bab ii pengaturan kepemilikan saham asing...

62
BAB II PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM ASING DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA A. Penanaman Modal Asing Isu penanaman modal asing (untuk selanjutnya disingkat dengan PMA) dewasa ini semakin ramai dibicarakan. Hal ini mengingat, bahwa untuk kelangsungan pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini yang makin mendorong untuk mengupayakan semaksimal mungkin menarik Penanaman Modal Asing ke Indonesia. 47 Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia, usaha untuk menarik investasi . Beberapa andalan utama yang selama ini menjadi insentif dalam menarik investor asing seperti pasar dalam negeri yang cukup aktif dan berpeluang untuk berkembang pesat, tenaga kerja yang relatif murah, sumber daya alam yang cukup besar dan beraneka ragam, tidak lagi dapat diandalkan dengan sepenuhnya. Persyaratan-persyaratan tertentu dalam investasi asing bagi negara berkembang bukanlah untuk menghambat kegiatan perdagangan dari perusahaan investasi asing, akan tetapi adalah untuk memastikan kontribusi yang lebih efisien dari modal asing untuk pembangunan ekonomi, untuk mempertinggi dan memaksimalkan peluang kerja, mengurangi kerugian industrial, ekonomi dan sosial dari daerah-daerah tertentu, mengurangi tekanan atas mata uang asing dan membuat 47 Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Dan Penanaman Modal Asing,(Jakarta; Pustaka Jaya,1995), hal 46 22 Universitas Sumatera Utara

Upload: lybao

Post on 03-May-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

22

BAB II

PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM ASING DALAM PERUSAHAANPENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

A. Penanaman Modal Asing

Isu penanaman modal asing (untuk selanjutnya disingkat dengan PMA)

dewasa ini semakin ramai dibicarakan. Hal ini mengingat, bahwa untuk kelangsungan

pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk

investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini

yang makin mendorong untuk mengupayakan semaksimal mungkin menarik

Penanaman Modal Asing ke Indonesia.47

Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia, usaha untuk menarik investasi

. Beberapa andalan utama yang selama ini menjadi insentif dalam menarik investor

asing seperti pasar dalam negeri yang cukup aktif dan berpeluang untuk berkembang

pesat, tenaga kerja yang relatif murah, sumber daya alam yang cukup besar dan

beraneka ragam, tidak lagi dapat diandalkan dengan sepenuhnya.

Persyaratan-persyaratan tertentu dalam investasi asing bagi negara

berkembang bukanlah untuk menghambat kegiatan perdagangan dari perusahaan

investasi asing, akan tetapi adalah untuk memastikan kontribusi yang lebih efisien

dari modal asing untuk pembangunan ekonomi, untuk mempertinggi dan

memaksimalkan peluang kerja, mengurangi kerugian industrial, ekonomi dan sosial

dari daerah-daerah tertentu, mengurangi tekanan atas mata uang asing dan membuat

47Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Dan Penanaman Modal Asing,(Jakarta; Pustaka Jaya,1995), hal 46

22

Universitas Sumatera Utara

23

penggunaan mereka lebih efisien, mempertinggi kontribusi investor asing dalam

pengembangan kemampuan tehnologi dalam negeri dan untuk memastikan lebih

efisiennya penggunaan sumber daya alam untuk memperluas pasar ekspor.48

Tidak hanya pembenahan infrastruktur sebagai langkah peningkatan investasi

asing, kesiapan perangkat hukum sangat menunjang agar calon investor tidak ragu-

ragu atau melirik negara lain yang lebih siap. Paket Kebijakan 23 Oktober 1993

(Pakto II), yang mencakup enam bidang usaha, termasuk deregulasi investasi

merupakan langkah maju mengikis hambatan-hambatan dibidang investasi. Tinggal

bagaimana calon investor khususnya investor asing memanfaatkan setiap peluang

bisnis dan investasi yang ditawarkan.49

Pemerintah telah mengeluarkan enam paket deregulasi pada tanggal 23

oktober 1993 (Pakto 1993). Paket deregulasi itu meliputi bidang ekspor- impor,

bidang tarif dan tata niaga impor, bidang penanaman modal, bidang perizinan, bidang

farmasi dan bidang amdal.50

Berbagai ketentuan yang diatur dalam Pakto ini antar lain adalah sebagai

berikut:51

1. Izin investasi langsung dapat diurus di tingkat kabupaten dan kotamadya, tidak

perlu melalui instansi di tingkat propinsi. Izin ini meliputi: izin mendirikan

bangunan (IMB), izin lokasi, izin Undang-Undang gangguan (HO). Urusan lain

48 Mahmul Siregar, Disertasi Perdagangan Dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap KesiapanHukum Di Indonesia dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral Yang Terkait Dengan PeraturanPenanaman ModalMedan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2005, hal 158

49 Pandji Anoraga,Op.cit, hal 13050 Ibid, hal 15751 Ibid, hal 158

Universitas Sumatera Utara

24

yang berkaitan dengan izin investasi juga ditangani oleh instansi tingkat

kabupaten dan kotamadya, seperti sertipikat tanah, Hak guna bangunan.

Sedangkan Hak guna usaha tetap harus diselesaikan di instansi pusat dan atau

propinsi.

2. Penghapusan surat pencadangan tanah dari gubernur. Sebelumnya surat ini

menjadi syarat untuk penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal baik asing

(PMA) maupun dalam negeri (PMDN).

3. Penghapusan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) proyek. BKPMD dan instansi lain

di daerah tidak perlu lagi melakukannya sebagai syarat bagi penerbitan Izin

Usaha Tetap (IUT). Sekarang penerbitan IUT cukup dilampiri Laporan Kegiatan

Penanaman Modal yang di susun oleh setiap pengusaha.

4. Penghapusan permohonan persetujuan penanaman modal, khususnya

menyangkut pemilikan saham yang sekarang dibolehkan untuk koperasi.

Latar belakang dikeluarkannya paket deregulasi ini antara lain untuk lebih

menggairahkan dan meningkatkan efisiensi kinerja perekonomian nasional. Sebab

selama ini prosedur perizinan yang terkait dengan birokrat dirasakan berbelit-belit

dan terlalu panjang. Untuk memperoleh izin mendirikan perusahaan misalnya,

dibutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan, karena

membutuhkan rekomendasi dari berpuluh-puluh instansi. Pemerintah pusat dan

Universitas Sumatera Utara

25

Pemerintah daerah Tingkat I menjadi mata rantai panjang dalam perizinan untuk

investasi.52

Kondisi demikian mendorong para pengusaha melakukan jalan pintas

berkolusi dengan oknum pejabat. Akibatnya budaya sogok dan suap merajalela. Hal

ini menyebabkan timbulnya ekonomi biaya tinggi, dalam jangka panjang kondisi

yang demikian sangat merugikan perekonomian nasional.

Dalam iklim investasi yang tidak kondusif seperti itu, tidak aneh bila para

konglomerat melarikan modalnya ke luar negeri.

Paket kebijakan diatas merupakan pengembangan dari peraturan-peraturan

bidang penanaman modal sebelumnya seperti : Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

24/1986 tentang jangka waktu izin perusahaan PMA, kemudian PP Nomor 24/1987

tentang kegiatan perusahaan PMA dibidang usaha perdagangan ekspor, PP Nomor

15/1990 tentang usaha perikanan yang juga dapat dimasuki PMA, PP Nomor 17/1992

tentang pemilikan saham dalam rangka PMA, Keppres Nomor 34/1992 tentang

pemanfaatan tanah HGU dan HGB atas usaha patungan dalam rangka PMA, Keppres

Nomor 37/1992 tentang usaha penyediaan listrik oleh swasta.53

Disamping itu beberapa peraturan BKPM tentang PMA juga telah disiapkan

untuk meningkatkan arus investasi asing seperti SK BKPM Nomor 5/SK/1987

tentang persyaratan pemilikan saham nasional dalam perusahaan PMA, SK BKPM

Nomor 9/SK/1989 tentang persyaratan minimal investasi PMA yang ditetapkan

52 Ibid53 Ibid, hal 130

Universitas Sumatera Utara

26

minimal US$ 250.000.Dilihat dari segi lokasi, berdasarkan data BKPM, lebih dari

60% nilai PMA dialokasikan ke kawasan Barat Indonesia (KBI), sementara

selebihnya ditujukan ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Tahun 1992, nilai total

PMA yang disetujui pemerintah di wilayah kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa

tenggara, Maluku, Irian Jaya dan Timor-Timur sebesar Rp.1.869,9 miliar dengan 27

proyek. Sedangkan jumlah PMA yang disetujui pemerintah tahun 1992 di Jawa dan

Sumatera masing-masing Rp. 5.992,0 miliar (230 proyek) dan Rp. 2.452,4 miliar (48

proyek).54

Dengan semakin maraknya PMA di Indonesia dan penyebarannya lebih

merata di seluruh wilayah jelas akan memberikan kontribusi cukup besar bagi

pertumbuhan ekonomi daerah-daerah, khususnya daerah yang relatif belum

berkembang. Manfaat ekonomi lainnya dari investasi asing ini adalah,

dimungkinkannya transfer teknologi dari negara asal, peningkatan skala produksi

untuk tujuan ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, serta mempengaruhi

perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.55

Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang penanaman modal asing

menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, untuk mendapat

perbandingan dengan diberlakukannya undang-undang tersebut.

A.1 Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967.

54 Ibid, hal 13155 Ibid

Universitas Sumatera Utara

27

1. Pengertian

Dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (untuk selanjutnya disingkat

dengan PMA) hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang

dilakukan berdasarkan ketentuan UU No. 1 tahun 1967 dan yang digunakan

menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung

menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.56

Sedangkan pengertian modal asing disini ialah:

b. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan

devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk

pembiayaan perusahaan di Indonesia;

c. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik orang

asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah

Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa

Indonesia;

d. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang No 1 tahun

1967 diperkenankan di transfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai

perusahaan di Indonesia.

Istilah penanaman modal asing sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa

Inggris yaitu Investment. Penanaman modal asing atau investasi seringkali

dipergunakan dalam artian yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan istilah

investasi terletak pada cakupan dari makna yang dimaksudkan.

