bab ii pengetahuan

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa danaba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,2005). Pengetahuan bisa di peroleh dari sumber-sumber informasi. Sumber adalah orang, bahan atau keadaan, kutipan yang di percaya dan dapat dijadikan tempat bertanya tentang berbagai pengetahuan untuk memenuhi apa yang ingin dicapai. (Depdiknas, 2003). Menurut Sunaryo (2004), Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. 7

Upload: madewidan

Post on 25-Jul-2015

325 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Pengetahuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan

terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa danaba. Sebagian besar pengetahuan manusia

di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,2005). Pengetahuan bisa di

peroleh dari sumber-sumber informasi. Sumber adalah orang, bahan atau

keadaan, kutipan yang di percaya dan dapat dijadikan tempat bertanya tentang

berbagai pengetahuan untuk memenuhi apa yang ingin dicapai. (Depdiknas,

2003).

Menurut Sunaryo (2004), Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu diri manusia

dan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera.

Soekanto dalam Mubarak, 2006, Pengetahuan adalah Kesan di dalam pikiran

manusia sebagai hasil penggunaan panca indera yang berbeda sekali dengan

kepercayaannya, takhayul dan penerangan - penerangan yang keliru.

1. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

a. Umur

Pangetahuan yang baik dimiliki pada umur muda. Seseorang pada

umur muda cenderung memiliki daya ingat lebih kuat dan semakin cukup

7

Page 2: Bab II Pengetahuan

umur maka tingkat kematangan dan kecakapan seseorang akan lebih besar

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat , seseorang

yang lebih dewasa akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup

tinggi kedewasaannya (Nursalam dan Pariani, 2001).

b. Pendidikan

Menurut Kuncoroningrat dalam Nursalam dan Pariani, (2001) Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang di miliki

(sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai- nilai baru yang di perkenalkan).

c. Pekerjaan

Menurut Erich dalam Mubarak,2006 disebutkan bahwa pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan , tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Bekerja dapat

memperoleh banyak pengalaman dan dari pengalaman tersebut akan

memperolah pengetahuan baru dan terus berkembang.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang terbaik, kalimat itu mengandung maksud

bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan

suatu cara untuk memperoeh pengetahuan. Pengalaman pribadi dan orang lain

dapat merupakan sumber kebenaran pengetahun asalkan kita dapat mengambil

kesimpulan dan dapat berfikir secara kritis dan logis.

8

Page 3: Bab II Pengetahuan

2. Cara memperoleh Pengetahuan

Menurut Departemen kesehatan RI (Depkes RI)) (2007) bahwa Pengetahuan yang

di miliki seseorang berbeda – beda, tergantung dari cara memperolehnya, cara

yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yaitu :

a. Melalui pendidikan

Pendidikan yang di maksud adalah pendidikan farmal maupun non formal.

Pengetahuan yang di peroleh dari pendidikan fomal yaitu melalui bangku

sekolah dari SD sampai perguruan tinggi sedangkan pengetahuan dari

penelitian informal misalnya melaui kursus pelatihan dan seminar.

b. Melalui media cetak dan elektronik

Semakin majunya teknologi, banyak informasi yang disebarkan melalui

media massa. Seseorang bias memperoleh pengetahuan dari Koran,

majalah radio TV, internet dan media lainnya.

c. Petugas kesehatan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kesehatan juga dapat

diperoleh langsung melalui petugas kesehatan. Proses ini umumnya

dilakukan dengan bertanya langsung pada petugas kesehatan maupun

mengikuti kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan petugas kesehatan

seperti mengikutikegiatan penyuluhan kesehatan.

d. Melalui teman

Pengetahuan yang dimiliki seseorang juga bias diperoleh temannya.

Merasakan manfaat dari suatu ide bagi dirinya, maka seeorang akan

menyebarkan ide tersebut pada orang lain.

