bab ii landasan teori a. tinjauan umum pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/bab ii.pdftenaga...

24
15 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian, Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pekerja atau buruh merupakan setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Hal ini berbeda dengan makna dari pengertian tenaga kerja sebagaimana kita ketahui berdasarkan Undang-undang ketenagakerjaan. Pengertian tenaga kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2) UndangUndang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 5 Pengertian setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat dapat meliputi setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain atau setiap orang yang bekerja sendiri dengan tidak menerima upah atau imbalan. Tenaga kerja meliputi pegawai negeri, pekerja formal, dan orang yang belum bekerja atau pengangguran. Dengan kata lain, pengertian tenaga kerja lebih luas dari pada pekerja/buruh. 6 5 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 6 Asri Wijayanti. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta. Sinar Grafika. Hal 1.

Upload: others

Post on 28-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Pengertian, Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan Pekerja atau buruh merupakan setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Hal ini berbeda dengan

makna dari pengertian tenaga kerja sebagaimana kita ketahui berdasarkan

Undang-undang ketenagakerjaan.

Pengertian tenaga kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2)

UndangUndang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 5

Pengertian setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang dan/ jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat dapat meliputi setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain atau setiap orang yang bekerja sendiri dengan tidak

menerima upah atau imbalan. Tenaga kerja meliputi pegawai negeri, pekerja

formal, dan orang yang belum bekerja atau pengangguran. Dengan kata lain,

pengertian tenaga kerja lebih luas dari pada pekerja/buruh.6

5 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 6 Asri Wijayanti. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta. Sinar Grafika. Hal 1.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

16

Tenaga kerja itu sendiri mencakup buruh, pegawai negeri baik sipil maupun

swasta, karyawan. Semua istilah tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang

sama yaitu orang bekerja pada orang lain dan memperoleh upah sebagai

imbalannya.

A.1 Hak Tenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan :

1. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi

untuk memperoleh pekerjaan.

2. Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa

diskriminasi dari pengusaha.

3. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan

dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat

dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.

4. Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan

kerja sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah

mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja

pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan ditempat kerja.

6. Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berHak atas

pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga

sertifikasi.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

17

7. Setiap tenaga kerja mempunyai Hak dan kesempatan yang sama untuk

memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh

penghasilan yang layak didalam atau diluar negeri.

8. Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu

setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu setengah)

bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau

bidan.

9. Setiap pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasal 80 dan Pasal 82

berhak mendapatkan upah penuh.

10. Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.

11. Setiap pekerja mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas:

Keselamatan dan kesehatan kerja, Moral dan kesusilaan dan Perlakuan

yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

12. Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

13. Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial

tenaga kerja.

14. Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

18

A.2 Kewajiban Tenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan :

1. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja

mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya,

menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi

secara demokrasi, mengembangkan keterampilan dan keahliannya serta

ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota

beserta keluarganya.

2. Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajib melaksanakan ketentuan

yang ada dalam perjanjian kerja bersama.

3. Pengusaha dan serikat pekerja wajib memberitahukan isi perjanjian kerja

bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja.

4. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh

pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja secara musyawarah untuk

mufakat.

5. Sekurang kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari kerja sebelum mogok

kerja dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja Wajib memberitahukan

secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab

dibidang ketenagakerjaan setempat.7

B. Tinjauan Umum Pengertian, Hak dan Kewajiban Pengusaha

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No.13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, pengusaha merupakan

7 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

19

a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan

suatu perusahaan milik sendiri;

b. Orang perseorang, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri

sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. Orang perseorang, persekutuan, atau badan hukum yang berada di

Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan

b yang berkedudukan di luar Indonesia. 8

Dalam pengertian pengusaha ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengurus

perusahaan (orang yang menjalankan perusahaan bukan miliknya termasuk dalam

pengertian pengusaha, artinya pengurus perusahaan disamakan dengan pengusaha

(orang/pemilik perusahaan). Selanjutnya yang dimaksud dengan perusahaan

(Pasal 1 angka 6 UUK No. 13 Tahun 2003) adalah :

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik

swasta maupun milik negara yang memperkerjakan pekerja/buruh dengan

membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan

memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dengan

bentuk lain9

8 Ibid 9 Zaeni Asyhadie,Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, PT.Rajagrafindo Persada,

Jakarta, 2013, hlm 27

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

20

B.1 Hak-hak Pengusaha menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan

1. Berhak atas hasil pekerjaan

2. Berhak untuk memerintah/mengatur tenaga kerja

3. Berhak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh

(pasal 150)

B.2 Kewajiban Pengusaha menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan

1. Mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan

perlindungan sesuai dengan garis dan derajat kecacatan nya.

