bab ii landasan teori -...

19
LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Harga Diri Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu. Coopersmith (dikutip dalam Burn, 1998) mengatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan. Secara singkat, harga diri adalah “Personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya”. Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat disimpulkan bahwa harga diri menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. Sedangkan menurut Branden (1987) harga diri merupakan aspek kepribadian yang paling penting dalam proses berpikir, tingkat emosi, keputusan yang diambil, nilai-nilai yang dianut serta penentuan tujuan hidup. Harga diri mencakup dua komponen yaitu perasaan akan kompetensi pribadi dan perasaan akan penghargaan diri pribadi. Seseorang akan menyadari dan menghargai dirinya jika mampu menerima diri pribadinya. Brehm dan Kassin (1990) menyatakan BAB II

Upload: buikien

Post on 19-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Harga Diri

Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran

penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu. Coopersmith

(dikutip dalam Burn, 1998) mengatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi

yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap

menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap

kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan. Secara singkat, harga diri

adalah “Personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang

diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya”.

Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian

individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal dirinya. Dapat disimpulkan bahwa harga diri menggambarkan

sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki

kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.

Sedangkan menurut Branden (1987) harga diri merupakan aspek

kepribadian yang paling penting dalam proses berpikir, tingkat emosi, keputusan

yang diambil, nilai-nilai yang dianut serta penentuan tujuan hidup. Harga diri

mencakup dua komponen yaitu perasaan akan kompetensi pribadi dan perasaan

akan penghargaan diri pribadi. Seseorang akan menyadari dan menghargai dirinya

jika mampu menerima diri pribadinya. Brehm dan Kassin (1990) menyatakan

BAB II

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

bahwa individu yang menilai dirinya baik umumnya bahagia, sehat, sukses,

adaptif dalam situasi yang membuat stres.

Sheaford (2003) menyatakan bahwa harga diri berhubungan dengan

kepercayaan seseorang tentang yang bernilai dalam dirinya. Seseorang yang tidak

menghargai atau menghormati dirinya sendiri akan merasa kurang percaya diri

dan banyak berjuang dengan segala keterbatasan dirinya, sehingga sering mereka

terlibat dalam tingkah laku yang salah atau rentan untuk dieksploitasi dan

disalahgunakan oleh orang lain. Selanjutnya Sheaford (2003) menjelaskan bahwa

seseorang yang memiliki perasaan menghargai diri yang rendah timbul karena

persepsi yang subjektif dan tidak selalu akurat dengan pandangan orang lain. Rasa

menghargai diri yang rendah seringkali berasal dari perbandingan yang tidak

menyenangkan tentang dirinya sendiri dan orang lain. Pendapat senada dinyatakan

Rosenberg (1979) bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi akan

menghormati dirinya dan menganggap dirinya sebagai individu yang berguna.

Sedangkan individu yang memiliki harga diri yang rendah tidak dapat menerima

dirinya dan menganggap dirinya tidak berguna dan serba kekurangan.

2.1.1 Karakteristik Harga Diri

Menurut Coopersmith (dalam Burn, 1998) harga diri mempunyai beberapa

karakteristik, yaitu : (1) harga diri sebagai sesuatu yang bersifat umum; (2) harga

diri bervariasi dalam berbagai pengalaman; dan (3) evaluasi diri. Individu yang

memiliki harga diri tinggi menunjukkan perilaku menerima dirinya apa adanya,

percaya diri, puas dengan karakter dan kemampuan diri dan individu yang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

memiliki harga diri rendah, akan menunjukkan perhargaan buruk terhadap dirinya

sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

2.1.2 Pembentukan Harga Diri

Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan

dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya.

Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling

tergantung pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi

menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman

tentang diri. Hal ini akan membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai

orang yang berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga

individu mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998).

Harga diri mengandung pengertian”siapa dan apa diri saya”. Segala

sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapat penilaian

berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang melekatdalam diri

individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam proses berinteraksi

dimana proses ini dapat menguji . individu, yang memperlihatkan standar dan

nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat dan orang lain.

2.1.3 Aspek-Aspek dalam Harga Diri

Coopersmith dalam Burn (1998) membagi harga diri kedalam empat

aspek:

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

1) Kekuasaan (power)

Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain.

Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima

individu dari orang lain.

