bab ii landasan teori dasar -...

40
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Supervisi Manajerial di Sekolah Dasar Dalam panduan pelaksanaan tugas pengawas sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009:20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi, kualitas, dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi, dan hasil sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai (1) penghubung dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) pengawas dalam mengklasifikasi kelemahan dan menganalisa potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan kualitas sekolah, dan (4) mengkaji terhadap pemaknaan hasil pengawas. 13

Upload: lynhu

Post on 13-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Manajemen Supervisi Manajerial di Sekolah

Dasar

Dalam panduan pelaksanaan tugas pengawas

sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan,

2009:20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah

supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan

sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan

efisiensi, kualitas, dan efektivitas sekolah yang mencakup

perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian,

pengembangan kompetensi, dan hasil sumberdaya

manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya.

Dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas

sekolah/madrasah berperan sebagai (1) penghubung dan

negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,

pengembangan manajemen sekolah, (2) pengawas dalam

mengklasifikasi kelemahan dan menganalisa potensi

sekolah, (3) pusat informasi pengembangan kualitas

sekolah, dan (4) mengkaji terhadap pemaknaan hasil

pengawas.

13

Di atas telah disebutkan bahwa inti kegiatan

supervisi manajerial adalah pengawasan dan pembinaan

terhadap pengelolaan dan administrasi sekolah. Dengan

demikian fokus supervisi ini ditujukan pada pelaksanaan

bidang garapan manajemen sekolah, yang antara lain

meliputi:(a) manajemen kurikulum sekolah dan

pembelajaran sekolah,(b) kesiswaan,(c) sarana dan

prasarana sekolah,(d) tenaga pendidik,(e) keuangan

sekolah,(f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan(g)

pelayanan khusus.

Dalam melaksanakan supervisi terhadap hal-hal di

atas, pengawas diharuskan melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang

meliputi delapan komponen, yaitu:(a) standar isi

sekolah,(b) standar kompetensi lulusan sekolah,(c) standar

proses pembelajaran,(d) standar pendidik dan tenaga

kependidikan,(e) standar sarana dan prasarana sekolah,(f)

standar pengelolaan sekolah,(g) standar pembiayaan,

dan(h) standar penilaian.

Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut

adalah agar sekolah terakreditasi dengan maksimal dan

dapat memenuhi standar nasional pendidikan.

Hal penting lainnya dalam supervisi manajerial oleh

pengawas terhadap sekolah, adalah berkaitan pengelolaan

atau pengaturan sekolah. Sebagaimana diketahui dalam

satu dekade terakhir telah dikembangkan rancangan

manajemen berbasis sekolah (MBS), sebagai bentuk

pandangan baru pengelolaan dari pusat ke instansi

dibawahnya yang memberikan otonomi kepada pihak

sekolah dan meningkatkan peran serta masyarakat

(Sudarwan Danim, 2006: 4) Pengawas dituntut dapat

menjelaskan sekaligus mengintroduksi model inovasi

manajemen ini sesuai dengan konteks sosial budaya serta

kondisi internal masing-masing sekolah.

2.1.1. Pengertian Supervisi Manajerial

Supervisi adalah suatu kegiatan dalam bentuk

bimbingan atau pembinaan yang dilakukan oleh pengawas

dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga

kependidikan lainnya guna untuk meningkatkan mutu dan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran

disuatu sekolah. Supervisi yang dimaksudkan dipusatkan

pada dua aspek yakni manajerial dan akademik.

Supervisi manajerial mengfokuskan pada observasi

secara langsung pada segi pengelolaan dan administrasi

sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting)

terlaksananya pembelajaran di suatu instansi pendidikan .

Sedangkan supervisi akademik mengfokuskan pada

observasi supervisor terhadap kegiatan akademik, berupa

pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

Dalam pedoman pelaksanaan tugas pengawas

sekolah/madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan,

2009:20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah

supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan

sekolah yang dilaksanakan secara obyektif, langsung dan

terus menerus ( berkesinambungan) tanpa membedakan

mana yang bersifat kelompok atau perorangan bertujuan

untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang

mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,

penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya

manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya.

Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas

sekolah/madrasah berperan sebagai : (1) mentor sekaligus

pembina yang diharapkan dapat merealisasikan progam

yang telah disusun dalam proses perencanaan, koordinasi,

pengembangan manajemen sekolah, (2) pengawas dalam

menentukan kelemahan dan menganalisa potensi sekolah,

(3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4)

penilai yang tangguh terhadap hasil binaan dari

pengawas.

2.1.2. Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial

Beberapa prinsip yang harusdiperhatikan dalam

supervisi manajerial, sebagai berikut :

1. Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat menguasai,

dimana ia bertindak sebagai atasan dan kepala

sekolah/guru sebagai bawahan.

2. pengawas harus mampu menciptakan hubungan

kemanusiaan yang nyaman dengan kepala sekolah, .

Hubungan kemanusiaan yang diciptakan harus bersifat

terbuka, kesetiakawanan dan informal.

3. Pengawas dalam melakukan penilaian pada sekolah

harus dilaksanakan dengan cara berkesinambungan.

Penilaian bukan tugas yang sifatnya sambilan yang

hanya dilakukan sewaktu-waktu,tapi harus benar- benar

disempatkan.

4. Pengawas dalam melakukan penilaian harus adil,

pengawas tidak boleh menguasai pelaksanaan

supervisi. Titik tekan supervisi yang adil adalah aktif

dan berkesinambungan.

