bab ii landasan teori - repository.bsi.ac.id · gambar ii.1. model pengelolaan arsip berbasis tik...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penggunaan Arsip Elektronik
2.1.1. Pengertian Arsip Elektronik
Sebelum membahas mengenai Arsip Elektronik penulis akan menjelaskan
pengertian arsip menurut suatu ahli.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 dalam (Lisnawanty, 2014)
“Arsip adalah lembaga dan Badan-Badan pemerintah dalam bentuk corak apapun,
baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan
kegiatan pemerintahan.”
Muhidin dan Hendri Winata (2016:423) mengatakan tentang konsep dasar
arsip berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut:
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) memberikan pengaruh yang cukup besar pada berbagai
bidang kehidupan, termasuk kehidupan berorganisasi. Perkembangan di
bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berjalan sangat
dinamis, sehingga perubahan-perubahan pun terjadi dalam kehidupan
berorganisasi.
Beberapa perubahan yang terjadi dalam kegiatan organisasi, khususnya
yang berkaitan dengan arsip menurut Pratiwi dalam Muhidin dan Hendri Winata
(2016:423) diantaranya: (1) perubahan cara bekerja; (2) perubahan cara
berkomunikasi; (3) perubahan persepsi tentang efisiensi; (4) perubahan dalam
penciptaan, pegelolaan, dan penggunaan informasi atau arsip; (5) perubahan bagi
arsiparis dalam mengelola arsip.
Berikut gambar model pengelolaan arsip berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:424):
8
9
Sumber: Muhidin dan Hendri Winata (2016:424)
Gambar II.1. Model Pengelolaan Arsip Berbasis TIK
Menurut Rosalin (2017:227) “Arsip elektronik merupakan rekaman
maupun peristiwa yang disimpan dalam media elektronis atau yang biasanya
dikenal dengan penyimpan arsip berbasis komputer”.
Selanjutnya, Rosalin (2017:228) mengatakan “Secara umum arsip
elektronik dapat ditemukan dalam berbagai bentuk yaitu bentuk yang dibuat dari
aplikasi komputer”.
Rosalin (2017:228) menyimpulkan “Arsip elektronik dapat diartikan
sebagai dokumen yang telah diciptakan, digunakan, dan disimpan sebagai bukti
dari transaksi, aktivitas, dan fungsi lembaga maupun individu yang ditransfer dan
diolah dengan sistem komputer”.
Sistem Pengelolaan
Arsip
“Hibrid”
(Berbasis TIK)
Otomasi Pengelolaan
Arsip
Elektronik Manual dan Elektronik
Manual
Proses Kegiatan
Arsip
Elektronik
Sistem
Pengelolaan
Arsip Elektronik
(Bernbasis TIK)
Arsip Non-
Elektronik
Sistem
Pengelolaan
Arsip Manual
10
Menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:426) “Arsip elektronik adalah
arsip yang diciptakan, digunakan, dan dipelihara sebagai bukti transaksi, aktivitas,
dan fungsi lembaga atau individu yang ditransfer dan diolah dengan sistem
komputer”.
2.1.2. Manfaat Arsip Elektronik
Menurut Saputro dalam Muhidin dan Hendri Winata (2016:427), manfaat
pengelolaan arsip elektronik sebagai berikut:
1. Penanganan arsip dinamis dan arsip statis dapat dikelola dari awal
perencanaan atau pembuatan naskah atau dokumen.
2. Memenuhi tuntutan top management terhadap kecepatan dan ketepatan.
3. Memudahkan aksebilitas dan menjamin akuntabilitas.
4. Menuju paperless society dan menghemat ruangan atau sarana dan prasarana
(dari gedung ke server).
5. Manajemen pengawasan akan lebih mudah, cepat dan lebih accountable
menuju good governance.