2) Keberatian (significance)

Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari orang

lain.

3) Kebajikan (virtue)

Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk

menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.

4) Kemampuan (competence)

Individu berhasil memenuhi tuntutan prestasi.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Faktor-faktor yang melatarbelakangi harga diri yaitu (Coopersmith, dalam

Burn, 1998) : (1) pengalaman; (2) pola asuh ; (3) lingkungan; dan (4) sosial

ekonomi. Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan

kejadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan

meninggalkan kesan dalam hidup individu.

2.1.5 Hambatan dalam Perkembangan Harga Diri

Menurut Dariuszky (2004) yang menghambat perkembangan harga diri

adalah : perasaan takut, yaitu kekhawatiran atau ketakutan (fear). Dalam

kehidupan sehari-hari individu harus menempatkan diri di tengah-tengah realita.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

Ada yang menghadapi fakta-fakta kehidupan dengan penuh kebenaran, akan tetapi

ada juga yang menghadapinya dengan perasaan tidak berdaya. Ini adalah

tanggapan negatif terhadap diri, sehingga sekitarnya pun merupakan sesuatu yang

negatif bagi dirinya. Tanggapan ini menjadikan individu selalu hidup dalam

ketakutan yang akan mempengaruhi seluruh alam perasaannya sehingga terjadi

keguncangan dalam keseimbangan kepribadian, yaitu suatu keadaan emosi yang

labil.

Dalam keadaan terguncang individu tidak berpikir secara wajar, jalan

pikirannya palsu, dan segala sesuatu yang diluar diri yang dipersepsikan secara

salah. Dengan demikian tindakan-tindakannya menjadi tidak adekuat sebab

diarahkan untuk kekurangan dirinya. Keadaan ini lama kelamaan tidak dapat

dipertahankan lagi, yang akhirnya akan menimbulkan kecemasan, sehingga

jelaslah bahwa keadaan ini akan berpengaruh pada perkembangan harga dirinya.

Perasaan salah yang pertama dimiliki oleh individu yang mempunyai pegangan

hidup berdasarkan kesadaran dan keyakinan diri, atau dengan kata lain individu

sendiri telah menentukan kriteria mengenai mana yang baik dan buruk bagi

dirinya. Perasaan salah yang kedua adalah merasa salah terhadap ketakutan,

seperti umpamanya orangtua. Keadaan ini kemudian terlihat dalam bentuk

kecemasan yang merupakan unsure penghambat bagi perkembangan kepercayaan

akan diri sendiri.

2.1.6. Meningkatkan Harga Diri

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

Hal-hal yang dapat meningkatkan harga diri seseorang menurut pendapat

Coopersmith (1967) diantaranya adalah keberhasilan yang diperoleh selama

dirinya berinteraksi dengan lingkungan. Keberhasilan itu sendiri antara lain: a.

Power, kemampuan untuk mempengaruhi atau menguasai orang lain; b. Virtue,

kesesuaian diri dan kecemasan dalam mengemukakan tentang dirinya; c.

Significance, penerimaan perhatian dari keluarga; d. Competence, kesuksesan dan

Perasaan ketidakpuasan.

Sedangkan Soepri Tjahjono (2004) menjelaskan beberapa cara yang dapat

dilakukan dalam upaya meningkatkan harga diri diantaranya adalah: a) Mengenali

diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan dengan cara bercermin baik

dengan kaca maupun melalui tulisan dikertas dan menuliskan mana potensi-

potensi yang bisa kita kembangkan atau tunjukan ke orang lain, dan mana yang

harus kita tinggalkan. b) Menerima diri seperti apa adanya. Orang yang dapat

menerima diri sendiri apa adanya tidak akan menyesali segala yang terjadi dalam

menghadapi kenyataan. Artinya, apa yang ada pada diri kita harus diterima dan

dikembangkan. c) Manfaatkan kelebihan dengan cara mengenali kelebihan yang

kita miliki, selanjutnya digunakan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Misalnya kita yang pandai berbicara, mengapa tidak mencoba jadi pembawa

acara? d) Meningkatkan keahlian yang dimiliki. Kemampuan, keahlian, dan

keterampilan yang kita miliki memberikan sumbangan untuk meningkatkan harga

diri kita. Semakin banyak dan beragam keahlian yang kita miliki, akan semakin

besar kita menghargai diri kita. e) Memperbaiki kekurangan. Individu harus

mengenali kekurangan yang ada pada dirinya. Kalau individu tidak mengenalinya,

maka keinginan untuk memotivasi dan mengembangkan dirinya ke arah yang

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

lebih baik juga tidak ada. Kalau individu mengenali kekurangannya, maka

sebenarnya kekurangan itu dapat juga dimanfaatkan untuk sesuatu yang berguna.

