bab ii landasan teori · dilakukan dengan analisis 5c dan 7p. 15 adapun menurut subagyo (2015:28)...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kredit
2.1.1. Pengertian Kredit
Istilah Credit, berasal dari perkataan latin credo, yang berarti I Believe, I
Trust, saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. Perkataan credo berasal dari
kombinasi perkataan sansekerta cred yang berarti kepercayaan (trust) dan perkataan
latin do, yang berarti saya menaruh. Sesudah kombinasi tersebut menjadi bahasa
latin, kata kerjanya dan kata bendanya masing-masing menjadi credere dan creditum.
Meskipun banyak penulis mengemukakan bahwa credit berasal dari credere. Istilah
yang merupakan pasangan kredit merupakan utang (debt). Kredit dan utang
merupakan istilah-istilah untuk satu perbuatan ekonomi (perbuatan yang
menimbulkan akibat-akibat ekonomi) yang dilihat dari arah yang berlawanan.
Menurut Iskandar (2013:118) mengartikan kredit, adalah “piutang bagi Bank,
maka pelunasannya (repayment) merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh
debitur terhadap utangnya, sehingga resiko kredit macet dapat dihindarkan”.
Sedangkan menurut Mac Leod dalam Firdaus (2011:2) Credit is the personal
reputation a person has, in consequence of which he can buy money or goods or
labor, by giving in exchange for them, a promise to pay at a future time. Maksudnya
kredit adalah suatu reputasi yang dimiliki seseorang, yang memungkinkan ia bisa
memperoleh uang, barang-barang atau buruh/tenaga kerja, dengan jalan
menukarkannya dengan suatu janji untuk membayarnya di suatu waktu yang akan
datang.
8
Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa suatu fungsi pokok dari
kredit pada dasarnya adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan
masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan kegiatan usaha berbagai
bidang yang semua itu untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, dalam hal ini
mempermudah mendapatkan modal usaha.
2.1.2. Tujuan dan Fungsi Kredit
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit menurut Kasmir (2015:88),
terdiri dari:
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa
dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka
pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan,
maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan
pembangunan di berbagai sektor yang dapat menambah pemasukan pemerintah
dari sektor pajak, cukai, ekspor impor dan lain-lain.
9
Sedangkan tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi menurut Rivai
(2013:7), terdiri dari:
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari modal/uang
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, deposito, ataupun
tabungan. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh
bank. Para pengusaha menikmati kredit dari bank untuk memperluas atau
memperbesar usahanya, baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun
untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun usaha peningkatan produktivitas secara
menyeluruh.
2. Kredit meningkatkan daya guna suatu barang
Produsen dengan bantuan kredit dapat memindahkan barang dari suatu tempat
yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang yang
dipindahkan dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih
terasa pada dasarnya meningkatkan utility dari barang itu. Pemindahan barang
tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan pada distributor saja sehingga
mereka memerlukan bantuan permodalan dari bank berupa kredit.
3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Kredit yang disalurkan melalui rekening-rekening koran, pengusaha menciptakan
pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, giro bilyet, wesel,
promes, dan sebagainya melalui kredit. Peredaran uang kartal maupun giral akan
lebih berkembang karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga
10
penggunaan uang akan bertambah, baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif.
4. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu
berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya
akan selalu meningkat, tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan
peningkatan kemampuan. Oleh karena itu, pengusaha akan selalu berhubungan
dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya.
Bantuan kredit yang diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudian untuk
memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.
5. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi pada
dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk pengendalian inflasi, peningkatan
ekspor, rehabilitasi sarana, dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.
6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional
Pengusaha yang memperoleh kredit tentu saja berusaha untuk meningkatkan
usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini
secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan ke dalam
struktur permodalan, peningkatan akan berlangsung terus-menerus. Dengan
pendapatan yang terus meningkat, berarti pajak perusahaan pun akan terus
bertambah.
11
7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Bank sebagai lembaga kredit tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di
luar negeri. Melalui bantuan kredit hubungan antar negara pemberi dan penerima
kredit akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomian
dan perdagangan.
