bab ii nilai-nilai pendidikan islam a. pengertian nilai...

18
22 BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai Nilai, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: 1) sifat- sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, 2) harga atau tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan. 1 Nilai adalah sebuah keniscayaan bahwa manusia hidup dalam dua dunia, pribadi dan bermasyarakat. 2 Nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Oleh karena itu, nilai menduduki tempat penting dalam kehidupan seseorang, sampai pada suatu tingkat, dimana sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai. 3 Dalam Encylopedia Britannica sebagaimana dikutip Muhaimin, bahwa “value is a determination or quality of on objek which involves any sort or appreciation interest”. Yaitu nilai 1 Dep.Pend.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke 1 (Jakarta: 2000), hlm. 690. 2 W.J.S. Poerdarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 677. 3 E.M.K. Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 (Jakarta: Grasindo, 1993), hlm. 20.

Upload: doanngoc

Post on 04-Mar-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

22

BAB II

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: 1) sifat-

sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, 2) harga atau

tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan.1 Nilai adalah sebuah

keniscayaan bahwa manusia hidup dalam dua dunia, pribadi dan

bermasyarakat.2

Nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita

masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang

menjadi pedoman dalam hidup. Oleh karena itu, nilai menduduki tempat

penting dalam kehidupan seseorang, sampai pada suatu tingkat, dimana

sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka daripada

mengorbankan nilai.3 Dalam Encylopedia Britannica sebagaimana

dikutip Muhaimin, bahwa “value is a determination or quality of on

objek which involves any sort or appreciation interest”. Yaitu nilai

1 Dep.Pend.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke 1 (Jakarta: 2000), hlm. 690. 2 W.J.S. Poerdarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1984),

hlm. 677. 3 E.M.K. Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 (Jakarta: Grasindo, 1993),

hlm. 20.

23

adalah suatu penetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu

jenis apresiasi atau minat.4

Sedangkan menurut Chabib Thoha nilai merupakan “sifat yang

melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan

dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).5

Nilai bukan semata-mata untuk memenuhi dorongan intelek dan

keinginan manusia. Nilai justru berfungsi untuk membimbing dan

membina manusia supaya menjadi manusia yang lebih luhur, lebih

matang, sesuai dengan martabat manusia, yang merupaan tujuan dan cita

manusia.6

Di dalam pendidikan juga terdapat nilai. Bahkan diyakini bahwa

seluruh proses pendidikan dan pengajaran yang terjadi, tidak lain

seluruhnya terdiri atas proses pengoperan nilai.7 Jadi nilai-nilai sangat

berkaitan dengan pendidikan khususnya nilai-nilai pendidikan Islam.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Sebelum dibahas mengenai pendidikan Islam, terlebih dahulu akan

penulis sampaikan tentang pengertian pendidikan secara umum sebagai

titik tolak memberikan pengertian tentang pendidikan Islam.

4 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan

Kerangka Dasar Operasionalnya (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 109. 5 HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996), hlm. 61. 6 Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam: Landasan Teoritis dan Praktis (Pekalongan:

STAIN Pekalongan Press, 2007), hlm.37. 7 Muhammad Zein, Pendidikan Islam Tinjauan Filosofis (Yogyakarta: Tim Dosen

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 1987), hlm. 67.

24

Istilah pendidikan berasal dari Bahasa Yunani yaitu “pedagogie”

yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian istilah ini

diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “education” yang berarti

bimbingan/pengembangan.8 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

“pendidikan” adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.9

Dalam Istilah lain pendidikan berarti bimbingan/pertolongan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa terhadap peserta didik agar

ia menjadi dewasa. Dewasa dalam berpikir, berbicara, dan dalam segala

tindakan dan perbuatannya. Dalam perkembangan selanjutnya

pendidikan berarti usaha yang dilakukan oleh seseorang ataupun

kelompok orang, agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan

penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.10 Pendidikan juga

menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa

tanggung jawab11

Menurut Zuhairini pendidikan diartikan sebagai “bimbingan secara

sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta

didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.”12

8 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. Cet. II (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),

hlm. 69. 9 Dep. Pend., Op. Cit., hlm. 232. 10 Sudirman, Ilmu Pendidikan (Bandung: CV Remaja Rosda Karya, 1984), hlm. 4. 11 M. Arifin, Ilmu Pendidikan islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 10. 12 Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),

hlm. 9.