f) Mengembangkan pemikiran bahwa individu sama dan sederajat dengan orang

lain. Setiap orang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan itu bisa dari sudut

ekonomi ataupun status sosial. Tetapi semuanya itu akan sama haknya dalam

setiap kesempatan. Pemikiran itulah yang harus selalu dikembangkan bahwa

setiap orang punya hak dan derajat yang sama.

Raymond Tambunan (2009) (http:/e-psikologi.com) menjelaskan bahwa

perkembangan harga diri pada seseorang akan menentukan keberhasilan maupun

kegagalannya dimasa mendatang. Sedangkan arti harga diri itu sendiri

menurutnya adalah hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan

dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang

menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari-

hari. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan

diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya

diperlukan di dunia ini.

Pendapat di atas menunjukan peningkatan harga diri seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal pada diri individu dan

faktor eksternal. Faktor internal pada individu meliputi penghargaan, penerimaan,

pengertian dan perlakuan orang lain terhadap dirinya. Sedangkan faktor eksternal

adalah prestasi yang dicapai, hubungan dimasyarakat, keluarga dan pergroupnya.

Harga diri bukan merupakan faktor bawaan tetapi dapat dibangun / ditingkatkan

melalui proses belajar melalui interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya

dalam bentuk umpan balik yang diterima dari orang-orang yang berarti bagi

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

individu. Kemauan untuk mengevaluasi kembali kepercayaan seseorang tentang

diri sendiri merupakan langkah awal terhadap pertumbuhan dalam menghargai

dirinya.

Menurut Ubaydillah (2001) menaikkan harga-diri harus dimulai dari diri

sendiri terlebih dulu. Jika ini sudah individu lakukan, orang lain akan

menghargainya meski prosesnya ada yang tidak langsung-seketika. Adapun

langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi : a) Secara mental, temukan

sesuatu yang berharga di dalam diri individu. Ini bisa sifat, watak, skill,

pengetahuan, kelebihan, pedoman hidup yang individu yakini, kebaikan, sikap,

atribut akademik, modal sosial yang individu miliki, dan lain-lain. Ini adalah jalan

untuk menciptakan perasaan positif tadi. Untuk bisa menemukan ini memang

harus sering-sering melakukan dialog dengan diri sendiri dan cepat sadar atas

munculnya perasaan negatif. b) Secara aktual, lakukan sesuatu yang menurut

individu itu bernilai atau berharga membuat dirinya, entah itu untuk hari ini atau

hari esok. Ini pokok. Tidak ada orang yang punya perasaan positif kalau tidak

melakukan hal-hal positif.

Menurut pengalaman hidup Michael Angier (2004), jika seseorang punya

perasaan positif terhadap dirinya, orang itu akan merasa lebih ringan untuk

melakukan hal-hal positif. Semakin banyak tindakan positif yang dilakukan,

semakin besar pula perasaan positif yang muncul. Jadi ada semacam timbal-balik

yang saling terkait. c). Melatih diri untuk memiliki jiwa yang lebih besar, pikiran

yang lebih besar atau pertimbangan yang lebih bijak. Tapi ini perlu didasari atas

pengetahuan tentang adanya manfaat yang lebih besar (kekuatan). Ini misalnya

saja memaafkan atau memahami orang lain karena itu hasilnya akan lebih baik,

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

bukan karena tidak mampu melawan secara terang-teranga lalu ngomong di

belakang (kelemahan). d) Latihlah menghadapi persoalan dengan keputusan. e)

Jauhi hal – hal yang berpotensi menegatifkan perasaan dan pikiran.