9

Page 4: Bab II Pengetahuan

3. Cara menilai pengetahuan

Menurut Arikunto (2002) tingkat penegatahuan ini dapat dinilai dari

penguasaan seseorang terhadap objek atau materi test yang bersifat obyektif

maupun essay . Penilaian secara objektif seseorang akan di berikan pertanyaan

tentang suatu obyek atau pokok bahasan yang berupa jenis pilihan ganda,

kuisioner dan sebagainya. Masing – masing jenis pertanyaan memiliki nilai bobot

tertentu, setelah itu akan diperoleh skore setiap responden dari setiap pertanyaan

yang di jawab benar.

Skor yang didapat kemudian dilakukan penggolongan pengetahuan sebagai

berikut :

1) Baik : bila jawaban benar 76 – 100%

2) Cukup : bila jawaban benar 56 – 75%

3) Kurang : bila jawaban benar <56%

B. Kanker Serviks

1. Pengertian kanker serviks

Menurut Manuaba (2002), kanker serviks adalah sebuah tumor ganas yang

tumbuh di dalam serviks dan merupakan carsinoma ginekologi yang sering terjadi

pada wanita. Sedangkan menurut Sarwono,P (2005), kanker serviks timbul di

batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis

serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction dan terjadi pada

perempuan yang berusia 35 sampai 55 tahun.

10

Page 5: Bab II Pengetahuan

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kanker serviks merupakan tumor

ganas yang timbul di antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan

endoserviks kanalis serviks (squamo-columnar junction) dan merupakan

karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita wanita berusia 35 sampai 55 tahun

(Manuaba, 2002; Sarwono,P, 2005).

2. Etiologi kanker serviks

Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang

diduga berhubungan dengan insiden kanker serviks adalah infeksi Human

Papilloma Virus (HPV) dan sperma (Mansjoer dkk, 2001). Sperma yang

mengandung komplemen histon (sejenis protein) yang nantinya bereaksi dengan

unsur DNA sel serviks, air mani yang bersifat alkalis sehingga menimbulkan

perubahan pada sel serviks (Dianandra, 2008).

Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang

menginfeksi serviks terus-menerus yang berpotensi menyebabkan kanker serviks

(Dianandra, 2008).

Faktor risiko yang berhubungan dengan kanker serviks adalah perilaku

seksual berupa mitra seks multiple, merokok, dan personal hygiene yang buruk.

Setiap wanita berisiko terkena infeksi HPV onkogenik yang dapat menyebabkan

kanker serviks. HPV ini berbasis DNA dan stabil secara genetik. Stabilitas genetik

ini berarti infeksi akibat virus dapat dicegah melalui vaksinasi dalam jangka

waktu yang panjang (Mansjoer dkk, 2001).

3. Gejala kanker serviks

11

Page 6: Bab II Pengetahuan

Menurut Sabrina (2009), perubahan-perubahan sebelum bersifat kanker dan

kanker-kanker awal dari leher rahim umumnya tidak menyebabkan nyeri atau

gejala-gejala lain. Namun ketika penyakit ini mulai menuju ke stadium lanjut,

gejala umum yang biasanya muncul, yaitu:

a. Pendarahan tidak normal, yaitu:

1) Pendarahan yang terjadi di antara periode-periode teratur menstruasi.

2) Pendarahan setelah berhubungan seks, penyemprotan air, atau

pemeriksaan lapisan dari bagian tubuh di antara pinggul (pelvic).

3) Periode-periode menstruasi yang berlangsung lebih lama dan lebih berat

dari sebelumnya.

4) Pendarahan setelah menopause.

b. Nyeri di bagian pinggul.

c. Nyeri ketika berhubungan seks (Sabrina,2009).

Menurut Eni (2009), gejala umum pada wanita yang terkena kanker serviks

antara lain:

1) Wajah tampak pucat.

2) Terdapat penurunan berat badan (kurus).

3) Kerap mengeluarkan keputihan disertai darah secara terus-menerus (keputihan

dapat bercampur darah dan berbau).

4) Perut bagian bawah terasa sesak dan disertai nyeri.

5) Tungkai bagian bawah bengkak karena bendungan pada pembuluh darah balik

di kaki.

4. Tingkat keganasan kanker serviks

12

Page 7: Bab II Pengetahuan

Menurut Sarwono,P (2005), tingkat keganasan kanker serviks dibagi

menurut klasifikasi International Frederation of Gynecology and Obstertrics

(FIGO). Pada sistem ini angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium

kanker serviks. Semakin besar angkanya, maka kanker semakin serius dan dalam

tahap lanjut.

1. Stadium 0

Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intraepitel: membrane basalis

masih utuh.

2. Stadium 1

Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri,dibagi

menjadi 2

a) Stadium Ia

Karsinoma mikro invasive bila membrane basalis sudah rusak dan sel tumor

sudah memasuki stroma dan sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau

pembuluh darah.

b) Stadium Ib occ (Ib occult = Ib yang tersembunyi)

Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada

pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma

melebihi Ia.

c) Stadium Ib

Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik yang menunjukkan

invasi ke dalam stroma serviks uteri.

3. Stadium II

13

Page 8: Bab II Pengetahuan

Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas

vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul. Stadium II dibagi

menjadi 2, yaitu:

a) Stadium IIa

Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari inflitrat tumor.

b) Stadium IIb

Penyebaran parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai dinding panggul

4. Stadium III

Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium

sampai dinding panggul. Stadium ini dibagi menjadi 2, yaitu:

a) Stadium IIIa

Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedangkan

parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.

b) Stadium IIIb

Penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas

infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat klinik I

dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.

5. Stadium IV

Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa

rectum dan kandung kemih (dibuktikan secara histologik), atau telah menjadi

keluar panggul atau ke tempat-tempat yang lain. Stadium IV dibagi 2, yaitu:

a) Stadium IVa

Proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah menginfiltrasi mukosa

rectum dan kandung kemih.

14

Page 9: Bab II Pengetahuan

b) Stadium IVb

Telah terjadi penyebaran lebih jauh.

5. Pengobatan kanker serviks

Ada berbagai macam pengobatan untuk kanker serviks. Menurut Sukaca

(2009), pengobatan kanker serviks yaitu

a. Terapi radiasi

Terapi atau yang biasa disebut terapi radioterapi dapat digunakan untuk

mengobati kanker serviks. Pengobatan ini menggunakan sinar pengion,

namun bisa juga menggunakan gelombang panas (hyperthermia).

Gelombang panas ini digunakan untuk mendapatkan respon radiasi yang

lebih baik untuk tumor-tumor tertentu

b. Biopsi

Pengobatan biopsi adalah pengobatan dengan cara operasi. Dengan biopsi

dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. Biopsi dilakukan jika

pada pemeriksaan panggul tampak ada suatu pertumbuhan atau luka pada

serviks, atau jika pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.

c. Konisasi

Konisasi adalah sebuah cara untuk mengangkat jaringan yang mengandung

selaput lender serviks dan epitel gepeng serta kelenjarnya. Konisasi

dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak

kelainan-kelainan yang jelas. Konisasi dilakukan apabila adanya proses

dicurigai adanya endoserviks, lesi tidak tampak seluruhnya dengan

kolkoskopi, pemeriksaan mikroinvasif ditegakkan hanya dari biopsi,

15

Page 10: Bab II Pengetahuan

kesenjangan antara hasil sitologi dan histologi dan pasien sukar didiagnosis

secara terus-menerus.

d. Histerektomi

Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim/uterus)

seorang wanita. Seseorang yang menjalani histerektomi tidak mungkin lagi

untuk hamil dan mempunyai anak. Operasi ini sangatlah berbahaya karena

tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan efek bahaya lainnya

sehingga jika tidak ada pilihan lain maka histerektomi baru diberikan.

e. Kemoterapi

Kemoterapi adalah sebuah pengobatan yang bersifat adjuvant atau paliatif.