6. Meningkatkan pelayanan umum atau public service.
2.1.3. Jenis Umum Arsip Elektronik
Menurut Saputro dalam Muhidin dan Hendri Winata (2016:429), arsip
elektronik dapat ditemukan dalam beberapa bentuk berikut:
1. Dokumen yang diciptakan dengan menggunakan aplikasi perkantoran.
Misalnya, word-processed documents, spreadsheets, dan presentasi.
11
2. Arsip dalam lingkungan online dan berbasis web. Misalnya, intranet, website
publik, dan arsip transaski online.
3. Arsip yang diciptakan oleh sistem informasi bisnis: basis data, sistem
informasi data geospasial, sistem informasi kepegawaian, sistem informasi
keuangan, sistem informasi alur kerja, sistem informasi pengelolaan klien,
sistem informasi pengelolaan hubungan klien, dan sistem informasi yang
dibuat sendiri.
4. Pesan elektronik dari sistem informasi: e-mail, short messaging service
(SMS), multimedia messaging services (MMS), electronic data interchange
(EDI), pertukaran dokumen elektronik (faks elektronik), voice mail, pesan
instan (instant messaging), komunikasi multimedia (misalnya video
conferencing dan teleconference.
2.1.4. Permasalahan dalam Pengelolaan Arsip Elektronik
Menurut Pratiwi dalam Muhidin dan Hendri Winata (2016:433), beberapa
permasalahan yang dapat muncul dalam pengelolaan arsip elektronik, antara lain
sebagai berikut:
1. Sangat sulit menjaga reliabilitas dan autentisitas arsip elektronik. Hal ini
dikarenakan arsip elektronik mudah dimanipulasi dan rusak, serta pengaksesan
dan penggandaan yang cenderung tidak bisa sepenuhnya dikontrol.
2. Keberadaan arsip elektronik sangat bergantung pada lingkungan
elektroniknya. Keusangan teknologi, baik perangkat lunak maupun keras,
sangat cepat terjadi. Hal ini dikarenakan perkembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) juga berkembang sangat cepat.
12
3. Kontroversi aspek legal dan arsip elektronik.
4. Kegagalan organisasi dalam menjalankan arsip elektronik yang disebabkan
oleh dua faktor yaitu:
a. Berkaitan dengan manajemen dan teknologi, diantaranya:
1) Kurang koordinasi antara manajemen arsip kertas dan arsip
elektronik.
2) Ketidakmampuan atau tidak praktis dalam memelihara standar
khusus.
3) Kehilangan arsip terhadap arsip dinas.
4) Cepatnya penyebaran control dokumen kepada pengguna (user).
5) Peningkatan penggunaan sarana komunikasi baru.
6) Peningkatan munculnya media campuran.
b. Berkaitan dengan fungsi staf, diantaranya:
1) Arsiparis atau staf yang bekerja di kearsipan dinamis dan statis sering
tidak memiliki keahlian dalam teknologi informasi modern.
2) Staf teknologi informasi tidak memiliki keahlian dalam teknologi
berbasis teks, manajemen arsip dinamis, dan statis.
3) Staf teknologi informasi tidak sensitif terhadap kebutuhan arsip
lembaga.
4) Berkurangnya control secretariat terhadap arsip kertas dan sistem
arsip kertas.
5) Pengguna tidak menyadari terhadap perubahan perannya.
13
5. Masalah yang dihadapi secara umum, diantaranya pengaturan hukum,
perlindungan hukum bagi konsumen dalam transaksi,perlindungan data
pribadi, dan pengakuan keabsahan dalam perspektif hukum pembuktian.
6. Masalah yang dihadapi dalam bidang kearsipan, diantaranya bermacam media
yang akan disimpan, teknologi mesin yang akan dipakai, sistem penyimpanan,
sistem penemuan kembali, dan migrasi dari media generasi lama ke generasi
baru.
Beberapa strategi dalam menghadapi permasalahan pengelolaan arsip
elektronik menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:434), sebagai berikut: (1)
menghubungkan antara informasi, teknologi, dan tugas pokok organisasi; (2)
menilai kembali peran dan peraturan untuk mengelola aset dan informasi
organisasi; (3) menjadikan teknologi informasi untuk membuat standar dalam
pembuatan sistem arsip.
