bab ii metode perancangan a. analisis permasalahan · tamansari kt/433 rt 36 kampung cyber,...
TRANSCRIPT
17
BAB II
METODE PERANCANGAN
A. Analisis Permasalahan
Analisis permasalahan berguna untuk memudahkan dalam pemecahan
masalah utama. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah
bagaimana merancang motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik melalui
teknik batik lukis.
Permasalahan pertama adalah karakter motif teratai. Motif pada tekstil
sudah banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia sebagai contoh motif
teratai. Teratai dapat diartikan sebagai alam tumbuhan yang mana menyangkut
semua aspek mengenai macam jenis tumbuhan dan tanaman. Teratai berarti
tumbuhan, bunga, sulur bunga. Di antara bermacam bunga teratai merupakan
bunga yang sering dijadikan motif hias, yang nantinya akan dirancang sebagai
hiasan tepi pada kain lurik.
Permasalahan yang kedua adalah menentukan teknik penciptaan melalui
batik lukis dengan menggunakan alat bantu canting dan kuas. Warna yang
digunakan lebih cenderung kewarna-warna gradasi. Selain teknik batik lukis
teknik pendukung lain yang di gunakan adalah teknik pengelantangan. Teknik
pengelantangan untuk memudahkan pada proses pewarnaan gradasi sehingga
untuk menunjang penciptaan desain permukaan pada lurik yang eksklusif.
Permasalahan yang ketiga adalah pada pemilihan lurik ATBM tergantung
pada pemintalan serat benang dan pewarnaan benang pada kain luriknya, mudah
dan tidaknya saat proses pewarnaan remasol, pembatikan dan teknik pendukung
pengelantangan. Jenis lurik yang susah di batik adalah lurik yang pemintalan
18
benangnya tebal, sedangkan jenis lurik yang susah pada proses pengelantangan
adalah pada proses pewarnaan benang luriknya, contohnya pewarnaan yang paling
sulit pada proses pengelantangan adalah pewarnaan indanthren, dan pewarnaan
alam.
Perlu dipahami karakteristik lurik sebelum dan setelah diberi desain motif
pada bagaian tepi menggunakan teknik batik lukis dan proses melalui
pengelantangan. Serat selulosa pada lurik setelah diberi perlakuan pengelantangan
akan turun kekuatannya, karena proses pengelantangan adalah menghilangkan
warna-warna yang ada pada bahan tekstil (raw material) yang di sebabkan oleh
adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh warna kontras
dengan warna tekstil aslinya (Rasyid Djufri, et. Al. 1976: 37)
Pemahaman kekuatan serat lurik diperlukan untuk mentukan teknik serta
takaran zat pengelantangan yang sesuai diterapkan pada lurik, proses
pengelantangan menggunakan semprot yang diterapkan pada hiasan tepinya pada
lurik melalui teknik batik lukis, hiasan tepi pada kain lurik yang perlu diingat
bahwa ragam hias tidak merusak struktur dari benda atau bidang tersebut.
Kemudian letak atau posisi ragam hias dan bidang yang akan dihias harus ada
kesatuan dan keharmonisan.
B. Strategi Pemecahan Masalah
Penciptaan karya motif teratai dengan perpaduan unsur lurik sebagai
media melalui teknik batik lukispada hiasan tepi dan dapat di aplikasikan melalui
teknik pengelantangan. Teknik penciptaan karya ini memiliki permasalahan
terutama dalam segi motif, warna, dan teknik. Perlu dilakukan strategi dan
19
langkah-langkah yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut,
antara lain:
1. Memahami motif teratai pada kain lurik melalui teknik batik lukis dan
teknik pendukung pengelantangan sebagai salah satu dari produk populer.
2. Melakukan teknik tekstil lain untuk menunjang proses penciptaan desain
motif teratai pada kain lurik
3. Menentukan jenis lurik yang dipakai dalam penciptaan karya, dengan
pertimbangan kenyamanan dan fungsinya sebagai pendukung karya. Lurik
yang dipilih harus dapat menjadi media penerapan teknik tekstil lain yang
digunakan sebagai penunjang penciptaan motif.
4. Menentukan perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi yang akan
diterapkan pada kain lurik, melalui teknik batik lukis untuk mendapatkan
motif yang sesuai dengan karakteristik, dan teknik pengelantangan tanpa
menghilangakan semua garis luriknya, garis luriknya saat proses
pengelantangan menjadi transparan.