2. Pengusaha wajib memberikan/ menyediakan angkutan antar Jemput Bagi

Pekerja /Buruh Perempuan yang berangkat dan pulang pekerja antara

pukul 23.00 s.d pukul 05.00.

3. Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.

4. Pengusaha wajib Memberi Waktu Istirahat Dan Cuti Kepada

Pekerja/Buruh.

5. Pengusaha Wajib memberikan Kesempatan Secukupnya Kepada Pekerja

Untuk Melaksanakan Ibadah yang diwajibkan Oleh Agamanya.

6. Pengusaha yang memperkerjakan Pekerja/Buruh Yang melakukan pekerja

Untuk Melaksanakan Ibadah yang Di wajib kan oleh agama nya.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

21

7. Pengusaha yang Memperkerjakan Pekerja/Buruh yang melakukan

pekerjaan pada hari libur resmi sebagai mana di maksud pada ayat (2)

Wajib membayar Upah kerja lembur.

8. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurang nya 10

(Sepuluh orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku

setelah disahkan oleh mentri atau pejabat yang ditunjuk.

9. Pengusaha Wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan

naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.

10. Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja/serikat

buruh, serta instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan

setempat sekurang-kurang nya 7(Tujuh) hari kerja.

11. Dalam Hal terjadi pemutusan Kerja pengusah di wajib kan membayar

uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang

penggantian hak yang seharusnya diterima.

12. Dalam hal pekerja /buruh di tahan pihak yang berwajib karena di duga

melakukan tindak pidana bukan bukan atas pengaduan pengusaha,maka

pengusaha tidak wajib memberikan bantuan kepada keluarga

pekerja,buruh yang menjadi tanggungannya.

13. Pengusaha wajib membayar kepada pekerja ,buruh yang mengalami

pemutusan hubungan kerja, uang penghargaan masa kerja 1(satu) kali.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

22

14. Untuk Pengusaha di larang membayar upah lebih rendah dari upah

minimum.

15. Pengusaha wajib membayarupah/pekerja/buruh menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

C. Tinjauan Umum Pengertian dan Fungsi Organisasi Pekerja/ Serikat

pekerja

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau

Serikat Buruh bahwa definisi Serikat Pekerja “Organisasi yang didirikan oleh, dari

dan untuk pekerja di dalam atau di luar perusahaan, milik negara atau pribadi,

yang bersifat tidak terikat, terbuka, independen dan demokratis dan dapat

dipertanggungjawabkan untuk memperjuangkan, membela dan melindungi hak-

hak dan kepentingan pekerja, maupun untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja

dan keluarganya. Pasal 104 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 menjelaskan

bahwa “setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat

pekerja/serikat buruh”. Serikat pekerja merupakan bentuk kepedulian terhadap

para pekerja. Serikat pekerja merupakan sebuah organisasi yang mewadahi

kebutuhan pekerja setiap waktu.

C.1 Fungsi Serikat Pekerja

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 menjelaskan bahwa serikat

pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembekalan hak dan

kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/serikat

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

23

dan keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut, serikat pekerja/serikat buruh

mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian

perselisihan industrial

2) Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang

ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya

3) Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan

berkeadilan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku

4) Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan

anggotanya

5) Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan

pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

6) Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di

perusahaan

D. Tinjauan Umum Pengertian, Prinsip dan Perselisihan Hubungan

Industrial

Sebelum membahas mengenai perselisihan hubungan industrial, maka harus

diketahui pengertian hubungan industrial. Berdasarkan pasal 1 angka 16 Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyebutkan bahwa:

“Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para

pelaku dalam proses produksi barang dan/jasa yang terdiri dari unsur

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

24

pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945”.