5. Program penilaian harus sesuai.Didalam setiapinstansi

organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam

sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu untuk

kemajuan pendidikan.

6. Penilaian harus komprehensif, program penilaian harus

mencakup seluruh aspek karena pada dasarnya suatu

aspek akan selalu berkaitan antara aspek yang satu

dengan yang lainnya.

7. Penilaian harus membangun. Penilaian bukan untuk

mencari kesalahan-kesalahan guru,tetapi harus selalu

mendukung atau memberi semangat pada guru.

8. Penilaian harus obyektif. Dalam menyusun

melaksanakan dan mengkaji, keberhasilan program

penilaian harus obyektif. Obyektivitas dalam

penyusunan program berarti bahwa program supervisi

itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan

nyata yang dihadapi sekolah.(Depdiknas 2009 : 16)

Peningkatan mutu pendidikan khususnya jenjang

pendidikan disekolah dasar memerlukan adanya guru,

kepala sekolah dan pengawas sekolah yang profesional.

Kepala sekolah diharapkan menjadi penggerak dan

kekuatanyang selalu memberi semangat dan dukungan

untuk membimbing memberi panutan serta menggerakkan

para pendidik dan tenaga pendidikan yang lainya yang ada

disekolahnya. Salah satu tugas kepala sekolah adalah

mengelola dan menjembatani kegiatan sekolah agar mutu

layananya meningkat.Salah satu tugas kepala sekolah

adalah menjadwal dan melaksanakan pengawasan secara

berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan sekolah yang

maksimal maka kepala sekolah seharusnyamengutamakan

kepentingan pendidikan yang ilmiah mutlak perlu

mengetahui secara benar serta mampu melaksanakan

koreksi diri terhadap sekolah.

Denganpersiapan dan pendampingan partisipatif

dalam persiapan akreditasi maka kepala sekolah

akanmampu meningkatkan kompetensi manajerialnya

secara menyeluruh, bermakna, dan maksimal.

Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah perlu

dilakukan persiapan yang mencakup 8 standar nasional

pendidikan untuk ditindaklanjuti dalam kegiatan

disekolah.

2.1.3. Metode Supervisi Manajerial

2.1.3.1. Monitoring dan evaluasi

Metode utama yang harusdilakukan oleh

pengawas satuan pendidikan dalam supervisi

manajerial tentu saja adalah monitoring dan

tindak lanjut.

1. Monitoring

Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan

untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan

penyelenggaran sekolah.Apakah sudah sesuai dengan

rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan,

serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi

dalam pelaksanaan program (Rochiat, 2008:115).

2. Tindak Lanjut

Kegiatan tindak lanjut ditujukanuntuk mengetahui

sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan

sekolah atau sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai

dalam kurun waktu tertentu. Tujuan tindak lanjut

utamanya adalah untuk a) mengetahui tingkat

keterlaksanaan program, b) mengetahui keberhasilan

program, c) mendapatkan bahan/masukan dalam

perencanaan tahun berikutnya dan d) memberikan

penilaian terhadap sekolah.

2.1.3.2. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group

Discussion)

Sesuai dengan pandangan baru manajemen sekolah

yang dimaksudkan yaitu pemberdayaan dan peran serta,

maka penilaian keberhasilan atau kegagalan sebuah

sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai

standar bukan hanya menjadi tanggungjawab

pengawas.Hasil monitoring yang dilakukan pengawas

hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak

sekolah, terutama kepada sekolah, komite sekolah, dan

guru.Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan

koreksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri

faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini

mereka rasakan.Forum untuk ini dapat berbentuk Focus

Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur

stakeholder sekolah.Diskusi kelompok terfokus ini dapat

dilakukan dalam beberapa kali putaran sesuai dengan

kebutuhan sekolah. Tujuan dari FGD adalah untuk

menyatukan pandangan stakeholder mengenai kelebihan

dan kelemahan sekolah, serta menentukan langkah

strategis maupun operasional yang akandiambil untuk

memajukan sekolah,maka dari itu kepala sekolah akan

berusaha untuk melengkapi kekurangannya.

2.1.3.3. Metode Delphi

Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas

dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi

dan tujuannya.Sesuai dengan konsep MBS.Dalam

merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan

tujuan yang jelas dan realitis yang digali dari kondisi

sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan

seluruh stakeholder.

2.2. Pendampingan Partisipatif

2.2.1. Pengertian Pendampingan

Kegiatan yang dilakukan oleh pengawas secara terus

menerus (berkelanjutan) dan sistematis dalam menfasilitasi

individu/kelompok/komunitas anak-anak untuk

mengembangkan diri mereka, memberikan ketrampilan

dalam mengatasi permasalahan dan membantu

menyiapkan kemampuan-kemampuan dan ketrampilan-

ketrampilan yang dibutuhkan untuk masa depan mereka

dan juga individu/kelompok/komunitas orang dewasa

untuk membantu mereka menciptakan lingkungan yang

mendukung dan menguatkan bagi anak. Yayasan Pulih

(2011).

Upaya terus menerus dan sistematis dalam

mendampingi (memfasilitasi) individu, kelompok maupun

komunitas dalam mengatasi permasalahan dan

menyesuaikan diri dengan kesulitan hidup yang dialami

sehingga mereka dapat mengatasi permasalahan tersebut

dan mencapai perubahan hidup ke arah yang lebih

baik.Yayasan Pulih (2011).

