bab ii landasan teori - repository.bsi.ac.id · gambar ii.1. model pengelolaan arsip berbasis tik...

21
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penggunaan Arsip Elektronik 2.1.1. Pengertian Arsip Elektronik Sebelum membahas mengenai Arsip Elektronik penulis akan menjelaskan pengertian arsip menurut suatu ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 dalam (Lisnawanty, 2014) “Arsip adalah lembaga dan Badan-Badan pemerintah dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan.” Muhidin dan Hendri Winata (2016:423) mengatakan tentang konsep dasar arsip berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut: Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan pengaruh yang cukup besar pada berbagai bidang kehidupan, termasuk kehidupan berorganisasi. Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berjalan sangat dinamis, sehingga perubahan-perubahan pun terjadi dalam kehidupan berorganisasi. Beberapa perubahan yang terjadi dalam kegiatan organisasi, khususnya yang berkaitan dengan arsip menurut Pratiwi dalam Muhidin dan Hendri Winata (2016:423) diantaranya: (1) perubahan cara bekerja; (2) perubahan cara berkomunikasi; (3) perubahan persepsi tentang efisiensi; (4) perubahan dalam penciptaan, pegelolaan, dan penggunaan informasi atau arsip; (5) perubahan bagi arsiparis dalam mengelola arsip. Berikut gambar model pengelolaan arsip berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:424): 8

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penggunaan Arsip Elektronik

2.1.1. Pengertian Arsip Elektronik

Sebelum membahas mengenai Arsip Elektronik penulis akan menjelaskan

pengertian arsip menurut suatu ahli.

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 dalam (Lisnawanty, 2014)

“Arsip adalah lembaga dan Badan-Badan pemerintah dalam bentuk corak apapun,

baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan

kegiatan pemerintahan.”

Muhidin dan Hendri Winata (2016:423) mengatakan tentang konsep dasar

arsip berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut:

Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) memberikan pengaruh yang cukup besar pada berbagai

bidang kehidupan, termasuk kehidupan berorganisasi. Perkembangan di

bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berjalan sangat

dinamis, sehingga perubahan-perubahan pun terjadi dalam kehidupan

berorganisasi.

Beberapa perubahan yang terjadi dalam kegiatan organisasi, khususnya

yang berkaitan dengan arsip menurut Pratiwi dalam Muhidin dan Hendri Winata

(2016:423) diantaranya: (1) perubahan cara bekerja; (2) perubahan cara

berkomunikasi; (3) perubahan persepsi tentang efisiensi; (4) perubahan dalam

penciptaan, pegelolaan, dan penggunaan informasi atau arsip; (5) perubahan bagi

arsiparis dalam mengelola arsip.

Berikut gambar model pengelolaan arsip berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:424):

8

9

Sumber: Muhidin dan Hendri Winata (2016:424)

Gambar II.1. Model Pengelolaan Arsip Berbasis TIK

Menurut Rosalin (2017:227) “Arsip elektronik merupakan rekaman

maupun peristiwa yang disimpan dalam media elektronis atau yang biasanya

dikenal dengan penyimpan arsip berbasis komputer”.

Selanjutnya, Rosalin (2017:228) mengatakan “Secara umum arsip

elektronik dapat ditemukan dalam berbagai bentuk yaitu bentuk yang dibuat dari

aplikasi komputer”.

Rosalin (2017:228) menyimpulkan “Arsip elektronik dapat diartikan

sebagai dokumen yang telah diciptakan, digunakan, dan disimpan sebagai bukti

dari transaksi, aktivitas, dan fungsi lembaga maupun individu yang ditransfer dan

diolah dengan sistem komputer”.

Sistem Pengelolaan

Arsip

“Hibrid”

(Berbasis TIK)

Otomasi Pengelolaan

Arsip

Elektronik Manual dan Elektronik

Manual

Proses Kegiatan

Arsip

Elektronik

Sistem

Pengelolaan

Arsip Elektronik

(Bernbasis TIK)

Arsip Non-

Elektronik

Sistem

Pengelolaan

Arsip Manual

10

Menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:426) “Arsip elektronik adalah

arsip yang diciptakan, digunakan, dan dipelihara sebagai bukti transaksi, aktivitas,

dan fungsi lembaga atau individu yang ditransfer dan diolah dengan sistem

komputer”.

