bab ii landasan toeri -...

22
BAB II LANDASAN TOERI 2.2 Kepercayaan Diri 2.2.3 Pengertian Kepercayaan Diri Konsep percaya diri pada dasarnya merupakan suatu keyakinan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan dan membuat keputusan sendiri pada diri sendiri bahwa ia mampu untuk melakukan sesuatu. McClelland (dalam Luxori, 2005) menyebutkan bahwa kepercayaan diri adalah kontrol internal, perasaan akan adanya sumber kekuatan dalam diri, sadar akan kemampuan-kemampuan dan bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang telah ditetapkannya. Menurut Tosi dkk (dalam Lie, 2003) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam diri seseorang bahwa individu mampu meraih kesuksesan dengan berpijak pada usahanya sendiri. Selanjutnya Redenbach (1998) menyatakan bahwa percaya diri bukan berarti menjadi keras atau seseorang yang paling sering menghibur dalam suatu kelompok, percaya diri tidak juga menjadi kebal terhadap ketakutan. Percaya diri adalah kemampuan mental untuk mengurangi pengaruh negatif dari keragu- raguan, dengan demikian biarkan rasa percaya diri setiap orang digunakan pada kemampuan dan pengetahuan personal untuk memaksimalkan efek.

Upload: phungdat

Post on 03-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

��

BAB II

LANDASAN TOERI

2.2 Kepercayaan Diri

2.2.3 Pengertian Kepercayaan Diri

Konsep percaya diri pada dasarnya merupakan suatu keyakinan untuk

menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan dan membuat keputusan

sendiri pada diri sendiri bahwa ia mampu untuk melakukan sesuatu.

McClelland (dalam Luxori, 2005) menyebutkan bahwa kepercayaan diri adalah

kontrol internal, perasaan akan adanya sumber kekuatan dalam diri, sadar akan

kemampuan-kemampuan dan bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan

yang telah ditetapkannya. Menurut Tosi dkk (dalam Lie, 2003) mengungkapkan

bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam diri seseorang

bahwa individu mampu meraih kesuksesan dengan berpijak pada usahanya

sendiri.

Selanjutnya Redenbach (1998) menyatakan bahwa percaya diri bukan

berarti menjadi keras atau seseorang yang paling sering menghibur dalam suatu

kelompok, percaya diri tidak juga menjadi kebal terhadap ketakutan. Percaya

diri adalah kemampuan mental untuk mengurangi pengaruh negatif dari keragu-

raguan, dengan demikian biarkan rasa percaya diri setiap orang digunakan pada

kemampuan dan pengetahuan personal untuk memaksimalkan efek.

Page 2: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

Angelis (1997) menerangkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu

keyakinan dalam jiwa manusia untuk menghadapi tantangan hidup apapun

dengan berbuat sesuatu. Setiap individu mempunyai hak untuk menikmati

kebahagiaan dan kepuasan atas apa yang telah diperolehnya, tetapi itu akan sulit

dirasakan apabila individu tersebut memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Bukan hanya ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu pekerjaan, tetapi juga

ketidakmampuan dalam menikmati pekerjaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan

diri adalah penilaian positif terhadap diri sendiri mengenai kemampuan yang

ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai situasi dan tantangan serta

kemampuan mental untuk mengurangi pengaruh negatif dari keragu-raguan

yang mendorong individu untuk meraih keberhasilan atau kesuksesan tanpa

tergantung kepada pihak lain dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah

ditetapkannya.

2.2.4 Penyebab Timbulnya Kurang Percaya Diri

Sunarman (2008) menyatakan bahwa kelemahan yang ada pada diri

seseorang, seringkali menjadi penyebab timbul atau hilangnya rasa percaya diri

tiba-tiba. Misalnya penampilan yang buruk, cacat fisik, dan latar belakang

pendidikan yang rendah. Selain itu perasaan kurang percaya diri terkait erat

dengan latar belakang kehidupan sejak kecil, terutama dalam proses pendidikan

keluarga.