Pendampingan merupakan proses interaksi timbal

balik (tidak satu arah) antara individu/kelompok/

komunitas yang mendampingi dan individu/

kelompok/komunitas yang didampingi yang bertujuan

memotivasi dan mengorganisir individu/kelompok/

komunitas dalam mengembangkan sumber daya dan

potensi orang yang didampingi dan tidak menimbulkan

ketergantungan terhadap orang yang mendampingi

(mendorong kemandirian). Yayasan Pulih (2011)

Pendampingan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk

maupun situasi dengan pendekatan yang beragam baik

formal maupun non formal, individu, kelompok maupun

komunitas.

2.2.2. Langkah-Langkah Pendampingan

a. Penentuan tujuan

Sekolah menentukan tujuan melalui rapat sekolah

yang dihadiri oleh seluruh warga sekolah terdiri atas 1)

Kepala sekolah, 2) Dewan guru, 3) Komite sekolah, 4)

Tokoh masyarakat dan pengawas sekolah. Untuk

menentukan tujuan dari kegiatan persiapan akreditasi

sekolah.

b. Perencanaan dan persiapan akreditasi.

Dalam perencanaan persiapan akreditasi dilakukan

langkah-langkah1) membentuk Tim Pengembang Sekolah

(TPS), 2) merancang jadwal persiapan kegiatan dengan

dilengkapi tupoksi masing-masing bagian, 3)

mengkelompokkan dan menentukan prioritas kegiatan.

c. Pelaksanaan akreditasi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan

pelaksanaan akreditasi sekolah 1) penjelasan tentang

akreditasi sekolah, 2) mengkaji instrumen akreditasi

sekolah, 3) mengisi instrumen akreditasi sekolah sesuai

panduan akreditasi sekolah.

d. Umpan balik pendampingan persiapan akreditasi.

Kegiatan pendampingan dilakukan oleh pengawas

dan melibatkan komite sekolah dilakukan sesuai jadwal

kegiatan yang sudah diprogram dengan langkah-langkah

sebagai berikut : 1) penentuan tujuan akreditasi, 2)

perencanaan kegiatan akreditasi, 3) Program dilaksanakan

dengan tahapan a. Pra pendampingan akreditasi, sosialisasi

akreditasi, observasi, fasilitasi dan pertemuan akreditasi. b.

pendampingan partisipatif meliputi mengisi instrumen

akreditasi, menghitung pengskoran nilai akreditasi,

melengkapi data dan dokumen yang diperlukan dalam

akreditasi, pembagian tugas untuk 8 standar yang di

akreditasikan. 4) umpan balik kegiatannya berupa evaluasi

dan refleksi hasil pengisian instrumen akreditasi

berdasarkan bukti fisik yang ada. 5) Rencana

TindakLanjut (RTL) kegiatan ini untuk menindaklanjuti

hasil kegiatan yang telah dilakukan untuk persiapan

pelaksanaan akreditasi sekolah.

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang efektif

dapat dipandang sebagai suatu proses yang dapat

digunakan oleh pengawas dan kepala sekolah untuk

membayangkan, menvisualisasikan masa depan

sekolahnya, kemudian mengembangkan struktur, staf,

prosedur, operasional, serta pengendaliannya sehingga

secara gemilang sekolah mampu mewujudkan visi dan

misinya. (Permendiknas RI No. 11 Tahun 2009

Pendampingan persiapan akreditasi sekolah ini

dilakukan oleh pengawas sekolah sesuai dengan program

yang sudah disampaikan kepada warga sekolah.Untuk

pelaksanaan pendampingan terlebih dahulu disepakati

jadwal dan kegiatannya.

Materi pendampingan disampaikan melalui

pertemuan, diskusi, sharing dan tindaklanjut.

Kegiatannya berupa pengisian instrumen akreditasi,

cara menghitung atau pengskoran perolehan klasifikasi

nilai dan buku instrumen pengumpulan data dan informasi

pendukung akreditasi sekolah.

2.3. Akreditasi Sekolah

Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara

bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, perlu dilakukan strategi dan sekaligus

membangun sistem pengendalian mutu pendidikan melalui

empat program yang terintegrasi, yaitu standarisasi,

evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.Standarisasi pendidikan

haruslah dimaknai sebagai upaya penyamaan arah

pendidikan secara nasional yang memiliki keleluasaan dan

sekaligus keluwesan dalam implementasinya.Standar

pendidikan harus dijadikan acuan oleh pengelola

pendidikan, yang menjadi pendorong tumbuhnya inisiatif

dan kreativitas dalam mencapai standar yang ditetapkan.

Akreditasi sekolah mempunyai pengertian sebagai

proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan

dan kinerja lembaga atau suatu program pendidikan

sebagai bentuk akuntabilitas publik, alat regulasi diri (self

regulation) sehingga suatu sekolah mengenal kekuatan dan

kelemahan serta terus menerus meningkatkan kekuatan

dan memperbaiki kelemahannya. Pengertian ini

memberikan makna bahwa akreditasi merupakan suatu

pengakuan terhadap standar kelayakan suatu sekolah

berdasarkan aturan yang baku.

