bab ii landasan teori - repository.pip-semarang.ac.idrepository.pip-semarang.ac.id/290/17/13.bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Barge/Lighter/tongkang/ponton
Menurut Suyono (2003:15) dalam bukunya berjudul Shipping
Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut,
barge/lighter/tongkang/ponton adalah perahu-perahu kecil yang
dipergunakan untuk mengangkut muatan atau barang dari atau ke kapal
yang dimuat/dibongkar, yang biasanya ditarik oleh kapal tunda.
2. Tug boat/kapal tunda
Menurut Suyono (2003:83) dalam bukunya berjudul Shipping
Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, tug boat/kapal
tunda adalah kapal yang dibuat agar dapat menarik atau mendorong kapal
atau segala sesuatu yang mengapung. Tugas lain yang dilakukan adalah
menolong kapal dalam bahaya, memadamkan kebakaran di laut,
memerangi polusi/pencemaran, dan lain sebagainya.
3. Lighter Carrier/pengangkut tongkang
Menurut Suyono (2003:79) dalam bukunya berjudul Shipping
Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, kapal pengangkut
tongkang adalah variasi dari kapal pengangkut petikemas, dimana
sebagai pengganti petikemas, kapal ini tidak memerlukan terminal
khusus seperti kapal petikemas dan, secara teori, juga tidak memerlukan
pelabuhan dan tempat sandar. Kapal jenis ini cukup datang ke tempat
9
berlabuh, membongkar tongkangnya yang ditarik oleh kapal gandeng
sambil memuat tongkang-tongkang yang sudah diisi. Untuk daerah
perairan seperti Indonesia, kapal jenis ini banyak manfaatnya. Ada
beberapa jenis kapal pengangkut tongkang:
a. Lash/lighter aboard ship
Kapal lash dapat memuat 80 tongkang dengan kapasitas
masing-masing 400 ton. Tongkang-tongkang dibongkar dan dimuat
melalui bagian belakang kapal dengan bantuan keran berjalan atas rel
(gantry crane) dengan kapasitas 510 ton. Lash adalah petikemas yang
berbentuk tongkang dengan atau tanpa mesin penggerak.
b. Sea bees/sea train
Kapal sea bees lebih besar dari kapal lash, namun hanya berisi
tongkang (barges) sebanyak 38 buah dengan kapasitas masing-
masing 1.000 ton. Tongkang dimasaukkan ke kapal dengan bantuan
elevator yang terletak di belakang kapal. Kapal multiguna karena
dapat juga dipakai sebagai kapal RORO dan kapal petikemas biasa.
Sea bees dapat mengerjakan muatan dengan kapasitas 2.800 ton/jam.
c. Bacat
Kapal bacat (barge aboard catamaran) lebih kecil dari kapal
lash dan hanya dapat mengangkut 10 buah tongkang, bacat kecil dan
3 tongkang-lash.
10
d. Flash
Kapal flash (feeder vessel for lash barges) merupakan suatu
unit terapung yang digandeng dengan tongkang-tongkang di atasnya.
Bertindak sebagai feeder (kapal pengangkut muatan disungai, pantai,
dan sebagainya. Sampai ke pelabuhan besar) terhadap kapal lash.
Flash menyerupai dok terapung yang dapat dibenamkan atau
diapungkan di air untuk memuat atau menurunkan lash. Flash
biasanya tidak memiliki mesin penggerak sendiri hingga ditarik oleh
kapal tunda ke tempat tujuannya.
e. Spalsh
Kapal splash (self propelled lighter aboard ship) adalah kapal
jenis mutakhir dari flash yang dilengkapi dengan motor penggerak
sendiri sehingga tidak perlu lagi ditarik denagn kapal tunda.
4. Schedules/jadwal
Schedules atau jadwal itu sendiri mempunyai arti secara tata bahasa
merupakan sebuah tulisan yang berisi sebuah rangkaian dan urutan
semua acara yang dimulai dari awal acara sampai dengan acara-acara
yang beriktunya sampai akhir acara. Jadwal atau yang dikenal dalam
bahasa inggris sebagai schedule mempunyai sifat yang singkat dan jelas
dalam penulisannya. “Singkat” mempunyai arti bahwa hanya menuliskan
hal yang dianggap penting yang harus diketahui orang banyak. dan
“Jelas” merupakan sebuah kejelasan mengenai sebuah keterangan waktu,
tempat, hari dan lain sebagainya.
11
Schedule adalah jadwal, bisa berupa jadwal pelajaran atau biasa
disebut school timetable, acara televise atau televisions programs, jadwal
suatu pertunjukan atau show time, jadwal penerbangan atau flight
schedule, jadwal perjalanan atau itinerary, dan jadwal kedatangan atau
keberangkatan kereta api. Salah satu tujuan pembuatan jadwal adalah
agar kegiatan yang sudah direncanakan dapat terlaksana dengan baik.
Pengertian jadwal menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
adalah pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja,
daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu
pelaksanaan yang terperinci. Sedangkan pengertian penjadwalan adalah
proses, cara, perbuatan menjadwalkan atau memasukkan ke dalam
jadwal.
5. Delay time
Menurut Peter Brodie (2006:50) dalam bukunya berjudul
Commercial Shipping Handbook, Delay time adalah waktu yang terpakai
oleh kapal selama bertambat didermaga yang tidak digunakan untuk
kegiatan bongkar muat dan berada didalam jam kegiatan bongkar muat
(misalnya kegiatan yang terhenti karena hujan)”. Pengertian dalam hal ini
adalah hal-hal yang membuat kegiatan bongkar muat tertunda, sehingga
proses pemuatan suatu kapal membutuhkan waktu yang lebih lama dari
perjanjian yang telah disepakati.
12
6. Batubara
Menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum
dan HAM RI (2008:7) dalam bukunya berjudul Penyelesaian Sengketa-
Sengketa Di Bidang Pertambangan berdasarkan Undang-Undang tentang
Pertambangan Mineral dan Batu Bara Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
batu bara adalah endapan senyawa organik karbon yang terbentuk secara
alamiah dari sisa tumbuhan.
Menurut H. Salim (2005:800) dalam bukunya yang berjudul
Hukum Pertambangan Di Indonesia pada halaman 217 tahun 2014 salah
satu jenis bahan tambang adalah batu bara. Istilah batubara merupakan
terjemahan dari bahasa inggris, yaitu coal. Batubara merupakan suatu
campuran padatan yang heterogen dan terdapat di alam dalam
tingkat/grade yang bereda dengan lignit, subbitumine, antarasit
(Sukandarrumidi, 1995: 26).
Batubara dapat digolongkan menurut kualitas dan sifatnya.
a. Penggolongan batubara berdasarkan kualitasnya merupakan
penggolongan batubara yang didasarkan pada tingkat baik atau
buruknya mutu batubara tersebut. Penggolongan batu bara
berdasarkan kualitasnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kualitas tinggi dan kualitas rendah.
1) Batubara kualitas tinggi merupakan yang nilai kalorinya di atas
5,000 kkal/kg
13
2) Sementara itu, batu bara yang memiliki kualitas rendah (lignit)
adalah batubara yang memiliki nilai kalori 5,000 kkal/kg
Berdasarkan data, cadangan batubara Indonesia sebesar 43,6
miliar ton. Sebanyak 58,6% dari cadangan itu merupakan
batubara kualitas rendah
b. Penggolongan batubara berdasarkan sifat merupakan penggolongan
batubara dari ciri khas atau sifat yang ada pada batubara tersebut.