2.1.5. Musibah yang Mengancam Arsip Elektronik
Saputro dalam Muhidin dan Hendri Winata (2016:434) mengemukakan
bahwa ancaman musibah yang mungkin terjadi terhadap keberadaan arsip
elektronik, antara lain:
1. Bencana alam, misalnya gempa, banjir, atau badai.
2. Kerusakan bangunan, misalnya kebocoran atap atau kabel listrik yang buruk.
3. Kecelakaan industry, misalnya kebocoran nuklir atau bahan kimia.
4. Musibah teknologi, misalnya virus komputer atau kerusakan peralatan
komputer.
5. Tindakan criminal, misalnya pencurian, spionase, atau terorisme.
14
6. Kesalahan manusia, kondisi penyimpanan yang tidak stabil, misalnya media
magnetik didekat peralatan yang menghasilkan medan magnetik yang kuat.
7. Kualitas material yang buruk, misalnya korosi pada compact disk yang
berkualitas buruk.
Strategi pencegahan musibah pada arsip elektronik yang dapat dilakukan
jika musibah-musibah itu terjadi menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:435),
antara lain:
1. Duplikasi dan penyimpanan yang tersebar.
2. Transfer secepatnya ke Arsip Nasional atau Lembaga Kearsipan Daerah
apabila arsip bernilai guna sekunder.
3. Sistem pem-backup-an yang regular dan komprehensif.
4. Preservasi dokumentasi dan password dari sistem dan aplikasi.
5. Pengamanan fasilitas penyimpanan untuk perangkat digital.
6. Penerapan standar yang tinggi pada sistem pengamanan untuk melindungi
arsip dari perubahan atau pemusnahan yang tidak sah dan perlindungan dari
serangan virus komputer.
7. Penerapan prosedur penanganan keadaan kritis apabila arsip elektronik tidak
di-backup atau disimpan di luar fasilitas penyimpanan.
Selanjutnya, Muhidin dan Hendri Winata (2016:434) mengemukakan
“Apabila arsip elektronik mengalami musibah, perlu dilakukan pemulihan
terhadap arsip elektronik tersebut”.
Berikut prosedur pemulihan arsip elektronik yang terkena musibah
menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:434) dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
15
1. Menyediakan prosedur penanganan dan teknik preservasi untuk media digital
yang rusak.
2. Menyediakan fasilitas untuk pemulihan kembali sistem komputer vital dan
data penting dalam waktu singkat.
3. Membuat pengaturan untuk pengecekan integritas data guna menjamin arsip
elektronik yang diselamatkan masih dalam keadaan utuh atau lengkap.
4. Menjamin akses ke layanan pemulihan data.
5. Menjamin bahwa arsip elektronik vital dapat di-restore secepat mungkin.
6. Prosedur pemulihan harus dites secara reguler.
2.2. Kinerja Pegawai
2.2.1. Pengetian Kinerja Pegawai
Pengertian kinerja menurut Bahua (2016:51) adalah “Hasil kerja atau
prestasi kerja seseorang dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah
maupun swasta”.
Menurut Prawirosentoro dalam (Gunawan, 2015) pengertian kinerja
adalah sebagai berikut:
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya masingmasing untuk mencapai tujuan organisasi
bersangkutan, secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika.
Menurut Rachmawati dalam (Rohaeni, 2016) “Kinerja merupakan evaluasi
formal terhadap prestasi pegawai. Evaluasi tersebut dapat dilakukan secara
informal, misalnya manajer menegur kesalahan pegawai atau memuji pegawai
apabila berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik”.
16
Menurut Gomez dalam (Handayani, 2016) mengemukakan “Pengertian
kinerja adalah outcome yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan dalam suatu
periode waktu tertentu atau pada saat ini”.