Sel yang aktif membelah dapat diperkecil dengan obat-obatan sitostatika.

Obat-obatan sitostatika bekerja pada salah satu atau beberapa fase dari

siklus sel. Dengan begitu maka memerlukan pengobatan yang berulang.

f. Terapi biologi

Terapi biologis adalah pengobatan dengan menggunakan zat-zat untuk

memperbaiki kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Pengobatan ini

sering menggunakan interferon dan bisa dikombinasikan dengan

kemoterapi.

C. Praktik

1. Pengertian.

Menurut Benyamin Bloom (1998) dalam Notoatmojo (2003) bahwa

praktik adalah Suatu tindakan atau action terutama pada orang dewasa dimulai

16

Page 11: Bab II Pengetahuan

dari domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus

berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada

subyek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin berupa sikap, akhirnya

rangsangan tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh yaitu praktik. Praktik

atau tindakan seseorang juga dipengaruhi oleh kemauan dari diri sendiri sehingga

pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan secara optimal.

Menurut Notoatmojo, (2003), menyatakan bahwa praktik atau tindakan

merupakan suatu sikap pada diri individu yang belum tentu terwujud dalam

prilaku nyata, diperlukan factor pendukung dan fasilitas.

Adapun tingkat praktik sebagai berikut:

a. Persepsi : mengenal dan memilih objek sesuai dengan tindakan yang akan

dilakukan.

b. Respon terpimpin : individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang

benar sesuai contoh.

c. Mekanisme : individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sudah menjadi kebiasaan.

d. Adaptasi : suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran.

Menilai aspek ketrampilan menggunakan standar kelulusan kompetensi yaitu

mengerjakan seluruh langkah dengan benar (Depkes, 2006).

C. Hygiene Genitalia Wanita

1. Pengertian hygiene genitalia wanita

17

Page 12: Bab II Pengetahuan

Higiene pada genitalia merupakan suatu cara perawatan diri individu

dalam menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksinya (Potter & Perry,

2006). Sedangkan menurut Depkes (2000), personal hygiene pada genitalia adalah

tindakan memelihara kebersihan dan menjaga kesehatan organ reproduksi

seseorang dalam upaya untuk mencapai kesejahteraan fisik dan psikisnya.

Berdasaran beberapa pengertian di atas, hygiene genetalia merupakan

suatu tindakan atau cara perawatan suatu individu untuk memelihara kebersihan

dan menjaga kesehatan organ reproduksinya dalam upaya untuk mencapai

kesejahteraan fisik dan psikisnya (Potter & Perry, 2006; Depkes, 2000).

2. Tujuan dan manfaat hygiene genitalia wanita

Menurut Wijayanti (2009), tujuan hygiene pada alat reproduksi eksternal,

antara lain.

a. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.

b. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva dan luar

vagina.

c. Mempertahankan pH derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5 sampai 4,5.

d. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, dan protozoa.

e. Mencegah munculnya keputihan dan penyakit reproduksi lain.

Manfaat personal hygiene pada alat reproduksi wanita, antara lain.

a. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman.

b. Mencegah timbulnya keputihan, bau tidak sedap, dan gatal-gatal.

c. Menjaga pH vagina tetap normal (3,5-4,5) (Siswono,2001).

18

Page 13: Bab II Pengetahuan

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene genitalia wanita

Menurut Potter & Perry (2006), sikap seseorang melakukan personal

hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan tidak ada dua orang yang

melakukan perawatan kebersihan yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi

hygiene, yaitu

a. Citra tubuh (body image)

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan

fisiknya. Citra tubuh ini mempengaruhi cara mempertahankan hygiene.