25

Jadi dapat disimpulkan bahwa, pendidikan merupakan suatu proses

pengembangan individu peserta didik agar yang bersangkutan menjadi

pribadi yang berkarakter positif dan mampu mengembangkan potensi

yang dimiliki secara optimal.

Sedangkan Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi

Muhammad berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan

kedunia melalui wahyu Allah Swt.13 Islam diturunkan sebagai rahmatan

lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW.

Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada

Allah SWT. Oleh karena itu Rasulullah SAW. membina dan

memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang

mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang

berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu

melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.

Adapun pengertian pendidikan Islam itu sendiri adalah segala

usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar

kelak setelah usai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agamanya serta menjadikan sebagai way of live

(jalan kehidupan) sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun

sosial kemasyarakatan.14

13 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op. Cit., hlm.

204. 14 Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (Jakarta:

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), hlm. 9.

26

Dalam konsep pendidikan Islam setidaknya terdapat tiga istilah

yaitu ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Syaikh Naquib al-Attas merujuk makna

pendidikan dari konsep ta’dib, yang mengacu kepada adab dan

varuatifnya. Berangkat dari pemikiran tersebut ia merumuskan definisi

dari mendidik adalah membentuk manusia dalam menempatkan posisi

manusia yang sesuai dengan susunan masyarakat, bertingkah laku secara

proposional dan cocok dengan ilmu terknologi yang dikuasainya.15

Menurutnya, Pendidikan adalah “penyemaian dan penanaman adab

dalam diri seseorang.” Oleh Karena itu, pengaturan administrasi

pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam sistem pendidikan Islam

haruslah merefleksikan Manusia Sempurna. Syaikh Naquib al-Attas

mengatakan bahwa “Konsep ta’dib adalah konsep yang paling tepat

untuk pendidikan Islam, bukannya tarbiyah ataupun ta’lim. Struktur

konsep ta’dib sudah mencakup unsur-unsur ilmu (‘ilm), intruksi (ta’lim),

dan pembinaan yang baik (tarbiyah) sehingga tidak perlu lagi dikatakan

bahwa konsep pendidikan Islam adalah sebagaimana yang terdapat dalam

tiga serangkai konsep tarbiyah-ta’lim-ta’dib.16

Banyak ahli yang mendeskripsikan pendidikan Islam. Hasan

Langgulung mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah: “suatu

proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan

15 Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma’arif, 1980),

hlm. 32. 16 Muhammad Naquib al-Attas, The Educational Philosophy and Paractice of Syed

Muhammad Naquib Al-Attas. Alih Bahasa: Hamid Fahmy dkk. (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 174-175.

27

pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi

manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.”17

Menurut Zakiyah Darajat “pendidikan Islam adalah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam

serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.”18

Menurut Muhaimin, “Pendidikan Islam merupakan usaha sadar

untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan

mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan

latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama

lain.”19

Sedangkan Endang Saifuddin Anshari, memberikan pengertian

pendidikan Islam sebagai:

Proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, asuhan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, dan sebagainya) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu pada jangka waktu tertentu dan dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.20

Dari definisi-definisi pendidikan Islam di atas adalah masih dalam

pengertian yang luas. Maka dari itu, definisi pendidikan Islam dalam arti

17 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al-

Ma’arif, 1980), hlm. 94. 18 Zakiyah Darajat dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 32. 19 Muhaimin dkk., Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rodakarya, 2002),

hlm. 75. 20 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pemikiran tentang Islam dan

Umatnya, Cet. IV (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 1993), hlm. 173.

28

khusus sebagaimana penulis maksudkan di sini adalah pendidikan yang

mengikuti sistematik akidah, syari’ah, dan akhlak; yang mana ketiganya

tersebut adalah komponen dan kerangka dasar dalam pendidikan Islam.

