bab ii landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab...
TRANSCRIPT
19
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kendaraan Bermotor
2.1.1 Pengertian Kendaraan Bermotor
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009,
kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.
2.1.2 Jenis – Jenis Kendaraan Bermotor
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009,
jenis-jenis kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:
a. Sepeda motor
Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua atau
tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau
kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
20
Gambar 2.1. Sepeda Motor
Sumber: Google, Sepeda Motor, 2015
b. Mobil penumpang
Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang
yang memiliki tempat duduk maksimal 8 orang, termasuk untuk
pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 kilogram.
Gambar 2.2. Mobil Penumpang
Sumber: Google, Mobil Penumpang, 2015
c. Mobil bus
Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang
memiliki tempat duduk lebih dari 8 orang, termasuk untuk pengemudi
atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 kilogram.
21
Gambar 2.3. Mobil Bus
Sumber: Google, Mobil Bus, 2015
d. Mobil barang
Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan barang.
Gambar 2.4. Mobil Barang
Sumber: Google, Mobil Barang, 2015
22
e. Kendaraan khusus
Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor yang dirancang
khusus yang memiliki fungsi dan rancang bangun tertentu, antara lain:
1) Kendaraan Bermotor Tentara Nasional Indonesia;
2) Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3) Alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas
(stoomwaltz), forklift, loader, excavator, dan crane; serta
4) Kendaraan khusus penyandang cacat.
Gambar 2.5. Salah Satu Kendaraan Khusus
Sumber: Google, Kendaraan Khusus, 2015
23
2.2 Jasa
2.2.1 Pengertian Jasa
Menurut Philip Kotler (2001), jasa adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada
dasarnya tidak terwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Produknya dapat dikaitkan atau tidak pada suatu produk fisik.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan
suatu aktivitas dari satu pihak kepada pihak lain yang tidak berwujud, cepat
hilang, dan tidak dapat dimiliki.
2.2.2 Karakteristik Jasa
Terdapat 4 karakteristik pokok pada jasa yang membedakannya
dengan barang. Karakteristik tersebut, yaitu:
a. Tidak Berwujud (Intangibility)
Jasa tidak bisa dilihat, dirasakan, diraba, dicium atau didengar
sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli mencari
“tanda” dari kualitas jasa pelayanan. Mereka mengambil kesimpulan
mengenai kualitas dari tempat, orang, harga, peralatan, dan konsumsi
yang dapat mereka lihat. Oleh karena itu, tugas dari penyedia jasalah
24
yang harus membuat jasa tersebut dapat berwujud dalam memakai
sedikit atau beberapa cara.
b. Ketidakterpisahan (Inseparability)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedia, apakah penyedia
tadi adalah orang atau mesin. Bila karyawan jasa menyediakan jasa,
maka karyawan itu merupakan bagian dari jasa. Karena pelanggan
turut hadir saat jasa itu diproduksi sebagai co-producer, interaksi
penyedia jasa maupun pelanggan akan mempengaruhi hasil jasa.
c. Keragaman (Variability)
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non
standardized output yang berarti kualitas jasa tergantung pada siapa
yang menyediakan jasa, waktu, tempat, dan bagaimana cara mereka
disediakan. Ada 3 faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa,
yaitu: kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa,
moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan, dan beban
kerja perusahaan.
d. Tidak Tahan Lama (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan untuk penjualan atau pemkaian yang
akan datang. Tidak tahan lamanya jasa bukanlah masalah apabila
permintaan selalu ada. Tapi ketika permintaan berfluktuasi,
perusahaan jasa sering kali mengalami masalah sulit. Oleh karena itu
perusahaan jasa sering kali merancang strategi agar lebih baik lagi
menyesuaikan permintaan dengan penawaran.
25
Gambar 2.6. Empat Karakteristik Jasa
Sumber: Google, Four Service Characteristics, 2015
2.2.3 Jenis – Jenis Jasa
Suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan terhadap orang lain
dikategorikan sebagai jasa, akan tetapi jasa dibagi menjadi beberapa jenis.