Dari pendapat-pendapatdiatas dapat disimpulkan

bahwa akreditasi merupakan alat regulasi diri (self-

regulation) agar sekolah mengenal kelebihan dan

kelemahan serta melakukan upaya yang terus menerus

untuk meningkatkan kelebihan dan memperbaiki

kelemahannya. Dengan demikiandapat dikatakan bahwa

proses akreditasi adalah penilaian terhadap kualitas suatu

sekolah secara kelanjutan. Akreditasi dalam makna

adalahhasil menyatakan bahwa suatu sekolah telah

memenuhi standar kelayakan pendidikan yang telah

ditentukan.

Hal tersebut dipertegas oleh Uandang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 BAB XVI Pasal 60 tentang

akreditasi yang berbunyi:

1. Akreditasi dilakukan untuk menentukan

kelayakan program dan satuan pendidikan pada

jalur pendidikan formal dan nonformal pada

setiap jenjang dan jenis pendidikan.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan

pendidikan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau

lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk

akuntabilitas publik.

3. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang

bersifat terbuka.

4. Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat

(3)diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

Akreditasi sekolah juga didasarkan padaKeputusan

Menteri Pendidikan Nomor 087/U/2002tanggal 4 Juni

2002 tentang Akreditasi Sekolah danKeputusan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor039/0/2003 tentang Badan

Akreditasi Sekolah Nasional(BASN). BASN merupakan

satu-satunya badanakreditasi yang ditunjuk dan diberi

kewenangan oleh pemerintah untuk mengakreditasi

sekolah.

Untuk sekolah sebagai institusi, hasil akreditasi

memiliki makna yang penting sebagai: (1) acuan dalam

upaya peningkatan kualitas sekolah dan rencana

pengembangan sekolah, (2) masukan untuk pemberdayaan

dan pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka

menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan

program sekolah, (3) pendorong motivasi untuk sekolah

agar terus meningkatkan kualitas sekolahnya secara

bertahap, terencana, dan kompetitif ditingkat Kabupaten/

Kota, Propinsi, Nasional, bahkan Regional dan

Internasional, (4) Bahan informasi bagi sekolah dan

masyarakat untuk meningkatkan dukungan dari

pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam hal

profesionalisme, moral, tatanan dan pendanaan.

Mengingat yang diakreditasi adalah sekolah

yangmerupakan sistem dari berbagai komponen dan saling

terkait dalam pencapaian komponen sekolah, maka sesuai

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

087/V/2002 tanggal 14 Juni 2004 tentang Akreditasi

Sekolah, komponen sekolah yang menjadi bahan penilaian

adalah yang dikembangkan dari kualitas sekolah yaitu

kurikulum dan proses belajar mengajar, manajemen

sekolah, organisasi / kelembagaan sekolah, sarana dan

prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran

serta masyarakat dan lingkungan/kultur sekolah. Setiap

komponen terdiri atas berbagai aspek dan indikator.

Kurikulum dan proses belajar mengajarterdiri 40 Indikator

Utama (IU) dan 15 indikator tambahan

(IT).Administrasi/manajemen sekolah terdiri dari 15 IU

dan 15 IT, organisasi/kelembagaan sekolah 5 IU dan 5 IT,

sarana dan prasarana 10 IU dan 5 IT, peserta didik 10 IU

dan 5 IT, peran serta masyarakat 10 TU dan 5 IT,

pembiayaan 5 IU dan 5 IT, lingkungan/kultur sekolah 10

IU dan 5 IT. Jika dijumlahkan, maka terdiri atas 115 IU

dan 70 IT.

Semua indikator tersebut merupakan butir dan

instrumen evaluasi diri yang harus dijawab sekolah untuk

menunjukkan bahwa sekolah mengajukan permohonan

pada BAS propinsi untuk SMA, dan BAS Kabupaten/Kota

untuk Sekolah Dasar. Untuk sekolah yang belum siap,

berdasarkan self evaluation mereka memperbaiki

kelemahan dan meningkatkan kekuatan yang dimiliki.

2.4. Tujuan Akreditasi Sekolah/Madrasah

Akreditasi sekolah/madrasah bertujuan untuk :

a. Memberikan informasi tentang kelayakan

sekolah/madrasah atau program yang dilaksanakannya

berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

b. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan

c. Memberikan masukkan tentang penjaminan kualitas

pendidikan kepada program dan jenjang pendidikan

yang diakreditasi dari pihak terkait.

Manfaat hasil akreditasi sekolah/madrasah sebagai

berikut :

a. Membantu sekolah/madrasah dalam menentukan dan

mempermudah kepindahan peserta didik dari suatu

sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru, dan

kerjasama yang saling menguntungkan.

b. Membantu mengidentifikasi sekolah/madasah dan

program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah,

investasi dana swasta dan donatur atau bentuk bantuan

lainnya.

c. Pedoman dalam upaya peningkatan kualitas

sekolah/madrasah dan rencana pengembangan

sekolah/madrasah.

d. Umpan balik salam usaha pemberdayaan dan

pengembangan kinerja warga sekolah/madrasah dalam

rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi,

dan program sekolah/madrasah.

e. Motivator agar sekolah/madrasah terus meningkat

kualitas pendidikan secara bertahap, terencana, dan

kompetitif baik ditingkat kabupaten/Kota, provinsi,

nasional bahkan ragional dan internasional.

f. Bahan informasi bagi sekolah/madrasah sebagai

masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan dari

pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam

hal profesionalisme, moral, tenaga, dan dana.

