bab ii landasan teori ii.1 sistem informasi akuntansi ii.1...
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Sistem Informasi Akuntansi
II.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Berdasarkan Gelinas dan Oram (1996), “Sistem informasi akuntansi adalah
suatu subsistem khusus dari sistem informasi manajemen yang bertujuan yang
mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan
transaksi-transaksi keuangan” (p.16).
Menurut Bodnar yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2000), “Sistem
informasi akuntasi didefinisikan sebagai kumpulan sumber daya, seperti manusia dan
peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi” (p.1).
Sedangkan menurut Moscove, dkk (2001), “Sistem informasi akuntansi adalah
subsistem informasi dalam sebuah organisasi yang mengumpulkan informasi dari
berbagai subsistem suatu entitas dan mengkomunikasikannya kepada subsistem
pengolah informasi organisasi” (p.7).
Berdasarkan informasi diatas, maka dapat disimpulkan sistem informasi
akuntasi adalah kombinasi dari berbagai sumber daya yag dirancang untuk
mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan oleh
manajemen.
10
II.1.2 Subsistem Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Hall (2001), “Sistem informasi akuntasi terdiri atas tiga subsistem
utama antara lain sebagai berikut :
1. Sistem pemrosesan transaksi (SPT) / transaction processing system (TPS)
merupakan pusat dari seluruh fungsi sistem informasi informasi dengan:
a. Mengkonversi peristiwa ekonomi ke transaksi keuangan.
b. Mencatat transaksi keuangan dalam record akuntansi (jurnal dan buku besar).
c. Mendistribusikan informasi keunagan yang utama ke personel operasi untuk
mendukung kegiatan operasional harian mereka.
2. Sistem pelaporan buku besar/keuangan (SBB/PK) / General Ledger / Financial
Reporting System (GL/FRS).
Sistem buku besar (SBB) dan sistem pelaporan keuangan (SPK) adalah
subsistem yang saling erat terkait. Namun demikian, karena interdependensi
operasional mereka, keduanya dipandang sebagai suatu sistem tunggal yang
integratif-SBB/PK. Besarnya input ke sistem BB datang dari siklus transaksi.
Rangkuman aktivitas siklus transaksi ini diproses oleh SBB untuk
memperbaharui akun-akun kontrol buku besar.
Sedangkan sistem pelaporan keuangan mengukur dan melaporkan status
sumber daya keuangan dan perubahan dalam sumber daya-sumber daya tersebut,
informasi ini dikomunikasikan terutama bagi pemakai eksternal.
3. Sistem Pelaporan Manajemen (Management Reporting System).
Menyediakan informasi keuangan internal yang diperlukan untuk
memanajemen sebuah bisnis. Para manajer memerlukan informasi yang berbeda
11
untuk berbagai jenis keputusan yang harus dilakukan. Laporan yang dihasilkan
meliputi anggaran, laporan varians, analisis biaya-volume-laba, dan laporan yang
menggunakan data biaya lancar (bukan yang historis)” (p.12).
II.1.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Romney dan Steinbart (2003) menyatakan. “Sistem Informasi Akuntansi terdiri
dari lima komponen, yaitu :”
1. People, yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi.
2. Procedures, baik yang manual maupun otomatis termasuk dalam kegiatan
pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data tentang kegiatan organisasi.
3. Data, tentang kegiatan / proses bisnis organisasi.
4. Software, digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Information, technology, infrastructure, termasuk didalamnya komputer,
peralatan komunikasi jaringan (p.2).
II.1.4. Siklus Transaksi Pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Boockholdt (1999), “siklus transaksi akuntansi dibagi menjadi empat
bagian, yaitu :
1. Financial Cycle. Consists of those accounting transactions that record the
acquisition of capital from owner and creditor, the use of that capital to acquire
productive assets, and the reporting to owners and creditors on how is used.
Dapat diartikan Siklus keuangan terdiri dari transaksi akuntansi yang mencatat
akuisisi modal dari pemilik dan kreditur, yang penggunaannya untuk
memperoleh asset produktif yang dilaporkan kepada pemilik dan kreditur.
12
2. Expenditure Cycle. Consist of those transactions incurred to acquire material
and overhead items for the conversion proses of the bussiness. Dapat diartikan
siklus pengeluaran terdiri dari transaksi yang terjadi untuk memperoleh bahan
baku dan barang overhead yang digunakan dalam proses konversi.
3. Conversion Cycle. Contains those transaction incurred when input are converted
into salable goods or services. Dapat diartikan siklus konversi terdiri dari
transaksi yang terjadi pada saat input dikonversi menjadi barang yang dapat
dijual atau jasa.
4. Revenue Cycle. Includes the accounting transactions that record the generation
of revenue from the output of the conversion proses.” . Dapat diartikan siklus
pendapatan termasuk dalam transaksi akuntansi yang mencatat generasi
pendapatan dari otput yang dihasilkan dalam proses konversi (p.520-523).
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 2.1 dibawah ini :
Expenditure Cycle
Inventory
Inventory
Property
Cash
Cash
Vendors
Owner Creditor
Customers
EmployeesConvertion Cycle
Revenue CycleFinancial Cycle
Gambar 2.1 Siklus Sistem Informasi Akuntansi
Sumber : Boockholdt (1999,p)
13
II.2 Sistem Informasi Akuntansi Umum / Sistem Buku Besar Umum / Pelaporan
Keuangan (General Ledger/Financial Report System-GL/FRS)
II.2.1 Record (Catatan) Akuntansi
II.2.1.1 Sistem Manual
Mengacu pendapat Hall (2001), catatan-catatan akuntansi tradisional yang
digunakan dalam sistem informasi akuntansi manual diantaranya sebagai berikut:
1. Dokumen
Sebuah dokumen menyediakan bukti dari peristiwa ekonomi dan dapat
digunakan untuk memulai pemrosesan transaksi. Ada tiga jenis dokumen yang
digunakan: dokumen sumber, dokumen produk, dan dokumen turnaround.
a. Dokumen Sumber.
Peristiwa-peristiwa ekonomi menimbulkan dokumen-dokumen yang
diciptakan pada awal (sumber) transaksi. Dokumen sumber digunakan untuk
menangkap dan memformalisasi data transaksi yang diperlukan untuk
memproses siklus transaksi. Misalnya, pesanan penjualan multipartai yang
merupakan bukti formal bahwa suatu penjualan terjadi. Salinan dokumen
sumber ini memasuki sistem penjualan dan digunakan untuk membawa
informasi ke berbagai fungsi, seperti penagihan, pengiriman, dan piutang
dagang.
b. Dokumen Produk.
Dokumen produk adalah hasil transaksi pemrosesan, bukan dokumen yang
memicu mekanisme proses. Misalnya, suatu cek pembayaran gaji yang
diberikan kepada pegawai adalah sebuah dokumen produk dari sistem gaji.
14
c. Dokumen Turnaround (Berbalik).
Dokumen turnaround adalah dokumen produk dari satu sistem yang menjadi
dokumen sumber dari sistem lainnya. Misalnya, surat tagihan yang dihasilkan
oleh sistem penjualan akan dikirimkan kepada pelanggan. Pada saat
pelanggan membayar tagihan tersebut, pelanggan akan memberikan cek yang
disertai dengan surat tagihan, surat tagihan tersebut akan kemudian menjadi
dokumen sumber bagi bagian kasir untuk mencatat penerimaan kas.
2. Jurnal
Sebuah jurnal adalah sebuah record ayat-ayat (jurnal) yang dicatat secara
kronologis. Pada titik tertentu dalam proses transaksi ketika semua fakta yang
relevan tentang transaksi diketahui, peristiwa dicatat dalam sebuah jurnal dalam
urutan kronologis. Dokumen-dokumen adalah sumber data primer bagi jurnal.
Terdapat dua jenis jurnal:
a. Jurnal Khusus. Jurnal khusus digunakan untuk mencatat kelas transaksi
spesifik yang muncul dalam volume tinggi. Yang termasuk dalam jurnal
khusus antara lain: jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas
dan jurnal pengeluaran kas.
b. Jurnal Umum. Perusahaan menggunakan jurnal umum untuk mencatat
transaksi yang jarang terjadi atau tidak termasuk dalam jurnal-jurnal khusus
yang ada.
Register. Istilah register merujuk ke jenis-jenis tertentu dari jurnal khusus.
Misalnya, jurnal pembayaran gaji sering disebut sebagai register gaji.