Menurut Lovelock, jasa pada dasranya dapat dibedakan menjadi 3 macam
sebagaimana dikemukakan dalam Sudarminto (2002). Yang membedakannya
adalah sebagi berikut:
a. Rented Goods Service
Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan suatu
produk berdasarkan tarif yang telah ditetapkan selama jangka waktu
tertentu, konsumen hanya dapat menggunakan produk tersebut,
sedangkan kepemilikannya tetap berada pada pihak perusahaan atau
perorangan yang menyewakannya, contoh: perusahaan rental mobil,
gedung, dan rumah.
26
b. Owned Goods Service
Dalam jenis ini, produk-produk yang dimiliki konsumen
dikembangkan atau dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga
mencakup perubahan bentuk produk (barang) yang dimiliki konsumen,
contoh: jasa perbaikan dan perawatan kendaraan bermotor, dan AC
rumah.
c. Non Goods Service
Dalam jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak
berbentuk produk fisik) ditawarkan pada para pelanggan, contoh: jasa
perbankan, asuransi, dan ekspedisi.
2.3 Bengkel Otomotif
2.3.1 Pengertian Bengkel Otomotif
Bengkel adalah sebuah bangunan atau tempat yang menyediakan
ruang dan peralatan untuk melakukan konstruksi atau manufaktur, dan/atau
memperbaiki benda. Sedangkan bengkel otomotif berarti sebuah bangunan
atau tempat yang menyediakan ruang dan peralatan untuk melakukan
perbaikan–perbaikan yang bersifat teknis terhadap suatu produk yang dalam
konteks ini adalah kendaraan bermotor.
27
Gambar 2.7. Bengkel Otomotif
Sumber: Google, Car Repair Shop, 2015
2.3.2 Klasifikasi Bengkel Otomotif
Bengkel otomotif dapat diklasifikasikan berdasarkan 2 kriteria, yaitu
fasilitas pelayanan dan skala usaha yang dijalankan.
1. Fasilitas
Berdasarkan fasilitas pelayanan, bengkel otomotif dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu:
a. Bengkel Dealer
Bengkel dealer merupakan bagian dari dealer otomotif yang
memberikan pelayanan purnajual kepada konsumen. Bengkel jenis ini
28
biasanya hanya melayani kendaraan dengan merek tertentu yang dijual
di dealer tersebut. Pelayanan yang ditawarkan oleh bengkel
dealermeliputi perawatan rutin hingga perbaikan yang memerlukan
penggantian suku cadang. Bengkel jenis ini biasanya terdiri dari
beberapa bagian khusus yang memberikan pelayanan perawatan atau
perbaikan tertentu pada komponen mobil (mesin, balancing, dan body
repair). Oleh karena itu, teknisi yang bekerja di bengkel ini juga
memiliki spesialisasi tertentu dan dilengkapi peralatan yang
mendukung pekerjaan.
b. Bengkel Pelayanan Umum
Bengkel pelayanan umum merupakan bengkel independen
yang mampu melakukan perawatan dan perbaikan beberapa komponen
mobil. Bengkel Semacam in dapat dipandang sebagai beberapa
bengkel khusus yang menggabungkan diri menjadi sebuah bengkel
yang lebih besar. Berbeda dengan bengkel dealer, bengkel ini bukan
merupakan bagian dari dealer otomotif. Oleh karena itu, pelayanan
yang diberikan bengkel ini tidak ditujukan untuk pelayanan purnajual
sebuah produk otomotif. Selain itu, bengkel pelayanan umum biasanya
memberikan pelayanan perawatan dan perbaikan untuk berbagai
merek kendaraan.
29
c. Bengkel Pelayanan Khusus
Bengkel pelayanan khusus adalah bengkel otomotif yang
memiliki spesialisasi dalam hal perawatan dan perbaikan salah satu
elemen mobil. Sebagai contoh bengkel reparasi bodi, radiator, AC,
spooring dan balancing. Spesialisasi yang dilakukan oleh bengkel
tersebut menuntut peralatan khusus sesuai dengan jenis operasi yang
akan dilakukan. Bagian terpenting dari bengkel pelayanan khusus
adalah spesialisasi keahlian tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi
pekerjaan yang akan dilakukan.
d. Bengkel Unit Keliling
Bengkel unit keliling memberikan pelayanan berupa perbaikan
yang dilakukan di lokasi mobil konsumen. Bengkel jenis ini terdiri
dari beberapa buah mobil van dan derek yang secara periodik
berpatroli di daerah tertentu, atau kadang-kadang menerima panggilan
untuk memberi pelayanan kepada konsumen.