2.5. Strategi yang dilaksanakan dalam Akreditasi

Beberapa upaya atau strategi yang perlu dilakukan

madrasah dalam persiapan akreditasi adalah sebagai

berikut : (a) pematangan rencana pengembangan sekolah

dan komponen akreditasi, (b) pembentukan tim penjamin

kualitas sekolah, (c) penyampaian sistem informasi

manajemen, (d) pra-evaluasi diri untuk mengetahui

kesiapan sekolah, (e) pengembangan dan pemantapan

komponen sekolah, (f) evaluasi diri dan penyiapan aplikasi

akreditasi. Strategi sekolah dalam pelaksanaan akreditasi

antara lain dapat ditempuh dengan : (a) penyiapan warga

sekolah, (b) penyiapan dokumen dan komponen akreditasi,

(c) pendampingan dan penjelasan selama kunjungan, dan

(d) penyampaian hasil temuan. Hasil akreditasi sekolah

dinyatakandalam peringkat akreditasi sekolah/madrasah.

Peringkat tersebut terdiri atas tiga klasifikasi berdasarkan

skor keseluruhan komponen yang diperoleh, yaitu : A

(Amat Baik); B (Baik); C (Cukup). Bagi sekolah yang

hasil akreditasinya kurang dari C (cukup), dinyatakan

tidak terakreditasi.

2.6. Pelaksanaan Evaluasi Akreditasi Berdasarkan

Standar NasionalPendidikan

Dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan

sebagai pedoman, setiap sekolah/madrasah diharapkan

dapat mengembangkan pendidikannya secara maksimal

sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya.

Standar Nasional Pendidikan harus dijadikan pedoman

guna mengelompokkan secara utuh profil mutu sekolah.

Oleh karena itu, komponen instrumen akreditasi yang

disusun didasarkan pada delapan Standar Nasional

Pendidikan. Delapan komponen akreditasi

sekolah/madrasah.

2.6.1. Standar Isi

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat

kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang

kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi

mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus

terpenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu.

Dalam kerangka dasar dijelaskan prinsip-

prinsippengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dengan

penjelasan tersebut, maka kurikulum yang dikembangkan

dijamin berkualitas dan pelaksanaanya dijamin berkualitas.

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata

pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum

pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan

dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta

didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam

struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri

atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang

dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.

Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan

bagian integral dan struktur kurikulum pada jenjang

pendidikan dasar.

DalamOxfor Advance Learner’sDictionari

dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something

into effec” (penerapan sesuatu yangmemberikan efek atau

dampak). Berdasarkan definisi Implementasi tersebut,

secara umum Implementasi kurikulum khususnya muatan

standar isi dapat kita tarik sebuah pengertian yakni suatu

proses penerapan suatu ide, konsep, dan kebijakan dalam

suatu aktivitas pembelajaran ataupun aktivitas-aktivitas

yang dianggap baru sehingga dapat membantu sekelompok

orang atau anak didik untuk berinteraksi antara fasilitator

sebagai pengembang kurikulum ataupun muatan standar

isi dalam menguasi kompetensi ataupun perubahan

perubahan baru bagi setiap orang yang harapkan berubah,

sebagai bagian dari sebuah interaksi dengan

lingkungannya (Hadianas, 2010).

2.6.2. Standar Proses

Standar proses adalah Standar Nasional Pendidikan

yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada

satu satuan pendidikan untuk mencapai standar

kompetensi lulusan (Kebijakan dan Pedoman Akreditasi

Sekolah / Madrasah).

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses

pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

Menurut Arsana (2012) mengemukakan

dalampenelitiannya bahwa Standar Proses Pendidikan

(SPP) merupakan jantungnya dalam sistem

pendidikan.Bagaimanapun bagus dan idealnya standar

kompetensilulusan serta lengkapnya standar isi, namun

tanpadiimplementasikan ke dalam proses

pendidikan,semuanya akan kurang berarti.

2.6.3. Standar Kompetensi Kelulusan

Pendidikan berdasarkan standar adalahpendidikan

yang menetapkan standar nasional sebagaikualitas minimal

hasil belajar yang berlaku untuk setiapkurikulum.Standar

kualitas nasional dinyatakansebagai standar Kompetensi

Lulusan.StandarKompetensi Lulusan tersebut adalah

kualitas minimallulusan suatu jenjang atau satuan

pendidikan.StandarKompetensi Lulusan mencakup sikap,

pengetahuan,dan keterampilan (PP Nomor 19 Tahun

2005).

2.6.4. Standar Pendidik dan Kependidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(PTK)nasional ditentukan untuk menjaga kualitas

pendidikanatau output hasil pendidikan. Kualitas Sumber

DayaManusia (SDM) yang tinggi dan unggul serta

denganketrampilan yang up to date hanya dapat dihasilkan

danpara pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang

baikakan sangat ditentukan bagaimana tenaga

pendidikanyang baik juga.

Menurut Hazairin yang dikutip oleh Rindha Fitria

Pawitra Sari (2014), Upaya untukmeningkatkan mutu

tenaga pendidik dan kependidikanakan terlaksana dengan

baik apabilamengimplementasikan beberapa langkah

strategis, yaitu : (1) evaluas diri (self assessment),

perumusan visi, misi, dan tujuan, (2) perencanaan, (3)

pelaksanaan, (4) evaluasi, dan (5) pelaporan.