15
3. Buku Besar (Ledger)
Buku besar adalah sebuah buku akun-akun keuangan, yang mencerminkan efek-
efek keuangan dari transaksi perusahaan setelah mereka diposkan dari berbagai
jurnal. Sebuah buku besar menunjukkan kenaikan, penurunan, dan saldo lancar dari
setiap akun. Terdapat dua jenis buku besar dasar:
a. Buku besar umum (general ledger), yang berisi informasi akun-akun
perusahaan dalam bentuk rangkuman dari akun-akun kontrol.
b. Buku besar pembantu (subsidiary ledger), yang berisi rincian akun
individual yang membentuk akun kontrol partikular. Pemisahan ini
memungkinkan kontrol dan dukungan ke kegiatan operasi dengan lebih baik
(p.58).
II.2.1.2 Sistem Komputerisasi Akuntansi
Mengacu pendapat Hall (2001), record akuntansi dalam sistem yang
berdasarkan komputer disajikan dalam empat jenis file magnetis yang berbeda, yaitu:
1. File Induk
Sebuah file secara umum berisi data-data akun. Buku besar umum dan buku
besar pembantu adalah contoh dari file induk. Nilai data-data dalam file induk
diperbaharui dari transaksi.
2. File Transaksi
Sebuah file transaksi adalah file sementara yang menyimpn record transaksi
yang akan digunakan untuk mengubah atau memperbaharui data dalam file induk.
Pesanan penjulan, penerimaan persediaan, dan penerimaan kas adalah contoh-contoh
dari file transaksi.
16
3. File Referensi
Sebuah file referensi menyimpan data yang digunakan sebagai standar untuk
memproses transaksi. Contoh file referensi adalah tabel pajak, daftar harga, dan file
kredit pelanggan.
4. File Arsip
Sebuah file arsip berisi record-record tentang transaksi masa lalu yang
dipertahankan untuk referensi yang akan datang. File arsip meliputi jurnal-jurnal,
informasi pembayaran gaji periode sebelumnya, daftar nama pegawai sebelumnya,
dan buku besar periode sebelumnya (p.66).
II.2.2 Skema Pengkodean Data
II.2.2.1 Pengertian dan Tujuan Pengkodean
Mengacu pendapat Mulyadi (1997), kode adalah suatu rerangka (framework)
yang menggunakan angka atau huruf atau kombinasi angka dan huruf untuk memberi
tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah dibuat.
Dalam sistem pengolahan data akuntansi, kode memiliki berbagai tujuan berikut ini:
1. mengidentifikasi data akuntansi secara unik;
2. meringkas data;
3. mengklasifikasi rekening atau transaksi; dan
4. menyampaikan makna tertentu (p.127).
Sedangkan mengacu pendapat Hall (2001), tujuan penggunaan kode yang
umum adalah sebagai berikut:
17
1. dengan tepat mewakili sejumlah informasi yang kompleks yang jika tidak dikode
akan berantakan;
2. menyediakan sarana akuntabilitas untuk kelengkapan transaksi yang diproses;
3. mengidentifikasi transaksi dan akun yang unik dalam satu file;
4. mendukung fungsi audit dengan menyediakan jejak audit yang efektif. (p.432).]
II.2.2.2 Skema Pengkodean Numerik dan Alfabetis
Mengacu pendapat Hall (2001), skema pengkodean numerik dan alfabetis adalah
sebagai berikut:
1. Kode Sekuensial (sequential code)
Kode sekuensial mewakili item-item dalam tatanan yang berurutan (menurun
atau menaik). Suatu aplikasi yang umum dari kode sekuensial numerik adalah
dokumen sumber yang sudah diberi nomor sebelumnya.
2. Kode Blok (block code)
Kode blok numerik merupakan variasi dari pengkodean sekuensial yang
dirancang untuk mengatasi sebagaian dari kelemahannya. Pendekatan ini dapat
mewakili seluruh item-item kelas dengan membatasi setiap kelas ke kisaran
spesifik dalam skema pengkodean. Aplikasi umum dari pengkodean blok adalah
pembuatan chart of account (daftar akun). Semakin luas daftar akunnya, semakin
tepat perusahaan dapat mengklasifikasikan transaksinya dan semakin besar
kisaran informasi yang dapat disediakan untuk pemakai internal dan eksternal.
3. Kode Grup (group code)
Kode grup numerik digunakan untuk mewakili item-item atau peristiwa yang
kompleks yang melibatkan dua atau lebihdata yang saling berkaitan. Kodenya
18
terdiri atas wilayah-wilayah atau fields yang memiliki makna spesifik. Misalnya,
sautu departemen toko berantai dapat mengkodekan transaksi pesanan penjualan
dari toko-toko cabangnya sebagai berikut:
Nomor Toko Nomor Dept. Nomor Item Petugas Penjualan
04 09 476214 99
4. Kode Alfabetis (alphabetic code)
Kode alfabetis dapat digunakan untuk banyak tujuan yang samas eperti kode
numerik. Karakter alfabet dapat ditempatkan secara berurutan (dalam urutan
alfabetis) atau dapat digunakan dalam teknik pengkodean blok atau grup.
5. Kode Mnemonik (mnemonic code)
Kode mnemonik adalah karakter alfabetis dalam bentuk akronim dan
kombinasi lainnya yang bermakna. Misalnya, seorang siswa yang mendaftar di
kursus sekolahnya dapat memasukkan kode kursus berikut ini di dalam formulir
pendaftaran (p432) :
Jenis Kursus Nomor Kursus
Acctg 101
Pysc 110
Mgt 270
II.2.3 General Ledger
II.2.3.1 Pengertian General Ledger
Menurut pendapat Mulyadi (1997), “General ledger merupakan kumpulan
rekening-rekening yang digunkan untuk menyortasi dan meringkas informasi yang telah
dicatat dalam jurnal. Sedangkan rekening adalah judul suatu catatan akuntansi yang
19
umumnya berbentuk T, yang dibagi menjadi dua bagian, sebelah kiri disebut debit dan
sebelah kanan disebut kredit, sebagai alat untuk mengklasifikasikan dan mencatat
transaksi berdasar prinsip tata buku berpasangan (double entry bookkeeping)” (p.120).
Proses sortasi dan pemindahan data ke dalam buku besar dan buku pembantu
disebut dengan pembukuan (posting). Dalam sistem manual, kegiatan posting ini
memerlukan empat tahap sebagai berikut ini :
1. Pembuatan rekapitulasi jurnal.
2. Penyortasian rekening yang akan diisi dengan data rekapitulasi.
3. Pencatatan data rekapitulasi dalam rekening yang bersangkutan.
4. Pengembalian rekening ke dalam arsip pada urutan semula.
II.2.3.2 Aplikasi General Ledger
Berdasarkan pendapat Fitria D.A (1994), dalam sistem komputerisasi akunting,
dikenal adanya aplikasi yang bernama General Ledger. “Fungsi General Ledger adalah
untuk menampilkan laporan-laporan keuangan utama, yang berupa neraca (balance
sheet), laba-rugi (profit-loss statement), buku-besar (ledger), dan aliran dana (cashflow)”
(p.3).
Mengacu pendapat Leman-Eko Pranoto (1998), program ini akan sangat
membantu dalam menyelesaikan siklus akuntansi dengan hanya memasukkan data jurnal
harian, seterusnya komputer yang akan mengolah data mulai dari memposting ke buku
besar, buku pembantu, dan mencetak laporan keuangan beserta analisanya dengan hanya
menekan keyboard saja. Dengan dimanfaatkannya program ini, sangat diharapkan segala
informasi (laporan) yang dibutuhkan dapat diperoleh secara cepat, tepat, dan lengkap
tanpa harus melalui proses pencatatan (pengisian) yang berulang kali (p.7).
20
II.2.4 Sistem Buku Besar Umum (General Ledger System)
Menurut Hall (2001), “GLS sebagai suatu pusat yang terhubung ke sistem-
sistem lainnya dalam perusahaan melalui arus informasi. Siklus transaksi memproses
peristiwa individual yang dicatat di dalam jurnal khusus dan akun buku besar pembantu.
Rangkuman transaksi-transaksi ini mengalir ke dalam GLS dan menjadi sumber input
untuk sistem pelaporan manajemen dan pelaporan keuangan” (p.436).
II.2.4.1 Voucher Jurnal
Menurut Hall (2001), “Voucher jurnal merupakan input bagi buku besar
umum. Voucher jurnal dapat digunakan untuk mewakili rangkuman transaksi yang
serupa atau satu transaksi yang unik, mengidentfikasi jumlah keuangan dan akun buku
besar umum yang dipengaruhi. Transaksi rutin, jurnal penyesuaian, dan jurnal penutup,
semuanya dimasukkan ke buku besar umum dari voucher jurnal” (p.436).
