bab ii tinjauan pustakarepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/bab 2.pdf · dzikir akan selalu...

13
13 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lanjut Usia 2.1.1 Pengertian lansia Lanjut usia merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan social secara bertahap (Ma'rifatul, 2011). Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebkan kematian misalnya pada system kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta system organ. 2.1.2 Batasan-batasan Usia Lanjut 1. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas”. 2. Menurut Word Health Organisation (WHO), usia lanjut dibagi menjadi 4 kriteria berikut: a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun 2.1.3 Perubahan-perubahan pada Lansia Perubahan yang terjadi pada individu lansia terdiri dari perubahan fisiologis atau fisik, psikososial, psikologis, sosiologis, dan spiritual (Stanhope, 2004). 1. Perubahan Fisiologis Menurut Stanhope & Lancaster (2004) peoses perubahan antara individu dengan individu lainnya, dan proses perubahan dan variasi perubahan pada system tubuh juga akan berbeda walaupun pada individu yang sama.

Upload: others

Post on 20-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

13

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia

2.1.1 Pengertian lansia

Lanjut usia merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada

masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan social secara

bertahap (Ma'rifatul, 2011). Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai

dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai

dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat

menyebkan kematian misalnya pada system kardiovaskuler dan pembuluh darah,

pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan

seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi

sel, jaringan, serta system organ.

2.1.2 Batasan-batasan Usia Lanjut

1. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2

yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun

ke atas”.

2. Menurut Word Health Organisation (WHO), usia lanjut dibagi menjadi 4

kriteria berikut:

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

2.1.3 Perubahan-perubahan pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada individu lansia terdiri dari perubahan

fisiologis atau fisik, psikososial, psikologis, sosiologis, dan spiritual (Stanhope,

2004).

1. Perubahan Fisiologis

Menurut Stanhope & Lancaster (2004) peoses perubahan antara individu

dengan individu lainnya, dan proses perubahan dan variasi perubahan pada

system tubuh juga akan berbeda walaupun pada individu yang sama.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

14

Perubahan pada suatu sisetem fisiologis akan mempengaruhi dan

memberikan konsekuensi pada proses penuaan yaitu pada struktur dan fungsi

fisiologis (Mauk, 2010).

2. Perubahan Psikologis dan Psikososial

Psikologis pada lanjut usia yaitu perubahan aspek kognitif, akan terjadi

perubahan fungsi intelektual dimana terjadinya penurunan kemampuan lansia

dalam mengatasi masalah atau pemecahan masalah, selanjutnya juga pada

aspek terjadi perubahan kemampuan penyesuaian secara psikologis terhadap

proses menua ( Learning Ability ), pada aspek kognitif ini untuk

meningkatkan intelektual lansia dapat diberikan pendidikan kesehatan atau

edukasi agar perkembangan demensia dapat ditunda.

3. Perubahan keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia akan

semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan

dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan dunia.

2.2 Konsep Terapi Dzikir

2.2.1 DefinisiTerapi Dzikir

Arti dzikir dari segi bahasa, dzikir berasal dari kata dzakara,yadzkuru,

dzukr/dzikr yang artinya merupakan perbuatan dengan lisan (menyebut,

menuturkan, mengatakan) dan dengan hati (mengingat dan menyebut).Dari sudut

kesehatan jiwa, diketahui dzikir merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi

daripada psikoterapi biasa. Dzikir merupakan suatu upaya untuk mendekatkan diri

kepada Allah dengan cara mengingat-Nya. Dalam islam dzikir bukanlah hal yang

asing, tetapi sudah merupakan hal yang biasa dilakukan setiap muslim. Disini

lebih berfungsi sebagai metode psikoterapi, karena dengan banyak melakukan

dzikir akan menjadikan hati tenteram, tenang dan damai, serta tidak mudah

diombang-ambingkan oleh pengaruh lingkungan dan budaya global.

2.2.2 Keutamaan Dzikir

Keutamaan dzikir secara umum banyak sekali menurut Saiful Ghofur

dalam karyanya Rahasia dzikir dan doa, diantaranya ialah:

1. Terlindung dari bahaya godaan setan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

15

Setan tak pernah berhenti untuk menggelincirkan manusia dari

ridho Allah. segala bentuk godaan akan diumpamakan kepada manusia

agar lalai dan terlena. Karena itu, dengan berdzikir kita memohon kepada

Allah supaya terlindung dari godaan setan yang terkutuk.