Menurut Mulyana (2010:104) Kompetensi sebagai

agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah serta pendidikan anak usia diri meliputi:

1. Kompetensi pedagogik

2. Kompetensi kepribadian;

3. Kompetensi profesional

4. Kompetensi sosial

Keempat kriteria tersebut biasanya didapat

dandikembangkan ketika menjadi calon guru dengan

menempuh pendidikan di perguruan tinggi khususnya

jurusan kependidikan.Perlu adanya kesadaran dan

keseriusan dari guru untuk mengembangkan dan

meningkatkan kompetensinya. Karena kian hari tantangan

dan perubahan zaman membuat proses pendidikan juga

harus berubah.

2.6.5. Standar Sarana dan Prasarana

Sarana Prasarana pendidikan sebagai salah

satupenunjang keberhasilan pendidikan, yang

mengacupada Standar sarana dan prasarana yang

dikembangkanoleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan

Menteri, seringkali menjadi kendala dalam proses

penyelenggaraan pendidikan disekolah, (Djamarah, 2000).

Kendala-kendala yang dihadapi antara lainadalah adanya

penyediaan sarana yang belum memadaiatau lengkap.

Permasalahan sarana dan prasarana sangatpenting

untuk ditangani lebih serius, karena sangatberpengaruh

dalam kelancaran proses belajar mengajar,karena

disamping menjadi lebih nyaman, juga sekaligusmenjadi

media pembelajaran dengan peralatan yangharus

disesuaikan termasuk penyediaan fasilitas yangmutlak

harus dipenuhi, yang tentunya kesemuanya itu harus sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu dan

pengetahuan. Seringkali dalam pemenuhan sarana dan

prasana ditentukan oleh pihak sekolah bersama komite

sekolah berdasar pada keinginan dankebutuhan sekolah

masing-masing semata, (Margono:2005).

Bagi beberapa sekolah yang telah memenuhisarana

dan prasarananya akan meningkatkannya agar lebih baik

lagi, halini adalah wajar sebagai upaya untukmeningkatkan

kualitas proses belajar mengajar yangpada tujuannnya

untuk meningkatkan kualitaspendidikan itu sendiri.

Adapun permasalahan yangsering timbul adalah tidak

terkendalinya rencana yangdiprogramkan oleh pihak

sekolah dengan harapanuntuk memenuhi keinginan secara

maksimal yang seringkali kurang efektif karena tidak

langsung dapatdigunakan untuk memenuhi kebutuhan

siswa disekolah yang bersangkutan, hal ini bisa terjadi

karenatidak adanya standarisasi yang diharuskan

untukdipenuhinya (Azhari, Akyas, 2004).

Bagaimanapun juga peningkatan kualitas

sekolahmemang bukan hal yang mudah, terutama jika

alokasianggaran pendidikan disuatu daerah

belummemungkinkan untuk mencapai angka ideal.Oleh

karena itulah, berbagai alternatif kebijakan yang bersifat

afektif efisien namun mengena seperti

peningkatansarana/prasarana secara partisipatif yang

jugamengikutsertakan kearifan lokal daerah

(contohProgram Bedah Sekolah); peningkatan

pengawasanterpadu stake holder pendidikan dan

pemerintahandaerah berkaitan dengan kebijakan-

kebijakanpendidikan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehSadiman,

Arief S., (2007) menunjukkkan bahwa adapengaruh positif

yang signifikan antara kelengkapansarana prasarana

terhadap kinerja guru dan kepuasansiswa, sedangkan

besarnya kontribusi kelengkapansarana prasarana sebesar

6,76%, sehingga terdapatpengaruh positif yang signifikan

secara simultan antarakelengkapan sarana prasarana,

kinerja guru, danmetode pembelajaran terhadap kepuasan

siswa.

2.6.6. Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan adalah Standar

NasionalPendidikan yang berkaitan dengan

perencanaan,pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan

pendidikanpada tingkat satuan pendidikan,

kabupaten/kota,provinsi, atau nasional agar tercapai

efisiensi danefektivitas penyelenggaraan pendidikan.

(Kebijakan dan

Pedoman Akreditasi Sekolah / Madrasah)

Dari seminar yang dilakukan oleh Syarwani (2010)

tentang Akreditasi Sekolah Muara Mutu

Pendidikanmenyatakan bahwa jika pengelolaan sekolah

dilakukandengan baik melalui penggunaan dan

pemanfaatansarana dan prasarana belajar yang didukung

olehkemampuan pimpinan, kemampuan oleh para

guru,maka harapan terhadap hasil belajar yang

maksimalkan terwurjud.

2.6.7. Standar Pembiayaan

Standar pembiayaan adalah standar yangmengatur

komponen dan besarnya biaya operasi satuanpendidikan

yang berlaku selama satu tahun.Pembiayaan pendidikan

terdiri atas biaya investasi,biaya operasi, dan biaya

personal.

Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan olehKurniady,

2011 disebutkan bahwa Pembiayaanpendidikan berfungsi

untuk memfasilitasi ataumendukung penyediaan sarana

dan prasarana sekolahyang lebih baik, sehingga hasilnya

mempunyai standaryang sesuai dengan kebutuhan belajar

peserta didik.

2.6.8. Standar Penilaian Pendidikan

Standar Penilaian Pendidikan adalah standarnasional

pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,prosedur,

dan instrument penilaian hasil belajar pesertadidik.Standar

ini mengacu pada Permendiknas No. 20tahun 2007.

Penilaian pendidikan pada jejangpendidikan dasar dan

menengah terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar oleh

pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan

pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh

pemerintah.

