bab ii landasan teori dan pengajuan hipotesiseprints.unisnu.ac.id/1618/3/bab ii.pdfrabth yang...

29
10 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Kelas 1. Pengertian Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Menurut Syamsul Bahri Jamarah, prestasi belajar adalah hasil yang berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri seorang sebagai akibat dari aktifitas belajar. 1 Sedangkan Zainal Arifin mengungkapkan pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha dalam pendidikan khususnya pengajaran. 2 Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran disekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditemukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimya di tunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. 1 Samsul Bahri Jamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, (Surabaya: FKIP. IKIP, 1994). hal. 45 2 Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional, Prisip Dan Prosedur, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), hal. 454

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Kelas

1. Pengertian Prestasi Belajar Aqidah Akhlak

Prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai dari yang telah

dilakukan atau dikerjakan. Menurut Syamsul Bahri Jamarah, prestasi belajar

adalah hasil yang berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri

seorang sebagai akibat dari aktifitas belajar.1 Sedangkan Zainal Arifin

mengungkapkan pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha dalam

pendidikan khususnya pengajaran.2

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan

tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang

diperoleh dari kegiatan pembelajaran disekolah atau di perguruan tinggi yang

bersifat kognitif dan biasanya ditemukan melalui pengukuran dan penilaian.

Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimya di tunjukkan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

1 Samsul Bahri Jamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, (Surabaya: FKIP. IKIP,

1994). hal. 45 2 Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional, Prisip Dan Prosedur, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1990), hal. 454

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

11

Berdasarkan hal tersebut, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika

mengikuti dan mengerjakan tugas kegiatan pembelajaran di sekolah.

2) Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.

3) Prestasi belajar dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai

dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan

ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.3

Adapun pengertian aqidah akhlak dari segi bahasa akidah berasal dari

bahasa Arab, yaitu dari kata aqada, ya’qidu ‘aqdan. Kata ‘aqdan tersebut

menurut Ar-Raghib al-Ashfahani, ahli Kamus al-Qur’an, adalah al-jam’u bain

athraf al-sya’i yang artinya menyatukan/ mengikat dua ujung dari sesuatu.

Kata tersebut terkadang digunakan untuk ikatan yang bersifat fisik seperti

ikatan tali dan ikatan bangunan; dan terkadang digunakan untuk ikatan yang

bersifat maknawi (batin), seperti ikatan jual beli, ikatan perjanjian, ikatan

pernikahan dan sebagainya. Kata ‘aqdan ini dapat dibedakan dengan kata

rabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau

sanggul wanita, ikatan baju dan sebagainya. Sedangkan ikatan dalam akad

3 Tulus Tu'u, Peran Disiplin Anak Pada Prilaku Dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo,

2004), hal. 75.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

12

adalah ikatan yang kokoh, kuat dan tidak mudah dibuka, karena jika dibuka

atau diurai akan timbul dampak yang merugikan.4

Dengan kata lain berakidah tidak boleh setengah-setengah melainkan

harus total antara unsur hati, ucapan dan perbuatan dalam bentuk ketundukan

kepada perintah Allah dan Rasulnya. Sebagaimana dalam firman Allah :

: ۹۵﴿ النساء ﴾

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan

Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman

kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’ : 59)5

Sedangkan akhlak adalah jamak dari khuluq yang berarti adat

kebiasaan, perangai, tabi’at, watak, adab atau sopan santun, dan agama.

Menurut para ahli masa lalu, akhlak adalah kemampuan jiwa untuk

melahirkan suatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau pemaksaan.

