bab ii pemahaman eco resort - sinta.unud.ac.id filepemandangan yang indah seperti contohnya, pada...
TRANSCRIPT
Eco-Resort di Gianyar
8
BAB II
PEMAHAMAN ECO RESORT
Bab ini akan menjelaskan pemahaman terhadap eco resort yang meliputi
pengertian resort, jenis-jenis resort, pengertian eco-resort, perencanaan eco-resort,
klasifikasi resort, serta studi banding dan tinjauan proyek sejenis.
2.1 Resort
2.1.1 Pengertian Resort
Resort merupakan suatu hotel yang dibangun pada daerah pariwisata.
Resort memiliki tujuan untuk memfasilitasi suatu aktivitas wisata. Resort memiliki
suatu karakteristik yang membedakannya dari jenis-jenis hotel lainya, antara
lainya adalah konsumen yang diwadahi merupakan konsumen yang datang untuk
berlibur dan berwisata. Maka dari itu resort bersifat rekreatif dan harus dapat
memenuhi kebutuhan konsumen untuk refreshing, mendapatkan hiburan, dan
bersenang-senang. Resort biasanya terletak di daerah pariwisata yang memiliki
pemandangan yang indah seperti contohnya, pada pantai, pegunungan, sungai dan
danau yang terletak jauh dari kebisingan kota (Marlina, 2008).
2.1.2 Jenis- Jenis Resort
Sesuai lokasi dan fasilitas resort dapat dibedakan menjadi:
a. Beach Resort Hotel
Merupakan resort yang terletak di area pantai. Fasilitas olahraga air
merupakan pertimbangan utama dalam pembangungan beach resort
(Marlina, 2008). Fasilitas olahraga yang difasilitasi antara lainya seperti
para-sailing, wind surfing, dan scuba trails. Beach resort hotels banyak
diminati oleh keluarga maupun group bisnis, yang membuat mereka merasa
lebih dekat, karna teamwork yang terdapat didalamnya. Walaupun air
merupakan keunggulanya, namun terdapat peraturan daerah yang
mengharuskan pembangunan resort dengan jenis ini dibangun 60 hingga 80
meter dari tepi pantai. Untuk melindungi lingkungan dan view, resort
dibangun pada jurang, ataupun pada area bebatuan untuk mengurangi
perubahan pada kontur tanah (Lawson, 1995).
Eco-Resort di Gianyar
9
b. Marina Resort Hotels
Marina resort hotels merupakan resort yang terletak di kawasan marina,
dilengkapi dengan fasilitas dermaga, dan dilengkapi dengan aktivitas
olahraga air (Marlina, 2008). Resort dengan jenis ini memfasilitasi
peminjaman boat, melayani pelaut, serta melayani aktivitas berlayar.
Merupakan jenis resort yang terbilang mewah, dilengkapi dengan fasilitas
penunjang seperti kolam renang, kapal pesiar, serta golf dan tenis (Rutes &
Penner , 1985). Beberapa ketentuan dari marina resort adalah, memiliki satu
atau lebih dermaga untuk sekoci, area penyimpanan kapal pesiar dan
sampan, parkir mobil dan caravan, shops (memancing, olahraga, dan butik)
dan teluk yang digunakan jika air surut. Teluk harus memiliki kedalaman
minimal 4.6 m dengan tempat berlabuh yang memiliki kedalaman minimal
2.5-3.7m (Lawson, 1995).
c. Mountain Resort
Merupakan resort yang terletak di daerah pegunungan. Pemandangan
pengunungan, lingkungan, reskreasi yang bersifat kultural serta alam
merupakan keunggulan dari resort ini. Resort jenis ini dibeberapa Negara
dengan musim dingin dilengkapi dengan wisata ski, dan hanya dibuka pada
saat musim dingin. (Marlina, 2008). Di bagian Eropa mountain resort di
bangun pada ketinggian 1500 hingga 2000m diatas permukaan laut,
memiliki kemiringan 25 hingga 35%. Pembangunan resort ini biasanya
menghadap ke orintasi matahari serta berlawanan dengan arah pergerakan
angin (Lawson, 1995).
d. Health Resort and Spa
Merupakan resort yang dibangun di daerah-daerah dengan potensi alam yang
dimamfaatkan untuk sarana penyehatan contohnya pemandian air panas.
Selain itu terdapat fasilitas berolahraga, atletis, pijat dan fitness yang diawasi
oleh profesional. Resort dengan jenis ini tidak hanya digunakan sebagai
sarana penyehatan namun juga sarana pembelajaran mengenai kesehatan.
Kebanyakan pengunjungnya merupakan kaum lansia, dan juga wanita (Rutes
& Penner , 1985). Karena merupakan resort dengan sarana penyembuhan
maka dari itu harus memfasilitasi pengunjung disable dengan jumlah kamar
Eco-Resort di Gianyar
10
disable 5 hingga 10 % dari jumlah kamar secara keseluruhan (Lawson,
1995).
e. Rural Resort and Country Resort
Merupakan resort yang dibangun di daerah pedesaan, jauh dari kebisingan
kota. Keindahan alam, serta lingkungan yang masih asri merupakan
keunggulan dari resort ini, biasanya dilengkapi dengan fasilitas golf,
berkuda, memancing, memanah, serta fasilitas hot air balloon (Lawson,
1995). Resort dengan jenis ini banyak diminati oleh keluarga yang berlibur
untuk menikmati suasana pedesaan. Dalam designnya dilengkapi dengan
jalan setapak yang melewati landscape yang masih asri, dan patung-patung
yang clasik (Rutes & Penner , 1985).
f. Themed Resort
Merupakan jenis resort yang dirancang dengan tema tertentu contohnya
Disneyland (Marlina, 2008). Hotel ini terkait dengan taman, dan komplek
hiburan. Menawarkan objek wisata yang spesifik seperti safari, dan theme
park untuk memberikan pengalaman, dan atmosphere yang berbeda. Dalam
hal ini meliputi pembangunan bangunan yang memiliki nilai sejarah, dan
unik. Casino dan gambling area biasanya di izinkan pada resort jenis ini,
dengan berbagai syarat dan ketentuan (Lawson, 1995).
g. Condominium, time-share, and residential development.
Merupakan jenis resort yang dimana kamarnya disewa selama periode waktu
yang cukup lama, dan difasilitasi oleh beberapa kegiatan yang dapat
disediakan pada resort tersebut (Marlina, 2008). Setiap Kamarnya difasilitasi
dengan fasilitas parkir, penyimpanan barang, dan living room yang memiliki
fungsi fleksibel yang dapat dirubah menjadi kamar. Selain itu terdapat
exclusive lobby, entrance dan juga elevators yang memisahkan penghuni
condominium dengan penghuni resort jenis lainya (Lawson, 1995).
h. All Suites Hotels
Merupakan jenis resort yang dimana kamarnya merupakan kamar jenis suite,
dilengkapi dengan fasilitas kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, meja
kerja eksekutif, TV, 3 telepon dengan 2 jalur faksimili, computer pribadi,
dan lain-lain (Marlina, 2008). Semua all suite kamar dilengkapi dengan
Eco-Resort di Gianyar
11
fasilitas mewah, tipe resort ini memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk dijual
sebagai condominium ataupun apartment (Lawson, 1995).
i. Sight-Seeing Resort Hotels
Merupakan resort yang terletak pada pusat perbelanjaan, kawasan
bersejarah, tempat hiburan, yang memiliki potensi khusus dan tempat yang
menarik (Marlina, 2008). Sight-seeing resort terletak dekat dengan
wisatanya. Beberapa jenis resort ini memiliki sistem transportasi tersendiri,
seperti penggunaan trams pada Disneyland, yang memfasilitasi kegiatan
berwisata dan tours (Rutes & Penner , 1985).
2.2 Eco-Resort
Eco-resort merupakan suatu resort yang dibangun dengan
mempertimbangkan lingkungan, penggunaan energy, dan sumber daya yang
digunakan. Design eco-resort dibangun dengan mempertimbangkan hubungan
timbal balik antara manusia dengan alam dan lingkunganya, design menjadi satu
dengan budaya lokal serta lingkungan setempat (Frick & Suskiyatno, 1998).
Design eco-resort juga harus semininimal mungkin menghasilkan polusi, limbah
pembuangan, serta kerusakan pada lingkungan setempat. Tujuan eco-resort adalah
membangun dengan dampak positif yang berkelanjutan. Pembangunannya harus
menghindari rancangan yang dapat merusak atau merubah lingkungan setempat.
Secara luas , dampak yang akan dibuat oleh resort terhadap lingkungan dapat
berasal dari pengolahan energy, sumber air, lembah pembuangan, teknologi
kontruksi, serta dampak langsung manusia terhadap lingkungan dengan aktivitas
sehari harinya. Program reduces reuse recyle dan replace dapat meminimalisir
dampak negative pada lingkungan dengan cara meminimalisir tekanan terhadap
lingkungan site, kontruksi, serta operasional dan perawatan resort. Program reduce
reuse recyle dan replace sebaiknya diterapkan disepanjang siklus kehidupan resort
(Bromberek, 2009). Berikut merupakan beberapa cara yang dapat digunakan guna
mempertahankan dan meminimalisir kerusakan terhadap lingkungan
2.2.1 Energy management
Energi yang digunakan bukan merupakan energy yang berasal dari bahan
fosil, melainkan energy yang berasal dari alam, seperti energy matahari, angin,
dan geothermal yang memiliki tujuan untuk mengurangi emisi gas CO2 (Ardiani,
Eco-Resort di Gianyar
12
2015). Perancangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu perancangan pasif, dan
perancangan aktif.
A. Perancangan pasif.
Merupakan cara menghemat energy dengan memamfaatkan energy
matahari, contohnya adalah perletakan bukaan pada ruangan, dan perletakan
ventilasi pada ruang (Ardiani, 2015).
B. Perancangan Aktif.
Metode ini menggunakan bantuan teknologi untuk menghemat energy.
Contohnya adalah penggunaan photovoltaic cell yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan energy yang kemudian dirubah menjadi energy listrik.
