bab ii landasan teori - bina sarana informatika...2. teori erg (existence, relatedness, growth) dari...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Motivasi Kerja
2.1.1. Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi adalah penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas
tertentu agar para karyawan mau bekerja keras dengan memberikan semua
kemampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan antara lain
mempunyai kaitan dengan suatu proses yang membangun dan memelihara perilaku
ke arah suatu tujuan.
Menurut (Hasibuan, 2017), mengemukakan bahwa :
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan
pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan,
agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan
tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Siagian dalam (Sutrisno, 2017) mengatakan bahwa “Motif adalah
keadaan kejiwaan yang mendorong,mengaktifkan, atau menggerakkan dan
motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku,sikap dan tindakan
seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan
organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi”.
Menurut Jones dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017) Mengemukakan “Motivasi
mempunyai kaitan dengan suatu proses yang membangun dan memelihara perilaku
ke arah suatu tujuan”.
Menurut Edwin B Flippo dalam (Hasibuan, 2017), mengemukakan bahwa
”Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar
mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi
sekaligus tercapai”.
8
Berdasarkan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
merupakan suatu dorongan atau menggerakan para karyawan untuk bekerja secara
produktif untuk menghasilkan keberhasilan dalam tujuan suatu perusahaan.
2.1.2. Asas-asas Motivasi
Menurut (Hasibuan, 2017), asas-asas motivasi ini mencakup asas
mengikutsertakan, komunikasi, pengakuan, wewenang yang didelegasikan, dan
perhatian timbal balik.
a. Asas Mengikutsertakan
Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi
dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan ide-ide, rekomendasi
dalam prosses pengambilan keputusan.
b. Asas Komunikasi
Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang
ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi. Dengan asas
komunikasi, motivasi kerja bawahan akan meningkat. Sebab semakin banyak
seseorang mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan perhatiannya
terhadap hal tersebut.
c. Asas Pengakuan
Asas pengakuan maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat
serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya. Bawahan akan
bekerja keras dan semakin rajin, jika mereka terus-menerus mendapat pengakuan
dan kepuasan dari usaha-usahanya.
9
d. Asas Wewenang yang didelegasikan
Yang dimaksud asas wewenang yang didelegasikan adalah mendelegasikan
sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan dan
berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan atau manajer.
e. Asas Perhatian Timbal Balik
Asas perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan
keinginan atau harapan perusahaan disamping berusaha memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang diharapakan bawahan dari perusahaan.
Asas motivasi yang diterapkan harus dapat meningkatkan produktivitas kerja
dan memberikan kepuasan kepada karyawan. Produktivitas kerja adalah
perbandingan hasil (output) dengan masukan (input), dan produksi yang dihasilkan
harus mempunyai nilai tambah.
2.1.3. Prinsip-prinsip Motivasi
Menurut (Mangkunegara, 2017), Terdapat beberapa prinsip dalam
memotivasi kerja :
1. Prinsip partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, karyawan perlu diberikan kesempatan ikut
berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
2. Prinsip komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha
pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, karyawan akan lebih mudah
dimotivasi kerjanya.
10
3. Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (karyawan) mempunyai andil di dalam
usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, karyawan akan lebih
mudah dimotivasi kerjanya.
4. Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpinan yang memberikan otoritas atau wewenang kepada karyawan
bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan
yang dilakukannya, akan membuat karyawan yang bersangkutan menjadi
termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
5. Prinsip memberi perhatian
Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan karyawan
bawahan, akan memotivasi karyawan bekerja apa yang diharapkan oleh
pemimpin.
2.1.4. Indikator Motivasi Kerja
Menurut (Mangkunegara, 2017) untuk memahami tentang motivasi, ada
beberapa teori tentang motivasi antara lain :
1. Teori Kebutuhan
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang
dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri.
Menurut Maslow dalam (Mangkunegara, 2017), mengemukakan bahwa hierarki
kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
11
a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik,
bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau
disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman , bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidup.
c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh
kelompok, berafilasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh
orang lain.
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan
kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan
mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
2. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari alderfer
Teori ERG merupakan refleksi dari tiga dasar kebutuhan, yaitu :
a. Existence needs. Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai,
seperti makan, minum, pakaian, gaji, keamanan kondisi kerja, fasilitas yang
diberikan kantor seperti mobil perusahaan, tunjangan rumah, asuransi kesehatan
atau biasa disebut dengan fringe benefit.
b. Relatedness needs. Kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasaan dalam lingkungan
kerja.
c. Growht needs. Kebutuhan untuk mengembangkan, dan meningkatkan pribadi. Hal
ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai.
3. Teori Insting
Teori motivasi insting timbulnya berdasarkan teori evaluasi Charles Darwin.
Darwin berpendapat bahwa tindakan yang intelegent merupakan refleks dan
12
instingtif yang diwariskan. Oleh karena itu, tidak semua tingkah laku dapat
direncanakan sebelumnya dan dikontrolkan oleh pikiran.
4. Teori Drive
Konsep drive menjadi konsep yang tersohor dalam bidang motivasi. Woodworth
menggunakan konsep tersebut sebagai energi yang mendorong organisasi untuk
melakukan suatu tindakan. Kata drive dijelaskan sebagai aspek motivasi dari
tubuh yang tidak seimbang, motivasi didefinisikan sebagai suatu dorongan yang
membangkitkan untuk keluar dari ke tidak seimbangan atau tekanan.
5. Teori Lapangan
Teori lapangan merupakan konsep dari Kurt Lewin. Teori ini merupakan
pendekatan kognitif untuk mempelajari perilaku dan motivasi. Teori lapangan
lebih memfokus pada pikiran nyata seorang pegawai ketimbang pada insting atau
habit. Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari
lapangan pada momen waktu, Kurt Lewin juga percaya pada pendapat para ahli
psikolog Gestlat yang mengemukakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari
seorang pegawai dengan lingkungan.
13
2.2. Kinerja Karyawan
2.2.1. Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja dalam bahasa inggris disebut dengan job perfomance atau actual
performance atau level of performance, yang merupakan tingkat keberhasilan
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kinerja bukan merupakan karakteristik
individu, seperti bakat atau kemampuan, melainkan perwujudan dari bakat atau
kemampuan itu sendiri.
Menurut Pabundu dalam (Busro, 2018), mengemukakan bahwa :
Kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seseorang karyawan
diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kinerja juga dapat dimaknai
sebagai hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam
suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu. Pengertian ini tidak akan menekankan
kinerja individu tetapi kinerja kelompok.
Adapun pendapat menurut Dessler dalam (Busro, 2018), yang menyatakan
bahwa “Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja
dengan standar yang ditetapkan”.
Menurut Hasibuan dalam (Pramularso, 2017) menyatakan bahwa “Kinerja
adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan”
Menurut Mulyono dalam (Retnowulan, 2017), mengemukakan bahwa “Kinerja
merupakan hasil kerja seseorang yang menggambarkan kualitas dan kuantitas atas
kerja yang telah dilakukan. Kinerja antara satu orang dengan yang lainnya dapat saja
berbeda, karena faktor-faktor pendorong yang berbeda.
14
Sedangkan menurut Mangkunegara dalam (Kurniasari, 2018), mengemukakan
bahwa “Kinerja Karyawan (Prestasi Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”
2.2.2. Indikator Kinerja Karyawan
Menurut Bernadin dan Russel dalam (Priansa, 2017) menyatakan enam kriteria
utama kinerja yang dapat dinilai dari karyawan, yaitu sebagai berikut :
1. Kualitas, yaitu tingkat proses atau hasil dari suatu kegiatan yang sempurna, dengan
kata lain melaksanakan kegiatan dengan cara ideal ataus sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan, atau dengan cara yang paling berkualitas.
2. Kuantitas, yaitu besaran yang dihasilkan dalam bentuk nilai uang, sejumlah unit
atau kegiatan yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu, yaitu tingkat kegiatan diselesaikan, atau hasil yang diselesaikan
dengan waktu yang lebih cepat dari yang ditetapkan dan menggunakan waktu yang
disediakan untuk kegiatan lain.
4. Efektivitas biaya, yaitu tingkat penggunaan berbagai sumber daya yag dimiliki
perusahaan, baik sumber daya manusia, sumber daya teknologi, sumber daya bahan
baku, serta peralatan dan perlengkapan digunakan secara optimal unuk
menghasilkan kinerja terbaik.
5. Kebutuhan pengawasan, yaitu keadaan yang menunjukkan seberapa jauh karyawan
membutuhkan pengawasan untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan tanpa
melakukan kesalahan.
15
6. Pengaruh interpersonal, yaitu tingkat karyawan menunjukkan perasaan
Selfesteem,goodwill, dan kerjasama di antara sesama rekan kerja atapun karyawan
yang lebih rendah.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Faktor-faktor yang menentukan kinerja seseorang, dikelompokkan menjadi 3
faktor utama menurut Gibson dalam (Kurniasari, 2018), yakni:
1. Variabel Individu, yang terdiri dari: pemahaman terhadap pekerjaannya,
pengalaman kerja, latar belakang keluarga, tingkat sosial ekonomi, dan faktor
demografi (umur, jenis kelamin, etnis dan sebagainya)
2. Variabel Organisasi, yang antara lain terdiri dari: kepemimpinan, desain
pekerjaan, sumber daya yang lain, struktur organisasi, dan sebagainya.
3. Variabel Psikologis, yang terdiri dari persepsi terhadap pekerjaan, sikap terhadap
pekerjaan, motivasi, kepribadian, dan sebagainya.
2.2.4. Tujuan Penilaian Kinerja
Setiap perusahaan yang melakukan suatu kegiatan tertentu mempunyai tujuan.
Perusahaan melakukan kegiatan penilaian kinerja dengan tujuan utamanya
untuk mengukur kinerja para karyawan dan mengetahui kelebihan dari para
karyawan tersebut. Menurut Sedarmayanti dalam(Ainnisya & Susilowati, 2018),
tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui keterampilan dan kemampuan karyawan.
2. Sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian khususnya penyempurnaan
kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.
16
3. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal mungkin,
sehingga dapat diarahkan jenjang/rencana kariernya, kenaikan pangkat dan
kenaikan jabatan.
4. Mendorong terciptnya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan
bawahan.
5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang kepegawaian,
khususnya kinerja karyawan dalam bekerja.
6. Secara pribadi, karyawan mengetahui kekuatan dan kelemahannya sehingga dapat
memacu perkembangannya. Bagi atasan yang menilai akan lebih memperlihatkan
dan mengenal bawahan atau karyawannya, sehingga dapat lebih memotivasi
karyawan
7. Hasil penelitian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi penelitian dan
pengembangan di bidang kepegawaian.
2.2.5. Asas-asas Penilaian Kinerja
Seluruh karyawan diharapkan mampu untuk meningkatkan kinerjanya dari
waktu ke waktu. Agar memperoleh hasil kinerja seperti yang diinginkan, maka
penilaian kinerja harus dilakukan sesuai dengan asas-asas penilaian kinerja. Menurut
(Kasmir, 2016), dalam praktiknya asas-asas penilaian untuk melakukan penilaian
kinerja harus dilakukan :
1. Secara Objektif
Objektif artinya melakukan penilaian harus dilakukan apa adanya sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Artinya penilai dalam menilai jangan terpengaruh
oleh hal-hal diluar yang telah ditentukan.
17
2. Secara Adil
Adil merupaskan salah satu asas yang penting, mengingat tanpa memberikan rasa
keadilan tentu akan memberikan dampak yang buruk terhadap penilaian. Adil
artinya dalam menilaiharus memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
karyawan. Memberikan peluang yang sama untuk dinilai sehingga tidak
menimbukan kecemburuan diantara karyawan.
3. Secara Transaparan
Disamping objektif dan adil dalam melakukan penilaian, juga perlu diperhatikan
adalah faktor transaparasi. Artinya dalam melakukan penilaian harus dengan
adanya keterbukaan, baik dalam proses menilai serta memberikan hasil penilaian.
Namun terkadang dalam praktiknya ada saja hal-hal yang memang tidak perlu
dibrikan alasan dasar penilaian.
Asas penilaian kinerja ini harus diterapkan semuanya, tidak boleh dilakukan
hanya dengan salah satu atau dua saja. Jika hanya dilakukan satu atau dua item saja,
maka hasil penilaian tidak akan sebaik dengan yang menggunakan seluruh item di
atas.
2.3. Konsep Dasar Operasional Dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-kisi Operasional Variabel
Kisi-kisi operasionan variabel yang penulis gunakan untuk menyusun daftar
pernyataan kuesioner dalam penelitisn ini digambarkan dalam tabel dimensi dan
indikator berikut:
18
Tabel II.1
Kisi-kisi Operasional Variabel Motivasi Kerja (X)
Variabel Dimensi Indikator Butir
Soal
Motivasi
Kerja
(X)
Kebutuhan
Fisiologis
Kebutuhan dasar atau gaji yang
diberikan perusahaan 1,2
Kebutuhan
Rasa Aman
Jaminan kesehatan, uang pesangon
dan pensiun 3,4
Kebutuhan
Sosial
Mendapatkan perhatian dalam
bekerja 5
Semangat tinggi bersama rekan 6
Kebutuhan
Penghargaan
Pemberian sertifikat penghargaan
kepada karyawan yang terbaik 7
Penghargaan uang bonus kepada
karyawan yang berhasil melakukan
pekerjaan dengan baik
8
Kebutuhan
Aktualisasi
Diri
Karyawan diberikan kesempatan
mengembangkan keterampilan 9
Perusahaan memberikan kesempatan
mendapat posisi jabatan yang lebih
tinggi
10
Sumber : (Mangkunegara, 2017)
Tabel II.2
Kisi-kisi Operasional Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Variabel Dimensi Indikator Butir Soal
Kinerja
Karyawan
(Y)
Kualitas Hasil kerja sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan 1
Kuantitas Kegiatan yang dihasilkan 2
Ketepatan
Waktu
Ketepatan menyelesaikan
pekerjaan 3
Pemanfaatan waktu untuk
menyelesaikan kegiatan lain 4
Efektifitas
Biaya
Penggunaan peralatan dan
perlengkapan secara maksimal 5
Menghasilkan kinerja terbaik 6
Kebutuhan
Pengawasan Memperoleh hasil maksimal 7,8
Pengaruh
Interpersonal Kerja Sama 9, 10
Sumber : (Priansa, 2018)
19
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Menurut (Priyatno, 2018), Uji validitas item digunakan untuk mengetahui
seberapa cermat suatu item dalam mengukur objeknya. Item total. Hal ini
menunjukan adanya dukungan item tersebut dalam mengungkap suatu yang ingin
diungkap. Item biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang ditujukan kepada
responden dengan menggunakan bentuk kuesioner (dengan tujuan untuk
mengungkap sesuatu). Pengujian validitas item dalam SPSS bisa menggunakan salah
satu dari tiga metode analisis yang umum digunakan, Korelasi Pearson, Corrected
Item Total Correlation, atau Analisis Faktor. Penguji signifikasi dilakukan dengan
kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi, jika
nilai positif dan r hitung ≥ r tabel maka item dapat dinyatakan valid, jika r hitung < r
tabel maka item dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut (Priyatno, 2018) uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
keajekan atau konsistensi alat ukur yang biasanya menggunakan kuesioner
(maksudnya apakah pengukuran diulang kembali). Metode yang sering digunakan
dalam penelitian untuk mengukur skala rentangan (seperti Skala Likert 1-5) adalah
Cronbach Alpha. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas dimana item
yang masuk pengujian adalah item yang valid saja.
20
Tabel II.3
Skala Alpha Cronbach’s
Nilai Alpha Cronbach Keterangan
0,00-0,20 Kurang reliable
0,21-0,40 Agak reliable
0,41-0,60 Cukup reliable
0,61-0,80 Reliable
0,81-1,00 Sangat reliable
Sumber : (Priyatno, 2018)
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
1. Populasi dan Sampel
Menurut (Sugiyono, 2016) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut (Sugiyono, 2016) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu.
Cara menentukan sampel dalam penelitian Tugas Akhir ini dengan
menggunakan sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
pupulasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat
21
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah
sunsus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
2. Skala Likert
Menurut (Sugiyono, 2016) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena social.
Dalam penelitian, fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifikasi oleh
penelitian, yang selanjutnya disebut sebagai variable penelitian.
Tabel II.4
Skala Likert
Simbol Keterangan Skor
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
RR Ragu-Ragu 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : (Sugiyono, 2016)
3. Uji Koefisen Korelasi
Teknik korelasi Menurut (Sugiyono, 2016) merupakan angka yang
menunjukan arah dan kuatnya hubungan antar dua variable atau lebih. Arah
dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negative, sedangkan kuatnya
hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisen korelasi. Teknik korelasi digunakan
untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel data
kedua variabel berbentuk interval atau ratio dan sumber data dari variabel atau lebih
tersebut adalah sama.
22
Tabel II.5
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi
Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : (Sugiyono, 2016)
√
Keterangan : r = koefisiensi korelasi
n = jumlah Responden
X = Variabel Motivasi
Y = Variabel Kinerja Karyawan
4. Uji Koefisien Determinasi
Menurut (Sugiyono, 2016) uji koefisien determinasi adalah mencari pengaruh
varian variabel dapat digunakan teknik statistik dengan menghitung besarnya
koefisiensi korelasi yang telah ditemukan, dan selanjutnya dikalikan dengan 100
(r²×100%).
23
Rumus :
KD = (r²x 100%)
Dimana : KD = koefisiensi Determinasi
R = Persamaan Regresi
5. Persamaan Regresi
Menurut (Priyatno, 2018) regresi linier sederha adalah analisis untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen
dengan satu variabel dependen, untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya (positif
atau negatif), seberapa besar pengaruhnya, dan untuk memprediksi nilai variabel
dependen dengan menggunakan variabel indepeden.
Persamaan regresi untuk regresi linear sederhana, sebagai berikut :
Y = a + bX
Menemukan nilai a dan b dapat dicari dengan rumus, sebagai berikut :
Dimana :
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a = konstanta, yaitu Y jika X=0
b = koefisiensi regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y yang
didasarkan variabel X
X = variabel independen
24