Sering pula yang dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas

dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau buruk.6

47

Abuddin Nata, Akidah Akhlak, ,( Jakarta: Dirjen Binbaga Islam, 1996 ), hal. 3. 5 Soenaryo, Dkk, Al Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: Depag. RI., 1997),

hal.128. 6 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, (Yogyakarta: Belukar, 2004 ), hal. 31.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

13

Pada hakikatnya akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah

meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian, sehingga timbullah berbagai

macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan

tanpa melalui pemikiran.7

Dari pengertian prestasi belajar dan pengertian aqidah akhlak diatas

dapat disimpulan bahwa prestasi belajar aqidah akhlak siswa adalah hasil

belajar mata pelajaran aqidah akhlak yang dicapai siswa ketika mengikuti dan

mengerjakan tugas pembelajaran di sekolah terutama dinilai aspek kognitif

karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi yang dibuktikan

dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi mata

pelajaran akidah akhlak yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan

ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap

ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar

siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah

itu, khususnya ranah karsa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan

hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena

itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini hanya mengambil cuplikan

perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat

7Asmaraman AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hal. 3.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

14

mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang

berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.8

Jadi prestasi belajar aqidah akhlak siswa terfokus pada nilai atau angka

yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak

di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena nilai ini

yang sering dinilai oleh guru untuk melihat peguasaan pengetahuan sebagai

ukuran pencapaian hasil belajar siswa. Nana Sudjana mengatakan bahwa di

antara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif, psikomotorik, maka ranah

kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan

pengajaran.9

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akidah Akhlak

Siswa.

Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Akidah Akhlak Siswa

siswa di antaranya adalah:

a. Faktor internal

1) Kematangan

Kita mengajarkan sesuatu materi pelajaran kepada siswa harus

sesuai dengan pertumbuhan dan kematangan siswa itu sendiri. Kita

8 Ibid, hal. 76

9 Ibid, hal. 76

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

15

tidak dapat mengajarkan ilmu pasti kepada anak kelas tiga sekolah

dasar, atau mengajarkan ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru

duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semua itu disebabkan

pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima pelajaran itu.

Mengajar sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi

telah memungkinkan yaitu potensi-potensi jasmani dan rohaninya

telah matang untuk menerima pelajaran tersebut.10

2) Intelegensi

Disamping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari

sesuatu dengan berhasil dipengaruhi pula oleh kecerdasannya.

Kenyataan menunjukkan pada kita, meskipun anak berusia 14 tahun ke

atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi tidak

semua anak pandai dalam ilmu pasti. Demikian pula dalam

mempelajari mata pelajaran akidah akhlak.

3) Latihan atau Ulangan

Karena seringkali latihan, maka kecakapan dan pengetahuan

yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan makin

mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang

dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.

10

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), hlm.

102

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

16

4) Motifasi

Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk

melakukan sesuatu. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang

sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu

pengetahuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha

mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak mengetahui

betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajarnya

itu bagi diriya.

5) Sifat-Sifat Pribadi Seseorang

Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam

mencapai prestasi belajar. Tiap orang memiliki sifat pribadi yang

berbeda. Ada orang yang memiliki sifat keras hati, berkemauan keras,

tekun dalam segala hal usahanya, halus perasaannya, dan ada pula

yang sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu

sedikit banyak turut mempengaruhi sampai di manakah hasil

belajarnya dapat dicapai.11

6) Bakat

Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang

dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang

tua. Bakat-bakat yang dimiliki siswa tesebut apabila diberi kesempatan

11

Ibid, hlm. 103

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

17

dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi

tinggi dibidang ilmu yang dipelajarinya.

7) Minat

Minat adalah kencenderungan yang besar terhadap sesuatu.

Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti

terhadap sesuatu. Oleh karena itu, seseorang siswa harus menaruh

minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran disekolah.

Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan

berhasil dalam pembelajaran.12

8) Faktor Kesehatan dan Kondisi Badan

Kesehatan peserta didik pula turut mempengaruhi berhasil

tidaknya ia dalam mempelajari sesuatu.13

Sakit flu yang ringan saja

bisa membuat belajar ataupun mengerjakan soal yang tidak

konsentrasi apalagi sakit yang lebih berat. Sebaliknya, siswa yang

sehat bisa lebih tenang dan konsentrasi dalam belajar maupun

mengerjakan soal.

9) Faktor Cara Belajar

Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh cara belajar

siswa. Cara belajar yang efesien memungkinkan mencapai prestasi

12

Tulus Tu'u, op.cit., hlm. 80 13

Ngalim Purwanto op. cit., hlm. 104

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

18

lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efesien. Cara

belajar yang efesien sebagai berkut.

1) Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar

2) Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima.

3) Membaca dengan teliti dengan baik bahan yang sedang dipelajari,

dan berusaha menguasainya dengan sebaik-baiknya.

4) Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan soal-soal.14

b. Faktor eksternal yakni: kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi:

1) Keadaan Keluarga

Ada keluarga yang miskin, ada pula keluarga yang kaya. Ada

keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tentram dan damai; ada pula

yang sebaliknya. Ada keluarga yang terdiri dari ayah ibu yang

terpelajar, dan ada pula yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang

mempunyai cita-cita tinggi bagi anaknya, ada pula yang biasa saja.

Suasana keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut

menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar yang dialami dan

dicapai oleh anak-anak.15

Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya

atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar

turut memegang peranan penting pula.

14

Loc. cit., hlm. 80 15

Ngalim Purwanto Loc. cit., hlm. 104

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

19

2) Guru dan Cara Mengajar

Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarkannya

merupakan faktor yang penting pula. Guru adalah tenaga pendidik

yang memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di

sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang

profesinya dengan keilmuan yang dimiliki, dia dapat menjadikan anak

didik menjadi cerdas, guru dengan keprofesionalannya akan

mengantarkan peserta didik menuju prestasi16

.

Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya

pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu

mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, turut menentukan

bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai siswa.17

Termasuk juga

ketepatan dalam menentukan media, metode, model atau strategi

pembelajaran, serta pendekatan yang digunakan. 18

3) Alat Pelajaran

Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat kita lepaskan

dari ada tidaknya, cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia di

sekolah. Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan

yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang

16

Op.cit, hlm .126 17

Loc. cit hlm. 104 18

Ibid, hlm. 131

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

20

baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat

itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.19

4) Motivasi Sosial

Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam,

maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau orang

tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak, maka

timbullah dalam diri. anak tersebut dorongan dan hasrat untuk belajar

lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan

yang hendak dicapai dengan pelajaran itu, jika diberi perangsang,

diberi motivasi yang baik dan sesuai.20

Motivasi sosial dapat pula

timbul pada anak dari orang-orang sekitarnya, seperti dari tetangga-

tetangganya, sanak saudara yang berdekatan dengan anak-anak

tersebut, teman sepermainannya, teman sekolahnya dan lain-lain.

5) Lingkungan dan Kesempatan.

Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelijen yang

baik, bersekolah di sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alat

belajarnya baik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik. Masih

ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya

karena jarak antara rumah dan sekolah sangat jauh, memerlukan

perjalanan yang cukup lama sehingga melelahkan.

19

Ngalim Purwanto op.cit. 105 20

Ibid, hlm. 105

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

21

Banyak pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil

baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya

kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan tiap hari,

pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain di

luar kemampuannya. 21

6) Bahan dan alat evaluasi.

Bahan evalusi adalah suatu bahan yang terdapat dalam

kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna untuk

kepentingan ulangan/evaluasi22

. Alat evaluasi yang dimaksud di sini

adalah test soal untuk mengetahui penguasaan materi yang telah

dipelajari. Yang mempengaruhi prestasi belajar di sini adalah validitas

dan reabilitas data dari evaluasi.

7) Suasana evaluasi

Faktor suasana evaluasi juga turut mempengaruhi prestasi

siswa pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan didalam kelas, tapi

tidak menutup kemungkinan pelaksanaan evaluasi dilaksanakan diluar

kelas. Jumlah dan ketenangan suasana juga mempengaruhi

keberhasilan /prestasi belajar23

.