2. Tidak mudah menyerah dan putus asa

Hidup di dunia tak jarang penuh dengan permasalahan. Adanya

permasalahan ini sejatinya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan

seseorang. Bagi yang tidak kuat menanggung permasalahan tersebut, acap

kali cenderung berputus asa. Padahal, berputus asa adalah perbuatan yang

dilarang oleh Islam.

3. Memberi ketenangan jiwa dan hati

Segala gundah dan resah bersumber dari bagaimana hati menyikapi

kenyataan. Jika hati lemah dan tak kuat menanggung beban hidup, besar

kemungkinan yang muncul adalah suasana resah dan gelisah. Artinya,

tidak tenang. Ketidaktenangan juga bisa timbul akibat perbuatan dosa. Hati

ibarat cermin dan dosa adalah debu. Semakin sering berbuat dosa, semakin

memupuk debu yang mengotori cermin. Karena itu, untuk meraih

ketenangan jiwa dan hati kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir.

4. Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah

Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua ini

berasaldari suku kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih

sayingAllah terhadap hamba-Nya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih

sayingAllah harus kita raih dengan memperbanyak zikir.

5. Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang melenakan

Hidup di dunia hanya sementara. Begitu pun segala hal yang diraih

dalam kehidupan dunia. Kenikmatan dunia adalah fana.

Jelas,segalakesenangan dan kenikmatan dunia bisa melenakan jika tidak

disikapidengan bijaksana. Dengan kejernihan hati dan senantiasa

mengingatAllah melalui dzikir, kenikmatan dunia itu bisa menjadi

perantarauntuk meraih kebahagiaan akhirat.

Masih banyak sekali keutamaan dzikir dalam kehidupan ini. Dengan dzikir

akan terbuka kemudahan dalam memahami suatu hal, terhindar dari segala macam

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

16

penyakit hati, terhindar dari segala macam penyakit rohani maupun jasmani,

terhindar dari rasa takut, cemas dan gelisah serta merasa aman dari segala macam

gangguan. Bahkan, dzikir bisa membuat kita mendapatkan kedudukan yang mulia

di sisi Allah dan memperoleh kemudahan dalam melewati titian Shirath al-

Mustaqim.

2.2.3 Macam-macam Dzikir

Mengingat pengertian dzikir secara terminologi sangatlah luas, maka

dzikir itu sendiri mempunyai macam-macam bentuknya Imam Nawawi

berpendapat jenis-jenis dzikir terdapat tiga macam-macam, yaitu: 1) Dzikir yang

dilakukan dengan hati; 2) Dzikir yang dilakukan dengan hati dan lisan; 3) Dzikir

yang dilakukan dengan hati dan lisan secara bersamaan. Dan yang ketiga inilah

yang menurut beliau adalah dzikir yang paling utama.

Ibnu Atha’illah As-Sakandari, membagi dzikir menjadi empat bagian,

yaitu:

1. Dzikir ghoflah, yaitu dzikir lisan tetapi pikiran dan hati melupakan-Nya.

2. Dzikir yaqdlah, yaitu dzikir dengan kesadaran. Lisan mengucap, pikiran sadar

sedang berdzikir, tetapi hanya sebatas sadar, belum menghayati dzikirnya. Dzikir

seperti ini belum masuk dalam hati yang hadir, yakni dzikir dengan penuh

penghayatan.

3. Dzikir khudlur al-qolbi yaitu dzikir dengan penuh penghayatan, dirasakan

dengan hati yang terdalam.

4. Dzikir ghaibah , yaitu dzikir yang dilakukan sampai melupakan segala sesuatu

selain yang diingat, yaitu Allah.