2.1.3. Unsur-unsur Kredit
Adapun unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
menurut Firdaus (2011:3), sebagai berikut:
1. Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa yang bersedia
untuk meminjamkan kepada pihak lain. Orang atau badan demikian lazim disebut
kreditur.
2. Adanya pihak yang membutuhkan atau meminjam uang, barang atau jasa. Pihak
ini lazim disebut debitur.
3. Adanya kepercayaan dari kreditur terhadap debitur.
4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur.
5. Adanya perbedaan waktu yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang
atau jasa oleh kreditur dengan pada saat pembayaran kembali dari debitur.
6. Adanya risiko yaitu sebagai akibat dari adanya unsur perbedaan waktu seperti
diatas, dimana masa yang akan datang merupakan sesuatu yang belum pasti, maka
kredit itu pada dasarnya mengandung risiko. Risiko tersebut berasal dari macam-
12
macam sumber, termasuk di dalamnya penurunan nilai uang karena inflasi dan
lain-lain.
7. Adanya bunga yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur (walaupun ada
kredit yang tidak berbunga).
2.1.4. Jenis-jenis Kredit
Menurut Kasmir (2015:120), beberapa kategori kredit dapat dibedakan dalam
beberapa hal, yaitu:
1. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit Produktif, kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau
jasa.
b. Kredit Konsumtif, kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.
Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan,
karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan
usaha.
c. Kredit Perdagangan, merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangannya seperti untuk membeli
barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut.
13
2. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau
paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun
dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.
c. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka
panjang waktu pengembaliannya diatas tiga tahun atau lima tahun.
3. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak
berwujud atau jaminan orang.
b. Kredit tanpa jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang
atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,
karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan
dengan bank atau pihak lain.
4. Dilihat dari segi sektor usaha
a. Kredit Pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan
atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka
panjang.
14
b. Kredit Peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya
peternakan ayam dan jangka panjang ternak kambing atau ternak sapi.
c. Kredit Industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri,
baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.
d. Dan sektor-sektor lainnya.
5. Dilihat dari segi kualitas menurut Fahmi (2009:8) adalah:
a. Kredit Performing, dikategorikan kepada dua kualitas yaitu pertama kredit
dengan kualitas lancar dan kredit dengan kualitas yang harus mendapat
perhatian khusus.
b. Kredit Non Performing, kredit yang dikategorikan dalam tiga kualitas yaitu
pertama kredit dengan kualitas yang kurang lancar, kedua kredit dengan
kualitas yang diragukan dan ketiga kredit macet atau yang biasa disebut
dengan bad debt.
2.1.5. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Dalam melakukan penelitian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap
sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar
penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan
oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,
dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.
15
Adapun menurut Subagyo (2015:28) penjelasan untuk analisis dengan 5C
kredit, yaitu:
a. Character
Yang dimaksud character untuk kepentingan analisis kredit adalah sifat atau
watak calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada Bank
bahwa sifat atau watak dan calon debitur dimaksud dapat dipercaya. Keyakinan ini
tercermin dan latar belakang calon debitur, misalnya latar belakang pekerjaan, cara
atau gaya hidup yang dianutnya, keluarga, hobi dan lainnya.
b. Capacity
Yang dimaksud dengan Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam
membayar kreditnya dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnisnya untuk
memperoleh laba, sehingga akan terlihat kemampuan debitur dalam
mengembalikan kredit. Semakin baik yang bersangkutan mengelola bisnis maka
akan semakin besar pendapatan usaha yang akan diperoleh dan tentunya semakin
besar pula laba usahanya.
c. Capital
Merupakan proses untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki
calon debitur atas rencana usaha yang akan dibiayai Bank. Bahwa setiap calon
debitur yang mengajukan permohonan kredit kepada Bank harus menyediakan
modal dan dana miliknya sendiri yang merupakan kewajiban yang harus
dipenuhinya.