Menurut (Fauzi & Hidayatulloh, 2017) pengertian pegawai adalah sebgai
berikut:
Pegawai adalah salah satu unsur terpenting dalam sebuah perusahaan
karena mereka adalah motor penggerak dalam maju tidaknya sebuah
perusahaan. Untuk meningkatkan performa kinerja pegawai maka sebuah
perusahaan dapat melakukan seleksi guna mendapatkan pegawai
berprestasi dengan memberikan reward kepada setiap pegawai yang
terpilih.
Pengertian kinerja pegawai menurut (Handayani, 2016) yaitu “Suatu hasil
kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai, diartikan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan”.
Pabundu dalam Busro (2015:88) mendefinisikan pengertian kinerja
sebagai berikut:
Kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai
diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kinerja juga dapat
dimaknai sebagai hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
Ivancevich et.al., dalam Busro (2015:88) menjelaskan bahwa kinerja dapat
dilihat dari:
(1) kemampuan seseorang dalam usahanya mencapai tujuan (semakin
terampil semakin baik; (2) ketekunan untuk bekerja keras (semakin tekun
semakin baik); (3) ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan (semakin
tepat waktu semakin baik); (4) penggunaan biaya sesuai rancangan
(semakin hemat semakin baik); (5) kemandirian dalam bekerja (semakin
tidak membutuhkan pengawasan semakin baik; dan (6) kemampuan
mengatasi masalah atau penghalang (semakin mampu mengatasi masalah
semakin baik).
17
2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai
Mangkunegara dalam (Handayani, 2016) menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja yaitu:
Faktor internal atau disposisional yaitu faktor yang dihubungkan dengan
sifat-sifat seseorang dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan seperti
perilaku, sikap dan tindakan bawahan ataupun rekan kerja, fasilitas kerja
dan iklim organisasi.
Menurut Gibson dan Invanceich dalam Busro (2015:90), kinerja individu
pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) harapan mengenai imbalan yang
akan dan telah diterima; (2) dorongan dari manajemen; (3) kemampuan afeksi; (4)
kebutuhan dan sifat; (5) persepsi terhadap tugas; (imbalan internal dan eksternal);
dan (6) persepsi terhadap imbalan dan kepuasan kerja.
Ivancevich et.al., dalam Busro (2015:91) menggambarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:
Sumber: Busro (2015:92)
Gambar II.2. Determinant of Job Performance
Dari gambar di atas Ivancevich et.al., dalam Busro (2015:92) menjelaskan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:
18
1. Kapasitas untuk Bekerja (Capacity to Perform).
Kapasitas untuk bekerja berhubungan dengan seberapa baik: (1)
keterampilan: (2) kemampuan; dan (3) pengalaman individu yang
berhubungan dengan pekerjaan. Tingkat kinerja pekerjaan yang tinggi hanya
mungkin dicapai jika seseorang pegawai tahu apa yang seharusnya
dilakukan dan tahu bagaimana cara melakukannya.
2. Kesempatan untuk Berkinerja (Opportunity to Perform)
Kesempatan untuk berkinerja juga merupakan faktor yang penting untuk
mebentuk kinerja. Agar pegawai memiliki kesempatan untuk berkinerja,
maka manajemen harus menyiapkan: (1) peralatan yang memadai; (2)
peralatan yang bertekhnologi update; (3) keputusan yang baik; (4) sikap
yang baik; dan (5) kemauan untuk selalu berubah.
3. Kemamuan untuk Berkinerja (Willingness to Perform)
Kesediaan untuk berkerja berhubungan dengan: (1) sejauh mana seorang
individu ingin atau bersedia berusaha untuk mencapai kinerja yang baik di
pekerjaannya; (2) kemampuan mengombinasikan antara kapasitas dan
kesempatan yang dimilikinya sehingga menghasilkan kinerja yang tinggi;
dan (3) tekad yang kuat untuk berkinerja dengan baik.