Kemudian pada tempat yang luas dan memiliki pergerakan angin yang baik
menggunakan turbin angin, untuk membangkitkan energy listrik. Strategi
energy untuk arsitektur berkelanjutan meliputi:
a) Pemamfaatan terhadapat energy yang terbarukan.
b) Perancangan pasif yang bertujuan untuk mencapai kenyamana.
c) Penghematan penggunaan energy dan sumber energy.
d) Melakukan konservasi energy (Ardiani, 2015).
Berikut merupakan beberapa teknologi yang digunakan untuk menghemat energy:
a. Internal Combustion (IC) Engine Generators
Biofuels, seperti biodiesel atau ethanol dalam bentuk benda cair maupun gas
merupakan alternative penggunaan bahan bakar yang terbuat dari fosil
sebagai sumber energy pada IC generator. Penggunaanya tidak jauh beda
dengan bahan bakar fosil namun neutral terhadap carbon emisi, dan dapat
diperbaharui. Sama halnya dengan biomass, yang merupakan energy yang
berasal dari benda organik (Bromberek, 2009). Biomass dapat dihasilkan
dari pohon, jagung, tebu, serta lembah argricultur. Material ini dapat
dipanaskan digunakan sebagai bahan bakar untuk pembuatan energy ,
ataupun berbentek cair yang dapat diguakan sebagai bahan bakar untuk alat
transportasi. (Bovill, 2015).
b. Solar Generator
Generator ini dapat merubah cahaya menjadi listrik menggunakan
photovoltaic. Energy solar dikumpulkan pada kaca ataupun lensa untuk
Eco-Resort di Gianyar
13
menhasilkan panas dengan temperature tinggi. Panas kemudian dirubah
menjadi uap, yang digunakan sebagai bahan untuk menggerakan generator
(Bromberek, 2009).
2.2.2 Water management
Menurut Bromberek (2009) dalam bukunya yang berjudul eco-resort
planning and design for the tropics menyebutkan bahwa.
“Water is an essential part of comfortable living and, for both practical and supply
reasons, it is not reasonable to rely completely on natural fresh water resources. This
must be recognised and measures have to be taken to reduce water demand increasing
beyond its natural replacement rate”.
Dapat disimpulkan bahwa air merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Manusia tidak seharusnya hanya tergantung pada air tawar
alami, terdapat beberapa perhitungan dan tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kebutuhan air. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk water
management adalah mengumpulkan dan menyimpan air hujan yang akan
digunakan kembali, meminimalisir penggunaan air, melakukan pembagian air, dan
mengurangi pemborosan. Selain itu air yang berasal dari air buangan (grey water)
sebaiknya digunakan kembali. Air ini berasal dari dapur, laundry, dan shower
kemudian melalui proses pemurnian sehingga dapat digunakan kembali untuk
menyiram tanaman, serta menyiram toilet (Ardiani, 2015). Untuk mengurangi
penggunaan air dapat dilakukan dengan menggunakan low flow shower, dan low-
flush toilet yang dapat mengurangi penggunaan air sebesar 50% tanpa mengurangi
kenyamanan tamu (Bromberek, 2009). Berikut merupakan beberapa cara dalam
mengurangi penggunaan air:
A. Toilet
Menggunakan dual flush WC yang dimana di desain dengan penyiraman
secara full ataupun penyiraman setengah. Penyiraman full menggunakan 3 hingga
6-liter air, sedangkan penyiraman setengah menggunakan 1.5 hingga 4 liter.
Dengan menggunakan dual flush WC penggunaan air dapat diminimalisir karna
pengguna tidak harus selalu menggunakan penyiraman full.
Menggunakan composting toilet yang tidak memerlukan air dan hanya
memerlukan sedikit energy untuk mengolah limbah, dan menjadikanya kompos.
Eco-Resort di Gianyar
14
Treatment terhadap tinja di lakukan pada tanki penyimpanan menggunakan
penguraian aerobic memamfaatkan bakteria, jamur, dan cacing merah.
Dekomposisi aerobic dapat dianggap sebagai kebalikan dari proses yang terjadi
melalui fotosintesis, yang dimana senyawa anorganik diubah menjadi molekul
biologis dengan menggunakan energy matahari. Panas yang berasal dari proses
dekomposisi aerobic memiliki keuntungan untuk membunuh virus serta
menghilangkan bau. Panas ini juga dikeluarkan melalui pipa ventilasi yang
terdapat pada bagian belakang composting toilet. Penyiraman dilakukan
menggunakan serbuk gergaji yang berfungsi membantu proses penghancuran.
Composting toilet terlihat sangat tradisional, dimana terdapat lubang yang
langsung mengarah pada tangki penyimpanan yang terbuat dari plastik. Tangki
penyimpanan diletakkan di ruang basement kecil yang terdapat di bawah toilet dan
memiliki akses yang mudah guna pengambilan kompos. Kompos dibiarkan satu
tahun sebelum pengambilan dilakukan.
Gambar: 2.1 Composting Toilet
B. Landskap
Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan air pada landskap
adalah menggunakan penyiraman automatis yang menggunakan sensor.
Kemudian meletakkan tanaman sesuai dengan kebutuhan air yang diperlukan,
menggunakan tanaman seperti kaktus yang memerlukan sedikit pengairan, serta
memperbaiki kondisi tanah dengan menggunakan organik material (Sassi, 2006).
Eco-Resort di Gianyar
15
2.2.3 Waste and Pollution Management
Dalam pembangunan suatu resort, penghasilan limbah dan polusi harus
dapat diminimalisir dengan beberapa cara yaitu memilih material, proses
kontruksi, dan pembongkaran yang dapat meminimalisir pembuangan gas emisi.
Kemudian mengurangi penggunaan pestisida pada taman, dan penggunaan
pembersih chemical untuk membersihkan fasilitas-fasilitas pada resort dan kolam
renang yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap tanah dan air di sekitar
resort. Limbah (Bromberek, 2009). Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir limbah serta polusi adalah:
a. Mengurangi sampah dan limbah yang diproduksi.
b. Mengurangi kontaminasi yang berlebihan dengan menggunakan chemical
yang dapat merusak lingkungan.
c. Menerapkan sistem reuse dan recycle dengan mengolah kembali sampah
menjadi sumber energy biomass, dan biofuel.
d. Melakukan sistem pemurnian terhadap limbah yang akan dibuang.
e. Menerapkan sistem biodegradable waste yang dimana membuat limbah
organik menjadi kompos yang akan digunakan untuk landscape pada
sekitaran resort (Ardiani, 2015).
Menurut Suparmin (2001) terdapat dua teknologi pengolahan limbah cair
yaitu menggunakan tangki septik-filter up flow dan menggunakan proses biofilter
anaerob-aerob.
A. Tangki septik-filter up flow
Teknologi ini tidak jauh beda dengan tangki septik biasanya, teknologi ini
terdiri dari pengendap, yang dimana terdapat suatu filter yang dilengkapi dengan
kerikil atau pecahan batu. Penghancuran tinja dilakukan oleh bakteri yang disebut
dengan bakteri anaerobik. Kemudian terdapat dua ruang pada pengendap yang
memiliki fungsi berbeda. Ruang pertama berfungsi sebagai pengurai lumpur dan
penampung lumpur sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai penampung lumpur
yang tidak dapat ditampung pada ruang pertama. Kemudian luapan air yang
berasal dari bak pengendap di alirkan menuju filter yang mengalir dari bawah ke
atas.
Eco-Resort di Gianyar
16
Gambar 2.2: Tangki septik-filter up flow
Sumber (Suparmin, 2001:131)
B. Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Proses ini merupakan pengembangan proses di atas. Di bagi menjadi
beberapa bagian yaitu pengendap awal, biofilter anaerob, biofilter aerob, serta
pengendap akhir. Limbah cair masuk ke dalam bak kotrol yang kemudian
dialirkan menujuk bak pengurai anaerob. Pada bak anaerob terdapat tiga ruangan
yaitu bak pengedapan, bio filter anaerob, dan bak stabilisasi. Setelah proses dalam
bak anaerob selesai limbah yang terdapat di bak stabilisasi kemudian dialirkan
menuju bak bak yang digunakan sebagai media pembiakan mikroorganisme.
Dalam prosess ini air limbah yang bergabung dengan mikroorganisme dapat
menguraikan zat organik, deterjen, serta dapat mempercepat proses nitrifikasi.
Kemudian air di arahkan ke bak pengendap akhir. Dalam proses ini lumpur yang
mengandung mikro-organisme di pompa kembali menuju inlet bak aerasi. Air
limpahan di alirkan menuju bak khlorinasi. Air yang dihasilkan oleh proses
khlorinasi kemudian dapat dibuang ke sungai, saluran umum, atau digunakan
kembali untuk menyiram tanaman maupun toilet.
Eco-Resort di Gianyar
17
Gambar 2.3: Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Sumber: (Suparmin, 2001:132)
2.2.4 Material dan teknologi kontruksi
Berikut merupakan kriteria material untuk eco-resort:
a. Menggunakan reuse dan recyle material yang tidak memerlukan banyak
energy.
b. Menggunakan material durabel yang memerlukan perawatan yang minim.
c. Menggunakan material yang tidak beracun, serta tidak dapat merusak
lingkungan sekitar.
d. Menggunakan material yang baik dan cocok dengan iklim setempat.
e. Menggunakan biodegradable material yang dapat diserap dalam tanah.
f. Menggunakan material yang memproduksi emisi yang minimal ke udara.
g. Menggunakan material yang berumur panjang serta dapat diperbaiki
(Ardiani, 2015).
Material yang dipilih merupakan material yang tidak memiliki dampak
negative baik bagi manusia maupun alam, dan lingkungan setempat. Material yang
tidak memakan banyak energy juga perlu diperhitungkan contohnya pada area
tropis menggunakan material yang tidak dapat menyerap panas, sehingga ruangan
akan tetap terasa dingin. Selain itu biaya transportasi untuk pengiriminan material
juga perlu dipertimbangkan. Pengiriminan dari luar negri dapat memerlukan
energy yang banyak, maka dari itu sebaiknya menggunakan material lokal
(Bromberek, 2009).