2.1.2. Manfaat Arsip Elektronik

Menurut Saputro dalam Muhidin dan Hendri Winata (2016:427), manfaat

pengelolaan arsip elektronik sebagai berikut:

1. Penanganan arsip dinamis dan arsip statis dapat dikelola dari awal

perencanaan atau pembuatan naskah atau dokumen.

2. Memenuhi tuntutan top management terhadap kecepatan dan ketepatan.

3. Memudahkan aksebilitas dan menjamin akuntabilitas.

4. Menuju paperless society dan menghemat ruangan atau sarana dan prasarana

(dari gedung ke server).

5. Manajemen pengawasan akan lebih mudah, cepat dan lebih accountable

menuju good governance.

6. Meningkatkan pelayanan umum atau public service.

2.1.3. Jenis Umum Arsip Elektronik

Menurut Saputro dalam Muhidin dan Hendri Winata (2016:429), arsip

elektronik dapat ditemukan dalam beberapa bentuk berikut:

1. Dokumen yang diciptakan dengan menggunakan aplikasi perkantoran.

Misalnya, word-processed documents, spreadsheets, dan presentasi.

11

2. Arsip dalam lingkungan online dan berbasis web. Misalnya, intranet, website

publik, dan arsip transaski online.

3. Arsip yang diciptakan oleh sistem informasi bisnis: basis data, sistem

informasi data geospasial, sistem informasi kepegawaian, sistem informasi

keuangan, sistem informasi alur kerja, sistem informasi pengelolaan klien,

sistem informasi pengelolaan hubungan klien, dan sistem informasi yang

dibuat sendiri.

4. Pesan elektronik dari sistem informasi: e-mail, short messaging service

(SMS), multimedia messaging services (MMS), electronic data interchange

(EDI), pertukaran dokumen elektronik (faks elektronik), voice mail, pesan

instan (instant messaging), komunikasi multimedia (misalnya video

conferencing dan teleconference.

2.1.4. Permasalahan dalam Pengelolaan Arsip Elektronik

Menurut Pratiwi dalam Muhidin dan Hendri Winata (2016:433), beberapa

permasalahan yang dapat muncul dalam pengelolaan arsip elektronik, antara lain

sebagai berikut:

1. Sangat sulit menjaga reliabilitas dan autentisitas arsip elektronik. Hal ini

dikarenakan arsip elektronik mudah dimanipulasi dan rusak, serta pengaksesan

dan penggandaan yang cenderung tidak bisa sepenuhnya dikontrol.

2. Keberadaan arsip elektronik sangat bergantung pada lingkungan

elektroniknya. Keusangan teknologi, baik perangkat lunak maupun keras,

sangat cepat terjadi. Hal ini dikarenakan perkembangan Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK) juga berkembang sangat cepat.

12

3. Kontroversi aspek legal dan arsip elektronik.

4. Kegagalan organisasi dalam menjalankan arsip elektronik yang disebabkan

oleh dua faktor yaitu:

a. Berkaitan dengan manajemen dan teknologi, diantaranya:

1) Kurang koordinasi antara manajemen arsip kertas dan arsip

elektronik.

2) Ketidakmampuan atau tidak praktis dalam memelihara standar

khusus.

3) Kehilangan arsip terhadap arsip dinas.

4) Cepatnya penyebaran control dokumen kepada pengguna (user).

5) Peningkatan penggunaan sarana komunikasi baru.

6) Peningkatan munculnya media campuran.

b. Berkaitan dengan fungsi staf, diantaranya:

1) Arsiparis atau staf yang bekerja di kearsipan dinamis dan statis sering

tidak memiliki keahlian dalam teknologi informasi modern.

2) Staf teknologi informasi tidak memiliki keahlian dalam teknologi

berbasis teks, manajemen arsip dinamis, dan statis.

3) Staf teknologi informasi tidak sensitif terhadap kebutuhan arsip

lembaga.

4) Berkurangnya control secretariat terhadap arsip kertas dan sistem

arsip kertas.

5) Pengguna tidak menyadari terhadap perubahan perannya.