2.2.4 Etika Berdzikir

Agar dzikir bisa khusyu’ dan membekas dalam hati, maka perlu dikerjakan

sesuai adab yang diajarkan dalam Islam. Sebab kalau tidak, tentu dzikir hanya

sekedar ucapan belaka, tidak akan membekas sama sekali. Menurut Baidi Bukhori

dalam Albana menyatakan bahwa adab berdzikir antara lain:

1) Kekhusyu’an dan kesopanan, menghadirkan makna kalimatkalimat

dzikir, berusaha memperoleh kesan-kesannya, dan memperhatikan maksud-

maksud serta tujuan-tujuannya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

17

2) Merendahkan suara sewajarnya disertai konsentrasi sepenuhnya dan

kemauan secukupnya sampai tidak terkacau oleh sesuatu yang lain.

3) Menyesuaikan dzikir kita dengan suara jamaah, kalau dzikir itu dibaca

secara berjamaah, maka tak seorang pun yang mendahului atau terlambat dari

mereka, dan ketika itu dzikirnya jangan dimulai dari awal jika terlambat datang,

tetapi ia harus memulai bersama mereka dari kalimat yang pertama kali ia

dapatkan, kemudian setelah selesai, ia harus mengganti dzikir yang belum

dibacanya. Hal ini dimaksudkan, agar tidak menyimpang dari bacaan yang

semestinya, dan supaya tidak berlainan iramanya.

4) Bersih pakaian dan tempat, serta memelihara tempat-tempat yang

dihormati dan waktu-waktu yang cocok. Hal ini menyebabkan adanya konsentrasi

penuh, kejernihan hati dan keikhlasan niatnya.

5) Setelah selesai berdzikir dengan penuh kekhusyu’an dan kesopanan,

disamping meninggalkan perkataan yang tidak berguna juga meninggalkan

permainan yang dapat menghilangkan faedah dan kesan dzikir sehingga efek

dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir.

2.2.5 Tata Cara Dzikir

Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir memiliki adab atau tata cara agar

terasa khusyuk dan penuh barakah. Tahapan saat melakukan dzikir adalah sebagai

berikut:

1. Dzikir dilakukan dengan keikhlasan semata-mata mengharap ridha Allah

SWT.

2. Khusyu’ menghadirkan hati dan pikiran akan makna dari bacaan dzikir

yang diucapkan serta berusaha menghayati setiap bacaan

3. Berdzikir dengan suara yang pelan-pelan dan tidak terburu-buru

4. Berdzikir jika dilakukan berjamaah sebaiknya tidak mendahului atau

terlambat dalam bacaan.

5. Bersih badan dan pakaian dari hadast dan najis dan waktu-waktu yang

sesuai. Tujuannya yaitu semakin menambah kejernihan hati dan ketulusan

niat.

6. Mengakhiri dengan penuh kekhusyu’an dan menjauhi kesalahan yang

telah di perbuat terdahulu.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

18

2.2.6 Bacaan Dzikir

Menurut (Faradini, 2016), bacaan dzikir berupa Albaqiyyahtush-shalilah

sebagai berikut:

1. Taqdis/tasbih

Subhannalah (Maha suci Allah) artinya mensucikan Allah dari segala yang

disifatkan musyrik atau apa yang dikatakan oleh orang kafir.

2. Tahmid

Alhamdulillahirobbil’aalamiin (Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh

alam) adalah menyatakan segala pujian terhadap Allah.

3. Takbir

Allahuakbar (Allah maha besar) artinya mengakui kebesaran Allah yang

menciptakan alam semesta.

4. Tahlil

Laailaahaillallah (tidak ada Tuhan selain Allah) artinya mengakui bahwa

Allah tidak berhajat kepada selain-Nya.

5. Hauqalah

Laahaulawalaquwataillabillah (tidak ada daya upaya dan tidak ada

kekuatan, melainkan dengan Allah) artinya mengakui bahwa tidak ada

yang dapat dipalingkan hamba dari maksiat selain dari Allah sendiri dan

tidak ada daya kekuatan bagi hamba untuk melaksanakan perintahnya

melainkan dengan taufiq-Nya.

2.3 Konsep Harga Diri

2.3.1 Definisi

Harga diri merupakan penilaian yang dibuat oleh setiap individu yang

mengarah pada dimensi negatif dan positif (Baron dkk, dalam Simbolon, 2008).