Eco-Resort di Gianyar
18
Material bangunan yang sebaiknya digunakan adalah material yang ramah
lingkungan contohnya adalah bahan bangunan alam tradisional seperti batu alam,
bamboo, tanah liat, kayu, dan material-material yang tidak mengandung zat kimia.
Dalam arsitektur ekologis terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
adalah pegaruh waktu yang dimana pembangunan harus murah dan waktu
pembangunan tidak memakan waktu yang panjang, kemudian pengaruh energy
yang dimana material harus dapat meminimalisir penggunaan energy, dan
pengaruh penyegaran udara yang dimana material tidak dapat menyerap panas
yang berlebihan. Hal-hal yang terdapat pada material yang mengakibatkan
pencemaran udara diantaranya adalah bahan bangunan yang dilem dengan fenol/
formaldehide, menggunakan kontruksi kayu yang diawetkan menggunakan ter,
pengawetan kayu menggunakan politer/melamin, Penggunaan cat menggunakan
bahan PVC- polivinylklorida, dan amoniak sebagai pencair, serta penggunaan
bahan gas radioaktf yang menguap keluar dari dalam tanah (Frick & Suskiyatno,
1998). Berikut merupakan table bahan bangunan yang ekologis menurut frick &
Suskiyatno (1998).
GOLONGAN BAHAN BANGUNAN CONTOH BAHAN
Bahan bangunan
alami
Organik
• Batu alam
• Tanah liat
• Tras
•
Anorganik
• Kayu
• Bambu
• Daun-daun
• batu kali, pasir, kerikil
• Batu Merah
• Batako (tras, Kapur, dan pasir)
• Jati, meranti, kamper
• Petung, ori, gading
• Rumbia, ijuk, alang-alang
Bahan Bangunan
Buatan • Dibakar
• Dilebur
• Tidak dibakar
• Teknik Kimia
• Batu merah, genting, pipa tanah
liat
• Kaca
• Pipa dan genting beton batako dan
conblok
• Plastic, bitumen, kertas, kayu
lapis, cat
Bahan bangunan
logam • Logam mulia
• Logam setengan
mulia
• Logam berat >
3.0kg/dm3
• Logam berat <
3.0 kg/dm3
• Logam campuran
• emas, perak
• Air raksa, nikel, kobalt
• Besi, plumbum
• Aluminium
• Baja, kuningan, perunggu.
Tabel 2.1: Bahan Bangunan Ekologis
Eco-Resort di Gianyar
19
(Frick & Suskiyatno, 1998)
Dalam menggunakan material yang ekologis sebaiknya menggunakan bahan
bangunan yang dapat dibudidayakan kembali, bahan bangunan alam yang dapat
digunakan kembali, bangunan buatan yang dapat di daur ulang, bahan bangunan
yang mengalami perubahan transformasi sederhana, bahan bangunan yang
mengalami beberapa tingkat perubahan, serta bahan bangunan yang komposit.
Kemudinan terdapat beberapa syarat yang membuat suatu material disebut dengan
material yang ekologis, diantaranya adalah proses pembuatan material yang
menggunakan sedikit energy, dapat dikembalikan pada alam dan tidak mengalami
perubahan, bahan bangunan yang sedikit mugkin mencemari lingkungan setmpat,
serta bahan bangunan local.
2.2.5 Dampak kehadiran tourist
Dalam bukunya eco-resort planning and design for the tropics Bromberek
(2009) menyatakan bahwa
“Beyond simply reducing the local impacts, resorts can also seek
opportunities that benefit biodiversity and nature conservation by im-
proving the state of the environment at a regional or national level”.
Pembangunan eco resort dapat memberi keuntungan bagi keanekaragaman
dan konservasi alam dalam tingkatan daerah maupun nasional, selain itu memiliki
koneksi terhadap orang-orang lokal dan organisasi merupakan hal yang penting.
Hubungan social ini banyak berkaitan dengan arsitektur yang berkelanjutan.
Komunikasi ini dapat memotivasi dalam upaya menjaga lingkunan bersama-sama.
Tidak hanya pada masyarakat lokal, pada eco-resort, kerusakan pada linkungan
akan memberikan dampak yang buruk bagi nilai ekonomi. Hal-hal yang dapat
dilakukan antara lainya adalah konservasi dan melindungi lingkungan pada
tingkatan daerah maupun nasional, preservasi terhadap warisan budaya pada
daerah tersebut, konservasi terhadap bangunan arsitektural daerah tersebut,
mengkontrol pembangunan dan kontruksi pada area tersebut, serta menghindari
peningkatan, dan keramaian pada area pengembangan (Bromberek, 2009).
Eco-Resort di Gianyar
20
2.3 Perenanaan Eco-Resort
2.3.1 Pencahayaan dan warna
Kenyaman dapat dipengaruhi oleh pencahayaan dan warna. Pada
perencanaan suatu ruang plafond yang tinggi dapat diturunkan dengan penggunaan
warna yang hangat dan agak gelap. Plafond yang rendah dapat terlihat tinggi
dengan penggunaan warna yang terang. Permainan warna yang tepat dapat
membuat seseorang merasa nyaman pada ruang tersebut (Frick & Suskiyatno,
1998). Kemudian penggunaan pencahayaan buatan sebaiknya mempertimbangkan
energy yang akan digunakan, dengan menggunakan lampu dengan energy yang
efisien, contohnya dengan menggunakan lampu LED, menggunakan lampu
Fluorescent, serta menggunakan sensor pemakaian cahaya. Cahaya alami yang
masuk melalui jendela dapat berasal dari sinar matahari langsung, langit yang
cerah maupun melalui pantulan cahaya (Lechner, 2001). Berikut merupakan
strategi dalam menggunakan pencahayaan alami:
A. Orientasi
Orientasi kearah selatan dan utara merupakan orintasi yang disarankan,
karena pada sisi selatan sebuah bangunan mendapatkan sinar matahari yang
konsisten, cahaya yang masuk juga bukan merupakan cahaya matahari
secara langsung, begitu juga dengan orintasi utara yang memberikan cahaya
konstant. Selain itu pada sisi utara tidak memerlukan pengendali matahari
yang bergerak, yang harus di jaga agar selalu efektif (Frick & Suskiyatno,
1998).
B. Perencanaan ruang
Menggunakan warna ringan pada ruang luar maupun ruang dalam agar dapat
memantulkan lebih banyak cahaya ke dalam ruang interior. Kemudian
interior dengan warna terang tidak hanya dapat memantulkan cahaya namun
juga menyebarkan dan mengurangi bayangan gelap, silau, dan penerangan
secara berlebihan. Kemudian plafond lantai dan furniture harus dapat
memantulkan cahaya semaksimal mungkin. Menggunakan jendela yang
tinggi untuk memaksimalkan pencahayaan alami, serta menggunakan
glazing yang selektif terhadap spectrum yang masuk. Jendela sebaiknya
diletakkan pada dua sisi dinding, agar cahaya dapat menyebar. Kemudian
Eco-Resort di Gianyar
21
menempatkan jendela dekat dengan dinding interior yang dimaksudkan agar
cahaya langsung dapat dipantulkan (Lechner, 2001).
C. Perencanaan bangunan
Ruang terbuka merupakan cara yang tepat untuk membawa cahaya ke dalam
interior bangunan. Jika pada ruang terbuka di perlukan privasi maka dapat
menggunakan tirai, kerai atapun partisi kaca (Lechner, 2001). Cahaya yang
dapat menyebabkan panas dapat diatasi dengan penggunaan kontruksi atap
yang tinggi,serta menggunakan roof garden. selain itu bangunan juga dapat
dilindungi oleh pohon, dan menggunakan overhang sebagai pemantul
cahaya. Penggunaan louver yang dicat dengan warna terang juga dapat
digunakan untuk memantulkan sinar matahari yang masuk secara langsung
(Frick & Suskiyatno, 1998).
D. Pencahayaan atas
Pencahayaan atas memiliki keuntungan keseragaman dan iluminasi tinggi.
Selain itu dapat meminimalisir kesilauan. Berikut merupakan beberapa
bukaan pada atap yang digunakan untuk pencahayaan alami:
1. Clerestory
Merupakan suatu ruang besar yang diangkat ke atas pada atap bertujuan
untuk memasukkan cahaya dan juga sebagai ventilasi. Sistem ini memiliki
keuntungan menyebarkan cahaya alami ke dalam ruangan dengan cara
memantulkan cahaya ke plafond. Sebaiknya warna yang digunakan adalah
warna putih agar cahaya dapat dipantulkan secara merata. Selain itu hal yang
dapat dilakukan adalah memberikan ruang penghalang yang dapat mencegah
sinar matahari langsung masuk ke dalam ruangan dan meminimalisir silau
(Lechner, 2001).
Eco-Resort di Gianyar
22
Gambar 2.4 Penggunaan Clerestory
Sumber (Lechner, 2001: 442)
Gambar 2.5 Pemantulan cahaya terhadap plafond
Sumber (Lechner, 2001: 443)
2. Skylight
Skylight merupakan bukaan berlapis kaca horizontal atau miring pada atap.
Cara ini dapat memancarkan iluminasi yang sangat tinggi, untuk
menghindari hal tersebut maka masuknya sinar matahari harus disebar dalam
berbagai cara. Untuk skylight, translucent glazing dapat digunakan sebagai
pertimbangan karna tidak ada pandangan yang dihalangi dan cara ini dapat
menghindari silau. Adapun stategi dalam menggunakan skylight, yaitu:
skylight dapat ditempatkan jauh dari perimeter jika ruangan memiliki jendela
(Gambar 2.6), meletakkan skylight tinggi dalam ruang, menempatkan
skylight di dekat dinding, menggunakan pemantul interior untuk
menyebarkan sinar matahari, dan menggunakan skylight yang memiliki
kemiringan yang curam khusunya yang menghadap ke Utara atau Selatan
dikarenakan Utara dan Selatan dapat menyediakan banyak cahaya yang
seragam sepanjang tahunya.