Akidah adalah pegangan hidup, syari’ah adalah jalan hidup, dan akhlak

merupakan sikap hidup yang mengarahkan pada perbuatan. Hal ini

sebagaimana pendapatnya Endang Saifuddin Anshari, bahwa

“pendidikan Islam dalam arti khusus ialah pendidikan yang materi-

didiknya adalah al-Islam (akidah, syari’ah dan akhlak Islam).”21

Jadi dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud nilai-nilai pendidikan

Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada ajaran Islam (yang

mencakup akidah, syari’ah dan akhlak) yang dapat dijadikan pedoman hidup

untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

B. Tinjauan Umum Pendidikan Islam

1. Dasar Pendidikan Islam

Sebagai aktifitas yang bergerak dalam proses pembinaan

kepribadian muslim, maka pendidikan agama Islam memerlukan asas

atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan ini akan memberikan

arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan.

21 Ibid., hlm. 175.

29

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu.22 Dasar yang

menjadi landasan pendidikan agama Islam haruslah merupakan sumber

nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada aktivitas

yang dicita-citakan. Nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai

universal yang dapat dikonsumsi untuk keseluruhan aspek kehidupan

manusia.23 Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan

Islam hendaknya dapat mengantarkan peserta didik kearah pencapaian

pendidikan. Oleh karena itu, yang terpenting dan menjadi pokok dari

dasar pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah (al-

Hadits).

Al-Qur’an yaitu “Kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah

melalui malaikat Jibril dengan lafaz bahasa Arab dan makna hakiki untuk

menjadi hujah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman

bagi manusia membacanya sebagai ibadah.24

Umat Islam sebagai suatu umat yang dianugerahkan Tuhan suatu

kitab suci al-Quran, yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi

seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar

pendidikan mereka adalah bersumber kepada falsafah hidup yang

berdasarkan kepada al-Quran.

Al-Qur’an diturunkan untuk membimbing manusia kearah tauhid,

persatuan dan persaudaraan yang kekal menuju kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat. Jadi al-Qur’an merupakan pedoman dasar yang harus

22 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Cet. 8 (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm.121. 23 Muhaimin dan Abdul Mujib, Op. Cit., hlm. 144. 24 Ramayulis, Op. Cit., hlm. 122.

30

ditaati dan dijadikan sandaran dalam kehidupan manusia. Hal ini

sebagaimana firman Allah SWT.

$pκš‰ r' ¯≈ tƒ t Ï% ©!$# (#þθ ãΨ tΒ#u (#θ ãè‹ ÏÛr& ©!$# (#θ ãè‹ ÏÛr&uρ tΑθ ß™§�9$# ’Í<'ρé&uρ Í�ö∆F{ $#

óΟ ä3ΖÏΒ ( β Î*sù ÷Λäôã t“≈ uΖs? ’Îû & óx« çνρ–Šã� sù ’n<Î) «!$# ÉΑθ ß™§�9$#uρ βÎ) ÷ΛäΨ ä.

tβθ ãΖÏΒ÷σ è? «!$$Î/ ÏΘ öθ u‹ ø9$#uρ Ì� ÅzFψ$# 4 y7Ï9≡sŒ ×�ö�yz ß|¡ ômr&uρ ¸ξƒ Íρù' s?

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa’ [4]: 59).25

Al-Qur’an menjelaskan akan mengangkat derajat orang mukmin

yang kuat imannya lagi berilmu pengetahuan beberapa tingkat lebih

tinggi dari yang lain. Ini berarti al-Qur’an menempatkan ilmu

pengetahuan di tempat yang tinggi, karena tidaklah sama antara orang

yang berpengetahuan dengan yang tidak berpengetahuan. Sebagaimana

disebutkan dalam firman Allah :

3 ö≅è% ö≅yδ “Èθ tG ó¡ o„ t Ï% ©!$# tβθ çΗs> ôètƒ t Ï% ©!$#uρ Ÿω tβθ ßϑ n=ôètƒ 3 $yϑ ¯ΡÎ) ã� ©. x‹tG tƒ

(#θ ä9'ρé& É=≈ t7 ø9F{ $#

Artinya : “Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar [39]: 9).26

25 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro,

2000), hlm. 69. 26 Ibid., hlm. 367.

31

Dalam Q.S. At-Taubah [9] ayat 122 menyebutkan :

$tΒuρ šχ% x. tβθ ãΖÏΒ÷σ ßϑ ø9$# (#ρã� ÏÿΨ uŠÏ9 Zπ ©ù!$Ÿ2 4 Ÿωöθ n=sù t� xÿtΡ ÏΒ Èe≅ä. 7πs%ö� Ïù

öΝ åκ÷]ÏiΒ ×π xÿÍ←!$sÛ (#θ ßγ¤)xÿtG uŠÏj9 ’Îû ǃ Ïe$!$# (#ρâ‘É‹Ψ ãŠÏ9uρ óΟ ßγtΒöθ s% #sŒÎ) (#þθ ãèy_u‘

öΝ Íκö� s9Î) óΟ ßγ=yès9 šχρâ‘x‹øts†

Artinya : “Orang-orang mukmin tidak dibenarkan maju perang semua. Semestinya ada beberapa orang dari setiap kelompok orang yang tidak berperang (menetap) untuk memperdalam agama dan untuk member peringatan kepada kaum mereka apabila telah pulang kepada mereka (dari berperang), semoga mereka takut (kepada siksa) Allah.” (Q.S. At-Taubah [9]: 122)27

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa pada waktu itu pergi ke

medan perang itu penting dan harus dilakukan bagi orang Islam, tetapi

menuntut ilmu juga wajib dilakukan oleh orang Islam pula. Oleh karena

itu akan lebih patut apabila ada yang pergi ke medan perang juga ada

yang tinggal di rumah untuk belajar ilmu agama maupun ilmu

pengetahuan lainnya sehingga nantinya bisa memberikan apa yang telah

dipelajarinya itu kepada orang-orang yang telah kembali dari medan

perang.

Disamping al-Qur’an sebagai pedoman dasar pendidikan agama

Islam, hadits juga merupakan pedoman kaum muslimin. Hal ini

dikarenakan di dalam hadits juga menyangkut semua bidang yang

mengatur semua aspek kehidupan manusia.

27 Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Hati Emas, 2014), hlm. 206.

32

Dalam ilmu hadits, al-hadits adalah segala sesuatu yang berupa

berita yang dikatakan berasal dari Nabi Muhammad SAW, boleh jadi

berita itu berwujud ucapan, tindakan, pembiaran (taqrir), keadaan,

kebiasaan, dan lain-lain.28 Posisi hadits sebagai sumber kedua setalah al-

Qur’an disebabkan hakikatnya tak lain adalah penjelasan dan praktek dari

ajaran al-Qur’an itu sendiri, disamping memang sunnah merupakan

sumber utama pendidikan Islam karena Allah SWT menjadikan Nabi

Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya.

Adapun hadits-hadits yang berhubungan dengan dasar pelaksanaan

pendidikan Agama Islam antara lain:

طلب العلم فریضة على (قال رسول اهللا صلى اهللا علیھ وسلم

لھ الخفازیر كل مسلم وواضع العلم عندغیر اھلھ كمق

) الجوھرواللؤلؤ والذھب

Artinya : “Rasulullah Saw. bersabda: “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas”. (H.R. Ibnu Majah).29

Hadits di atas menunjukkan bahwa mencari ilmu hukumnya adalah

wajib, dan orang yang memberikan ilmu bagi selain ahlinya adalah

seperti orang yang mengalungkan babi dengan mutiara, permata dan

28 Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis (Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya, 2003) hlm. 1. 29 Abdullah Shonhaji dkk., Terjemah Sunan Ibnu Majah (Semarang: CV. Asy Syifa’,

1992), hlm. 181-182.

33

emas. Orang yang mempunyai ilmu agama kemudian mengamalkan dan

mengajarkannya orang ini seperti tanah-tanah subur yang menyerap air

sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan memberi manfaaat

bagi orang lain. Allah juga akan memudahkan bagi orang-orang yang

selama hidupnya mencari ilmu, dipermudahkan baginya jalan menuju

surga. Hal ini sebagaimana dalam hadits berikut :

: قال رسول اللھ صلى اللھ علیھ وسلم عن أبي ھریرة قال

ھل اهللا بھ طریقا إلالجنةمن سلك طریقا یلتمس فیھ علما س

Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. At-Tirmidzi).30 Dalam hadist riwayat Abu Daud juga menyebutkan :

ما : عن أبي ھریرة قال قال رسول اللھ صلى اللھ علیھ وسلم

من رجل یسلك طریقا یطلب فیھ علما إلا سھل اللھ لھ بھ

أ بھ عملھ لم یسرع بھ نسبھطریق الجنة ومن أبط

Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah Saw. bersabda: "Tidaklah seorang laki-laki yang meniti jalan untuk mencari ilmu melainkan Allah akan mempermudah baginya jalan menuju Surga. Dan barangsiapa yang lambat amalannya maka nasabnya tidak akan memberinya manfaat." (HR. Abu Daud).31