21

Ibid, hlm. 105 22

Saiful Bahri Djamarah, et.al., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),

hlm.131 23

Ibid hlm. 133

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

22

Terkadang ada pengawas yang membiarkan anak didik

melakukan kerjasama/nyontek di antara anak didik pengawas seolah-

olah tidak tahu apa-apa, suasana seperti itu juga akan mempengaruhi

keobyektifan penilaian prestasi, disadari atau tidak hal ini akan

merugikan anak didik, mereka merasa diperlakukan secara tidak adil,

karena hal yang seperti ini menjadikan anak kecewa dan malas untuk

belajar, mereka berkata kenapa harus belajar kalau nyontek dan

kerjasama saja diperbolehkan. Selain itu malas belajar juga berakibat

enggan mendengarkan penjelasan guru saat pengajaran dilaksanakan

belajar

8) Faktor Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang dicapai

dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses

belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan

tujuan pengajaran. Tujuan pembelajaran khusus atau yang sekarang ini

disebut dengan kompetensi dasar memiliki syarat-syarat antara lain:

a. Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai.

b. Membatasi dalam keadaan perubahan perilaku yang diharapkan.

c. Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku yang

menggambarkan standar miniml sebagai hasil yang dicapai.24

24

Ibid, hlm. 12

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

23

Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi

kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru. Jika kegiatan

pengajaran tidak sesuai dengan tujuan maka pembelajaran dikatakan

gagal. dan jika kegiatan pengajaran sejalur dengan tujuan maka

pembelajaran akan berhasil.

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X SMA Islam Al

Hikmah

Pelajaran aqidah akhlak di madrasah tsanawiyah berisi bahan pelajaran

yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar peserta didik

untuk dapat memahami rukun iman secara ilmiah serta pengamalan dan

pembiasaan berakhlak islami, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan

berikutnya. Ruang lingkup pelajaran aqidah dan akhlak meliputi :

a. Aspek Aqidah

Aspek Aqidah ini meliputi sub-sub aspek meningkatkan keimanan

kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam asmaul husna.

Diantaranya menyebutkan 10 sifat Allah dalam asmaul husna,

menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam asmaul husna dan menampilkan

perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam

Asmaul Husna.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

24

b. Aspek Akhlak

Aspek akhlak yang meliputi; membiasakan perilaku terpuji yang

meliputi sub bab menyebutkan pengertian perilaku husnuzhan,

menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap Allah, diri

sendiri dan sesama manusia, membiasakan perilaku husnuzhan dalam

kehidupan sehari-hari

c. Aspek Keteladanan

Aspek kisah keteladanan yang meliputi mengapresiasi dan

meneladani sifat dan perilaku sahabat utama Rasulullah SAW dengan

landasan argumen yang kuat.25

4. Dasar dan Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X SMA Islam

Al Hikmah

Akidah islamiyah adalah salah satu bagian dari ajaran Islam. Karena

ajaran islam dasarnya Al-Qur’an dan al-Sunnah, maka akidah akhlak dasarnya

juga adalah Al-Qur’an dan al-Sunnah. Adapun yang dimaksud dengan dasar

di sini adalah sumber, di mana uraian tentang aqidah akhlak itu diambil dari

al-Qur’an dan al-Sunnah, serta pendapat para ulama yang berkompeten di

bidang itu.

Pendidikan akhlak sebagai usaha penting yang dilakukan umat Islam,

harus memiliki rujukan yang menjadi dasar keteguhan dalam merealisasikan

25

Ibid, hal. 23.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

25

tujuan hidup manusia. Dasar pendidikan tidak dapat dipisahkan dari dasar

kehidupan manusia yang hakiki. Di mana umat Islam memiliki dua pedoman

kehidupan yang bersumber dari Allah SWT dan Rasul-Nya, yakni Al-Qur’an

dan Al-Hadits. Jadi dasar pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia, di dalamnya memuat

berbagai masalah kehidupan manusia. Di antaranya bagaimana mendidik dan

membina manusia agar berakhlak mulia. Firman Allah SWT :

Dan kamu sesunguhnya benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS.

Al-Qalam : 4).26

Dengan akhlak yang agung dan mulia Rasulullah dijadikan suri

tauladan dan contoh bagi umatnya yang baik. Firman Allah SWT :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang

baik” (QS. Al-Ahzab : 21).27

Dalil kedua ayat di atas dapat diketahui bahwa Rasulullah SAW adalah

sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia. Untuk itu bagi umatnya

26

Soenarjo, Op.cit., hal. 960. 27

Ibid, hal. 670.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

26

diharapkan untuk mencontoh perbuatan atau tingkah laku yang amat mulia

tersebut.