13

5. Masalah yang dihadapi secara umum, diantaranya pengaturan hukum,

perlindungan hukum bagi konsumen dalam transaksi,perlindungan data

pribadi, dan pengakuan keabsahan dalam perspektif hukum pembuktian.

6. Masalah yang dihadapi dalam bidang kearsipan, diantaranya bermacam media

yang akan disimpan, teknologi mesin yang akan dipakai, sistem penyimpanan,

sistem penemuan kembali, dan migrasi dari media generasi lama ke generasi

baru.

Beberapa strategi dalam menghadapi permasalahan pengelolaan arsip

elektronik menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:434), sebagai berikut: (1)

menghubungkan antara informasi, teknologi, dan tugas pokok organisasi; (2)

menilai kembali peran dan peraturan untuk mengelola aset dan informasi

organisasi; (3) menjadikan teknologi informasi untuk membuat standar dalam

pembuatan sistem arsip.

2.1.5. Musibah yang Mengancam Arsip Elektronik

Saputro dalam Muhidin dan Hendri Winata (2016:434) mengemukakan

bahwa ancaman musibah yang mungkin terjadi terhadap keberadaan arsip

elektronik, antara lain:

1. Bencana alam, misalnya gempa, banjir, atau badai.

2. Kerusakan bangunan, misalnya kebocoran atap atau kabel listrik yang buruk.

3. Kecelakaan industry, misalnya kebocoran nuklir atau bahan kimia.

4. Musibah teknologi, misalnya virus komputer atau kerusakan peralatan

komputer.

5. Tindakan criminal, misalnya pencurian, spionase, atau terorisme.

14

6. Kesalahan manusia, kondisi penyimpanan yang tidak stabil, misalnya media

magnetik didekat peralatan yang menghasilkan medan magnetik yang kuat.

7. Kualitas material yang buruk, misalnya korosi pada compact disk yang

berkualitas buruk.

Strategi pencegahan musibah pada arsip elektronik yang dapat dilakukan

jika musibah-musibah itu terjadi menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:435),

antara lain:

1. Duplikasi dan penyimpanan yang tersebar.

2. Transfer secepatnya ke Arsip Nasional atau Lembaga Kearsipan Daerah

apabila arsip bernilai guna sekunder.

3. Sistem pem-backup-an yang regular dan komprehensif.

4. Preservasi dokumentasi dan password dari sistem dan aplikasi.

5. Pengamanan fasilitas penyimpanan untuk perangkat digital.

6. Penerapan standar yang tinggi pada sistem pengamanan untuk melindungi

arsip dari perubahan atau pemusnahan yang tidak sah dan perlindungan dari

serangan virus komputer.

7. Penerapan prosedur penanganan keadaan kritis apabila arsip elektronik tidak

di-backup atau disimpan di luar fasilitas penyimpanan.

Selanjutnya, Muhidin dan Hendri Winata (2016:434) mengemukakan

“Apabila arsip elektronik mengalami musibah, perlu dilakukan pemulihan

terhadap arsip elektronik tersebut”.

Berikut prosedur pemulihan arsip elektronik yang terkena musibah

menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:434) dengan melakukan hal-hal

sebagai berikut:

15

1. Menyediakan prosedur penanganan dan teknik preservasi untuk media digital

yang rusak.

2. Menyediakan fasilitas untuk pemulihan kembali sistem komputer vital dan

data penting dalam waktu singkat.

3. Membuat pengaturan untuk pengecekan integritas data guna menjamin arsip

elektronik yang diselamatkan masih dalam keadaan utuh atau lengkap.

4. Menjamin akses ke layanan pemulihan data.

5. Menjamin bahwa arsip elektronik vital dapat di-restore secepat mungkin.

6. Prosedur pemulihan harus dites secara reguler.

2.2. Kinerja Pegawai

2.2.1. Pengetian Kinerja Pegawai

Pengertian kinerja menurut Bahua (2016:51) adalah “Hasil kerja atau

prestasi kerja seseorang dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah

maupun swasta”.

Menurut Prawirosentoro dalam (Gunawan, 2015) pengertian kinerja

adalah sebagai berikut:

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawabnya masingmasing untuk mencapai tujuan organisasi

bersangkutan, secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

moral maupun etika.