Apabila citra tubuh seseorang baik maka akan memotivasi seseorang

meningkatkan hygiene agar penampilan fisiknya terlihat lebih baik lagi.

b. Status Sosio ekonomi

Sumber daya seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan

yang digunakan. Apabila status sosioekonomi seseorang rendah maka tingkat

personal hygiene juga akan cenderung rendah karena keterbatasan dalam

pemenuhan peralatan kebersihan tubuh serta sarana kebersihan.

c. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktik hygiene. Namun, pengetahuan sendiri tidaklah cukup.

Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan dirinya. Seringkali

pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk

meningkatkan hygiene.

d. Kondisi fisik

Orang yang menderita penyakit tertentu (misalnya kanker tahap lanjut) atau

yang menjalani operasi seringkali sulit untuk melakukan praktik personal

19

Page 14: Bab II Pengetahuan

hygiene dengan baik akibat dari keterbatasan fisik yang dimiliki sehingga

mengakibatkan kebersihan diri kurang terjaga dengan baik.

4. Cara perawatan pada organ reproduksi wanita

Perawatan organ reproduksi wanita sangat penting dilakukan agar tetap

sehat dan terjaga kebersihannya. Dalam keadaan normal, vagina memiliki bau

yang khas, tetapi bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat

menimbulkan bau yang mengganggu, seperti bau yang tidak sedap, menyengat

dan amis yang disebabkan oleh jamur, bakteri, atau bahkan virus, yang bila

dibiarkan dapat menyebar sampai ke dalam rahim (Wijayanti, 2009). Oleh karena

itu perawatan pada genitalia wanita secara benar sangat penting untuk mencegah

terjadinya keputihan dan penyakit lain pada organ genitalia wanita (Wijayanti,

2009). Menurut Wijayanti (2009), cara merawat organ reproduksi wanita, antara

lain:

a. Teknik vulva hygiene

Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik adalah

membasuhnya dengan air bersih dan satu hal yang harus diperhatikan dalam

membasuh daerah kewanitaan, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu

dengan membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari arah vagina ke anus),

bukan sebaliknya karena bila terbalik membasuhnya (dari anus ke vagina),

maka bakteri dan kuman yang terdapat di anus akan terbawa ke vagina dan

kemudian masuk ke dalamnya (Wijayanti, 2009). Suhandi (2009), dari RS

Mitra Kemayoran Jakarta, mengatakan bahwa membersihkan daerah

kewanitaan tidak boleh dilakukan secara sembarangan, serta perlu

20

Page 15: Bab II Pengetahuan

diperhatikan teknik yang tepat dalam membasuh vagina agar vagina tidak

mudah teriritasi dan mencegah agar kuman dan bakteri tidak mudah masuk ke

dalam vagina. Sama dengan hal yang dikemukakan oleh Wijayanti (2009),

Suhandi (2009), juga menyarankan agar membilas vagina dari arah vagina ke

arah anus setelah BAB, agar bakteri dan kuman yang ada di anus tidak

terkontaminasi di vagina.

Menurut Febiliawanti (2010), tata cara membersihkan organ reproduksi yang

baik yaitu:

1) Siapkanlah air bersih (sebaiknya memakai air kemasan), handuk bersih,

pastikan tidak sedang haid, bersihkan ujung kuku dan potong kuku agar

pendek dan tidak tajam saat membersihkan.

2) Setelah semua persiapan selesai, bersihkan tangan dengan sabun, rilekskan

diri, berdiri rileks dengan satu kaki ditumpu di atas kloset duduk dan satu

di lantai.

3) Mulailah dengan mengguyur area luar vagina, lalu di kedua lipatan bibir

luar dan dalam vagina dengan air bersih mengalir, bila diperlukan bisa

menggunakan sabun, kemudian mengguyur liang vagina dengan air bersih

mengalir. Perlu diingat bahwa di bagian ini tidak boleh menggunakan

sabun untuk membersihkannya. Perlahan letakkanlah jari tengah dengan

lembut di liang vagina dan dalam kondisi rilaks masukkan dengan sangat

lembut jari tengah ke dalamnya hingga menyentuh serviks.