Adapun Al-Hadits adalah sebagai sumber dan pedoman umat Islam

setelah Al-Qur’an, juga di dalamnya banyak menyangkut tentang pendidikan

akhlak. Hal ini dapat dilihat bahwa diutusnya Rasulullah adalah untuk

menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana sabdanya :

28

“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi

pekerti yang luhur” (HR. Ahmad)

Sedangkan tujuan mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah untuk

menanamkan dan meningkatkan keimanan siswa serta meningkatkan

kesadaran untuk berakhlak mulia. Sehingga mereka menjadi muslim yang

selalu meningkat keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Untuk

mencapai tujuan tersebut siswa diharapkan dapat memiliki kompetensi

sebagai berikut :

a. Siswa menyakini Allah melalui pemahaman terhadap sifat-sifat-Nya yang

wajib dan mustahil.

b. Siswa memahami dan meyakini kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada

para utusan-Nya.

28

Abu Dawud, Sulaiman Bin Al-Sajistani, Al-Hadits, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), hal 202.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

27

c. Siswa memahami dan meyakini adanya Mu’jizat Allah yang diturunkan

kepada Rasul dan mengakui kejadian luar biasa yang diturUnkan kepada

selain Rasul.

d. Siswa memahami dan meyakini hari akhir dan alam ghaib yang

berhubungan dengan hari akhir melalui kisah dan amtsal.

e. Siswa berakhlak mulai dan menghindari akhlak tercela kepada Allah.

f. Siswa berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela terhadap

lingkungan sosial, flora dan fauna.

g. Siswa mampu mengklarifikasi dan menghayati akibat-akibat akhlak mulia

dan atau akhlak tercela terhadap lingkungan sosial, flora dan fauna.

h. Siswa memahami dan meneladani akhlak para Rasul Ulul Azmi, sahabat

Nabi, Ulama pewaris Nabi dan Ulil Amri.29

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran aqidah

akhlak betujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta

didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta

didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya

kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

29

Depag. RI, Kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah, (Jakarta: Dirjen

Binbaga Islam, 2003), hal. 2.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

28

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.30

B. Perilaku Siswa Kelas X SMA Islam Al Hikmah

1. Pengertian Perilaku siswa

Sebenarnya pengertian perilaku tidak berbeda dengan akhlak yang

berarti budi pakerti, perangai, tingkah laku, tabiat.31

Jadi yang dimaksud perilaku siswa adalah budi pakerti, perangai,

tingkah laku dan tabiat yang berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan

dengan acara kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan

kepercayaan itu.

Mengingat sangat kompleknya perilaku siswa, sehingga penulis

membatasi pada: akhlak anak pada orang tua, ahlak anak pada guru dan ahlak

anak pada sesamannya.

2. Ruang Lingkup Perilaku siswa

Ruang lingkup dari perilaku siswa sebenarnya akhlak, antara lain:

pertama, akhlak anak kepada orang tua, kedua, akhlak anak kepada guru,

meliputi manghormati dan berbakti kepada guru, ketiga, akhlak anak kepada

sesamannya, meliputi berbuat baik kepada sesamanya.

30

Depag. RI, Standart Kurikulum Akidah Akhlak Madrasah Aliyah, op.cit, hal. 22. 31

H. Ya’kub, Etika Islam, (Bandung: Diponorogo. 1983), hlm. 29.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

29

a. Ahlak Kepada Orang Tua

Akhlak kepada orang tua diwujudkan dalam bentuk berbakti

kepadanya. Berbakti kepada orang tua adalah merupakan kewajiban bagi

tiap-tiap anak. Dan itu merupakan amal yang paling disukai Allah, karena

begitu besar jasa dan kasih sayangnya kepada kita.

Berbakti kepada orang tua atau “Birrul Walidain” adalah “berbuat

baik kepada orang tua, menunaikan hak dan kewajibannya dan mentaati

keduannya, melakukan hal-hal yang membuat mereka senang dan

menjauhi berbuat buruk terhadap mereka”.32

Kewajiban berbuat baik

kepada orang tua adalah sangat penting, karena besarnya jasa mereka

berdua dalam mengasuh dan membesarkan, dan melihat serta

memperhatikan perintah Allah SWT tentang kewajiban ini selalu

dirangkaikan dengan perintah shalat. Hal ini karena sangat tinggi nilai

dan jasanya orang tua. Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa’ ayat

36 :

“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kalian

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah

kepada ibu bapak….”(QS. An-Nisa’ : 36)33

32

Ahmad Isya asyur, Kewajiban dan Hak Ibu, Ayah dan Anak, Terj. Bahrun Bakar,

Penyunting MD. Dahlan.et.al, (Bandung: Diponegoro, 1985), hlm. 16. 33

Soenajo, Dkk, op.cit, hlm. 123.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

30

Begitu besar dan perjuangan dan jasa orang tua sehingga al- Qur’an

banyak memperingatkan untuk berbakti kepadanya.

b. Akhlak Kepada Guru

Akhlak kepada guru adalah mengormati dan berbakti kepadanya.

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, begitu mulia jasa beliau dalam

ikut serta mencerdaskan kehidupan anak-anak didiknya. Karena itu Imam

Ghazali, sebagaimana dikutip Zainudin, berkata :

“Apabila anak itu dibiasakan untuk mengamalkan apa-apa yang

baik, diberi pendidikan ke arah itu, pastilah ia akan tumbuh di atas

kebaikan tadi akibat positifnya ia akan selamat sentosa di dunia

dan akhirat. Kedua orang tuanya dan semua pendidik, pengajar

serta pengasuhnya ikut serta memperoleh pahalanya. Sebaiknya

jika anak itu sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan keburukan

dan dibiarkan begitu saja tanpa dihiraukan pendidikan dan

pengajaranya, yakni sebagai halnya seorang yang memelihara

binatang, maka akibatnya anak itupun akan celaka dan rusak

binasa akhlaknya, sedangkan yang utama itulah dipikul kepada

orang (orang tua, pendidik) yang bertanggung jawab untuk

memelihara dan mengasuhnya”.34

Guru adalah “mulia” karena jasanya, sehingga ia banyak

mempunyai sifat-sifat seperti :

a. Zuhud artinya tidak mengutamakan materi dan mengajar karena

mencari keridloan Allah semata.

b. Berjiwa bersih.

c. Ikhlas dalam bekerja.

d. Pemaaf.

34

Zainudin et.al, Seluk-Seluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm.

104.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

31

e. Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia guru.

f. Mengetahui tabiat murid.

g. Menguasai mata pelajaran.35

Karena guru adalah merupakan “Spiritual Father” atau Bapak

Rohani bagi anak-anaknya (murid-murid) tentu memiliki sifat-sifat

seperti tersebut diatas. Dengan begitu tinggi dan mulianya seorang guru.

Maka dari itu anak-anak diharapkan dapat memenuhi atau melaksanakan

kewajibannya terhadap kemuliaan dan besarnya jasa guru, yaitu antara

lain:

a. Selalu membersihkan jiwa sebelum belajar.

b. Selalu mendekatkan diri kepada Allah.

c. Bersedia mencari ilmu dengan penuh pengorbanan.

d. Selalu menghormati dan memuliakan gurunya.

e. Tidak boleh menipu dan membuka aib gurunya.

f. Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.

g. Harus saling mencintai dan senang akan persaudaraan.

h. Harus selalu memberi salam kepada gurunya.

i. Tidak boleh meremehkan pemberian guru.36

35

M. Athiyah Al Ibrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1990), hlm. 138.

36

Ibid., hlm. 148-149.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

32

Maka dengan demikian wajiblah bagi seorang murid mengormati

dan berbakti kepada gurunya, mengagungkan dan selalu hormat serta

rendah hati (Tawadlu’) dalam segala perbuatanya, dalam rangka melihat

dan berhutang budi akan jasa dan kemuliaan sifat-sifatnya.

c. Akhlak Kepada Sesama

Akhlak kepada sesamanya diwujudkan dalam bentuk berbuat baik

terhadap sesamanya. Didasari bersama bahwa manusia itu adalah

makhluk sosial, di samping makhluk individu, sehingga berbuat baik

kepada sesama adalah merupakan salah satu kewajiban.