Menurut Rachmawati dalam (Rohaeni, 2016) “Kinerja merupakan evaluasi

formal terhadap prestasi pegawai. Evaluasi tersebut dapat dilakukan secara

informal, misalnya manajer menegur kesalahan pegawai atau memuji pegawai

apabila berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik”.

16

Menurut Gomez dalam (Handayani, 2016) mengemukakan “Pengertian

kinerja adalah outcome yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan dalam suatu

periode waktu tertentu atau pada saat ini”.

Menurut (Fauzi & Hidayatulloh, 2017) pengertian pegawai adalah sebgai

berikut:

Pegawai adalah salah satu unsur terpenting dalam sebuah perusahaan

karena mereka adalah motor penggerak dalam maju tidaknya sebuah

perusahaan. Untuk meningkatkan performa kinerja pegawai maka sebuah

perusahaan dapat melakukan seleksi guna mendapatkan pegawai

berprestasi dengan memberikan reward kepada setiap pegawai yang

terpilih.

Pengertian kinerja pegawai menurut (Handayani, 2016) yaitu “Suatu hasil

kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai, diartikan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan”.

Pabundu dalam Busro (2015:88) mendefinisikan pengertian kinerja

sebagai berikut:

Kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai

diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kinerja juga dapat

dimaknai sebagai hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau

kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor

untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

Ivancevich et.al., dalam Busro (2015:88) menjelaskan bahwa kinerja dapat

dilihat dari:

(1) kemampuan seseorang dalam usahanya mencapai tujuan (semakin

terampil semakin baik; (2) ketekunan untuk bekerja keras (semakin tekun

semakin baik); (3) ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan (semakin

tepat waktu semakin baik); (4) penggunaan biaya sesuai rancangan

(semakin hemat semakin baik); (5) kemandirian dalam bekerja (semakin

tidak membutuhkan pengawasan semakin baik; dan (6) kemampuan

mengatasi masalah atau penghalang (semakin mampu mengatasi masalah

semakin baik).

17

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Mangkunegara dalam (Handayani, 2016) menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja yaitu:

Faktor internal atau disposisional yaitu faktor yang dihubungkan dengan

sifat-sifat seseorang dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan seperti

perilaku, sikap dan tindakan bawahan ataupun rekan kerja, fasilitas kerja

dan iklim organisasi.

Menurut Gibson dan Invanceich dalam Busro (2015:90), kinerja individu

pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) harapan mengenai imbalan yang

akan dan telah diterima; (2) dorongan dari manajemen; (3) kemampuan afeksi; (4)

kebutuhan dan sifat; (5) persepsi terhadap tugas; (imbalan internal dan eksternal);

dan (6) persepsi terhadap imbalan dan kepuasan kerja.

Ivancevich et.al., dalam Busro (2015:91) menggambarkan faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:

Sumber: Busro (2015:92)

Gambar II.2. Determinant of Job Performance

Dari gambar di atas Ivancevich et.al., dalam Busro (2015:92) menjelaskan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:

18

1. Kapasitas untuk Bekerja (Capacity to Perform).

Kapasitas untuk bekerja berhubungan dengan seberapa baik: (1)

keterampilan: (2) kemampuan; dan (3) pengalaman individu yang

berhubungan dengan pekerjaan. Tingkat kinerja pekerjaan yang tinggi hanya

mungkin dicapai jika seseorang pegawai tahu apa yang seharusnya

dilakukan dan tahu bagaimana cara melakukannya.

2. Kesempatan untuk Berkinerja (Opportunity to Perform)

Kesempatan untuk berkinerja juga merupakan faktor yang penting untuk

mebentuk kinerja. Agar pegawai memiliki kesempatan untuk berkinerja,

maka manajemen harus menyiapkan: (1) peralatan yang memadai; (2)

peralatan yang bertekhnologi update; (3) keputusan yang baik; (4) sikap

yang baik; dan (5) kemauan untuk selalu berubah.

3. Kemamuan untuk Berkinerja (Willingness to Perform)

Kesediaan untuk berkerja berhubungan dengan: (1) sejauh mana seorang

individu ingin atau bersedia berusaha untuk mencapai kinerja yang baik di

pekerjaannya; (2) kemampuan mengombinasikan antara kapasitas dan

kesempatan yang dimilikinya sehingga menghasilkan kinerja yang tinggi;

dan (3) tekad yang kuat untuk berkinerja dengan baik.

2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan

2.3.1. Kisi-kisi Operasional Variabel

Berikut adalah tabel kisi-kisi operasional variabel Penggunaan Arsip

Elektronik (X) maupun Kinerja Pegawai (Y):

19

Tabel II.1.

Kisi-kisi Operasional Variabel

Variabel Indikator Butir Soal

Penggunaan

Arsip Elektronik

Kesediaan menggunakan arsip elektronik

1

Manfaat arsip elektronik 2,3,4,5,6,7, dan 10

Permasalahan dalam mengelola

arsip elektronik 8 dan 9

Sumber: Muhidin dan Hendri Winata (2016:427)

Variabel Indikator Butir Soal

Kinerja

Karyawan

Faktor eksternal berupa fasilitas kerja

1,2,3,4,5, dan 6

Persepsi terhadap tugas 7, 8, dan 10

Faktor eksternal berupa rekan kerja 9

Sumber: Manngkunegara dalam (Handayani, 2016), Gibson dan Invanceich dalam

Busro (2015:90)

2.3.1.1. Variabel Penelitian

Pengertian variabel menurut Lubis (2018:16) “Segala sesuatu yang akan

menjadi objek pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi

tersebuat ialah dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu

variabel sehingga variabel merupakan fenomena yang menjadi pusat perhatian

penelitian untuk diobservasi atau diukur”.

Menurut Sugiyono dalam Lubis (2018:16) variabel merupakan “Segala

sesuatu dalam bentuk apapun yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”.

Sugiyono dalam Lubis (2018:16) membagi variabel berdasarkan hubungan

satu variabel dengan variabel lain, yaitu:

20

1. Variabel Bebas (Independen Variabel)

Variabel ini sering disebut juga variabel stimulus, predictor. Variabel bebas

atau X adalah variabel yang menjadi sebab perubahan yang akan menjelaskan

atau mempengaruhi secara positif maupun negatif variabel tidak bebas di

dalam pola hubungannya. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini

berupa:

X= Penggunaan arsip elektronik

2. Variabel terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat atau Y adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya:

Y = Kinerja.

2.3.1.2. Definisi Operasional Variabel

Agar terhindar dari pengertian yang berbeda dari variabel yang

digunakan dalam penelitian ini, maka penulis membuat batasan atau definisi dari

masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Arsip Elektronik

Menurut Muhidin dan Hendri Winata (2016:426) “Arsip elektronik adalah

arsip yang diciptakan, digunakan, dan dipelihara sebagai bukti transaksi,

aktivitas, dan fungsi lembaga atau individu yang ditransfer dan diolah dengan

sistem komputer”.

21

2. Kinerja

Pengertian kinerja menurut (Handayani, 2016) yaitu “Suatu hasil kerja yang

dihasilkan oleh seorang pegawai, diartikan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan”.

2.3.2. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2013:119), menyatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Di dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui tentang pengaruh Penggunaan

Arsip Elektronik terhadap Kinerja Pegawai. Instrumen yang digunakan untuk

menyaring data dipergunakan keusioner data yang terkumpul relatif lebih cepat,

mudah dan akurat”.

Menurut Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:79) “Angket atau

kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan

nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan

tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi responden tentang apa yang ia

alami dan ketahuinya”.

Selanjutntya, Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:79) menjelaskan

bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:

1. Kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri,

bentuknya sama dengan kuesioner isian.

2. Kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan,

bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda.

22

3. Kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya.

4. Kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan

dengan orang lain.

5. Check list, yaitu daftar sisian tertutup, responden tinggal mebubuhkan tanda

check pada kolom jawaban yang tersedia.

6. Skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat,

biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju

sampai tidak sangat setuju terhadap pernyataannya.

Dalam kuesioner ini disediakan alternatif jawaban dari setiap butir

pernyataan sehingga responden dapat memilih salah satu jawaban yang sesuai

dengan pendapat dan juga keadaan dengan cara membubuhkan tanda (√ ). Dengan

skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak untuk menyusun

item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan

2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan

Dalam konsep dasar perhitungan ini penulis menggunakan landasan

teori yang bersumber dari Sugiyono (2013:90) yaitu:

1. Populasi untuk menentukan sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan

hanya orang tetapi juga obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimililki oleh subyek atau obyek itu.

23

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peniliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga,

dan waktu maka peniliti dapat menggunakan sempel itu, kesimpulannya akan

dapat diberlakukan untuk populasi.

Menurut Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:65) terdapat dua

macam kelompok teknik sampling yaitu:

a. Probability Sampling

Merupakan suatu teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan

yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Teknik ini terdiri atas:

1) Simple random sampling

Dikatakan simple atau sederhana sebab pengmbilan sampel anggota

populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat

dalam populasi tersebut.

2) Dispropotionate stratified random sampling

3) Propotionate stratified random sampling

4) Cluster sampling (Area sampling)

b. Non-probability Sampling

Merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi

setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel. Terdiri dari

teknik:

1) Sampling sistematis

2) Sampling kuota

24

3) Sampling aksidental

4) Purposive sampling

5) Sampling jenuh

2. Skala Likert

Skala Likert, yaitu skala yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai

negatif.

Tabel II.2.

Klasifikasi Jawaban dan Besarnya Bobot atau Skor

No Alternatif Jawaban Bobot atau Skor Kode

1. Sangat Setuju 5 SS

2. Setuju 4 S

3. Ragu – ragu 3 R

4. Tidak Setuju 2 TS

5. Sangat Tidak Setuju 1 STS

Sumber: Sugiyono (2013:108)

3. Validitas

Bryman dalam Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:84) menjelaskan

mengenai alat ukur yang baik sebagai berikut:

Alat ukur atau instrument yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas

dan reliabilitas. Suatu alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan

mengahasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya,

dan akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau

individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar

atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam

pengambilan suatu keputusan, maka tentu keputusan itu bukan merupakan

suatu keputusan yang tepat.

Menurut Bryman dalam Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:84)

menjelaskan validitas sebagai berikut:

25

Keterangan:

Validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik.

Untuk dapat menentukan suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau

daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi. Dua segi tersebut

terdiri dari totalitas dan itemnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tes

tersebut.

Menurut Dixon dalam Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:84)

“Validitas adalah sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur

apa yang hendak diukur”.

Validitas yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah validitas butir soal

uraian. Menurut Siyoto dan Muhammad Ali Sodik (2015:89) “Validitas

butir soal uraian dihitung dengan rumus product moment, antara skor butir

soal (Xp) dengan skot total (Xt). Dipakai product moment karena data yang

dikorelasikan adalah data interval dengan data interval”.

4. Korelasi Product Moment

Dalam penelitian ini yang dipakai adalah rumus korelasi product moment

dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Koefisien Korelasi

Teknik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kinerja. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mencari

koefisien korelasi dalam Sugiyono (2013:212), yaitu:

r = Koefisien Korelasi

x = Jumlah Variabel bebas, yaitu

gaya kepemimpinan

∑ �� ��� =

√ (∑ ��) . (∑ ��)

26

�� = �� � ��� %

� = Jumlah Variabel Terikat, yaitu

Kinerja

Untuk mengetahui tingkat hubungan yang dimana X1 adalah Penggunaan

Arsip Elektronik dan Y adalah Kinerja, maka koefisien diinterpretasikan

pada tabel pedoman, apakah hubungan ketiga variabel kuat atau lemah

(dapat dilihat pada tabel II.4) untuk diinterpretasi.

Tebel II.3.

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2013:212)

b. Koefisien Determinasi

Menurut Sugiyono (2013:212) “Koefisien Determinasi digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja

pegawai digunakan Koefisien Determinasi (KD) dihitung dengan

mengkuadratkan”.

Koefisien korelasi yang telah ditemukan dan selanjutnya dikalikan 100%,

dengan demikian rumusnya:

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi

27

� = � + ��

r = Koefisien Korelasi

5. Regresi Linear Sederhana

Sugiyono (2013:213) menjelaskan Regresi sederhana didasarkan pada

hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen (bebas) dengan

satu variabel dependen (terikat) persamaan regresi liniear sederhana adalah:

Keterangan:

Y = Subyek atau nilai variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstanta)

� = Angka arah atau koefiisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel

independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu