bab ii ortopedi stupa 5 02102011

31
`Bab II Tinjauan umum Untuk merancang rumah sakit ortopedi khusus anak-anak maka diperlukan tinjauan-tinjauan untuk mengetahui interaksi dan aktivitas yang terjadi didalamnya, selain itu perlu pula kita mengetahui tinjauan lain terkait dengan perancangan seperti tinjauan kota, lingkungan sekitar dan kondisi geografis untuk perancangan serta tinjauan dasar mengenai teori rumah sakit ortopedi anak. Untuk itu penulis melakukan survei dan tinjauan langsung dengan mengambil objek rumah sakit ortopedi Surakarta yang menjadi preseden. Secara garis besar di dalam bab ini, tinjauan dibedakan menjadi 2, yakni tinjauan teori mengenai rumah sakit dan tinjauan kota Klaten. A. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Rumah Sakit, Rumah Sakit Orthopedi dan Rumah Sakit Orthopedi Anak Rumah sakit adalah Suatu lembaga yang memelihara dan memiliki fasilitas – fasilitas untuk menetapkan diagnosa, mengobati dan merawat individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain yang membutuhkan tempat perawatan dibawah ruangan lembaga tersebut 1 . Rumah sakit adalah Suatu bangunan atau ruang yang digunakan untuk menampung dan merawat orang sakit maupun bersalin 2 . 1 The American People Encyclopedia, hal 662 2 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 031, Binhup 1972, Bab II Ayat 1 tentang Rumah sakit

Upload: fajar-indonesia

Post on 03-Aug-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

`Bab II

Tinjauan umum

Untuk merancang rumah sakit ortopedi khusus anak-anak maka diperlukan

tinjauan-tinjauan untuk mengetahui interaksi dan aktivitas yang terjadi didalamnya,

selain itu perlu pula kita mengetahui tinjauan lain terkait dengan perancangan seperti

tinjauan kota, lingkungan sekitar dan kondisi geografis untuk perancangan serta

tinjauan dasar mengenai teori rumah sakit ortopedi anak. Untuk itu penulis

melakukan survei dan tinjauan langsung dengan mengambil objek rumah sakit

ortopedi Surakarta yang menjadi preseden. Secara garis besar di dalam bab ini,

tinjauan dibedakan menjadi 2, yakni tinjauan teori mengenai rumah sakit dan

tinjauan kota Klaten.

A. TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Rumah Sakit, Rumah Sakit Orthopedi dan Rumah Sakit

Orthopedi Anak

Rumah sakit adalah Suatu lembaga yang memelihara dan memiliki fasilitas –

fasilitas untuk menetapkan diagnosa, mengobati dan merawat individu yang

mempunyai hubungan satu dengan yang lain yang membutuhkan tempat perawatan

dibawah ruangan lembaga tersebut1.

Rumah sakit adalah Suatu bangunan atau ruang yang digunakan untuk

menampung dan merawat orang sakit maupun bersalin2.

Ortopedi adalah ilmu tentang penyembuhan tulang anggota gerak atau

tulang punggung yg tidak lurus atau salah bentuk3.

Ortopedi juga bermakna cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang

cedera akut, kronis, dan trauma serta gangguan lain sistem muskuloskeletal. Dokter

bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal termasuk

artritis, trauma dan kongenital menggunakan peralatan bedah dan non-bedah4.

Anak bermakna Laki/laki atau perempuan dimana bayi neonatus sampai

remaja (2 -14 tahun)4.

1 The American People Encyclopedia, hal 6622 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 031, Binhup 1972, Bab II Ayat 1 tentang Rumah sakit3Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas 2008 halaman 10244 Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI

Page 2: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Dengan demikian, Rumah Sakit Orthopedi Anak adalah Suatu lembaga

yang memelihara dan memiliki fasilitas – fasilitas untuk menetapkan diagnosa,

mengobati dan merawat individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain

terkait pada pelayanan mengenai cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang

cedera akut, kronis, dan trauma serta gangguan lain sistem muskuloskeletal. Dokter

bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal termasuk

artritis, trauma dan kongenital menggunakan peralatan bedah dan non-bedah yang

dilakukan pada Laki/laki atau perempuan dimana rentang usianya dari bayi neonatus

sampai remaja (2-14 tahun).

2. Type Rumah sakit

a. Type Rumah Sakit menurut Dasar – Dasar Arsitektur dan AHM (Advanced

Hospital Management) :

Pavilliun, berkembang dari tahun 1860 sampe 1900, massa dibuat

dengan model bangunan rendah dan tata massa menyebar

menjadikan biaya pelaksanaan mahal karena terlalu menyebar dan

memerlukan banyak ruang, tidak hemat, sukar untuk dicapai dan

mendapatkan klinik yang dibutuhkan, serta sulit untuk memisahkan

sirkulasi pasien, pengunjung dan tamu non pengunjung dan pasien.

Satellite atau Mobobloc, berkembang dari tahun 1900 – 1950, blok

utama dan bangsal berbentuk satelit atau bangunan tinggi.

Memerlukan banyak pengondisian udara buatan sehingga banyak

membutuhkan, tambahan pada paviliun dengan ruang perawatan

paviliun akan tetapi jarak ke blok pelayanan utama masih terlalu

besar.

Comb atau Titanic, berkembang tahun 1950 – 1980. Bangsal

dihubungkan dengan tempat perawatan ke poliklinik, yang dapat

dibagi lagi, tetapi bagian sisi menghalangi pemandangan bangsal

yang menghadap ruang perawatan dari bangsal yang

bersebelahan. Pada system Comb (Block) bangsal, terletak

bersisian dengan yang lainnya dalam satu baris dengan ruang

perawatan dan pelayanan dibelakang atau di depan blok klinik

dengan tinggi yang sama. Bentuk ini terlalu banyak memakan biaya

baik dalam pembuatannya maupun operasionalnya, teknologi tinggi

Page 3: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

yang terdapat di dalamnya malah menyerap energi terlalu besar

sehingga tidak diperoleh efisiensi di dalamnya.

Horsehou atau village, luas tempat yang dibutuhkan lebih kecil,

bangunan dibuat tipis, koridor lebih pendek sehingga harga operasi

pelaksanaan lebih murah. Penyatuan rumahsakit yang efisien

dengan rute pendek. Mudh diperluas dengan blok tambahan lain.

b. Penggolongan dan Klasifikasi Rumah Sakit menurut Kementrian

Kesehatan RI

Penggolongan Rumah sakit menurtut Kemenkes RI5 :

No. Jenis Keterangan

1. Berdasarkan

Kepemilikan

RS Umum Milik Pemerintah

RS Swasta Milik

perorangan/golongan

2. Jenis Pelayanan RS Umum Memberikan pelayanan

Umum termasuk

persalinan

RS Swasta Memberikan pelayanan

satu bidang spesialisasi

5 Direktorat Jendral Pelayanan Medik DEPKES RI 1994

Page 4: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Klasifikasi Rumah Sakit menurut Kementrian Kesehatan RI :

c. Persyaratan Rumah Sakit Khusus.

Persyaratan rumah sakit khusus diambil dari persyaratan menteri

kesehatan Republik Indonesia No. 920/Menkes/RI/Per/XII/1989 tentang

upaya pelayanan kesehatan di bidang medik, bab IV pasal 5 dan pasal 18.

Dalam pasal 5, yang berbunyi :

“Lokasi, tempat pelayanan medik dasar dan medik spesialistik harus

ditempatkan sesuai dengan fungsinya”

No Klasifikasi RS Keterangan

1. Rumah sakit kelas A Top National Referral Hospital atau Rumah Sakit

rujukan nasional

Pelayanan medis umum dan spesialisasi

Tempat tidur 1000-1500

Di bawah kepemilikan pemerintah pusat

2. Rumah sakit kelas B Pelayanan medis umum dan sekurang-kurangnya

10 bedah spesialisasi

Tempat tidur 500-1000

Berada di kota propinsi

Di bawah pengelolaan Pemda Tingkat I

3. Rumah sakit kelas C Pelayanan medis umum dan 4 cabang spesialisasi

Tempat tidur 250-500

Berada di kotamadya atau kota

Di bawah pengelolaan Pemda DATI-II dan DATI-I

4. Rumah sakit kelas D Pelayanan yang bersifat umum

Tempat tidur 25-100

Berada di Kawedanan

Di bawah pengelolaan Pemda DATI-II dan DATI-I

5. Rumah sakit kelas E Pelayanan kesehatan satu macam penyakit

Page 5: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Dalam pasal 18, yang berbunyi :

“Rumah Sakit khusus diselenggarakan dengan persyaratan sebagai

berikut:

1) Dipimpin oleh seorang dokter spesialis atau dokter umum yang bekerja

penuh dan telah memiliki surat ijin dokter

2) Mempunyai tenaga medis, paramedis perawatan, paramedis non

perawat, tenaga non medis dan tenaga medis spesialisasi

3) Mempunyai susunan organisasi dan tata kerja yang berpedoman pada

standardisasi rumah sakit

4) Mempunyai peralatan medis, penunjang medis, non medis, dan obat –

obatan yang berpedoman pada standardisasi rumah sakit

5) Standardisasi diatas ditetapkan oleh Dirjen Pelayanan Medik

6) Semua tenaga medis di Rumah Sakit Khusus harus mempunyai surat

ijin praktek sesuai dengan perundangan yang berlaku.

7) Harus memiliki gedung :

Page 6: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

d. Kebutuhan Aksesibilitas Khusus di Dalam Rumah Sakit Ortopedi

Anak

Fasilitas publik adalah semua atau sebagian dari kelengkapan prasarana

dan sarana pada bangunan gedung dan lingkungannya agar dapat diakses

dan dimanfaatkan oleh semua orang termasuk kaum difabel dan lansia guna

mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan (Anonim,).

Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas dalam bangunan gedung dan

lingkungan, harus dilengkapi dengan penyediaan fasilitas dan aksesibilitas.

Setiap orang atau badan termasuk instansi pemerintah dalam

penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung wajib memenuhi

persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas. Dalam hal ini ada beberapa hal

yang perlu mendapatkan perhatian: (1) Keselamatan, yaitu setiap bangunan

yang bersifat umum dalam suatu lingkungan yaitu setiap orang dapat

mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu

lingkungan. (3) Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan

semua tempat atau bangunan yang bersifat urnurn dalam suatu lingkungan.

(4) Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan

mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam

suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain (Anonim.).

Berbagai fasilitas publik yang aksesibel tersebut sudah ada pentunjuk

teknisnya yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

30/PRT/M/ tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada

Bangunan Gedung dan Lingkungan. Dalam naskah ini hanya dikemukakan

beberapa contoh. antara lain, berkenaan dengan ukuran dasar ruang, jalur

pemandu. ram. dan toilet. sebagai berikut:

1. Ukuran Ruang

i. Esensi

Ukuran dasar ruang tiga dimensi (panjang. lebar, tinggi) yang

mengacu kepada ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang

digunakan. dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi

pergerakannya.

Page 7: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

ii. Persyaratan

Ukuran dasar ruang diterapkan dengan mempertimbangkan

fungsi bangunan, bangunan dengan fungsi yang memungkinkan

digunakan oleh orang banyak secara sekaligus, seperti balai

pertemuan. hioskop. Dan sebagainya. Harus menggunakan

ukuran dasar maksimum.

Ukuran dasar minimum dan maksimum yang digunakan dalam

pedoman ini dapat ditambah atau dikurangi sepanjang asas-asas

aksesibilitas dapat tercapai.

Ukuran Dan Detail Penerapan Standar

2. Jalur Pemandu

i. Esensi

Jalur yang memandu kaum difabel untuk berjalan dengan

memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan.

ii. Persyaratan

Tekstur ubin pengarah berrnotif garis-garis rnenunjukkan arah

perjalanan.

Gambar 2

Sumber : Dinamika Pendidikan No.

Gambar 3

Sumber : Dinamika Pendidikan No.

Gambar 4

Sumber : Dinamika Pendidikan No.

Page 8: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Tekstur ubin peringatan (bulat) rnernberi peringatan terhadap

adanya perubahan situasi di sekitarnya.

Daerah-daerah yang hams rnenggunakan ubin tekstur pernandu

(guiding blocks) antara lain :

1) Di depanjalur lalu-lintas kendaraan.

2) Di depan pintu rnasuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas

persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai.

3) Di pintu rnasuklkeluar pad a terminal transportasi urnurn atau

area penurnpang.

4) Pada pedestrian yang rnenghubungkan antarajalan dan

bangunan.

5) Pada pernandu arah dari fasilitas urnurn ke stasi un

transportasi umum terdekat.

Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pernandu pada pedestrian

yang telah ada perlu memperhatikan tekstur dari ubin eksisting,

sedernikian sehingga tidak terjadi kebingungan dalarn

rnernbedakan tekstur ubin pengarah dan tekstur ubin peringatan.

Untuk memberikan perbedaan warna antara ubin pernandu

dengan ubin lainnya, rnaka pada ubin pernandu dapat diberi warn

a kuning atau jingga.

iii. Ukuran Dan Detail Penerapan Standar

3. Ramp

i. Esensi

Gambar 5

Sumber : Dinamika Pendidikan No. 1ITh.XIV/ Gambar 6 Sumber : Dinamika Pendidikan No. 1ITh.XIV/ Mei 2007

Page 9: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan

kemiringan tertentu sebagai altematif bagi orang yang tidak dapat

menggunakan tangga.

ii. Persyaratan-persyaratan

Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh

melebihi 7°, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk

awalan atau akhiran ramp (curb ramps/landing) Sedangkan

kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum

6°.

Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7°) tidak

boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan

yang lebih rendah dapat lebih panjang.

Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman,

dan 120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang juga

digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan

angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama

lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi

tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi

sendiri-sendiri.

Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp

harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-

kurangnya untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimum

160 cm.

Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus

memiliki tehtur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.

Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, diraneang untuk

menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar

dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas

jalan umum atau persimpangan hams dibuat sedemikian mpa

agar tidak mengganggujalan umum.

Ramp harus diterangi dengan peneahayaan yang cukup

sehingga membantu penggunaan ramp saat malam hari.

Pencahayaan disediakan pada bagian-bagian ramp yang

Page 10: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan

bagian- bagian yang membahayakan.

Ramp hams dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail)

yang dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai.

iii. Ukuran Dan Detail Penerapan Standar

4. Kamar Kecil

i. Esensi

Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa

terkecuali kaum difabel, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada

bangunan atau fasilitas umum lainnya.

ii. Persyaratan

Toilet atau kamar kecil urnurn yang aksesibel harus dilengkapi

dengan tampilan rambu bagi difabel pada bagian luamya.

Toilet atau kamar kedl urnum hams memiliki mang gerak yang

cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.

Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan

ketinggian pengguna kursi roda. (45-50 cm)

Toilet atau kamar kecil umum hams dilengkapi dengan

pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan

ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan kaum

difabel yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-

siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna

kursi roda.

Gambar 7 Sumber : Dinamika Pendidikan No. 1ITh.XIV/ Mei 2007

Page 11: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Letak kertas tissu, air, kran air atau paneuran (shower) dan

perlengkapan perlengkapan seperti tempat sabun dan

pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah

digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan-keterbatasan

fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.

Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel.

Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.

Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi

roda untuk membuka dan menutup.

Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa

dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.

Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah

pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol

pencahayaan darurat (emergency light button) bila sewaktu-

waktu terjadi listrik padam

iii. Ukuran Dan Detail Penerapan Standar

5. Hambatan terhadap Aksesibilitas

Hambatan arsitektural mempengaruhi tiga kategori, yaitu:

Kecacatan fisik, yang mencakup mereka yang menggunakan

kursi roda, semi-ambulant, dan mereka yang memiliki

hambatan manipulatoris yaitu kesulitan gerak otot;

Gambar 8 Sumber : Dinamika Pendidikan No. 1ITh.XIV/ Mei 2007

Gambar 9 Sumber : Dinamika Pendidikan No. 1ITh.XIV/ Mei 2007

Page 12: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Kecacatan sensoris (alat indra) yang meliputi orang tunanetra

dan tunarungu;

Kecacatan intelektual (tunagrahita).

i. Hambatan Arsitektural bagi Pengguna Kursi Roda

Hambatan yang dihadapi oleh para pengguna kursi roda sebagai

akibat dari desain arsitektural saat ini mencakup:

Perubahan tingkat ketinggian permukaan yang mendadak

seperti pada tangga atau parit.

Tidak adanya pertautan landai antara jalan dan trotoar.

Tidak cukupnya ruang untuk lutut di bawah meja atau

wastapel.

Tidak cukupnya ruang untuk berbelok, lubang pintu dan koridor

yang terlalu semit

Permukaan jalan yang renjul (misalnya karena adanya

bebatuan) menghambat jalannya kursi roda.

Pintu yang terlalu berat dan sulit dibuka.

Tombol-tombol yang terlalu tinggi letaknya.

ii. Hambatan yang Dihadapi Penyandang Semi-ambulant

Semi-ambulant adalah tunadaksa yang mengalami kesulitan

berjalan tetapi tidak memerlukan kursi roda. Hambatan arsitektural

yang mereka hadapi antara lain mencakup:

Tangga yang terlalu tinggi.

Lantai yang terlalu licin.

Bergerak cepat melalui pintu putar atau pintu yang menutup

secara otomatis.

Pintu lift yang menutup terlalu cepat.

Tangga berjalan tanpa pegangan yang bergerak terlalu cepat.

iii. Hambatan Arsitektural bagi Tunanetra

Yang dimaksud dengan tunanetra adalah mereka yang tidak

memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang

masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak cukup baik untuk dapat

membaca tulisan biasa meskipun sudah dibantu dengan kaca

Page 13: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

mata. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi para tunanetra sebagai

akibat dari desain arsitektural selama ini antara lain:

Tidak adanya petunjuk arah atau ciri-ciri yang dapat didengar

atau dilihat dengan penglihatan terbatas yang menunjukkan

nomor lantai pada gedung-gedung bertingkat.

Rintangan-rintangan kecil seperti jendela yang membuka ke

luar atau papan reklame yang dipasang di tempat pejalan kaki.

Cahaya yang menyilaukan atau terlalu redup.

Lift tanpa petunjuk taktual (dapat diraba) untuk membedakan

bermacam-macam tombol, atau petunjuk suara untuk

menunjukkan nomor lantai.

iv. Hambatan bagi Tunarungu

Para tunarungu tidak mungkin dapat memahami pengumuman

melalui pengeras suara di bandara atau terminal angkutan umum.

Mereka juga mengalami kesulitan membaca bibir di auditorium

dengan pencahayaan yang buruk, dan mereka mungkin tidak dapat

mendengar bunyi tanda bahaya.

v. Hambatan bagi Tunagrahita

Para tunagrahita yang memiliki masalah dengan

keintelektualannya akan mengalami kesulitan mencari jalan di

dalam lingkungan baru jika di sana tidak terdapat petunjuk jalan

yang jelas dan baku.

B. TINJAUAN KOTA DAERAH TINGKAT II KLATEN

1. Kondisi Geografis Dan Topografis

Secara geografis Kota Klaten terletak diantara 110°30'-110°45' Bujur Timur

dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Klaten mencapai 665,56

km2. Menurut topografi Kota Klaten terletak diantara gunung Merapi dan

pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter diatas permukaan

laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal

miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan.

Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah kota Klaten terdiri dari dataran dan

pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak

Page 14: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut. 77,52% terletak di ketinggian

100-500 meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-

1000 meter dari permukaan air laut. Keadaan iklim Kota Klaten termasuk iklim

tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun,

temperatur udara rata-rata 28°-30° Celsius dengan kecepatan angin rata-rata

sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari

(350mm) dan curah hujan terrendah bulan Juli (8mm).

Sebagian besar wilayah kota ini adalah dataran rendah dan tanah

bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem

Gunung Merapi. Ibukota kota ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta.

Batas – batasnya antara lain:

1. Sebelah utara dengan Kab. Boyolali.

2. Sebelah timur dengan Kab. Sukoharjo.

3. Sebelah selatan dengan Propinsi DI. Yogyakarta

4. Sebelah barat dengan Propinsi DI. Yogyakarta

Peta Wilayah Daerah Tingkat II Klaten, Jawa Tengah

2. Pemerintah Daerah

Kota Klaten terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas 391 desa dan 10

kelurahan. Ibukotanya adalah adalah Klaten, yang sebenarnya terdiri atas tiga

kecamatan yaitu Klaten Utara, Klaten Tengah, dan Klaten Selatan. Klaten dulunya

merupakan Kota Administratif, namun sejak diberlakukannya Undang-undang

Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, tidak dikenal adanya kota

Page 15: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

administratif, dan Kota Administratif Klaten kembali menjadi bagian dari wilayah

Kabupaten Klaten. Kecamatan di Klaten :

Bayat

Cawas

Ceper

Delanggu

Gantiwarno

Jatinom

Jogonalan

Juwiring

Kalikotes

Karanganom

Karangdowo

Karangnongko

Kebonarum

Kemalang

Klaten Utara

Klaten Tengah

Klaten Selatan

Manisrenggo

Ngawen

Pedan

Polanharjo

Prambanan

Trucuk

Tulung

Wedi

Wonosari

3. Perkembangan Potensi Dan Fungsi Kota

a. Pertumbuhan penduduk kota Klaten

Pertumbuhan penduduk kota Klaten6 sekitar 0,26% per tahun, dengan

perkembangan penduduk terbanyak terjadi di kecamatan Klaten Selatan yang

mendekati pusat kota, dengan demikian, strategi pengembangan kota akan

mengacu pada konsep metropolitan yakni pengembangan terjadi pada pusat

kota kemudian meluas ke tepi pusat kota. Proyeksi tambahan jumlah

penduduk dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

NO KECAMATAN

LUAS JUMLAH KEPADATANWILAYAH PENDUDUK PER KM 2

( KM 2 )    1 2 3 4 5

1KLATEN SELATAN 1443

41,121 28.50

2 KLATEN TENGAH 892 43,87

5 49.19

3 KLATEN UTARA 1038 42,65

0 41.09

4 WEDI 2438 55,96

8 22.96

5 KEBONARUM 967 21,67

5 22.41

6 Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Klaten, 2007

Page 16: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

6 NGAWEN 1697 44,36

3 26.14

7 KALIKOTES 1298 37,26

7 28.71

8 JOGONALAN 2607 57,95

5 22.23

9 GANTIWARNO 2564 39,48

6 15.41

10 PRAMBANAN 2443 49,01

7 20.06

11 MANISRENGGO 2696 41,73

0 15.48

12 KEMALANG 5166 34,54

6 6.69

13 KARANGNONGKO 2674 38,41

9 14.37

14 JATINOM 3653 57,15

3 15.65

15 KARANGANOM 2406 49,06

2 20.39

16 TULUNG 3200 54,45

9 17.02

17 POLANHARJO 2384 45,85

9 19.24

18 PEDAN 1917 48,74

3 25.43

19 KARANGDOWO 2923 50,80

9 17.38

20 CAWAS 3447 65,93

4 19.13

21 TRUCUK 3381 81,85

9 24.21

22 BAYAT 3943 63,61

5 16.13

23 DELANGGU 1878 45,74

0 24.36

24 CEPER 2445 63,50

7 26.07

25 JUWIRING 2979 61,01

1 20.48

26 WONOSARI 3114 62,53

5 20.08         

 JUMLAH 65593 1298620 19.8

 

Page 17: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Tabel 2.3 Tabel proyeksi pertumbuhan penduduk kota Klaten tahun 2007

Dan penyebaran kepadatan penduduk wilayah pemerintahan

kabupaten Klaten7 adalah digambarkan pada peta berikut :

b. Peningkatan Perekonomian

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Klaten selama tahun dapat

dilihat pada pertumbuhan produk domestik Regional bruto (PDRB) atas dasar

harga konstan 2000 yaitu sebasar 2,30%. Dibandingkan tahun- tahun

sebelumnya, pertumbuhan tahun merupakan pertumbuhan yang paling

rendah. Keadaan ini disebabkan karena bencana alam gempa bumi yang

melanda Kabupaten Klaten tanggal 27 mei yang menyebabkan begitu

banyak rumah yang roboh, rusak berat yang tidak layak huni lagi. Sehingga

sangat mempengaruhi di sub sektor sewa rumah yang mengakibatkan

pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan turun

sebesar 8,17 %, sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan

sebesar 6,14 %. Penggalian pasir yang sempat terganggu dibulan april dan

mei karena status awas merapi tenyata dengan adanya banjir lahar dingin di

akhir bulan nopember dapat mengangkat produksi pasir sehingga untuk tahun

sektor penggalian mengalami kenaikan sebesar 16,86 %.

7 Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Klaten, 2010

Page 18: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Dengan adanya dana rekonstruksi rumah tahap I (pertama), mendorong

sektor bangunan/konstruksi mengalami kenaikan sebesar 15,03%.

Produkstifitas komoditi padi juga meningkat tinggi di tahun , juga cukup

membantu mengangkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klaten yang

terpuruk akibat gempa.

c. Perkembangan Fungsi Kota Klaten

Wilayah kotamadya Dati II Klaten, merupakan kota yang sudah cukup

dapat dikatakan mapan, mempunyai banyak peranan dan fungsi sebagai

kota pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan, pariwisata, olahraga

serta sosial budaya.

Seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Tabel fungsi dan skala pelayanan Kotamadya Dati II Klaten:

No Fungsi kota Skala pelayanan

1. Pemerintahan Lokal dan Regional

2. Industri Lokal, Regional dan Nasional

3. Pendidikan Lokal, Regional dan Nasional

4. Pariwisata dan Sosial

Budaya

Lokal, Regional dan

Internasional

5. Perdagangan Lokal dan Regional

6. Pusat Olahraga Lokal, Regional dan Nasional

Sumber: Perda no. 8/1993 dan pengolahan studio

Sementara pada rencana umum tata ruang kota Klaten sendiri,

pengembangan kota klaten dibagi dalam 7 sub wilayah perencanaan (SWP)

yakni:

SWP 1 meliputi :

kecamatan Klaten

Selatan, Klaten

Tengah, Klaten

Utara, Kalikotes.

Dengan pusat

pertumbuhan di

kota Klaten.

Page 19: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

SWP 2 meliputi : kecamatan Gantiwarno, Jogonalan,

Prambanan, Wedi. Dengan pusat pertumbuhan di kecamatan

Prambanan

SWP 3 meliputi : kecamatan Karangnongko, Kebon Arum,

Kemalang dan Manisrenggo. Dengan pusat pertumbuhan di

kecamatan Kemalang.

SWP 4 meliputi : kecamatan Jatinom, Karang Anom, Ngawen,

dan Tulung. Dengan pusat pertumbuhan di kecamatan Jatinom.

SWP 5 meliputi : kecamatan Ceper, Delanggu, Polanharjo.

Dengan pusat pertumbuhan di kecamatan Delanggu.

SWP 6 meliputi : kecamatan Juwiring, Karangdowo, Pedan,

Wonosari. Dengan pusat pertumbuhan di kecamatan Juwiring.

SWP 7 meliputi : kecamatan Bayat, Cawas dan Trucuk dengan

pusat pertumbuhan di kecamatan Bayat.

d. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Dalam pelaksananaan pembangunan kawasan perwilayahan, diperlukan

pengendalian tata ruang yang terdiri dari arahan :

Peraturan zonasi : yang didalamnya meliputi rencana KDB, KLB,

Perpetakan Bangunan, Garis Sepadan Bangunan dan Garis Sepadan

Sungai

Perizinan meliputi Ijin Lokasi, IMB, Layak Fungsi, AMDAL, RKL, RPL,

ANDAL

Insentif dan Disinsentif

Penertiban Penyimpangan Tata Ruang meliputi Proses Penertiban,

Tahap Penindakan Penertiban dan Lokasi Pendindakan Penertiban.

C. TINJAUAN SPESIFIKASI PENYAKIT YANG DILAYANI RUMAH SAKIT

ORTOPEDI ANAK

Penyakit – penyakit yang dilayani oleh Rumah Sakit Ortopedi Anak yang

sekaligus sebagai bagian dari layanan istilah dan berpengaruh pada organisasi

ruang dalam poliklinik di dalam Rumah Sakit Ortopedi Anak adalah :

1. DDH (Developmental Dysplasia of the Hip)

Page 20: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

DDH ini biasanya mencakup berbagai kondisi dari ketidakstabilan atau

dislokasi pinggul. Jika dapat terdeteksi saat dini, maka pengobatan yang

diberikan cukup sederhana dan tidak membutuhkan operasi. Kondisi pinggul

yang tidak biasa pada bayi merupakan salah satu masalah serius. Karena jika

telat dideteksi dapat menyebabkan pengobatan yang mahal dan

menimbulkan kecacatan yang permanen mulai dari kaki pincang, tulang

mudah patah, hingga tidak bisa berjalan.

2. CTEV (Congenital Talipes Equinus Varus)

Kaki pengkor atau CTEV disebabkan adanya kelainan otot. Kaki memanjang

secara tidak sama antara yang belakang dengan depan. Bagian belakang

ketinggalan, sehingga memutar. Ditangani sedini mungkin dengan cara yang

dilakukan antara lain mengkoreksi kaki dengan menggunakan gips.

3. Cerebal Palsy (CP)

Cerebral palsy (CP) merupakan kelainan fungsi motorik (kebalikan dari fungsi

mental) dan postural yang diperoleh pada usia dini, bahkan sebelum

lahir. Tanda dan gejala cerebral palsy biasanya ditunjukkan pada tahun

pertama kehidupan.

Kelainan sistem motorik ini  merupakan akibat lesi otak yang non-

progresif. Sistem motor tubuh memberikan kemampuan untuk bergerak dan

mengendalikan gerakan.  Lesi otak adalah setiap kelainan struktur atau fungsi

otak. Cerebral palsy mempengaruhi sekitar 1-3 dari setiap seribu anak yang

lahir. Namun, jauh lebih tinggi pada bayi yang lahir dengan berat badan

sangat rendah dan pada bayi prematur. Sebagian besar penyebab cerebral

palsy tidak memiliki , perawatan kuratif spesifik. Namun, anak-anak cerebral

palsy dengan banyak masalah medis yang saat ini dapat diobati atau

dicegah. Tahap awal pengobatan melibatkan tim interdisipliner, yang terdiri

dari dokter anak, lebih baik dengan pengalaman pada gangguan

perkembangan saraf, seorang ahli saraf (atau praktisi neurologis lainnya),

merupakan praktisi kesehatan mental , seorang ahli bedah ortopedi, ahli

terapi fisik, ahli terapi bicara, dan seorang terapis okupasi. Setiap anggota tim

penting untuk berkontribusi  secdara independen dalam perawatan anak yang

terkena dampak.

Page 21: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Terapis fisik mengevaluasi otot, kekuatan dan gaya berjalan (berjalan).

Terapis pekerjaan mengevaluasi anak atas kemampuan untuk melakukan

tugas-tugas menolong diri-sendiri  dan perawatan ketangkasan manual.

Terapis bicara mengevaluasi kemampuan anak untuk berbicara dan

memahami pembicaraan.

4. Achondroplasia

Achondroplasia adalah kelainan genetik mempengaruhi pertumbuhan tulang.

Ini menyebabkan jenis dwarfisme di mana orang-orang yang menderita oleh

kondisi yang bertubuh kecil.

Kelainan pertumbuhan tulang disebut Achondroplasia atau yang dikenal

dengan sebutan cebol ini ditandai dengan adanya bentuk proporsi tubuh yang

abnormal. Umumnya memiliki tangan dan kaki yang sangat pendek, meski

ukuran batang tubuhnya mendekati normal. Belum ada cara pasti untuk

menormalisasi kelainan tulang belakang pada anak yang achondroplasia tersebut.

Beberapa ahli mengevaluasi hormon pertumbuhan pada anak dengan kelainan ini.

Pada umumnya beberapa anak mencapai peningkatan dalam pertumbuhan namun

belum diketahui pengobatan yang akan secara signifikan meningkatkan tinggi badan

menjadi normal. Pembedahan untuk penambahan panjang kaki dapat meningkatkan

tinggi seseorang achondroplasia sampai 12 inchi. Prosedur ini menyingkat waktu

pengobatan yang lama meski tetap memiliki beberapa komplikasi. Bayi dan anak

yang menderita hal itu harus melalui evaluasi untuk abnormalitas tulang oleh dokter

ahli. Dokter akan memantau pertumbuhan anak menggunakan catatan khusus

tentang pertumbuhan kepala dan badannya.

5. Osteogenesis imperfecta

Osteogenesis imperfecta adalah kelompok gangguan pada

pembentukan tulang yang membuat tulang mudah patah secara tidak normal.

Osteogenesis imperfecta adalah kelompok gangguan paling terkenal yang

mengganggu pertumbuhan tulang ; gangguan ini disebut osteodysplasis.

Pada osteogenesis imperfecta, sintesis pada kolagen, salah satu komponen

normal pada tulang, rusak. Tulang tersebut menjadi lemah dan mudah retak.

Page 22: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

Terdapat beberapa jenis osteogenesis imperfecta. Dapat dobati dengan obat-

obatan bisphosphonate (seperti pamidronate, alendronate, etidronate, dan

risedronate) yang bisa menguatkan tulang. Pengobatan pada tulang yang

patah adalah serupa untuk anak dengan osteogenesis imperfecta

sebagaimana untuk anak tanpa gangguan tersebut. meskipun begitu, tulang

yang patah bisa menjadi berubah bentuk atau gagal untuk bertumbuh.

Akibatnya, pertumbuhan tubuh bisa menjadi tetap kerdil pada anak dengan

tulang yang banyak patah, dan kelainan bentuk sering terjadi. Tulang bisa

membutuhkan stabilitasi dengan tangkai logam (tangkai intramedullary).

Menggunakan alat untuk menghindari bahkan luka kecil bisa membantu

mencegah keretakan.

6. Polydactily

Polydactyly adalah kelainan sejak lahir yang paling umum terjadi dan

dialami sekitar 1 dari setiap 1.000 kelahiran. Biasanya hanya satu tangan

yang terpengaruh. Pada populasi orang kulit hitam tambahan pada jari

kelingking (post-axial polydactyly) adalah yang paling umum. Sedangkan di

Asia yang paling umum terjadi adalah tambahan pada ibu jari (pra-aksial

polydactyly). Polydactyly didiagnosa setelah pemeriksaan riwayat kesehatan

menyeluruh dan juga pemeriksaan fisik yang hati-hati. Sinar-X sering

digunakan untuk mengonfirmasikan diagnosis dan mengidentifikasi setiap

keterlibatan tulang jari-jari dan tangan. Pengobatan Polydactyly dapat

bervariasi, dari yang paling sederhana dengan pembedahan untuk

membuang jari tambahan atau yang lebih kompleks dengan melibatkan

tulang, ligamen dan tendon.

7. Synacdactily

Adalah kelainan jari tangan berupa pelekatan dua jari atau lebih.

8. Congenital Constriction Band

Kelainan bawaan pada pergelangan ataupun bagian ekstemitas

(tangan atau kaki) yang bermanifestasi seperti cincin.

Page 23: Bab II Ortopedi Stupa 5 02102011

9. Arthrogryposis Multiplex Congenita

adalah gangguan bawaan langka yang ditandai dengan beberapa

sendi kontraktur dan dapat meliputi kelemahan otot dan fibrosis. Ini adalah

penyakit non-progresif. Penyakit ini berasal dari nama Yunani, secara harfiah

berarti 'sendi melengkung atau bengkok'

10. Metatarsus Adductus

Kaki depan Varus Ortopedi Sebuah deformitas kaki ditandai dengan

sudut tajam ke dalam setengah bagian depan dari kaki, deformitas fleksibel,

kaki diluruskan dan dapat menimbulkan risiko kecil bagi bayi; kebanyakan

kasus menyelesaikan secara sukarela, sisanya hanya perlu latihan sederhana

11. Vertical Talus

Gangguan kaki yang jarang terjadi, terwujud sebagai kelasi rocker-

bawah yang kaku. Karakteristik radiografi adalah dislokasi dorsal navicular

pada talus. Jika tidak diobati, hasil CVT dalam kelasi yang menyakitkan dan

kaku dengan lemah push-off kekuasaan. CVT telah disebut dalam literatur

oleh beberapa sinonim, termasuk bawaan valgus pes cembung.

auto