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-kisi Operasional Variabel
Berikut adalah tabel kisi-kisi operasional variabel Penggunaan Arsip
Elektronik (X) maupun Kinerja Pegawai (Y):
19
Tabel II.1.
Kisi-kisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Butir Soal
Penggunaan
Arsip Elektronik
Kesediaan menggunakan arsip elektronik
1
Manfaat arsip elektronik 2,3,4,5,6,7, dan 10
Permasalahan dalam mengelola
arsip elektronik 8 dan 9
Sumber: Muhidin dan Hendri Winata (2016:427)
Variabel Indikator Butir Soal
Kinerja
Karyawan
Faktor eksternal berupa fasilitas kerja
1,2,3,4,5, dan 6
Persepsi terhadap tugas 7, 8, dan 10
Faktor eksternal berupa rekan kerja 9
Sumber: Manngkunegara dalam (Handayani, 2016), Gibson dan Invanceich dalam
Busro (2015:90)
2.3.1.1. Variabel Penelitian
Pengertian variabel menurut Lubis (2018:16) “Segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi
tersebuat ialah dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu
variabel sehingga variabel merupakan fenomena yang menjadi pusat perhatian
penelitian untuk diobservasi atau diukur”.
Menurut Sugiyono dalam Lubis (2018:16) variabel merupakan “Segala
sesuatu dalam bentuk apapun yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Sugiyono dalam Lubis (2018:16) membagi variabel berdasarkan hubungan
satu variabel dengan variabel lain, yaitu:
20
1. Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel ini sering disebut juga variabel stimulus, predictor. Variabel bebas
atau X adalah variabel yang menjadi sebab perubahan yang akan menjelaskan
atau mempengaruhi secara positif maupun negatif variabel tidak bebas di
dalam pola hubungannya. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
berupa:
X= Penggunaan arsip elektronik
2. Variabel terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat atau Y adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya:
Y = Kinerja.
2.3.1.2. Definisi Operasional Variabel
Agar terhindar dari pengertian yang berbeda dari variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, maka penulis membuat batasan atau definisi dari
masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Arsip Elektronik
Menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:426) “Arsip elektronik adalah
arsip yang diciptakan, digunakan, dan dipelihara sebagai bukti transaksi,
aktivitas, dan fungsi lembaga atau individu yang ditransfer dan diolah dengan
sistem komputer”.
21
2. Kinerja
Pengertian kinerja menurut (Handayani, 2016) yaitu “Suatu hasil kerja yang
dihasilkan oleh seorang pegawai, diartikan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan”.
2.3.2. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2013:119), menyatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Di dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui tentang pengaruh Penggunaan
Arsip Elektronik terhadap Kinerja Pegawai. Instrumen yang digunakan untuk
menyaring data dipergunakan keusioner data yang terkumpul relatif lebih cepat,
mudah dan akurat”.
Menurut Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:79) “Angket atau
kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan
nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan
tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi responden tentang apa yang ia
alami dan ketahuinya”.
Selanjutntya, Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:79) menjelaskan
bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
1. Kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri,
bentuknya sama dengan kuesioner isian.
2. Kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan,
bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda.
22
3. Kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya.
4. Kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan
dengan orang lain.
5. Check list, yaitu daftar sisian tertutup, responden tinggal mebubuhkan tanda
check pada kolom jawaban yang tersedia.
6. Skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat,
biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju
sampai tidak sangat setuju terhadap pernyataannya.
Dalam kuesioner ini disediakan alternatif jawaban dari setiap butir
pernyataan sehingga responden dapat memilih salah satu jawaban yang sesuai
dengan pendapat dan juga keadaan dengan cara membubuhkan tanda (√ ). Dengan
skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
Dalam konsep dasar perhitungan ini penulis menggunakan landasan
teori yang bersumber dari Sugiyono (2013:90) yaitu:
1. Populasi untuk menentukan sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan
hanya orang tetapi juga obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimililki oleh subyek atau obyek itu.