Page 3: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

Istilah lain dari kurang percaya diri adalah minder. Purnawan (2009)

mendeteksi sejumlah penyebab minder diantaranya: (a) pengaruh lingkungan,

dimana seorang bisa menjadi minder apabila selalu dilarang, disalahkan, tidak

dipercaya, diremehkan oleh lingkungannya; (b) sering diremehkan dan

dikucilkan teman sejawat; (c) pola asuh orang tua yang sering melarang dan

membatasi kegiatan anak; (d) orang tua yang selalu memarahi kesalahan anak,

tapi tidak pernah member penghargaan apabila anak melakukan hal yang

positif; (e) kurang kasih saying, penghargaan, atau pujian dari keluarga; (f)

tertular sifat orang tua atau keluarga yang minder; (g) trauma kegagalan di masa

lalu; (h) trauma dipermalukan atau dihina di depan umum; (i) merasa diri tidak

berharga lagi karena pernah dilecehkan secar seksual; (j) merasa bentuk fisik

tidak sempurna; (k) merasa berpendidikan rendah.

Sementara itu menurut Ubaydillah (2009) menyatakan ada sejumlah

pola asuh yang berpotensi mengancam munculnya kualitas mental yang disebut

kurang percaya diri yaitu: (a) terlalu sering memberikan label negatif atau minor

pada anak; (b) terlalu sering memotong proses eksplorasi dan eksperiensi yang

dilakukan anak dengan terlalu banyak atau terlalu cepat mengeluarkan larangan

“jangan”; (c) menciptakan perbandingan negatif; (d) terlalu mengabaikan

prestasi anak; (e) memberikan ancaman dan rasa takut.

Page 4: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

2.2.5 Karakteristik Individu Yang Mempunyai Kepercayaan Diri Tinggi

Fatimah (2006) mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik

individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional adalah sebagai

berikut :

a. Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak membutuhkan

pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari orang lain.

b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh

orang lain atau kelompok

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri

sendiri

d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil)

e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau

kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada

nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang

lain)

f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan

situasi di luar dirinya

g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika

harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi

yang terjadi.

Sementara itu menurut Hakim (2005) bahwa cirri-ciri orang yang

mempunyai kepercayaan diri antara lain: (a) selalu bersikap tenang di dalam

Page 5: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

mengerjakan segala sesuatu; (b) mempunyai potensi dan kemampuan yang

memadai; (c) mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai

situasi; (d) mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi; (e)

memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya; (f)

memiliki kecerdasan yang cukup; (g) memiliki tingkat pendidikan formal yang

cukup; (h) memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang

kehidupannya, misalnya keterampilan berbahasa asing; (i) memiliki

kemampuan bersosialisasi; (j) memiliki latar belakang pendidikan keluarga

yang baik; (k) memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi

kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup; (l) selalu bereaksi

positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar,

sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup.

2.2.6 Karakteristik Individu Yang Mempunyai Kepercayaan Diri Rendah

Seorang anak yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah atau

kurang percaya diri akan memiliki sifat dan perilaku antara lain (Leman, 2000):

(a) tidak mau mencoba suatu hal yang baru; (b) merasa tidak dicintai dan tidak

diinginkan; (c) punya kecenderungan melemparkan kesalahan pada orang lain;

(d) memiliki emosi yang kaku dan disembunyikan; (e) mudah mengalami rasa

frustasi dan tertekan; (f) meremehkan bakat dan kemampuannya sendiri; (g)

mudah terpengaruh orang lain.

Page 6: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Widoyoko (2009) yang

menunjukkan beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri

diantaranya adalah: (a) berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata

demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok; (b) menyimpan rasa

takut atau kekhawatiran terhadap penolakan; (c) sulit menerima realita diri

(terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri

sendiri, namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap

diri sendiri; (d) pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif; (e) takut

gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target

untuk berhasil; (f) cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus

(karena undervalue diri sendiri); (g) selalu menempatkan atau memposisikan

diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu; (h) mempunyai

external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat tergantung pada

keadaan dan pengakuan atau penerimaan serta bantuan orang lain).