56 I.G.Rai Widjaja, Pedoman Dasar Perseroan Terbatas, Op.cit, hal 30

Universitas Sumatera Utara

28

2. Bentuk Hukum, Kedudukan dan Daerah Berusaha

Perusahaan PMA yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di

Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk badan hukum

Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Pemerintah menetapkan apakah sesuatu

perusahaan dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai

kesatuan perusahaan tersendiri.57

Pemerintah menetapkan daerah berusaha perusahaan-perusahaan modal asing

di Indonesia dengan memperhatikan perkembangan ekonomi nasional maupun

ekonomi daerah, macam perusahaan, besarnya penanaman modal dan keinginan

pemilik modal asing sesuai dengan rencana pembangunan ekonomi nasional dan

daerah.

3. Bidang Usaha Modal Asing

Dalam Undang-undang tentang penanaman modal asing, pemerintah

menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing menurut

urutan prioritas dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi penanam modal

asing dalam tiap-tiap usaha tersebut. Perincian menurut urutan proritas ditetapkan tiap

kali pada waktu pemerintah menyusun rencana-rencana pembangunan jangka

menengah dan jangka panjang, dengan memperhatikan perkembangan ekonomi serta

teknologi.58

57 Ibid, hal 3058 Ibid, hal 31

Universitas Sumatera Utara

29

1) Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing secara

penguasaan penuh ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan

menguasai hajat hidup rakyat banyak sebagai berikut:

a. Pelabuhan-pelabuhan;

b. Telekomunikasi;

c. Pelayanan;

d. Penerbangan;

e. Air minum;

g. Mass media;

h. Pembangkitan tenaga atom;

i. Produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum.

2) Bidang-bidang yang menduduki peranan penting dalam pertahanan negara

antara lain produksi senjata, mesiu, alat-alat peledak dan peralatan perang

dilarang sama sekali bagi modal asing.

Selain yang telah disebutkan diatas, pemerintah dapat menetapkan bidang-

bidang usaha tertentu yang tidak boleh lagi di tanam modal asing.

Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerja

sama dengan pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

Sistem kerja sama atas dasar kontrak karya atau dalam bentuk lain dapat

dilaksanakan dalam bidang-bidang usaha lain yang akan ditentukan oleh pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

30

4. Tenaga Kerja

Pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk menentukan direksi

perusahaan-perusahaan dimana modalnya ditanam.

Perusahaan-perusahaan modal asing:

a. Wajib memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara

Indonesia.

b. Di izinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan

tenaga-tenaga ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat

diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia.

c. Berkewajiban menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan

dan pendidikan di dalam dan/atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi

warga negara Indonesia dengan tujuan agar berangsur-angsur dapat diganti oleh

tenaga-tenaga warga negara Indonesia.

Terhadap penggunaan tenaga kerja warga negara asing tersebut pemerintah

mengawasi pelaksanaannya.

5. Pemakaian Tanah

Demi keperluan perusahaan-perusahaan modal asing dapat diberikan tanah

dengan Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai menurut peraturan

perundangan yang berlaku.

Namun, salah satu hal yang tidak kalah kompleks dalam menarik investor

adalah terkait dengan penggunaan tanah. Untuk menggunakan tanah dibutuhkan izin.

Hal ini ditegaskan dalam Peraturan Menteri Negara agraria/Kepala Badan Pertanahan

Universitas Sumatera Utara

31

Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi. Dalam pasal 1 butir 1 dijelaskan:

izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah

yang diperlukan dalam rangka penanaman modal tersebut guna keperluan usaha

penanaman modalnya.59

Dalam bukunya Erman Rajagukguk menjelaskan tentang hak-hak atas tanah

bagi investor dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) antara lain menyatakan:

“...UUPA Tahun 1960 adalah anti modal asing. Menteri Agraria Mr.Sadjarwo

dalam pidatonya tanggal 14 September 1960 mengantarkan jawaban pemerintah atas

Pemandangan Umum Anggota DPR-GR mengenai Naskah RUU Pokok Agraria di

muka Sidang Pleno DPR-GR antara lain menyatakan:”...Rancangan Undang-Undang

ini selain akan menumbangkan puncak kemegahan modal asing yang telah berabad-

abad memeras kekayaan dan tenaga bangsa Indonesia, hendaknya akan mengakhiri

pertikaian dan sengketa-sengketa tanah antara rakyat dan pemerintah dengan

rakyatnya sendiri, yang akibatnya mencetus sebagai peristiwa-peristiwa berdarah dan

berkali-kali pentraktoran-pentraktoran yang sangat menyedihkan”.

Selanjutnya ia mengatakan:

“...Kami hanya ingin menambahkan beberapa soal yang belum kami singgung diatas

ialah persoalan modal asing. Soal ini dalam pasal-pasal yang bersangkutan serta

penjelasannya sudah terang, yaitu pasal-pasal 28,35 dan dalam hubungannya dengan

peralihan 55, yang pada pokoknya bahwa modal asing hanya mempunyai sifat

59 Sentosa sembiring, Hukum Investasi: pembahasan Dilengkapi Dengan Undang-Undang Nomor 25Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,Cetakan Ke II,(Bandung: Cv.Nuansa Aulia,2010), hal 160

Universitas Sumatera Utara

32

sementara,sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh Pembangunan Semesta

Berencana. Yang sudah ada disini mempunyai afloopend karakter (untuk

menghabiskan sisa jangka waktunya), dengan maksimum 20 tahun.”

Dalam Sidang terakhir di parlemen mengenai perdebatan tentang UUPA tahun 1960.

Menteri Agraria Mr.Sadjarwo menyatakan kembali:

“...dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria ini, kita mengeliminasi investasi

asing...”.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, hak atas tanah paling

lama 35 tahun dan setelah itu dapat diperpanjang 25 tahun lagi. Jangka waktu ini

tidak memadai lagi untuk investor. Dinegara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura,

Vietnam dan Cina hak atas tanah untuk investor berkisar antara 75 tahun sampai

dengan 90 tahun.60

Pada masa akhir pemerintahannya, Soekarno berada dibawah tekanan

pemerintahan baru dibawah pimpinan Soeharto. Presiden Soekarno menandatangani

kelahiran Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

Indonesia kembali lagi mengundang investor asing. Periode hak atas tanah bagi

investor dianggap tidak lagi memadai. Pada tahun 1996 pemerintah Indonesia

berusaha untuk memodifikasi hak atas tanah bagi investor dengan mengeluarkan

Peraturan pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.61

60 Erman Rajagukguk,Hukum Investasi Di Indonesia:Anatomi Undang-Undang No.25 Tahun 2007Tentang Penanaman Modal,(Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia,2007), hal 64

61 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

Didalam Pasal 11, pasal 28,dan pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1996 ada istilah pembaharuan hak yang tidak didapati dalam Undang-Undang

Pokok Agraria tidak bertentangan dengan Undang-Undang Pokok Agraria

berdasarkan dua alasan. Pertama, Undang-Undang Pokok Agraria sendiri tidak

mengatur apakah yang akan terjadi setelah Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan

itu berakhir setelah diperpanjang jangka waktunya kecuali menyebutkan bahwa Hak

Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan akan dihapus apabila jangka waktu berakhir.

Logikanya adalah, dengan hapusnya Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan

tersebut, diatas tanah bekas Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan yang

statusnya kini menjadi tanah negara dapat diberikan sesuatu hak atas tanah, termasuk

kemungkinan diberikan Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan baru, baik kepada

pemohon baru, maupun pemohon bekas pemegang hak. Jika pemohonnya adalah

bekas pemegang hak hak yang lama yang masih memenuhi persyaratan, maka istilah

yang tepat digunakan adalah pembaharuan hak, mengingat bahwa Hak Guna Usaha

atau Hak Guna Bangunan itu tidak dimohon untuk pertama kali, tetapi di mohon

menjelang berakhirnya perpanjangan waktu Hak Guna Usaha atau hak Guna

Bangunan tersebut. Kedua, penggunaan istilah pembaharuan hak, yang tentunya juga

masih membuka kemungkinan untuk diberi perpanjangan apabila syarat-syaratnya

dipenuhi.62

62 Ibid, Hal 66

Universitas Sumatera Utara

34

6. Perpajakan dan Pungutan Lain

Perusahaan-perusahaan modal asing yang bergerak di berbagai bidang usaha

yang telah ditetapkan oleh pemerintah, diberikan kelonggaran-kelonggaran

perpajakan sebagai berikut:63

a. Pembebasan bea materai modal atas penempatan modal yang berasal dari

penanaman modal asing.

b. Pembebasan atau keringan bea masuk dan pembebasan pajak penjualan

(impor) pada waktu pemasukan barang-barang perlengkapan tetap kedalam

wilayah Indonesia seperti mesin-mesin, alat kerja atau pesawat-pesawat yang

diperlukan untuk menjalankan perusahaan itu.

c. Pembebasan bea balik nama atas akte pendaftaran kapal untuk pertama

kalinya di Indonesia yang dilakukan dalam masa sampai dua tahun setelah

saat mulai berproduksi satu dan lain dengan memperhatikan jenis usahanya.

7. Jangka Waktu PMA, Hak Transfer dan Repatriasi

a. Dalam setiap izin PMA ditentukan jangka waktu berlakunya.

b. Kepada PMA diberikan hak transfer dalam valuta asli dari modal dasar nilai

tukar yang berlaku untuk :

1) Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan

kewajiban-kewajiban pembayaran lain di Indonesia.

2) Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang diperkerjakan

di Indonesia.

63 I.G.Rai.Widjaja,Op.cit, hal 32

Universitas Sumatera Utara

35

3) Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut.

4) Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap.

5) Kompensasi dalam hal nasionalisasi.

c. Transfer yang bersifat repatriasi modal tidak dapat diizinkan selama

kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutan-pungutan lain tersebut

masih berlaku. Pelaksanaan lebih lanjut diatur oleh pemerintah.64

8. Nasionalisasi dan Kompensasi.

Dalam sejarah Indonesia merdeka, Pemerintah pernah dua kali melakukan

nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing dengan undang-undang.

Pertama, pemerintah mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda pada tahun

1958, berkaitan dengan perjuangan mengembalikan Irian Barat (sekarang Papua), dari

pendudukan Belanda. Berkaitan dengan nasionalisasi ini, timbul gugatan perusahaan

tembakau belanda di Bremen (German), ketika tembakau dari perkebunan di Deli

akan dilelang pada pasar tembakau di Bremen. Kasus ini terkenal dengan kasus

tembakau Bremen. Duduk perkaranya bermula dari pengapalan tembakau dari bekas

perusahaan Belanda yang dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Pemilik

perusahaan yang dinasionalisasi tersebut mengklaim tembakau tersebut sebagai

miliknya. Pengadilan Bremen dalam putusannya, antara lain, menyatakan

nasionalisasi yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah hak negara yang berdaulat.

Kedua, pemerintah melakukan pengambilalihan perusahaan-perusahaan Inggris dan

Amerika, pada waktu Indonesia mengadakan Konfrontasi dengan Malaysia. Pada

64 Ibid, hal 33

Universitas Sumatera Utara

36

tahun 1962 Indonesia menganggap Amerika dan Inggris sebagai pendukung utama

pembentukan negara Malaysia, yang oleh pemerintahan Soekarno dianggap sebagai

neo kolonialisme dan neo imperialisme.65

Istilah nasionalisasi paling tidak mencakup tiga pengertian “Konfiskasi”.

“onteigening” dan “Pencabutan hak”. L.Erades memberikan arti nasionalisasi, yakni

suatu peraturan dengan mana pihak penguasa memaksakan semua atau segolongan

tertentu untuk menerima (dwingt te godegen), bahwa hak-hak mereka atas semua atau

beberapa macam benda tertentu beralih kepada negara. Dengan demikian

nasionalisasi adalah suatu cara peralihan hak dari pihak partikelir kepada negara

secara paksa. 66

Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi/pencabutan hak

milik secara menyeluruh atas perusahaan-perusahaan modal asing atau tindakan-

tindakan yang mengurangi hak menguasai dan/atau mengurus perusahaan yang

bersangkutan, kecuali jika dengan undang-undang dinyatakan kepentingan Negara

menghendaki tindakan demikian.

Jikalau diadakan tindakan seperti tersebut maka pemerintah wajib

memberikan kompensasi/ganti rugi yang jumlah, macam dan cara pembayarannya

disetujui oleh kedua belah pihak sesuai dengan azas-azas hukum internasional yang

berlaku.

65 Ibid, Hal 4866 Budiman Ginting, Hukum Investasi: Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas

Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, (Medan: Pustaka Bangsa Press,2007), hal 47

Universitas Sumatera Utara

37

Apabila antara kedua belah pihak tidak tercapai persetujuan mengenai jumlah,

macam dan cara pembayaran kompensasi tersebut, maka akan diadakan arbitrase

yang putusannya mengikat kedua belah pihak. Badan arbitrase terdiri dari tiga orang

yang dipilih oleh pemerintah dan pemilik modal masing-masing satu orang dan orang

ketiga sebagai ketuanya yang dipilih bersama-sama oleh pemerintah dan pemilik

modal.67

9. Kerja Sama Modal Asing dan Modal Nasional

Dalam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing dapat diadakan

kerja sama antara modal asing dengan modal nasional dengan mengingat ketentuan

mengenai bentuk hukum, kedudukan dan daerah berusaha yang berlaku.

Pemerintah menetapkan lebih lanjut bidang-bidang usaha, bentuk-bentuk dan

cara-cara kerja sama antara modal asing dan modal nasional dengan memanfaatkan

modal dan keahlian asing dalam bidang ekspor serta produksi barang-barang dan

jasa-jasa.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan modal asing sebagai hasil kerja sama

antara asing dan modal nasional tersebut, setelah dikurangi pajak-pajak serta

kewajiban-kewajiban lain yang dibayar di Indonesia, diizinkan untuk di transfer

dalam valuta asing dari modal asing yang bersangkutan seimbang dengan bagian

modal asing yang ditanam.

67 I.G.Rai Widjaja, ,Op.cit, hal 33

Universitas Sumatera Utara

38

Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang mengenai kelonggaran perpajakan

dan jaminan terhadap nasionalisasi maupun pemberian konpensasi berlaku pula untuk

modal asing tersebut di atas.68

Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu

investasi portfolio dan investasi langsung. Investasi portfolio ini di lakukan melalui

pasar modal dengan instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan

investasi langsung yang di kenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan

bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi

perusahaan.69

Dibanding dengan investasi portfolio, penanaman modal asing (PMA) atau

Foreign Direct Investment (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya

permanen/jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam alih

tekhnologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru.

Lapangan kerja ini penting diperhatikan mengingat bahwa masalah menyediakan

lapangan kerja merupakan masalah yang cukup memusingkan pemerintah. Sedangkan

dalam investasi portfolio, dana yang masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat

berharga (emiten), belum tentu membuka lapangan kerja baru.70

A.2 Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

Ditetapkannya ketentuan penanaman modal melalui Undang-undang tentang

penanaman modal Nomor 25 Tahun 2007 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor

68 Ibid, hal 3469 Pandji Anoraga,Op.cit, hal 4670 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1967 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri telah mengakhiri dualisme pengaturan

tentang penanaman modal. Selain itu, kehadiran undang-undang yang baru ini

sekaligus mempertegas dan memperjelas kebijakan pengaturan penanaman modal di

Indonesia.

Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, penanaman modal menjadi salah

satu alternatif yang tersedia untuk pemecahan masalah kesulitan pembiayaan dalam

pembangunan nasional. Selain dari itu, penanaman modal juga menyumbang pada

perbaikan sarana dan prasarana disekitar lokasi penanaman modal tersebut berada,

membantu untuk menciptakan lapangan kerja baik untuk tenaga kerja terampil

maupun untuk tenaga kerja yang kurang terampil, membantu untuk perbaikan dan

peningkatan teknologi produksi, meningkatkan penerimaan negara yang berasal dari

pajak dan penerimaan negara bukan pajak, meningkatkan penerimaan devisa bagi

negara dari penanaman modal yang produksinya berorientasi untuk ekspor, dan

mendorong peningkatan efisiensi produksi dan distribusi.71

Sejalan dengan pendapat umum yang menyatakan bahwa penanaman modal

akan membantu pembiayaan pembangunan ekonomi nasional dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 menyebutkan

bahwa tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Menciptakan lapangan kerja.

71 Jonker Sihombing, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia ,(Bandung;Penerbit PT.Alumni,2009), hal 94

Universitas Sumatera Utara

40

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional.

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal,baik dari dalam negeri maupun dari luar

negeri,dan

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Secara sistematika Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal terdiri dari 18 bab dan 40 pasal. Sebagaimana lazimnya suatu

Undang-undang, dalam undang-undang penanaman modal ini pun dijabarkan

beberapa istilah yang digunakan, antara lain disebutkan, penanaman modal adalah

segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri

maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha diwilayah negara Republik

Indonesia (pasal 1 butir 1).

Pengertian segala bentuk kegiatan dalam kerangka Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berarti yang dimaksud adalah dalam

bentuk penanaman modal secara langsung (direct investment). Demikian juga halnya

untuk penanaman modal secara langsung pun ada pembatasan-pembatasan yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,

pengertian penanaman secara langsung berarti penanam modal (investor) membentuk

suatu badan usaha atau perusahaan di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

41

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

memberikan ketentuan terhadap investor asing yang akan menanamkan modalnya

(melakukan kegiatan usaha) di Indonesia harus mendirikan badan usaha yang

berbentuk perseroan terbatas (PT), juga karena para usahawan itu sendiri yang

memilih untuk mendirikan badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT)

dalam melakukan aktivitas usahanya. Pemilihan itu tentunya bukan tidak beralasan

karena PT sebagai bentuk badan usaha dirasa mempunyai kelebihan dibanding badan

usaha lainnya.72

Wujud dari bentuk badan usaha yang dimaksud, dijabarkan lebih lanjut dalam

pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal:

Penanaman modal negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk

badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai ketentuan

perundang-undangan; ayat (2) penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan

terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara

Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang; ayat (3) penanam

modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk

perseroan terbatas dilakukan dengan:

a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;

b. membeli saham; dan

c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

72Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri PerseroanTerbatas,(Jakarta;Ghalia Indonesia,2002), hal 13

Universitas Sumatera Utara

42

Dalam ketentuan diatas, tampaknya pembentuk undang-undang dapat

menangkap kenyataan dalam masyarakat. Hal ini terlihat bahwa untuk badan usaha

yang berstatus sebagai penanaman modal dalam negeri, bentuk usahanya tidak harus

dalam bentuk badan hukum. Lain halnya untuk badan usaha yang berstatus sebagai

penanaman modal asing, pembentuk undang-undang memasyarakatkan badan

usahanya berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT).

Perbedaan utama dari badan hukum dan bukan badan hukum adalah:

a. Pemilik dan pengurus badan usaha yang mempunyai status badan hukum

memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan perusahaan sebagai badan

hukum;

b. Pemilik dan pengurus badan usaha berbadan hukum tidak bertanggung jawab

terhadap hutang-hutang perusahaan.

Penanaman modal asing oleh seorang asing dalam statusnya sebagai orang

perseorangan, dapat menimbulkan kesulitan atau ketidaktegasan mengenai status

hukum yang dipakai. Dengan status Badan Hukum Indonesia, maka jelas bentuk

perusahaannya dan hukum yang dipakai adalah Hukum Indonesia.73

Apa alasan mengapa harus berbentuk PT tidak dijelaskan dalam Undang-

Undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hanya saja bila dicermati

lebih dalam apa alasannya berbentuk PT, tampaknya ada kaitannya dengan eksistensi

PT sebagai subjek hukum yang mandiri. Artinya PT dapat menggugat dan digugat di

pengadilan.

73 Ibid

Universitas Sumatera Utara

43

Dari penjelasan diatas, kiranya dapat dikemukakan disini, apapun bentuk

badan usaha yang dipilih oleh para calon investor, satu hal yang pasti kegiatan yang

dilakukan oleh investor dalam menjalankan usahanya dilakukan diwilayah negara

Republik Indonesia.74 Jelas merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh

penanaman modal, khususnya penanaman modal asing bilamana ingin menanamkan

modalnya di Indonesia.

Perizinan di Indonesia khususnya perizinan terhadap penanaman modal

berkaitan erat dengan prosedur dan tata cara penanaman modal yang sekarang diatur

dengan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu

Pintu di Bidang Penanaman Modal. Berbagai pengaturan pula telah dikeluarkan oleh

pemerintah untuk mengatasi masalah perizinan penanaman modal, khususnya

penanaman modal asing yang sering kali menjadi keluhan dan alasan bagi para

penanam modal untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Dalam hal ini dirasakan betapa pentingnya harmonisasi antara satu peraturan

dengan peraturan lainnya agar tidak saling berbenturan.

Hal lain yang menarik dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal adalah dicantumkannya sejumlah asas yang menjiwai norma yang

ada dalam undang-undang penanaman modal. Seperti dalam pasal 3 ayat (1) beserta

penjelasannya disebutkan sejumlah asas dalam penanaman modal yakni:

1. Asas kepastian hukum

74 Sentosa Sembiring, Op.cit, hal 201

Universitas Sumatera Utara

44

Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan

hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap

kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

2. Asas keterbukaan

Asas keterbukaan adalah asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan

penanaman modal.

3. Asas akuntabilitas

Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggung

jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi

negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara

Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah

perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan, baik antara penanam modal asing, maupun antara penanam

modal dari negara asing lainnya.

5. Asas kebersamaan

Asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam modal

secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan

rakyat.

6. Asas efisiensi berkeadilan

Universitas Sumatera Utara

45

Asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan dari

penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha

untuk mewujudkan iklim berusaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

7. Asas berkelanjutan

Asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan

berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin

kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini

maupun untuk masa yang akan datang.

8. Asas berwawasan lingkungan

Asas berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang dilakukan

dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan

lingkungan hidup.

9. Asas kemandirian

Asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap

mengedepankan potensi bangsa dan negara sendiri, dengan tidak menutup diri

pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi nasional.

10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas

yang berupaya untuk menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam

kesatuan ekonomi nasional.

Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing

tidak dikenal adanya asas perlakuan yang sama (non diskriminatif). Asas ini baru

Universitas Sumatera Utara

46

dikenal pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, dimana situasi perdagangan

dunia pada waktu penerbitan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 telah berubah

mengikuti arus globalisasi dan kecendrungan keinginan dunia usaha yang

menghendaki perlakuan yang sama bagi semua peserta dalam perdagangan bebas.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menandatangani konvensi MIGA yang salah satu

klausula di dalamnya adalah bahwa negara-negara penanda tangan konvensi tidak

boleh menciptakan diskriminasi bagi penanam modal dalam negeri terhadap penanam

modal asing. Di dalam kesepakatan GATT-WTO khususnya yang berkaitan dengan

perdagangan dan investasi yang disebut dengan Trade Related Investment Measures

(TRIMs) ditentukan juga bahwa setiap negara penanda tangan persetujuan TRIMs

tidak boleh membeda-bedakan antara penanaman modal dalam negeri dengan

penanaman modal asing. Oleh karena itu, peraturan prundang-undangan negara-

negara peserta GATT-WTO tidak boleh lagi membedakan adanya modal asing dan

modal dalam negeri.75

Peraturan penanaman modal dalam perjanjian-perjanjian WTO, seperti

TRIM’s Agreement maupun GATS sebenarnya merupakan penegasan kembali secara

lebih spesifik prinsip-prinsip perdagangan bebas yang telah dinegosiasikan sejak

tahun 1947. Salah satu prinsip dasar dari perdagangan internasional yang

ditransformasikan adalah prinsip national tretment. Prinsip ini dijadikan sebagai

alasan mendasar bagi dilarangnya sebuah persyaratan penanaman modal karena

dianggap mengandung tindakan diskriminatif terhadap produk impor.

75 Jonker Sihombing, Op.cit, hal 9

Universitas Sumatera Utara

47

Jiwa dari prinsip national treetment adalah adanya perlakuan yang sama oleh suatu

negara baik terhadap kepentingannya sendiri maupun terhadap kepentingan negara

lain.76

Sebagaimana yang telah disebutkan semula, Undang-Undang yang berlaku

sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo Undang-Undang Nomor

11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing maupun Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1968 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal

Dalam Negeri tidak mencantumkan secara khusus asas-asas penanaman modal seperti

yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 sebenarnya secara tidak

langsung dikandung juga oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing maupun Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang

Penanaman Modal Dalam Negeri , karena kedua Undang-Undang tersebut juga

didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.

Apabila diteliti lebih jauh akan kelihatan bahwa UndangUndang Nomor 25

Tahun 2007 di satu pihak menetapkan asas perlakuan yang sama (non diskriminatif)

dalam penanaman modal di Indonesia. Namun, di pihak lain bidang-bidang usaha

tertentu dinyatakan tidak terbuka untuk semua penanaman modal karena

diperuntukan khusus bagi pengusaha UMKMK, sehingga asas perlakuan yang sama

kelihatannya tidak diterapkan secara utuh. Dengan demikian asas perlakuan yang

sama yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tersebut hanyalah

sebatas asas perlakuan yang sama untuk hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan

76 Mahmul Siregar, Op.cit, hal 74

Universitas Sumatera Utara

48

perizinan penanaman modal, dan belum mencakup perlakuan yang sama terhadap

bidang-bidang usaha yang terhadap bidang-bidang usaha yang dapat dimasuki untuk

kegiatan penanaman modal. Pengertian ini harus dipegang secara teguh karena

implikasinya akan berbeda terhadap keberhasilan dan kesinambungan pembangunan

nasional menuju masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera sebagaimana yang

dicita-citakan. Sampai saat ini pemerintah masih memandang perlu untuk

mempertahankan kebijakan tersebut karena bagaimanapun juga dalam semangat

liberalisasi perdagangan yang begitu mewabah dewasa ini tentunya tidak semua

bidang usaha dapat dibuka dan diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar

bebas. Adanya persaingan bebas pada akhirnya akan dapat mematikan pengusaha

nasional yang sampai saat ini masih perlu diberikan perlindungan.77

Seperti yang diuraikan dalam pasal 12 ayat 1 menyatakan bahwa semua

bidang usaha atau jenis usaha bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha

atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Dan dalam

pasal 12 ayat 2 menetapkan bahwa bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal

asing adalah:

a. produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang; dan

b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-

undang.

Ayat 3 pasal ini menyatakan bahwa pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden

menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun

77 Ibid, hal 93-94

Universitas Sumatera Utara

49

dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan

hidup, pertahanan, dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya.

Selanjutnya ayat 4 menjelaskan kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup

dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan

yang terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan

Presiden. Serta didalam ayat 5 menyatakan pemerintah menetapkan bidang usaha

yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu

perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro,

kecil,menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan

kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan basan

usaha yang ditunjuk pemerintah.

Sebagai pelaksanaan ketentuan-ketentuan tersebut diatas pemerintah telah

mengeluarkan, Peraturan Presiden, yaitu:

1. Peraturan Presiden Nomor 76 tahun 2007 tentng Kriteria dan Persyaratan

Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka

Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.

2. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang

Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang

Penanaman Modal.

Berkenaan dengan itu pemerintah telah menetapkan kebijakan dasar tentang

penanaman modal di Indonesia dengan maksud untuk lebih mendorong terciptanya

iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal, sekaligus juga untuk

Universitas Sumatera Utara

50

penguatan daya saing perekonomian nasional yang akhir-akhir ini dirasakan

mengalami banyak kemunduran.

Dalam ketentuan bab 3 pasal 4 diatur tentang Kebijakan Dasar penanaman

Modal yang menjadi acuan dan kerangka dalam pengembangan penanaman modal di

Indonesia baik penanaman modal asing maupun modal dalam negeri. Dalam

menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud ini maka pemerintah akan:

a. Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam

modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

b. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi

penanam modal sejak proses pengurusan perizinan hingga berakhirnya kegiatan

penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada

usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK).

1. Fasilitas Penanaman Modal

Dalam rangka merangsang penanaman modal di Indonesia, pemerintah

memberikan berbagai kemudahan dan fasilitas kepada para penanam modal, baik bagi

penanam modal baru maupun bagi penanam modal akan melakukan perluasan usaha.

Pemerintah menetapkan bahwa badan usaha dalam negeri yang akan melakukan

penanaman modal dapat berbentuk badan hukum ataupun bukan badan hukum,

sedang untuk penanaman modal asing wajib di wujudkan dalam bentuk perseroan

terbatas berdasarkan hukum Indonesia, dan berkedudukan di dalam wilayah negara

Republik Indonesia. Badan usaha yang berbentuk perseroan Terbatas yang akan

Universitas Sumatera Utara

51

menanamkan modalnya di Indonesia harus mengikuti ketentuan yang tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Bagi penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing yang akan

melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dapat mewujudkan

rencana tersebut dengan cara mengambil bagian saham pada saat perseroan tersebut

didirikan, membeli saham dari perseroan yang sedang berjalan, maupun dengan

melakukan cara-cara lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Supaya mempercepat pertumbuhan penananaman modal di Indonesia,

pemerintah menetapkan kebijakan terpadu satu pintu dalam bidang pelayanan,

fasilitas fiskal, dan informasi mengenai kegiatan penanaman modal. Pelayanan

terpadu satu pintu tersebut dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang dari

lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat

pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki

kewenangan perizinan dan non perizinan di tingkat pusat atau lembaga atau provinsi,

ataupun kabupaten/kota.

Pada saat ini Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan

koordinasi kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi pemerintah,

antar instansi pemerintah dengan Bank Indonesia, antar instansi pemerintah pusat

dengan pemerintah daerah, maupun sesama antar instansi pemerintah daerah.

Universitas Sumatera Utara

52

Untuk melaksanakan hal-hal tersebut BKPM mempunyai fungsi dan tugas

untuk:78

1. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang

penanaman modal.

2. Mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal.

3. Menetapkan norma,standar, dan prosedur, pelaksanaan kegiatan dan

pelayanan penanaman modal.

4. Mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan

memberdayakan badan usaha.

5. Membuat peta penanaman modal Indonesia.

6. Mempromosikan penanaman modal.

7. Mengembangkan sektor-sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan

penanaman modal, antara lain dengan meningkatkan kemitraan, meningkatkan

daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan

informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman

modal.

8. Membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan

yang di hadapi oleh penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman

modal.

9. Mengkordinasikan penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan

penanaman modalnya di luar wilayah negara Republik Indonesia, dan

78 Ibid,hal 98-99

Universitas Sumatera Utara

53

10. Mengkordinasikan dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu.

Serangkaian aturan telah ditetapkan untuk dipenuhi oleh para penanam modal

baru yang ingin mendapatkan kemudahan-kemudahan. Penanam modal baru yang

ingin mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut setidaknya harus memenuhi

salah satu kriteria sebagai berikut:79

a. Menyerap banyak tenaga kerja.

b. Termasuk skala prioritas tinggi.

c. Termasuk pembangunan infrastruktur.

d. Melakukan alih teknologi.

e. Melakukan industri pionir.

f. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan.

g. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

h. Melaksanakan kegiatan penelitian,pengembangan,dan inovasi.

i. Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, atau

j. Industri yang menggunakan barang modal atau mesin-mesin atau peralatan

yang di produksi di dalam negeri.

Fasilitas yang di berikan kepada penanaman modal baru tersebut dapat

berupa:80

79 Ibid, hal 10080 Ibid

Universitas Sumatera Utara

54

1).Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai pada tingkat

tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu

tertentu.

2).Pembebasan ataupun keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,

atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di

dalam negeri.

3).Pembebasan ataupun keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong

untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan

tertentu.

4).Pembebasan ataupun penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor

barang modal atau mesin-mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang

belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.

5).Penyusutan ataupun amortisasi yang dipercepat, dan

6).Keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB), khususnya untuk bidang usaha

tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

Pemerintah menetapkan bahwa pembebasan atau pengurangan pajak

penghasilan badan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu hanya dapat di berikan

kepada penanaman modal baru yang termasuk dalam kategori industri pionir, yakni

industri yang memiliki keterkaitan yang luas, yang memberi nilai tambah dan

eksternalitas yang tinggi, industri yang memperkenalkan teknologi baru, serta industri

yang memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. Selain dari itu, untuk

penanaman modal yang sedang berlangsung yang memerlukan penggantian mesin-

Universitas Sumatera Utara

55

mesin ataupun barang modal lainnya, pemerintah juga dapat memberikan keringanan

atau pembebasan bea masuk. Dengan adanya pemberian keringanan fasilitas bea

masuk maka penanam modal dapat melakukan penggantian (replacement) atas mesin-

mesin produksinya yang telah usang, sehingga target produksi dapat dipenuhi oleh

peralatan yang ada.81

Keringanan di bidang perpajakan merupakan salah satu hal yang sangat

diinginkan oleh para penanam modal, baik penanam modal dalam negeri maupun

penanam modal asing. Keringanan tersebut di butuhkan terutama pada masa-masa

awal penanaman modalnya sampai saat penanaman modal tersebut dapat

menghasilkan. Untuk memberikan keringanan perpajakan tersebut, pemerintah antara

lain telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Fasilitas

PPh untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha dan Daerah Tertentu. Fasilitas

yang diberikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tersebut

menyangkut:82

- Pengurangan penghasilan neto kena pajak sebesar 30% selam 6 (enam) tahun.

- Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.

- Kompensasi kerugian yang lebih lama tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh)

tahun

81 Ibid, hal 101-10282 Ibid

Universitas Sumatera Utara

56

- Pengenaan potongan pajak atas dividen yang di bayar kepada wajib pajak luar

negeri sebesar 10% atau tarif yang lebih rendah menurut persetujuan

penghindaran pajak berganda.

2. Bidang Usaha yang Terbuka bagi Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 menetapkan bahwa setiap penanam

modal berhak untuk mendapatkan kepastian hak, perlindungan hukum,informasi yang

terbuka mengenai bidang usaha yang akan/telah dijalankannya, hak pelayanan, serta

berbagai bentuk fasilitas kemudahan lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

Pemerintah juga menetapkan bahwa semua bidang/jenis usaha dinyatakan

terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang/jenis usaha yang dinyatakan

tertutup,atau dinyatakan terbuka dengan persyaratan.

Penetapan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal dalam negeri

maupun bagi penanaman modal asing dilakukan berdasarkan kriteria tertentu seperti

kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan

nasional, serta kepentingan nasional lainnya.

Sedang penetapan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu

dilakukan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan dan

pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah dan koperasi (UMKMK),

pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi

modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk oleh

pemerintah. Khusus bagi penanaman modal asing, pemerintah menetapkan

Universitas Sumatera Utara

57

bidang/jenis usaha yang tertutup bagi mereka yaitu bidang bidang-bidang yang

mencakup:

a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang,serta

b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-

undang.83

3. Hak Repatriasi dan Transfer dalam Valuta Asing

Kemudahan-kemudahan bagi pemilik modal untuk melakukan penanaman

modalnya di Indonesia ditempuh antara lain dengan cara memberikan serangkaian

rangsangan kepada para pemilik modal. Rangsangan tersebut dapat diberikan dalam

bentuk hak untuk mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak lain, sepanjang

aset tersebut tidak termasuk dalam katagori aset yang ditetapkan oleh undang-undang

sebagai aset yang dikuasai oleh negara/pemerintah.

Pemilik modal juga diberikan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi

dalam valuta asing terhadap komponen-komponen:

a. Modal

b. Keuntungan, bunga bank, dividen, dan pendapatan lainnya.

c. Dana yang diperlukan untuk:

- pembelian bahan baku dan bahan penolong, barang setengah jadi, atau

barang jadi, atau

- penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup

penanaman modal.

83 Ibid, hal 105

Universitas Sumatera Utara

58

d. Tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal.

e. Dana untuk pembayaran kembali pinjaman.

f. Royalti atau biaya yang harus dibayar.

g. Pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam

perusahaan penanaman modal.

h. Hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal.

i. Kompensasi atas kerugian.

j. Kompensasi atas pengambilalihan.

k. Pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus

dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan di

bawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan intelektual, dan

l. Hasil penjualan asset yang dimiliki yang dialihkan kepemilikannya kepada

pihak lain.84

Hak yang dimiliki oleh penanam modal untuk melakukan transfer dana dan

repatriasi dalam valuta asing yang disebutkan diatas dapat dilaksanakan tanpa

mengurangi kewenangan pemerintah untuk terlebih dahulu mendapatkan pajak

dan/atau royalti dan/atau pendapatan pemerintah lainnya dari setiap kegiatan

penanaman modal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pemerintah juga mempunyai kewenangan untuk menjamin terlaksananya

penegakkan hukum yang bertujuan untuk melindungi hak-hak dari para kreditur,

maupun pelaksanaan hukum untuk menghindari kerugian negara.

84 Ibid, hal 107

Universitas Sumatera Utara

59

Keberadaan hak dari para penanam modal untuk melakukan transfer dana dan

repatriasi dalam valuta asing yang disebutkan diatas tanpa mengurangi kewenangan

pemerintah untuk memberlakukan ketentuan perundang-undangan yang mewajibkan

pelaporan dari pelaksanaan transfer dana dimaksud.

4. Perizinan Impor dan Pelayanan Keimigrasian.

Supaya meningkatkan realisasi penanaman modal di Indonesia, pemerintah

juga memberikan kelonggaran dan keringanan-keringanan di bidang perizinan impor,

pelayanan keimigrasian, serta hak-hak atas tanah yang dipergunakan untuk lokasi

penanaman modal.

Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas impor diberikan oleh

pemerintah kepada para penanam modal untuk mengimpor barang-barang

sebagaimana tersebut dibawah ini:85

a. Barang-barang yang sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang mengatur perdagangan barang.

b. Barang-barang yang tidak memberikan dampak negatif bagi keselamatan,

keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, dan moral bangsa Indonesia.

c. Barang-barang dalam rangka relokasi pabrik dari luar negeri kedalam wilayah

Indonesia,dan

d. Barang-barang modal atau bahan baku untuk kebutuhan produksi sendiri.

Dipihak lain, kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas

keimigrasian dapat diberikan untuk:

85 Ibid, hal 109-111

Universitas Sumatera Utara

60

1. Penanam modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam merealisasikan

penanaman modalnya di Indonesia.

2. Penanam modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat

sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi lainnya, dan

pelayanan purna jual, serta

3. Calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan penanaman modal di

Indonesia.

Khusus bagi para penanam modal yang membutuhkan tenaga kerja asing

dalam rangka merealisasikan penanaman modalnya di Indonesia serta para penanam

modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat sementara untuk

melakukan perbaikan mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi lainnya,

kemudahan pelayanan fasilitas keimigrasian yang disebutkan diatas akan diberikan

oleh pemerintah setelah terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi/pertimbangan dari

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Secara rinci fasilitas yang dapat diberikan kepada penanam modal asing yang

akan menanamkan modalnya di Indonesia dapat diberikan dalam bentuk:

a). Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing selama 2 (dua)

tahun.

b).Pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi penanam modal menjadi izin

tinggal tetap dapat dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2 (dua) tahun

berturut-turut.

Universitas Sumatera Utara

61

c). Pemberian izin masuk kembali ke wilayah Indonesia untuk beberapa kali

perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 1

(satu) tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan

terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan.

d). Pemberian izin masuk kembali ke wilayah indonesia untuk beberapa kali

perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 2

(dua) tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)

bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan, dan

e). Pemberian izin masuk kembali ke wilayah Indonesia untuk beberapa kali

perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu

paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak izin tinggal di

berikan.

Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing sebagaimana yang

disebutkan diatas akan dilakukan oleh Direktorat jenderal Imigrasi, tentunya setelah

terlebih dahulu mendengarkan pertimbangan dan rekomendasi dari BKPM.

5. Hak atas Tanah

Selain dari kemudahan-kemudahan dalam bidang fasilitas impor dan fasilitas

keimigrasian sebagaimana yang disebutkan diatas, pemerintah melalui Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberikan juga kemudahan pelayanan dan/atau

perizinan hak atas tanah. Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah

yang diberikan pemerintah ditempuh dengan cara hak atas tanah diperpanjang dimuka

Universitas Sumatera Utara

62

sekaligus, dan dapat diperbaharui kembali sesuai penanaman modal. Kemudahan-

kemudahan tersebut berupa:86

a. Hak Guna Usaha (HGU) yang dapat diberikan untuk jangka waktu 95

(sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang

dimuka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun, dan kemudian dapat

diperbaharui kembali selama 35 (tiga puluh lima) tahun;

b. Hak Guna Bangunan (HGB) yang dapat diberikan untuk jangka waktu 80

(delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang dimuka

sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun , dan kemudian dapat diperbaharui

kembali selama 30 (tiga puluh) tahun ; serta

c. Hak Pakai (HP) yang dapat diberikan untuk jangka waktu 70 (tujuh puluh)

tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang dimuka sekaligus selama

45 (empat puluh lima) tahun dan kemudian dapat diperbaharui kembali

selama 25 (dua puluh lima) tahun.

Pemberian hak atas tanah sekaligus dengan perpanjangannya dimuka

sebagaimana yang disebutkan diatas hanya dapat diberikan dengan memperhatikan

persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1). Penanaman modal yang akan dilakukan harus untuk jangka waktu yang relatif

panjang, dan terkait dengan rencana perubahan struktur perekonomian

Indonesia yang lebih berdaya saing.

86 Ibid, hal 112

Universitas Sumatera Utara

63

2). Penanaman modal yang akan dilakukan memiliki tingkat resiko yang

memerlukan pengembalian modal dalam jangka yang relatif panjang, sesuai

dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan.

3). Penanaman modal yang akan dilakukan diperkirakan tidak memerlukan area

yang luas untuk pelaksanaan kegiatan usahanya.

4). Penanaman modal yang akan dilakukan dengan menggunakan hak atas tanah

negara,serta

5). Penanaman modal yang akan dilakukan tidak mengganggu rasa keadilan

masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum.

Meskipun pemerintah memberikan kemudahan untuk mendapatkan hak atas

tanah dengan pemberian opsi perpanjangannya di muka sekaligus sebagaimana yang

disebutkan terdahulu, pembaharuan hak tersebut hanya dapat dilakukan sepanjang

hasil penilaian menunjukkan bahwa tanah tersebut masih dipergunakan dan

diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian haknya

semula.

Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah tersebut dapat dihentikan atau

dibatalkan pemerintah jika penanam modal menelantarkan tanah, merugikan

kepentingan umum, memanfaatkan tanah yang tidak sesuai dengan maksud dan

tujuan pemberian hak semula, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang pertanahan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria mengenal berbagai jenis hak atas tanah, seperti hak milik,hak guna usaha,hak

Universitas Sumatera Utara

64

guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil

hutan, dan hak-hak lainnya. Pada pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

disebutkan bahwa hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik,

dengan pengecualian bahwa hak milik tersebut dapat diberikan kepada badan-badan

hukum yang bergerak di bidang sosial dan keagamaan sepanjang penggunaan tanah

hak milik tersebut murni untuk tujuan sosial dan keagamaan dimaksud.

Dengan demikian, hak atas tanah yang dapat dimiliki oleh penanam modal

yang bukan warga negara Indonesia adalah hak atas tanah diluar hak milik seperti hak

guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai. Dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1960, hak guna usaha diberikan untuk jangka waktu paling lama 25 tahun,

sedang hak guna bangunan diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 tahun.

Didalam Peraturan Menteri Pertanian (untuk selanjutnya disingkat Permentan)

Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, mengatur

beberapa hal pokok. Pertama, Perusahaan perkebunan yang memiliki Izin Usaha

perkebunan (IUP) atau Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B) wajib

membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% (dua puluh per

seratus) dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan.

Kedua, Pembangunan kebun untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat

pertama dapat dilakukan antara lain melalui pola kredit, hibah, atau bagi hasil.

Ketiga, Pembangunan kebun untuk masyarakat sebagaimana pada ayat pertama,

dilakukan bersamaan dengan pembangunan kebun yang diusahakan oleh perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

65

Keempat, rencana pembangunan kebun untuk masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat pertama harus diketahui oleh Bupati/ Walikota.

Seperti yang ditulis dalam Tabloid mingguan Detak edisi 168, ungkapan

Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, H.Achmad Diran, tentang pasal 11 didalam

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 , antara lain:

“...Dimata pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, tentu sesuatu aturan yang

menguntungkan, sebab nilainya berprospek menguntungkan masyarakat. Kata

lainnya, masyarakat sekitar perusahaan perkebunan tak lagi jadi penonton. Mereka

sudah memiliki ‘hak’ untuk itu. Dengan keterlibatan masyarakat dibidang

perkebunan, otomatis aturan tersebut diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan

ekonomi masyatrakat disekitar perusahaan dimaksud,” jelas Wakil Gubernur

kalimantan Tengah (Kalteng) H.Achmad Diran. Keterlibatan petani plasma dalam

sebuah perkebunan bisa meminimalisasi sengketa lahan antara masyarakat dengan

perusahaan perkebunan itu sendiri.” Selanjutnya beliau mengatakan: “ Selama ini,

sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan lebih banyak dipicu karena

tidak terlibatnya masyarakat dalam penggarapan perkebunan. Kalau masyarakat

dilibatkan, maka tidak akan ada lagi ganti rugi yang harus dibayar perusahaan...”

Adanya Peraturan Menteri setidaknya ada upaya untuk memperdayakan

masyarakat sekitar hutan. Selama ini masyarakat sekitar perusahaan kebanyakan

menjadi penonton saja. Kalau perusahaan ingin makmur, jangan hanya

memakmurkan investasinya saja, tetapi masyarakat disekitar perusahaan juga harus

makmur. Sayangnya definisi wajib 20% (dua puluh per seratus) pada realitanya masih

Universitas Sumatera Utara

66

membingungkan semua pihak. Tidak sedikit pula yang menilai Peraturan menteri

Nomor 26 Tahun 2007 secara hukum lemah. “Lahan 20 % (dua puluh per seratus)

dimaksud bisa saja berasal dari areal masyarakat, areal yang disediakan pemerintah

atau berdasarkan izin yang diberikan pemerintah kepada pengusaha. “ Jadi yang

mengatur itu nantinya tergantung pemberi izin,” kata Kepala Bidang Kelembagaan

dan Sarana Prasarana Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah.87

Tak hanya lemah dari segi tata aturan perundangan, tapi juga terbitnya

Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2007 dinilai terlambat. Kepala Dinas Perkebunan

Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), sebagaimana yang dilansir salah satu media

lokal di Sampit mengatakan, kebijakan PBS untuk mengalokasikan 20 persen lahan

untuk petani plasma bisa dikatakan terlambat. Aturan tersebut baru diterbitkan pada

tahun 2007, sementara investasi perkebunan telah masuk pada tahun 1995. “ Saat itu

pemerintah pusat melalui Bank Indonesia meluncurkan skim kredit untuk program

plasma. Namun program tersebut tidak berjalan lagi sehingga berdampak pada

kondisi keuangan perusahaan perkebunan”, ujarnya88

6. Nasionalisasi dan Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal.

Pada pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal dicantumkan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan melakukan tindakan

nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal secara semena-

mena. Jika dengan alasan-alasan tertentu pengambilalihan hak tersebut terpaksa harus

87http://tabloidmingguandetak.blogspot.com/2011/03/kontroversi-kebun-plasma-20-persen.html,Tanggal 6-12-2012,Jam 7.50 WIB

88 Ibid

Universitas Sumatera Utara

67

dilakukan oleh pemerintah, pemerintah akan melaksanakannya dengan memintakan

persetujuan parlemen (DPR) terlebih dahulu melalui undang-undang yang dibuat

khusus untuk itu.

Selain jaminan dari pemerintah yang tidak akan melakukan nasionalisasi

modal asing sebagaimana yang disebutkan pada pasal 7 Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007, pemerintah juga berusaha memberikan perlakuan yang lebih baik bagi

para penanam modal dengan cara melakukan penyelesaian sengketa penanaman

modal yang timbul diantara pemerintah dengan penanam modal melalui musyawarah

dan mufakat. Namun, apabila musyawarah dan mufakat tidak dapat dicapai, dibuka

kemungkinan untuk melakukan penyelesaiannya melalui arbitrase berdasarkan

kesepakatan para pihak dan apabila hal ini tidak disepakati dapat ditempuh melalui

proses pengadilan. Begitu juga dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 diatur

bahwa khusus untuk sengketa yang menyangkut penanaman modal yang terjadi

antara pemerintah dengan penanaman modal asing akan diselesaikan melalui arbitrase

internasional yang disepakati oleh para pihak.

Mengenai besarnya ganti rugi dan bagaimana cara pembayarannya, maka

sengketa ini akan dibawa kepada Dewan Arbitrase dari Internasional Center For

Settlement of Investment Dispute (ICSID). Indonesia dengan Undang-undang Nomor

5 Tahun 1968 telah meratifikasi konvensi ICSID ini. Konvensi ICSID mengatur

tentang penyelesaian sengketa antara pemerintah dan investor asing berkaitan dengan

penanaman modal.

Universitas Sumatera Utara

68

Seperti yang diuraikan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang

penanaman Modal, pasal 32 ayat 1 menyebutkan dalam hal terjadi sengketa di bidang

penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih

dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat. Ayat 2

menyatakan dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau

alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Selanjutnya ayat 3 pasal ini menetapkan dalam hal terjadi sengketa di bidang

penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para

pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan

kesepakatan para pihak dan jika penyelasaian sengketa melalui arbitrase tidak

disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan. Ayat 4

mengatur dalam hal terjadi sengketa dibidang penanaman modal antara pemerintah

dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut

melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak.

Dalam penanaman modal asing terdapat kemungkinan timbul sengketa antara

penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri dalam kerjasama mereka

atau perusahaan joint venture atau antara investor asing dengan pemerintah lokal.