Menurut Santrock (1998) dalam Desmita (2009) harga diri adalah dimensi penilaian

yang menyeluruh dari diri. Harga diri (Self-Estreem) juga disebut dengan Self-

Worth atau Self- Image. Harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri

secara positif atau negatif.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

19

Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan yang ia berikan terhadap

eksistensi dan keberartian dirinya. Individu yang mempunyai harga diri positif akan

menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta tidak cepat-

cepat menyalahkan dirinya atas kekurangan atau ketidaksempurnaan dirinya. Ia

selalu merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri dan selalu percaya

diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Sebaliknya, individu yang memiliki

harga diri negatif merasa dirinya tidak berguna, tidak berharga, dan selalu

menyalahkan dirinya atas ketidaksempurnaan dirinya. Ia cenderung tidak percaya

diri dalam setiap melakukan tugas dan tidak yakin dengan ide-ide yang dimilikinya

(Desmita, 2009).

Frey dan Carlock dalam Simbolon (2008) mengungkapkan bahwa harga diri

adalah penilaian yang mengacu pada penilaian positif, negatif, netral dan ambigu

yang merupakan bagian dari konsep diri, tetapi bukan berarti cinta diri sendiri.

Individu dengan harga diri yang tinggi menghormati dirinya sendiri,

mempertimbangkan dirinya berharga, dan melihat dirinya sama dengan orang lain.

Sedangkan harga diri rendah pada umumnya merasakan penolakan, ketidakpuasan

diri dan meremehkan diri sendiri.

2.3.2 Aspek-Aspek Harga Diri

Harga diri terdiri dari empat aspek yang dikemukanan oleh Coopersmith

dalam Andarini dkk (2012), yaitu:

1. Power (Kekuatan).Kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah

laku diri sendiri dan orang lain.

2. Significance (Keberartian). Kepedulian, perhatian, dan afeksi yang diterima

individu dari orang lain, hal tersebut merupakan penghargaan dan minat dari

orang lain dan pertanda penerimaan dan popularitasnya.

3. Virtue (Kebajikan). Ketaatan mengikuti kode moral, etika, dan prinsip-prinsip

keagamaan yang ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang

dilarang dan melakukan tingkah laku yang diperbolehkan oleh moral, etika, dan

agama.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

20

4. Competence (kemampuan). Sukses memenuhi tuntutan prestasi yang ditandai

oleh kebiasaan individu dalam mengerjakan berbagai tugas atau pekerjaan

dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri

Menurut Michener, DeLamater dan Myers dalam Anggraeni (2010), menyebutkan

bahwa terdapat tiga faktor dari harga diri, yaitu family experience, performance

feedback, dan social comparison.

1. Dalam family experience, hubungan orangtua dan anak dikatakan penting untuk

memperkembangkan harga diri. Pengaruh keluarga terhadap terhapat harga diri

menunjukkan bahwa self-concept yang dibangun mencerminkan gambaran diri

yang dikomunikasikan atau disampaikan oleh orang orang-orang terpenting

dalam hidupnya (significant others).

2. Dalam performance feedback, umpan balik yang terus menerus terhadap kualitas

performa kita seperti kesuksesan dan kegagalan, dapat mempengaruhi harga diri.

Kita memperoleh harga diri melalui pengalaman kita sebagai tokoh yang

membuat sesuatu terjadi di dunia, yang dapat mencapai cita-cita dan dapat

mengatasi rintangan.

3. Dalam social comparison, sangat penting untuk harga diri karena perasaan

memiliki kompetensi tertentu didasarkan pada hasil performa yang dibandingkan

baik dengan hasil yang diharapkan diri sendiri maupun hasil performa orang

lain.

2.3.4 Karakteristik Harga Diri

Coopersmith dalam Simbolon (2008) mengemukakan bahwa ciri-ciri individu

berdasarkan tingkat harga dirinya, yaitu:

1. Harga diri positif

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

21

a. Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga dan sama baiknya

dengan orang lain yang sebaya dengan dirinya dan menghargai orang lain.

b. Dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan dapat

menerima kritik dengan baik.

c. Menyukai tugas baru dan menantang serta tida cepat bingung apabila sesuatu

berjalan diluar rencana.

d. Berhasil atau berprestasi dibidang akademik, aktif dan dapat

mengekspresikan dirinya dengan baik.

e. Tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi tahu keterbatasan diri dan

mengharapkan adanya pertumbuhan dalam dirinya.

f. Memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang realistis.

g. Lebih bahagia dan efektif menghadapi tuntutas dari lingkungan.