Hubungan industrial di indonesia, menurut Abdul Khakim mempunyai

perbedaan dengan yang ada di negara lain. Ciri-ciri itu adalah sebagai berikut:

a. Mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan sekedar mencari nafkah

saja, tetapi sebagai pengabdian manusia kepada tuhannya sesama

manusia, masyarakat, bangsa dan negara.

b. Menganggap pekerja bukan sebagai faktor produksi, melainkan sebagai

manusia yang bermartabat.

c. Melihat antara pengusaha dan pekerja bukan dalam perbedaan

kepentingan, tetapi mempunyai kepentingan yang sama untuk kemajuan

perusahaan.10

Prinsip hubungan industrial yang diterapkan di Indonesia adalah prinsip

hubungan industrial Pancasila. Prinsip ini menghendaki bahwa berbagai

permasalahan atau sengketa di bidang ketenagakerjaan harus diselesaikan melalui

prinsip hubungan industrial Pancasila.11

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun

2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, merumuskan

perselisihan hubungan industrial yaitu:

10 Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2009, hlm. 50. 11 R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, Bandung: Pustaka Setia, 2013, hlm. 289.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

25

“Perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau

gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh,

karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan,

perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat

pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.”

D.1 Prinsip Hubungan Indusrial

1. pengusaha dan pekerja, demikian pula pemerintah dan masyarakat pada

umumnya, sama-sama memiliki kepentingan atas keberhasilan dan

keberlangsungan perusahaan. Oleh sebab itu pengusaha dan pekerja harus

mampu untuk melakukan tanggung jawabnya secara maksimal dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya sehari-hari. Pekerja atau serikat pekerja

harus dapat membuang jauh-jauh kesan bahwa perusahaan hanya untuk

kepentingan pengusaha. Demikian pula pengusaha harus menempatkan

pekerja sebagai partner dan harus membuang jauh-jauh kesan

memberlakukan pekerja hanya sebagai faktor produksi

2. perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orang. Semakin

banyak perusahaan yang membuka usaha baru, maka semakin banyak pula

kesempatan lapangan kerja yang akan memberikan penghasilan bagi banyak

pekerja. Semakin banyak perusahaan yang berhasil meningkatkan

produktifitasnya, maka semakin banyak pula pekerja yang meningkat

penghasilannya. Dengan demikian pendapatan nasional akan meningkat dan

kesejahteraan masyarakat akan meningkat pula

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

26

3. pengusaha dan pekerja mempunyai hubungan fungsional dan masing-

masing mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda dengan pembagian kerja

dan tugas. Pengusaha memiliki tugas dan fungsi sebagai penggerak,

membina dan mengawasi, pekerja memiliki tugas dan fungsi melakukan

pekerjaan operasional. Pengusaha tidak melakukan eksploitasi atas pekerja

dan sebaliknya pekerja juga bekerja sesuai dengan waktu tertentu dengan

cukup waktu istirahat dan sesuai dengan beban kerja yang wajar bagi

kemanusiaan. Dalam hal ini pekerja tidak mengabdi kapada pengusaha akan

tetapi pada pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

4. pengusaha dan pekerja merupakan anggota keluarga perusahaan.

Sebagaimana pola hubungan sebuah keluarga, maka hubungan antara

pengusaha dengan pekerja harus dilandasi sikap saling mengasihi, saling

membantu dan saling mengerti. Pengusaha harus berusaha sejauh mungkin

mengetahui kesulitan-kesulitan dan keadaan yang dihadapi oleh pekerja,

serta berusaha semaksimal mungkin untuk dapat membantu dan menjadi

solusi bagi kesulitannya. Bukan hanya menuntut pekerja memberikan yang

terbaik bagi perusahaan tanpa mau tahu segala keadaan dan kondisi yang

dihadapi oleh pekerja. Sebaliknya, pekerja harus juga memahami

keterbatasan pengusaha. Apabila muncul permasalahan atau perselisihan

antara pengusaha dengan pekerja atau serikat pekerja hendaknya

diselesaikan secara kekeluargaan dan semaksimal mungkin harus dihindari

penyelesaian secara bermusuhan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