II.2.4.2 Database Sistem Buku Besar Umum (General Ledger System-GLS)
Mengacu pendapat Hall (2001), database GLS terdiri atas sejumlah file
transaksi, file induk, dan file arsip. File-file ini bervariasi antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya (p.436).
File induk buku besar umum merupakan file utama dalam database GLS. Basis
dari file ini adalah kode daftar akun perusahaan. Setiap record dalam file induk buku
besar umum bisa merupakan akun GL yang terpisah atau akun kontrol untuk file buku
besar pembantu korespondennya dalam sistem pemrosesan transaksi. Sistem pelaporan
keuangan mengambil dari induk GLS untuk menghasilkan laporan keuangan
21
perusahaan. Sistem pelaporan manajemen juga menggunakan file ini untuk mendukung
kebutuhan informasi internal.
File sejarah buku besar umum mewakili format yang sama dengan induk GL.
Tujuan utama file ini adalah untuk mewakili laporan keuangan komparatif dengan basis
hsitoris.
File voucher jurnal adalah total voucher jurnal yang diproses pada periode saat
ini. File voucher jurnal historis berisi voucher jurnal untuk periode masa lalu. Baik file
voucher jurnal saat ini maupun historis merupakan jaringan yang penting dalam jejak
audit perusahaan.
File pusat pertanggungjawaban berisi data pendapatan, pengeluaran, dan utilisasi
sumber daya lainnya untuk setiap pusat pertanggungjawaban dalam organisasi. Sistem
pelaporan manajemen mengambil data-data ini untuk dimasukkan dalam persiapan
laporan pertanggungjawaban manajemen.
File anggaran induk berisi jumlah anggaran untuk pendapatan, biaya, dan sumber
daya lainnya untuk pusat pertanggungjawaban. Data-data ini, dalam kaitannya dengan
file pusat pertanggungjawaban, merupakan basis dari akuntansi pertanggungjawaban.
II.2.5 Sistem Pelaporan Keuangan (Financial Reporting System / FRS)
Mengacu pendapat Hall (2001), sumber-sumber input untuk FRS terdiri atas
file induk buku besar umum saat ini, file historis buku besar umum, dan input langsung
(jurnal penyesuaian dan jurnal penutup) dari kelompok pelaporan keuangan. Output
yang paling umum dari FRS adalah laporan keuangan, termasuk neraca, laporan laba
rugi, dan laporan arus kas (p.439).
22
II.2.5.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan
Mengacu pendapat Larson, dkk (2002), laporan keuangan (financial statement)
melaporkan kinerja keuangan dan kondisi dari suatu organisasi (p.36). Jenis-jenis
laporan keuangan menurut Larson, dkk (2002), adalah sebagai berikut:
1. Laporan Laba Rugi (Income Statement) adalah suatu laporan yang
melaporkan pendapatan yang diperoleh dikurangi beban-beban yang terjadi
dalam suatu bisnis selama periode tertentu.
Pendapatan adalah pemasukan atas aktiva atau modal pemilik sebagai
hasil dari perubahan atas produk atau jasa yang disediakan untuk pelanggan
sebagai bagian dari operasi perusahaan.
Biaya adalah aliran ke luar atas penggunaan lebih aktiva dalam proses
penyediaan produk atau jasa kepada pelanggan.
2. Laporan Perubahan Modal Pemilik (The Statement of Changes in
Owner’s Equity/SCOE). Laporan perubahan modal pemilik menunjukkan pada
tuntutan pemilik atas aktiva. Laporan perubahan modal pemilik melaporkan
perubahan modal dalam suatu periode laporan.
3. Neraca (Balance Sheet) atau yang dikenal juga sebagai statement of
financial positions adalah suatu laporan yang melaporkan posisi keuangan dari
suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, biasanya pada akhir bulan, kuartar,
atau tahun.
Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki atau dikontrol oleh perusahaan,
yang menyediakan keuntungan atau manfaat akan datang yang diharapkan
untuk perusahaan.
23
Hutang adalah kewajiban dari suatu perusahaan yang menunjukkan klaim
dari pihak lain terhadap aktiva perusahaan.
Ekuitas adalah tuntutan (klaim) dari pemilik atas aktiva perusahaan.
4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) adalah suatu laporan yang
mendeskripsikan sumber-sumber (arus masuk) dan penggunaan-penggunaan
(arus keluar) dari kas untuk suatu periode tertentu. Laporan arus kas terdiri dari
3 (tiga) aktivitas utama, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan (p.37).
II.2.5.2 Proses Akuntansi Keuangan
Mengacu pendapat Hall (2001), sistem pelaporan keuangan pada kenyataannya
merupakan langkah terakhir dalam seluruh proses akuntansi keuangan yang dimulai dari
siklus akuntansi. Proses akuntansi keuangan dimulai dari status bersih di awal tahun
fiskal yang baru, hanya akun-akun (permanen) neraca yang merupakan kelanjutan dari
tahun sebelumnya. Dari titik ini, prosesnya dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut
ini:
1. Mencatat transaksi pada dokumen sumber yang tepat.
2. Mencatat di jurnal khusus atau umum.
3. Memposkan ke buku besar pembantu.
4. Memposkan ke buku besar umum.
5. Menyiapkan neraca percobaan sebelum penyesuaian.
6. Melakukan jurnal penyesuaian.
7. Menjurnal dan memposkan ayat jurnal persediaan.
8. Menyiapkan neraca percobaan yang telah disesuaikan.
24
9. Menyiapkan laporan keuangan.
10. Menjurnal dan memposkan ayat jurnal penutup.
11. Menyiapkan neraca percobaan pasca penutupan.
Proses akuntansi keuangan yang disebutkan di atas memiliki tiga tahap yang
berbeda, setiap tahap melibatkan elemen-elemen dari satu atau lebih subsistem
informasi.
Tahap 1 - Prosedur harian. Subsistem pemrosesan transaksi mencatat transaksi
harian di dokumen sumber, kemudian mencatatnya di jurnal khusus, memposkan
transaksi individual ke buku besar pembantu, dan menyiapkan voucher jurnal.
Tahap 2 – Prosedur akhir periode. Voucher jurnal dimasukkan ke buku besar
umum secara periodik. Hal ini melibatkan sistem pemrosesan transaksi dan buku besar
umum.
Tahap 3 – Prosedur pelaporan keuangan. Analisis akun-akun buku besar umum
dan langkah-langkah yang mengarah ke produksi laporan keuangan (persiapan neraca
percobaan, ayat jurnal penyesuaian, ayat juranal penutup, dan sebagainya) melibatkan
sistem pelaporan keuangan maupun buku besar umum (p.439).
II.2.6 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2001, p164), unsur- unsur yang mendukung adanya sistem
pengendalian manajemen :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas
25
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, hutang, pendapatan, dan
biaya
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya
II.2.7 Analisis Sistem
II.2.7.1 Pengertian Analisis Sistem
Menurut Cushing (1991), “Analisis sistem adalah sebagai proses penyelidikan
kebutuhan informasi pemakai didalam suatu organisasi agar dapat menetapkan tujuan
dan spesifikasi rancangan suatu sistem informasi” (p.327).
Di lain pihak, menurut Zwass (1992), “Analisis sistem adalah sebuah fase awal
dalam proses perkembangan, yang mengilustrasikan dengan baik pendekatan sistem
dalam memecahkan masalah” (p.402).
Sedangkan menurut Laudon, dkk (2004), “Analisis sistem adalah analisis
masalah yang akan dipecahkan oleh perusahaan dengan sistem informasi (p.389).
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan analisis sistem adalah proses
awal perkembangan untuk menentukkan kekurangan dalam prosedur, proses data dan
kebutuhan agar dapat merancang spesifikasi sistem informasi yang baru dalam rangka
memecahkan masalah perusahaan.
26
II.2.7.2 Tahapan Analisis Sistem
Menurut Mulyadi (1997), “Analisis sistem dibagi menjadi empat tahap :
Analisis pendahuluan.
Penyusunan usulan pelaksanaan analisis sistem.
Pelaksanaan analisis sistem.
Penyusunan laporan hasil analisis sistem” (p.41).
Mengacu pendapat Mcleod (2001), tahapan analisis sistem terdiri dari :
Mengumumkan penelitian sistem.
Mengorganisasikan tim proyek.
Mendefinisikan kebutuhan informasi.
Mendefinisikan kriteria kinerja sistem.
Menyiapkan usulan rancangan.
Menyetujui atau menolak rancangan proyek (p.138 – 140).
II.2.8 Perancangan Sistem
II.2.8.1 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut Mulyadi (1997), “Perancangan adalah proses penerjemah kebutuhan
pemakai informasi ke dalam alternatif rancangan sistem informasi yang diajukan pada
pemakai informasi untuk mempertimbangkan (p.169).
Mengacu pendapat Larman (1998), perancangan menekankan sebuah solusi
logika, bagaimana sistem memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (p.6).
27
Ditambahkan pula oleh pendapat Cushing (1991), selain itu perancangan
sistem juga merupakan proses penyiapan spesifikasi yang terperinci untuk
pengembangan suatu sistem baru (p.438).
Dari ketiga definisi, dapat disimpulkan perancangan sistem adalah proses
penyiapan spsefikasi yang terinci untuk menghilangkan kekurangan dan meningkatkan
kelebihan sistem yang sedang berjalan, yang berguna untuk memberikan gambaran yang
jelas serta rancang bangun yang lengkap bagi kebutuhan pemakainya.
II.2.8.2 Tahapan Perancangan Sistem
Mengacu pendapat Mcleod (2001), langkah-langkah tahap perancangan sistem
sebagai berikut :
1. Menyiapkan rancangan sistem yang rinci.
2. Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem.
3. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem.
4. Memilih konfigurasi yang terbaik.
5. Menyiapkan usulan penerapan.
6. Menyetujui atau menolak penerapan system (p.140-143).
Mengacu pendapat Mulyadi (1997), tahapan perancangan sistem dibagi
menjadi enam tahapan, antara lain :
1. Perancangan sistem secara garis besar.
2. Penyusunan usulan perancangan sistem secara garis besar.
3. Evaluasi sistem.
4. Penyusunan laporan final perancangan sistem secara garis besar.
28
5. Perancangan sistem secara rinci.
6. Penyusunan laporan final perancangan sistem secara rinci (p.51).
II.2.9 Konsep Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
II.2.9.1 Objek
Menurut Jacobson (1992), “Objek adalah sebuah entitas yang dapat
menyimpan informasi (state) dan menawarkan sejumlah operasi (behaviour) untuk
mengevaluasi maupun mempengaruhi keadaan entitas tadi. Sebuah objek ditandai
dengan sejumlah operasi dan sebuah state atau informasi yang mengingat akibat/efek
dari operasi tersebut” (p.44).
Mengacu pendapat definisi lain yang serupa, Lau (2001), Objek juga
merupakan abstraksi baik untuk hal-hal konseptual maupun fisik. Objek memiliki
keadaan dan identitas yang melekat. Objek mencapai tingkah laku tertentu melalui suatu
kumpulan operasi yang didefinisikan di awal, yang mana dapat masuk atau merubah
keadaaannya (p.1).
Menurut Mathiassen (2000), “Objek adalah suatu entitas dengan identitas,
keadaan (tingkatan hidup) dan tingkah laku. Objek merupakan dasar dalam Object
Oriented Analysis and Design (OOA&D). Setiap objek digambarkan secara
berkelompok (kumpulan) karana ada beberapa objek yang memiliki sifat atau fungsi
yang sama yang dikenal dengan istilah kelas. Sedangkan class adalah suatu deskripsi
atas kumpulan objek yang saling menggunakan struktur, pola tingkah laku, dan attribut
secara bersama-sama” (p.4).
29
ProblemDomainAnalysis
ApplicationDomainAnalysis
ComponentDesign
text
ArchitecturalDesign
Model
Specifications ofcomponents
Specificationsof
Architecture
Requirementsfor use
Gambar 2.2 Aktivitas Utama dalam OOAD (Mathiassen (2000, p.15))
Dapat disimpulkan model yang berorientasi objek terdiri dari sejumlah objek-
objek yang umumnya berkorespondensi dengan objek pada dunia nyata. Contohnya
sebuah objek dapat berupa nota pembelian, mobil atau telepon seluler. Karakteristik
yang dimiliki objek antara lain :
1. Tiap objek dapat memiliki satu atau lebih informasi individual yang unik. Inilah
yang disebut attribute dimana tiap attribute mempunyai nilai. Contohnya sebuah
mobil memiliki attribute warna biru, kuning dan sebagainya.
2. Objek dapat melakukan suatu operasi yang disebut dengan behaviour. Operasi
ini dapat dipicu oleh stimulus dari luar maupun dalam objek.
3. Objek dapat dikomposisikan menjadi bagian-bagian terpartisi yang dinyatakan
dengan hubungan consist of atau aggregate.
30
II.2.9.2 System Definition
Menurut Mathiassen (2000), “System definition adalah “ a concise description
of a computerized system expressed in natural language” (p.24). Definisi sistem
merupakan suatu gambaran secara umum bagaimana suatu sistem berjalan dalam
perusahaan tersebut, dalam skripsi ini adalah sistem persediaan.
Rich Picture
Menurut Mathiassen (2000), ”Rich picture adalah an informal drawing that
presents the illustrator’s understanding of a situation” (p.26). Rich picture juga dapat
digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi dan menggambarkan
komunikasi yang baik antara pengguna dengan sistem.
Rich picture difokuskan pada aspek-aspek penting dari sistem tersebut, yang
ditentukan oleh pengembang dengan mengunjungi perusahaan untu kemihat bagaimana
perusahaan itu beroperasi, berbicara dengan orang-orang yang mengerti apa yang terjadi
atau seharusnya terjadi, dan mungkin melakukan beberapa wawancara informal maupun
formal.
II.2.9.3 Analisis Problem – Domain
Mengacu pada Mathiassen (2000), “Problem-domain adalah bagian dari
konteks yang diatur, dimonitor, atau dikendalikan oleh sistem. Analisis problem-domain
memfokuskan pada informasi apa yang harus ditangani oleh sistem dan dapat
menghasilkan sautu model yang merupakan gambaran dari kelas, objek, struktur dan
perilaku (behaviour) yang ada di dalam problem-domain. Problem-domain analysis
dibagi menjadi tiga kegiatan, antara lain Class, behaviour, dan structure” (p.46).
Kegiatan dari problem-domain analysis dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
31
Classes
Behavior
Structure
Model
System Definition
Gambar 2.3 Kegiatan pada Problem-Domain Modeling (Mathiassen (2000, p.46))
II.2.9.3.1 Class
Menurut Mathiassen (2000), “Class merupakan “a description of collection of
objects sharing structure, behavioural pattern, and attribute” (p.53). Class merupakan
kegiatan yang pertama dilakukan didalam analisis problem-domain. Ada beberapa tugas
utama yang dilakukan di dalam kegiatan ini yaitu : abstaksi fenomena dari problem-
domain dalam objek dan event; klasifikasi objek dan event; memilih kelas dan event
yang akan dipelihara informasinya oleh sistem.
Pemilihan kelas bertujuan untuk mendefinisikan dan membatasi problem
domain, sedangkan pemilihan event bertujuan untuk membedakan tiap-tiap kelas dalam
problem domain. Menurut Mathiassen (2000), “Event adalah “an instantaneous incident
involving one or more object.” (p.51).
32
Kegiatan kelas akan menghasilkan suatu tabel event. Dimensi horizontal dari
tabel event menggambarkan kelas-kelas yang dipilih, sementara dimensi vertikal
menggambarkan event-event yang terpilih, tanda cek digunakan untuk mengindikasikan
objek-objek dari kelas yang berhubungan dalam event tertentu.
Tabel 2.1 Contoh event table (Mathiassen (2000, p.50))
II.2.9.3.2 Structure
Mengacu pendapat Mathiassen (2000), kegiatan structure pada analisis
problem-domain bertujuan untuk mencari hubungan struktural yang abstrak dan umum
antara kelas-kelas dan mencari hubungan yang konkrit dan spesifik antara objek-objek
dalam problem- domain.
Terdapat dua tipe struktur antar kelas yaitu generalisasi dan cluster. Menurut
Mathiassen (2000), “Generalisasi adalah a general class (the super class) describes
properties common to a grup of specialized classes (the subclasses)” (p.72). Hubungan
spesialisasi ditandai dengan rumusan “is-a”.
Classes Events
Customer Assistant Apprentice Appointment
Reserved √ √ √
Cancelled √ √ √
Treated √
Employed √ √
Resigned √ √
33
Menurut Mathiassen (2000), “Cluster adalah “a collection of related class”
(p.74). Cluster adalah kumpulan kelas yang saling berhubungan yang dapat membantu
memperoleh dan menyediakan ringkasan problem-domain. Contohnya, cluster “mobil”
berisi semua kelas yang berhubungan dengan jenis kelas dan komponen-komponennya.
Terdapat dua jenis hubungan antar objek yaitu : aggregation dan association.
Aggregation adalah hubungan antara sejumlah objek inferior yang merupakan bagian
(the parts) dari sebuah objek superior yang merupakan dasar (the whole) bagi beberapa
objek inferior tersebut. Hubungan tersebut dinyatakan dengan rumus “has-a”.
Association adalah hubungan antara sejumlah objek yang memiliki arti dimana objek-
objek saling berhubungan tersebut tidak merupakan bagian dari objek yang lainnya.
Hasil dari kegiatan structure adalah class diagram. Class diagram
menggambarkan seluruh struktur hubungan statik antar kelas maupun antar objek yang
ada didalam model.
Customer
Appointment
10..*
Employee Day Schedule
Apprentice Assistant
1 0..*
1 1..*
Time Period
11..*
Work Free Other
1
1
Gambar 2.4 Class diagram (Mathiassen (2000, p.90))
34
II.2.9.3.3 Behaviour
Mengacu pendapat Mathiassen (2000), Kegiatan behaviour bertujuan untuk
memodelkan apa yang terjadi (prilaku dinamis) dalam problem-domain sistem sepanjang
waktu (p.89). Tugas utama dari kegiatan ini adalah menggambarkan pola prilaku
(behavioral pattern) dan attribut dari setiap kelas. Hasil dari kegiataan ini adalah
statechart diagram.
Open
/ Account opened (date)
/ Amount deposited (date, amount)
/ Account Closed
/ Amount withdrawn (date, amount)
Gambar 2.5 Contoh statechart diagram (Mathiassen (2000, p.90))
Prilaku dari suatu objek ditentukan oleh urutan-urutan event (event trace) yang
harus dilewati oleh objek tertentu tersebut sepanjang waktu. Contohnya, kelas customer,
harus melalui event trace sepanjang masa hidupnya yaitu : account opened – amount
deposited – amount withdrawn – amount deposited – account closed.
Mengacu pendapat Mathiassen (2000), ada tiga jenis notasi untuk behavioral
pattern yaitu :
1. Sequence : Events in a set occur one by one.
35
2. Selection : Exactly one out of set of event occurs.
3. Iteration : An event occurs zero or more times (p.93).
II.2.9.3.4 Application Domain Analysis
Mengacu Mathiassen (2000), “Application domain adalah suatu organisasi
yang mengatur, memonitor, atau mengendalikan problem-domain. Application domain
analysis memfokuskan pada bagaimana target system akan digunakan dengan
menentukan kebutuhan function dan interface” (p.117). Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada application domain dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
Kegiatan Isi Konsep
Usage
Function
Interface
Bagaimana system berinteraksi
dengan orang lain dalam konteks.
Bagaimana kemampuan system dalam
memproses informasi
Kebutuhan antarmuka dari system
target
Use case dan
actor
Function
Interface, user
interface, dan
system interface.
Tabel 2.2 Kegiatan Application Domain Analysis (Mathiassen (2000, p.117))
36
usage
Functions
Interfaces
Gambar 2.6 Kegiatan pada Application Domain (Mathiassen (2000, p.117))
II.2.9.3.4.1 Usage
Mengacu pendapat Mathiassen (2000), tujuan dari kegiatan usage adalah untuk
menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna atau sistem lain
berinteraksi dengan sistem yang dituju. Interaksi antara aktor dan sistem dinyatakan
dalam use case. Mathiassen (2000) menyatakan, “Use case is a pattern for interaction
between the system and actor in application domain” (p.120). Sedangkan “Actor adalah
an abstraction of user or other systems that interact with target system” (p.199).
Hasil dari kegiatan usage adalah deskripsi lengkap dari semua use case dan
aktor yang ada, yang digambarkan dalam tabel aktor dan use case diagram. Use case
diagram adalah diagram yang menggambarkan fungsi dari sebuah sistem dan berbagai
macam pengguna yang akan berinteraksi dengan sistem.
Untuk mengidentifikasi aktor adalah dengan menentukan bagian dan tugas dari
bagian apa saja yang berhubungan atau terlibat langsung dengan konteks sistem yang
dituju. Masing-masing aktor memiliki peranan yang berbeda-beda. Aktor dapat
37
digambarkan dalam actor specification yang memiliki tiga bagian, yaitu tujuan,
karakteristik, dan contoh. Tujuan menunjukan peranan dari aktor dalam sistem target.
Sementara karakteristik menggambarkan aspek-aspek yang penting dari aktor.
Use case dapat dikatakan gambaran suatu interaksi antara sistem dengan aktor.
Untuk menggambarkan suatu use case dapat menggunakan statechart diagram, use case
specification atau keduanya. use case specification terdiri dari tiga bagian, yaitu use
case, objects dan function. Use case menjelaskan urutan dari sistem yang berjalan,
objects menunjukan aktor – aktor apa saja yang berhubungan dengan aktifitas use case
tersebut, dan function akan dijelaskan setelah usage.
Sequence Diagram
Sequence diagram membantu seorang analis mengindentifikasikan rincian dari
kegiatan yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi dari sebuah use case. Tidak ada
suatu sequence diagram yang benar untuk use case tertentu, melainkan ada sejumlah
kemungkinan sequence diagram yang masing – masing digram tersebut dapat lebih atau
kurang memenuhi kebutuhan dari use case. Sequence diagram menunjukan urutan dari
suatu kegiatan, event atau fungsi pada suatu use case.
II.2.9.3.4.2 Function
Mengacu pendapat Mathiassen (2000), kegiatan function memfokuskan pada
bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam melaksanakan perkerjaan
mereka. Mathiassen (2000) menyatakan, “Function is a facility for making a model
useful for actors” (p.138). Function memiliki empat tipe yang berbeda, yaitu:
38
1. Update, function ini menjadi berjalan (aktif) disebabkan oleh event dari problem-
domain, dan menghasilkan perubahan dalam state dari model tersebut.
2. Signal, function ini menjadi berjalan (aktif) disebabkan oleh perubahan keadaan
atau state dari model dan dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini
dapat berupa tampilan untuk aktor dalam application domain, atau intervensi
langsung dalam problem domain.
3. Read, function ini menjadi berjalan (aktif) disebabkan oleh kebutuhan informasi
dalam perkerjaan kantor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang
berhubungan dengan informasi dalam model.
4. Compute, function ini menjadi berjalan (aktif) disebabkan oleh kebutuhan
informasi dalam perkerjaan aktor dan berisi perhitungan yang melibatkan
informasi yang disediakan oleh aktor atau model.
Hasil dari kegiatan function adalah daftar dari function (function list) yang
lengkap, yang merinci function-function yang kompleks. Function list dibuat
berdasarkan dari use case description. Kompleksitas dari function list dimulai dari yang
simple sampai dengan yang very complex. Untuk mengidentifikasikan function adalah
melihat deskripsi problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event yang dapat
menyebabkan munculnya function read dan update, dan melihat deskripsi application
domain yang dinyatakan use case yang dapat menimbulkan segala macam tipe function.
39
Planning
Make schedule very complex Update
calculate schedule consequences Complex Signal
Find working hours form previous priod Medium Read
enter contents into schedule Complex Update
erase shedule Simple Update
Tabel 2.3 contoh dari function list (Mathiassen (2000, p.145))
II.2.9.3.4.3 Interface
Interface digunakan oleh aktor untuk berinteraksi dengan sistem. Mathiassen
(2000) menyatakan, “ Interface is facilities that make a system’s model and functions
available to actor” (p.151). Ada dua jenis dari interface antar muka, yaitu : user
interface, dan system interface.
User interface adalah interface untuk pengguna atau users, sedangkan system
interface adalah interface yang digunakan oleh sistem lain untuk berinteraksi dengan
sistem yang dibangun. Suatu user interface harus dapat menanggani berbagai macam
user atau pengguna yang memiliki tingkat kemampuan dan kapabilitas yang berbeda.
User interface sangat sulit untuk dikembangkan apabila tidak menerima umpan balik
berupa ide atau masukan yang berarti dari pengguna. Suatu sistem interface tidak hanya
dapat digunakan untuk sistem administrasi tetapi dapat digunakan pada sistem-sistem
lainnya. Sistem interface lebih banyak digunakan pada monitoring system dan control
systems.
40
Ada empat jenis pola dialog yang penting dalam menentukan interface
pengguna, yaitu :
1. Menu – selection. Suatu jenis dialog yang terdiri dari daftar pilihan-pilihan
yang dapat atau mungkin dilakukan dalam user interface.
2. Form filling. Merupakan pola klasik yang digunakan untuk entri data.
3. Command language. Merupakan suatu jenis dialog yang memungkinkan
pengguna memasukkan dan memulai format printah sendiri.
4. Direct manipulation. User memilih objek dan melaksanakan function atas
objek dan melihat hasil dari interaksi mereka tersebut.