16
d. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon debitur, baik yang bersifat fisik maupun
non fisik. Nilai jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang akan diberikan,
juga harus diteliti keabsahannya, penguasaan dokumennya, penguasaan fisiknya,
kemudahan untuk dilikuidasi dan hal lainnya diteliti secara cermat, karena jaminan
merupakan pelindung atau jalan keluar bagi Bank dan risiko kredit.
e. Condition
Merupakan penilaian kondisi ekonomi sekarang dan prediksi masa datang sesuai
sektor atau subsektor usaha masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang
kurang stabil pemberian kredit untuk sektor tertentu sebaiknya dihentikan sampai
dengan perekonomian membaik, atau jikapun tetap akan diberikan harus ada
jaminan prospek masa depannya akan membaik.
Selanjutnya, penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P
kredit menurut Subagyo (2015:138) dengan unsur penilaian, sebagai berikut:
a. Personality
Merupakan penilaian calon debitur dan aspek kepribadiannya atau tingkah lakunya
sekarang dan masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, dan respon
dalam menghadapi suatu nasabah.
b. Party
Merupakan pengklasifikasian calon debitur berdasarkan variabel tertentu, seperti
modal, loyalitas, dan karakternya. Dengan demikian calon debitur dapat
dimasukkan dalam klasifikasi tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang
17
berbeda dengan kredit untuk pengusaha yang kuat modalnya, baik dan segi
jumlah, bunga dan persyaratan lainnya.
c. Purpose
Merupakan analisis untuk mengetahui tujuan calon debitur dalam mengambil
kredit. Tujuan tersebut dapat berupa jenis kredit yang diinginkan, apakah untuk
konsumtif, investasi atau tujuan perdagangan. Selain memperhatikan hal-hal
diatas, Bank juga menilai tujuan penggunaan kredit dan rencana pengembangan
kreditnya serta urgentsi dan kredit yang diminta.
d. Prospect
Merupakan penilaian usaha nasabah di masa yang akan datang, apakah
menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
Penilaian ini sangat penting, karena jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tidak
mempunyai prospek, bukan hanya Bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. Untuk
itu Bank harus menganalisis keadaan pasar baik masa lalu maupun yang akan
datang, sehingga masa depan pemasaran produk dan perusahaan calon debitur
yang akan dibiayai Bank dapat diketahui.
e. Payment
Merupakan penilaian untuk mengetahui cara dan sumber dana calon debitur dalam
mengembalikan kreditnya kepada Bank. Semakin banyak sumber penghasilan
dananya maka akan semakin baik bagi Bank. Sehingga jika salah satu usahanya
bermasalah dapat ditutupi dan sumber penghasilan lainnya.
18
f. Profitability
Merupakan penilaian kemampuan calon debitur dalam mencari laba. nasabah
dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap
sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperoleh calon debitur dan Bank.
g. Protection
Merupakan analisis yang bertujuan menjaga kredit yang disalurkan dengan melalui
suatu perlindungan tertentu, seperti dengan berbagai jaminan kebendaan, jaminan
orang atau asuransi. Asuransi dalam rangka kredit perbankan dapat berupa
asuransi jiwa debitur, asuransi kredit dan asuransi jaminan kredit.
2.2. Kredit Bermasalah
2.2.1. Pengertian Kredit Bermasalah
Dalam penyaluran kredit, tidak selamanya kredit yang diberikan bank kepada
debitur akan berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan di dalam perjanjian
kredit. Kondisi lingkungan eksternal dan internal (dari sisi nasabah/debitur dan dari
sisi bank), dapat mempengaruhi kelancaran kewajiban debitur kepada bank sehingga
kredit yang telah disalurkan kepada debitur berpotensi atau menyebabkan kegagalan.
Menurut IBI (2015:91) kredit bermasalah adalah “kredit dimana pembayaran
kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali
yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit sehingga
belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh bank.
19
Menurut Mahmoeddin (2010:2) ada berbagai definisi mengenai kredit bermasalah,
terdiri dari:
1. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak lancar.
2. Kredit bermasalah adalah kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan
yang telah diperjanjikan sebelumnya, misalnya persyaratan mengenai pembayaran
bunga, pengembalian pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan
dan peningkatan agunan dan sebagainya.
3. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak menempati jadwal angsuran, sehingga
terjadi tunggakan.
4. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak menepati janji pembayaran, sehingga
memerlukan tindakan hukum untuk menagihnya.
5. Kredit bermasalah adalah kredit yang mengandung potensi untuk merugikan bank.
6. Kredit bermasalah adalah kredit yang berpotensi menunggak dalam satu waktu
tertentu.
Ada beberapa pihak yang memberikan pengertian kredit bermasalah, yaitu:
pengertian umum, pengertian khusus, pengertian konsep perbankan, pengertian
konsep akuntansi.
a. Pengertian umum atau secara luas, kredit bermasalah adalah kredit yang tidak
lancar atau kredit yang dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang
diperjanjikan, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengambilan
pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikat dan peningkatan agunan
dan sebagainya.
20
b. Pengertian khusus, menurut pengertian khusus atau menurut pengertian pihak
perbankan (terutama cabang asing di Indonesia) menganggap suatu kredit
bermasalah apabila debitur tidak memasukan laporan yang dijanjikannya,
misalnya:
1. Laporan keuangan bulanan.
2. Laporan keuangan tahunan yang dibuat sendiri maupun yang sudah diaudit oleh
akuntan public.
3. Laporan produksi yang persediaan bulanan, dan seterusnya.
Jadi, meskipun bunga angsuran pokok dibayar secara teratur, tetapi jika
kewajiban pelaporan dan pendokumentasian tidak terpenuhi, maka bank mulai
mengklasifikasikan pinjaman. Dengan kata lain perkataan bank menganggap
semua classified loans sebagai kredit bermasalah, dimana classified loans
bukan saja terdiri atas pinjaman kurang lancar (substandard), diragukan
(doubtful) dan macet (loss), tetapi juga yang especially mentioned (sumber: Drs.
Theodorus M. Tuanakotta MBA: Accounting Financial Reporting dan
Regulatory Issues sehubungan dengan Kredit).
c. Pengertian konsep perbankan, menurut pengertian bank tertentu definisi kredit
bermasalah adalah kredit yang berada dalam klasifikasi diragukan dan macet (non-
performing loan). Istilah “diragukan” dan “macet” disini mengacu pada ketentuan
Bank Indonesia yang dianut oleh perbankan Indonesia.
21
d. Pengertian konsep akuntansi, menurut konsep akuntansi, kredit bermasalah
menyisihkan sebagian keuntungannya guna menghadapi risiko kegagalan
pengembalian kredit.
2.2.2. Penilaian Kesehatan Bank
Menurut Pandia (2009:36) Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.
30/12/KEP/DIR Tahun 1997 penilaian kesehatan Bank adalah parameter yang
digunakan oleh Bank Indonesia, untuk melihat/menilai apakah Bank di bawah
pengawasan dan pembinaannya tersebut sudah menjalankan misinya dengan baik,
sehingga tidak merugikan masyarakat atau dengan kata lain melindungi kepentingan
masyarakat. Dan dalam penilaian kesehatan tersebut, Bank Indonesia melakukan
pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan kualitatif yang dimaksud tersebut adalah
dengan melakukan penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva
produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Seluruh faktor dan komponen yang
dinilai tersebut akan dinilai dengan sistem kredit (reward system) yang dinyatakan
dalam nilai kredit 0 (nol) sampai dengan 100 (seratus) dan kemudian diberikan bobot
sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan bank. Sehingga dapat
ditetapkan predikat tingkat kesehatan bank tersebut dengan predikat:
1. Sehat dengan nilai kredit 81 sampai dengan 100.
2. Cukup sehat dengan nilai kredit 66 sampai dengan kurang dari 81.
3. Kurang sehat dengan nilai kredit 51 sampai dengan kurang dari 66.
4. Tidak sehat dengan nilai kredit 0 sampai dengan kurang dari 51.
22
Predikat yang diberikan dari hasil penilaian kesehatan tersebut dapat
diturunkan apabila terjadi, antara lain:
1. Perselisihan intern.
2. Campur tangan pihak di luar bank, dalam kepengurusan (manajemen) bank.
3. Terbukti adanya window dressing dalam pembukuan dan atau laporan bank.
4. Praktik bank dalam bank atau melakukan usaha bank di luar pembukuan bank.
5. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memenuhi
kewajibannya pada pihak ketiga.