Selanjutnya Sumarni (2007) menjelaskan bahwa terdapat tiga hal yang

dapat dilakukan agar harga diri atau kehormatan diri seseorang dapat terpelihara

dengan baik diantaranya : a) Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri ,

artinya menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan.

b) Menerima diri apa adanya , artinya menyadari dan menerima apa adanya

dengan mensyukuri keadaan yang ada pada diri sendiri walau dalam keadaan

apapun juga dengan menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna.

c) Memanfaatkan kelebihan, artinya menyadari bahwa semua orang mempunyai

kelebihan dan kekurangan yang beragam bentuknya.

2.2. Tato Dan Harga Diri

Pada sub pokok bahasan ini akan dibahas mengenai pengertian bertato,

bertato dipandang dari berbagai aspek, perkembangan bertato pada masa

sekarang, hubungan antara harga diri seseorang bertato dan seseorang tidak

bertato, perbedaan harga seseorang bertato dengan harga diri seseorang tidak

bertato.

2.2.1. Pengertian Tato

Kata tato berasal dari kata Tahitian atau Tatu yang memiliki arti

menandakan sesuatu. Dalam Wikipedia (2010) tato (tattoo) adalah suatu tanda

yang dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Dalam istilah teknis,

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

tato adalah implantasi pigmen mikro. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

tato berarti gambar (lukisan) pada bagian (anggota) tubuh. Dengan tujuan

menunjukkan kepribadian seseorang.

2.2.2. Tato Dipandang dari Berbagai Aspek

Menurut Potiman Sutalip (2010) menyatakan seseorang memiliki tato

dapat dipandang dari berbagai aspek yaitu; (1) Pada sistem budaya tato

mempunyai makna dan fungsi yang berbeda-beda orang yang memakai tato untuk

menandai masa inisiasi pada anak laki-laki, menunjukkan usia dan kelas sosial

dan menandakan tahap-tahap dalam kehidupan.

(2) Selain anggapan sistem budaya yang positif di atas anggapan negatif

atau pandangan dari aspek sosial bahwa masyarakat memandang tato merupakan

larangan memakai bagi penganut agama tertentu semakin menyempurnakan

image tato sebagai sesuatu yang: dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai

tato sama dengan memberontak terhadap tatanan nilai sosial yang ada, sama

dengan membebaskan diri terhadap segala tabu dan norma-norma masyarakat

yang membelenggu. Orang-orang yang dipinggirkan oleh masyarakat memakai

tato sebagai simbol pemberontakan dan eksistensi diri. Anak-anak yang

disingkirkan oleh keluarga memakai tato sebagai simbol pembebasan.

(3) Duffy dan Atwater (2005) pada aspek psikologi bahwa seseorang

memiliki tato menyatakan bahwa mental image mengenai tubuh seseorang,

bagaimana perasaan seseorang tentang tubuhnya, bagaimana kepuasan dan

ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya. Guslingga (2006) menambahkan

bahwa orang yang memiliki tato angapan secara positif akan cenderung merasa

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

puas terhadap kondisi tubuhnya, memiliki harga diri yang tinggi, penerimaan jati

diri yang tinggi, rasa percaya diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badan dan

kesehatannya sendiri, serta adanya kepercayaan diri ketika menjalin hubungan

dengan orang lain. Berkaitan dengan remaja bertato, di satu sisi tato merupakan

suatu seni yang dapat memperindah penampilan, mempercantik tubuh ataupun

membuat seseorang terlihat menarik. Sedangkan orang yang memiliki tato

angapan secara yang negatif akan cenderung merasa tidak puas atau malu

terhadap kondisi tubuhnya sehingga tidak jarang menimbulkan depresi, memiliki

harga diri yang rendah atau bahkan merasa dirinya tidak berharga.

(4) Pada aspek pendidikan bertato diinstansi pendidikan SMP, SMA/K

dari Diknas pusat telah menyatakan untuk tidak menerima calon siswa yang

bertindik dan bertato dengan alasan peningkatan karakter siswa yang baik,

berpenampilan sopan dan santun. Artinya pendidikan secara garis besarnya

menolak seseorang yang memiliki tato pada tubuhnya karena ini jauh dari tujuan

pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.2.3. Perkembangan Tato Pada Masa Sekarang

Perkembangan tatoakhir-akhir ini sudah menjadi trend dan membudaya,

khususnya di kalangan generasi muda. Meski prosesnya dilakukan dengan

menggunakan jarum suntik, namun tak sedikit generasi muda yang tertarik untuk

mencobanya. Padahal, merajah tubuh dengan jarum suntik itu menimbulkan rasa

sakit dan pedih luar biasa serta sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Ironisnya, trend merajah tubuh ini semakin menggelobal (William Sudduth,

2010).