Secara khusus Hakim (2005) mengidentifikasi berbagai gejala perilaku

tidak percaya diri di kalangan remaja terutama yang berusia sekolah antara SMP

dan SMA, antara lain:

a. Takut menghadapi ulangan

b. Menarik perhatian dengan cara yang kurang wajar

Pada saat belajar mengajar di kelas, perilaku menarik perhatian teman-teman

di kelas ditunjukkan dengan bertingkah laku yang berlebihan (over acting),

seperti mengeluarkan berbagai perkataan (“nyeletuk”) dan melakukan

Page 7: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

berbagai ulah untuk membuat teman tertawa saat sedang belajar di kelas.

Perbuatan seperti ini umumnya dilakukan oleh siswa yang memiliki berbagai

kekurangan dalam prestasi.

c. Tidak berani bertanya dan menyatakan pendapat

Pada saat guru member kesempatan untuk bertanya, yang terjadi adalah

jarang siswa yang berani bertanya sekalipun mereka belum mengerti

pelajaran yang baru dijelaskan. Begitu pula dalam menyatakan pendapat.

Setiap kali guru member kesempatan kepada siswa untuk menyatakan

pendapat, jarang siswa yang memiliki inisiatif dan keberanian untuk

menyatakan pendapatnya.

d. Salah tingkah atau grogi saat tampil di depan kelas

Jika guru memerintahkan siswa satu per satu tampil di depan kelas untuk

mengerjakan suatu tugas, maka akan tampak jelas perbedaan antara siswa

yang memiliki rasa percaya diri dan siswa yang tidak percaya diri. Pada saat

seorang siswa yang tidak percaya diri tampil di depan kelas biasanya akan

tampak gejala antara lain bicara tergagap-gagap, muka agak pucat, tidak

berani menatap teman-teman yang sedang dihadapinya, dan gemetar.

e. Timbulnya rasa malu yang berlebihan

Untuk tampil percaya diri dan menunjukkan eksistensi (keberadaan diri),

seseorang dapat mengalami berbagai hambatan, seperti timbul rasa malu

yang berlebihan dan sering dikompensasikan dalam bentuk tingkah laku

Page 8: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

��

yang justru mencerminkan tingkah laku yang agresif, nakal dan sikap tidak

sopan.

f. Tumbuhnya sikap pengecut

Gejala sikap pengecut bisa dilihat pada remaja yang ingin menunjukkan

keberadaannya sebagai jagoan yang suka berkelahi seperti dalam film. Akan

tetapi, karena rasa percaya diri yang rendah maka hal ini diwujudkan dengan

cara berkelahi main keroyokan. Selain itu, banyak siswa yang ingin banyak

bicara di kelas pada saat guru mengajar, tetapi mereka tidak berani

menyatakannya secara wajar. Keinginan berbicara tadi diwujudkannya

dalam bentuk sikap “nyeletuk” yang kadang-kadang tidak sopan karena

bertujuan untuk sekedar menarik perhatian teman kelas.

g. Sering mencontek pada saat menghadapi tes

Gejala tidak percaya diri saat menghadapi tes ditunjukkan dengan timbulnya

rasa cemas, gugup dan keluar keringat dingin. Sebelum tes dimulai, siswa

sudah meminta tolong pada temannya agar mau duduk di dekatnya dan mau

membantunya. Pada saat tes berlangsung, banyak siswa yang melihat buku

catatan atau melihat lembaran tes temannya.

h. Mudah cemas dalam menghadapi berbagai situasi

Gejala tidak percaya diri akibat perubahan situasi antara lain menghadapi

lingkungan baru, menghadapi orang-orang yang baru dikenal, timbulnya

suasana persaingan di sekolah, masuk ke lingkungan yang ramai, atau

berhadapan dengan orang yang status sosialnya lebih tinggi.