Batubara menurut sifatnya dibagi menjadi tiga macam, yaitu antrasit,
bitumine/subbitumine, dan lignit (brown coal) (Sukandarrumidi,
1995: 27)
1) Sifat batubara antrasit adalah:
a) Warna hitam mengkilat, kompak
b) Nilai kalor sangat tinggi, kandungan karbon sangat tinggi
c) Kandungan air sangat sedikit
d) Kandungan abu sangat sedikit
e) Kandungan sulfur sangat sedikit
2) Sifat batubara bitumine/subbitumine adalah:
a) Warna hitam mengkilat, kurang kompak
b) Nilai kalor tinggi, kandungan karbon sangat tinggi
c) Kandungan air sedikit
d) Kandungan abu sedikit
e) Kandungan sulfur sedikit
3) Sifat batubara lignit (brown coal) adalah:
14
a) Watna hitam, sangat rapuh
b) Nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit
c) Kandungan air tinggi
d) Kandungan abu banyak
e) Kandungan sulfur banyak
Selain itu, di dalam dunia perdagangan dikenal istilah hard coal dan
brown coal. Hard coal adalah jenis batubara yang menghasilkan gross
kalori lebih dari 5,700 kkal/kg. Hard caol dibagi menjadi:
1. Kandungan zat terbang (volatile matter) hingga 33%, termasuk kelas
1-5 dan
2. Kandungan zat terbang (volatile matter) lebih besar 33%, termasuk
kelas 6-9
Menurut Redi (2014:101) dalam bukunya berjudul Hukum
Pertambangan Brown coal merupakan batubara dengan nilai kalor yang
rendah. Sebenarnya masih ada lagi pembagian lainnya, yaitu batubara
dengan sifat analisisnya batubara kaitannya volatile matter. Namun,
pembagian yang paling mendasar adalah pembagian pada kualitas
batubara karena pembagian ini didasarkan pada nilai komersial dan
penggunaanya. Semakin tinggi kualitas batubara, semakin tinggi
harganya. Akan tetapi, semakin rendah kualitas batubara, semakin rendah
harganya. Batubara yang berkualitas tinggi dapat diekspor keluar negeri.
Negera-negara yang menjadi konsumen batubara berkualitas tinggi
adalah Jepang, Taiwan, Korea, dan Negara-negara Asean. Sementara itu
15
batubara yang berkualitas rendah digunakan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri sebanyak 58,6% dan total batubara Indonesia merupakan
batubara kualitas rendah sehingga batubara kualitas ini sulit untuk
bersaing di pasar luar negeri.
7. Demurrage
Adapun arti dari Demurrage yaitu Pengenaan denda kepada
penyewa kapal jika dalam pelaksanaan pekerjaan pemuatan atau
pembongkaran muatan kapal terjadi keterlambatan penyelesaian
pekerjaan berdasarkan Voyage Charter Party (Surat kontrak perjanjian
sewa menyewa kapal untuk satu kali perjalanan).
Menurut Suyono (2003:15) dalam bukunya berjudul Shipping
Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, Demurrage
merupakan denda (penalty) yang harus dibayar oleh pemilik barang
karena pemakaian petikemas melebihi free time, yakni waktu yang
diberikan oleh pelayaran untuk mengosongkan atau mengembalikan
petikemas setelah dibongkar dari kapal. Apabila waktu yang ditentukan
terlewat maka pemilik barang dikenakan demurrage. Lamanya free time
ditentukan sendiri oleh perusahaan pelayaran dan berbeda antar masing-
masing pelayaran. Ada yang seminggu, dua minggu, atau tiga minggu.
Tarif harian juga berbeda antar perusahaan pelayaran.
8. Pelabuhan
Menurut Bambang Triatmodjo (2015:2) dalam bukunya berjudul
Perencanaan Pelabuhan, Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang
16
terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal
laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat
barang- barang, kran-kran (cane) untuk bongkar Muat barang, gudang
laut (transito) dan tempat-tempat penyimpanan di mana kapal
membongkar muatanya, dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke
daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi dengan jalan
kereta api dan/atau jalan raya.
Ditinjau dari penyelenggaraanya pelabuhan dibedakan menjadi 2:
a. Pelabuhan umum
Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan
pelayanan masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum
dilakukan oleh permerintah dan pelaksananya dapat dilimpahkan
kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan untuk
maksud tersebut. Di Indonesia dibentuk empat Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang diberi wewenang untuk mengelola pelabuhan
umum diusahakan. Keempat badan usaha tesebut adalah PT.