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

Menurut Amir saleh (2010) orang-orang dewasa ini menggunakan tato

sebagai bentuk ekspresi diri, dengan menempatkan tato di bagian mana saja pada

tubuh mereka. Di Indonesia pernah ada suatu masa ketika tato dianggap sebagai

sesuatu yang buruk. Individu yang memakai tatodiidentikkan dengan penjahat dan

orang nakal. Pokoknya golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu

dianggap mengacau ketentraman masyarakat. Tanggapan negatif masyarakat

tentang tatoserta larangan memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu,

semakin menyempurnakan persepsi tato masyarakat sebagai sesuatu yang

dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai tato dianggap sama dengan

memberontak. Namun kini, persepsi pemberontakan yang melekat pada tato inilah

yang menjadi populer dan dicari-cari anak muda. Orang-orang yang dikucilkan

pun memakai tatosebagai simbol pemberontakan dan eksistensi dirinya.

Sedangkan anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga, memakai tatosebagai

simbol pembebasan.

Menurut Budiman (2011) fenomena yang berkembang sekarang adalah

semakin banyak orang yang menghiasi tubuhnya dengan tato di bagian-bagian

tubuh yang sebelumnya jarang kita jumpai. Secara umum, orang yang membuat

tato dengan alasan seni, walaupun ada beberapa orang mempunyai tujuan agar

terlihat "sangar". Jika bertujuan untuk seni, Seni sendiri dapat dijelaskan secara

umum menjadi 2 yaitu :

1. Bisnis.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

Banyak orang yang menjalani hidup di dunia seni sebagai sarana bisnis. Hal

ini sangat menguntungkan, karena selain menyalurkan kretifitas, juga dapat

menghasilkan uang. Seseorang bisa membuat tato sebagai sarana bisnis. Antara

lain dengan mengikuti kontes tato.

2. Hobi.

Seni bisa merupakan suatu hobi. Seseorang dapat membuat tato sebagai

hobi. Tetapi anda harus siap secara mental karena masih banyak orang

menganggap tato sebagai hal negatif. Apalagi di Indonesia, banyak orang

mengalami kesulitan mencari pekerjaan jika mempunyai tato ditubuhnya. Jadi jika

anda menginginkan tato hanya untuk hobi, Seseorang harus siap juga secara

finansial.

2.2.4. Tato dan Harga Diri

Harga diri berkaitan dengan kepribadian dan tatoo adalah sebagai suatu alat

yang digunakan oleh pribadi untuk kepentingan harga diri. Istilah “kepribadian”

(personality) berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok,

yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang

maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang.

Kepribadian sebagai topeng (mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-

pura, yang dibuat-buat, yang semu atau mengandung kepalsuan.

Menurut Kartono (1979) kata personality berasal dari bahasa latin persona

yang artinya kedok atau topeng. Topeng ini biasanya digunakan oleh pemain

teater Yunani untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter tertentu.

Personality juga berasal dari personare yang artinya menembus, maksudnya

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

dengan menggunakan topeng dapat menembus keluar untuk mengekspresikan satu

bentuk tingkah laku tertentu. Persona merupakan gambaran salah satu bentuk atau

tipe individu tertentu.

Ada tujuh topeng yang digunakan oleh pribadi untuk mengekspresikan diri.

Ketujuh topeng itu ialah 1).Topeng kepemilikan 2). Topeng intelektualitas 3).

Topeng sosial 4). Topeng moral 5). Topeng impresif(aktor/artis) 6). Topeng

jabatan 7). Topeng seksualitas. Tato sebagai topeng manusia masuk dalam

gambaran topeng impresif (aktor/artis). Bahwa khawatir jika kekurangan atau sisi

negatif diri terungkap, cemas jika tidak dicintai atau dihargai banyak orang,

khawatir jika ada kesan negatif orang lain mengenai dirinya, terobsesi untuk

dikenal sebagai figur publik yang positif, keinginan untuk terus-menerus

mendapat tepuk tangan dari orang lain. Orang yang menggunakan topeng ini ingin

memberi kesan positif pada orang-orang yang mengenalnya. Untuk itu berusaha

Menunjukkan sikap positif, bermurah hati, pengertian serta mudah mengumbar

janji, seolah dirinya orang yang baik dan bermurah hati. Orang yang

menggunakan topeng ini juga haus akan pujian, sanjungan serta tepuk tangan.