30 Moh. Zuhri Dipl. TAFL dkk., Terjemah Sunan At-Tirmidzi (Semarang: CV. Asy Syifa’,

1992), hlm. 274. 31 Bey Arifin dkk., Terjemah Sunan Abu Dawud. Jilid IV (Semarang: CV. Asy Syifa’,

1993), hlm. 197.

34

2. Tujuan Pendidikan Islam

Persoalan Pendidikan adalah persoalan yang menyangkut persoalan

kehidupan manusia yang senantiasa terus berproses dalam perkembangan

hidupnya. Diantara persoalan pendidikan yang penting dan mendasar

adalah mengenai tujuan pendidikan.

Menurut Kartini Kartono tujuan pendidikan itu bermacam-macam

sesuai dengan yang dikehendaki. Tujuan pendidikan antara lain dalam

menjadikan manusia orang dewasa yang bertanggung jawab, bias hidup

sejahtera, bahagia dan seterusnya. Oleh karenanya tujuan pendidikan

selalu dikaitkan dengan yang lebih luas yaitu tujuan hidup manusia.32

Tujaun pendidikan Islam juga sejalan dengan tujuan hidup manusia

itu sendiri, yakni sebagaimana tercermin dalam firman Allah Q.S. Adz-

Dzariyat ayat 56 :

$tΒuρ àMø)n=yz £Ågø:$# }§ΡM}$#uρ �ωÎ) Èβρ߉ç7 ÷èu‹ Ï9

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 56).33 Memang tujuan pendidikan Islam harus selaras dengan tujuan

diciptakan manusia oleh Allah SWT untuk menjadi hamba Allah SWT

dengan kepribadian muttaqin yang diperintahkan oleh Allah SWT,

32 Kartini Kartono, Tinjauan Teoritis Mengenahi Tujuan Pendidikan Nasional (Jakarta:

PT Pragnya Paramita, 1997), hlm. 15. 33 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 1042.

35

karena hamba yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah hamba yang

paling bertaqwa.34

Adapun rumusan tujuan pendidikan Islam yang dijabarkan lebih

lanjut oleh para ahli yaitu, menurut Zuhairini “tujuan pendidikan Islam

adalah agar peserta didik menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal

sholeh, berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan

bangsa.”35 Sedangkan menurut Zakiyah Darajat “tujuan pendidikan Islam

adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba yang

sholeh, teguh imannya, taat beribadah, berakhlak mulia.”36

Adapun menurut Al-Ghazali tujuan pendidikan Islam adalah untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan mengabdi kepada-Nya.37

Dari beberapa pendapat di tersebut dapat penulis simpulkan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah untuk menciptakan manusia yang kuat

iman dan taqwaannya kepada Allah SWT, berilmu pengetahuan tinggi,

beakhlak mulia, sehingga dengan ilmu, iman dan taqwanya tersebut dapat

diterapkan dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Aspek-Aspek Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan pandangan hidup sekaligus sebagai

tuntunan hidup. Hal ini dikarenakan pendidikan agama Islam

memberikan tuntunan hidup kepada peserta didik untuk mencapai

34 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Op. Cit., hlm. 113. 35 Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional 1983),

hlm. 35. 36 Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: CV.

Ruhama, 1993), hlm. 35. 37 Mochtar, Desan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: CV Misaka Geliza,

2003), hlm. 92.

36

kebahagiaan, baik kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Pendidikan

agama Islam juga memberikan tuntunan hidup kepada siswa agar

menempuh jalan hidup yang diperbolehkan dan dianjurkan serta

menjauhi larangan-larangannya.

Melihat tujuan pendidikan agama Islam tersebut maka dapat di

simpulkan bahwa aspek-aspek pendidikan Islam meliputi tiga aspek

penting, yaitu :

a. Aspek Akidah

Aspek Akidah menjadi aspek pertama dan aspek dasar

pendidikan dalam Islam. Dengan mengenal Allah Swt. sebagai

Tuhan dan Pencipta, pribadi manusia dapat menyadari bahwa segala

yang dipelajari adalah ciptaan-Nya. Dengan bekal itu pula, dalam

proses mempelajari ilmu pengetahuan dan menguak fenomena alam,

bukan kesombongan yang muncul dalam diri, melainkan kesadaran

akan kebesaran-Nya serta kedekatan kita dengan-Nya.