Kegiatan dari interface didasarkan atas hasil dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya yang dilakukan, problem domain, functional dan use case. Hasil dari
kegiatan ini adalah sebuah deskripsi dari elemen-elemen user interface maupun system
interface yang lengkap, dimana elemen-elemen tersebut menunjukan kebutuhan dari
user secara lengkap. Interface element harus juga dilengkapi dengan suatu navigation
diagram yang menyediakan sebuah ringkasan dari elemen-elemen user interface dan
perubahan antara elemen-elemen tersebut.
II.2.9.3.5 Architecture Design
Tujuan dari kegiatan desain arsitektur adalah untuk membangun sistem yang
terkomputerisasi. Arsitekur membentuk sistem sesuai dengan fungsi sistem tersebut dan
dengan memenuhi kriteria desain tertentu. Mengacu pendapat Mathiassen (2000), Di
dalam desain arsitektur, terdapat tiga dasar prinsip, yaitu define and prioritize criteria,
bridge criteria and technical platform, and evaluate designs early (p.175). Kegiatan-
41
kegiatan yang dilakukan didalam architecture design dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut ini.
Criteria
ComponentArchitecture
ProcessArchitecture
AnalysisDocument
Architecturalspecialication
Gambar 2.7 Aktivitas pada Architecture Design (Mathiassen (2000, p.176))
Kegiatan Isi Kondisi
Criteria
Komponen
Proses
Kondisi dan criteria untuk pendesainan
Bagaimana system dibentuk menjadi
komponen-komponen
Bagaimana proses system didistribusikan
dan dikoordinasi
Criterion
Arsitektur
komponen
Arsitektur
proses
Tabel 2.4 Kegiatan Architecture Design (Mathiassen (2000, p.176))
42
II.2.9.3.5.1 Criteria
Mathiassen (2000) menyatakan, ”Criterion is a preferred property of an
architecture” (p.177). Ada beberapa prinsip yang digunakan untuk menentukan sebuah
desain, yaitu :
1. Sebuah desain yang baik tidak memiliki kelemahan.
Prinsip ini memperlihatkan tujuan utama atau yang paling mendasar dari object-
oriented design. Prinsip ini menimbulkan penekanan pada evaluasi kualitas
berdasarkan review dan eksperimen dan membantu dalam menentukan prioritas dari
kriteria. Ada beberapa kriteria umum yang digunakan dalam kegiatan desain yang
berorientasi objek, yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Criterion Measure of
Usable Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri dengan konteks,
organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis.
Secure Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak
terotorisasi terhadap data dan fasilitas.
Efficient Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis.
Correct Pemenuhan dari kebutuhan.
Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan dalam melaksanakan
fungsi.
Maintanable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan.
Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat
melaksanakan fungsi yang diinginkan.
43
Fleksible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk.
Comprhensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman
terhadap sistem.
Reusable Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada sistem
lain yang berhubungan.
Portable Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang
berbeda.
Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain
Tabel 2.5 Classical criteria for software quality (Mathiassen (2000, p.178))
2. Sebuah desain yang baik memiliki beberapa criteria yang seimbang.
Tidak semua kriteria memiliki prioritas. Beberapa kriteria dapat menunjukan
objektivitas secara keseluruhan, sehingga dapat mewakili kriteria lainnya.
3. Usable, flexible, dan comprehensible.
Kriteria-kriteria diatas ini bersifat universal dan dapat digunakan pada hampir setiap
proyek pengembangan sistem, bagaimanapun mengorganisasikannya, menunjukan
tiga kriteria ideal pada proyek pengembangan sistem.
Mengacu pendapat Mathiassen (2000), sebuah desain yang baik diperlukan
pertimbangan mengenai kondisi dari setiap proyek yang dapat mempengaruhi kegiatan
desain, antara lain :
44
a) Technical, yang terdiri dari pertimbangan penggunaan hardware, software dan
sistem lain yang telah dimiliki dan dikembangkan; pengaruh kemungkinan
penggabungan pola-pola umum dan komponen yang telah ada terhadap arsitektur
dan kemungkinan pembelian komponen standar.
b) Conceptual, yang terdiri dari pertimbangan perjanjian kontrak, rencana untuk
pengembangan lanjutan, dan pembagian kerja antara pengembang
c) Human, yang terdiri dari pertimbangan keahlian dan pengalaman orang yang
terlibat dalam kegiatan pengembangan dengan sistem yang serupa dan dengan
platform teknis yang akan didesain.
II.2.9.3.5.2 Component Architecture
Arsitektur komponen mendefinisikan secara keseluruhan dari struktur sistem
yang dibangun. Menurut Mathiassen (2000), “Component architecture adalah sebuah
struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan”
(p.190). Component merupakan kumpulan dari bagian-bagian program yang membentuk
suatu kesatuan dan memiliki fungsi yang jelas.
Mengacu pendapat Mathiassen (2000), suatu arsitektur komponen yang baik
menunjukan beberapa prinsip, yaitu mengurangi kompleksitas dengan membagi menjadi
beberapa tugas, menggambarkan stabilitas dari konteks sistem, dan memungkinkan
suatu komponen dapat digunakan pada bagian lain (p.191).
Beberapa pola umum yang ada dalam component architecture :
1. Layered architecture. Bentuk yang paling umum dalam software, yaitu terdiri
dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi beberapa lapisan-lapisan
yang mirip dengan prinsip OSI layer pada model jaringan, dimana lapisan
45
yang berada diatas bergantung pada lapisan yang berada dibawahnya, begitu
juga dengan sebaliknya.
2. A generic architecture. Model ini dibuat berdasarkan model function
interface framework. Digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari
interface, function dan model component. Komponen model terletak pada
lapisan paling bawah, dan diikuti dengan function sistem dan interface pada
bagian atasnya.
3. Client-server architecture. Komponen adalah server dan beberapa dari client,
server memberikan kumpulan operasi, database dan resouce pada client,
client menggunakan server secara independent dengan menyediakan local
interface untuk setiap penggunanya. Bentuk distibusi dari bagian sistem
harus diputuskan antara client dan server.
Berikut ini adalah beberapa jenis distribusi dalam arsitektur client-server
dimana U adalah user interface, F adalah function, M adalah model.
46
Tabel 2.6 Client-server architecture (Mathiassen (2000, p.200))
Hasil dari suatu componet architecture adalah suatu component diagram yang
menunjukan hubungan antara komponen (dalam hal ini adalah beberapa client dan
server).
II.2.9.3.5.3 Process Architecture
Mathiassen (2000) mendefinisikan, “Process architecture adalah struktur
eksekusi sistem yang terdiri dari proses yang saling bergantungan (interdependent).
Processor adalah suatu alat yang digunakan untuk mengeksekusi atau menjalankan
suatu sistem. Sedangkan external device adalah processor khusus yang tidak dapat
menjalankan program” (p.209).
Kegiatan arsitektur proses bermula dari komponen logik yang dihasilkan oleh
kegiatan komponen dan bertujuan untuk menentukan struktur fisik dari sebuah sistem
dengan mendistribusikan komponen program ke processor yang akan digunakan untuk
eksekusi sistem, aktif objek digunakan untuk mengkoordinasikan pembagian sumber
Client Server Architecture
U
U
U+F
U+F
U+F+M
U+F+M
F+M
F+M
M
M
Distributed presentation
Local presentation
Distributed functionality
Centralized Data
Distributed Data
47
daya dan menghasilkan arsitektur yang tidak memiliki hambatan (bottlenecks), hasil dari
proses architecture adalah deployment diagram.
Mathiassen (2000) menyatakan, “Sumber daya yang biasanya digunakan secara
bersamaan (shared resouce) adalah :
1. Processor. Penggunaan processor secara bersamaan terjadi apabila dua atau
lebih proses dieksekusi secara bersamaan pada satu processor.
2. Program component. Program component digunakan secara bersamaan bila
terdapat dua atau lebih proses yang secara bersamaan memanggil operasi
pada komponen.
3. External device. External device digunakan secara bersamaan pada saat
terjadi pemrosesan dua atau lebih pada suatu peralatan. Contohnya, pada
penggunaan printer yang terhubung melalui jaringan.” (p.220-222).
II.2.10 Delapan Diagram dalam Analisis dan Perancangan Berorientasi Object
II.2.10.1 Rich Picture
Rich Picture berisi sebuah pandangan menyeluruh dari people object, process,
structure, dan problem dalam system problem dan application domain. People dapat
berupa system developer, user, pelanggan, atau pemain lain. Object dapat berupa banyak
benda seperti mesin, dokumen, lokasi, departemen, dan yang lainnya. Process
menguraikan aspek dari sebuah situasi yang berubah, tidak stabil, atau di bawah
pengembangan.