27

5. perlu dipahami pula bahwa tujuan dari pembinaan hubungan industrial

adalah menciptakan ketenangan berusaha dan ketentraman dalam bekerja

supaya dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

Untuk itu masing-masing pihak, perusahaan dan pekerja harus mampu

menjadi mitra social yang harmomis, masing-masing harus mampu menjaga

diri untuk tidak menjadi sumber masalah dan perselisihan.seandainya pun

terjadi perbedaan pendapat, perbedaan persepsi dan perbedaan kepentingan,

haruslah diselesaikan secara musyawarah mufakat, secara kekeluargaan

tanpa mengganggu proses produksi. Karena setiap gangguan pada proses

produksi akhirnya akan merugikan bukan hanya bagi pengusaha, namun

juga bagi pekerjan itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.

6. peningkatan produktivitas perusahaan haruslah mampu meningkatkan

kesejahteraan bersama, yakni kesejahteraan pengusaha maupun

kesejahteraan pekerja. Biasa kita temui pekerja yang bermalas-malasan,

ketika ditanya kenapa? Maka jawabannya, “karena gajinya hanya untuk

pekerjaan yang seperti ini, tidak lebih”. Padahal semestinya pekerja yang

berkeinginan untuk mendapatkan upah lebih tinggi, maka ia harus bekerja

keras untuk mampu meningkakan produktivitas perusahaan sehingga

perusahaan akhirnya mampu memberikan upah yang sepadan dengan

usahanya itu. Jangan berharap perusahaan akan memberikan lebih dari

kontribusi yang telah diberikan pekerja terhadap perusahaannya12

12 Slamet hasan. Enam Prinsip hubungan industrial. http://slamethasanconsulting.blogspot.com/

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

28

D.2 Jenis-Jenis Perselisihan Hubungan Industrial

Berdasarkan pengertian Perselisihan Hubungan Industrial tersebut, maka

dalam pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial membagi Jenis Perselisihan

Hubungan Industrial menjadi:

a. Perselisihan hak, yaitu perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya

hak, akibatnya adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap

ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan

perusahaan, atau perjanjian kerja bersama (Pasal 1 angka 2 Undang-

undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial. Menurut Lalu Husni dalam bukunya menyatakan

bahwa, berdasarkan pengertian diatas jelas bahwa perselisihan hak

merupakan perselisihan hukum karena perselisihan ini terjadi akibat

pelanggaran kesepakatan yang telah dibuat oleh para pihak, termasuk

didalamnya halhal yang sudah ditentukan dalam peraturan perusahaan

dan perundangundangan yang berlaku.13

b. Perselisihan Kepentingan, yaitu perselisihan yang timbul dalam

hubungan hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat

mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang

ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau

13 Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan di Luar Pengadilan, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 43.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

29

perjanjian kerja bersama (Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 2

Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial)

c. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja, yaitu perselisihan yang timbul

karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran

pengakhiran pemutusan hubungan kerja oleh salah satu pihak (Pasal 1

angka 4 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial). Perselisihan PHK ini merupakan jenis

perselisihan yang paling banyak terjadi, pihak pengusaha dengan

berbagai alasan mengeluarkan surat PHK kepada pekerja tertentu jika

pengusaha menganggap bahwa pekerja tidak dapat lagi bekerja sesuai

kebutuhan perusahaan, tetapi PHK juga dapat dilakukan atas permohonan

pekerja karena pihak pengusaha tidak melaksanakan kewajiban yang

telah disepakati atau berbuat sewenang-wenang kepada pekerja.14

d. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan,

yaitu perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat

pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak

adanya kesesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan

kewajiban keserikatpekerjaan (Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 2

Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial).