1. Skala Usaha
Berdasarkan skala usaha yang dijalankan, bengkel otomotif dapat
dibedakan menjadi dua , yaitu:
30
a. Bengkel Kecil
Bengkel kecil adalah bengkel yang meliputi bengkel skala
garasi rumah dengan satu sampai lima orang pekerja, hingga bengkel
permanen dengan tenaga kerja hingga 19 orang (definisi Biro Pusat
Statistik tentang Usaha Kecil).
b. Bengkel Besar
Biro Pusat Statistik mengklasifikasikan usaha besar sebagai
usaha yang mempekerjakan lebih dari 20 orang. Berdasarkan hal
tersebut, sebuah bengkel dapat diklasifikasikan sebagai bengkel besar
apabila memiliki pegawai lebih dari 20 orang. Bengkel besar dapat
diklasifikasikan berdasarkan aset yang dimilikinya. Biasanya, orang-
orang juga mengklasifikasikan bengkel besar apabila dilengkapi
peralatan canggih sebagai peralatan kerjanya.
2.4 PESTEL
Kerangka PESTEL digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
lingkungan makro yang dapat mempengaruhi strategi bisnis dan menilai bagaimana
faktor tersebut dapat mempengaruhi kinerja bisnis saat ini dan masa yang akan
datang. Kerangka PESTEL meliputi lingkungan politik, ekonomi, sosial, teknologi,
lingkungan, dan hukum.
31
Gambar 2.8. Kerangka PESTEL
Sumber: Pearce & Robinson, 2005
2.4.1 Faktor Politik
Faktor politik mengacu kepada kebijakan pemerintah seperti tingkat
intervensi dalam perekonomian. Menurut Pearce & Robinson (2005), faktor
politik menentukan prameter hukum dan peraturan dimana perusahaan harus
beroperasi. Artinya, faktor politik sangat terkait erat dengan perubahan hukum
dan perubahan hukum tersebut dapat mempengaruhi perusahaan secara
signifikan.
Kendala perusahaan terhadap faktor politik dapat dilihat melalui
hukum mengenai kaum buruh, hukum lingkungan, kebijakan pajak,
pembatasan perdagangan, tarif, stabilitas politik, dan lainnya dalam
melindungi pelanggan, karyawan, masyarakat umum, dan lingkungan. Sejak
32
adanya Undang-Undang tersebut, mereka cenderung mengurangi potensi
keuntungan perusahaan. Akan tetapi, ada beberapa tindakan politik yang
dirancang untuk melindungi perusahaan. Contohnya: Undang-Undang hak
paten dan subsidi pemerintah.
2.4.2 Faktor Ekonomi
Faktor-faktor ekonomi memiliki dampak besar dalam bagaimana
perusahaan beroperasi dan membuat keputusan. Selain itu, definisi kekuatan
ekonomi adalah kekuatan yang mengatur pertukaran materi, uang, energi, dan
informasi. Karena pola konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh daya beli dari
berbagai segmen pasar yang ada. Semua perusahaan harus
mempertimbangkan tingkat suku bunga di pasar, tingkat inflasi, dan
pertumbuhan ekonomi.
2.4.3 Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi sebuah perusahaan berhubungan
dengan keyakinan, nilai, opini, sikap, dan gaya hidup masyarakat di
lingkungan eksternal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan
dipengaruhi oleh kondisi budaya, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan
etnis (Pearce & Robinson 2005). Kekuatan sosial adalah dinamis, yaitu
33
adanya perubahan konstan yang dihasilkan oleh upaya individu untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, pemahaman
tentang perubahan sosial sangat penting dan akan membantu perusahaan
untuk menjadi tetap kompetitif pada situasi pasar yang akan datang.