Secara grafik, process dugambarkan dengan simbol anak panah. Structure
menguraikan aspek dari sebuah situasi yang terlihat stabil atau sulit untuk diubah. Secara
grafik, structure diuraikan dalam satu dua cara, yaitu : menggambarkan garis antara
48
elemen-elemen atau menempatkan elemen-elemen yang berhubungan dalam sebuah
figur umum seperti segiempat atau lingkaran.
Nasabah
Penyimpan
Kasir
Barang lelang
Barang jaminan
Peserta lelang
Panitia Lelang
menyerahkan suratbukti kredit (SBK)
memberikan informasi mengenai kredit yang dapat diberikan berdasarkan nilai barangjaminan
menyerahkan uang dan SBK asli
Penaksir
Staf Pelunasan
Kuasa Pemutus Kredit(Manajer Cabang)
Rich PictureMasalah terjadi jika nasabah tidaksetuju dengan jumlah kerdit yang
diberikan
Mengalami masalah jikapenaksir melakukan salah
taksir kredit terhadap barangjaminan
Masalah terjadi padaperbedaan perhitungan
dengan nasabah terhadapjumlah sewa modal yang
dikenakanMasalah terkadang terjadi
jika saat pengambilanbarang hilang atau rusak
Masalah terjadi jika peserta lelangmengajukan harga lelang yang
dinilai masih dibawah harga yangditentukan
melakukan negosiasi bila harga pelanggan tidak setuju dengan niali yang diberikan menyerahkan SBK danbarang jaminan yang
kreditnya tidak disetujui olehnasabah
menyerahkan SBK
menyerahkan SBK untuk pembayaranoleh nasabah
membayar uang pelunasan
menyerahkan SBK dan memberitahukan masalah perhitungan yang tidak sesuai
mengembalikan SBK dan memberikan informasi mengenai jumlah perhitungan yang benar
menyerahkan SBK untuk mengambil barang jaminan
menyerahkan kembali SBK yang sudah dicocokkan dengan barang jaminan
melakukan pengecekan sesuai dengan SBKmenyerahkan barang jaminan sesuai dengan pemiliknya
barang jaminan yang tidak dilunasi
memintainformasimengenai
barangyang tidakdilunasiinfo
barangyang
diminta
melakukan pendataan barang yang tidak dilunasi
melakukan pengecekan ulang
menyelenggarakan lelang dan negosiasi harga lelang
menyerahkan uang sesuai dengan harga yang disetujui
memberikan form pengajuan kredit (FPK) yang telah terisi besertabarang yang dianggunkan
Gambar 2.8 Rich Picture
II.2.10.2 Class Diagram
Class diagram berisi kumpulan dari class dan hubungan strukturalnya yang
saling timbal balik. Class adalah uraian dari kumpulan object yang saling berbagi
structure, behavior pattern, dan attribute.
49
+Menghasilkan_laporan()+Membagi_data()
-KdCabang-NamaCabang-Lokasi
Cabang-KdKaryawan-Golongan-Nama-Alamat-No.Telp
Karyawan
+Membuat_laporan_ke_pusat()
-Cabang-Divisi
Manajer_Cabang
+Memasukkan_lembaran_voucher_baru()+Mencatat_stock_voucher()+Membuat_lap_berkala()+Mengecek_stock_voucher()
-Shift-Spesialisasi
Petugas_Operasional
+Mencatat_pembelian_CG_Card()+Mengisi_ulang_voucher()+Menerima_pembayaran()+Membuat_laporan_berkala()
-ShiftKasir
+Ditambah()+Dibeli()+Dicatat_stocknya()+Dimasukkan_dalam_mesin()
-Jenis-Jumlah
Voucher
+Diaktifkan_di_mesin_game()+Diisi_ulang()+Dibeli_pengunjung()
-KdKartu-Jenis-Nilai
CG Card
+Membeli_CG_Card()+Menukarkan_voucher()+Mengisi_ulang_CG_Car()+Mengajukan_keluhan()+Menggesek_kartu()+Dicatat_data_pembelian()+Melakukan_pembayaran()+Dicatat_data_pengisian_ulang()
-KdKartu-Nama-Alamat-No.Telp-Jenis_kelamin
Pengunjung
+Tidak_dapat_diisi_ulang()
-Harga-Nilai_nominal
Silver_Card
+Diisi_ulang()
-Harga-Nilai_nominal
Gold_Card
+Diisi_ulang()+Diganti_kartunya()+Dilakukan_pencatatan_user_id()
-Harga-Nilai_nominal-User_id
Platinum_Card
+Pembelian()+Pengisian_ulang_CR_Card()+Pembayaran_pengisian_CG_Card()+Pembuatan_laporan_ke_manajer_cabang()+Pembuatan_laporan_ke_pusat()+Penukaran_hadiah()
-Nama_karyawan-Shift_karyawan-KdKaryawan
Transaksi
+Ditukar()+Ditambah_stocknya()
-KdHadiah-Jenis
Hadiah
1
1..*
1 10..* 1 1..*
1..*
1
1..*
1..*
0..*
1..* 1..*
Gambar 2.9 Class Diagram
II.2.10.3 Statechart Diagram
Statechart diagram berisi behavioral pattern yang sah untuk semua object
dalam sebah class, diuraikan oleh state dan event yang berpartisipasi. Statechart diagram
dapat juga menguraikan use case, yang transitionnya menyimbolkan action.
Active/ Dibeli
/ Diaktifkan_di_mesin_game
/ Diisi_ulang
/ End
Card
Gambar 2.10 Statechart Diagram
50
II.2.10.4 Use-case Diagram
Use case adalah sebuah model untuk interaksi antara sistem dan actor dalam
application domain. Use case diagram berisi actor eksternal dalam sebuah system
context, use case dimana sistem mendukung, dan hubungan strukturalnya saling timbal
balik. Setiap use case menetukan berapa urutan yang penting dalam interaksi antara
actor dan system, yang diuraikan secara rinci menggunakan use case specification atau
statechart diagram.
Sistem Informasi CG Zone
Kasir.
Petugas operasional
Manajer cabang
Mencatat_pembelian_CG_Card
Mencatat_pengisian_ulang_CG_Card
Mencatat_stock_voucher
Membuat_laporan_ke_pusat
Gambar 2.11 Use Case Diagram
II.2.10.5 Sequence Diagram
Sequence diagram berisi interaksi dari waktu ke waktu antara kumpulan object.
Sequence diagram dapat menggambarkan perincian tentang sebuah situasi dinamis,
kompleks yang melibatkan beberapa dari banyak object yang dihasilkan dari class dalam
class diagram.
51
Dalam sequence diagram, poros horizotal menunjukkan object yang
berpartisipasi dan poros vertikal menggambarkan urutan waktu, dimana interaksi yang
diekspresikan oleh pesan yang dikirim antara object.
Mencatat pembelian Cg Card
Object1 : Kasir. Object2 : Pengunjung Object3 : CG Card
Dibeli_pengunjung()
Melakukan_pembayaran()
Dicatat_data_pembelian()
Gambar 2.12 Sequence Diagram
II.2.10.6 Navigation Diagram
Navigation diagram berisi semua window user interface, dan hubungan
dinamisnya. Navigation diagram adalah sebuah statechart diagram khusus yang
memfokuskan pada keseluruhan user interface yang dinamis. Sebuah window
digambarkan sebagai sebuah state. State tersebut memiliki nama dan mengamdung icon
(sebuah miniatur window).
52
II.2.10.7 Component Diagram
Component adalah sekumpulan dari bagian program yang mewakili
keseluruhan dan memiliki tanggung jawab yang dirumuskan dengan baik. Componen
architecture adalah sebuah structure sistem yang disusun dari komponen yang saling
berhubungan.
Subsystem A Subsystem B
Server
Customer Service
Function
Kasir
function
Function.
Model
Distributed Functionality
Gambar 2.13 Component Diagram
II.2.10.8 Deployment Diagram
Deployment diagram berisi komponen sistem program, external device, dan
hubungan struktural timbal baliknya. Deployment diagram menguraikan sebuah
konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan object yang dihubungkan ke processor.
53
: Client
: Server
User Interface Sistem Interface
Function
Model
System Interface
: Client2
User Interface2 Sistem Interface2
Function2
Model2
Distributed Functionaliy
Gambar 2.14 Deployment Diagram
II.2.11 Konsep Dasar Object Oriented dan Metode Tradisional
Mengacu pada pendapat Mathiassen (2000), dalam metode analisis dan
perancangan tradisional, fungsi, data dan aliran data adalah kunci dari konsepnya.
Konsep ini cocok untuk mendeskripsikan kejadian di kantor dan sistem komputerisasi.