14 R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, Bandung: Pustaka Setia, 2013, hlm. 292.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

30

E. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja

Perjanjian adalah kesepakatan yang terjadi ketika para pihak saling berjanji

untuk melaksanakan perbuatan tertentu. Menurut Subekti, perjanjian adalah

peristiwa ketika seorang atau lebih berjanji melaksanakan perjanjian atau saling

berjanji untuk melaksanakan suatu hal.15

Istilah perjanjian sering juga diistilahkan dengan istilah krontrak (contracts)

dan overeenkomst (dalam bahasa Belanda). Kontrak dengan perjanjian merupakan

istilah yang sama karena intinya adalah adanya peristiwa para pihak yang

bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan dan berkewajiban untuk menaati

dan melaksanakannya sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan

hukum yang disebut perikatan (verbintenis). Dengan demikian, dalam kontrak

atau perjanjian dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang

membuat kontrak tersebut karena itulah kontrak yang dibuat dipandang sebagai

sumber hukum yang formal.16

Istilah perjanjian sebenarnya tidak lepas dari istilah perdata, yaitu perikatan.

Dalam pasal 1313 KUH Perdata pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan

seseorang atau lebih mengikatkan diri pada orang lain untuk melaksanakan suatu

hal.

H.S Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa ketentuan pasal 1313

KUHPerdata tentang pengertian perjanjian kurang tepat karena ada beberapa

15 Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. XIII, Jakarta: Intermasa, 1991, hlm. 1. 16 Abdul Rasyid Saliman, Hermansyah, Ahmad Jalis, Hukum Bisnis untuk Perusahaan: Teori dan

Contoh Kasus, Cet. XIII, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 49.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

31

kelemahan yang perlu dikoreksi, yakni hanya menyangkut sepihak, kata perbuatan

mencakup juga tanpa konsensus, pengertian perjanjian terlalu luas, tanpa

menyebut tujuan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, Abdulkadir Muhammad

menyatakan bahwa pengertian perjanjian adalah persetujuan antar dua orang atau

lebih yang hanya saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai

harta kekayaan.17

Dalam pasal 1601 a KUH Perdata perjanjian kerja adalah Suatu persetujuan

bahwa pihak kesatu yaitu buruh mengikatkan dirinya untuk menyerahkan

tenaganya kepada pihak lain yaitu majikan, dengan upah selama waktu tertentu.

Perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1

ayat 14 adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha atau pemberi kerja

yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian

kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-ketentuan yang berkenaan

dengan hubungan kerja itu, yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan

kewajiban majikan.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, perjanjian kerja bersama

adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja (yang

tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan

pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat

syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

17 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Cet II, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993,

hlm. 224.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

32

Artinya, perjanjian kerja bersama berisi aturan atau syarat-syarat kerja bagi

pekerja, perjanjian kerja bersama juga mengatur hak dan kewajiban pengusaha

dan pekerja dan menjadi pedoman penyelesaian perselisihan antara kedua belah

pihak. Satu perusahaan hanya dapat membuat satu perjanjian kerja bersama yang

berlaku bagi seluruh pekerja di perusahaan tersebut.

F. Tinjauan Umum Pengertian Harmonisasi

Pengertian Harmonisasi Kata ”Harmonisasi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu

kata ”Harmonia” yang artinya terikat secara serasi dan sesuai. Menurut arti

filsafat, harmonisasi diartikan ”kerjasama antara berbagai faktor yang

sedemikaian rupa, hingga faktor-faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang

luhur”. Istilah harmonisasi secara etimologis menunjuk pada proses yang bermula

dari suatu upaya, untuk menuju atau merealisasi sistem harmoni. Istilah harmoni

juga diartikan keselarasan, kecocokan, keserasian, keseimbangan yang

menyenangkan. Menurut arti psikologis, harmonisasi diartikan sebagai

keseimbangan dan kesesuaian segi-segi dalam perasaan, alam pikiran dan

perbuatan individu, sehingga tidak terjadi hal-hal ketegangan yang

berlebihan.18Dalam konteks membandingkan antara mentalis Barat dan Timur,

Soetoprawiro mengemukakan mengenai harmoni yang menjadi faktor paling

penting di dalam kehidupan masyarakat indonesia. ”Segala sesuatu yang baik

dapat di terjemahkan ke dalam istilah harmoni. Segala sesuatu hendaknya

senantiasa serasi, selaras, seimbang. Yang adil dan yang makmur adalah

18 Kusnu Goesniadhie. Harmonisasi dalam Persepektif Perundang-undangan ( lex Spesialis

Masalah. 2006. Surabaya. Hal 59

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

33

harmonis. Segala perilaku dan tindak-tanduk itu berangkat dari situasi yang

harmonis menuju ke situasi yang harmonis baru”.19

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, istilah harmoni diartikan sebagai