(Persero) Pelabuhan Indonesia I bekedudukan di Medan, Pelabuhan
Indonesia II berkedudukan di Jakarta, Pelabuhan Indonesia III
berkedududkan di Surabaya, Pelabuhan Indonesia IV berkedudukan
di Ujung Pandang.
17
b. Pelabuhan Khusus
Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri
guna menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh
digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu
dengan ijin pemerintah. Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu
perusahaan baik perintah maupun swasta, yang befungsi untuk
prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut.
9. Perusahaan Bongkar muat
Menurut Suyono (2003:219) dalam bukunya yang berjudul
Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, yang
dimaksud dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah badan hukum
Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan
mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. Ruang
lingkup pelaksanaan bongkar muat:
a. Stevedoring
Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal
ke dermaga/tongkang/truk atau membuat barang dari
dermaga/tongkang/truk ke dalam sampai dengan tersusun dalam
palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat.
b. Cargodoring
Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-
jala (ex tackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke
18
gudang/lapangan penumpukan selanjutnya menyusun di
gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya.
c. Receiving/delivery
Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan/tempat penumpukan di gudang/lapangan penumpukan di
gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun di
atas kendaraan di pintu gudang/lapangan penumpukan atau
sebaliknya.
10. Muatan berbahaya
Menurut Suyono (2003:271) dalam bukunya yang berjudul
Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, Muatan
berbahaya (dangerous cargo) adalah muatan yang dapat terbakar atau
meledak. Muatan berbahaya perlu mendapatkan perhatian khusus dari
berbagai pihak, baik pemilik barang, stevedore, pengangkut, keagenan
maupun instansi terkait. Pengangkutan muatan berbahaya harus
mengikuti ketentuan International Maritime Dengerous Good (IMDG).
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan muatan berbahaya
adalah:
a. Pengemasan (packing) yang sesuai peraturan
b. Tanda-tanda (remarks) dan label harus tertera jelas sesuai peraturan
c. Dokumen khusus untuk muatan berbahaya
d. Persyaratan penyimpanan
19
Dalam memuat atau membongkar muatan berbahaya, stevedore
sebaiknya meminta pihak kapal kapal agar ikut mengawasi juga. Selain
itu, dangerous cargo-list dan instruksi tentang pemadatan dan pemuatan
harus diperhatikan.
Muatan berbahaya dikelompokan dalam beberapa kelas dan setiap
kelas mempunyai label tersendiri:
Class 1 Explosive
Class 1.1 Subtances and articles which have a mass explosion hazard
(zat dan barang yang mempunyai sifat ledakan hebat)
Class 1.2 Subtances and articles which have a projection hazard but
no a mass explosion hazard (zat dan bahan yang mempunyai
sifat bahaya peledakan namun bukan ledakan hebat)
Class 1.3 Subtances and articles which have a fire hazard and either a
minor blast hazard ar a minor projection hazard or both, but
a nor a mass explosion hazard (zat dan barang yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran atau ledakan kecil atau
keduanya, namun bukan menimbulkan ledakan hebat)
Class 1.4 Substances and articles which present no significant hazard
(zat dan bahan yang tidak begitu membahayakan)
Class 1.5 Very intensitive substance (zat yang sangat peka)
Class 2 Gases: compresed, liquefied or dissolved under pressure
(gas: dipadatkan, dicairkan atau dilarutkan dibawah tekanan)
Class 3 Flammable liquids (cairan mudah terbakar)
20
Class 3.1 Low flashpoint of liquids (cairan dengan titik bakar rendah)
Class 3.2 Intermediate flashpoint of liquids (cairan dengan titik bakar
sedang)
Class 3.3 High flashpointn of liquids (cairan dengan titik bakar tinggi)
Class 4.1 Flammable solids (bahan padat mudah terbakar)
Class 4.2 Flammable solids, or substance, liable to spontaneous
combustion (bahan padat, mudah terbakar, atau zat yang
mudah mengeluarkan uap panas)
Class 4.3 Flammable solids, or subtances, which in contact with water
emit flammable gasses (bahan padat mudah terbakar, atau zat
yang bila terkena air akan mengeluarkan gas yang mudah
terbakar)
Class 5.1 Oxidizing substances (zat oksidasi)
Class 5.2 Organic peroxides (zat yang dapat teroksidasi)
Class 6.1 Poisonous (toxic) substance (zat beracun)
Class 7 Radioactive substance (zat radioaktif)
Class 8 Corrosives (bahan yang menimbulkan karat)
Class 9 Miscellaneous dangerous subtances (aneka bahan berbahaya)
11. Alat gali dan alat muat pertambangan
1. Alat gali
Menurut Haryanto (2011:46) dalam bukunya berjudul Pertambangan
Berkah Atau Tula? Alat gali antara lain:
a. Backhoe (pull shovel)
21
Backhoe sering juga disebut pull shovel, adalah alat dari
golongan shovel yang khusus dibuat untuk menggali material di
bawah permukaan tanah atau di bawah tempat kedudukan alatnya.