2. Harga diri negatif

a. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai,

sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini seringkali

menyebabkan individu yang memiliki harga diri yang rendah menolak dirinya

sendiri dan tidak puas akan dirinya.

b. Sulit mengontrol tindakan dan perilaku terhadap dunia luar dirinya dan

kurang dapat menerima saran dan kritikan dari orang lain.

c. Tidak menyukai segala hal atau tugas yang baru, sehingga akan sulit baginya

untuk menyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang belum jelas baginya

d. Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri sendiri sehingga kurang

berhasil dalam prestasi akademis dan kurang dapat mengekspresikan dirinya

dengan baik.

e. Menganggap dirinya kurang sempurna dan segala sesuatu yang dikerjakannya

akan selalu mendapat hasil yang buruk, walaupun dia telah berusaha keras,

serta kurang dapat menerima segala perubahan dalam dirinya.

f. Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientas yang kurang

realitas.

g. Selalu merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi tuntutan dari

lingkungan

2.3.5 Pembentukan Harga Diri

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

22

Harga diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak kecil, tetapi faktor yang

dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman individu. Seperti yang dikatakan

oleh Branden dalam Simbolon (2008) bahwa harga diri diperoleh melalui proses

pengalaman yang terus-menerus terjadi dalam diri seseorang.

Branden mengatakan bahwa proses terbentuknya harga diri sudah mulai

saat bayi merasakan tepukan pertama kali diterimanya dari orang yang mengalami

proses kelahiran. Dalam proses selanjutnya harga diri dibentuk dari perlakuan

yang diterima individu dari lingkungannya. Penelitian mengenai harga diri

sepanjang rentang kehidupan menyatakan bahwa harga diri pada masa kanak-

kanak cenderung tinggi, menurun pada masa remaja dan meningkat selama masa

awal sampai masa dewasa akhir (Robins, dalam Simbolon, 2008).

2.3.6 Macam-macam Gangguan Harga Diri

Gangguan harga diri ada 2 macam : harga diri rendah kronis dan harga diri

kronis dan harga diri rendah situasi ( Carpenito, 2008)

a. Harga Diri Rendah Kronis

Harga diri rendah kronis adalah suatu kondiri penilaian diri yang negatif

berkepanjangan pada seseorang atas dirinya.

Karakteristiknya antara lain :

a) Mayor : untuk jangka waktu lama / kronis : pernyataan negative atas

dirinya, eskpresi rasa malu / bersalah, penilaian diri seakan-akan tidak

mampu menghadapi kejadian tertentu, ragu-ragu untuk mencoba

sesuatu yang baru.

b) Minor : seringnya menemui kegagalan dalam pekerjaan, tergantung

pada pendapat orang lain, presentasi tubuh buruk, tidak asertif

bimbang, dan sangat ingin mencari ketentraman.

b. Harga Diri Rendah Situasional

Harga diri rendah situasional suatu keadaan dimana seseorang memiliki

perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap

peristiwa (kehilangan, perubahan).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

23

a) Mayor : Kejadian yang berulang / berkala dari penilaian diri yang

negatif dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara

positif, menyatakan perasaan negatif tentang dirinya ( putus asa, tidak

berguna)

b) Minor : Pernyataan negative atas dirinya, mengekspresikan rasa malu

/ bersalah, penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi

kesulitan membuat keputusan, mengesolasi diri.

2.2.7 Pengukuran Harga Diri

Untuk mengetahui rasa harga diri dibutuhkan aspek-aspek indikator dan

bisa dijadikan patokan dalam mengukur yaitu Power (kekuatan), Significance

(keberartian), Virtue (kebajikan), Competence (kemampuan). dalam penelitian ini

menggunakan instrument Rosenberg self-esteem scale yang sudah di terjemahkan

yaitu berupa angket atau kuisioner tertutup yang berisi pertanyaan-pertanyaan

yang menyangkut tentang tingkat harga diri anak jalanan. Isi pertanyaan dalam

instrument ini ada 10 item. Penelitian menggunakan dua jenis pertanyaan yaitu

pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Maksud dari pertanyaan positif adalah

pertanyaan yang mendukung gagasan atau ide, sedangkan pertanyaan negatif

adalah pertanyaan yang tidak mendukung gagasan atau ide. Selanjutnya

pertanyaan disediakan 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),

tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Hasil dari Rosenberg Self-esteem

Scale memiliki skala 0-30. Untuk skala 15-30 dapat dinyatakan seseorang

memiliki self esteem normal. Namun apabila skala scores dibawah 15 maka

dianggap memiliki self-esteem rendah atau 0-10 harga diri rendah, 11-20 harga

diri sedang dan 21-30 harga diri tinggi.

2.2.8 Penanganan Harga Diri

Coopersmith dalam Eka dkk (2016), mengungkapkan ada beberapa faktor

yang dapat meningkatkan dan menurunkan harga diri pada seseorang terhadap

dirinya sendiri, antara lain :

1. Penerimaan atau penghargaan terhadap dirinya sendiri

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

24

2. Kepemimpinan atau popularitas

3. Keluarga-orangtua

4. Asertivitas-kecemasan

Seligmen, mengungkapkan bahwa individu dengan harga diri yang negatif

merasa dirinya kurang berharga, bermanfaat, dicintai, serta kurang yakin akan

kemampuannya, perasaan dan keyakinan yang kurang menguntungkan seperti ini

merupakan salah satu model persepsi umum individu untuk menginterpretasikan

kejadian dalam hidupnya yang juga disebut dengan explanatory style. Oleh karena

itu untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan tersebut

maka explanatory style (gaya penjelasan) harus diubah. Menurut Seligmen (1995)

dalam Eka dkk (2016) harga diri yang dimiliki oleh individu bukan pembawaan

melainkan merupakan hasil proses belajar (pengalaman) dan dapat berlangsung

sepanjang hidup, sehingga upaya tersebut dapat dilakukan untuk membentuk dan

meningkatkan harga diri.

2.4 Pengaruh Terapi Dzikir terhadap Harga Diri

Terapi dzikir yang dikombinasi dengan meditasi akan menimbulkan efek

pada aspek psikologis yang juga telah banyak dilaporkan para peneliti. Ditemukan

bahwa orang yang melaksanakan meditasi lebih rendah taraf kecemasannya,

control dirinya lebih internal dan aktualisasi dirinya lebih tinggi. Walsh (dalam

Prawitasari) melaporkan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa meditasi

dapat meningkatkan percaya diri, control diri, harga diri, empati dan aktualisasi

dirinya. Selain itu meditasi juga efektf untuk orang-orang yang mengalami stress,

kecemasan, depresi, phobia, insomnia dan terapi untuk menghilangkan

ketergantungan terhadap obat dan alcohol.

Implikasi dari adanya dzikir dapat meningkatkan penghargaan terhadap

diri sendiri maupun orang lain. Seseorang akan lebih percaya akan kemampuan

diri yang dimiliki, fikiran dan perasaan lebih terbuka, lebih optimis dalam

menjalankan hidup, berpikir positif, memiliki kepercayaan diri, ketenangan jiwa

dan ketajaman spiritual, pikiran lebih focus, bersyukur dengan pencapaian hidup

yang telah dilakukan dan tidak cepat berpuas diri agar mau belajar dan

memperbaiki diri agar lebih baik lagi (Nurhasanah, 2015)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.itsk-soepraoen.ac.id/366/3/Bab 2.pdf · dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir. 2.2.5 Tata Cara Dzikir Menurut (Fandiani, 2017), berdzikir

25

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau variable yang

satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,

2012).

Lansia

Harga Diri

1. Menilai diri sendiri

2. Kemampuan diri

3. Penghormatan pada

diri

4. Kepuasan pada diri

sendiri

1. Brain gym

2. Live review

therapy

3. Terapi

musik

4. Board game

Therapy dzikir

Perubahan

fisiologis

Perubahan

psikologis dan

psikososial

Perubahan

keagamaan

1. Sistem sensori

2. Sistem

musculoskeletal

3. Sistem integument

4. Sistem

kardiovaskuler

5. Sistem pernafasan

6. Sistem

perkemihan

7. Sistem

pencernaan

8. Sistem

persyarafan

21-30 :self esteem tinggi.

11-20 : self esteem sedang

0-10 : self-

esteem rendah