4) Tanpa mengeluarkan seluruh jari tengah, bilas jari tengah yang kotor dan

berlendir dengan air mengalir dan untuk membersihkannya dapat dibantu

21

Page 16: Bab II Pengetahuan

ibu jari. Bila jari tengah sudah bersih, masukkan lagi jari ke liang vagina

dan ulangi gerakan pembersihan tadi sampai tidak lagi terdapat kotoran.

5) Perlahan keluarkanlah jari tengah dengan lembut dari vagina, bersihkan

jari tengah, tangan dan bibir labia luar vagina dengan sabun dan air bersih,

setelah itu keringkan dengan handuk bersih dengan menempelkan dan

menekan dengan lembut, tidak perlu diusap.

6) Lakukanlah metode ini kapanpun dan dimanapun diinginkan dan

utamakan setelah melakukan hubungan intim serta secara rutin lakukanlah

setelah 2 – 3 hari “bersih“ dari menstruasi. Minimal rutinkanlah seminggu

sekali saat Anda sedang tidak haid.

b. Pemakaian celana dalam

Pakaian dalam merupakan benda yang paling dekat dan selalu

bersentuhan dengan alat kelamin dan berfungsi untuk melindungi tubuh dari

lingkungan luar. Pemilihan celana dalam sebaiknya dari bahan katun karena

dapat menyerap keringat dengan baik. Pemilihan ukuran celana dalam harus di

pertimbangkan, celana dalam yang ketat dapat menyebabkan permukaan alat

kelamin menjadi berkeringat dan susah bernafas, karena sirkulasi udara yang

kurang baik sehingga menyebabkan daerah wanita menjadi lembab dan

menimbulkan pergesekan pada permukaan kulit sehingga terjadi infeksi

(Pribakti, 2008)

Berbagai jenis celana dalam telah banyak di jual di pasar, karena

tidak semua celana dalam nyaman di kenakan. Celana dalam model bikini

sangat nyaman dipakai sehari – hari. Terdapat pula celana dalam yang

22

Page 17: Bab II Pengetahuan

banyak digemari seperti G-String dan renda – renda. Celana dalam sebaiknya

dicuci dengan sabun atau detergen agar tetap bersih dan lembut serta dicuci

dengan tangan dan tidak di kucek (Nurdian, 2007).

c. Penggunaan Anti septik dan Pembalut.

Dalam penggunaan sabun atau antiseptik pada organ reproduksi wanita

sebaiknya menggunakan sabun atau antiseptic yang memiliki pH yang netral

(pH 3,5) untuk melindungi flora normal yang terdapat didalam vagina seperti

seperti Basillus doderlain yang berfungsi memproduksi asam laktat yang

berfungsi untuk mempertahankan pH vagina, sehingga jamur, virus dan

bakteri pathogen dapat dengan mudah masuk ke dalam vagina dan

berkembang biak di dalamnya (Wijayanti, 2009).

Pembalut wanita juga penting dan sebaiknya pembalut yang

digunakan adalah pembalut yang tidak menggunakan gel karena gel dalam

pembalut sebagian besar menimbulkan iritasi dan rasa gatal (Wijayanti, 2009).

Menurut Rachmad (2010), syarat pembalut wanita yang baik adalah sebagai

berikut:

1) Tembus Udara

Survei menunjukkan bahwa 73% wanita merasa gatal dan sakit pada

beberapa bagian kulit ketika haid yang sebagian besar disebabkan oleh

penggunaan pembalut yang tidak tembus udara. Dengan demikian, sangat

penting untuk memilih pembalut yang menjamin keamanan selama haid.

Pembalut pada umumnya terdiri dari 3 lapisan: lapisan permukaan, lapisan

23

Page 18: Bab II Pengetahuan

penyerap, dan lapisan dasar. Pemilihan pembalut hendaknya berdasarkan

pada material dan fungsi 3 lapisan ini.

2) Lapisan Permukaan

Lapisan permukaan pertama sebaiknya mempunyai permukaan kapas

dengan daya serap cepat untuk mencegah permukaan kulit yang basah.

Desain tipe corong lebih baik daripada tipe ember karena serapan tidak

akan kembali dengan mudah. Beberapa pembalut yang beredar di pasaran

menggunakan serat sintetis sebagai bahan utama untuk lapisan permukaan

yang kemungkinan dapat menimbulkan alergi.

3) Lapisan Penyerap

Lapisan tengah seharusnya mempunyai media penyerap yang dapat

mengubah cairan menjadi seperti jelly sehingga tidak mengalir kembali ke

luar ketika ditekan dan tidak menyebabkan perasaan lengket dan hindari

pembalut yang menggunakan media penyerap yang terbuat dari kertas daur

ulang karena dapat membuat wanita yang sensitif tidak merasa nyaman

dengan material ini.

4) Lapisan Dasar

Lapisan dasar sebaiknya terbuat dari material tembus udara untuk keluar

masuknya molekul air dalam bentuk gas untuk menghilangkan udara

lembab dan secara efektif mengurangi kelembaban dan panas antara

pembalut dan tubuh.

24

Page 19: Bab II Pengetahuan

Dengan demikian, peneliti sependapat dengan hal yang telah dikemukakan

oleh berbagai narasumber di atas bahwa pemilihan pembalut yang aman

dan nyaman sangatlah penting serta perlu diperhatikan untuk

meminimalisasi terjadinya infeksi maupun penyakit pada organ intim

wanita dan hal yang perlu diperhatikan adalah segera mengganti pembalut

bila telah penuh oleh darah haid agar tidak menjadi media pertumbuhan

bakteri maupun jamur yang dapat menyebabkan infeksi maupun penyakit

lain.

D. Wanita Usia Subur

Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang berumur 15 tahun sampai

dengan kurang dari 49 tahun. WUS adalah usia produktif untuk memberikan

keturunan yang intinya adalah alat reproduksi wanita sudah dapat berfungsi

dengan baik dan sel telur sudah matang serta dapat dibuahi dengan baik oleh

sperma. Usia tidak menentukan yang jelas kapanpun sel telur dapat dibuahi

dengan baik wanita itu dikatakan sebagai wanita usia subur (Parwati,2009).

F. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Praktik Hygiene Genetalia.

Menurut Fisbein (dalam Anwar,2003) menyatakan bahwa Pengetahuan

dapat mempengaruhi tindakan atau praktik seseorang artinya seberapa benar

pengetahuan mengenai objek akan menentukan kemampuan praktik terhadap

objek tersebut. Pengetahuan tentang kanker serviks yang salah satu faktor

25

Page 20: Bab II Pengetahuan

predisposisi penyakit tersebut adalah Hygiene genetalia yang buruk. Hygiene

Genetalia yaitu merupakan suatu tindakan atau praktik tentang cara perawatan

atau cara memelihara kebersihan dan menjaga kesehatan organ reproduksi wanita

dalam upaya mencapai kesejahteraan fisik dan psikis wanita.

Menurut Melva, (2008), peningkatan pengetahuan tentang kanker

serviks dan hygiene alat reproduksi wanita, memberi dukungan kepada para

wanita untuk selalu memperhatikan segala hal yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi wanita, sehingga wanita dapat berjuang untuk menghindari

dan ada keinginan untuk memeriksakan diri, melalui test PAP-Smear yang

merupakan cara deteksi dini terhadap penyakit kanker serviks sehingga wanita

usia subur mendapat kualitas hidup yang lebih baik.

26