Meskipun orang yang menggunakan topeng ini menunjukkan kebaikan serta

perilaku menolong, sebenarnya tidaklah begitu tertarik untuk membantu orang

lain (Martin, 2003).

Penggunaan tato juga dapat dimasukan sebagai gambaran topeng

seksualitas. Seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisi diri yang

sesungguhnya, minder atas keadaan non-fisik dirinya, kesulitan untuk mencintai

tanpa syarat karena dirinya terbiasa dicintai secara bersyarat, ketidakpercayaan

akan ketulusan hati orang lain, merasa orang lain selalu mengambil keuntungan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

dari dirinya, tidak merasa memiliki sisi positif diri yang dapat dikembangkan,

obsesi terus menerus untuk menguasai orang lain dengan daya tarik fisiknya,

kehausan untuk terus menerus dipuji dan dicintai karena daya tarik fisiknya.

Jung (dalam Kartono, 1979) menyatakan persona itu merupakan topeng bagi

individu sepanjang hidupnya yang berfungsi sebagai benteng pelindung untuk

menutupi dan melindungi diri sendiri agar mempunyai penampilan yang

menyenangkan dan lebih baik.

Salah satu kepribadian yang berpur-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau

mengandung kepalsuan yaitu kepribadian seseorang untuk menutupi dari

kelemahan dalam diri, atau sebagai kompensasi terhadap sikap atau perilaku yang

ingin diperhatikan oleh banyak orang. Biasanya seseorang akan masuk kedalam

lingkungan atau kelompok yang dapat menerima dia, misalnya seseorang akan

masuk ke dalam kelompok atau geng-geng tertentu, menggambar tubuh dengan

membuat lambang atau menato tubuh sebagai indentitas yang dapat diperhatikan

oleh orang lain (Kandeva 2008).

Selanjutnya Kandeva (2008) menyatakan tanpa disadari, ternyata seseorang

dalam hidup ini mengenakan topeng-topeng. Seseorang bertingkah laku sesuai

dengan topeng yang dikenakan atau peran yang tengah dimainkan, sedangkan

kepribadian seseorang yang sesungguhnya disembunyikan dan hanya keluar

manakala dalam kesendirian. Macam-macam topeng yang seseorang kenakan atau

peranan yang dimainkan: sebagai anak yang patuh, istri yang penurut, suami yang

gagah dan melindungi, ibu yang sabar, nenek atau kakek yang bijaksana, guru

yang berdedikasi, dan sebagainya. Dari luar seseorang seperti itu, tapi dalam hati

tidak seperti itu.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

Seseorang tidak menunjukkan perasaan yang sebenarnya karena

menganggap hal itu tidak pantas. Menginginkan kebenaran dalam hidup ini, juga

menginginkan kewajaran: bertingkah laku secara wajar dan ingin orang lain

memperlakukan seseorang dengan wajar. Tapi kenyataannya dalam kehidupan

sehari-hari orang sering dicela, bahkan dihukum, jika memperlihatkan sifat-sifat

yang sesungguhnya. Akhirnya seseorang jadi sering berpura-pura dan hanya

bersikap seperti yang dikehendaki masyarakat. Sering bergaya besar, sombong,

atau lebih berani dari yang sebenarnya. Seseorang tidak berani berkata "tidak

bisa" meskipun sebenarnya tidak bisa. Seseorang tidak berani berterus terang,

terus saja berbasa-basi dan berpura-pura, memakai topeng. Efeknya menjadi

tersiksa. Selain itu, juga jadi terasing dari diri sendiri, tidak mengenali diri sendiri

dan tidak dikenal oleh orang lain. Maka dari itu salah satu kompensasinya

seseorang mencari-cari cara agar menutupi diri dengan mencari identitas baru

misalnya dengan memberikan atau membuat lambang yang disebut tato agar

seseorang bertambah lebih berani, bergaya besar atau kebanggaan tersendiri.