B. Pengaturan Kepemilikan Saham Asing.

Cita-cita para pendiri Republik ini sungguh menakjubkan yakni bagaimana

menyejahterakan masyarakat. Dapat dilihat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Universitas Sumatera Utara

69

(UUD) 1945. Namun patut disadari bahwa untuk mencapai tujuan tersebut tidak

segampang membalik telapak tangan, namun memerlukan kerja keras semua pihak.

Salah satu sumber modal yang dapat dimanfaatkan adalah melalui pranata hukum

penanaman modal. Lewat pranata hukum penanaman modal diharapkan ada payung

hukum yang jelas bagi investor jika ingin menanamkan modalnya.

Mencermati peran penanam modal cukup penting dalam membangun

perekonomian, tidaklah mengherankan jika di berbagai negara dalam dekade terakhir

ini, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang berusaha secara

optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing. Dilain pihak dari sudut

pandang investor adanya keterbukaan pasar di era globalisasi membuka peluang

untuk berinvestasi di berbagai negara. Tujuannya sudah jelas yakni bagaimana

mencari untung, sedangkan negara penerima modal berharap ada partisipasi penanam

modal atau investor dalam pembangunan nasionalnya.

Supaya menyatukan antara kepentingan investor dengan negara penerima

modal harus disadari tidak mudah. Artinya apabila negara penerima modal terlalu

ketat dalam menentukan syarat penanaman modal investor, mungkin saja para

investor tidak akan datang lagi bahkan bagi investor yang sudah ada pun bisa jadi

akan merelokasi perusahaannya. Karena diera globalisasi ini para pemilik modal

sangat leluasa dalam menentukan tempat berinvestasi yang tidak terlalu dibatasi

ruang geraknya. Dengan kata lain dalam prespektif, dunia bisnis tidak lagi mengenal

sekat-sekat atau batas negara. Tidak kalah pentingnya, ikut andil dalam perusahaan

kebijakan investasi asing adalah pesatnya perkembangan teknologi diberbagai sektor,

Universitas Sumatera Utara

70

khususnya di sektor informasi. Disini terlihat adanya kemajuan dalam bidang

teknologi yang dapat membawa dampak cukup luas dalam dunia bisnis. Artinya,

semakin mengglobalnya dunia bisnis, maka aliran modal pun akan cepat berpindah

dari satu tempat ke tempat lain. Modal akan berhenti atau tepatnya investor akan

menanamkan modalnya di tempat yang peluang investasinya cukup kondusif.

Salah satu faktor yang dijadikan parameter untuk menilai apakah tempat

berinvestasi kondusif atau tidak, yakni adanya kepastian hukum. Artinya, apakah

pelaku usaha dalam menjalankan usahanya dijamin oleh peraturan perundang-

undangan yang jelas. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia yang sudah ada di

depan mata yakni bagaimana menciptakan iklim investasi yang kompetitif dengan

negara-negara lain yang juga tengah berupaya untuk menarik investor masuk ke

negaranya.

Jika tidak ingin tertinggal dengan negara lain, maka Indonesia pun harus

mengambil peran aktif dalam mendorong masuknya investasi ke negeri ini.

Sebagaimana diketahui sejak terjadinya krisis ekonomi yang melanda negeri ini pada

tahun 1996, juga turut mempengaruhi masuknya investasi. Seperti yang dikemukakan

oleh Djisman S.Simanjuntak:89

“Hal yang menghawatirkan dewasa ini adalah masalah investasi.

Pembentukan modal tetap bruto dalam perkiraan nasional dalam tahun 2003 masih

hampir sepertiga lebih kecil dari pada tahun 1997. Tingkat investasi sebagai

presentase produk domestik bruto anjlok dan belum pulih. Investasi asing langsung

89 Hendrik budi untung, Hukum Investasi,(Jakarta; Sinar Grafika, 2010), hal 7

Universitas Sumatera Utara

71

ke Indonesia berubah menjadi negatif. Pangsa Indonesia dalam stok investasi asing

langsung yang masuk turun dari 1,68% dalam tahun 1995 menjadi 0,78% dalam

tahun 2002. PMDN dan PMA yang disetujui juga menukik walaupun ada tanda-tanda

kebangkitan tahun 2003. Gangguan keamanan, amuk penjarahan, ketidakpastian

hukum, korupsi, dan perselisihan perburuhan bergabung untuk memudarkan daya

tarik Indonesia ketika ditempat lain muncul lokasi-lokasi yang bersinar cerah,

khususnya cina yang bersaing dengan Indonesia dalam kelompok-kelompok industri

yang sama atau mirip”.

Dari apa yang dikemukakan oleh pakar ekonomi diatas semakin tampak,

bahwa ada beberapa hal yang harus segera dibenahi antara lain masalah kepastian

hukum, korupsi, birokrasi, dan masalah perburuhan atau tenaga kerja.

Adapun bentuk atau modal investasi ada beberapa versi. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Michel J. Trebilock dan Robert Howse:90

“Investasi langsung asing biasanya menggunakan satu dari tiga bentuk

berikut: pemberian dana modal misalnya dalam joint venture atau pabrik baru untuk

pendapatan perusahaan dan peminjaman jaringan melalui perusahaan induk atau

partnernya”.

Dengan adanya pendirian badan usaha apalagi badan usaha yang akan

didirikan tersebut berorientasi ekspor, dapat membawa dampak positif tidak hanya

bagi pemerintah, tetapi juga bagi masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Sumantoro, aspek positif dari Penanaman Modal Asing (PMA) bagi negara penerima

90 Ibid, hal 8

Universitas Sumatera Utara

72

modal adalah PMA dapat menambah pendapatan devisa negara melalui penanaman

modal di bidang produksi ekspor:91

1. disektor industri penanaman modal asing mengurangi kebutuhan devisa untuk

impor;

2. PMA menambah pendapatan negara berupa pajak/royalty dari perusahaan asing

yang bergerak dibidang perminyakan;

3. PMA menambah kesempatan kerja, membuka lapangan kerja baru;

4. menaikkan skill dari tenaga karja yang bekerja di perusahaan asing tersebut;

5. memberi pengaruh modernisasi dengan adanya perusahaan asing yang besar dan

modern;

6. di sektor industri penanaman modal asing menambah arus barang, sehingga

menambah elastisitas penawaran karena bertambahnya produksi industri

perusahaan asing tersebut;

7. PMA dapat menambah keunggulan yang berhubungan dengan penanaman modal

asing;

8. PMA dapat diinteregasikan dengan pembangunan nasional.

Dalam sudut pandang yang lain tentang manfaat investasi langsung bagi

negara penerima modal dikemukakan oleh Hans Rimbert Hemmer:92

“ Investasi langsung sebagai bentuk aliran modal mempunyai peranan utama bagi

pertumbuhan ekonomi negara berkembang, karena bukan hanya memindahkan modal

91 Ibid, hal 992Ibid, hal 10

Universitas Sumatera Utara

73

barang, tetapi juga mentransfer pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Agar

investasi langsung tersebut bermanfaat bagi negara penerima modal, maka terlebih

dahulu harus ada modal sumber daya manusia, karena kalau tidak maka know-how

tersebut tidak dapat dimanfaatkan bagi sektor-sektor ekonomi lain atau bahkan sama

sekali tidak dapat ditransfer”.

Dengan demikian untuk dapat menyerap hasil yang maksimal dari kehadiran

investor asing, perlu menyiapkan sumber daya manusia yang akan ditingkatkan daya

saingnya, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan kehadiran investor

asing. Jadi harapan untuk adanya alih pengetahuan, manajemen dan teknologi dapat

diwujudkan.

Penanaman modal asing berkaitan erat dengan ketentuan-ketentuan yang

menjadi cakupan hukum perdata internasional. Hal ini disebabkan karena baik asal

usul modal yang akan ditanamkan maupun subjek hukum yang akan melakukan

kegiatan penanaman modal, tidak berasal dari negara yang sama dengan negara yang

menerima penanaman modal.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing

memberikan definisi yang sangat luas mengenai penanaman modal asing. Pada pasal

1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 disebutkan bahwa penanaman modal asing

meliputi penanaman modal asing secara langsung dan yang digunakan untuk

menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara

langsung menanggung risiko dari penanaman modalnya.

Universitas Sumatera Utara

74

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang

telah mencabut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 selain memuat

tentang pengertian penanam modal asing, penanaman modal asing juga

mencantumkan pengertian modal asing. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 disebutkan bahwa penanam modal asing adalah:

“Perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing

yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik indonesia”.

Penanaman modal asing adalah:

“Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal

asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”.

Sedang modal asing adalah:

“Modal yang dimiliki oleh warga negara asing, perseorangan warga negara asing,

badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang

sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing”.

Dari cakupan pengertian modal asing sebagaimana yang dimuat pada Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tersebut kelihatan bahwa penentuan mengenai apakah

suatu modal akan digolongkan sebagai modal asing atau bukan modal asing tetap

didasarkan pada asal muasal (herkomst) dari modal di maksud.

Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 untuk dapat

mengakomodasi berbagai kepentingan yang ada di masyarakat, dan bertindak lebih

Universitas Sumatera Utara

75

adil kepada semua golongan penanam modal tanpa mengorbankan kepentingan

nasional.93

Pemerintah menyadari adanya beberapa kendala pokok yang dihadapi pemilik

modal yang akan menanamkan modalnya di Indonesia, dan Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2007 dibuat dengan mengantisipasi hal-hal tersebut. Untuk itu ketentuan

yang mencakup perizinan dan pengesahan pendirian usaha dibuat dengan melakukan

pelayanan terpadu satu pintu.

Selain memberikan kemudahan-kemudahan, pemerintah juga menetapkan

kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh para pemilik

saham/pemodal. Pemerintah berharap bahwa segala kemudahan-kemudahan dan

fasilitas yang diberikan kepada pemodal dapat tepat sasaran dan benar-benar

dipergunakan oleh mereka yang serius untuk menanamkan modalnya. Apabila

pemilik modal dapat memanfaatkan kemudahan-kemudahan tersebut dengan baik,

hasil dari penanaman modal tersebut diharapkan akan tercermin pada sumbangannya

untuk kelangsungan pembangunan nasional..