2.4.4 Faktor Teknologi
Teknologi menjadi hal yang sangat penting di masa sekarang. Dengan
teknologi kita bisa mendapatkan informasi secara akurat dan tepat. Sebuah
perusahaan harus dapat mengikuti perubahan teknologi yang selalu
berkembang. Hal ini dimaksudkan agar bisnis yang mereka jalankan dapat
didukung dengan teknologi yang relevan, sehingga menghasilkan efektifitas
dan efisiensi dalam menjalankan alur bisnis.
2.4.5 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi aspek ekologi dan lingkungan seperti:
cuaca dan iklim. Perbedaan iklim sangat mempengaruhi banyak industri,
terutama pada industri pariwisata, pertanian, dan asuransi. Dengan adanya
perubahan cuaca yang ekstrim terjadi akibat pemanasan global, maka
perusahaan saat ini dituntut untuk bertanggung jawab kepada lingkungan dan
meminimalisir kerusakan yang terjadi.
34
2.4.6 Faktor Hukum
Faktor hukum berkaitan dengan lingkungan hukum dimana
perusahaan menjalankan roda bisnisnya sehari-hari. Hukum dapat
mempengaruhi permintaan dan beban biaya sebuah perusahaan.
2.5 Porter’s 5 Forces
Analisa Porter’s 5 Forces merupakan sebuah kerangka kerja yang
dikembangkan oleh Michel E. Porter pada tahun 1979 untuk analisis industri dan
pengembangan strategi bisnis (Thompson, 2014).
Gambar 2.9. Porter’s Five Forces
Sumber: Thompson, 2014
Michael Porter mengidentifikasikan 5 komponen ancaman yang harus
diperhatikan ketika masuk ke dalam suatu industri. Ancaman tersebut berasal dari:
1) Bergaining Power of Suppliers (Kekuatan Pemasok).
35
Yang dimaksud oleh pemasok disini adalah seluruh sumber daya yang
dibutuhkan untuk menyediakan produk atau jasa. Hubungan yang terlalu
tergantung dengan pemasok dapat mengurangi pilihan strategis untuk
organisasi. Kekuatan pemasok cenderung kuat dalam kondisi seperti dibawah
ini:
a. Pasar didominasi oleh sedikit pemasok besar.
b. Tidak ada substitusi untuk pemasok tersebut.
c. Biaya untuk pindah pemasok tinggi.
2) Bargaining Power of Customers (Kekuatan Pelanggan)
Kekuatan pelanggan menentukan seberapa besar pelanggan dapat
memaksakan tekanan pada margin dan volume, kekuatan pelanggan
cenderung tinggi ketika:
a. Pembelian dalam jumlah besar.
b. Produk tidak terdiferensiasi dan dapat digantikan oleh banyak substitut.
c. Perpindahan produk relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang
relatif tinggi.
d. Pelanggan memiliki margin yang rendah dan sensitif terhadap harga.
e. Pelanggan dapat menghasilkan produk tersebut.
f. Pelanggan mengetahui biaya produksi produk.
3) Threat of New Entrants (Ancaman Pendatang Baru)
Kompetisi dalam sebuah industri akan menjadi lebih tinggi, lebih
mudah bagi perusahaan lain untuk memasuki industri yang sama. Ancaman
36
dari pendatang baru dapat bergantung pada sejauh mana hambatan untuk
masuk, yaitu sebagai berikut:
a. Skala ekonomi (persyaratan minimum untuk operasi yang dapat
menguntungkan).
b. Tingginya biaya investasi awal dan biaya tetap.
c. Kesetiaan terhadap merek oleh pelanggan.
d. Perlindungan terhadap properti intelektual seperti paten, lisensi, dan
sebagainya.
e. Kelangkaan sumber daya yang penting.
f. Akses bahan mentah yang dikuasai oleh pemain yang telah ada.
g. Jalur distribusi dikendalikan oleh pemain yang telah ada.
h. Pemain yang telah ada memiliki hubungan yang dekat dengan
pelanggan, misalnya dengan kontrak jangka panjang.
i. Biaya pergantian yang tinggi bagi pelanggan.
j. Tindakan hukum dan pemerintahan.
4) Threat of Substitutes (Ancaman Dari Substitusi)
Ancaman dari substitusi ada ketika tersedia produk alternatif yang
lebih murah harganya atau performanya lebih baik dengan fungsi yang sama.
Mereka berpotensi untuk menarik jumlah volume pasar yang cukup berarti
dan dapat mengurangi volume penjualan potensial untuk pemain yang telah
ada. Kategori ini dapat termasuk juga produk pelengkap (komplemen). Mirip
dengan ancaman terhadap pendatang baru, ancaman dari subsitusi dapat
ditentukan oleh faktor seperti:
37
a. Kesetiaan terhadap merek oleh pelanggan.
b. Hubungan yang dekat dengan pelanggan.
c. Harga performa produk pengganti.
d. Tren pada saat ini.
5) Competitive Rivalry Between Existing Players (Persaingan Antara Pemain
yang Sudah Ada)
Kekuatan ini menggambarkan intensitas persaingan antara pemain
yang telah ada dalam suatu industri. Tekanan kompetisi yang tinggi
menghasilkan penekanan pada harga, margin dan profit bagi setiap
perusahaan dalam industri. Kompetisi antara pemain yang telah ada
cenderung tinggi ketika:
a. Terdapat banyak pemain dangan ukuran yang hampir sama.
b. Para pemain memiliki strategi yang sama.
c. Tidak terdapat terlalu banyak diferensiasi antar pemain dan
produknya, cenderung banyak kompetisi harga.
d. Laju pertumbuhan pasar rendah.
2.6 Analisis TOWS
Analisis TOWS merupakan cara efektif untuk mengembangkan sebuah strategi
dengan menggabungkan kekuatan yang berasal dari internal dengan peluang dan
kekuatan serta menggabungkan kelemahan internal dengan peluang yang berasal dari
38
eksternal dan ancaman (Ravanavar dan Charantimath, 2012). Cara menggunakan
TOWS yaitu dengan mengkombinasikan:
1) Strengths / Opportunities
Mempertimbangkan kekuatan yang di tulis satu per satu di TOWS
analisis untuk dapat menentukan bagaimana cara memanfaatkan peluang yang
berasal dari luar.
2) Strengths / Threats
Pada strengths dan threats yaitu mempertimbangkan semua kekuatan
yang ditulis satu per satu di TOWS analisis untuk dapat menentukan
bagaimana cara memanfaatkan menghindari ancaman yang berasal dari luar.
3) Weaknesses / Opportunities
Mempertimbangkan kelemahan yang ditulis di TOWS analisis untuk
dapat menghilangkan kelemahan yang berasal dari internal dengan
menggunakan setiap peluang yang berasal dari luar.
4) Weaknesses / Threats
Mempertimbangkan semua kelemahan yang ditulis di TOWS analisis,
berdasarkan setiap ancaman yang ada sehingga dapat menghindari keduanya.
Tabel 2.1. TOWS Matriks
39
Internal Strengths (S) Internal Weakness (W)
External
Opportunities
(O)
SO: “Maxi – Maxi”
Strategy that uses
strengths to maximize
opportunities
WO: “Mini – Maxi”
Strategy that uses
minimize weakness
by taking advantage
of opportunities
External Threats
(T)
ST: “Maxi – Mini”
Strategy that uses
strength to minimize
threats
WT: “Mini – Mini”
Strategy that minimize
weakness and avoid
threats
Sumber: Ravanavar dan Charantimath, 2012
2.7 Business Model Canvas
Menurut Osterwalder & Pigneur (2012), sebuah model bisnis mampu
menggambarkan dasar pemikiran tentang cara yang dilakukan organisasi dalam
menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Sembilan blok bangunan dasar
sebagai model bisnis tersebut mencakup empat bidang utama dalam suatu bisnis,
yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kelangsungan finansial.
40
Gambar 2.10. Business Model Canvas
Sumber: Osterwalder & Pigneur, 2012
2.4.1 Customer Segments
Customer segments menggambarkan sekelompok orang atau
organisasi berbeda yang ingin dijangkau ataupun dilayani oleh perusahaan
(Osterwalder & Pigneur, 2012). Pelanggan merupakan inti dari semua model
bisnis karena tidak ada perusahaan yang dapat bertahan lama tanpa adanya
pelanggan yang dapat memberikan keuntungan. Untuk memuaskan
pelanggan, perusahaan harus terlebih dulu mengidentifikasikan pelanggan ke
dalam segmen-segmen berbeda, yaitu berdasarkan kesamaan kebutuhan,
perilaku, maupun atribut lainnya. Perusahaan harus dapat merancang model
41
bisnis dengan pemahaman yang tepat mengenai kebutuhan pelanggan secara
spesifik. Namun sebelumnya, perusahaan harus terlebih dulu memberikan
batasan mengenai segmen yang ingin dilayani dan segmen yang diabaikan.
2.4.2 Value Proposition
Value proposition menggambarkan gabungan antara produk dan
layanan yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik
(Osterwalder & Pigneur, 2012). Value proposition adalah alasan yang
membuat pelanggan beralih dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya.
Setiap value proposition merupakan kesatuan dari manfaat-manfaat yang
ditawarkan perusahaan kepada pelanggan sehingga dapat melayani kebutuhan
segmen pelanggan secara spesifik
2.4.3 Channels
Channels menggambarkan cara sebuah perusahaan berkomunikasi
dengan segmen pelanggan dan menjangkau segmen pelanggan tersebut untuk
memberikan value proposition (Osterwalder & Pigneur, 2012). Saluran
komunikasi, distribusi, dan penjualan sangat berperan penting sebagai
penghubung antara perusahaan dengan pelanggan. Fungsi tersebut antara lain
sebagai berikut:
42
1. Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan.
2. Membantu pelanggan dalam mengevaluasi value proposition
perusahaan.
3. Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifk.
4. Memberikan value proposition kepada pelanggan.
5. Memberikan dukungan purnajual kepada pelanggan
2.4.4 Customer Relationships
Customer relationships menggambarkan cara perusahaan membangun
hubungan dengan segmen pelanggan yang spesifik (Osterwalder & Pigneur,
2012). Sebuah perusahaan harus dapat menetapkan jenis hubungan yang ingin
dibangun bersama dengan segmen pelanggan spesifik karena adanya beberapa
motivasi, yaitu sebagai berikut:
1. Akuisisi pelanggan
2. Retensi (mempertahankan) pelanggan
3. Peningkatan penjualan (upselling)
2.4.5 Key Resources
Key resources menggambarkan aset-aset terpenting yang dibutuhkan
untuk menjalankan sebuah model bisnis agar dapat berfungsi dengan baik
(Osterwalder & Pigneur, 2012). Setiap key resources memungkinkan
43
perusahaan untuk menciptakan dan menawarkan value proposition,
menjangkau pasar, mempertahakan hubungan dengan segmen pelanggan, dan
memperoleh pendapatan. Key resources utama dapat berbentuk fisik,
finansial, intelektual, atau manusia serta dapat dimiliki, disewa oleh
perusahaan atau diperoleh dari mitra utama.
2.4.6 Key Activities
Key activities menggambarkan hal-hal terpenting yang harus
dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja (Osterwalder &
Pigneur, 2012). Sama halnya dengan key resources, key activities juga
diperlukan untuk menciptakan dan memberikan value proposition,
menjangkau pasar, mempertahankan hubungan pelanggan, dan memperoleh
pendapatan.
2.4.7 Key Partners
Key partners menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang
membuat model bisnis dapat bekerja (Osterwalder & Pigneur, 2012).
Perusahaan menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis,
mengurangi risiko, atau memperoleh sumber daya bagi perusahaan. Terdapat
44
empat jenis kemitraan yang dapat dibedakan dari suatu model bisnis, yaitu
sebagai berikut:
1. Aliansi strategis antara perusahaan yang bukan merupakan pesaing.
2. Usaha competition antar perusahaan pesaing.
3. Usaha joint venture untuk mengembangkan bisnis baru.
4. Hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan yang dapat
diandalkan.
2.4.8 Cost Structure
Cost structure menggambarkan semua biaya yang harus dikeluarkan
oleh suatu perusahaan untuk mengoperasikan model bisnis yang dirancang
(Osterwalder & Pigneur, 2012). Perhitungan biaya ini relative lebih mudah
setelah key resources, key activities, dan key partners telah ditetapkan.
2.4.9 Revenue Streams
Revenue streams menggambarkan pendapatan kas yang dihasilkan
perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan setelah memperhitungkan
biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan (Osterwalder
& Pigneur, 2012). Setiap arus pendapatan dapat memiliki mekanisme
penetapan harga yang berbeda, seperti daftar harga yang tetap, penawaran,
45
pelelangan, kebergantungan pasar, kebergantungan volume, atau manajemen
hasil. Terdapat dua jenis revenue streams dalam suatu model bisnis, yaitu
sebagai berikut:
1. Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran
pelanggan.
2. Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan,
baik untuk memberikan value proposition kepada pelanggan maupun
menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian.
2.8 Strategi Pemasaran
Untuk dapat mendapatkan menarik perhatian atau awareness di pasar pada
saat peluncuran bisnis, dibutuhkan strategi pemasaran yang baik dan tepat. Strategi
yang digunakan adalah dengan menentukan STP (Segmentation, Targeting,
Positioning) dan juga menggunakan Marketing Mix 4P (Product, Price, Promotion,
Place).
2.8.1 STP (Segmentation, Targeting, Positioning)
Menurut Kotler & Keller (2012), semua strategi pemasaran dibuat
berdasarkan STP. Segmentation (Segmentasi), Targeting (Pembidikan), dan
Positioning (penetapan Posisi).
1) Segmenting
46
Segmentasi pasar adalah proses mengelompokan pasar
keseluruhan yang heterogen menjadi kelompok-kelompok atau
segmen-segmen yang memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan,
keinginan, prilaku dan respon terhadap program-program pemasaran
spesifik.
2) Targeting
Targeting diartikan sebagai kegiatan menentukan pasar
sasaran, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen untuk dilayani,
Analisis targeting adalah kegiatan mengevaluasi daya tarik masing-
masing segmen dan memilih segmen-segmen sasaran.
3) Positioning
Strategi positioning merupakan strategi yang berusaha
menciptakan diferensiasi yang unik dalam benak pelanggan sasaran,
sehingga terbentuk citra (image) produk yang lebih unggul
dibandingkan pesaing.
2.8.2 Marketing Mix 4P
Marketing mix menurut Kotler dan Keller (2012) adalah cara yang
digunakan perusahaan untuk mengendalikan perusahaan dalam memberikan
respon kepada keinginan target pasar. Marketing mix terdiri dari 4P yaitu:
1. Product
47
Terdiri dari jenis produk yang dimiliki oleh perusahaan dan
nantinya akan dijual kepada pelanggan, bagaimana cara menjual
produk, brand dari produk tersebut dan tentang bagaimana pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan ketika produk tersebut dijual.
2. Price
Merupakan nominal tertentu yang harus dikeluarkan oleh
pelanggan untuk membeli produk yang ditawarkan. Harga biasanya
dipengaruhi oleh fixed cost dan variable cost.
3. Promotion
Merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
memasarkan sekaligus mengenalkan produk kepada pasar. Promosi
memiliki 4 faktor yaitu advertising, public relation, word of mouth,
dan point of sale.
4. Place
Merupakan lokasi dimana produk yang dimiliki perusahaan
akan ditawarkan atau dijual. Memilih lokasi yang strategis merupakan
suatu keharusan untuk mendapatkan hasil penjualan yang maksimal.
2.8.3 Five Generic Competitive Strategies
Menurut Thompson, et al., 2014, ada variasi yang tak terhitung dalam
strategi kompetitif yang dilakukan perusahaan untuk dapat bersaing dengan
sukses. Hal ini mengarah kepada bagaimana perusahaan dapat memenuhi
kebutuhan konsumen, menguatkan posisi mereka di pasar, melakukan
48
serangan balasan kepada strategi rival, merespon perubahan kondisi pasar,
dan mencapai keunggulan kompetitif tertentu. Walau demikian, perbedaan
terbesar dan terpenting diantara semua strategi kompetitif berujung pada: (1)
Apakah target pasar perusahaan luas atau sempit, dan (2) Apakah perusahaan
mengejar keunggulan kompetitif yang terhubung pada lower cost atau
diferensiasi produk. Kedua faktor ini memunculkan lima pilihan strategi
kompetitif.
Gambar 2.11. The Five Generic Competitive Strategy
Sumber: Thompson, Peteraf, Gamble & Strickland, 2014
1) A low-cost provider strategy
Strategi ini mengedepankan dalam mendapatkan overall cost
yang lebih rendah dari pesaing dalam produk sejenis, sehingga mampu
menarik pelanggan yang luas.
2) A broad differentiation strategy
49
Strategi ini mengutamakan diferensiasi dari produk yang
ditawarkan oleh perusahaan dibandingkan pesaingnya, sehingga dapat
menarik pelanggan yang luas.
3) A focused low-cost strategy
Strategi ini berfokus pada segmen pembeli yang lebih sempit
(market niche) dan mengalahkan pesaing dalam cost yang dikeluarkan,
sehingga dapat melayani niche members dengan harga yang lebih
rendah.
4) A focused differentiation strategy
Strategi ini berfokus pada segmen pembeli yang lebih sempit
(market niche) dan mengalahkan pesaing dengan menawarkan produk
yang memenuhi atau sesuai dengan kebutuhan spesifik dari niche
members.
5) A best-cost provider strategy
Strategi ini memberikan value yang lebih kepada uang yang
telah dikeluarkan oleh konsumen dengan memberikan kepuasan akan
ekspektasi konsumen terhadap atribut kualitas/ciri/performa/layanan
dengan harga yang lebih rendah. Targetnya adalah mendapatkan biaya
dan harga terendah (terbaik) dibandingkan dengan para pesaing
dengan tetap menawarkan produk yang memiliki diferensiasi.
50
2.9 Financial Report
Pelaporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan dalam business model
creation ini adalah sebagai berikut:
2.9.1 Income Statement
Income Statement meruapakan instrument dari financial statement
yang menyajikan posisi pendapatan dan pengeluaran yang menghasilkan net-
income atau net-loss dari suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu
(Kimmel, Weygandt, & Kieso, 2011).
2.9.2 Statement of Cash Flow
Statement of Cash Flow merupakan instrumen dari financial statement
yang menyediakan informasi keuangan mengenai uang masuk (cash receipt)
dan uang keluar (cash payment) dari suatu perusahaan pada suatu periode
waktu tertentu (Kimmel, Weygandt, & Kieso, 2011).
2.9.3 Balance Sheet
Balance Sheet merupakan instrumen dari financial statement yang
menyajikan posisi dan besaran aset pada suatu periode waktu tertentu
(Kimmel, Weygandt, & Kieso, 2011).
51
2.9.4 Net Present Value (NPV)
Net present value merupakan selisih antara pengeluaran dan
pemasukan yang telah diberi diskon dengan menggunakan Social Opportunity
Cost of Capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus
kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada
saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya
investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat dari proyek
yang direncanakan. Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas
yang didiskonkan.
2.9.5 Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return adalah indikator tingkat efisiensi dari suatu
investasi. Suatu proyek atau investasi dapat dilakukan apabila laju
pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian
apabila melakukan investasi di tempat lain, seperti bunga, deposito bank,
reksadana, dan lainnya. IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi
dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi
yang dilakukan harus lebih tinggi dari minimum acceptable rate of return atau
minimum atractive rate of return (MARR). MARR adalah laju pengembalian
minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh seorang investor.
52
IRR merupakan discount rate yang membuat NPV sama dengan nol,
tetapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan discount rate yang dihitung
berdasarkan data di luar proyek sebagai Social Opportunity Cost of Capital
(SOCC) yang berlaku umum di masyarakat (bunga deposito). Untuk
menghitung IRR sebelumnya harus dicari discount rate yang menghasilkan
NPV positif, kemudian dicari discount rate yang menghasilkan NPV negatif.
2.9.6 Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) adalah salah satu bentuk rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan
untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Adapun cara
menghitung Return On Investment adalah :