Akidah secara bahasa berati ikatan, secara terminologi berati

landasan yang mengikat, yaitu keimanan, ituah sebabnya ilmu tauhid

disebut juga ilmu aqo’id jamak dari aqidah yang berati ilmu yang

mengikat. Pengertian iman secara luas adalah keyakinan penuh yang

dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lisan dan diwujudkan oleh

perbuatan. Adapun pengertian iman secara khusus ialah sebagaimana

yang terdapat dalam rukun iman yaitu, kepada Allah, kepada

37

malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir

serta qadha dan qadar.38

b. Aspek Akhlak

Akhlak termasuk dalam aspek penting pendidikan dalam

Islam. Akhlak sebagai pembentuk moral masyarakat menjadi

pengendali diri untuk terhindar dari tindakan yang merugikan orang

lain. Akhlak yang baik akan mencerminkan pribadi akan selalu

melakukan segala sesuatu dengan batas-batas yang sesuai ajaran

Islam dan jauh dari perbuatan yang merugikan orang lain. Hal ini

sesuai dengan tujuan pendidikan yang salah satunya membentuk

hubungan yang harmonis antara sesama. Tanpa akhlak, ilmu

pengetahuan dan potensi diri dapat digunakan untuk melakukan

tindakan yang merugikan masyarakat.

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul antara hati nurani,

pikiran perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk

suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup

keseharian. Dari sana timbul bakat akhlak yang merupakan kekuatan

jiwa dari dalam, yang mendorong manusia untuk melakukan yang

baik dan mencegah perbuatan yang buruk, Allah mendorong

manusia untuk memperbaiki akhlaknya bila terlanjur salah, firman

Allah:

38 Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Diadit Media, 2010), hlm. 237.

38

tΒuρ ö≅yϑ ÷ètƒ #¹ þθ ß™ ÷ρr& öΝ Î=ôà tƒ …çµ |¡ øÿtΡ ¢Ο èO Ì� ÏÿøótG ó¡ o„ ©!$# ωÉftƒ

©!$# #Y‘θ àÿxî $VϑŠÏm§‘

Artinya : “Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” (Q.S. An-Nisa’ [4]: 110).39 Perbuatan akhlak mempunyai tujuan langsung yang dekat,

yaitu harga diri, dan tujuan jauh adalah ridha Allah melalui amal

shaleh dan jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlak yang

diajarkan dalam al-quran bertumpu pada aspek fitrah yang terdapat

dalam diri manusia, dan aspek wahyu (agama), kemudian kemauan

dan tekad manusiawi.40

c. Aspek Ibadah

Secara umum ibadah berati mencakup perilaku dan semua

aspek kehidupan yang sesuai dangan ketentuan Allah SWT,

dilakukan dengan ikhlas untuk mencapai ridha Allah. Secara khusus,

ibadah adalah perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah,

dan dicontohkan oleh Rasul, atau disebut ritual seperti shalat, zakat,

puasa, dan sebagainya. Pengertian ibadah semacam ini hanyalah

semacam stasiun/tempat persinggahan dalam mengadakan kontak

39 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 199. 40 Zakiah Darajat, Op. Cit., hlm. 11.

39

antara hati dan Allah, yaitu hubungan yang membuat hati kembali

kepadanya dalam segala masalah.41

Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dengan

tujuan pendidikan agama Islam yang terletak dalam realitas sikap

penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah baik perorangan,

masyarakat maupun umat manusia keseluruhan, dapripada itu

jelaslah bahwa tujuan akhir pendidikan agama Islam adalah untuk

membentuk pribadi muslim yang benar-benar taat dalan

melaksanakan keIslamannya. Semua itu harus dihiasi dengan akidah

yang kuat, akhlak yang baik dan tentunya tidak akan lepas dari

ketekunan dalam menjalankan syari’ah agama, yang mana semua itu

adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

41 Eneng Muslihah, Op. Cit., hlm. 249.