6. Praktik perbankan lainnya yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
2.2.3. Kolektibilitas Kredit
Menurut Mahmoeddin (2010:10) “kolektibilitas kredit adalah penggolongan
pinjaman berdasarkan keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga
oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang masih
ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya”.
Menurut Ismail (2012:223) kolektibilitas kredit dibagi menjadi 5 (lima), yaitu:
1. Kredit Lancar
Kredit lancar adalah kredit yang tidak terdapat tunggakan. Setiap tanggal jatuh
tempo angsuran, debitur dapat membayar pinjaman pokok maupun bunga.
2. Kredit Dalam Perhatian Khusus
23
Kredit dalam perhatian khusus adalah penggolongan kredit yang tertunggak baik
angsuran pokok dan pembayaran bunga, akan tetapi tunggakannya sampai dengan
90 hari (tidak melebihi 90 hari kalender).
3. Kredit Kurang Lancar
Kredit kurang lancar terjadi bila debitur tidak dapat membayar angsuran pinjaman
pokok dan atau pembayaran bunga antara 91 hari sampai dengan 180 hari.
4. Kredit Diragukan
Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat membayar angsuran
pinjaman pokok dalam dan atau pembayaran bunga antara 181 hari sampai dengan
270 hari.
5. Kredit Macet
Kredit macet terjadi bila tidak mampu membayar berturut-turut lebih dari 270 hari.
2.2.4. Sebab-sebab terjadinya kredit bermasalah
Menurut IBI (2015:92) terkait dengan kondisi internal, kegagalan debitur
dalam memenuhi kewajibannya kepada bank yang menyebabkan kredit menjadi
bermasalah (NPL), dapat dilihat dari dua sisi (dari sisi debitur dan dari sisi bank),
sebagai berikut:
b. Dari sisi debitur
1) Sikap kooperatif debitur menurun dan adanya itikad yang kurang baik dari
debitur atau manajemen perusahaan.
24
2) Kredit yang diterima tidak digunakan untuk tujuan yang seharusnya
sebagaimana yang diperjanjikan dengan bank.
3) Strategi usaha tidak tepat.
4) Konflik di dalam manajemen, organisasi dan kepegawaian (untuk debitur yang
merupakan badan usaha) yang berpengaruh terhadap aktivitas bisnis
perusahaan.
c. Dari sisi bank
1) Analisis kredit yang kurang memadai dari bank sehingga terjadinya
ketidaktepatan dalam penilaian risiko dan mitigasinya, serta timbulnya over
financing (kredit yang diberikan lebih besar dari kebutuhan debitur).
2) Pemantauan terhadap fasilitas kredit yang telah diberikan kepada debitur
kurang memadai (lemah).
3) Adanya fraud yang dilakukan oleh karyawan bank terkait dengan penyaluran
kredit kepada debitur.
4) Penguasaan agunan yang lemah, baik dari objek/fisik agunan maupun
pengikatannya.
Banyak sekali jenis gejala bakal timbulnya kredit bermasalah. Namun gejala
umum yang seringkali muncul menurut Sutojo (2008:31), adalah:
a) Penyimpangan dari ketentuan perjanjian kredit,
b) Penurunan kondisi keuangan debitur,
c) Penyajian laporan dan bahan masukan lain secara tidak benar,
d) Menurunnya sikap kooperatif debitur,
25
e) Penurunan nilai jaminan yang disediakan,
f) Tingginya frekuensi pergantian tenaga inti dan,
g) Timbulnya problem keluarga atau pribadi debitur yang serius.
2.2.5. Pembinaan Kredit Bermasalah
Pembinaan kredit bermasalah merupakan upaya awal yang dilakukan terhadap
debitur kredit bermasalah sehingga dapat menjaga dan mengamankan kepentingan
bank atas fasilitas kredit yang telah disalurkan, serta dapat memperoleh hasil yang
optimal, maka perlu dilakukan penagihan secara intensif terhadap debitur bermasalah
oleh bank yang juga dapat dikategorikan sebagai upaya pembinaan, sebelum masuk
dalam langkah penyelamatan.
Langkah yang dapat dilakukan dalam tahapan pembinaan kredit bermasalah
menurut IBI (2015:94), antara lain:
1. Melakukan pendampingan kepada debitur bermasalah. Pendampingan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah permasalahan kredit yang terjadi murni karena
aktivitas usaha (risiko bisnis) atau karena kecurangan yang dilakukan debitur
terhadap fasilitas kredit yang telah diterimanya (tidak sesuai dengan tujuan
diberikannya kredit). Jika terkait permasalahan aktivitas usaha, pendampingan
yang dilakukan bank dengan memberikan alternatif masukan atau solusi yang
dapat membantu debitur keluar permasalahan usaha yang dialaminya.
2. Selain itu, aktivitas pembinaan juga termasuk dalam hal melakukan aktivitas
penagihan secara intensif terhadap debitur bermasalah.
26
2.2.6. Penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah
Penyelamatan kredit bermasalah adalah serangkaian tindakan yang dapat
dilakukan bank terhadap debitur bermasalah untuk dapat memperbaiki kinerja usaha
debitur yang bersangkutan dan kualitas kreditnya, yang didasarkan atas hasil analisis
bank, debitur tersebut masih mempunyai prospek terkait aktivitas usaha yang
dijalaninya dan dapat melaksanakan kewajibannya kepada bank sehingga dapat
menjaga kepentingan bank dan melindungi bank dari potensi risiko yang lebih besar.
Tindakan yang dapat dilakukan bank dalam penyelamatan kredit bermasalah
menurut IBI (2015:95), antara lain:
1. Rescheduling (Penjadwalan Ulang)
Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau
jangka waktu termasuk masa tenggang (grace period) dan perubahan besarnya
angsuran kredit. Bentuk rescheduling, adalah:
a. Perpanjangan jangka waktu kredit.
b. Perpanjangan jangka waktu pelunasan tunggakan bunga.
c. Perpanjangan jangka waktu pelunasan utang pokok dan atau tunggakan
angsuran kredit.
d. Perpanjangan jangka waktu pelunasan utang pokok dan atau tunggakan
angsuran, tunggakan bunga, serta perubahan jumlah angsuran.
e. Perpanjangan jangka waktu pelunasan utang pokok dan tunggakan bunga
kredit.
2. Reconditioning (Persyaratan Ulang)
27
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat kredit yang tidak terbatas pada
perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan
pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya.
Bentuk reconditioning, adalah:
a. Perubahan tingkat suku bunga.
b. Pemberian keringanan tunggakan bunga.
c. Perubahan struktur permodalan perusahaan nasabah.
d. Perubahan syarat disposisi kredit.
e. Penambahan jaminan.
3. Restructuring (Penataan Ulang)
Yaitu upaya penyelamatan dengan melakukan perubahan syarat-syarat kredit
yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian
tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru atau konversi seluruh atau sebagian
dari kredit menjadi equity perusahaan dan equity bank, yang dilakukan dengan
atau tanpa rescheduling atau reconditioning.
Bentuk restructuring, adalah:
a. Penambahan kredit investasi pada alat-alat produksi dalam rangka
meningkatkan kapasitas produksi yang optimal atau dalam rangka
meningkatkan efisiensi usahanya.
b. Penambahan kredit modal kerja untuk dapat meningkatkan usahanya secara
optimal.
c. Mengadakan penjualan aktiva yang tidak produktif untuk menambah modal
28
kerja atau investasi pada alat-alat produksi yang lebih tepat guna untuk
menurunkan baki debit atau tunggakan bunga.
d. Penjualan aset yang tidak begitu pengaruh terhadap operasi perusahaan.