Page 9: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

��

i. Salah tingkah dalam menghadapi lawan jenis

Gejala tidak percaya diri muncul ditunjukkan dengan mengganggu lawan

jenis, tidak berani sama sekali untuk bergaul dengan lawan jenis atau salah

tingkah jika didekati oleh lawan jenis dan cenderung menghindar.

j. Tawuran dan main keroyok

Kenakalan remaja dalam bentuk perkelahian merupakan salah satu bentuk

kelemahan kepribadian remaja. Banyak siswa yang mengambil jalan pintas

untuk ikut tawuran jika merasa ada pihak dalam jumlah yang lebih banyak

dan mundur karena takut jika hanya sedikit orang yang ikut.

2.2.7 Jenis-jenis Kepercayaan Diri

Lindenfield (dalam Kamil, 1997) menyatakan ada 2 jenis kepercayaan

diri, yaitu :

a. Kepercayaan diri batin

Yaitu kepercayaan diri yang memberikan kepada individu perasaan dan

anggapan bahwa individu dalam keadaan baik. Ada empat ciri utama yang

khas pada orang yang mempunyai kepercayaan diri batin yang sehat.

Keempat ciri itu adalah :

1) Cinta diri

Orang yang percaya diri akan mencintai diri mereka sendiri, dan cinta

diri ini bukan merupakan sesuatu yang dirahasiakan. Ia akan lebih

Page 10: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

peduli pada diri sendiri karena perilaku dan gaya hidupnya untuk

memelihara diri.

2) Pemahaman diri

Orang yang percaya diri batin, ia juga sadar diri. Mereka tidak terus

menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka

memikirkan perasaan, pikiran, dan perilaku. Dan mereka selalu ingin

tahu bagaiamana pendapat orang lain tentang diri mereka.

3) Tujuan yang jelas

Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, karena mereka

mempunyai pikiran yang jelas mengapa mereka melakukan tindakan

tertentu dan mereka tahu hasil apa yang bias diharapkan.

4) Berfikir positif

Orang yang mempunyai kepercayaan diri biasanya hidupnya

menyenangkan. Salah satunya ialah karena mereka biasa melihat

kehidupannya dari sisi positif dan mereka mengharap serta mencari

pengalaman dan hasil yang bagus.

b. Kepercayaan diri lahir

Yaitu memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara

menunjukkan kepada dunia luar bahwa individu yakin akan dirinya. Untuk

memberi kesan percaya diri pada dunia luar, individu perlu mengembangkan

empat bidang ketrampilan, yaitu: komunikasi, ketegasan, penampilan diri

dan pengendalian perasaan.

Page 11: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

2.2.8 Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri

Lindenfield (1997) menjelaskan ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam meningkakan atau mengembangkan kepercayaan diri

diantaranya sebagai berikut :

a. Cinta

Yang penting bukan besarnya jumlah cinta yang diberikan, tetapi mutunya.

Individu perlu terus dicintai tanpa syarat, untuk perkembangan harga diri

yang sehat dan langgeng, mereka harus merasa dihargai karena keadaan

mereka sesungguhnya, bukan keadaan mereka yang seharusnya, bukan

keadaan mereka yang sesungguhnya atau yang diinginkan orang lain.

b. Rasa aman

Ketakutan dan kekhawatiran merupakan hal yang berpengaruh terhadap

kepercayaan diri individu. Individu yang selalu khawatir bahwa kebutuhan

dasar mereka tidak akan terpenuhi, atau dunia lahiriah atau batiniah mereka

setiap saat akan hancur. Akan sulit mengembangkan pandangan positif

tentang diri mereka, orang lain, dan dunia pada umumnya. Bila indvidu

merasa aman, mereka secara tidak langsung akan mencoba mengembangkan

kemampuan mereka dengan menjawab tantangan serta berani mengambil

resiko.

c. Model peran

Mengajar lewat contoh adalah cara paling efektif agar anak mengembangkan

sikap dan ketrampilan sosial yang diperlukan untuk percaya diri. Dalam hal

Page 12: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

� �

ini peran orang lain sangat dibutuhkan untuk dijadikan contoh bagi individu

dalam meningkatkan kepercayaan dirinya.

d. Hubungan

Untuk mengembangkan rasa percaya diri terhadap “segala macam hal”,

individu jelas perlu mengalami dan bereksperimen dengan beraneka

hubungan dari yang dekat dan akrab di rumah, teman sebaya, maupun yang

lebih asing. Melalui hubungan, individu juga membangun rasa sadar diri dan

pengenalan diri yang merupakan unsur penting dari rasa percaya diri batin.

e. Kesehatan

Untuk bisa menggunakan kekuatan dan bakat kita, kita membutuhkan energi.

Jika individu dalam keadaan sehat, bisa dipastikan bahwa ia akan

mendapatkan lebih banyak perhatian, dorongan moral, dan bahkan

kesempatan dalam masyarakat atau lingkungan sekitarnya.

2.3 Bimbingan Kelompok

2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan

sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari

narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk

menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota

keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan

keputusan (Sukardi, 2008). Bimbingan kelompok dapat juga didefinisikan

Page 13: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan

memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan

kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi,

member saran dan lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya

bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta

lainnya (Prayitno, 1995).

Bimbingan kelompok juga diartikan sebagai suatu cara memberikan

bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok (Tohirin, 2007).

Sementara itu menurut Romlah (dalam Lasitosari, 2007) menyebutkan bahwa

bimbingan kelompok adalah suatu teknik bimbingan yang berusaha membantu

individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan

kemampuan, bakat, minat serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan

dalam situasi kelompok.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan

kelompok adalah suatu kegiatan sekelompok orang dengan memanfaatkan

dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat,

memberikan tanggapan, saran dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok

menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu

individu (siswa) mencapai perkembangan yang optimal.

Page 14: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Bimbingan Kelompok

Tujuan layanan bimbingan kelompok menurut Tohirin (2007)

dikelompokkan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara

umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan

kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi perserta

layanan (siswa). Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan

untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan

sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu

peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para

siswa.

Tujuan layanan bimbingan kelompok juga dikemukakan oleh Amti

(1992) yang dikelompokkan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu para siswa yang

mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga

mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagi

suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan

maupun yang menyedihkan. Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan

untuk: (a) melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan

teman-temannya; (b) melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok;

(c) melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman dalam

kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada umumnya; (d) melatih

Page 15: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok; (e) melatih

siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain; (f) melatih siswa

memperoleh keterampilan sosial; (g) membantu siswa mengenali dan

memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.

Winkel dan Sri Hastuti (2004) menyebutkan manfaat layanan

bimbingan kelompok adalah mendapat kesempatan untuk berkontak dengan

banyak siswa; memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa; siswa dapat

menyadari tantangan yang akan dihadapi; siswa dapat menerima dirinya setelah

menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan dan

tantangan yang kerap kali sama; dan lebih berani mengemukakan

pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok; diberikan kesempatan

untuk mendiskusikan sesuatu bersama; lebih bersedia menerima suatu

pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman daripada yang

dikemukakan oleh seorang konselor.

2.3.3 Jenis Bimbingan Kelompok

Terdapat beberapa jenis metode bimbingan kelompok menurut Tohirin

(2007) yaitu:

a. Program Home Room

Program ini dilakukan dilakukan di luar jam perlajaran dengan

menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta

kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut siswa

Page 16: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul suasana

keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal

siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efsien.

b. Karyawisata

Karyawisata dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan

peninjauan pada objek-objek yang menarik yang berkaitan dengan

pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerjasama, tanggung

jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-cita.

c. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh

kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap

siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-

masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam memlakukan diskusi

siswa diberi peran-peran tertentuseperti pemimpin diskusi dan notulis dan

siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa

tanggung jawab dan harga diri.

d. Kegiatan Kelompok

Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam

bimbingan, karena kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu

(para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu

yang lebih berhasil apabila dilakukan secara kelompok. Melalui kegiatan

Page 17: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

kelompok dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-

dorongan tertentu dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya. Dengan

demikian muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri.

e. Organisasi Siswa

Organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madrasah dapat

menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. melalui organisasi

siswa banyak masalah-masalah siswa yang baik sifatnya individual

maupun kelompok dapat dipecahkan. Melalui organisasi siswa, para siswa

memperoleh kesempatan mengenal berbagai aspek kehidupan sosial.

Mengaktifkan siswa dalam organisasi siswa dapat mengembangkan bakat

kepemimpinan dan memupuk rasa tanggung jawab serta harga diri siswa.

f. Sosiodrama

Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan kelompok.

sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa

melalui drama. Masalah yang didramakan adalah masalah-masalah sosial.

Metode ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama,

individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial.

Pemecahan masalah individu diperoleh melalui penghayatan peran tentang

situasi masalah yang dihadapinya. Dari pementasan peran tersebut

kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalah.

Page 18: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

��

g. Psikodrama

Hampir sama dengan sosiodrama. Psikodrama adalah upaya pemecahan

masalah melalui drama. Bedanya adalah masalah yang didramakan. Dalam

sosiodrama masalah yang diangkat adalah masalah sosial, akan tetapi pada

psikodrama yang didramakan adalah masalah psikis yang dialami individu.

h. Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk

pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa

untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran remedial

merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang dapat dilakukan

secara individu maupun kelompok tergantung kesulitan belajar yang

dihadapi oleh siswa.

2.3.4 Proses Bimbingan Kelompok

Proses bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) terdiri atas

empat tahapan sebagai berikut:

1. Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap

memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada

umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga

mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik

oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan

Page 19: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

��

penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota

akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan

kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan

diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses

pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya.

Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain

tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

2. Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada

kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para

anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan

penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh

dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap

kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan

seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas,

membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat. Adapun yang

dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: (a) Menjelaskan kegiaatan yang akan

ditempuh pada tahap berikutnya; (b) menawarkan atau mengamati apakah

para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; (c)

membahas suasana yang terjadi; (d) meningkatkan kemampuan

keikutsertaan anggota; (e) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap

pertama.

Page 20: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

3. Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang

menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek

tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok.

ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu

sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi

tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh

empati. Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu: (a)

masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik

bahasan; (b) menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih

dahulu; (c) anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan

tuntas; (d) kegiatan selingan.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah

atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok.

Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam

dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam

pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun

perasaan.

�� Pengakhiran�

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama

bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil

yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan

Page 21: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

���

hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus

melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam

hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan

berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk

melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:

(a) pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera

diakhiri; (b) pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan

hasil-hasil kegiata; (c) membahas kegiatan lanjutan, (d) mengemukakan

pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan

kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang

apakah para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka

pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-

hari.

2.4 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Kristanti (2007) melakukan penelitian tentang “Efektifitas Layanan

Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 1 Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2006/2007”,

dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan Uji

Wilcoxon diperoleh data nilai Zhitung= 4,10, sedang nilai Ztabel= 1,96. Jadi

nilai Zhitung > Ztabel. Hal ini berarti bahwa layanan bimbingan kelompok

Page 22: BAB II LANDASAN TOERI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1782/3/T1_132004001_BAB II.pdf · ... merasa tidak dicintai dan tidak ... Pada saat belajar mengajar

� �

efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2006/2007.

Pinasti (2011) melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan

Kepercayaan Diri Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X

SMK NEGERI 1 Jambu”, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari

pengujian wilcoxon diperoleh Zhitung = 2,803 dan Ztabel = 1,96 sehingga

Zhitung > Ztabel. Dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Simpulan dari penelitian ini adalah kepercayaan diri siswa kelas X SMK N 1

Jambu dapat meningkat setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok.

2.5 Hipotesis

Adapun hipotesis empirik yang diajukan dalam penelitian ini adalah

bahwa: layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kepercayaan

diri siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga.