bab ii pengetahuan
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa danaba. Sebagian besar pengetahuan manusia
di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,2005). Pengetahuan bisa di
peroleh dari sumber-sumber informasi. Sumber adalah orang, bahan atau
keadaan, kutipan yang di percaya dan dapat dijadikan tempat bertanya tentang
berbagai pengetahuan untuk memenuhi apa yang ingin dicapai. (Depdiknas,
2003).
Menurut Sunaryo (2004), Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu diri manusia
dan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera.
Soekanto dalam Mubarak, 2006, Pengetahuan adalah Kesan di dalam pikiran
manusia sebagai hasil penggunaan panca indera yang berbeda sekali dengan
kepercayaannya, takhayul dan penerangan - penerangan yang keliru.
1. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
a. Umur
Pangetahuan yang baik dimiliki pada umur muda. Seseorang pada
umur muda cenderung memiliki daya ingat lebih kuat dan semakin cukup
7
umur maka tingkat kematangan dan kecakapan seseorang akan lebih besar
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat , seseorang
yang lebih dewasa akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup
tinggi kedewasaannya (Nursalam dan Pariani, 2001).
b. Pendidikan
Menurut Kuncoroningrat dalam Nursalam dan Pariani, (2001) Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang di miliki
(sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai- nilai baru yang di perkenalkan).
c. Pekerjaan
Menurut Erich dalam Mubarak,2006 disebutkan bahwa pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan , tetapi lebih banyak merupakan cara mencari
nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Bekerja dapat
memperoleh banyak pengalaman dan dari pengalaman tersebut akan
memperolah pengetahuan baru dan terus berkembang.
d. Pengalaman
Pengalaman adalah guru yang terbaik, kalimat itu mengandung maksud
bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan
suatu cara untuk memperoeh pengetahuan. Pengalaman pribadi dan orang lain
dapat merupakan sumber kebenaran pengetahun asalkan kita dapat mengambil
kesimpulan dan dapat berfikir secara kritis dan logis.
8
2. Cara memperoleh Pengetahuan
Menurut Departemen kesehatan RI (Depkes RI)) (2007) bahwa Pengetahuan yang
di miliki seseorang berbeda – beda, tergantung dari cara memperolehnya, cara
yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yaitu :
a. Melalui pendidikan
Pendidikan yang di maksud adalah pendidikan farmal maupun non formal.
Pengetahuan yang di peroleh dari pendidikan fomal yaitu melalui bangku
sekolah dari SD sampai perguruan tinggi sedangkan pengetahuan dari
penelitian informal misalnya melaui kursus pelatihan dan seminar.
b. Melalui media cetak dan elektronik
Semakin majunya teknologi, banyak informasi yang disebarkan melalui
media massa. Seseorang bias memperoleh pengetahuan dari Koran,
majalah radio TV, internet dan media lainnya.
c. Petugas kesehatan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kesehatan juga dapat
diperoleh langsung melalui petugas kesehatan. Proses ini umumnya
dilakukan dengan bertanya langsung pada petugas kesehatan maupun
mengikuti kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan petugas kesehatan
seperti mengikutikegiatan penyuluhan kesehatan.
d. Melalui teman
Pengetahuan yang dimiliki seseorang juga bias diperoleh temannya.
Merasakan manfaat dari suatu ide bagi dirinya, maka seeorang akan
menyebarkan ide tersebut pada orang lain.
9
3. Cara menilai pengetahuan
Menurut Arikunto (2002) tingkat penegatahuan ini dapat dinilai dari
penguasaan seseorang terhadap objek atau materi test yang bersifat obyektif
maupun essay . Penilaian secara objektif seseorang akan di berikan pertanyaan
tentang suatu obyek atau pokok bahasan yang berupa jenis pilihan ganda,
kuisioner dan sebagainya. Masing – masing jenis pertanyaan memiliki nilai bobot
tertentu, setelah itu akan diperoleh skore setiap responden dari setiap pertanyaan
yang di jawab benar.
Skor yang didapat kemudian dilakukan penggolongan pengetahuan sebagai
berikut :
1) Baik : bila jawaban benar 76 – 100%
2) Cukup : bila jawaban benar 56 – 75%
3) Kurang : bila jawaban benar <56%
B. Kanker Serviks
1. Pengertian kanker serviks
Menurut Manuaba (2002), kanker serviks adalah sebuah tumor ganas yang
tumbuh di dalam serviks dan merupakan carsinoma ginekologi yang sering terjadi
pada wanita. Sedangkan menurut Sarwono,P (2005), kanker serviks timbul di
batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis
serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction dan terjadi pada
perempuan yang berusia 35 sampai 55 tahun.
10
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kanker serviks merupakan tumor
ganas yang timbul di antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks (squamo-columnar junction) dan merupakan
karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita wanita berusia 35 sampai 55 tahun
(Manuaba, 2002; Sarwono,P, 2005).
2. Etiologi kanker serviks
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang
diduga berhubungan dengan insiden kanker serviks adalah infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) dan sperma (Mansjoer dkk, 2001). Sperma yang
mengandung komplemen histon (sejenis protein) yang nantinya bereaksi dengan
unsur DNA sel serviks, air mani yang bersifat alkalis sehingga menimbulkan
perubahan pada sel serviks (Dianandra, 2008).
Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang
menginfeksi serviks terus-menerus yang berpotensi menyebabkan kanker serviks
(Dianandra, 2008).
Faktor risiko yang berhubungan dengan kanker serviks adalah perilaku
seksual berupa mitra seks multiple, merokok, dan personal hygiene yang buruk.
Setiap wanita berisiko terkena infeksi HPV onkogenik yang dapat menyebabkan
kanker serviks. HPV ini berbasis DNA dan stabil secara genetik. Stabilitas genetik
ini berarti infeksi akibat virus dapat dicegah melalui vaksinasi dalam jangka
waktu yang panjang (Mansjoer dkk, 2001).
3. Gejala kanker serviks
11
Menurut Sabrina (2009), perubahan-perubahan sebelum bersifat kanker dan
kanker-kanker awal dari leher rahim umumnya tidak menyebabkan nyeri atau
gejala-gejala lain. Namun ketika penyakit ini mulai menuju ke stadium lanjut,
gejala umum yang biasanya muncul, yaitu:
a. Pendarahan tidak normal, yaitu:
1) Pendarahan yang terjadi di antara periode-periode teratur menstruasi.
2) Pendarahan setelah berhubungan seks, penyemprotan air, atau
pemeriksaan lapisan dari bagian tubuh di antara pinggul (pelvic).
3) Periode-periode menstruasi yang berlangsung lebih lama dan lebih berat
dari sebelumnya.
4) Pendarahan setelah menopause.
b. Nyeri di bagian pinggul.
c. Nyeri ketika berhubungan seks (Sabrina,2009).
Menurut Eni (2009), gejala umum pada wanita yang terkena kanker serviks
antara lain:
1) Wajah tampak pucat.
2) Terdapat penurunan berat badan (kurus).
3) Kerap mengeluarkan keputihan disertai darah secara terus-menerus (keputihan
dapat bercampur darah dan berbau).
4) Perut bagian bawah terasa sesak dan disertai nyeri.
5) Tungkai bagian bawah bengkak karena bendungan pada pembuluh darah balik
di kaki.
4. Tingkat keganasan kanker serviks
12
Menurut Sarwono,P (2005), tingkat keganasan kanker serviks dibagi
menurut klasifikasi International Frederation of Gynecology and Obstertrics
(FIGO). Pada sistem ini angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium
kanker serviks. Semakin besar angkanya, maka kanker semakin serius dan dalam
tahap lanjut.
1. Stadium 0
Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intraepitel: membrane basalis
masih utuh.
2. Stadium 1
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri,dibagi
menjadi 2
a) Stadium Ia
Karsinoma mikro invasive bila membrane basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah memasuki stroma dan sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
b) Stadium Ib occ (Ib occult = Ib yang tersembunyi)
Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma
melebihi Ia.
c) Stadium Ib
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik yang menunjukkan
invasi ke dalam stroma serviks uteri.
3. Stadium II
13
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas
vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul. Stadium II dibagi
menjadi 2, yaitu:
a) Stadium IIa
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari inflitrat tumor.
b) Stadium IIb
Penyebaran parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai dinding panggul
4. Stadium III
Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium
sampai dinding panggul. Stadium ini dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Stadium IIIa
Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedangkan
parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
b) Stadium IIIb
Penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat klinik I
dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
5. Stadium IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rectum dan kandung kemih (dibuktikan secara histologik), atau telah menjadi
keluar panggul atau ke tempat-tempat yang lain. Stadium IV dibagi 2, yaitu:
a) Stadium IVa
Proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah menginfiltrasi mukosa
rectum dan kandung kemih.
14
b) Stadium IVb
Telah terjadi penyebaran lebih jauh.
5. Pengobatan kanker serviks
Ada berbagai macam pengobatan untuk kanker serviks. Menurut Sukaca
(2009), pengobatan kanker serviks yaitu
a. Terapi radiasi
Terapi atau yang biasa disebut terapi radioterapi dapat digunakan untuk
mengobati kanker serviks. Pengobatan ini menggunakan sinar pengion,
namun bisa juga menggunakan gelombang panas (hyperthermia).
Gelombang panas ini digunakan untuk mendapatkan respon radiasi yang
lebih baik untuk tumor-tumor tertentu
b. Biopsi
Pengobatan biopsi adalah pengobatan dengan cara operasi. Dengan biopsi
dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. Biopsi dilakukan jika
pada pemeriksaan panggul tampak ada suatu pertumbuhan atau luka pada
serviks, atau jika pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
c. Konisasi
Konisasi adalah sebuah cara untuk mengangkat jaringan yang mengandung
selaput lender serviks dan epitel gepeng serta kelenjarnya. Konisasi
dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
kelainan-kelainan yang jelas. Konisasi dilakukan apabila adanya proses
dicurigai adanya endoserviks, lesi tidak tampak seluruhnya dengan
kolkoskopi, pemeriksaan mikroinvasif ditegakkan hanya dari biopsi,
15
kesenjangan antara hasil sitologi dan histologi dan pasien sukar didiagnosis
secara terus-menerus.
d. Histerektomi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim/uterus)
seorang wanita. Seseorang yang menjalani histerektomi tidak mungkin lagi
untuk hamil dan mempunyai anak. Operasi ini sangatlah berbahaya karena
tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan efek bahaya lainnya
sehingga jika tidak ada pilihan lain maka histerektomi baru diberikan.
e. Kemoterapi
Kemoterapi adalah sebuah pengobatan yang bersifat adjuvant atau paliatif.
Sel yang aktif membelah dapat diperkecil dengan obat-obatan sitostatika.
Obat-obatan sitostatika bekerja pada salah satu atau beberapa fase dari
siklus sel. Dengan begitu maka memerlukan pengobatan yang berulang.
f. Terapi biologi
Terapi biologis adalah pengobatan dengan menggunakan zat-zat untuk
memperbaiki kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Pengobatan ini
sering menggunakan interferon dan bisa dikombinasikan dengan
kemoterapi.
C. Praktik
1. Pengertian.
Menurut Benyamin Bloom (1998) dalam Notoatmojo (2003) bahwa
praktik adalah Suatu tindakan atau action terutama pada orang dewasa dimulai
16
dari domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada
subyek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin berupa sikap, akhirnya
rangsangan tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh yaitu praktik. Praktik
atau tindakan seseorang juga dipengaruhi oleh kemauan dari diri sendiri sehingga
pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan secara optimal.
Menurut Notoatmojo, (2003), menyatakan bahwa praktik atau tindakan
merupakan suatu sikap pada diri individu yang belum tentu terwujud dalam
prilaku nyata, diperlukan factor pendukung dan fasilitas.
Adapun tingkat praktik sebagai berikut:
a. Persepsi : mengenal dan memilih objek sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan.
b. Respon terpimpin : individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang
benar sesuai contoh.
c. Mekanisme : individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah menjadi kebiasaan.
d. Adaptasi : suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran.
Menilai aspek ketrampilan menggunakan standar kelulusan kompetensi yaitu
mengerjakan seluruh langkah dengan benar (Depkes, 2006).
C. Hygiene Genitalia Wanita
1. Pengertian hygiene genitalia wanita
17
Higiene pada genitalia merupakan suatu cara perawatan diri individu
dalam menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksinya (Potter & Perry,
2006). Sedangkan menurut Depkes (2000), personal hygiene pada genitalia adalah
tindakan memelihara kebersihan dan menjaga kesehatan organ reproduksi
seseorang dalam upaya untuk mencapai kesejahteraan fisik dan psikisnya.
Berdasaran beberapa pengertian di atas, hygiene genetalia merupakan
suatu tindakan atau cara perawatan suatu individu untuk memelihara kebersihan
dan menjaga kesehatan organ reproduksinya dalam upaya untuk mencapai
kesejahteraan fisik dan psikisnya (Potter & Perry, 2006; Depkes, 2000).
2. Tujuan dan manfaat hygiene genitalia wanita
Menurut Wijayanti (2009), tujuan hygiene pada alat reproduksi eksternal,
antara lain.
a. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.
b. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva dan luar
vagina.
c. Mempertahankan pH derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5 sampai 4,5.
d. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, dan protozoa.
e. Mencegah munculnya keputihan dan penyakit reproduksi lain.
Manfaat personal hygiene pada alat reproduksi wanita, antara lain.
a. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman.
b. Mencegah timbulnya keputihan, bau tidak sedap, dan gatal-gatal.
c. Menjaga pH vagina tetap normal (3,5-4,5) (Siswono,2001).
18
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene genitalia wanita
Menurut Potter & Perry (2006), sikap seseorang melakukan personal
hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan tidak ada dua orang yang
melakukan perawatan kebersihan yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hygiene, yaitu
a. Citra tubuh (body image)
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Citra tubuh ini mempengaruhi cara mempertahankan hygiene.
Apabila citra tubuh seseorang baik maka akan memotivasi seseorang
meningkatkan hygiene agar penampilan fisiknya terlihat lebih baik lagi.
b. Status Sosio ekonomi
Sumber daya seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan
yang digunakan. Apabila status sosioekonomi seseorang rendah maka tingkat
personal hygiene juga akan cenderung rendah karena keterbatasan dalam
pemenuhan peralatan kebersihan tubuh serta sarana kebersihan.
c. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Namun, pengetahuan sendiri tidaklah cukup.
Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan dirinya. Seringkali
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk
meningkatkan hygiene.
d. Kondisi fisik
Orang yang menderita penyakit tertentu (misalnya kanker tahap lanjut) atau
yang menjalani operasi seringkali sulit untuk melakukan praktik personal
19
hygiene dengan baik akibat dari keterbatasan fisik yang dimiliki sehingga
mengakibatkan kebersihan diri kurang terjaga dengan baik.
4. Cara perawatan pada organ reproduksi wanita
Perawatan organ reproduksi wanita sangat penting dilakukan agar tetap
sehat dan terjaga kebersihannya. Dalam keadaan normal, vagina memiliki bau
yang khas, tetapi bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat
menimbulkan bau yang mengganggu, seperti bau yang tidak sedap, menyengat
dan amis yang disebabkan oleh jamur, bakteri, atau bahkan virus, yang bila
dibiarkan dapat menyebar sampai ke dalam rahim (Wijayanti, 2009). Oleh karena
itu perawatan pada genitalia wanita secara benar sangat penting untuk mencegah
terjadinya keputihan dan penyakit lain pada organ genitalia wanita (Wijayanti,
2009). Menurut Wijayanti (2009), cara merawat organ reproduksi wanita, antara
lain:
a. Teknik vulva hygiene
Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik adalah
membasuhnya dengan air bersih dan satu hal yang harus diperhatikan dalam
membasuh daerah kewanitaan, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu
dengan membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari arah vagina ke anus),
bukan sebaliknya karena bila terbalik membasuhnya (dari anus ke vagina),
maka bakteri dan kuman yang terdapat di anus akan terbawa ke vagina dan
kemudian masuk ke dalamnya (Wijayanti, 2009). Suhandi (2009), dari RS
Mitra Kemayoran Jakarta, mengatakan bahwa membersihkan daerah
kewanitaan tidak boleh dilakukan secara sembarangan, serta perlu
20
diperhatikan teknik yang tepat dalam membasuh vagina agar vagina tidak
mudah teriritasi dan mencegah agar kuman dan bakteri tidak mudah masuk ke
dalam vagina. Sama dengan hal yang dikemukakan oleh Wijayanti (2009),
Suhandi (2009), juga menyarankan agar membilas vagina dari arah vagina ke
arah anus setelah BAB, agar bakteri dan kuman yang ada di anus tidak
terkontaminasi di vagina.
Menurut Febiliawanti (2010), tata cara membersihkan organ reproduksi yang
baik yaitu:
1) Siapkanlah air bersih (sebaiknya memakai air kemasan), handuk bersih,
pastikan tidak sedang haid, bersihkan ujung kuku dan potong kuku agar
pendek dan tidak tajam saat membersihkan.
2) Setelah semua persiapan selesai, bersihkan tangan dengan sabun, rilekskan
diri, berdiri rileks dengan satu kaki ditumpu di atas kloset duduk dan satu
di lantai.
3) Mulailah dengan mengguyur area luar vagina, lalu di kedua lipatan bibir
luar dan dalam vagina dengan air bersih mengalir, bila diperlukan bisa
menggunakan sabun, kemudian mengguyur liang vagina dengan air bersih
mengalir. Perlu diingat bahwa di bagian ini tidak boleh menggunakan
sabun untuk membersihkannya. Perlahan letakkanlah jari tengah dengan
lembut di liang vagina dan dalam kondisi rilaks masukkan dengan sangat
lembut jari tengah ke dalamnya hingga menyentuh serviks.
4) Tanpa mengeluarkan seluruh jari tengah, bilas jari tengah yang kotor dan
berlendir dengan air mengalir dan untuk membersihkannya dapat dibantu
21
ibu jari. Bila jari tengah sudah bersih, masukkan lagi jari ke liang vagina
dan ulangi gerakan pembersihan tadi sampai tidak lagi terdapat kotoran.
5) Perlahan keluarkanlah jari tengah dengan lembut dari vagina, bersihkan
jari tengah, tangan dan bibir labia luar vagina dengan sabun dan air bersih,
setelah itu keringkan dengan handuk bersih dengan menempelkan dan
menekan dengan lembut, tidak perlu diusap.
6) Lakukanlah metode ini kapanpun dan dimanapun diinginkan dan
utamakan setelah melakukan hubungan intim serta secara rutin lakukanlah
setelah 2 – 3 hari “bersih“ dari menstruasi. Minimal rutinkanlah seminggu
sekali saat Anda sedang tidak haid.
b. Pemakaian celana dalam
Pakaian dalam merupakan benda yang paling dekat dan selalu
bersentuhan dengan alat kelamin dan berfungsi untuk melindungi tubuh dari
lingkungan luar. Pemilihan celana dalam sebaiknya dari bahan katun karena
dapat menyerap keringat dengan baik. Pemilihan ukuran celana dalam harus di
pertimbangkan, celana dalam yang ketat dapat menyebabkan permukaan alat
kelamin menjadi berkeringat dan susah bernafas, karena sirkulasi udara yang
kurang baik sehingga menyebabkan daerah wanita menjadi lembab dan
menimbulkan pergesekan pada permukaan kulit sehingga terjadi infeksi
(Pribakti, 2008)
Berbagai jenis celana dalam telah banyak di jual di pasar, karena
tidak semua celana dalam nyaman di kenakan. Celana dalam model bikini
sangat nyaman dipakai sehari – hari. Terdapat pula celana dalam yang
22
banyak digemari seperti G-String dan renda – renda. Celana dalam sebaiknya
dicuci dengan sabun atau detergen agar tetap bersih dan lembut serta dicuci
dengan tangan dan tidak di kucek (Nurdian, 2007).
c. Penggunaan Anti septik dan Pembalut.
Dalam penggunaan sabun atau antiseptik pada organ reproduksi wanita
sebaiknya menggunakan sabun atau antiseptic yang memiliki pH yang netral
(pH 3,5) untuk melindungi flora normal yang terdapat didalam vagina seperti
seperti Basillus doderlain yang berfungsi memproduksi asam laktat yang
berfungsi untuk mempertahankan pH vagina, sehingga jamur, virus dan
bakteri pathogen dapat dengan mudah masuk ke dalam vagina dan
berkembang biak di dalamnya (Wijayanti, 2009).
Pembalut wanita juga penting dan sebaiknya pembalut yang
digunakan adalah pembalut yang tidak menggunakan gel karena gel dalam
pembalut sebagian besar menimbulkan iritasi dan rasa gatal (Wijayanti, 2009).
Menurut Rachmad (2010), syarat pembalut wanita yang baik adalah sebagai
berikut:
1) Tembus Udara
Survei menunjukkan bahwa 73% wanita merasa gatal dan sakit pada
beberapa bagian kulit ketika haid yang sebagian besar disebabkan oleh
penggunaan pembalut yang tidak tembus udara. Dengan demikian, sangat
penting untuk memilih pembalut yang menjamin keamanan selama haid.
Pembalut pada umumnya terdiri dari 3 lapisan: lapisan permukaan, lapisan
23
penyerap, dan lapisan dasar. Pemilihan pembalut hendaknya berdasarkan
pada material dan fungsi 3 lapisan ini.
2) Lapisan Permukaan
Lapisan permukaan pertama sebaiknya mempunyai permukaan kapas
dengan daya serap cepat untuk mencegah permukaan kulit yang basah.
Desain tipe corong lebih baik daripada tipe ember karena serapan tidak
akan kembali dengan mudah. Beberapa pembalut yang beredar di pasaran
menggunakan serat sintetis sebagai bahan utama untuk lapisan permukaan
yang kemungkinan dapat menimbulkan alergi.
3) Lapisan Penyerap
Lapisan tengah seharusnya mempunyai media penyerap yang dapat
mengubah cairan menjadi seperti jelly sehingga tidak mengalir kembali ke
luar ketika ditekan dan tidak menyebabkan perasaan lengket dan hindari
pembalut yang menggunakan media penyerap yang terbuat dari kertas daur
ulang karena dapat membuat wanita yang sensitif tidak merasa nyaman
dengan material ini.
4) Lapisan Dasar
Lapisan dasar sebaiknya terbuat dari material tembus udara untuk keluar
masuknya molekul air dalam bentuk gas untuk menghilangkan udara
lembab dan secara efektif mengurangi kelembaban dan panas antara
pembalut dan tubuh.
24
Dengan demikian, peneliti sependapat dengan hal yang telah dikemukakan
oleh berbagai narasumber di atas bahwa pemilihan pembalut yang aman
dan nyaman sangatlah penting serta perlu diperhatikan untuk
meminimalisasi terjadinya infeksi maupun penyakit pada organ intim
wanita dan hal yang perlu diperhatikan adalah segera mengganti pembalut
bila telah penuh oleh darah haid agar tidak menjadi media pertumbuhan
bakteri maupun jamur yang dapat menyebabkan infeksi maupun penyakit
lain.
D. Wanita Usia Subur
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang berumur 15 tahun sampai
dengan kurang dari 49 tahun. WUS adalah usia produktif untuk memberikan
keturunan yang intinya adalah alat reproduksi wanita sudah dapat berfungsi
dengan baik dan sel telur sudah matang serta dapat dibuahi dengan baik oleh
sperma. Usia tidak menentukan yang jelas kapanpun sel telur dapat dibuahi
dengan baik wanita itu dikatakan sebagai wanita usia subur (Parwati,2009).
F. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Praktik Hygiene Genetalia.
Menurut Fisbein (dalam Anwar,2003) menyatakan bahwa Pengetahuan
dapat mempengaruhi tindakan atau praktik seseorang artinya seberapa benar
pengetahuan mengenai objek akan menentukan kemampuan praktik terhadap
objek tersebut. Pengetahuan tentang kanker serviks yang salah satu faktor
25
predisposisi penyakit tersebut adalah Hygiene genetalia yang buruk. Hygiene
Genetalia yaitu merupakan suatu tindakan atau praktik tentang cara perawatan
atau cara memelihara kebersihan dan menjaga kesehatan organ reproduksi wanita
dalam upaya mencapai kesejahteraan fisik dan psikis wanita.
Menurut Melva, (2008), peningkatan pengetahuan tentang kanker
serviks dan hygiene alat reproduksi wanita, memberi dukungan kepada para
wanita untuk selalu memperhatikan segala hal yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi wanita, sehingga wanita dapat berjuang untuk menghindari
dan ada keinginan untuk memeriksakan diri, melalui test PAP-Smear yang
merupakan cara deteksi dini terhadap penyakit kanker serviks sehingga wanita
usia subur mendapat kualitas hidup yang lebih baik.
26