Di lain pihak, objek, keadaan (state) dan tingkah laku (behavior), merupakan konsep
yang lebih umum dan cocok untuk mendeskripsikan kejadian yang dapat diungkapkan
dengan bahasa yang alamiah (natural). Objek serupa dengan kata benda (noun),
merancang sesuatu sebagai orang atau inventaris. Atribut atau state objek, seperti kata
sifat (adjectives), karakteristik dari sifat/ciri objek. Tingkah laku objek (behavior),
seperti kata kerja (verbs), menggambarkan aksi atau pengaruh dari tindakannya.
Dasar kekuatan metode object oriented adalah menyediakan informasi yang
jelas mengenai konteks/keadaan sistem. Metode tradisional sangat efektif di awal sistem
54
dirancang, yang biasanya bertujuan untuk mengotomatisasi proses pekerjaan informasi
yang sering terjadi. Tetapi kini banyak sistem yang harus dikembangkan, dengan sistem
baru dapat mendukung individu atau perorangan dalam memecahkan masalah,
berkomunikasi, dan koordinasi. Fungsi akan sistem baru ini tidak hanya menangani
sejumlah besar data yang sama, tapi juga untuk membagikan data khusus ke seluruh
organisasi.
Satu lagi kekuatan metode object oriented adalah hubungannya yang dekat
diantara analisis object oriented, perancangan object oriented, antar muka (user
interface) object oriented dan pemograman object oriented. Dalam tahap analisis,
programmer menggunakan objek untuk menentukkan kebutuhan sistem.
Objek menyediakan hubungan bahan/materi (material) di dalam struktur
(structure) sistem. Objek menawarkan programmer cara pemikiran yang alamiah
(natural) mengenai masalah yang mendukung abstraksi.
II.2.11.1 Kaitan Analisis dan Perancangan dengan Orientasi Objek
Mengacu pada pendapat Larman (1998), Untuk merancang suatu aplikasi
piranti lunak, pada tahap awal diperlukan deskripsi dari permasalahan dan spesifikasi
aplikasi yang dibutuhkan. Apa saja persoalan yang ada dan apa yang harus dilakukan
oleh sistem.
Analisis menekankan pada proses investigasi atas permasalahan yang dihadapi
tanpa memikirkan definisi solusinya terlebih dahulu. Jadi dalam tahap analisis,
dikumpulkan informasi mengenai permasalahan, spesifikasi sistem berjalan serta
spesifikasi sistem yang diinginkan.
55
Untuk merancang aplikasi membutuhkan solusi logika level tinggi dan detail,
bagaimana memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan dengan batasan yang ada. Inti dari
analisis dan perancangan berorientasi objek adalah untuk menekankan pertimbangan
atas domain permasalahan beserta solusinya dari sudut pandang objek (benda, konsep
ataupun entitas).
Tahap analsis berorientasi objek, lebih ditekankan untuk mencari dan
mendefinisikan objek atau konsep yang ada dalam domain atau wilayah lingkup
permasalahan. Dalam tahapan perancangan berbasiskan objek, penekanan terletak pada
bagaimana mendifinisikan objek-objek logika dalam aplikasi (objek software) yang akan
diimplementasikan kedalam bahasa pemograman berorientasi objek. Object software
tersebut juga memiliki attribute-attribute dan method-method.
II.2.11.2 Penerapan Object Oriented dalam Programming
Mengacu pendapat Larman (1998), bagian perancangan atau desain dilanjutkan
dengan tahapan construction atau object oriented programming, yakni
mengimplementasikan perancangan komponen ke dalam bahasa pemograman. (p.6)
Dengan demikian dapat disimpulkan penggunaan konsep berorientasi objek
dapat diaplikasikan ke berbagai bidang termasuk analisis dan perancangan sistem.
Dalam perancangan aplikasi juga dapat diimplementasikan konsep berorientasi objek
yang sering disebut sebagai pemograman yang menggunakan berorientasi objek (object
oriented programming/OOP). Jadi OOP adalah cara pemograman yang menggunakan
konsep object oriented dan bahasa pemograman yang disebut bahasa OOP adalah bahasa
pemograman yang mendukung implementasi konsep object oriented.
56
II.2.12 Sistem Basis Data (Database)
II.2.12.1 Definisi Database
Menurut Robert A. Szymanski, Donald P. Szymanski, Donna M. Pulschen
(1995) database adalah kumpulan dari data yang berhubungan dan mempunyai referensi
silang yang menciptakan perulangan yang minimal serta dapat untuk memanipulasi data.
(p.374).Data dalam database disimpan dalam satu dari 3 tipe struktur data yaitu file,
tabel, dan objek. Keuntungan database adalah :
• Database dapat mengurangi redundansi data.
• Database meningkatkan integritas data.
• Database menjaga independensi data.
• Database meningkatkan keamanan data.
• Database menjaga konsistensi data.
• Database dapat menyediakan manipulasi data yang baik.
• Dengan database data lebih mudah untuk diakses dan digunakan.
Sistem database adalah tidak lebih dari sistem komputerisasi penyimpanan
record-record. Database sendiri dapat diumpamakan sebagai lemari penyimpanan
elektronik, dengan kata lain adalah tempat penyimpanan kumpulan dari file data
terkomputerisasi. Pengguna dari sistem akan diberikan fasilitas untuk melakukan
berbagai aksi pada file termasuk :
• Menambah file baru yang kosong ke database.
• Menyisipkan data baru ke file yang sudah ada.
• Memperoleh kembali data dari file yang sudah ada.
• Meng-update data di file yang sudah ada.
57
• Menghapus data dari file yang sudah ada.
• Memindah file yang ada dari database.
Jadi sistem database pada dasarnya adalah sistem komputerisasi penyimpanan
record-record, dimana merupakan sistem komputerisasi yang tujuan utamanya adalah
menjaga informasi dan untuk membuat informasi tersedia jika dibutuhkan.
Menurut C.J.Date (1995, p112), relational databases adalah database yang
dilihat oleh pengguna tidak lain hanya sebagai kumpulan tabel-tabel.
II.2.12.2 Sistem Manajemen Database
Menurut Robert A. Szymanski, Donald P. Szymanski, Donna M. Pulschen
(1995), sistem manajemen database (database management system/DBMS) adalah
perangkat lunak yang mengatur ciptaan, penyimpanan, jalan masuk (access),
memperbaharui, menghapus dan penggunaan basisdata. Sebuah DBMS dapat akses dan
mengatur lebih dari satu file, table atau objek di dalam waktu yang bersamaan,
berhubungan seluruhnya jika dibutuhkan. (p.376).
Menurut Mcleod yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh (2001), perangkat
lunak yang mengelola database adalah sistem manajemen database (database
management system-DBMS). Semua DBMS memiliki pengolah bahasa deskripsi data
(data description language processor) yang digunakan untuk menciptakan database,
serta pengelola database yang menyediakan isi database bagi pemakai. Pemakai
menggunakan manipulasi data dan query language. Orang yang bertanggungjawab atas
database dan DBMS adalah pengelola database (database administrator), atau disingkat
DBA. (p.250).
58
DBMS menyediakan keuntungan yang nyata bagi perusahaan yang
menggunakan komputer sebagai suatu sistem informasi.
II.3 Sistem Proses Pesanan Penjualan
Menurut Hall (2001), Logika aktivitas yang menggambarkan sistem proses
pesanan penjualan, adalah sebagai berikut :
1. Proses penjualan dimulai dari pelanggan menghubungi departemen penjualan.
2. Langkah pertama dari proses penjualan adalah melakukan pengesahan
transaksi dengan melalui proses persetujuan kredit untuk pelanggan.
3. Saat kredit tersebut sudah disetujui, informasi penjualan akan diteruskan ke
departemen penagihan, pergudangan dan pengiriman.
4. Langkah selanjutnya adalah mengirimkan barang dagangan, yang harus
dilakukan segera setelah persetujuan kredit diperoleh.
5. Proses penagihan akan mengumpulkan dokumen-dokumen yang relevan
dengan transaksi tersebut (produk, harga, biaya pengurusan, angkutan, pajak
dan syarat-syarat potongan harga) dan menagihnya ke pelanggan.
6. Bagian piutang menerima informasi penagihan dan mencatatnya ke dalam
catatan/laporan pelanggan.
7. Demikian juga, bagian pengendalian persediaan menggunakan informasi dari
berbagai penagihan untuk menyesuaikan data persediaan untuk
menggambarkan penurunan persediaan.
8. Secara berkala (setiap batch, harian, mingguan, bulanan dan seterusnya) proses
penagihan piutang, dan pengendalian persediaan melakukan perhitungan
rekapitulasi dan meneruskan informasi ini ke proses buku besar umum.