Diperkuat oleh penelitian-penelitian Poerwanti

(2008:1) standar penilaian pendidikan adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,

prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta

didik. Pada Peraturan Pemerintah tersebutamanatkan

tigajenis penilaian yaitu; (1) penilaian olehpendidik

dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau

proses, kemajuan, dan perbaikan hasilpembelajaran, (2)

penilaian oleh satuan pendidikanbertujuan menilai

pencapaian standar kompetensilulusan untuk semua mata

pelajaran sesuai programnyasebagai bentuk transparansi,

profesional, dan akuntabel lembaga, (3) penilaian oleh

pemerintah bertujuan menilai pencapaian kompetensi

lulusan secara nasionalpada mata pelajaran tertentu.

Penilaian olehpemerintah, dalam pelaksanaannya

diserahkan kepadaBSNP.Hasil Ujian Nasional digunakan

sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu

program,dasar seleksi masuk jenjang pendidikan

berikutnya,penentuan kelulusan peserta didik, pembinaan,

danpemberian bantuan kepada pihak sekolah dalam

upayapeningkatan mutu pendidikan.

Untuk menjalankan strategi pendampingan

partisipatif dalam persiapan pelaksanaan akreditasi sekolah

di SD Negeri Tlogorejo 1 Kecamatan Guntur Kabupaten

Demak dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut

1) melakukan persiapan dengan mengumpulkan semua

dokumen data dan sumber rujukan untuk kegiatan

persiapan akreditasi sekolah. 2) melakukan sosialisasi

tentang persiapan dan pelaksanaan akreditasi sekolah

kepada semua warga sekolah. 3) mempersiapkan pengisian

instrumen akreditasi yang meliputi 8 standar sebagaimana

yang di sampaikan pada kegiatan sosialisasi. 4)

membentuk kepanitiaan sekolah untuk persiapan

pelaksanaan akreditasi. 5) melakukan pendampingan

secara terencana dan terprogram. 6) melakukan analisis

hasil pengisian instrumen pada langkah awal kegiatan dan

tindaklanjut.

Program-program sekolah yang telah direncanakan

tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik, maka setiap

bulan diadakan evaluasi kegiatan. Yang menjadi hambatan

pada kegiatan ini antara lain adalah keterlibatan komite

masih kurang, terjadi ketidak harmonisan antar warga

sekolah karena perbedaan persepsi dan tujuan masing-

masing personal.

2.7. Penelitian Yang Relevan

Penelitian purnama yang berjudul pengembangan

tata kelola sarana dan prasarana dalam pencapaian target

akreditasi sekolah Kecamatan Bandungan Kabupaten

Semarang yang menemukan bahwa:

Kekuatan utama yang dimiliki sekolah-sekolah pada

Gugus Mina Kencana terletak pada aspek perencanaan dan

pengadaan sarana dan prasarana.Hampir secara

keseluruhan sekolah telah melibatkan para guru dalam

penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) sehingga hal

ini mendorong sekolah untuk dapat meningkatkan potensi

tata kelola sekolah sarana dan prasarana secara maksimal

dalam akreditasi sekolah.

Penelitian Amir Daud menemukan bahwa peran serta

masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan masih

kurang. Hal ini didukung oleh sejumlah data, yaitu : 1)

hanya sekitar 45% komite sekolah yang selalu berperan

secara aktif, 2) hanya sekitar 36% tokoh masyarakat yang

menyatakan bahwa selalu terlibat secara langsung dalam

perencanaan program sekolah, pelaksanaan program,

penggalangan sumber dana, memberi bantuan baik berupa

tenaga, dana maupun bahan, serta terlibat aktif dalam

bentuk pemikiran. Namun demikian, masih terdapat 11%

tokoh masyarakat yang tidak pernah terlibat atau

diikutsertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta

pertanggungjawaban program dan kualitas pendidikan di

sekolah; (3) hanya sekitar 35% orang tua siswa yang selalu

terlibat. Secara langsung dalam perencanaan program

sekolah, pelaksanaan program, penggalangan sumber

dana, memberi bantuan baik berupa tenaga, dana maupun

bahan, serta terlibat aktif dalam bentuk pemikiran.

Penelitian Sunarno yang berjudul pelaksanaan

akreditasi sekolah studi kasus SD Negeri Tlogorejo 1

Guntur-Demak yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan

akreditasi sekolah ditinjau dari komponen ketenagaan dan

peserta didik sudah memenuhi kualifikasi yang

dipersyaratkan tercapai hampir 90%, keterlibatan anggota

sekolah dalam pelaksanaan akreditasi semua berperan

dalam membantu sekolah dalam mempersiapkan

pelaksanaan akreditasi sekolah.

Dengan meningkatnya kompetensi tenaga pendidik

dalam kegiatan belajar mengajar maka dapat

meningkatkan kualitas peserta didik. Selain itu juga

dengan tenaga kependidikan yang sesuai dengan

bidangnya maka tugas yang dilakukannyaakan semakin

terfokus. Dengan adanya peserta didik yang berkualitas

maka dapat meningkat animo masyarakat untuk

menyekolahkan anaknya disekolah tersebut.

Suryana (2007:9) meneliti akreditasi, sertifikasi dan

upaya penjaminan mutu pendidikan kesimpulannya

akreditasi dan sertifikasi diharapkan dapat memberikan

percepatan kepada pencapaian mutu pendidikan, variasi

mutu yang ada dapat diarahkan kepada pencapaian yang

sama melalui benchmark sebagai pagu bagi pelaksanaan

dengan standarisasi yang sama sehingga memperoleh hasil

yang kompetetif.

Dampak negatif yang mungkin muncul dapat

dieliminasi melalui penataan system penyelenggaraan

yang terbuka (tranparant), bersih (clean), dan komitmen

yang tinggi dari para pelaksana pendidikan.

Pencapaian mutu sekolah melalui kegiatan akreditasi

sekolah diarahkan pada hal-hal berikut ini : (1) proses

akreditasi mengarah pada peningkatan kualitas sekolah, (2)

melihat dan memperoleh gambar kinerja sekolah yang

sebenarnya, (3) sebagai alat pembinaan, pengembangan,

dan peningkatan mutu pendidikan disekolah, (4) kelayakan

sekolah dalam penyelenggaraan dan pelayanannya, (5)

Gambaran menyeluruh bagi masyarakat tentang tingkat

sekolah dimana anaknya berada dengan sekolah-sekolah

lainnya.

Kristina Maric 2008 dalam penelitiannya yang

berjudul “Effects And Implications Of The Accreditation

Process At Postsecondary Vocational Schools In Serbia”

menyimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat yang lebih

tinggi dari transparansi dalam proses dan beberapa

perbaikan lebih lanjut dari standar akreditasi maka perlu

pertimbangan perbedaan institusional dalam hal modus

pembiayaan dan mata pelajaran pada suatu institusi

sekolah.

Pencapain mutu sekolah melalui kegiatan akreditasi

sekolah diarahkan pada hal-hal berikut ini (1) proses

akreditasi mengarah pada peningkatan kualitas sekolah, (2)

melihat dan memperoleh gambaran kinerja sekolah yang

sebenarnya, (3) sebagai alat pembinaan, pengembangan,

dan peningkatan mutu pendidikan disekolah, (4) kelayakan

sekolah dalam penyelenggaraan dan pelayanannya, (5)

Gambaran menyeluruh bagi masyarakat tentang tingkat

sekolah dimana anaknya berada dengan sekolah-sekolah

lainnya.

Dengan akreditasi terhadap satuan pendidikan dan

sertifikasi untuk jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan

akan memberikan dorongan yang besar terhadap

peningkatan mutu pendidikan pada level kelembagaan dan

mendukung peningkatan mutu pendidikan nasional.

Kajian kepustakaan diatas memaparkan akreditasi

sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.Purnama

dan Amir Daud meneliti pengembangan tata kelola sarana

dan prasarana dalam pencapaian target akreditasi sekolah.

Amir Daudmenemukan bahwa peran serta masyarakat

dalam pengendalian itu berpengaruh cukup signifikan

pencapaian mutu sekolah melalui kegiatan akreditasi

sekolah diharapkan pada persiapan dan proses akreditasi

yang mengarah pada peningkatan kualitas sekolah.

Kajian kepusatakaan diatas belum cukup untuk

meneliti secara khusus tentang pendampingan partisipatif

dalam persiapan pelaksanaan akreditasi sekolah. Dengan

demikian peneliti masih mempunyai kesempatan untuk

melakukan peneliti tentang gambaran program

peningkatan akreditasi yang mendukung 8 Standar

Nasional Pendidikan khususnya standar isi dan proses.

Peneliti berpendapat bahwa program peningkatan

akreditasi yang mendukung 8 standar nasional pendidikan

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan peringkat

akreditasi artinya segala potensi yang ada pada sekolah

yang diprioritaskan pada peningkatan program komponen

akreditasi yang masih kurang maksimal akan berpengaruh

terhadap peningkatan penilaian peringkat akreditasi.

2.8. Kerangka Berpikir

Untuk memberikan jaminan kualitas proses

pengelolaan sekolah diperlukan adanya penilaian atau

audit oleh pihak luar sekolah harus diakreditasi. Kenyataan

menunjukkan banyak sekolah yang tidak melakukan

perencanaan dan persiapan akreditasi sekolah sehingga

hasil peringkat akreditasinya masih kualifikasi cukup dan

baik.Oleh karena itu sekolah harus menyiapkan bahan-

bahan yang diperlukan dalam mengikuti akreditasi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk

meningkatkan status akreditasi dan meningkatkan kualitas

kelembagaan sekolah secara holistik dengan melakukan

persiapan dan pendampingan pelaksanaan akreditasi.

Berikut akan disajikan kerangka berfikir untuk

pendampingan partisipatif dalam persiapan pelaksanaan

akreditasi sekolah.

Alur dari gambar tersebut menunjukkan persiapan

dan perencanaan akreditasi sekolah dengan model

pendampingan partisipatif pelaksanaan akreditasi sekolah

dapat meningkatkan kualitas pelayanan

pendidikan.Dengan cara sekolah mempersiapkan secara

terprogram untuk melaksanakan akreditasi sekolah dengan

model pendampingan partisipatif yang dilakukan oleh

pengawas sekolah.

2.9. Hipotesis

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

2.9.1. Pendampingan partisipatif dalam persiapan

akreditasi sekolah dapat meningkatkan peringkat

akreditasi yang maksimal.

Persiapan dan Perencanaan

akreditasi sekolah

Pendampingan partisipatif

pelaksanaan akreditasi sekolah

Peringkat atau hasil akreditasi baik/sangat baik

Kualitas pelayanan pendidikan meningkat

Sekolah hasil akreditasinya kurang maksimal

2.9.2. Persiapan sekolah dengan pembimbingan

partisipatif dapat meningkatkan hasil akreditasi.