5. Eksplorasi gagasan penciptaan produk mulai dari motif dan warna hingga
desain produknya. Eksplorasi gagasan dilakukan untuk memudahkan dalam
mengolah ide dari permasalahan yang ada.
6. Melakukan uji coba motif dan teknik dengan berbagai variasi sesuai dengan
ide gagasan motif.
7. Membuat desain dan alternatif desain beserta konsepnya.
20
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan karya ini membutuhkan data-data pendukung dalam proses
pembuatannya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur,
pencarian data visual, wawancara dan studi komparasi. Sumber-sumber yang
diambil di gunakan untuk memperkuat data-data yang sudah ada. Berdasarkan
pengumpulan data tersebut, maka data-data yang berkaitan dengan penciptaan
dalam proyek ini antara lain sebagai berikut :
1. Studi Literatur
a. Buku karangan Nanang Rizali 2006 dengan judul Tinjauan Desain Tekstil
berkaitan dengan konsep perancangan.
b. Buku karangan Aryo Sunaryo 2009 dengan judul Ornamen
Nusantaraberkaitan dengan motif dan hiasan tepi.
c. Buku Karangan Wolfram Eberhard 2006 dengan judul A Dictionary of
Chinise Symbols berkaitan dengan simbol-simbol teratai.
d. Buku karangan Mikke Susanto 2002 dengan judul Diksi Rupa berkaitan
dengan Seni Lukis.
e. Buku karangan Nian S. Djoemena 2000 dengan judul Lurik Garis-Garis
Bertuah berkaitan dengan tenun lurik.
f. Buku karangan Yudaningrat 2011 dengan judul Lurik Tenun Tradusional
Jawa berkaitan dengan tenun lurik tradisional.
g. Buku karangan Asti Musman 2011 dengan judul Batik Warisan Adiluhur
Batik berkaitan dengan perkembangan batik dalam tantangan
modernisasi.
21
h. Buku karangan Soedarso 1998dengan judul Seni Lukis Batik Indonesia
berkaitan seni lukis.
i. Buku karangan Martin B. dan Dwidjoamiguno 2004 dengan judul Belajar
Melukis Batik dan Motif-Motif Batik berkaitan dengan batik lukis dan
motif batik.
j. Buku dengan tim penyusun Ir. Rasyid Djumaeri dengan judul Teknologi
Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Buku ini membahas tentang
pengertian pengelantangandan jenis-jenis zat dalam proses
pengelantangan.
2. Studi Visual
Hasil gambar dan dokumen yang telah diperoleh dari buku, foto-foto
produk pengrajin lurik, dan contoh-contoh produkyang dapat menunjang yang
dapat di jadikan contoh atau referensi untuk menguatkan ide dalam perancangan
Tugas Akhir. Data yang diperoleh berawal dari data visual mengenai desain
produk, warna,dan motif yang sedang diminati masyarakat sebagai
konsumen/penikmat lurik batik yang ada di pasaran. Data visual didapatkan dari
studi literatur dan studi pasar yang terkait dengan permasalahan yang ada.
Kelompok tenun Sumber Rejekitex secara resmi berdiri pada tahun 2010 berada
di dukuh Cabean desa Mlese. Di dukuh Cabean sendiri terdapat 24 pengrajin
tenun lurik, dan 10 diantaranya bergabung dalam kelompok tenun Sumber
Rejekitex. Berikut ini merupakan contoh hasil produk tenun lurik Sumber
Rejekitex.
22
Gambar 9. Produk tenun lurik Sumber Rejekitex Foto: Bety N.S, 2015
Gambar 10. Produk tenun lurik pewarnaan alam (Sumber Rejekitex) Foto: Bety N.S, 2015
Gambar 11. Produk lurik yang disablon dengan motif Sumber Rejekitex
Foto: Bety N.S, 2015
23
Gambar 12. Produk lurik batik pada hiasan tepi flora dan tengah motif kupu-kupu
Foto: Bety N.S, 2015
Data lain yang diperoleh adalah berupa data visual mengenai lurik dengan
screen cabut warna, motif cabut warna adalah pengambilan motif berbentuk flora
dengan menggunakan screen diatas permukaan kain lurik. Berikut contoh produk
lurik Sumber Rejekitex.
Gambar 13. Produk tenun lurik Sumber Rejekitex Foto: Bety N. S, 2015
Gambar 14. Produk tenun lurik Sumber Rejekitex Foto: Bety N. S, 2015
24
Data visual tentang batik motif flora yang ada di wisma batik Bimo Suci
yang diminati selera pasar dan konsumen saat ini yaitu contoh seperti dibawah ini:
Gambar 15. Motif Flora diera sekarang karya Batik Bimo Suci Foto : Liansari 2014
Gambar 16. Motif Flora diera sekarang karya Batik Bimo Suci Foto : Liansari 2014
Aneka batik lukis karya bapak Iwan Batik Saint atau sering disebut Batik
lek Iwon diarea obyek wisata Tamansari Kraton, yang beralamat
Tamansari kt/433 RT 36 Kampung Cyber, memproduksi batik lukis
nuansa alam dengan menggunakan bahan kain katun, santung, dan paris.
Selain sebagai hiasan, batik lukis juga bisa dimanfaatkan sebagai fashion
dan busana siap pakai. Motif-motif yang sering dibuat untuk batik lukis
yaitu motif gambar burung, ikan, pemandangan, nuansa Ubud Bali,
kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya. Berikut ini merupakan contoh
produk bapak Iwan.
25
Gambar 17. Produk batik lukis alam karya Iwan (Lek Iwon) Jogyakarta Foto: Bety N.S, 2015
Gambar 18. Produk batik lukis alam karya Iwan (Lek Iwon) Jogyakarta Foto: Bety N.S, 2015
3. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di lapangan
yang bertujuan untuk mendapatkan data berdasarkan peristiwa yang terjadi.
Studi proses produksi ini merupakan proses pemecahan masalah pada teknik
yang akan digunakan studi proses produksi merupakan sebuah gambaran
hasil pengamatan terhadap teknik tekstil yang akan digunakan dalam
pembuatan proses produksi. Hasil pengumpulan data berdasarkan studi proses
produksi. Dalam studi proses produksi ini untuk mendapatkan data-data
26
yang berhubungan dengan proses pembuatan produksi lurik batik, baik dari
teknik, pewarnaan dan bahan yang di gunakan. Berikut hasil observasi yang
telah di lakukan di beberapa pengrajin:
a. Observasi pertama di lakukan pada produk lurik yang sudah ada saat
ini di pengrajin Kreatif tenun tradisional Sumber Rejekitex, dengan
alamat desa Cabean, Mlese, Cawas, Klaten DiSumber Rejekitex
tersebut membuat produk tenun lurik ATBM yang beragam corok
garis-garis dan warnanya beraneka ragam.
b. Observasi kedua dilakukan di Batik Lukis Abstrak Pandono
Jl.Sentono RT 02 RW 02 Laweyan Surakarta, memproduksi batik
lukis abstrak dengan menggunakan bahan kain katun, santung, paris
dan kaos.
c. Observasi ketiga dilakukan di Batik Saint atau sering disebut Batik lek
Iwon diarea obyek wisata Tamansari Kraton, yang beralamat
Tamansari kt/433 RT 36 Kampung Cyber, memproduksi batik lukis
nuansa alam dengan menggunakan bahan kain katun, santung, dan
paris.
d. Observasi keempatdilakukan di Batik art “ Aris “ Laweyan Surakarta,
memproduksi batik lukis sarung pantai identik menggunakan motif
flora dengan bahan kain santung, lurik batik dengan berbagai motif
menggunakan teknik cap.
e. Observasi kelima dilakukan dibeberapa pusat perbelanjaan yang ada
di Solo seperti di BTC, PGS, Kampung Batik Laweyan. Dari hasil
observasi tersebut dapat dijelaskan bahwa batik pada kain lurik sudah
27
berkembang sejak dahulu tetapi motif teratai sebagai hiasan tepi pada
kain lurik itu sangat jarang, namun ditemukan beberapa toko yang
menjual kain lurik yang sudah dibatik menggunakan teknik cap.
4. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan juga keterangan-
keterangan yang tidak terdokumentasi. Wawancara pemilik Sumber Rejekitex
yaitu Ibu Ninik yang dilaksanakan pada tanggal 2 April 2015 pukul 10:15
WIB. Beliau menjelaskan bahwa tenun lurik ATBM di kabupaten Klaten
mengalami perkembangan karena beberapa hal, yaitu perkembangan trend
dan selera masyarakat yang mempengaruhi pembuatan desain lurik dari segi
warna hingga besar kecilnya garis lurik yang dihasilkan. Masyarakat jaman
sekarang cenderung menyukai lurik dengan warna-warna yang sedang tren
dari pada lurik dengan corak tradisi, oleh karena itu pengrajin lurik
menggubah lurik dengan warna yang sedang digemari oleh masyarakat.
Jika warna yang sedang trend adalah warna hijau maka kebanyakan
lurik yang dibuat adalah warna hijau, hal tersebut terjadi agar lurik ATBM
tetap berproduksi dan para pengrajin tetap bertahan. Selain itu adanya binaan-
binaan juga mempengaruhi perkembangan desain Tenun lurik ATBM, karena
pada umumnya para pembina memberi masukan tentang desain-desain yang
sesuai dengan selera masyarakat. Kolaborasi Lurik dan batik sekarang sedang
digemari oleh masyarakat sehingga pengrajin di Sumber Rejekitex
memproduksi lurik batik (lutik). Tenun lurik produk sumber rejekitex
menggunakan benang dengan kualitas yang cukup halus. Benang yang
28
digunakan adalah banang katun dengan nomor 64/ 2 untuk benang lungsi dan
benang pakan.
Wawancara mengenai seni lukis dengan Dr. Narsen Afatara, M.Sn.
salah satu pengajar di UNS Fakultas Seni Rupa dan Desain jurusan Seni Rupa
murni yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2015 pukul 11:15
WIBMenjelaskan bahwa dalam teknik melukis dalam seni ada empat teknik
yaitu:
a. sekali gores merupakan pencampuran warna padasebuah daun untuk
tekanan kuas memberikan ketegasan warna, nuansa warna seperti yang
dikehendaki.
b. dusel, teknik ini biasanya banyak dipakai untuk alam dan benda.
Karya realisme yang menginginkan nilai gelap terang (pencahayaan) yang
penuh supaya mencapai gradasi bayangan yang detail.
c.ipsofacto merupakan teknik dengan tumpang menumpang harus
menunggu kering, biasanya menggunakan cat mudah kering.
d. transparan teknik ini banyak diginakan oleh pelukis Cina, dengan
teknik cat air atau teknik fresco (lukisan dinding) sehingga warna yang di
bawah masih bisa kelihatan dengan warna tumpukannya.
Wawancara mengenai batik lukis dengan bapak Iwan Batik Saint atau
sering disebut Batik lek Iwon diarea obyek wisata Tamansari Kraton, yang
beralamat Tamansari kt/433 RT 36 Kampung Cyberyang dilaksanakan pada
tanggal 20 Mei 2015 pukul 14:30 WIB, memproduksi batik lukis nuansa
alam dengan menggunakan bahan kain katun, santung, dan paris. Selain
sebagai hiasan, batik lukis juga bisa dimanfaatkan sebagai fashion dan busana
29
siap pakai. Motif-motif yang sering dibuat untuk batik lukis yaitu motif
gambar burung, ikan, pemandangan, nuansa Ubud Bali, kegiatan sehari-hari,
dan lain sebagainya.
Uji Coba
Uji coba pada pengembangan desain ini meliputi dua percobaan, yakni uji coba
visual motif dan uji coba teknik lukis batik.
1. Uji Coba Visual Motif
Uji coba visual dilakukan untuk mencari karakter motif teratai yaitu bunga
teratai yang akan dituangkan kedalam desain batik lukis. Dari hasil uji coba
visual ditemukan karakter yang tepat untuk menggambarkan bunga teratai
dengan penggayaan distorsi sehingga serasi diterapkan pada kain lurik
melalui teknik batik lukis.
Hasil Eksplorasi Visual Motif Flora Bunga Teratai Menjadi Motif
Batik Lukis dengan Karakter Berbagai Penggayaan
No. Realis Dekoratif Stilasi Distorsi Abstrak
1.
Tabel 1.Hasil Eksplorasi Visual Motif Teratai Menjadi Motif Batik Lukis dengan
Karakter Berbagai Penggayaan. Foto: Bety N.S, 2015
30
2. Uji Coba Teknik Bahan, Batik Lukis dan Teknik Pendukung
Pengelantangan.