b. Power Shovel
Alat yang untuk menggali tebing yang letaknya lebih tinggi
dari tempat kedudukan alat. Macam shovel dibedakan dalam dua
hal, ialah shovel dengan kendali kabel (cable controlled), dan
shovel dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled)
c. Dragline
Dragline adalah alat untuk menggali tanah dan memuatkan
pada alat-alat angkut. misalnya truk atau ke tempat penimbunan
yang dekat dengan tempat galian
d. Clamshell
Clamshell adalah alat gali yang digunakan untuk mengerjakan
bahan-bahan lepas, seperti pasir, kerikil, lumpur dan lain-lainnya
e. Excavator
Excavator adalah alat yang bekerjanya berputar bagian
atasnya pada sumbu vertikal di antara sistem roda-rodanya
2. Alat muat
a. Articulated Dump Truck
Menurut Sudrajat (2010:88) dalam bukunya yang berjudul Teori
dan Praktek Pertambangan Indonesia Menurut Hukum
Articulated Dump Truck digunakan untuk memindahkan dan
22
membuang material dengan kapasitas terbatas dan kondisi jalan
berlumpur
b. Off Highway Truck
Sama halnya dengan ADT, Off Highway Truck juga
digunakan untuk memindahkan material dengan kapasitas yang
besar mulai 40T sampai 360T
c. Conveyor
Menurut Sudrajat (2010:123) dalam bukunya yang berjudul
Teori dan Praktek Pertambangan Indonesia Menurut Hukum
Conveyor adalah alat yang digunakan untuk memindahkan
muatan curah dalam hal ini batubara, yang terdiri dari rangkaian
yaitu:
1) Crusher
Crusher adalah mesin yang dirancang untuk mengurangi
besar batu ke batu yang lebih kecil seperti kerikil
2) Hopper
Hopper adalah alat penerima curahan muatan batubara
atau menampung muatan batubara
3) Feed belt
Feed belt adalah alat yang berfungsi untuk menyalurkan atau
meneruskan muatan dari hopper meneuju belt conveyor
4) Roller belt
23
Roller belt adalah alat yang berfungsi sebagai alat bantu yang
dapat berputar agar feed belt dapat bergerak sehingga dapat
menyalurkan muatan
5) Belt conveyor
Peralatan yang cukup sederhana yang digunakan untuk
mengangkut muatan curah dengan kapasitas besar. Ban berjalan
yang digerakkan oleh motor listrik yang digunakan untuk
mengangkut batubara ke atas tongkang.
d. Dump truck
Termasuk didalam kategori alat pengangkut material, karena
alat ini dapat mengangkut material secara vertikal dan kemudian
memindahkannya secara horizontal pada jarak jangkau yang
relatif kecil.
3. Alat gali angkut dan muat
a. Backhoe Loader
Merupakan gabungan dari dua alat berat yang berbeda
fungsinya. Bagian depan dilengkapi dengan bucket dan
berfungsi sebagaimana loader dan bagian belakang dilengkapi
dengan perlengkapan yang sama dengan yang digunakan pada
excavator.
b. Alat muat (loader)
Loader adalah alat pemuat material hasil galian/gusuran alat
lain yang tidak dapat langsung dimuatkan ke alat angkut,
24
misalnya Bulldozer, Grader. Pada prinsipnya Loader adalah alat
pembantu untuk memuatkan dari stockfiled ke kendaraan angkut
atau alat-alat lain, disamping dapat juga berfungsi untuk
pekerjaan awal, misalnya clearing ringan, menggusur
bongkaran, menggusur tonggak kayu kecil, menggali fondasi
basement, dan lain-lain.
12. ROM (Run of Mine )
Menurut Dyah Probowati (2008:43) dalam bukunya berjudul
Batubara, ROM (Run of Mine) adalah tempat penyetokan batubara yang
belum dimasukkan ke tempat crusher /mesin penghancur batubara.
13. Stockpile
Menurut Dyah Probowati (2008:19) dalam bukunya berjudul
Batubara, coal stockpile adalah tempat penyimpanan sementara batubara
sebelum dijual atau dikapalkan. Coal stockpile juga disebut sebagai
gudang sementara batubara hasil dari penambangan (exporasi) sebelum
batubara ini dikapalkan untuk dijual.
14. Coal Blanding
Menurut Dyah Probowati (2008:30) dalam bukunya berjudul
Batubara, coal blanding adalah proses pengadukan (mixing) bersama dari
dua tipe/kualitas batubara yang berbeda atau lebih, dimana perbandingan
setiap tipe batubara yang dicampur supaya kualitas produk batubara
campuran (blend coal) yang dihasilkan memenuhi persyaratan
kualitas/spesifikasi batubara.
25
15. Hauling Road
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) hauling road
adalah jalan angkutan, yakni jalan yang dibangun untuk lalu-lintas truk-
truk pengangkut tonase besar pada area pertambangan.
B. Kerangka Pikir Penelitian
Untuk mempermudah memahami skripsi ini maka penulis membuat
suatu kerangka berpikir yang merupakan pemaparan secara kronologis dalam
menjawab pokok permasalahan penelitian berdasarkan pemahaman teori dan
konsep-konsep. Pemaparan ini digambarkan dalam bentuk bagan alir yang
sederhana yang disertai dengan penjelasan singkat mengenai bagan tersebut.
Dalam bagan tesebut dijelaskan bahwa bagaimana peran barge schedules
dalam mengurangi delay time, apakah dalam pelaksanaannya sudah sesuai
dengan prosedur dalam melakukan pemuatan di jetty. Apakah pelaksanaannya
sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai pemuatan yang kurang
maksimal khususnya dalam pembagian penjadwalan tongkang yang akan
melakukan pemuatan di jetty hingga muatan tersebut akan dibawa ke kapal
besar untuk dibongkar, yang mengakibatkan keterlambatan. Dimana pada
setiap kasus keterlambatan pemuatan pasti ada penyebabnya, maka akan
dicari apa penyebab dari keterlambatan tersebut, dan akan ditemukan solusi
yang paling tepat untuk mencegah kasus tersebut. Agar kedepannya proses
pemuatan dapat ditingkat semaksimal mungkin dan kasus keterlambatan
dapat diminimalisasikan. Setelah penulis mengungkapkan materi yang
26
berkaitan masalah penelitian pada tinjauan pustaka, maka berdasarkan uraian
kepustakaan tersebut, penulis memilih dan menggunakan konsep yang paling
sesuai dan berkaitan untuk digunakan dalam pemecahan masalah penelitian.
Karena itu penulis menyajikan konsep penelitian melalui skematik/ bagan
yang berkaitan dengan judul “Peran Barge Schedules guna mengurangi Delay
Time pada PT. Indexim Coalindo”.
27
KERANGKA BERPIKIR
Ya
Tidak
Peran barge schedules dalam mengurangi delay
time
Hambatan yang menyebabkan delay time:
a. Kerusakan pada alat bongkar muat
b. Tebalnya debu yang dihasilkan batubara
c. Batubara tidak memenuhi kriteria atau tidak
ada sama sekali
Upaya untuk mengurangi delay time
Delay time berkurang
Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
delay time
Efektif