keselarasan, kesesuaian, kecocokan dan keseimbangan. Unsur-unsur yang dapat di

tarik dari perumusan pengertian harmonisasi, antara lain:

c. Adanya hal-hal ketegangan yang berlebihan

d. Menyelaraskan kedua rencana dengan menggunakan bagian masing-

masing agar membentuk suatu sistem

b. Suatu proses atau suatu upaya untuk merealisasi keselarasan, kesesuaian,

kecocokan, dan keseimbangan

c. Kerjasama antara berbagai faktor yang sedemikian rupa, hingga faktor-

faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur.20

G. Tinjauan Umum Pengertian Harmonisasi Hukum dan Harmonisasi

Hubungan Industrial

Secara ontologis kata harmonisasi berasal dari kata harmoni yang dalam

bahasa Indonesia berarti pernyataan rasa, aksi, gagasan dan minat: keselarasan,

keserasian.21Kata harmonisasi ini, di dalam bahasa inggris disebut harmonize,

dalam bahasa Francis disebut dengan harmonie, dan dalam bahasa yunani disebut

harmonia.22Dan istilah harmonisasi hukum itu sendiri muncul dalam kajian ilmu

hukum pada tahun 1992 di Jerman. Dimana kajian harmonisasi hukum ini

19 Ibid Hal 61 20 Ibid Hal 63 21 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, www. kamusbahasaindonesia.org, 1 Desember 2018. 22

Suhartono, Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan dalam Pelaksanaan Anggaran

Belanja Negara (Desertasi: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011), h. 94.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

34

dikembangkan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa dalam dunia hukum,

kebijakan pemerintah, dan hubungan diantara keduannya terdapat keaneragaman

yang dapat mengakibatkan disharmoni.

Adapun cakupan harmonisasi hukum, L.M Gandhi yang mengutip buku

tussen eenheid en verscheidenheid: Opstellen over harmonisatie instaaat en

bestuurecht (1988) mengatakan bahwa harmonisasi dalam hukum adalah

mencakup penyesuaian peraturan perundang-undangan, keputusan pemerintah,

keputusan hakim, sistem hukum dan asas-asas hukum dengan tujuan peningkatan

kesatuan hukum, kepastian hukum, keadilan (justice,gerechtigheid) dan

kesebandingan (equit, billijkeid), kegunaan dan kejelasan hukum, tanpa

mengaburkan dan mengorbankan pluralisme hukum kalau memang dibutuhkan.

Sementara menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional dalam buku yang disusun

oleh Moh. Hasan Wargakusumah dan kawan-kawan, harmonisasi hukum adalah

kegiatan ilmiah untuk menuju proses pengharmonisasian tertulis yang mengacu

baik pada nilai-nilai filosofis, sosiologis, ekonomis maupun yuridis.23

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harmonisasi hukum diartikan

sebagai upaya atau proses penyesuaian asas dan sistem hukum, agar terwujud

kesederhanaan hukum, kepastian hukum dan keadilan. Harmonisasi hukum

sebagai suatu proses dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,

mengatasi hal-hal yang bertentangan dan kejanggalan di antara norma-norma

hukum di dalam peraturan perundang-undangan, sehingga terbentuk peraturan

23 Suhartono, Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan, hal 95.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

35

perundang-undangan nasional yang harmonis, dalam arti selaras, serasi, seimbang,

terintegrasi dan konsisten, serta taat asas.

G.1 Harmonisasi Hubungan Industrial

Hubungan industrial yang harmonis adalah hubungan industrial yang didasari

oleh rasa saling percaya, saling menghargai dan dihargai, dan saling memberi.