23
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar dan peniliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga,
dan waktu maka peniliti dapat menggunakan sempel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi.
Menurut Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:65) terdapat dua
macam kelompok teknik sampling yaitu:
a. Probability Sampling
Merupakan suatu teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik ini terdiri atas:
1) Simple random sampling
Dikatakan simple atau sederhana sebab pengmbilan sampel anggota
populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat
dalam populasi tersebut.
2) Dispropotionate stratified random sampling
3) Propotionate stratified random sampling
4) Cluster sampling (Area sampling)
b. Non-probability Sampling
Merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel. Terdiri dari
teknik:
1) Sampling sistematis
2) Sampling kuota
24
3) Sampling aksidental
4) Purposive sampling
5) Sampling jenuh
2. Skala Likert
Skala Likert, yaitu skala yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
negatif.
Tabel II.2.
Klasifikasi Jawaban dan Besarnya Bobot atau Skor
No Alternatif Jawaban Bobot atau Skor Kode
1. Sangat Setuju 5 SS
2. Setuju 4 S
3. Ragu – ragu 3 R
4. Tidak Setuju 2 TS
5. Sangat Tidak Setuju 1 STS
Sumber: Sugiyono (2013:108)
3. Validitas
Bryman dalam Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:84) menjelaskan
mengenai alat ukur yang baik sebagai berikut:
Alat ukur atau instrument yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas
dan reliabilitas. Suatu alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan
mengahasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya,
dan akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau
individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar
atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan suatu keputusan, maka tentu keputusan itu bukan merupakan
suatu keputusan yang tepat.
Menurut Bryman dalam Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:84)
menjelaskan validitas sebagai berikut:
25
Keterangan:
Validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik.
Untuk dapat menentukan suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau
daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi. Dua segi tersebut
terdiri dari totalitas dan itemnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tes
tersebut.
Menurut Dixon dalam Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:84)
“Validitas adalah sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur
apa yang hendak diukur”.
Validitas yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah validitas butir soal
uraian. Menurut Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:89) “Validitas
butir soal uraian dihitung dengan rumus product moment, antara skor butir
soal (Xp) dengan skot total (Xt). Dipakai product moment karena data yang
dikorelasikan adalah data interval dengan data interval”.
4. Korelasi Product Moment
Dalam penelitian ini yang dipakai adalah rumus korelasi product moment
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Koefisien Korelasi
Teknik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap kinerja. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mencari
koefisien korelasi dalam Sugiyono (2013:212), yaitu:
r = Koefisien Korelasi
x = Jumlah Variabel bebas, yaitu
gaya kepemimpinan
∑ �� ��� =
√ (∑ ��) . (∑ ��)
26
�� = �� � ��� %
� = Jumlah Variabel Terikat, yaitu
Kinerja
Untuk mengetahui tingkat hubungan yang dimana X1 adalah Penggunaan
Arsip Elektronik dan Y adalah Kinerja, maka koefisien diinterpretasikan
pada tabel pedoman, apakah hubungan ketiga variabel kuat atau lemah
(dapat dilihat pada tabel II.4) untuk diinterpretasi.
Tebel II.3.
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2013:212)
b. Koefisien Determinasi
Menurut Sugiyono (2013:212) “Koefisien Determinasi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
pegawai digunakan Koefisien Determinasi (KD) dihitung dengan
mengkuadratkan”.
Koefisien korelasi yang telah ditemukan dan selanjutnya dikalikan 100%,
dengan demikian rumusnya:
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi
27
� = � + ��
r = Koefisien Korelasi
5. Regresi Linear Sederhana
Sugiyono (2013:213) menjelaskan Regresi sederhana didasarkan pada
hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen (bebas) dengan
satu variabel dependen (terikat) persamaan regresi liniear sederhana adalah:
Keterangan:
Y = Subyek atau nilai variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstanta)
� = Angka arah atau koefiisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu