu
pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Maksud dari pertanyaan positif adalah
pertanyaan yang mendukung gagasan atau ide, sedangkan pertanyaan negatif
adalah pertanyaan yang tidak mendukung gagasan atau ide. Selanjutnya
pertanyaan disediakan 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Hasil dari Rosenberg Self-esteem
Scale memiliki skala 0-30. Untuk skala 15-30 dapat dinyatakan seseorang
memiliki self esteem normal. Namun apabila skala scores dibawah 15 maka
dianggap memiliki self-esteem rendah atau 0-10 harga diri rendah, 11-20 harga
diri sedang dan 21-30 harga diri tinggi.
2.2.8 Penanganan Harga Diri
Coopersmith dalam Eka dkk (2016), mengungkapkan ada beberapa faktor
yang dapat meningkatkan dan menurunkan harga diri pada seseorang terhadap
dirinya sendiri, antara lain :
1. Penerimaan atau penghargaan terhadap dirinya sendiri
24
2. Kepemimpinan atau popularitas
3. Keluarga-orangtua
4. Asertivitas-kecemasan
Seligmen, mengungkapkan bahwa individu dengan harga diri yang negatif
merasa dirinya kurang berharga, bermanfaat, dicintai, serta kurang yakin akan
kemampuannya, perasaan dan keyakinan yang kurang menguntungkan seperti ini
merupakan salah satu model persepsi umum individu untuk menginterpretasikan
kejadian dalam hidupnya yang juga disebut dengan explanatory style. Oleh karena
itu untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan tersebut
maka explanatory style (gaya penjelasan) harus diubah. Menurut Seligmen (1995)
dalam Eka dkk (2016) harga diri yang dimiliki oleh individu bukan pembawaan
melainkan merupakan hasil proses belajar (pengalaman) dan dapat berlangsung
sepanjang hidup, sehingga upaya tersebut dapat dilakukan untuk membentuk dan
meningkatkan harga diri.
2.4 Pengaruh Terapi Dzikir terhadap Harga Diri
Terapi dzikir yang dikombinasi dengan meditasi akan menimbulkan efek
pada aspek psikologis yang juga telah banyak dilaporkan para peneliti. Ditemukan
bahwa orang yang melaksanakan meditasi lebih rendah taraf kecemasannya,
control dirinya lebih internal dan aktualisasi dirinya lebih tinggi. Walsh (dalam
Prawitasari) melaporkan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa meditasi
dapat meningkatkan percaya diri, control diri, harga diri, empati dan aktualisasi
dirinya. Selain itu meditasi juga efektf untuk orang-orang yang mengalami stress,
kecemasan, depresi, phobia, insomnia dan terapi untuk menghilangkan
ketergantungan terhadap obat dan alcohol.
Implikasi dari adanya dzikir dapat meningkatkan penghargaan terhadap
diri sendiri maupun orang lain. Seseorang akan lebih percaya akan kemampuan
diri yang dimiliki, fikiran dan perasaan lebih terbuka, lebih optimis dalam
menjalankan hidup, berpikir positif, memiliki kepercayaan diri, ketenangan jiwa
dan ketajaman spiritual, pikiran lebih focus, bersyukur dengan pencapaian hidup
yang telah dilakukan dan tidak cepat berpuas diri agar mau belajar dan
memperbaiki diri agar lebih baik lagi (Nurhasanah, 2015)
25
2.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau variable yang
satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2012).
Lansia
Harga Diri
1. Menilai diri sendiri
2. Kemampuan diri
3. Penghormatan pada
diri
4. Kepuasan pada diri
sendiri
1. Brain gym
2. Live review
therapy
3. Terapi
musik
4. Board game
Therapy dzikir
Perubahan
fisiologis
Perubahan
psikologis dan
psikososial
Perubahan
keagamaan
1. Sistem sensori
2. Sistem
musculoskeletal
3. Sistem integument
4. Sistem
kardiovaskuler
5. Sistem pernafasan
6. Sistem
perkemihan
7. Sistem
pencernaan
8. Sistem
persyarafan
21-30 :self esteem tinggi.
11-20 : self esteem sedang
0-10 : self-
esteem rendah