Uji coba teknik bahan lurik ATBM dengan warna remasol dan dilakukan
untuk mengetahui konsentrasi takaran surfurit (pengelantangan tekstil) yang
akan diterapkan pada bahan kain lurik. Pada lurik ATBM ini diberikan
perlakuan pengelantangan dengan menggunakan surfurit (pengelantangan
tekstil) dengan takaran perbandingan 1 liter surfurit : ½ liter air melalui
pengelantangan kondisi kuat dengan teknik semprot, menunggu reaksi
perubahan warna selama 3-6 menit tergantung serat bahan pada lurik ATBM,
sebagai penetral surfurit menggunakan Sir (penetral bau + bahan kimia)
takarannya 3 tutup botol aqua/ 2 liter air. Hasil uji coba menunjukkan bahwa
tingkat kekuatan tarik dan kekuatan mulur yang dihasilkan pengelantangan
dengan teknik semprotmenggunakan surfurit tergantung serat bahan pada
lurik ATBM sehinggamasih kuat dan tidak merusak serat. Berikut merupakan
hasil uji coba.
Hasil Uji Coba bahan
No. Jenis kain Pengelantangan pada bahan lurik
Pengelantangan dan pembatikan pada bahan lurik
1. ATBM
Tabel 2. Hasil Uji Coba Bahan Lurik
Foto: Bety N.S, 2015
31
Kesimpulan dari uji coba tersebut adalah warna yang dihasilkan dalam
proses pengelantangandari konsentrasi ini adalah memunculkan warna krem
keputih-putihan, memang tidak diharapkan memunculkan warna putih karena
tekstur garis pada kain lurik harus tetap ada sehingga tidak menghilangkan
karakter garis pada luriknya, dan konsentrasi maksimal yang dapat diterapkan
pada kain lurik untuk menghasilkan warna krem keputih-putihan adalah dengan
takaran perbandingan 1 liter surfurit : ½ liter air melalui pengelantangan kondisi
kuat dengan teknik semprot, menunggu reaksi perubahan warna selama 3-6 menit
tergantung serat bahan pada lurik ATBM, sebagai penetral surfurit menggunakan
Sir (penetral bau + bahan kimia) takarannya 3 tutup botol aqua/ 2 liter air. Akan
tetapi pada uji coba bahan dan teknik pengelantanganmelalui proses dua kali
kemudian baru munculkan warna krem keputih-putihan karena bahan lurik
ATBM serat benangnya tebal dan pada proses pewarnaan benang luriknya.
32
Hasil Uji Coba Warna, Teknik Batik Lukis, dan Pengelantangan
dengan Semprot.
No Zat Warna
Teknik Hasil Keterangan
1. Remazol
Warna Gradasi, Teknik Batik Lukis, dan Pengelantangandengan Semprot
- Kain yang digunakan lurik.
- Kain di rendam dahulu sebelum prosespengelantangankemudian mulai prosespengelantanganmenggunakan surfurit dan penetral menggunakan sir.
- Warna menggunakan remasol teknik pewarnaanya dengan teknik lukis dusel yaitu gradasi warna yang menginginkan warna gelap terang.
- Proses pembatikan malam secara ekspresif sekali gores menggunakan canting dan kuas.
2. Remazol
Warna Gradasi, Teknik Batik Lukis, dan Pengelantangandengan Semprot
- Kain yang digunakan lurik.
- Kain di rendam dahulu sebelum proses pengelantangan kemudian mulai prosespengelantangan menggunakan surfurit dan penetral menggunakan sir.
- Warna menggunakan remasol teknik pewarnaanya dengan teknik lukis dusel yaitu gradasi warna yang menginginkan warna gelap terang.
33
- Proses pembatikan malam
secara ekspresif sekali
gores menggunakan
canting dan kuas.
Tabel 3. Teknik Warna Gradasi, Teknik Batik Lukis, dan Pengelantangan dengan
Semprot Foto: Bety N.S, 2015
Kesimpulan dalam uji coba di atas menunjukkan bahwa dalam pembatikan
cairan malam yang tidak meresap sampai ke belakang lurik tidak mempengaruhi
pembatikan pada bagian depan lurik setelah dilakukan proses lorod. Meresapnya
cairan malam pada lurik dipengaruhi oleh besar kecilnya lubang ceret canting
yang digunakan. Semakin besar lubang ceret canting yang digunakan, maka cairan
malam yang diterapkan akan lebih banyak, sehingga mudah meresap hingga
bagian belakang lurik. Sedangkan semakin kecil lubang ceret canting yang
digunakan, cairan malam yang diterapkan ke lurik semakin sedikit sehingga susah
menembus hingga bagian belakang lurik. Meresapnya pada pewarnaan remasol
secara gradasi, danpengelantangandengan menggunakan surfurit hampir sama
seperti proses pembatikan sulit meresap, sehingga pada proses pengelantangan
dan warna yang dihasilkan sedikit turun pada bagian belakang dan tidak
mempengaruhi proses pewarnaan dan pengelantangan pada bagian depan
lurik.Hal ini dikarenakan lurik memiliki struktur tenun kain yang sangat rapat
sehingga menyulitkan resapan cairan malam dan zat tekstil pada lurik.
34
D. Gagasan Awal Perancangan
Awalperancangan suatu karya diperlukan gagasan untuk membatasi suatu
masalah yang akan dibahas dalam konsep perancangan, guna mempermudah
proses perancangan karya. Gagasan awal perancangan tugas akhir ini adalah
merancang motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik dengan sumber ide
motif bunga teratai melalui teknik batik lukis dengan penambahan teknik melalui
teknik pendukung pengelantangan dengan semprot pada bagian motif-motif
bunga teratainya. Perancangan karya ini dimulai dengan memahami konsep dan
beberapa aspek desain, serta mendalami motif teratai, material bahan, teknik batik
lukis dan penambahan teknik pengelantanganyang penulis pilih. Perancangan
karya ini dimulai dengan perancangan motif teratai, teknik pengembangan dan
kebaharuannya. Perancangan motif teratai di visualisasikan dengan karakter
penggayaan yaitu distorsi dengan melakukan perubahan bentuk obyeknya yang
dilebih-lebihkan baik dari sisi ukuran maupun bentuknya pada bagian tertentu.
Zat warna yang digunakan adalah zat warna sintetis (zat warna kimia) yaitu zat
warna reaktif (Remazol). Pemilihan remazol karena lebih mudah untuk proses
pewarnaan gradasi. Sedangkan material kain yang digunakan adalah kain lurik
ATBM. Kain lurik ATBM dipilih karena merupakan bahannya yang memiliki
kualitas bagus, pada proses pengelantangandapat memunculkan perubahan warna
yang contras. Ide visual bunga teratai karena motif hias bunga teratai
melambangkan kemurnian dan kesucian, dalam kepercayaan Hindhu dan Budha,
teratai juga merupakan simbol kemurnian karena muncul tidak tercela meskipun
dari dalam lumpur. Bunga teratai diartikan sebagai simbol kepribadian yang luhur.
Bunga teratai berada dibawah pada relief candi yang ada di Prambanan
35
melambangkan sebagai penompang /tumpuan yang bersingga sana diatas simbol
kesucian, sehingga dapat diterapkan pada kain yang bertujuan untuk penghias
bagian tepi kain lurik. Kain lurik melalui ketegasan motifnya diibaratkan sebagai
kekuatan yang mengandung semangat pantang menyerah dalam menghadapi
kehidupan. Seni tenun berkaitan erat dengan sistem pengetahuan, budaya,
kepercayaan, lingkungan alam, dan sistem organisasi sosial dalam masyarakat,
karena kultur sosial dalam masyarakat beragam, memiliki kepribadian yang luhur
maka seni tenun pada masing-masing daerah memiliki perbedaan. Salah satu bukti
yang menunjukkan aktifitas menenun yaitu prasasti Lurik pakan malang yang
ditemukan di jaman Kerajaan Hindhu Mataram pada abad 9 M. Prasasti tersebut
mencerminkan bahwa kehidupan masyarakat pada jamannya telah dipenuhi
dengan aktifitas yang menggali kreatifitas.
Kesimpulan dari gagasan awal perancangan yaitu lurik dan teratai dapat di
kolaborasikan karena memiliki kedekatan filosofi yang sama sehingga memiliki
keseimbangan dan keserasian sehingga bunga teratai dapat diterapkan dalam
sebuah kain lurik.