Pada pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 disebutkan bahwa

setiap penanam modal berkewajiban untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan

yang baik, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, membuat laporan

tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya ke BKPM, menghormati

tradisi budaya masyarakat disekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal tersebut

berada, dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

93 Jonker Sihombing, Op.cit, hal. 81

Universitas Sumatera Utara

76

1. Ketentuan Umum

Sebagaimana tercantum pada pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman modal, perusahaan dalam negeri yang akan melakukan kegiatan

penanaman modal diperkenankan untuk memilih bentuk perusahaan yang dianggap

lebih cocok, untuk perusahaan penanaman modal asing wajib diwujudkan dalam

bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan harus berkedudukan di

dalam wilayah negara Republik Indonesia. Selain itu, penanaman modal asing

diwajibkan untuk menjaga agar selama kegiatan penanaman modal masih

berlangsung, bentuk badan usahanya tetap dapat mengikuti aturan yang dicantumkan

pada Undang-Undang tersebut.

Secara umum, setiap penanam modal berkewajiban dan bertanggung jawab

untuk:94

a. Menjamin mengenai tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak

bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian yang mungkin

timbul jika penanam modal menghentikan, meninggalkan, atau menelantarkan

kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktek-praktek

monopoli, dan hal-hal lainnya yang merugikan negara;

d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesehatan pekerja; serta

94 Ibid, hal.128-129

Universitas Sumatera Utara

77

f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain dari hal-hal yang disebutkan diatas, pemerintah menganggap perlu

untuk menambah persyaratan-persyaratan dalam bentuk kewajiban tambahan bagi

para penanam modal yang melakukan kegiatan usaha dibidang pengolahan sumber

daya alam yang tidak terbarukan. Untuk tujuan konservasi lingkungan, para penanam

modal di bidang sumber daya alam yang tidak terbarukan tersebut diwajibkan untuk

mengalokasikan secara bertahap sejumlah dana yang dimaksudkan guna pemulihan

kembali lokasi kegiatan usaha kepada keadaan semula, yang harus memenuhi standar

kelayakan lingkungan hidup.

2. Ketenagakerjaan.

Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja, setiap perusahaan penanam modal

harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia. Dengan jumlah penduduk

yang cukup besar, tentunya Indonesia cukup mampu menyumbangkan tenaga kerja

bagi perusahaan penanaman modal sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan

perusahaan tersebut. Pemberian izin dari pemerintah bagi penanaman modal di suatu

daerah tentunya telah mempertimbangkan tenaga kerja yang tersedia, terutama

disekitar lokasi perusahaan penanaman modal tersebut berada. Hal ini dinilai sangat

penting karena dengan adanya penanaman modal di suatu daerah diharapkan menjadi

salah satu solusi untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk sekitar, baik

untuk tenaga kerja yang terdidik maupun bagi tenaga kerja yang kurang terdidik.95

95 Ibid, hal. 130

Universitas Sumatera Utara

78

Perusahaan penanaman modal diperkenankan untuk mempergunakan tenaga

ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu, sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Tenaga ahli yang mempunyai kewarganegaraan

asing biasanya hanya diperkenankan untuk mengisi jabatan managerial, sepanjang

memang hal tersebut dibutuhkan untuk kelangsungan operasional perusahaan dan

sepanjang tenaga kerja warga negara Indonesia belum mampu untuk melaksanakan

jenis pekerjaan dimaksud.

Agar keberadaan tenaga ahli asing tidak berlangsung secara permanen

sehingga dapat menutup kesempatan kerja bagi tenaga kerja warga negara Indonesia,

perusahaan penanaman modal yang memperkerjakan tenaga kerja asing diwajibkan

untuk menyelenggarakan pelatihan dan alih teknologi kepada tenaga kerja warga

negara Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Untuk

terciptanya alih keahlian dari tenaga kerja asing ke tangan tenaga kerja Indonesia dan

kesinambungan pasok tenaga kerja Indonesia yang memenuhi persyaratan yang

diinginkan, perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga

kerja warga negara Indonesia melalui kegiatan-kegiatan pelatihan kerja.

Sesuai dengan yang diuraikan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal, pasal 10 ayat 1 menyatakan perusahaan penanaman

modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja

warga negara Indonesia. Ayat 2 pasal ini menyebutkan perusahaan penanaman modal

berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian

tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang—undangan.

Universitas Sumatera Utara

79

Selanjutnya pasal 10 ayat 3 menetapkan bahwa perusahaan penanaman modal

wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui

pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat 4

menjelaskan perusahaan penanaman modal yang memperkerjakan tenaga kerja asing

diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga

kerja warga negara Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)

Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan menipisnya

ozon dan global warming telah menggerakkan pemerintah Negara-negara maju dan

berkembang untuk ambil bagian dalam menciptakan regulasi yang ramah lingkungan.

Kemiskinan dan kerawanan sosial dianggap memiliki sumbangan yang besar dalam

pengrusakan sumber daya alam. Oleh sebab itu, isu lingkungan tidak boleh

dipisahkan dari isu sosial dan kemasyarakatan.96

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah Komitmen perseroan untuk

berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,

komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.97

Isu tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) adalah suatu topik

yang berkenaan dengan etika bisnis. Disini terdapat tanggung jawab moral

perusahaan baik terhadap karyawan perusahaan dan masyarakat disekitar perusahaan.

96Marisi P.Purba ,Aspek Akuntansi Undang-undang Perseroan Terbatas,Suatu Pembahasan Kritis AtasUndang-undang no.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,(Yogyakarta;Graha Ilmu,2008), hal 75

97Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan terbatas (berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun2007),(Jakarta: Permata Aksara,2012),hal 131m

Universitas Sumatera Utara

80

Oleh karena itu berkaitan pula dengan moralitas, yaitu sebagai standar bagi individu

atau sekelompok mengenai benar dan salah, baik dan buruk. Sebab etika merupakan

tata cara yang menguji moral seseorang atau standar moral masyarakat.98

Hal yang relatif baru yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 yang tidak dimuat secara eksplisit pada Undang-Undang sebelumnya adalah

mengenai kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

(corporate social responsibility) sebagaimana termaktub pada pasal 15 huruf b dari

Undang-Undang tersebut. Bagian penjelasan dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan tanggung

jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap

menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,

norma dan budaya masyarakat setempat.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,

juga diatur tentang tanggung jawab sosial seperti ditentukan dalam pasal 74

disebutkan bahwa :

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan

(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan

98 Manuel G. Velasquez, Business Ethics Consepts And Cares,(London:Prentice Hall Internasional,2002,hal 8-13,Dalam Bismar Nasution, makalah Aspek Hukum Tanggung Jawab sosial Perusahaan,Disampaikan pada semiloka peran dantanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat lokal wilayah Operasional Perusahaan Perspektif hak asasi Manusia,diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Riau PekanBaru, Tanggal 23 Februari 2008, hal 1

Universitas Sumatera Utara

81

sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur

dengan peraturan pemerintah

Penjelasan pasal 74 ayat (3) diatas bahwa yang dimaksud “dikenai sanksi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” adalah dikenai segala

bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.

Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang

lebih konfrehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan ini. Paling

kurang sampai sekarang ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai

termasuk dalam apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.99

Pertama, keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi

kepentingan masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab

sosial perusahaan, perusahaan diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan

yang terutama dimaksudkan untuk membantu memajukan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Jadi tanggung jawab sosial dan moral perusahaan disini

99 A.Sonny Keraf,Etika Bisnis Tuntutan dan relevansinya,(Yogyakarta:Kanisus,2002),hal 123,Dalam Bismar Nasution, Ibid, hal 2

Universitas Sumatera Utara

82

terutama terwujud dalam bentuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang berguna bagi

masyarakat.

Kedua, perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber

daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi

perusahaan tersebut. Demikian pula sampai tingkat tertentu masyarakat telah

menyediakan tenaga-tenaga professional bagi perusahaan yang sangat berjasa

mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu keterlibatan sosial merupakan balas

jasa terhadap masyarakat.

Ketiga, dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan

memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis

tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan ikut dalam

berbagai kegiatan sosial, perusahaan merasa punya kepedulian, punya tanggung

jawab terhadap masyarakat dan dengan demikian akan mencegahnya untuk tidak

sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu.

Keempat, dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial

yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan

lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut. Ini pada gilirannya akan

membuat masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut dan dapat menciptakan

iklim sosial dan politik yang lebih aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan

bisnis juga akhirnya punya dampak yang positif dan menguntungkan bagi

kelangsungan bisnis perusahaan tersebut di tengah masyarakat tersebut.

Universitas Sumatera Utara

83

David Hess, Nikolai Rogovsky, dan Thomas W. Dunfee menyatakan bahwa

salah satu faktor yang turut mengubah cara pandang terhadap tanggung jawab sosial

(CSR) adalah “moral marketplace factor”, yang menambah pentingnya penerimaan

atau cara pandang terhadap moralitas suatu perusahaan (corporate morality) yang

akan turut mempengaruhi konsumen, investor dan para pegawai dalam memilih

ataupun berinvestasi.100

Dari pemaparan diatas, secara garis besar, ada 2 (dua) bentuk pendekatan

terhadap CSR, yaitu pendekatan tradisional (traditional approach) dan pendekatan

baru (new approach). Dalam pendekatan tradisional, CSR oleh perusahaan-

perusahaan hanya dipandang oleh sebagai kewajiban semata (fulfilling an obligation),

sedangkan dalam pendekatan baru, CSR tidak hanya dipandang sebagai kewajiban

yang harus dipenuhi, tetapi juga dapat turut membantu mencapai sasaran-sasaran

bisnis perusahaan.101

100 Philip Kotler dan Nancy Lee, corporate social Responsibility: Doing The Most Good forYour Company and Your Cause, John Wiley and Sons, Inc Hoboken, New Jersey, 2005, hal 8 ,DalamBismar Nasution, Ibid, hal 7.

101 Ibid

Universitas Sumatera Utara