Agar dapat menciptakan hubungan industrial yamg harmonis, selain memenuhi

hak-hak normatif pekerja/buruh, pengusaha juga harus menjalin komunikasi dua

arah dengan pekerja/buruh. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

hubungan industrial antara lain: gaya kepemimpinan pengusaha, pengetahuan

pengusaha dan pekerja/buruh mengenai hak dan kewajiban masing masing serta

penerapannya, iklim kerja yang mendukung, serta kesediaan pengusaha dan

pekerja/buruh untuk berunding. Pengusaha dan pekerja/buruh adalah mitra kerja,

bukan semata-mata buruh dan majikan. Indikator adanya hubungan industrial

yang harmonis tampak dari kepuasan dan kesejahteraan pekerja/buruh, atau tidak

adanya unjuk rasa atau mogok kerja. Harmonisasi hubungan antara perusahaan

dan pekerja/buruh dapat dicapai dengan melaksanakan PKB yang telah

disepakati.

Menurut Smeru (2007), Harmonis berarti selaras atau serasi. Hubungan industrial

yang harmonis merupakan kunci strategis agar ketenangan kerja dan

berkembangnya perusahaan dapat terwujud. Indikator hubungan industrial yang

harmonis diantaranya:

1) Kesejahteraan karyawan

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

36

Guna meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya pengusaha

menyediakan fasilitas kesejahteraan dengan memperhatikan kebutuhan

pekerja dan kemampuan perusahaan. Apabila pengusaha dipandang mampu,

pemerintah dapat mewajibkan pengusaha untuk menyediakan fasilitas

kesejahteraan bagi pekerja dan keluarga. Setiap tenaga kerja dan keluarga

berhak memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Selain itu, untuk

meningkatkan kesejahteraan pekerja dibentuk koperasi pekerja di perusahaan.

2) Pemenuhan hak-hak karyawan

Pekerja bukan sekedar faktor produksi belaka, tetapi sebagai manusia pribadi

dengan segala harkat dan martabatnya. Karena itu pekerja harus mendapatkan

perlakuan dari pengusaha berdasarkan hak-hak yang dimiliki pekerja. Hak-

hak pekerja tersebut antara lain:

a) Kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi

b) Hak untuk berorganisasi dan berunding bersama

c) Terbebas dari kerja paksa atau wajib kerja

d) Terhindar diskriminasi karena pengupahan dan atas hal pekerjaan dan

jabatan

e) Istirahat mingguan dan cuti dengan menerima upah

f) Peningkatan kondisi dan syarat-syarat kerja yang baik

g) Hak mogok kerja

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

37

h) Jaminan sosial

i) Perlindungan atas pekerjaan

3) Kepatuhan perusahaan dan karyawan dalam melaksanakan perjanjian kerja

bersama

Perjanjian kerja bersama adalah kesepakatan atau perjanjian yang dicapai

melalui perundingan antara wakil serikat pekerja dan wakil pengusaha di

suatu perusahaan mengenai hak dan kewajiban pekerja serta kewenangan dan

kewajiban pengusaha. Kepatuhan perusahaan dan karyawan dalam

melaksanakan perjanjian kerja bersama dapat memperkecil perselisihan dan

menciptakan hubungan yang baik antara perusahaan dengan pekerja.

4) Komunikasi yang baik antara karyawan atau serikat pekerja dengan

pengusaha

Komunikasi adalah sarana yang paling efektif dalam menyampaikan suatu

pengetahuan dan informasi. Melalui komunikasi juga akan terjadi kendali,

kontrol, pengawasan, motivasi, dan pengungkapan emosional. Apabila para

pekerja mengkomunikasikan setiap keluhan yang berkaitan dengan pekerjaan

kepada atasan langsungnya, atasan atau pengusaha harus menerima

komunikasi tersebut sebagai salah satu fungsi kontrol.

5) Menyelesaikan perselisihan yang ada

Setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus diselesaikan

dengan musyawarah untuk mufakat yang dilakukan secara kekeluargaan.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : 1. Dalam melaksanakan hubungan

38

Penyelesaian perselisihan dengan cara kekluargaan lebih efektif untuk

menjaga hubungan industrial harmonis. Aksi-aksi penekanan seperti aksi

mogok penutupan perusahaan dan lain-lain tidak sesuai dengan prinsip

hubungan industrial. 24

24 Smeru. 2007. Hubungan Industrial di Jabotabek, Bandung dan Surabaya pada Era Kebebasan

Berserikat. www.smeru.or.id. 1 desember 2018