Dalam Islam bermasyarakat diatur sedemikian rupa, bagaimana

cara seorang berhubungan dengan sesama dan masyarakat lainya,

sehingga tercipta kondisi yang harmonis dalam pergaulan sehari-hari.

Cara-cara tersebut antara lain dalam surat Al-Hujurat ayat 11-12

disebutkan tentang tata cara bermasyarakat :

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

33

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum

mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka

(yang diolok-olokkan) lebik baik dari mereka (yang mengolok-

olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-

wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok)

lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu

panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-

buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan

barang siapa yang tidak bertaubat, maka itulah orang-orang

dzalim.“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah

dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan

janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian bagian yang

lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging

saudaranya yang sudah mati?. maka tentulah kamu merasa jijik

kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah

maha menerima taubat lagi maha penyayang”. (QS. Al-Hujurat

11-12).37

Dengan demikian jelaslah bahwa bermasyarakat itu penting penting

bagi kehidupan manusia di dunia, karena dengan kehidupan masyarakat

yang baik kita senantiasa akan sukses dalam kehidupan, terutama dalam

keluarga yang dengan kata lain apabila keluarga yang satu dengan

keluarga yang lain dapat berhubungan dengan baik, maka sudah tentu

keluarga itu akan sejahtera dan harmonis. Dan yang ini semua merupakan

harapan setiap keluarga.

37

Soenarjo, Dkk, op.cit,, hlm. 847.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

34

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku siswa

Manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna bila

dibandingkan dengan yang lainnya, karena didalam diri manusia terdapat

kemampuan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, ia mempunyai akal sebagai

pembeda dengan makhluk yang lain.

Akibat dari adanya kemampuan inilah manusia mengalami

perkembangan dan perubahan baik dalam segi psikologis maupun fisiologis.

Perubahan yang terjadi pada diri manusia akhirnya akan menimbulkan

perubahan terhadap perkembangan pribadi manusia atau tingkah lakunya

dimana perkembangan perilaku manusia ini dipengaruhi oleh banyak faktor.

Dalam hal ini Kurt Lewin berpendapat sebagaimana yang dikemukakan oleh

Jalaludin Rahmat bahwa :

“Perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimulasi, tetapi produk

dari berbagai gaya yang mempengaruhi secara spontan, gaya

psikologis yang mempengaruhi manusia disebut sebagai ruang hayat.

Dan ruang hayat ini adalah totalitas realitas psikologis yang

mempengaruhi tingkah laku individu pada suatu saat. Dengan kata

lain, tingkah laku adalah fungsi daripada ruang hidup hasil interaksi

antara pribadi dan lingkungan psikologis.” 38

Sedangkan menurut Patty, mengemukakan bahwa “faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkah laku itu banyak dan bermacam-macam, maka tingkah

laku individu yang diakibatkanpun bermacam-macam. Akan tetapi secara

38

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 1991), hlm. 78.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

35

umum yang mengakibatkan manusia saling berbeda adalah faktor hereditas

dan lingkungan.”39

Dari pendapat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

perkembangan serta perubahan perilaku manusia itu pada prinsipnya

dipengaruhi dua faktor yaitu :

a. Faktor Intern

Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri

atau faktor personal. Sedang faktor personal itu adalah faktor yang timbul

dari dalam diri individu.40

Faktor personal terdiri dari dua macam faktor yaitu :

1) Faktor Biologis

Manusia sebagai makhluk biologis membutuhkan makanan,

beristirahat, juga perlindungan dengan lawan jenis untuk kegiatan

reproduksi.