Lazurdi (2009) menyatakan bahwa sesungguhnya tato dibuat sebagai suatu

simbol atau penanda, dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si

empunya dan simbol keberanian dari si pemilik tato. Sejak masa pertama tato

dibuat juga memiliki tujuan demikian. Tato dipercaya sebagai simbol

keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

2.2.5. Perbedaan Harga Diri Seseorang Bertato dengan Harga Diri

Seseorang Tidak Bertato

Tambunan (2001) menyatakan pengambilan keputusan seseorang bertato

tidak dengan sendirinya dapat terwujud pada seseorang, banyak faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan bertato. Harga diri

merupakan suatu hal yang dianggap dapat mempengaruhi keputusan seseorang

untuk bertato. Seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku

dalam kehidupannya sehari-hari. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa

percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta

rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini.

Sebaliknya, berbeda dengan seseorang yang memiliki harga diri yang negatif

akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga. Di

samping itu seseorang dengan harga diri yang negatif cenderung untuk tidak berani

mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya dengan bertato, lebih senang

menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal

yang tidak penuh dengan tuntutan, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-

pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon

dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung

merasa hidupnya tidak bahagia. Pada seseorang yang memiliki harga diri negatif

inilah sering muncul perilaku negatif. Berawal dari perasaan tidak mampu dan

berharga, mereka mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah

membuat dirinya lebih berharga. Misalnya dengan mencari pengakuan dan

perhatian dari teman-temannya (Tambunan, 2001).

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

Pada masyarakat Indonesia, anak muda dianggap normal, ganteng dan alim

apabila rapi, bersih tidak ada tato, tak bertindik dan lain-lain. Jika terjadi

penyimpangan sedikit saja seperti telinga atau hidung yang ditindik, maka akan

mengakibatkan gunjingan dan celaan yang cepat menyebar ke mana-mana. Oleh

karena itu, tidaklah mengherankan jika gaya-gaya anak muda seperti itu akan

cepat-cepat dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Tanggapan negatif masyarakat

tentang tatomerupakan larangan bagi penganut agama tertentu semakin

menyempurnakan tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh.

Maka memakai tato dianggap sama dengan memberontak. Sekarang, walaupun

banyak orang yang berontak dan beranggapan bahwa tato merupakan bagian dari

fashion, rasa minder atas penggunaan tato masih juga terjadi. Mungkin disebabkan

karena citra tato yang sudah melembaga di masyarakat menyebabkan beberapa

orang hanya memperlihatkan tato pada lingkungan pergaulannya saja, sedangkan

berbeda di lingkungan yang lebih ketat orang yang tidak memiliki tato akan

beranggapan bahwa banyak sekali orang- orang yang bertato akan sulit bekerja

karena masih adanya anggapan negatif yang tertempel dalam dirinya, merusak

tubuh dan menyebabkan penyakit dalam tubuh dan masyarakat.

2.3. Penelitian yang Relevan

Perbedaan harga diri mahasiswa yang bertato dengan mahasiswa yang tidak

bertato pada mahasiswa laki-laki FKIP-UKSW Salatiga didukung oleh penelitian

oleh Hapsari (2008) yang menemukan bahwa harga diri pada pemuda bertato pada

komunitas musik rock tinggi, sedangkan pada pemuda yang tidak bertato

komunitas musik rock memiliki harga diri yang rendah. Hal ini dikarenakan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1674/3/T1_132006026_BAB II.pdfHarga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang ... nilai-nilai

kemungkinan tingkat penyesuaian sosial dan hubungan sosial pada pemuda

komunitas musik rock sangat luas atau mudah beradaptasi yang dapat mudah

terpengaruh dalam hal bertato dan itu merupakan satu identitas bagi diri komunitas

pecinta musik rock.

Hal senada dingkapkan oleh Gustafian (2008) dalam penelitiannya yang

menyatakan remaja laki-laki yang bertato permanen di SMK Swasta Yogyakarta

memiliki harga diri yang tinggi berbeda dengan remaja laki-laki yang tidak bertato

memiliki harga diri yang rendah, hal ini disebabkan oleh faktor hubungan sosial

dari remaja laki-laki yang bertato yaitu pergaulan yang luas dan banyaknya

pertemanan dari berbagai kalangan.

2.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; ada

perbedaan harga diri mahasiswa yang bertato dengan mahasiswa yang tidak

bertato pada mahasiswa laki-laki FKIP-UKSW Salatiga.