Eco-Resort di Gianyar
23
Gambar 2.6 Jarak skylight dan jendela
Sumber (Lechner, 2001: 437)
E. Pencahayaan samping
Penggunaan jendela menyebabkan pandangan ke langit sering menjadi
sumber silau, serta matahari dapat masuk secara langsung yang dimana
menyebabkan panas, dan meningkatkat terang berlebih. Adapun beberapa
strategi yang dapat dilakukan guna mengatasi karakter negative jendela biasa
adalah:
1. Jendela dinding harus tinggi, tersebar merata dan pada area yang optimal.
Ketinggian plafond sebaiknya dinaikkan agar jendela dapat menjadi lebih
tinggi. Selain itu menggunakan jendela vertikal, karna jendela horizontal
membuat cahaya alami lebih tidak seragam dalam ruang, serta menggunakan
jendela yang terkonsentrasi dibandingkan dengan jendela yang tersebar.
Area jendela yang digunakan untuk pencahayaan alami minimal memiliki
besaran 20 persen dari besaran lantai.
2. Menempatkan jendela lebih dari satu dinding yang dapat menyebabkan
penyebaran cahaya yang jauh lebih baik dan mengurangi silau, serta dapat
mengurangi kontras antara setiap jendela.
3. Menempatkan jendela dekat dinding interior. Dalam hal ini dinding
bertindak sebagai pemantul, yang dapat menghindari cahaya masuk secara
langsung.
4. Memperbesar dinding untuk mengurangi kontras antar jendela. Bila dinding
terdekat tidak terlalu gelap maka jendela dapat menghasilkan silau yang
lebih sedikit. Kemudian menggunakan jendela dengan tepi yang bulat karna
dapat menghasilkan tingkat terang yang nyaman (Gambar 2.7).
Eco-Resort di Gianyar
24
5. Saring cahaya alami dengan menggunakan pohon maupun benda seperti
teralis dan pembatas tembus pandang.
6. Melindungi Jendela dengan penggunaan overhang yang dapat menghalangi
cahaya yang berlebihan.
7. Menggunakan peneduh yang bergerak seperti tirai yang dapat memantulkan
cahaya dengan baik ataupun penggunaan garden (Lechner, 2001).
Gambar 2.7 bentuk jendela
Sumber (Lechner, 2001: 428)
2.3.2 Penghawaan
Udara yang bergerak menghasilkan kesegaran yang terbaik karna dapat
menurunkan suhu. Udara bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Di dalam suatu ruang, udara bergerak setinggi tubuh manusia. Kecepatan
pergerakan udara dapat terjadi bila lubang keluar udara lebih besar dibandingkan
lubang masuk udara. Selain itu penggunaan pohon merupakan cara lain untuk
mengalirkan udara ke dalam ruang (Frick & Suskiyatno, 1998). Ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk mengontrol pergerakan udara yaitu dengan merubah
temperature, merubah tekanan udara, serta mengarahkan pergerakan udara yang
ada. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan ventilasi yang memiliki
lebar dan ketinggian yang sesuai (Bromberek, 2009). Menurut Norbert Lechner
(2001: 282) terdapat tiga cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan suhu yang
nyaman dengan cara yang berkelanjutan yaitu :
a) Pada stage utama harus terdapat sistem penghindaran panas seperti
menggunakan bayangan, orientasi, warna, vegetasi, penyekatan, serta
mengendalikan sumber panas internal. Pendinginan menggunakan matahari
Eco-Resort di Gianyar
25
dapat dilakukan melalui struktur atap bangunan dengan cara memberikan
radiasi pada langit pada malam hari. Selain itu bangunan yang langsung
terhubung oleh tanah akan memiliki suhu yang rendah karna panas yang
turun langsung ke bumi.
b) Pada stage kedua menggunakan sistem pendinginan pasif. Dalam sistem ini
hal yang dapat dilakukan adalah penggunaan ventilasi untuk membuat suhu
nyaman menjadi suhu yang lebih tinggi. Plafond yang dibuat tinggi juga
merupakan salah satu cara dimana udara dapat bergerak dengan baik, selain
itu cara ini juga dapat mengeluarkan udara panas. Penggunaan unsur air juga
dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara.
c) Pada stage ketiga adalah penggunaan alat mekanis, stage ini hanya akan
digunakan bila stage pertama dan kedua tidak dapat digunakan. Dalam hal
ini akan memerlukan energy.
Penggunaan atap yang berbentuk gable juga merupakan bentuk dari tabung
venturi, yang dimana merupakan suatu efek dimana bila kecepatan udara
meningkat maka tekanan statitiknya akan menurun Dengan menggunakan atap
berbentuk gable udara terisap keluar melalui lubang udara yang terletak dekat
dengan bubungan. Selain itu penggunaan efek cerobong asap juga dapat
membuang panas keluar, faktor seperti faktor efek cerobong asap, stratifikasi,
kecepatan angin, dan bentuk atap dapat digunakan untuk mengalirkan udara di
dalam bangunan secara alami.
Gambar 2.8 Pada effect venture udara mengalir melalui lubang atap
Sumber (Lechner, 2001: 296)
Eco-Resort di Gianyar
26
Gambar 2.9 Tabung venture sebagai ventilator atap
Sumber (Lechner, 2001: 296)
Menurut Lechner (2001) Terdapat faktor-faktor yang menentukan pola
aliran udara saat melewati bangunan, diantaranya adalah proses distribusi pada
tekanan di sekitar bangunan, ukuran, detail jendela, lokasi, partisi ruang, serta arah
angin.
1. Arah angin dan orintasi jendela
Angin dengan tekanan maksimal terjadi saat posisinya tegak lurus,
sementara angin yang posisinya miring sekitar 45 derajat tekananya
berkurang sekitar 50%. Namun angin miring ini dapat di mamfaatkan pada
ventilasi ruang dalam karna dapat menghasilkan turbulensi ruang dalam
yang besar. Dengan kata lain aliran udara miring dapat mengisi suatu ruang.
2. Lokasi jendela
Ventilasi silang merupakan rancangan yang ideal untuk udara dapat
mengalir dengan baik.
3. Sirip Dinding
Cara lain untuk meningkatkan aliran udara adalah dengan penggunaan sirip
dinding yang terpasang pada suatu jendela. Jendela yang dapat dibuka dan
memiliki engsel dapat digunakan sebagai sirip dinding. Pemasangan sirip
dinding sebaiknya dilakukan pada jendela di dinding yang sama (Gambar
2.10), bila pemasangan sirip dinding dilakukan di sisi yang sama pada tiap
jendela atau pemasangan 2 sirip dinding pada satu jendela dapat
menyebabkan aliran udara yang buruk. Dengan penggunaan sirip dinding ini
aliran udara yang mengalir dengan sudut 45 derajat dapat masuk melalui
bangunan dengan baik.
Eco-Resort di Gianyar
27
Gambar 2.10 Sirip dinding
Sumber (Lechner, 2001: 299)
4. Overhang horizontal
Penggunaan overhang horizontal juga dapat digunakan untuk membantu
mengalirkan udara masuk ke dalam bangunan. Overhang horizontal dengan
bentuk solid membantu memantulkan udara keatas serta membuat udara
mengalir lurus keluar (gambar 2.11). Selain itu overhang yang tinggi juga
dapat membuat udara mengalir ke arah penghuni bangunan.
Gambar 2.11 Overhang Horizontal
Sumber (Lechner, 2001: 299)
2.3.3 Penggunaan Matahari Sebagai Sumber Energi
Photovoltaic merupakan suatu teknologi yang dapat merubah sinar matahari
menjadi listrik. Memiliki keuntungan yang diantaranya adalah berkelanjutan, tidak
menghasilkan polusi, ramah lingkungan, dan tidak memerlukan pengangkut
energy. Pada kondisi yang berawan photovoltaic masih tetap dapat digunakan
karna PV dapat memamfaatkan cahaya yang menyebar dengan baik. PV
merupakan solar sel yang terbuat dari wafer. Wafer ini yang merubah cahaya
menjadi listrik, terbuat dari bahan semi konduktor seperti silicon (Lechner, 2001).
Selain dapat menghasilkan listrik untuk pembangungan eco-resort PV juga
merupakan sistem yang ramah lingkungan. Listrik yang dihasilkan oleh PV dapat
mengurangi lebih dari 2-ton gas emisi carbon dioxida di udara. Selain dapat
digunakan untuk menghemat dan mensuply energi pada eco-resort, PV juga
Eco-Resort di Gianyar
28
berdampak baik bagi lingkungan sekitar karna menghasilkan CO2, NOx, dan SO2
yang minim. Selain itu biaya perawatan PV terbilang rendah, walaupun biaya
awalnya tinggi. PV dapat digunakan sebagai sistem pemanas air, kolam, dan
aktivitas lainya yang memerlukan listrik. PV dapat digunakan untuk menggantikan
lapisan atap, dinding, kaca, kanopi, ataupun teritisan. Adapun keuntungannya
adalah pengurangan biaya pengangkutan listrik ke bangunan sebesar 50 persen,
dan mengurangi biaya lapisan bangunan karna telah digantikan oleh module PV
yang kini memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam. (Roaf, 2001).
1. Orintasi dan kemiringan
Pengumpulan matahari yang maksimum terjadi saat PV berada pada posisi
tegak terhadap sinar matahari. Menggunakan orintasi serta kemiringan
dengan urutan yang menurun dan memilih PV optimal yang menghadap ke
Selatan. Hal ini disebabkan oleh Selatan memiliki garis lintang untuk
menghasilkan energy maksimal per tahunya. Kemiringan atap yang
disarankan adalah 20 derajat. Untuk orintasi dengan kemiringan dan orintasi
yang cukup di tambahkan 25 persen luasan pengumpul, sementara untuk
orintasi dan kemiringan yang kurang di tambahkan 50 persen luasan
pengumupul. Menggunakan garis lintang -15 derajat. PV yang menghadap
Selatan dapat berupa semitransparan agar clerestory dapat mengumpulkan
cahaya. Selain itu penggunaan atap miring, clerestory gigi gergaji dapat
memberi pencahayaan alami yang baik untuk Building-integrated
photovoltaics. Ventilasi pada bagian bawah PV juga diperlukan agar dapat
mempertahankan sel-sel dari panas berlebihan (Gambar 2.12) (Lechner,
2001).
Eco-Resort di Gianyar
29
Gambar 2.12 Pemasangan PV pada atap
Sumber (Lechner, 2001: 207)
2.4 Mendesain eco-resort
Berikut merupakan hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam merancang
eco-resort.
2.4.1 Site
Site yang digunakan untuk membangun eco-resort adalah site yang dapat
mempertahankan area terbuka dan margasatwa sekitar. Diutamakan untuk mencari
site yang sebelumnya telah dirusak dibandingkan mencari site yang murni dan
masih asri. Disarankan untuk memilih site dengan topography yang mendukung
pergerakan udara yang dapat mengalirkan udara pada area yang panas dan lembab.
Banyak arsitek yang lebih suka menggunakan site dengan kemiringan yang sedang
untuk perancangan resort karna view dan estetika dapat terlihat maksimal. Selain
itu site yang bertransis juga dapat merubah kekuatan dan arah angin. Kecepatan
angin tertinggi terdapat pada puncak bukit, dan area dekat puncak. Pada udara
yang panas, area ini merupakan area yang akan mengalami peningkatan suhu
terendah. Area timur dan Barat site akan menerima radiasi tertinggi. Bangunan-
bangunan pada resort yang akan didirikan sebaiknya memiliki jarak yang
renggang agar dapat memaksimalkan pergerakan udara. Dalam perencanaan pola
masa pola masa parallel lebih di sarankan, namun harus tetap mempertimbangkan
arah angin dan matahari (Bromberek, 2009).
2.4.2 Landscape
Taman dapat digunakan sebagai suatu cara alami untuk mengurangi panas,
melakukan pendinginan serta meminimalisir kebisingan. Penggunaan vegetasi
sebaiknya menggunakan vegetasi lokal agar tidak menganggu ekosistem
margasatwa setempat. Upaya penghijauan juga merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup, bukan hanya itu vegetasi juga dapat membantu
pencegahan longsor, dan penyerapan air hujan (Frick & Suskiyatno, 1998).
Vegetasi juga dapat digunakan sebagai peneduh bangunan tanpa menghalangi
gerakan udara. Vegetasi yang rendah dapat digunakan sebagai dinding penyalur
udara, dan dapat diletakkan di area pejalan kaki (Bromberek, 2009). Merupakan
teknik landskap untuk daerah beriklim panas dan lembab yang disarankan oleh
Eco-Resort di Gianyar
30
Lechner (2011). Selain itu menurutnya penggunaan kolam air dan air mancur
dapat digunakan untuk megurangi suhu udara. Pada daerah panas dan lembab
kolam dan air mancur harus ditempatkan sesuai dengan arah angina agar tidak
menambah kelembaban udara.
Menurut Synder dan Catanese (1989) terdapat tiga pembagian yang dapat
digunakan yaitu, Pohon dapat digunakan sebagai pagar untuk menutupi area yang
tidak diinginkan, dan untuk melindungi privacy. Penggunaan semak belukar
sebagai tekstur, warna , dan keragaman pada pagar. Penggunaan rerumputan
sebagai tanda yang menyatakan sifat ruang dengan warna dan teksturnya.
Penebangan pohon dan pembangunan resort dapat membahayakan ekosistem yang
ada, maka dari itu dalam pembangunan resort kebutuhan-kebutuhan dan upaya
untuk melestarikan lingkungan serta ekosistem satwa harus dilakukan, dengan
upaya memberikan mereka tempat.
Gambar 2.13 Teknik- teknik Landskap untuk daerah beriklim panas dan lembab 1.
Sumber (Lechner, 2001: 361)
Eco-Resort di Gianyar
31
Gambar 2.14 Penggunaan pohon
Sumber: (Lechner, 2001: 362)
Gambar 2.15 Teknik- teknik Landskap untuk daerah beriklim panas dan lembab 2.
Sumber (Lechner, 2001: 361)
2.5 Klasifikasi Resort Berbintang
Klasifikasi resort berbintang tidak kalah jauh dengan klasifikasi hotel
berbintang. Berikut merupakan klasifikasi yang digunakan secara umum dan
khususnya di Indonesia. Menurut Marlina (2008) Terdapat beberapa pertimbangan
dalam menklasifikasikan resort seperti jumlah kamar, fasilitas dan peralatan yang
disediakan, model sistem pengelolaan, dan bermotto pelayanan. Klasifikasi sebuah
resort dilatar belakangi oleh beberapa faktor yang kemudian di nyatakan dengan
bintang. Berikut merupakan faktor-faktor tersebut :
1. Persyaratan fisik bangunan yang meliputi luasan, entrance, fasilitas listrik
darurat, lift, telepon, tangga, dan konstruksi
2. Kamar yang meliputi tipe kamar, fasilitas yang terdapat pada ruang, service
ruang, dan finishing ruang.
3. Kamar mandi yang meliputi fasilitas yang terdapat dalam kamar mandi,
ukuran, dan jumlah kamar mandi.
Eco-Resort di Gianyar
32
4. Area publik yang meliputi taman (area hijau) ball room, koridor, parkir, dan
toilet umum.
5. Service makanan yang meliputi bar, restaurant, room service, lounge,
entertaintment dan rekreasi.
6. Servise yang meliputi service bahasa, service tourist information and travel,
service medical, service kasir, dan service retail.
Berikut merupakan klasifikasi resort sesuai dengan klasifikasi yang telah di
jabarkan di atas.
1. Resort bintang 2
a. Umum
Lokasi dapat dijangkau dengan mudah, bebas polusi, nuansa arsitektur
Indonesia tercerminkan pada lobby, bangunan dengan kondisi yang baik,
terawat rapi dan bersih, sirkulasi yang mudah.
b. Bedroom
Memiliki jumlah kamar minimal 20 kamar dengan luasan masing-masing
22m2. Terdapat minimal 1 kamar suite dengan luas 44 m
2.. Memiliki
ketinggian lantai minimum 2,6 m. Tenang, aman, dan terdapat penghawaan
buatan, serta terdapat tirai sebagai penghalang sinar matahari. Minimal
terdapat 1 stop kontak pada kamar dan kamar mandi. Dinding kamar mandi
harus kedap air.
c. Dining room
Memiliki standar luas 1,5 m2
di setiap tempat duduk, memiliki ketinggian
ruang lebih dari 2,6m. Memiliki akses langsung menuju dapur, dan
menggunakan penghawaan alami atau buatan.
d. Bar
Memiliki standar luas 1.1 m2
di setiap tempat duduk, terdapat 1 buah bar
terpisah dari restoran, dilengkapi dengan wastafel yang digunakan untuk
mencuci baik menggunakan air panas maupun dingin
e. Lobby
Menggunakan penghawaan buatan maupun alami. Memiliki penerangan
dengan kapasitas minimum 150 lux.
f. Sarana olah raga dan rekreasi
Eco-Resort di Gianyar
33
Minimum terdapat 1 sarana olahraga dan rekreasi.
g. Utilitas penunjang
Terdapat transportasi vertical, memiliki kapasitas air sebesar
300/liter/orang/hari. Memiliki daya listrik yang cukup. Menggunakan
penghawaan alami maupun buatan. Memiliki ruang mekanik. Terdapat
sistem komunikasi lokal dan interlokal. Terdapat fasilitas sentral radio dan
carcall. Memiliki alat pendeteksi kebakaran, memiliki fasilitas pemadam
kebakaran seperti fire extinguisher, fire hydrant, dan pintu kamar yang tahan
terhadap api. Memiliki minimum 1 ruang kemanan. Memiliki tempat untuk
menampung sampah, dan memiliki pembuangan air kotor.
2. Resort bintang 3
Berikut merupakan klasifikasi yang terdapat pada resort bintang 3.
a. Umum
Memiliki nuansa arsitektur Indonesia yang tercerminkan pada lobby, kamar
tidur, restoran dan function room.
b. Kamar tidur
Memiliki jumlah kamar minimum 20 kamar standar yang memiliki luas
masing-masing 22 m2. Memiliki kamar tipe suite minimal 2 kamar dengan
masing-masing luas 44 m2, dan memiliki ketinggian lantai minimum 2,6m.
c. Dining room
Memiliki fasilitas toilet bila dining room tidak terletak berdampingan
dengan lobby.
d. Bar
Menggunakan penghawaan buatan bila terdapat pada ruang tertutup, dan
memiliki meja bartender minimal 1m.
e. Ruang Fungsional
Memiliki entrance yang terpisah dari lobby, dengan kapasitas 2,5 kali
jumlah kamar, memiliki toilet bila lantai terpisah dengan lobby, dan ruang
pre function.
f. Lobby
Memiliki luas minimum 30 m2. Terdapat lounge, minimum 1 toilet umum,
dan memiliki lebar koridor minimum 1,6m.
Eco-Resort di Gianyar
34
g. Drug store
Menyediakan apotik, poliklinik, paramedic, serta minimum terdapat bank,
money changer, travel agent, souvernir shop, butik dan salon.
h. Sarana rekreasi dan olahraga
Minimum terdapat satu sarana rekreasi dan olahraga, terdapat kolam renang
dewasa dan anak-anak. Resort yang terletak di dekat pantai memfasilitasi
sarana rekreasi seperti berperahu, menyelam, dan selancar. Resort yang
terletak di daerah pegunungan memfasilitasi sarana rekreasi seperti hiking,
berkuda, dan bersepeda.
i. Utilitas Penunjang
Memiliki fasilitas transportasi vertical mekanik. Memiliki kapasitas air 500
liter/orang/hari. Memiliki instalasi air panas ataupun dingin, memiliki
fasilitas telepon lokal dan interlokal. Terdapat PABX, serta dilengkapi
dengan sentral video/TV, radio, paging dan carcall.
3. Resort bintang 4
Berikut merupakan klasifikasi yang terdapat pada resort bintang 4.
a. Umum
Memiliki fasilitas minimum seperti yang terdapat pada resort bintang 3
b. Bedroom
Memiliki minimum 50 kamar tipe standar yang masing-masing memiliki
luas 24 m2. Memiliki minimum 3 kamar dengan tipe suite masing-masing
memiliki luas 48 m2. Memiliki ketinggian lantai minimum 2,6m, dan
ruangan masing-masing dilengkapi dengan penghawaan buatan.
c. Dining room
Memiliki dining room minimal 2, yang dimana salah satu dining room
merupakan coffee shop.
d. Bar
Minimum memiliki fasilitas yang sama dengan resort bintang 3.
e. Ruang Fungsional
Minimum memiliki fasilitas yang sama dengan resort bintang 3.
f. Lobby
Eco-Resort di Gianyar
35
Luasan lobby minimum 100 m2.
, yang dilengkapi dengan 2 toilet umum
untuk pria dan 3 toilet umum untuk wanita.
g. Drug Store
Minimum memiliki fasilitas yang sama dengan resort bintang 3.
h. Sarana rekreasi dan olahraga
Minimum memiliki fasilitas yang sama dengan resort bintang 3 dengan
penambahan fasilitas night club.
i. Utilitas penunjang
Minimum memiliki fasilitas yang sama dengan resort bintang 3. Namun
memiliki kapasitas air sebanyak 700 liter/orang/hari.
4. Resort bintang 5
Berikut merupakan klasifikasi yang terdapat pada resort bintang 5.
a. Umum
Memiliki fasilitas minimum seperti yang terdapat pada resort bintang 4.
b. Kamar Tidur
Terdapat minimum 100 kamar tipe standar masing-masing dengan luas 26
m2.
. Terdapat minimum 4 kamar tipe suite masing-masing dengan luas 52
m2.
. Memiliki ketinggian lantai minimal 2,6m. Masing-masing kamar
dilengkapi penghawaan buatan.
c. Dining room
Minimal memiliki 3 dining room, yang dimana lebih menspesialisasi
masakan contohnya masakan Jepang, Eropa, dan Indonesia.
d. Bar
Memiliki fasilitas minimum seperti yang terdapat pada resort bintang 4.
e. Ruang Fungsional
Memiliki fasilitas minimum seperti yang terdapat pada resort bintang 4.
f. Lobby
Memiliki fasilitas minimum seperti yang terdapat pada resort bintang 4.
g. Drug Store
Memiliki fasilitas minimum seperti yang terdapat pada resort bintang 4.
h. Sarana rekreasi dan olah raga
Eco-Resort di Gianyar
36
Memiliki fasilitas minimum seperti yang terdapat pada resort bintang 4
dengan tambahan playground.
i. Utilitas penunjang
Memiliki fasilitas minimum seperti yang terdapat pada resort bintang 4.
j. Business center
Ruang ini merupakan suatu ruang yang dimana tamu dapat melakukan
komunikasi dengan kantor pusat, maupun relasi bisnis. Pada business center
terdapat staff yang bertindak sebagai co-secretary. Pada ruang ini terdapat
fasilitas faksimili, mecanograf, dan internet.
k. Restoran
Restoran pada resort berbintang 5 dapat dibagi menjadi:
a) Main dining room yang menyediakan makanan internasional
b) Coffee shop yang menyediakan makan pagi, dan menu yang sederhana.
c) Restoran dengan tipe makanan yang spesifik contohnya grill-room, pizzarea,
dan Japanese.
d) Room service yang menyediakan hidangan makanan dan minimum yang
diantarkan ke kamar tamu.
e) Take out service dan out side catering yang menyediakan catering makanan
keluar resort.
2.6 Studi Banding
Studi banding merupakan observasi terhadap proyek sejenis yang dilakukan
sebagai perbandingan, contoh, dan acuan untuk membangun eco-resort yang baik,
benar. Object observasi akan menjadi refrensi bagi eco-resort yang akan di
bangun. Berikut merupakan studi banding yang telah di lakukan.
2.6.1 The Lokha Ubud Resort, Villas and Spa
Resort berbintang 5 The Lokha Ubud Resort, Villas and Spa terletak di
Keliki, Ubud. Di design dengan tujuan untuk mengapresiasi kesenian lokal serta
keindahan alam sekitar. Menurut nara sumber (Suwitha , 2016) selaku HRD, The
Lokha Ubud Resort, Villas and Spa dilengkapi dengan tropical landscape yang
terbentang hingga tepian sungai Wos. View pada The Lokha Ubud Resort, Villas
and Spa mengarah ke bukit yang terkenal dengan nama Bukit Cinta. Resort ini
merupakan tujuan bagi tourist yang ingin merasakan ketenangan dan menyatu
Eco-Resort di Gianyar
37
dengan alam (The Lokha ubud , 2013). Berikut merupakan fasilitas-fasilitas yang
terdapat pada The Lokha Ubud Resort, Villas and Spa:
N FASILITAS NO FASILITAS
1 52 unit kamar suite 11 Kid’s club
2 14 unit luxury pool villa 12 Library
3 2 Presedential villa 13 Bukit cinta restaurant
4 Banquet room 14 Wos river spa
5 Splash bar 15 Swimming pool
6 Bar 187 dan lounge 16 Outside shower
7 Business center 17 Wedding chapel
8 Gym room 18 Hut for yoga
9 Gallery 19 Wine cellar
10 Guest Activities center 20 Meering room
Tabel 2.2: Fasilitas pada The Lokha Ubud Resort, Villas dan Spa
Sumber: Hasil Observasi 27 Oktober 2016
Selain mengkaji fasilitas-fasilitas yang terdapat pada The Lokha Ubud
Resort, Villas and Spa perencanaan resort ekologis menjadi hal utama yang perlu
diperhatikan. Berikut merupakan penjabaranya:
a. Pencahayaan
Pencahayaan yang terdapat pada The Lokha Ubud Resort, Villas and Spa
diantaranya adalah pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami
dimaksimalkan pada ruangan yang terbuka seperti pada lobby, restaurant,
dan wedding chapel. Area yang terbuka ini dapat memaksimalkan
pencahayaan alami yang masuk pada area tersebut. lobby memiliki teritisan
atap yang berfungsi sebagai penghalang cahaya matahari yang masuk secara
langsung. Selain itu penggunaan tirai bambu pada restaurant sebagai
pencegah cahaya masuk secara langsung dan pencegah air hujan masuk
secara langsung. Pencahayaan yang digunakan pada ruangan menggunakan
pencahayaan alami dan buatan. Penggunaan jendela dan pintu dengan
material kaca memaksimalkan pencahayaan yang masuk ke dalam ruangan
dapat Selain itu penggunaan lampu-lampu LED di terapkan diseluruh
bangunan untuk menghemat energy.
b. Penghawaan
Penghawaan yang digunakan pada The Lokha Ubud Resort, Villas and Spa
merupakan penghawaan buatan dan alami. Sama hal nya dengan
pencahayaan, penghawaan alami yang maksimal terdapat pada ruangan yang
Eco-Resort di Gianyar
38
terbuka. Plafond pada ruangan di buat tinggi guna memaksimalkan
pergerakan udara di dalam ruangan (Gambar 2.16). Tanah yang bertransis
membuat udara mengalir dengan baik ke dalam ruangan. Penggunaan unsur
air seperti kolam dan vegetasi digunakan di beberapa area resort ini sebagai
penetralisir suhu (Gambar 2.17). Pada setiap kamar hotel di fasilitasi dengan
penghawaan buatan yang berupa AC.
c. Sumber energy
Sumber energy pada resort ini masih di dapat dari sumber energy PLN, dan
menggunakan genset sebagai cadangan energy. Penghematan energy pada
resort ini dilakukan dengan cara menggunakan lampu-lampu LED, serta
mematikan penggunaan listrik yang tidak diperlukan.
d. Air & Limbah
Hasil wawancara dengan duty engineer I Wayan suwitha (2016). Sistem
pengolahan air bekas dan air hujan yang diterapkan pada resort ini adalah
dengan sistem pengolan STP, yang dimana limbah dan air bekas digabung
dan kemudian di olah agar terpisah dari zat-zat kimia yang berbahaya.
Limbah dan air bekas yang telah di filter kemudian dialihkan melalui pipa-
pipa yang menuju ke sungai. Untuk sistem pengolahan sampah pada resort
ini, sampah di pilah dan dipisahkan sesuai dengan jenisnya, kemudian warga
lokal yang berkerja sebagai petugas sampah mengangkut sampah tersebut
dan di olah diluar resort.
e. Material Bangunan
The Lokha Ubud Resort, Villas and Spa menggunakan design modern,
namun tetap terlihat nuansa dan arsitektur Bali dari penggunaan ornamen,
seperti hiasan dinding, dan patung. Pada dinding bagian luar menggunakan
paras (Gambar 2.19). Material –material yang digunakan pada pembangunan
resort ini menggunakan material yang ramah lingkungan. Material yang
banyak digunakan adalah paras, kayu, dan batu alam. Pada gambar (2.17)
terdapat atap yang terbuat dari alang-alang, pada Gambar (2.18) terdapat
penggunaan material bambu pada plafond. Material-material ini tidak
memiliki dampak yang negatif terhadap lingkungan sekitar, bahkan material
Eco-Resort di Gianyar
39
ini membuat resort terlihat hangat, dan cocok digabungkan dengan
keindahan alam yang terdapat pada site tersebut.
Gambar 2.16 Lobby, Lounge dan Bar
Sumber : Observasi pribadi 27 Oktober 2016
Gambar 2.17 Presedential villa
Sumber : Observasi pribadi 27 Oktober 2016
Gambar 2.18 Penggunaan material bambu pada plafond lobby dan restaurant
Eco-Resort di Gianyar
40
Sumber: Observasi pribadi 27 Oktober 2016
Gambar 2.19 Unsur air dan vegetasi sebagai penetralisir suhu
Sumber: Observasi pribadi 27 Oktober 2016
Gambar 2.20 Penggunaan material dinding ramah lingkungan
Sumber: Observasi pribadi 27 Oktober 2016
Gambar 2.21 Kamar tipe Suite
Sumber: Observasi pribadi 27 Oktober 2016
Eco-Resort di Gianyar
41
Melalui observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa The
Lokha Ubud Resort, Villas and Spa dalam beberapa penerapanya, menerapkan
resort yang ekologis, contohnya pada upaya penghematan energy, pengolahan
limbah, upaya menggunakan pencahayaan, dan penghawaan alami, serta
penggunaan material pada bangunan. Maka dari itu dapat digunakan sebagai acuan
dan contoh dalam pembangunan eco-resort.
2.6.2 Bagus Jati- Health and Wellbeing Resort
Menurut Seki (2009) Resort ini merupakan resort berbintang 4 yang di
peruntunkan untuk kesehatan dan kesejahteraan. Memiliki luas 5 hektar dan
terletak di antara hutan tropis yang terletak di perbukitan Bali. Bagus jati hanya
memiliki 22 kamar dan difokuskan pada arsitektur alam serta therapy yang
diperuntukan untuk tamu yang menginap. Resort ini berbeda dari resort lainya
karna keasrianya. Terdapat kebun sayur, buah, dan tanaman obat-obatan yang
ditanam disekitaran bangunan digunakan untuk spa treatment, dan bahan makanan
(Gambar 2.27). Pengelolaan kebun-kebun ini dibantu oleh petani lokal. Menurut
nara sumber (Saryawa, 2016) selaku property manager adapapun fasilitas-fasilitas
yang terdapat di dalamnya adalah :
No Fasilitas No Fasilitas
1 Superior villa luas 70 m2 7 Fitness center
2 Deluxe spa villa 8 Balinese compound wedding
ceremony
3 2 unit 2 bedroom pool villa 9 Paon bali
4 Spa by sejati spa 10 Organic farm
5 Yoga & meditation pavilion 11 Surya restaurant & bar
6 Kolam renang 12 Iswari poolside cafe
Tabel 2.3 : Fasilitas pada Bagus Jati- Health and Wellbeing Resort
Sumber: Hasil Observasi 27 Oktober 2016
Selain mengkaji fasilitas-fasilitas yang terdapat pada Bagus Jati- Health
and Wellbeing Resort perencanaan resort ekologis menjadi hal utama yang perlu
diperhatikan. Berikut merupakan penjabaranya:
f. Pencahayaan
Pencahayaan yang digunakan pada Bagus Jati- Health and Wellbeing
Resort adalah pencahayaan alami dan buatan. Pada siang hari pencahayaan yang
digunakan adalah pencahayaan alami. Bukaan yang terdapat pada bangunan dan
penggunaan material kaca memaksimalkan cahaya yang masuk ke dalam ruangan,
Eco-Resort di Gianyar
42
sehingga tidak di perlukan pencahayaan buatan pada siang hari. Gambar 2.22
menunjukkan cahaya yang masuk secara maksimal pada guest room, kemudian
pada gambar 2.23 pada lobby dan salon, dan pada gambar 2.24 pada yoga
meditation area. Hal ini dikarenakan penggunaan dinding kaca, dan penggunaan
bukaan-bukaan pada ruangan.
g. Penghawaan
Menurut nara sumber (Saryawa, 2016) sebagai property manager Bagus
Jati- Health and Wellbeing Resort, resort ini tidak menggunakan bantuan
penghawaan buatan. Udara yang mengalir pada ruangan terbilang sangat baik,
plafond yang tinggi membantu udara mengalir dengan baik. Terlihat pada gambar
2.23 pada lobby dan salon merupakan area yang terbuka sehingga udara dapat
mengalir dengan baik. Guest room dan yoga meditation area memiliki bukaan
yang fleksibel dapat dibuka dan ditutup bila sesuai kebutuhan. Bagus Gede
Saryawa selaku property manager mengakatakan:
“Disini kita tidak menggunakan AC sebagai penghawaan buatan dikarekan suhu
yang rendah. Namun bila diperlukan kami menyediakan AC portable”.
Selain menggunakan bukaan dan plafond yang tinggi, unsur air dan vegetasi juga
membantu menetralisir suhu, dapat dilihat pada gambar 2. 25.
h. Sumber energy
Sumber energy pada resort ini masih di dapat dari sumber energy PLN.
Ruangan terbuka, serta upaya penggunaan pencahayaan dan penghawaan alami
merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan sumber energy
secara berlebihan. Selain itu lampu-lampu yang digunakan merupakan lampu-
lampu LED yang hemat akan penggunaan energy. Penggunaan Solar hut juga
digunakan untuk penyediaan energy yang digunakan untuk memanaskan air
(Gambar 2.28). Penyiraman taman yang dilakukan menggunakan cara manual
untuk menghemat energy. Selain itu lampu-lampu taman menggunakan timer
sehingga pada malam hari pada area tertentu lampu dimatikan.
i. Air & Limbah
Eco-Resort di Gianyar
43
Sumber air didapat dari air tanah yang terdapat pada permukaan tanah di
sekitaran resort. Sumber air yang terdapat pada bagian bawah site dibawa naik
menggunakan pompa air yang digerakkan oleh turbin. Kemudian untuk air hujan
resort ini banyak memiliki kebun dan vegetasi yang dapat menyerap air hujan
dengan baik. Dengan adanya kebun berupa kebun bunga, sayuran, buah-buahan,
serta kebun obat-obatan yang terdapat disekitar bangunan dan site membuat air
hujan tidak tergenang. Kemudian sistem pengolahan sampah pada resort ini
dibedakan menjadi sampah organik dan non-organik. Sampah organik yang
dihasilkan oleh resort ini di olah dan kemudian digunakan sebagai kompos untuk
tanaman-tanaman pada resort. Untuk sampah non-organik diambil oleh petugas
sampah lokal dan di olah diluar resort. Limbah yang dihasilkan pada resort ini
semua di tampung pada septintank.
j. Material Bangunan
Bangunan ini banyak menggunakan material kayu, yang dimana
merupakan material yang ramah lingkungan, dan tidak memiliki dampak negatif
bagi lingkungan sekitar. Penggunaan paras,bambu, dan batu alam juga merupakan
material bahan yang tidak dapat merusak lingkungan.
Bangunan ini menggunakan nuansa arsitektur tropis, yang dilengkapi dengan
penggunaan ornamen Bali, seperti pada hiasan dinding, dan pintu.
Eco-Resort di Gianyar
44
Gambar 2.22-bedroom pool villa
Sumber: Observasi Pribadi 3 November 2016
Gambar 2.23 lobby dan salon
Sumber: Observasi Pribadi 3 November 2016
Gambar 2.24 Yoga Meditation Area
Sumber: Observasi Pribadi 3 November 2016
Eco-Resort di Gianyar
45
Gambar 2.25 Unsur air dan vegetasi
Sumber: Observasi Pribadi 3 November 2016
Gambar 2.26 Landscape
Sumber: Observasi Pribadi 3 November 2016
Gambar 2.27 Kebun sayuran dan plafond yang tinggi
Sumber: Observasi Pribadi 3 November 2016
Eco-Resort di Gianyar
46
Gambar 2.28 Penggunaan solar hut dan pura yang terdapat pada resort
Sumber: Observasi Pribadi 3 November 2016
Gambar 2.29 Transis pada resort
Sumber: Observasi Pribadi 3 November 2016
Melalui informasi yang telah didapat pada Bagus Jati- Health and
Wellbeing Resort dapat disimpulkan bahwa resort ini menggunakan beberapa
kriteria mengenai arsitektur yang ekologis, diantaranya adalah upaya penggunaan
penghawaan, dan pencahayaan alami, penggunaan material ramah lingkungan,
penanaman tanaman yang ramah lingkungan, serta penerapan arsitektur tropis
pada ilklim tropis. Selain itu resort ini juga tidak hanya menunjukkan hubungan
yang baik terhadap linkungan namun juga terhadap masyarakat setempat. Terdapat
suatu pura yang terletak pada resort tersebut. Masyarkat lokal dapat dengan leluasa
Eco-Resort di Gianyar
47
masuk dan melakukan persembahyangan. Pembangunan resort ini juga membawa
dampak yang positif terhadap masyarakat lokal mulai dari ketersediaan energy
listrik, telfon, dan juga dari segi perekonomian.
2.7 Tinjauan Proyek Sejenis
Tinjauan proyek merupakan studi banding yang dilakukan dengan cara
mencari informasi melalui media cetak maupun media internet.
2.7.1 Daintree Eco-Lodge & Spa
Menurut world travel awards pemenang dari world leading eco-resort &
Spa pada tahun 2002 adalah Daintree Eco-Lodge. Selain itu telah memenangkan
world leading eco-lodge 2009, Australasias leading green hotel 2009, dan worlds
leading eco lodge 2007. Daintree Eco-lodge terletak di bagian utara Queensland
yang terletak di Australia. Resort ini terletak di site yang telah berusia 110 juta
tahun yang dulu merupakan rumah bagi suku Aboriginal Kuku Yalanji. Resort ini
memamfaatkan hutan yang alami sebagai penyembuhan dan ketenangan. Daintree
menjadi satu dengan budaya lokal serta alam sekitar untuk memberikan
pengalaman “kembali ke alam” pada pengunjung. Tercatat terdapat 135 spesies
burung di sekitar site dengan luas 12 hektar (Henry dan Taylor, 2005). Berikut
merupakan fasilitas yang terdapat di dalamnya:
No Fasilitas No Fasilitas
1 Restaurant 5 Art class
2 Bayan tree house 6 Crocodile spotting
3 Wedding Venue 7 Bird Watching
4 Aboriginal walk 8 Wellness Spa
Tabel 2.4 : Fasilitas pada Daintree Eco-Lodge & Spa
Sumber: Situs resmi Daintree Eco-Lodge & Spa di akses 28 Oktober 2016
Selain mengkaji fasilitas-fasilitas yang terdapat pada Daintree Eco-Lodge
& Spa perencanaan resort ekologis menjadi hal utama yang perlu diperhatikan.
Berikut merupakan penjabaranya:
a. Pencahayaan
Pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan alami dan buatan.
Pencahayaan alami dimaksimalkan dengan cara menggunakan bukaan dan
menggunakan material kaca agar cahaya dapat dengan mudah masuk ke dalam
ruangan. Penggunaan skylight juga digunakan untuk memaksilkan cahaya yang
masuk serta dapat melihat keindahan hutan dan bintang pada malam hari.
Eco-Resort di Gianyar
48
b. Penghawaan
Penghawaan yang digunakan adalah penghawaan buatan dan alami.
Penghawaan alami dimaksimalkan menggunakan bukaan-bukaan pada ruangan,
serta unsur air dan vegetasi yang terdapat di sekitar site membantu menetralisir
suhu. Suhu yang terdapat di sekitar lodge terbilang sejuk, karna dikelilingi oleh
hutan dan alam.
c. Sumber Energi
Area yang terletak di sebelah utara sungai Daintree tidak memiliki akses
tenaga listrik maka dari itu lodge ini menggunakan tenaga yang dihasilkan oleh
pembangkit listrik. Resort ini merupakan satu-satunya resort yang menggunakan
energy kombinasi antara pembangkit listrik dan battery power. Hal ini membuat
tamu untuk dapat tidur dengan nyenyak tanpa diganggu oleh suara mesin dan
mengurangi karbon emisi ke udara. Resort ini juga menggunakan tegangan rendah
serta lampu yang memiliki hidup yang panjang untuk dapat menghemat energy.
d. Air dan Limbah
Air didapat dari sumber air yang terdapat pada sekitaran hutan yang
kemudian disalurkan untuk memenuhi kebutuhan air pada resort tersebut. Air
langsung dapat diminium dan telah di test keselamatanya. Untuk limbah diolah
menggunakan system biocycle yang dimana limbah dihancurkan oleh bakteria,
tamu yang menginap di resort ini dilarang keras menggunakan bahan-bahan
chemical yang berbahaya seperti dilarang menggunakan detergent, bleach, dan
pewarna rambut. Selain itu seluruh penggunaan pembersih merupakan chemical
yang tidak berbahaya, bersifat biodegradable dan tidak mengandung
phetrochemicals dan phospates.
e. Material Bangunan
Material bangunan yang digunakan adalah material ramah lingkungan, dan
lokal seperti penggunaan kayu. Resort ini tidak menggunakan material yang dapat
merusak lingkungan karna merupakan suatu hal yang penting untuk menjaga
siklus hidup satwa dan lingkungan sekitar. Pembangunan terhadap resort ini tidak
menggunakan alat berat, dan hanya menggunakan bantuan linggis dan sekop.
Vegetasi existing juga dipertahankan, keseluruhan hanya 2 pohon yang
Eco-Resort di Gianyar
49
dipindahkan dalam pembangunan resort ini. Dimaksudkan agar pembangunan
tidak merusak alam setempat (Daintree Wilderness Lodge, 2013).
Gambar 2.30 Banyan Tree House
Sumber: Website Resmi Daintree Wilderness Lodge di unduh 28 Oktober 2016
Gambar 2.31 Banyan Tree House Exterior
Sumber: Website Resmi Daintree Wilderness Lodge di unduh 28 Oktober 2016
Eco-Resort di Gianyar
50
Gambar 2.32 Guest Room
Sumber: Website Resmi Daintree Wilderness Lodge di unduh 28 Oktober 2016
Gambar 2.33 Canopy Bayan
Eco-Resort di Gianyar
51
Sumber: Website Resmi Daintree Wilderness Lodge di unduh 28 Oktober 2016
Gambar 2.34 Alam sekitar resort
Sumber: Website Resmi Daintree Wilderness Lodge di unduh 28 Oktober 2016
Dalam kesimpulan Daintree Eco-Lodge & Spa dinobatkan sebagai world
leading eco-resort & Spa pada tahun 2002, yang dimana pembangunan resort
tersebut mulai dari proses pembangunan hingga maintenance melakukan segala
upaya untuk tidak merusak lingkungan setempat. Pembangunan yang tidak
menggunakan alat berat, energy yang diperoleh melalui tenaga listrik, site existing
dan vegetasi existing yang tidak dirubah, penggunaan alat pembersih tidak
berbahaya, material ramah lingkungan, penghawaan dan pencahayaan alami, serta
menyediakan rumah bagi satwa yang tinggal pada hutan Daintree tersebut. Dalam
pembangunannya resort tidak hanya sebagai wadah untuk memfasilitasi tamu,
namun juga sebagai rumah bagi satwa setempat.
2.8 Kesimpulan Studi Banding dan Tinjauan Proyek Sejenis
Berikut merupakan kesimpulan terhadap studi banding dan tinjauan proyek
sejenis yang telah di jabarkan di atas yang dimana akan digunakan sebagai
perbandingan dan acuan dalam merancang eco-resort:
1. Guest room lebih dari satu tipe, mulai dari standar hingga suite.
Eco-Resort di Gianyar
52
2. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalamnya menunjang fungsi utama guest
yaitu menginap. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya adalah restaurant, bar,
recreational activity, yoga meditation area, pool, gym, spa, dan salon.
3. Pencahayaan yang digunakan pada ketiga object menggunakan pencahayaan
alami, dan buatan, dengan memaksimalkan penggunaan bukaan-bukaan dan
ruang terbuka. Hal ini dilakukan dengan merancang bukaan sesuai dengan
orintasi matahari. Menggunakan material kaca dan skylight untuk
memasukkan cahaya ke dalam ruangan.
4. Penghawaan yang digunakan adalah penghawaan alami dan buatan. Untuk
Bagus Jati sendiri tidak terdapat penghawaan buatan berupa AC maupun
kipas angin. Hal ini dikarenakan suhu pada daerah Tegallalang yang
terbilang rendah. Hal ini dapat menjadi contoh pada bangunan yang terletak
di daerah dataran tinggi.
5. Ketiga object melakukan upaya-upaya untuk menghemat energy. The Lokha
Resort menggunakan lampu LED, Bagus Jati Health and Wellbeing Resort
menggunakan solar panel, serta Daintree Eco-Lodge & Spa menggunakan
pembangkit listrik.
6. Pengolahan sampah pada Bagus Jati Health and Wellbeing Resort dilakukan
di area resort yang dimana sampah organik di olah untuk dijadikan kompos.
Pengolahan limbah pada The Lokha Resort dan Daintree Eco-Lodge & Spa
menggunakan bakteria yang dapat menghancurkan limbah tersebut, yang
kemudian dijadikan bahan yang bebas terhadap chemical yang berbahaya.
7. Pembangunan Daintree Eco-Lodge & Spa sama sekali tidak menggunakan
bantuan alat berat yang dapat merusak ke adaan site setempat. Pembangunan
dilakukan di atas tanah, sehingga satwa, tanah, maupun tumbuhan tetap
alami dan terjaga.
8. Material bangunan yang digunakan pada ketiga object merupakan bahan
bangunan ramah lingkungan, yang juga sesuai dengan kondisi setempat.
2.9 Spesifikasi umum
Berdasarkan penjabaran informasi di atas, spesifikasi umum akan dirancang
sesuai dengan kriteria dan spesifikasi proyek secara umum yang akan dibangun,
dengan mengutamakan konsep resort yang ekologis. Perancangan bangunan yang
Eco-Resort di Gianyar
53
ramah lingkungan serta memenuhi kriteria-kriteria arsitektur ekologis akan di
tonjolkan pada pembangunan proyek ini.
1. Tujuan
Adapaun tujuan dalam perancangan eco-resort adalah untuk memenuhi
persyaratan guna mencapai gelar sarjanan teknik arsitektur pada Universitas
Udayana. Selain itu perancangan eco-resort ini merupakan tahapan awal
dalam penyusunan desain yang akan dilanjutkan pada mata kuliah Studio
Perancangan Tugas Akhir pada semester selanjutnya. Selain itu tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan akomodasi tamu yang datang ke Bali ataupun
Gianyar pada khusunya, perancangan resort ini juga bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap desain yang ramah lingkungan,
dan tidak memiliki dampak yang buruk pada lingkungan. Perancangan eco-
resort ini dapat digunakan sebagai acuan untuk contoh pembangunan
kedepanya. Tidak hanya untuk itu tapi peranangan ini juga bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
2. Resort Villa dengan pendekatan arsitektur ekologis
Gianyar merupakan Kabupaten yang memiliki keindahan alam yang
menakjubkan. Keindahan alam ini harus dilestarikan. Pembangunan di masa
sekarang harus dapat mempertahankan kelestarian tersebut. Hal ini membuat
Gianyar cocok digunakan sebagai lokasi pembangunan eco-resort. Selain itu
Gianyar memiliki potensi yang sangat baik bagi pembangunan akomodasi
wisata. Pembangunan eco-resort akan menerapkan arsitektur ekologis pada
bangunan dan landskap.
3. Fungsi
Eco-resort ini akan memiliki fungsi sebagai wadah akomodasi wisata bagi
wisatawan, sebagai pusat rekreasi, dan sebagai contoh bangunan arsitektur
yang ekologis.
4. Ruang lingkup sasaran wisatawan
Sasaran target wisatawan pada eco-resort ini adalah wisatawan domestik dan
internasional.
5. Fasilitas
Eco-Resort di Gianyar
54
Fasilitas yang terdapat pada eco-resort ini adalah fasilitas utama, fasilitas
penunjang, dan fasilitas pendukung.
6. Lokasi
Berdasarkan judul yang diangkat lokasi akan dipusatkan pada Kabupaten
Gianyar yang dimana memiliki potensi alam yang sangat baik.