2) Faktor Sosiologis

Manusia sebagai makhluk sosial selalu mengadakan hubungan

dan membutuhkan orang lain dalam hidupnya.

b. Faktor Ekstern

Manusia juga dipengaruhi oleh faktor dari luar, misalnya

pengalaman pada masa kecil, khususnya dari lingkungan keluarga dengan

39

Patty, Pengantar Psikologi Umum, (Bandung: Rineka Cipta, 1992), hlm. 34. 40

Jalaludin Rahmat, op.cit., hlm. 34.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

36

cara orang tua mempengaruhi anak, pengaruh kelas sosial, berbagai

lembaga sosial anak dan berbagai kelompok teman.41

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Lingkungan Keluarga

Faktor ini yang mempengaruhi peranan adalah orang tua, sebab

orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan

anaknya, keluarga sebagai persekutuan terkecil dari masyarakat yang

mempunyai pergaulan khusus. Sehingga Islam memandang keluarga

bukan sekedar persekutuan terkecil dalam masyarakat, lebih dari itu

keluarga dapat memberi warna hidup bahagia dunia akhirat. Dan

melalui suasana keluarga yang telah membiasakan diri melakukan

perbuatan-perbuatan yang tercela, anak akan tumbuh dengan wajar dan

akan terjelma suatu keserasian dalam keluarga. Karena pengaruh

keluarga akan membekas sekali bukan hanya pada pribadi anak tetapi

juga dalam sikap dan Perilaku keagamaan anak.

2) Lingkungan Masyarakat

Faktor ini tidak kalah pentingnya dalam pribadi anak, karena

dalam masyarakat berkembang berbagai organisasi sosial, ekonomi,

agama, kebudayaan dan sebagaimana yang mempengaruhi arah

perkembangan hidup khususnya yang menyangkut sikap dan tingkah

laku. Menurut M. Arifin, “kebudayaan sangat berpengaruh terhadap

pembentukan kepribadian anak, karena dalam kebudayaan itu terdapat

41

Ustman Najati et.al, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Balai Pustaka, 1981), hlm. 241.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

37

norma dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku manusia dalam

masyarakat.” 42

Kepribadian tidak lepas dari nilai-nilai dan norma

kebudayaan karena hakikat kepribadian adalah susunan dari aturan

tingkah laku dalam respon yang konsisten.

3) Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah lembaga yang dapat membantu pendidikan,

atau tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya

khususnya dalam bidang yang tidak dapat disampaikan oleh orang tua

dalam keluarga. Dalam lingkungan sekolah peranan guru sangat

penting untuk membina Perilaku seseorang.

Seorang guru dalam memberikan pendidikan hendaknya selalu

hati-hati dan memberikan contoh yang baik didepan anal didiknya,

larena guru kencing berdiri, murid kencing berlari, itulah pepatah Jawa

yang harus dijadikan pegangan dalam mengambil keputusan dan

tindakannya. Guru memberikan pendidikan kepada anak didiknya

mengenai berbagai masalah baik dalam bidang agama, sosial,

ekonomi, dan sebagainya. Semua pendidikan yang diterima anak akan

membuat anak tersebut lebih mengerti dan faham dan karena

pengetahuan yang diterima dalam keluarga hanya terbatas. Di mana

wawasan seseorang dapat berpengaruh terhadap segala sikap dan

Perilaku seseorang.

42

HM. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 40.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISeprints.unisnu.ac.id/1618/3/BAB II.pdfrabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau sanggul wanita, ikatan

38

C. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban

teoritis terhadap rumusan masalah peneliti, belum jawaban empiric dengan data.43

Dengan melihat latar belakang dan rumusan masalah serta landasan teori

yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

- Ha : Terdapat Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Terhadap

Perilaku Siswa Kelas X SMA Islam Al Hikmah Mayong Jepara

Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kemudian agar penelitian ini tidak membuat penulis terpengaruh atau

terjadi kerancuan dan ada kejelasan dalam perumusan hipotesis, maka penulis

mencantumkan hipotesis nol atau nihilnya, sebagai berikut:

- Ho : Tidak terdapat Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Terhadap

Perilaku Siswa Kelas X SMA Islam Al Hikmah Mayong Jepara

Tahun Pelajaran 2016/2017.

43

Sugiyono, Meetode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 117.